BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Download Application”, 1998) di akhir tahun 1990-an, aplikasi terdistribusi digunakan oleh sejumlah ... Sistem terdistribusi merupakan kebalikan dar...

0 downloads 221 Views 294KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Sistem Terdistribusi Mary Kirtland(dikutip dalam bukunya “Designing Component Based

Application”, 1998) di akhir tahun 1990-an, aplikasi terdistribusi digunakan oleh sejumlah orang di seluruh dunia yang menghubungkan banyak server data dan aplikasi. Karakteristik ini menciptakan kebutuhan aplikasi yang sempurna dari arsitektur aplikasi tradisional. Yang perlu kita sadari saat ini adalah perkembangan dalam industry perangkat lunak yang semakin hari semakin menuju pada aplikasi yang mendukung sistem terdistribusi Menurut Budi Susanto [1999] sistem terdistribusi merupakan suatu bentuk arsitektur sistem dimana computer-komputer yang berdiri sendiri secara otonom dapat saling berkomunikasi dan berbagi resourse tanpa mempedulikan dimana computer itu berada dan platform yang digunakan. Jadi Sistem distribusi adalah sebuah sistem yang komponennya berada pada jaringan komputer. Komponen tersebut saling berkomunikasi dan melakukan koordinasi hanya dengan pengiriman pesan (message passing). Sistem terdistribusi merupakan kebalikan dari Sistem Operasi Prosesor Jamak. Pada sistem tersebut, setiap prosesor memiliki memori lokal tersendiri. Kumpulan prosesornya saling berinteraksi melalui saluran komunikasi seperti LAN dan WAN menggunakan protokol standar seperti TCP/IP. Karena saling berkomunikasi, kumpulan prosesor tersebut mampu saling berbagi beban kerja, data, serta sumber daya lainnya. Sistem terdistribusi dapat dikatakan sebagai suatu keberadaan beberapa komputer yang bersifat transparan dan secara normal, setiap sistem terdistribusi mengandalkan layanan yang disediakan oleh jaringan komputer. Dalam penggunaanya sistem terdistribusi sangat diperlukan karena: 1. Performance Sekumpulan prosesor dapat menyediakan kinerja yang lebih tinggi daripada komputer yang terpusat 7

8

2. Distribution Banyak aplikasi yang terlibat, sehingga lebih baik jika dipisah dalam mesin yang berbeda (contoh: aplikasi perbankan, komersial) 3. Reliability Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin, tidak akan mempengaruhi kinerja system secara keseluruhan 4. Incremental Growth Mesin baru dapat ditambahkan jika kebutuhan proses meningkat 5. Sharing Data/Resource Resource adalah: – Segala hal yang dapat digunakan bersama dalam jaringan komputer. – Meliputi hardware (e.g. disk, printer, scanner), juga software (berkas, basis data, obyek data). 6. Communication Menyediakan fasilitas komunikasi antar manusia.

2.1.1

Model Sistem Terdistribusi

Dalam pelaksanaannya sistem terdistribusi memiliki berbagai bentuk (model), yaitu : 1. Sistem client - server Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi yang membagi jaringan berdasarkan pemberi dan penerima jasa layanan. Pada sebuah jaringan akan didapatkan: file server, time server, directory server, printer server, dan seterusnya. 2. Sistem point to point Merupakan bagian dari model sistem terdistribusi dimana sistem dapat sekaligus berfungsi sebagai client maupun server. 3. Sistem terkluster Adalah gabungan dari beberapa sistem individual (komputer) yang dikumpulkan pada suatu lokasi, saling berbagi tempat penyimpanan data (storage), dan saling terhubung dalam jaringan lokal (Local Area Network).

9

Sistem kluster memiliki persamaan dengan sistem paralel dalam hal menggabungkan beberapa CPU untuk meningkatkan kinerja komputasi. Jika salah satu mesin mengalami masalah dalam menjalankan tugas maka mesin lain dapat mengambil alih pelaksanaan tugas itu. Dengan demikian, sistem akan lebih handal dan fault tolerant dalam melakukan komputasi.

2.1.2

Definisi dan Peran Middleware Sistem Terdistribusi Sebagai sebuah aplikasi yang secara logic yang terletak diantara lapisan

aplikasi Middleware didefinisikan seperti software yang menghubungkan komponen perangkat lunak atau aplikasi yang berisi sekumpulan layanan yang memungkinkan agar beberapa proses dapat berjalan untuk satu atau beberapa mesin computer untuk saling berinteraksi dalam sebuah jaringan. Teknologi ini berkembang untuk menyediakan untuk Interoperabilitas dalam dukungan yang koheren didistribusikan pindah ke arsitektur, yang paling sering digunakan untuk mendukung dan mempermudah kompleksitas, aplikasi didistribusikan. Middleware juga bisa disebut application layer dan lapisan data dari sebuah arsitektur layer-layer TCP/IP. Penggunaan middleware ini sangat dibutuhkan untuk bermigrasi dari aplikasi mainframe ke aplikasi client/server dan juga untuk menyediakan komunikasi antar platform yang berbeda termasuk server web, server aplikasi, dan alat-alat serupa yang mendukung pengembangan aplikasi dan pengiriman Middleware yang paling banyak dipublikasikan : 1. Microsoft's COM/DCOM (Component Object Model) 2. Object

Management

Group's

Architecture (CORBA), 3. RMI (Remote Method Invocation)

Common

Object

Request

Broker

10

2.2

Client-Sever Client server adalah suatu bentuk arsitektur, dimana client adalah perangkat

yang menerima yang akan menampilkan dan menjalankan aplikasi (software komputer) dan server adalah perangkat yang menyediakan dan bertindak sebagai pengelola aplikasi, data, dan keamanannya. Server biasanya terhubung dengan client melalui kabel UTP dan sebuah kartu jaringan (Oetomo, 2006). Teknologi client-server membagi layer menjadi tiga bagian, yaitu (Oetomo,2006): 1. Front-End Component 2. Back-End Component 3. Database Component 2.2.1 Definisi sistem client-server : Sistem client-server didefinisikan sebagai sistem terdistribusi, tetapi ada beberapa perbedaan karakteristik yaitu : 1. Servis (layanan) : a. Hubungan antara proses yang berjalan pada mesin yang berbeda b. Pemisahan fungsi berdasarkan ide layanannya. c. Server sebagai provider, client sebagai konsumen 2.

Sharing resources (sumber daya) : Server bisa melayani beberapa client pada waktu yang sama, dan meregulasi akses bersama untuk membagi sumber daya dalam menjamin konsistensinya.

3. Asymmetrical protocol (protokol yang tidak simetris ) : Many-to-one

relationship

antara

client

dan

server.

Client

selalu

menginisiasikan dialog melalui layanan permintaan, dan server menunggu secara pasif request dari client. 4. Transparansi lokasi : Proses yang dilakukan server boleh terletak pada mesin yang sama atau pada mesin yang berbeda

melalui

diakses dari client. 5. Mix-and-Match : Perbedaan server client platforms.

jaringan. Lokasi

server

harus

mudah

11

6. Pesan berbasiskan komunikasi : Interaksi

server

dan

client

melalui

pengiriman

pesan

yang

menyertakan permintaan dan jawaban. 7. Pemisahan interface dan implementasi : Server bisa ditingkatkan tanpa mempengaruhi client selama interface pesan yang diterbitkan tidak berubah.

2.2.2

Arsitektur Client-Server

1. Sisi Client Ada beberapa karakteristik dari sisi klien pada umunya sudah kita ketahui, yaitu : 1. Pihak klien selalu memulai permintaan/permohonan ke pihak server 2. Setelah mengirim permintaan, kemudian client akan menunggu balasan atau jawaban atas permintaannya dari server 3. Menerima balasan dari server atas permintaannya 4. Biasanya client akan terhubung ke sejumlah kecil dari server pada satu waktu 5. Biasanya berinteraksi langsung dengan end-user (pengguna akhir) dengan menggunakan user interface (antarmuka pengguna) 6. Khusus jenis client mencakup web browser, email client dan online chat client 2. Sisi Server Sama dengan sisi klien (client side), sisi server (side server) juga memiliki karakteristik seperti di bawah ini : 1.

Sebagai penyedia layanan, sisi server akan selalu menunggu permintaan dari sisi client

2. Sesuai dengan tugasnya, melayani dan menjawab permintaan data yang diminta oleh client 3. Sebuah server dapat berkomunikasi dengan server lain untuk melayani permintaan client

12

4. Jenis server khusus mencakup web server, FTP server, database server, email server, file server, print server. Mayoritas dari web layanan tersebut juga merupakan jenis server. 2.3

DCOM (Distributed Component Object Model) Pada pembahasan DCOM ini terdiri dari beberapa pembahasan yaitu

pengertian DCOM, arsitektur DCOM, remoting sistem dan cara kerja sistem remoting. Distributed Component Object Model adalah protokol yang berfungsi untuk mengaktifkan

komponen

pada

perangkat

lunak

(software)

agar

dapat

berkomunikasi langsung dengan jaringan. (Spangler, 2004). Tujuan DCOM adalah agar komponen yang telah dibuat dapat diregister di suatu komputer dan di akses oleh banyak komputer lain. DCOM sendiri bukan merupakan teknologi baru karena teknologi ini banyak dipakai dalam sistem distribusi pada sistem jaringan TCP/IP. Protokol yang digunakan oleh DCOM dapat meliputi: 1. Protokol TCP/IP 2. Protokol UDP/IP 3. Protokol HTTP 4. Protokol RPC Secara umum DCOM menerapkan sistem Client-Server sehingga terdapat istilah DCOM klien dan DCOM server. Cara kerja DCOM yang menggunakan Remote Procedure Call dimana Object diletakkan di dalam Back-End (Server) dalam bentuk file Dll (Dynamic Linking Library) dan klien akan mengakses objek tersebut melalaui media jaringan yang ada. DCOM merupakan ektensi dari Component Object Model (COM). Pada COM kita melihat bagaimana suatu komponen client saling berinteraksi. Interaksi ini dapat didefinisikan sebagai hubungan secara langsung antara komponen (COM Server) dan COM Client. Aplikasi client memanggil method yang ada di komponen COM tanpa perantara apapun dan terjadi dalam suatu proses baik pada aplikasi client maupun komponen itu sendiri.

13

Sedangkan pada sistem operasi yang baru proses akan dilindungi dari gangguan proses yang lain sehingga aplikasi client tidak akan langsung mamanggil komponen tetapi melalui interproses yang disediakan oleh sistem operasi. Ketika client dan server pada tempat yang berbeda, DCOM akan menggantikan lokal interproses yang berkomunikasi dengan sebuah jaringan protokol. Melalui protokol DCOM ini, aplikasi client dapat mengakses DCOM server. DCOM juga menyembunyikan lokasi suatu komponen sehingga aplikasi tinggal langsung memanggil method yang ada di komponen DCOM. Lokasi DCOM yang independen inilah yang membuat penyederhanaan pada penerapan sistem distribusi suatu komponen dan juga meningkatkan performance. Bayangkan kita mempunyai komponen yang banyak dan kemudian dilakukan distribusi ke jaringan LAN, maka hal ini akan meningkatkan laju trafik jaringan sehingga komunikasi data pada jaringan LAN ini akan jauh lebih lambat. 2.3.1

Arsitektur DCOM DCOM merupakan ektensi dari Component Object Model (COM). Pada

COM kita melihat bagaimana suatu komponen client saling berinteraksi. Interaksi ini dapat didefinisikan sebagai hubungan secara langsung antara komponen (COM Server) dan COM Client. Aplikasi client memanggil method yang ada di komponen COM tanpa perantara apapun dan terjadi dalam suatu proses baik pada palikasi client maupun komponen itu sendiri. Sedangkan pada sistem operasi yang baru proses akan dilindungi dari gangguan proses yang lain sehingga aplikasi client tidak akan langsung mamanggil komponen tetapi melalui interproses yang disediakan oleh sistem operasi. Ketika client dan sever pada tempat yang berbeda, DCOM akan menggantikan local interprosses yang berkomunikasi dengan sebuah jaringan protokol. Malalui protokol DCOM ini, aplikasi client dapat mengakses DCOM server. DCOM juga menyembunyikan lokasi suatu komponen sehingga disisi aplikasi tinggal langsung memanggil method yang ada di komponen DCOM. Lokasi DCOM yang independen inilah yang membuat penyederhanaan pada penerapan sistem distribusi suatu komponen dan juga meningkatkan

14

performance. Bayangkan kita mempunyai komponen yang banyak dan kemudian dilakukan distribusi ke duatau jaringan LAN, maka hal iini akan meningkatkan laju trafik jaringan sehingga komunikasi data pada jaringan LAN ini akan jauh lebih lambat. Dengan adanya DCOM maka semua komponen didistribusikan dalam suatu protokol DCOM dan proses yang sama. Ketika suatu aplikasi mengakses komponen melalui DCOM maka DCOM akan melakukan proses validasi komponen, tujuanya untuk mengakses apakah komponen yang dipanggil ini ada didalam DCOM. 2.3.2 Remote Procedure Call (RPC) Cara kerja DCOM adalah dengan menggunakan Remote Procedure Call dimana Object diletakkan di dalam Back-End (Server) dalam bentuk file Dll (Dynamic linking Library) dan client akan mengakses object tersebut melalaui media jaringan yang ada. Remote Procedure Call (RPC) adalah sebuah metode yang memungkinkan kita untuk mengakses sebuah prosedur yang berada di komputer lain. Untuk dapat melakukan ini sebuah server harus menyediakan layanan remote procedure. Pendekatan yang dilakuan adalah sebuah server membuka socket, lalu menunggu client yang meminta prosedur yang disediakan oleh server. Bila client tidak tahu harus menghubungi port yang mana, client bisa me-request kepada sebuah matchmaker pada sebuah RPC port yang tetap. Matchmaker akan memberikan port apa yang digunakan oleh prosedur yang diminta client. RPC masih menggunakan cara primitif dalam pemrograman, yaitu menggunakan paradigma procedural programming. Hal itu membuat kita sulit ketika menyediakan banyak

remote procedure. RPC menggunakan

socket

untuk berkomunikasi dengan proses lainnya. Pada sistem seperti SUN, RPC secara default sudah ter-install kedalam sistemnya, biasanya RPC ini digunakan untuk administrasi sistem. Sehingga seorang administrator jaringan dapat mengakses sistemnya dan mengelola sistemnya dari mana saja, selama sistemnya terhubung ke jaringan.

15

2.3.3

Cara Kerja Remote DCOM Salah satu kegunaan DCOM adalah distribusi dan remoting suatu objek

kekomponen lain dalam suatu jaringan komputer. Ketika kita akan membuat suatu komponen COM dan komponen ini akan diakses banyak komputer bahkan dalam waktu bersamaan, maka kita harus melakukan sistem distribusi untuk objek yang kita buat, belum lagi kita akan menghadapi load balancing karena banyaknya yang mengakses data objek oleh komputer lain. Dengan DCOM ini,kita akan mendapatkan solusi untuk masalah sistem distribusi. Kita telah ketahui bahwa apliaksi dikatakan berbasis sistem remoting bila apabila aplikasi itu mengakses suatu objek yang dapat berupa data, suara, informasi dan sebagainya dari suatu komputer yang ada dalam suatu jaringan tertentu. Dalam kasus ini DCOM client akan berfungsi sebagai remoter yaitu objek yang melakukan remote ke komputer server melalui DCOM Server. Jika kita perhatikan, kita akan melihat bahwa komunikasi antara komputer dilakukan dan melalui DCOM. Misalkan komputer A meminta data dari database, maka komputer A akan me-request data melalui objek yang ada di DCOM Client. Kemudian DCOM client akan melakukan validasi mengenai komponen objek yang dieksekusi, jika ditemukan objek yang meminta, maka DCOM client akan mengecek sumber objek berasal sebagai contohnya sumber objek berasal dari komputer server S, maka DCOM client akan melakukan remoting ke komputer S melalui DCOM server yang dimilikinya. DCOM server akan mengecek authorisasinya yang dimilki oleh komputer A. Jika komputer A mempunyai hak akses maka DCOM server akan mengeksekusi sesuai permintaan komputer A dan hasilnya dikembalikan ke DCOM Client. Proses ini akan sama untuk setiap komputer yang ingin melakukan remoting melalui DCOM. 2.4

Multi-tier Multi tier application adalah aplikasi yang dibagi menjadi beberapa bagian

yang menjalankan fungsi masing-masing. Secara umum, ada tiga bagian utama dari multi tier application:

16

1.

Client Side Presentation Client side presentation mengatur bagaimana aplikasi berinteraksi

dengan user. Yang dimaksud dengan interaksi antara lain adalah: bagaimana data ditampilkan, bagaimana fungsi dan fitur aplikasi ditampilkan. Dalam aplikasi berbasis web, client side presentation dibuat dengan bahasa HTML, CSS, dan JavaScript. Beberapa tool yang digunakan untuk membuat client side

presentation

diantaranya

Microsoft

Frontpage,

Macromedia

Dreamweaver, dan sebagainya. Client side presentation berbasis web contohnya adalah tampilan aplikasi email yang kita buka dengan browser. 2.

Server Side Business Logic Server side business logic, sering disebut juga middle tier, adalah

bagian yang bertanggung jawab atas cara kerja aplikasi. Di dalamnya kita mengatur bagaimana fungsi dan fitur aplikasi dapat bekerja dengan baik. Dalam aplikasi berbasis web, ada beberapa alternatif yang dapat digunakan, ditentukan oleh jenis platform yang digunakan. 3.

Backend Storage Bagian ini mengatur cara penyimpanan data. Penyimpanan data

merupakan materi yang cukup kompleks dalam pembangunan aplikasi. Karena kecepatan, keutuhan, dan keamanan data merupakan faktor kritis dalam aplikasi. Ada banyak solusi database yang tersedia di pasaran. Pada umumnya, database yang digunakan bertipe relasional (Relational Database Management System – RDBMS). Manajemen data dilakukan dengan bahasa SQL (Standard Query Language). 2.4.1

Arsitektur Multi Tier Arsitektur Multi Tier adalah suatu metode yang sangat mirip dengan Three

Tier. Bedanya, pada Multi Tier akan diperjelas bagian UI (User Interface) dan Data Processing.Yang membedakan arsitektur ini adalah dengan adanya Business Logic Server. Database Server dan Bussines Logic Server merupakan bagian dari Data Processing, sedangkan Application Server dan Client/Terminal merupakan bagian dari UI. Business Logic Server biasanya masih menggunakan bahasa pemrograman terdahulu, seperti COBOL. Karena sampai saat ini, bahasa

17

pemrograman tersebut masih sangat mumpuni sebagai business process. Multitier architecture menyuguhkan bentuk three – tier yang diperluas dalam model fisik yang terdistribusi. Application server dapat mengakses Application server yang lain untuk mendapat data dari Data server dan mensuplai servis ke client Application. 2.4.2

Kelebihan arsitektur Multi tier :

1. Dengan menggunakan aplikasi multi-tier database, maka logika aplikasi dapat dipusatkan pada middle-tier, sehingga memudahkan untuk melakukan control terhadap client-client yang mengakses middle server dengan mengatur setting pada dcomcnfg. 2. Dengan menggunakan aplikasi multi-tier, maka database driver seperti BDE/ODBC untuk mengakses database hanya perlu diinstal sekali pada middle server, tidak perlu pada masing-masing client. 3. Pada aplikasi multi-tier, logika bisnis pada middle-tier dapat digunakan lagi untuk mengembangkan aplikasi client lain, sehingga mengurangi besarnya program untuk mengembangkan aplikasi lain. Selain itu meringankan beban pada tiap-tiap mesin karena program terdistribusi pada beberapa mesin. 4. Memerlukan adaptasi yang sangat luas ruang lingkupnya apabila terjadi perubahan sistem yang besar. 2.4.3

Kekurangan arsitektur Multi tier :

1. Program aplikasi tidak bisa mengquery langsung ke database server, tetapi harus memanggil prosedur-prosedur yang telah dibuat dan disimpan pada middle-tier. 2. Lebih mahal. 2.5

Entity Relationship Diagram (ERD) Menurut Adelia dan J. Setiawan (2011) ERD adalah model konseptual yang

mendeskripsikan hubungan antara penyimpanan. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data dan hubungan antar data. Dengan ERD, model dapat diuji dengan mengabaikan proses yang dilakukan. ERD pertama kali

18

dideskripsikan oleh Peter Chen yang dibuat sebagai bagian dari perangkat lunak CASE. Menurut Imbar pada penelitian Adelia dan J. Setiawan (2011), komponen – komponen yang termasuk dalam ERD antara lain, adalah: 1. Entitas (Entity), yaitu sebuah barang atau obyek yang dapat dibedakan dari obyek lain. 2. Relasi (Relationship), yaitu asosiasi 2 atau lebih entitas dan berupa kata kerja. 3. Atribut (Attribute), yaitu properti yang dimiliki setiap entitas yang akan disimpan datanya. 4. Kardinalitas (Cardinality), yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kemunculan suatu obyek terkait dengan kemunculan objek lain pada suatu relasi. Kardinalitas relasi yang terjadi diantara dua himpunan entitas (misalnya A dan B) dapat berupa: a. Modalitas (Modality) adalah partisipasi sebuah entitas pada suatu relasi, 0 jika partisipasi bersifat “optional”/parsial, dan 1 jika partisipasi bersifat “wajib”/total. b. Total constraint adalah constraint yang mana data dalam entitas yang memiliki constraint tersebut terhubung secara penuh ke dalam entitas dari relasinya. 2.6

Diagram Konteks Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan

menggambarkan ruang lingkup suatu sistem (Saluky, 2013). Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Ia akan memberi gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses dan tidak boleh ada store dalam diagram konteks. 2.7

Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram (DFD) adalah alat pembuatan model yang

memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sistem sebagai suatu

19

jaringan proses fungsional yang dihubungkan satu sama lain dengan alur data, baik secara manual maupun komputerisasi (Saluky, 2013). DFD ini sering disebut juga dengan nama Bubble chart, Bubble diagram, model proses, diagram alur kerja, atau model fungsi. DFD merupakan alat perancangan sistem yang berorientasi pada alur data dengan konsep dekomposisi dapat digunakan untuk penggambaran analisa maupun rancangan sistem yang mudah dikomunikasikan oleh profesional sistem kepada pemakai maupun pembuat program. 2.8

Bahasa Pemrograman HTML Hyper Text Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup

yang dirancang untuk pengembangan web dan informasi lainnya yang dapat dilihat di dalam browser (Moseley, 2007). HTML menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah penjelajah web internet dan formating hypertext sederhana yang ditulis kedalam berkas format ASCII agar dapat menghasilkan tampilan wujud yang terintegerasi. Dengan kata lain, berkas yang dibuat dalam perangkat lunak pengolah kata dan disimpan kedalam format ASCII normal sehingga menjadi home page dengan perintah-perintah HTML. Bermula dari sebuah bahasa yang sebelumnya banyak digunakan di dunia penerbitan dan percetakan yang disebut dengan SGML (Standard Generalized Markup Language), HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas untuk menampilkan halaman web. HTML saat ini merupakan standar internet yang didefinisikan dan dikendalikan penggunaannya oleh World Wide Web Consortium (W3C). HTML dibuat oleh kolaborasi Caillau TIM dengan Berners-lee Robert ketika mereka bekerja di CERN pada tahun 1989 (CERN adalah lembaga penelitian fisika energi tinggi di Jenewa). 2.9 Bahasa Pemrograman CSS CSS adalah kependekan dari Cascading Style Sheet, berfungsi untuk mempercantik penampilan HTML atau menentukan bagaimana elemen HTML ditampilkan, seperti menentukan posisi, merubah warna teks atau background dan lain sebagainya (Ariona, 2013). Ada tiga cara penulisan kode CSS, yaitu inline, internal dan eksternal. Ketiganya bisa dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

20

Penulisan kode CSS dengan metode inline bisa dilakukan langsung pada tag yang ingin diberi style dengan menggunakan atribut style. Penulisan kode CSS internal ditulis di dalam tag style yang ditempatkan pada tag head. Sedangkan penulisan CSS eksternal adalah dengan membuat file CSS dan dipanggil di dalam tag head.. 2.10

Visual Basic Krisna D. Octovhiana (dikutip dari e-booknya “Cepat Mahir Visual Basic

6.0”) Visual Basic adalah salah satu bahasa pemograman komputer. Bahasa pemograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa pemograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya

yaitu

bahasa

pemograman

BASIC(Beginner’s

All-purpose

Symbolic Instruction Code) yang dikembangkan pada era 1950-an. Visual Basic merupakan salah satu Development Tool yaitu alat bantu untuk membuat berbagai macam program komputer, khususnya yang menggunakan sistem operasi windows. Visual Basic merupakan salah satu bahasa pemograman komputer yang mendukung object (Object Oriented Programming=OOP). 2.11

Firebird Firebird (juga disebut FirebirdSQL) adalah sistem manajemen basisdata

relasional yang menawarkan fitur-fitur yang terdapat dalam standar ANSI SQL-99 dan SQL-2003. RDBMS ini berjalan baik di Linux, Windows, maupun pada sejumlah platform Unix. Firebird di diarahkan dan di-maintain oleh FirebirdSQL Foundation. Ia merupakan turunan dari Interbase versi open source milik Borland. Modul-modul kode baru ditambahkan pada Firebird dan berlisensi di bawah Initial Developer's Public License (IDPL), sementara modul-modul aslinya dirilis oleh Inprise berlisensi di bawah InterBase Public License 1.0. Kedua lisensi tersebut merupakan versi modifikasi dari Mozilla Public License 1.1. Server Firebird berukuran sangat kecil “footprint” pada file system ketika diinstall pada server. Instalasi Server executable memakan ruang penyimpanan Kurang dari 1.5 Mb sedangkan instalasi full server, mencakup semua tool dan

21

dokumentasi, akan memakan ruang penyimpanan kurang dari 10 Mb. Pemakaian Memori sangat kecil dan bertukartukar menurut skala penyebaran, yang dapat bekerja mulai pada tingkat single user yang menjalankan suatu aplikasi pada database tunggal sampai ratusan koneksi bersamaan hingga dapat menservis beribu-ribu para pemakai pada jaringan wide-area. Firebird termasuk perangkat lunak database non komersil atau gratis atau open source, jadi semua orang dapat memakainya tanpa harus membayar. Firebird ini bermula dari database Interbase tahun 1985 dibawah Borland Corporation, karena tahun 1999 Borland mengalami masalah keuangan maka pengembangan Interbase di hentikan. Sehingga pada Juli 2000 Interbase versi 6 keluar dan didistribusikan kepada publik dengan lisensi open source. Maka pada tahun 2002 dua orang pengembang dari Australia mengeluarkan source code yang diberi nama Firebird dengan lisensi open source. Firebird merupakan salah satu database open source yang tangguh dan dapat bekerja secara Client/Server serta dapat dijalankan pada sistem operasi yang berbeda. Firebird dapat berjalan pada sistem operasi Windows, Linux, FreeBSD dan Mac OS. Firebird versi 1.5.x mempunyai kapasitas mencapai 11 Terabytes, sedangkan pada satutable bisa menampung kira-kira 2.000.000.000 baris per table dan maksimum data yang di tampung 30 Gigabytes per table. Sedangkan untuk versi 2.x.x penulis belum mendapatkan informasi mengenai kapasitas databasenya. Tetapi penulis yakin kinerja dan kapasitas untuk versi barunya akan lebih baik daripada versi sebelumnya.