AIDS

Download menduduki peringkat ke-4 pada data statistik kasus HIV/AIDS dari 33 provinsi di. Indonesia. Kasus HIV/AIDS ... Caregiver adalah seseorang y...

0 downloads 121 Views 236KB Size
1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) didefinisikan sebagai suatu kondisi klinis yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immuodeficiency Virus (HIV) (Nursalam, 2007). Prevalensi kumulatif kasus HIV/AIDS di Indonesia dari 1 April 1987 sampai dengan 30 September 2014 adalah sebesar 150.296 kasus dimana 55.799 kasus telah mengidap AIDS. Sedangkan di Bali, prevalensi kasus HIV sebesar 9.637 kasus dan yang mengidap AIDS adalah sebesar 4.261 kasus. Bali menduduki peringkat ke-4 pada data statistik kasus HIV/AIDS dari 33 provinsi di Indonesia. Kasus HIV/AIDS pada anak berusia di bawah satu tahun terdeteksi sejumlah 238 kasus, pada anak berusia 1-4 tahun terdeteksi sejumlah 968 kasus, dan pada anak usia 5-14 tahun sejumlah 441 kasus (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2014). Caregiver adalah seseorang yang memberi perawatan pada pasien HIV di rumah. Perawatan tersebut seperti memberi obat-obatan, memberi makanan, menjaga higienis, menyediakan biaya, dan transportasi serta membawa pasien ke rumah sakit. Pada umumnya yang menjadi caregiver adalah orang tua, pasangan hidup baik suami/ istri/ kekasih, dan saudara kandung yang disebut sebagai caregiver informal. Di Indonesia masih banyak orang dengan AIDS yang memiliki extended family seperti tante atau nenek yang dapat berperan sebagai caregiver (Tandiono, 2006). Sedangkan profesional, paraprofesional, atau relawan yang terkait dengan sistem pelayanan yang

2

memberikan perawatan dirumah, di lembaga – lembaga masyarakat, atau rumah singgah disebut sebagai caregiver formal (Loboprabhu et al, 2006). Bagi orang dengan AIDS terdapat jenis-jenis dukungan praktis yang dibutuhkan meliputi bantuan aktivitas harian hingga dukungan emosional dengan membantu mereka tetap mempertahankan harapan hidup menghadapi progresivitas penyakitnya, menyediakan suasana dimana mereka bebas menyatakan ketakutan, dan rasa marahnya dan menemani mereka disaat-saat terakhir hidupnya. Dalam memenuhi kebutuhan praktis maupun emosional di atas dapat menguras energi dan emosi seorang caregiver karena emosi mereka terlibat secara kuat dan kebanyakan caregiver tidak memiliki pengalaman merawat orang yang sakit parah. Selain itu, AIDS adalah penyakit yang paling memberikan depresi bagi caregivernya karena memiliki karakteristik yaitu perjalanan penyakit yang tidak dapat diduga, gejalagejala penyakit yang tidak dapat dikontrol, efek disabilitating (membuat ketidakberdayaan), dan disfiguring (membuat cacat) dari penyakit (Tandiono, 2006). Depresi yang dialami oleh caregiver akan berdampak terhadap anak yang menjalani pengobatan ARV (Antiretroviral virus). Dimana stres interpersonal yang terjadi di dalam keluarga kemudian mempengaruhi perkembangan psikologis anak, dan anak kemudian mengalami depresi juga (Zahra, 2007). Depresi dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan fisik dan mental yang menyebabkan seseorang malas untuk melakukan aktivitas self care harian secara rutin. Hal inilah yang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan terhadap regimen terapi ARV (Kusuma,

3

2011). Selain itu, caregiver secara langsung memberikan obat kepada anak. Hal ini merupakan suatu proses komunikasi yang dibentuk oleh perilaku anak dan harapan caregiver. Ketika komunikasi berkurang, maka kepatuhan akan menjadi buruk (Haberer and Mellins, 2010). Kepatuhan yang buruk maka akan memicu terjadinya gagal terapi ARV pada anak dengan HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2014a). Gagal terapi ARV adalah ARV tidak mampu lagi menekan HIV dalam darah, sehingga jumlah virus (viral load) naik kembali, jumlah CD4 menurun, dan virus menjadi resistan terhadap obat yang dipakai sehingga harus mengganti kombinasi obat (Kemenkes RI, 2014b). Kriteria gagal terapi salah satunya adalah kriteria imunologis (WHO, 2010a). Dari hasil penelitian tentang kegagalan terapi ARV pada pasien anak dengan HIV/AIDS di RSUP (Rumah Sakit Umum Pusat) Sanglah berdasarkan pemantauan nilai CD4 pada 45 pasien yang telah mendapatkan terapi ARV lini pertama (Zidovudin, Lamivudin, Nevirapin), menunjukkan 10 subyek pada periode pertama (6 bulan) dan 9 subyek pada periode kedua (12 bulan) termasuk dalam kategori kegagalan terapi ARV lini pertama (Zidovudin, Lamivudin, Nevirapin) berdasarkan pola kegagalan imunologik WHO (Niruri, dkk., 2014). Penelitian sebelumnya mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat depresi pada caregiver anak dengan HIV/AIDS yaitu jenis kelamin, status pernikahan, dan tingkat pendidikan. Caregiver perempuan 2 kali lebih mungkin mengalami depresi (Kuo et al., 2012). Depresi lebih banyak terjadi pada orang yang tidak menikah atau bercerai dan mempunyai tingkat pendidikan yang rendah (Rubin and Peyrot, 2001).

4

Berdasarkan latar belakang diatas depresi adalah faktor psikologis yang merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam efektivitas terapi pasien HIV/AIDS dan menjaga kualitas hidupnya. Hasil dari meta analisis dari 28 penelitian menunjukkan bahwa dengan dilakukannya strategi pelayanan yang komprehensif yang melibatkan pelayanan kesehatan, rehabilitasi mental, dan home care dapat meningkatkan efektifitas terapi dan mencapai

kualitas hidup yang lebih baik

(Handford et al., 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap tingkat depresi caregiver anak dengan HIV dalam upaya meningkatkan luaran terapi ARV pada anak dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah Denpasar.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana tingkat depresi pada caregiver pasien anak dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali ? 1.2.2 Apa faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada caregiver? 1.2.3 Bagaimana kaitan antara tingkat depresi pada caregiver dengan respon imunologi terapi ARV pada anak dengan HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Mengetahui tingkat depresi pada caregiver pasien anak dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali. 1.3.2 Mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat depresi pada caregiver.

5

1.3.3 Mengetahui kaitan antara tingkat depresi pada caregiver dengan respon imunologi terapi ARV pada anak dengan HIV/AIDS.

1.4 Manfaat Penelitian Dari hasil kegiatan akan diperoleh informasi yang akan menambah pengetahuan dan kesadaran pembaca tentang pentingnya memperhatikan aspek psikososial seperti depresi caregiver pada terapi ARV pasien anak HIV/AIDS sehingga efektifitas terapi ARV lebih meningkat. Serta dapat dipakai sebagai masukan untuk mengoptimalkan strategi pelayanan bagi pasien anak HIV/AIDS.

1.5 Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah tingkat depresi caregiver anak berkorelasi dengan respon imunologi pada pasien anak dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah Kota Denpasar.