1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PREVALENSI ASMA DI

Download adanya paparan asap, gas, atau debu menjadi penyebab 11% kasus asma di seluruh dunia. Sekitar 70% pasien asma mempunyai riwayat alergi. Kur...

0 downloads 365 Views 39KB Size
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi asma di berbagai negara sangat bervariasi, namun perbedaannya menjadi menyempit karena meningkatnya prevalensi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, sedangkan prevalensinya di negara berpendapatan tinggi relatif konstan. Diperkirakan 300 juta penduduk di seluruh dunia menderita asma dengan angka kematian sekitar 250.000. Diperkirakan pula jumlah penderita asma akan bertambah lebih dari 100 juta pada tahun 2025. Kondisi tempat kerja seperti adanya paparan asap, gas, atau debu menjadi penyebab 11% kasus asma di seluruh dunia. Sekitar 70% pasien asma mempunyai riwayat alergi. Kurang lebih 250.000 orang meninggal setiap tahunnya karena asma, walaupun sebenarnya kematian tersebut dapat dihindari. Asma yang didapat (occupational asthma) berkontribusi secara signifikan terhadap mortalitas dan disabilitas global karena dialami oleh sekitar 15% pasien dewasa (American Academy of Allergy Asthma and Immunology, 2013). Penyakit asma termasuk lima besar penyebab kematian di dunia, yaitu mencapai 17,4%. Pada tahun 2009 di Amerika Serikat diperkirakan 8,2% orang (24,6 juta) penduduknya menderita asma. Prevalensi asma menurun sesuai dengan meningkatnya usia, dimana terdapat 9,6% dari anak-anak (±7,1 juta) menderita asma dibandingkan dengan 7,7% dari orang dewasa (±17,5 juta) (Akinbami dkk., 2011).

1

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2008) menyatakan bahwa di Indonesia prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian pada anak sekolah usia 13 – 14 tahun dengan menggunakan kuesioner International Study on Asthma and Allergy in Children (ISAAC) pada tahun 1995 menyatakan bahwa prevalensi asma 2,1%. Pada tahun 2003 prevalensi asma meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota besar seperti Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Denpasar menunjukkan prevalensi asma pada anak SD usia 6 – 12 tahun berkisar 3,7% – 6,4%. Pada anak sekolah tingkat SMP, prevalensi asma di Jakarta Pusat sebesar 5,8% pada tahun 1995. Di Jakarta Timur prevalensi asma pada anak SMP mencapai 8,6% pada tahun 2001. Asma dapat mengenai semua ras dan etnik yang ada di dunia, dari usia bayi hingga orang tua, dengan lebih banyak mengenai laki-laki dibandingkan perempuan, tetapi setelah pubertas lebih banyak wanita dibandingkan dengan pria (Gershwin, 2005). Pengukuran kualitas hidup atau Quality of Life (QoL) dalam farmakoekonomi dapat digunakan sebagai perbandingan beberapa alternatif pengobatan atau tindakan, menilai manfaat suatu intervensi klinis, mengidentifikasi masalah kesehatan, dan dapat juga digunakan sebagai data dalam penelitian klinik. Secara umum kualitas hidup

seseorang dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, latar belakang pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, dan hubungan dengan orang lain. Penelitian yang telah dilakukan Imelda dkk. (2007) untuk menghubungkan derajat asma dan kualitas hidup menunjukkan bahwa derajat asma mempengaruhi kualitas hidup pada

2

kelompok asma derajat ringan. Sebuah penelitian cross sectional yang dilakukan pada tahun 2012 oleh Gonzalez-Barcala dkk. menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup penderita asma dewasa adalah usia lanjut, tingkat pendidikan yang rendah, dan kontrol asma yang buruk. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, penurunan produktivitas, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit, dan bahkan kematian. Meskipun pengobatan secara efektif dapat menurunkan morbiditas karena asma, namun efektivitas hanya tercapai jika penggunaan obat-obatan telah sesuai. Selain dikarenakan kurang tepatnya tindakan pengobatan, faktor lain yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderita asma adalah rendahnya tingkat pemahaman penderita tentang asma dan pengobatannya (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2007). Masalah tersebut masih ditambah lagi dengan biaya pengobatan yang dapat dikatakan tidak murah menyebabkan tidak semua penderita asma dapat menjangkau biaya pengobatan tersebut (Sullivan dkk., 1996). RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta memiliki jumlah penderita penderita asma yang cukup banyak dan belum banyak dilakukan penelitian mengenai kualitas hidup penderita penderita asma di rumah sakit tersebut, sehingga memberikan

peluang

untuk dilakukan

penelitian

mengenai asma. RSUD

Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta merupakan rumah sakit rujukan bagi warga di sekitar Bantul. Di daerah selatan Yogyakarta terdapat sebuah pabrik yang menghasilkan polusi yang cukup menganggu. Polusi berupa debu diduga mempunyai

3

kontribusi yang besar terhadap kejadian asma pada penduduk di sekitar pabrik tersebut. Hal inilah yang menjadi alasan pentingnya penelitian hubungan terapi dan karakteristik penyakit asma terhadap kualitas hidup penderita asma untuk dilakukan

di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dirumuskan masalah mengenai pengaruh jenis terapi dan karakteristik penyakit asma

terhadap kualitas hidup penderita asma di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Yogyakarta sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh karakteristik penyakit terhadap kualitas hidup pada penderita asma di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta? 2. Bagaimana pengaruh jenis terapi terhadap kualitas hidup pada pada penderita asma di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik penyakit asma dan jenis terapi asma pada penderita asma di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh karakteristik penyakit terhadap kualitas hidup pada penderita asma di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. 2. Mengetahui pengaruh jenis terapi terhadap kualitas hidup penderita asma di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

4

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah referensi dan sebagai sumber informasi untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi klinisi, hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan terapi pada penderita asma. b. Bagi farmasis, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan monitoring terapi pada penderita asma. c. Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan informasi dan pelengkap untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Listuhayu pada tahun 2010 mengenai profil, analisis biaya, dan efektivitas obat asma pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. PRINGADI Medan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Listuhayu terletak pada variabel penyakit yang dipelajari, yaitu penyakit asma dan jenis kuesioner yang digunakan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Listuhayu adalah penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik penyakit dan jenis terapi pada asma terhadap kualitas hidup, sedangkan penelitian Listuhayu menitik beratkan analisis efektivitas dengan parameter kualitas hidup dan biaya pengobatan asma.

5

Penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Murphy dkk. pada tahun 2003 dengan judul penelitian Effect of Budesonide Inhalation Suspension Compared with Cromolyn Sodium Nebulizer Solution on Health Status and Caregiver Quality of Life in Childhood Asthma. Persamaan penelitian ini terletak pada variabel penelitian yaitu kualitas hidup dan penyakit asma. Perbedaan penelitian terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian Murphy dkk. adalah penderita asma yang menggunakan inhalasi suspensi budesonid dan nebulasi larutan sodium kromolin, sedangkan dalam penelitian ini subyek penelitian adalah semua penderita yang menggunakan obat asma dalam bentuk inhalasi.

6