BAB I PENDAHULUAN

Download Foley dick, 2000 mengumpulkan data sebanyak 85% pasien fraktur mengelihkan nyeri. Nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan n...

0 downloads 509 Views 469KB Size
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005). Pierce (2003) juga mengatakan bahwa fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang terjadi akibat tekanan yang kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit, misalnya osteoporosis. Pada keadaan fraktur, jaringan sekitarnya juga akan terpengaruh dimana akan terjadi edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, ruptur tendon, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah (Brunner, 1997). Kerusakan-kerusakan diatas menimbulkan beberapa manifestasi klinis yang khas, salah satunya yaitu nyeri. Pada penderita fraktur, nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai (Murwani, 2009). Foley dick, 2000 mengumpulkan data sebanyak 85% pasien fraktur mengelihkan nyeri. Nyeri dapat dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut datangnya tiba-tiba atau singkat, dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi, dan merupakan reaksi fisiologi akan sesuatu yang berbahaya (Murwani, 2009).

1 Universitas Sumatera Utara

Nyeri pada fraktur bersifat kronis, nyeri kronis tidak dapat diprediksi sehingga membuat pasien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologi (Purwandari, 2008). Pasien nyeri fraktur yang mengalami stres, maka tekanan darahnya akan meningkat dan denyut jantungbekerja semakin cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun yang berdampaknegatif bagi tubuh (Syaifuddin, 1997). Maka untuk mengurangi nyeri, strategi penatalaksanaan nyeri harus mencakup pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Teknik farmakologis dapat digunakan bersama dengan penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Salah satu cara terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri pada pasien nyeri kronis adalah dengan terapi perilaku kognitif. Dalam penggunaan terapi perilaku dan terapi kognitif selalu digunakan bersamaan, karena kedua terapi tersebut saling mendukung kebersamaannya untuk mengurangi nyeri(Norman, 2009). Terapi perilaku kognitif mencakup teknik relaksasi, manajemen stres, distraksi dan cara lain untuk membantu pasien dalam mengatasi nyeri yang dirasakan(Murwani, 2009). Tujuan dari terapi perilaku kognitif adalah untuk merubah cara berfikir tentang nyeri agar respon tubuh dan pikiran lebih baik ketika mengalami nyeri. Terapi berfokus pada perubahan pikiran tentang penyakit dan kemudian membantu menjadi suatu koping positif bagi pasien terhadap penyakitnya, terapi kognitif dan perilaku ini sangat berpengaruh terhadap penurunan nyeri. Salah satu cara distraksi yang efektif adalah mendengarkan musik. Khususnya jenis musik

Universitas Sumatera Utara

yang mampu mendistraksikan pola pikir pasien dari rasa nyeri yang dirasakan sehingga timbul rasa nyaman bagi pasien (Murwani, 2009). Musik dapat mempengaruhi hidup dan seseorang dengan memberikan rasa santai dan nyaman atau menyenangkan, disamping sebagai hiburan musik juga dapat menyembuhkan stres, depresi dan rasa nyeri. Musik terbukti dapat menurunkan denyut jantung, hal ini membantu menenangkan dan merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan nyeri (Muttaqin, 2008) Perawat menghabiskan lebih banyak waktu bersama pasien dibandingkan dengan tenaga perawat profesional lainnya,maka perawat mempunyai kesempatan untuk membantu manghilangkan nyeri dan efek yang membahayakan (Smeltzer & Bare, 2002). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba (1994) yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Pada saat ini penelitian tentang terapi perilaku kognitif untuk mengurangi nyeri pada pasien nyeri kronis belum begitu diketahui oleh perawat maupun masyarakat khususnya di Medan. Berdasarkan hal inilah, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang efektifitas terapi perilaku kognitif pada pasien fraktur dengan nyeri kronis.

Universitas Sumatera Utara

2. Pertanyaan penelitian 2.1 Bagaimana intensitas nyeri sebelum terapi distraksi pasien denganfraktur femur yang terpasang traksi di Rumah Sakit Putri Hijau Tingkat II Medan? 2.2 Bagaimana intensitas nyeri sesudah terapi distraksi pasien dengan fraktur femur yang terpasang traksi di Rumah Sakit Putri Hijau Tingkat II Medan? 2.3 Bagaimana perbedaan intensitas nyeri pasien fraktur femur yang terpasang traksi sebelum dan sesudah mendapatkan terapi distraksi di Rumah Sakit Putri Hijau Tingkat II Medan?

3. Tujuan Penelitian 3.1 Untuk mengidentifikasi intensitas nyeri sebelum terapi distraksi pasien dengan fraktur femur yang terpasang traksi. 3.2 Untuk mengidentifikasi intensitas nyeri sesudah terapi distraksi pasiendengan fraktur femur yang terpasang traksi. 3.3 Untuk mengidenfikasi perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudahterapi distraksi pasien dengan fraktur femur yang terpasang traksi.

4. Manfaat Penelitian 4.1 Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian dapat dijadikan bahan masukan (sumber informasi) sertadasar pengetahuan bagi para mahasiswa-mahasiswa keperawatan dan dapatdijadikan sebagai suatu materi latihan dalam menangani pasien nyeri pada fraktur.

Universitas Sumatera Utara

4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bukti nyata akan efekCBT(Cognitive Behaviour Therapy) terhadap nyeri sehingga dapat dijadikan sebagai suatu intervensi keperawatan untuk menurunkan nyeri pada pasien-pasien yang mengalami nyeri. 4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya danuntuk menambah referensi tentang terapi perilaku kognitif dan dapatdilanjutkan pada peneletian-penelitian penatalaksanaan pada pasienpasien yang mengalami nyeri kronis.

Universitas Sumatera Utara