Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 – 50
ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA Tauhid Ichyar, Abdul Ghani Salleh, N. Vinky Rahman Program Studi Magister Teknik Arsitektur Bidang Kekhususan Manajemen Pembangunan Kota
Abstract. Proper management of water supply treatment system in the District of Medan Helvetia is needed in order to fulfill the needs of its residents. The purpose of this research is to examine the drinking water supply network system in the district. The district has an area of 11.60 km2 and population of 128.144 residents. Only 67% of the population are currently served by the water supply network system. Data were collected in several test-drive locations and analysed using EPANET program 2.0. The results of the research indicate that the drinking water supply network system is effective and the system is proposed to be introduced to other areas. Keywords: Drinking water, supply network, distribution efficiency
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam menunjang perkembangan kota. Kota modern membutuhkan sistem perencanaan air bersih yang baik, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan penduduknya. Pengelolaan sistem penyediaan air bersih yang layak serta memenuhi kebutuhan masyarakat dan aktivitas perkotaan secara keseluruhan akan meningkatkan produktivitas kota dan menurunkan kemiskinan (Sahbbir, 1993). Kota Medan yang mempunyai penduduk ± 2,5 juta jiwa, 79% kebutuhan air minum penduduknya dipenuhi melalui PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Aktivitas PDAM mulai dari mengumpulkan, mengolah dan menjernihkan, sampai mendistribusikan air ke setiap pelanggan secara berkesinambungan. Kecamatan Helvetia adalah salah satu kecamatan di kota Medan di mana 53% penduduknya (jumlah pelanggan hingga Maret 2005 sebanyak 17.386 NPA) memperoleh sumber air minum dari PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu operator air minum di Sumatera Utara. Sebagai pengelola pelayanan publik, PDAM dituntut agar dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik dari aspek teknis (berkaitan dengan supply air baik secara kualitas, kuantitas, dan kontinuitas atau K3) maupun nonteknis. Air harus memiliki kualitas yang layak, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mengandung zat-zat yang dapat mengganggu kesehatan. Secara kuantitas, air yang didistribusikan harus mencukupi kebutuhan yang dicirikan dari tekanan air yang diterima pelanggan. Secara kontinuitas distribusi air harus dapat dijamin, yang dicirikan dari lamanya/durasi distribusi air yang diterima pelanggan setiap harinya (idealnya 24 jam sehari). 1.2 Identifikasi Permasalahan Masyarakat Kecamatan Medan Helvetia belum memperoleh kualitas pelayanan yang baik dari PDAM Tirtanadi, terutama berkaitan dengan kuantitas dan kontinuitas distribusi air. Kuantitas dan kontinuitas supply air sangat ditentukan oleh sistem jaringan pipa air minum
42 Universitas Sumatera Utara
ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
yang berfungsi sebagai sarana transportasi air dalam jumlah tertentu (sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan). Terdapat beberapa permasalahan pada jaringan pipa existing PDAM Tirtanadi, khususnya di wilayah Kecamatan Helvetia: 1. Supply debit dan pressure pada jaringan pipa transmisi masih belum cukup baik sehingga pada beberapa daerah layanan sering air kecil dan mati. 2. Operasional jaringan pipa transmisi belum dilaksanakan secara optimal . 3. Pada beberapa daerah layanan jaringan pipa transmisi tidak terinterkoneksi/sirkulasi sehingga beban debit dan pressure tidak terbagi secara merata. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui: 1. Penyebab kurangnya supply debit dan pressure pada jaringan pipa air minum existing di Kecamatan Medan Helvetia khususnya Perumnas Helvetia dan sekitarnya. 2. Sejauh mana optimalisasi operasional jaringan pipa transmisi dengan membuat suatu model dalam perencanaan jaringan pipa transmisi air minum. Penelitian dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan sistem pendistribusian air PDAM Tirtanadi. 2. TINJAUAN PUSTAKA Rumus-rumus dasar yang digunakan dalam hidrolika yang berkaitan dengan jaringan distribusi adalah Kontinuitas, Bernouli, bilangan Reinold, Hazen William, dan Darcy-Eeisbach. Tabel 1. Rumus pada saluran bertekanan Nama No. Rumus Persamaan 1. Kontinuitas A1.V1= A2.V2=Konstan Q1=Q2 2. Bernoulli v12/2g+p1/pg+Z1 = v22/2g+P2/pg+Z2+ H loss 3. DarcyHloss=f.L/D.v2/2g Weisbach
Tauhid Ichyar Abdul Ghani Salleh N. Vinky Rahman
No. 4. 5. 6.
Nama Persamaan Hazen William Bilangan Reynold Minor losses
Rumus Q=0.2785.C.D2.63.S0.54 Nre= v.D/v Hm= k.v2/2g
Konsep pengaliran pada saluran pipa bertekanan mengikuti persamaan Bernoulli: jumlah energi sepanjang pipa antara titik kesatu dengan titik kedua adalah sama (antara titik satu dan dua tidak ada percabangan). Tekanan/energi akan berkurang karena adanya gesekan antara zat cair dan dinding pipa yang disebut sebagai kehilangan tekanan. Tekanan piezometrik atau tekanan air sesungguhnya di setiap titik sepanjang pipa merupakan hasil penjumlahan. Headloss atau kehilangan tekanan karena gesekan antara cairan dan dinding pipa dihitung dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach atau Hazen William. Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri air dalam keadaaan penuh, pipa bertekanan dapat digunakan untuk menghindari kehilangan air sikat rembesan dan penguapan yang terjadi pada saluran terbuka. Pipa bertekanan lebih disukai untuk pelayanan air minum, karena lebih sedikit kemungkinan tercemar (Ray K. Linsey, Joseph B. Franzini 1985). Pada tiap jaringan pipa terdapat 2 syarat yang harus dipenuhi: 1. Jumlah aljabar dari penurunan tekanan di keliling setiap putaran tertutup haruslah sama dengan 0. 2. Aliran yang memasuki suatu titik pertemuan harus sama besar dengan yang meninggalkan titik tersebut. Syarat yang pertama menyatakan tidak boleh terjadi tekanan yang tidak berkesinambungan, berarti bahwa turunnya tekanan pada jalur manapun antara 2 (dua) buah titik pertemuan haruslah sama besar. Syarat kedua adalah pernyataan tentang hukum kontinuitas. Masalah jaringan pipa dipecahkan dengan metode pendekatan yang berturut-turut, karena setiap penyelesaian analisis akan membutuhkan penggunaan berbagai persamaan sekaligus, yang beberapa di antaranya tidak linear.
43 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 – 50
Suatu prosedur yang disarankan oleh Hardy Cross (Analysis of flow in Networks of conduits or Conductors) menuntut bahwa aliran di dalam tiap-tiap pipa dianggap sedemikian rupa, sehingga asas-asas kontuinitas dipenuhi pada masingmasing titik simpul. Suatu koreksi terhadap besar aliran yang diandalkan haruslah dihitung berturutturut untuk setiap putaran pipa di dalam jaringan yang bersangkutan, sehingga koreksinya berkurang hingga suatu besaran yang dapat diterima.
Hasil keluaran (output) metode analisis hidrolis EPANET 2005 digunakan sebagai metode analisa destruktif, yaitu menganalisa kondisi jaringan existing di lapangan, daerah aliran debit dan pressure yang kritis, daerah aliran potensial dan penggabungannya sehingga dapat diketahui potensi, masalah, dan prospek di kawasan penelitian. 3.3 Pengumpulan Data a.
Air didistribusikan ke konsumen dengan beberapa cara, tergantung kepada kondisi tempat atau pertimbangan-pertimbangan tertentu, metode tersebut antara lain: 1. Sistem gravitasi 2. Sistem pompa dengan bak penampung 3. Sistem pompa tanpa bak penampung
b.
Sistem pendistribusian dalam jaringan pipa antara lain: 1. Sistem jaringan distribusi sistem pohon atau ujung tertutup (tree or deadend system) 2. Sistem lingkaran atau cincin 3. Sistem grid iron 4. Sistem radial c. 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul wilayah pelayanan Kecamatan Medan Helvetia. Menggunakan metode survai dan observasi dengan cara melakukan pengukuran dan pengumpulan data pada saat proses pengaliran/ pendistribusian air minum pada jaringan pipa transmisi dari sumber booster dan jaringan pipa transmisi untuk wilayah pelayanan Medan Helvetia, khususnya Perumnas Helvetia pada pagi hari jam 7.00 – 9.00 WIB, bulan Maret hingga April 2005 pada saat pemakaian air maksimum. 3.2 Metode Analisa Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis hidrolis, suatu model yang akan memberikan konfigurasi jaringan pipa existing yang diketahui dari asbuilt drawing dengan hasil survai lapangan yang dimasukkan dalam analisis hidrolis program EPANET 2005.
d.
Data Primer, diperoleh langsung dari lapangan dengan melakukan pengamatan pada reservoar, operasional pompa, jaringan pipa, dan daerah-daerah yang kekurangan pasokan air. Data sekunder, diperoleh dari PDAM Tirtanadi, jurnal, buku literatur, media massa, internet, laporan bulanan, dan lainnya. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini umumnya diperoleh dari beberapa divisi terkait di lingkungan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi, antara lain dari laporan informasi, jumlah pelanggan, rata-rata pemakaian, tekanan air per wilayah pelayanan, sumber air masuk, panjang pipa, dan diameter pipa. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan sistem berjalan, serta pelaksanaan proses penyelesaian. Survai Survai dilakukan untuk mengetahui debit dan tekanan sumber air masuk, operasional pompa booster, titik tapping jaringan pipa transmisi.
Untuk menunjang penelitian ini juga dilakukan preliminary survey agar gambaran umum suplai air PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul saat ini dapat diketahui secara jelas. 3.4 Tahapan penelitian Untuk mencapai tujuan dan sasaran penelitian di atas, maka tahapan proses penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Desk Study Desk study dimaksudkan untuk menyusun desain prosedur sistem, menganalisa aspek positif dan negatif, serta kebutuhan penunjangnya. Hal ini didasari atas evaluasi terhadap sistem berjalan (existing).
44 Universitas Sumatera Utara
ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
b.
c.
Tauhid Ichyar Abdul Ghani Salleh N. Vinky Rahman
Dalam tahap ini juga dilakukan studi literatur yang terkait dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. Pengumpulan data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data menggunakan metode seperti yang telah dijelaskan. Analisis dan kesimpulan Dari data yang diperoleh lalu dilakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini.
4. TINJAUAN TIRTANADI
KEBERADAAN
PDAM
4.1 Gambaran Umum Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi merupakan Badan Usaha Milik Daerah Provinsi Sumatera Utara yang telah berdiri pada zaman pemerintahan Belanda, 23 September 1905 dengan nama NV. Waterleiding Maatschappij Ayer Beresih dan berkantor pusat di Amsterdam, Belanda. Meskipun telah melalui zaman penjajahan Belanda dan Jepang selanjutnya memasuki masa kemerdekaan Republik Indonesia, perusahaan ini masih mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara berkelanjutan. Status dan nama perusahaan telah berganti-ganti dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 11 Tahun 1979 yang berpedoman kepada Undang-undang No. 5 Tahun 1962 telah ditetapkan nama dan status Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi adalah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Setelah ditetapkan melalui Perda No. 11 Tahun 1979 dan disempurnakan lagi dengan Perda Provinsi Sumatera Utara No. 25 Tahun 1985, selanjutnya disempurnakan dengan Perda No: 6 tahun 1991 dilaksanakanlah perubahan pertama Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara yang mengatur bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi selain mengelola air bersih juga mengelola air limbah.
Gambar 1. Pelayanan PDAM Sumatera Utara
Tirtanadi
Provinsi
PDAM Tirtanadi telah banyak mengalami perubahan-perubahan dan kemajuan, sebagai gambaran bahwa pada tahun 2000 jumlah pelanggan sebanyak 280.486 sambungan rumah dan pada akhir Desember 2003 jumlah pelanggan telah mencapai 322.757 sambungan atau sebesar 51,1% dari jumlah penduduk pada wilayah pelayanan Sumatera Utara, sedangkan cakupan pelayanan khusus wilayah Kota Medan dan sekitarnya sudah mencapai 86,5%. 4.1.1 Cakupan Pelayanan Dalam upaya meningkatkan kualitas dan cakupan wilayah pelayanan air bersih di Provinsi Sumatera Utara, sejak 17 Juli 1999, telah dilakukan kerja sama dengan 7 daerah kabupaten berbentuk kerja sama operasional selama 25 tahun. Dengan adanya kerja sama tersebut maka pada akhir 2003 wilayah pelayanan PDAM menjadi: 1. Kota Medan, Brastagi, dan Sibolangit (291.170 sambungan)
45 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 – 50
2. Kabupaten Deli Serdang yaitu Kecamatan Lubuk Pakam, Perbaungan, Tanjung Morawa, Tembung, Batang Kuis, dan Pantai Cermin (9.516 sambungan). 3. Kabupaten Tapanuli Selatan (8.581 sambungan). 4. Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu Kecamatan Pandan (1.837 sambungan). 5. Kabupaten Nias yaitu Kota Gunung Sitoli dan Teluk Dalam (4.172 sambungan). 6. Kabupaten Mandailing Natal (865 sambungan). 7. Kabupaten Simalungun yaitu Kota Parapat (3.509 sambungan). 8. Kabupaten Toba Samosir (3.107 sambungan). 4.1.2 Sistem Kapasitas dan Hidrolis a. Sistem Kapasitas Produksi Kapasitas terpasang saat ini untuk wilayah pelayanan Tingkat I 3.950 l/d meliputi 5 sumber yaitu: 1. Mata air Sibolangit dengan sumber dari beberapa bronkaptering 600 l/d. 2. IPA Sunggal dengan sumber air baku dari Sungai Belawan 1.500 l/d. 3. IPA Deli Tua dengan sumber air baku dari Sungai Deli 1.400 l/d. 4. IPA Belumai dengan sumber air baku dari Sungai Belumai 400 l/d. 5. Sumur bor di Belawan 50 l/d. Sedangkan untuk wilayah pelayanan operasi Tingkat II kapasitas terpasangnya adalah 673 l/d meliputi 8 sumber yaitu: 1. Mata air di Brastagi sebesar 70 l/d. 2. IPA Sungai Ular dan sumur bor di Deli Serdang sebesar 180 l/d. 3. Mata air di Parapat sebesar 58 l/d. 4. IPA Toba Samosir sebesar 75 l/d. 5. Mata air di Tapanuli Tengah sebesar 49 l/d. 6. IPA Gunung Sitoli dan Teluk Dalam di Nias sebesar 45 l/d. 7. Mata air Tapanuli Selatan sebesar 168 l/d. 8. IPA Mandailing Natal 25 l/d. b. Sistem Hidrolis Sistem hidrolis yang mendasar bahwa seluruh jaringan transmisi dan distribusi terinterkoneksi dan dioperasikan secara balance system antara produksi dan reservoar. Pelaksanaan pengaturan waktu pemompaan booster di reservoar, dalam hal ini pemompaan dari produksi, bekerja 24 jam dan aliran dari mata air Sibolangit, sehingga aliran minimum pada malam hari hanya dari reservoar utama.
Skematisasi jaringan ditunjukkan pada Gambar 2 pada halaman berikut. Jaringan perpipaan dibagi atas 2 sistem hidrolis, di mana sampai dengan bulan September 2004 panjangnya mencapai: 1. Jaringan transmisi (200 – 1.000 mm): 481,5 km 2. Jaringan distribusi (< 200 mm): 2.186,5 km c. Sistem Nonhidrolis Sistem nonhidrolis yaitu: 1. Reservoar sebagai penampung air untuk menyeimbangkan (balance system) kondisi pemakaian air pada jam-jam puncak. 2. Pemompaan dari produksi maupun pompapompa booster di reservoar bekerja dengan jadwal operasional. 3. Peralatan kontrol hidrolis seperti katup-katup operasi, interkoneksi dan pengaman, maupun peralatan pembacaan tekanan dan aliran. 4. Sumber daya listrik sebagai alat utama penggerak motor-motor pompa, peralatan penunjang lainnya. 5. Peralatan dan fasilitas penunjang operasi dan pemeliharaan sistem jaringan transmisi dan distribusi. 4.1.3 Batas Administratif Kawasan Kajian Lokasi kajian berbentuk empat persegi panjang dengan luas wilayah 11.60 km2. Secara administratif kawasan kajian ini terletak pada Kelurahan Helvetia Timur, Kelurahan Helvetia Tengah dan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia dengan batas: 1. sebelah utara Kab. Deli Serdang, 2. sebelah selatan dan barat Kec. Medan Sunggal, 3. sebelah timur Kec. Medan Barat dan Petisah. Terhadap Kota Medan, lokasi kajian yang berada di Kecamatan Medan Helvetia dengan luas kecamatan 116 ha, memiliki persentase sebesar 0,44% terhadap luasan luas Kota Medan 26.150 ha, sumber air minum masyarakat di kecamatan ini 53% dilayani oleh PDAM Tirtanadi Cabang Sei Agul dengan jumlah pelanggan hingga Maret 2005 sejumlah 17.386,00 NPA, selebihnya masyarakat masih menggunakan air sumur.
46 Universitas Sumatera Utara
ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
7. 26
8.
20 21
17 16 12 25
22 11
Gambar 2. Jaringan pipa transmisi Kecamatan Medan Hevetia & Sekitar Sumber: Divisi Perencanaan PDAM Tirtanadi 2005
Wilayah pelayanan di Kecamatan Medan Helvetia dilayani 8 wilayah, yakni wilayah 1, 11, 12, 16, 17, 21, 22, dan 25 yang meliputi pelayanan pelanggan daerah: 1. Wilayah 1: Jl. Karya Sukaria, Jln. Persatuan, Jl. Pembangunan, Jl. Masjid, Asrama Zipur, Jl. Damai, Kompleks Pondok Surya dan sekitar dengan jumlah pelanggan 973 NPA. 2. Wilayah 11: Jl. Gatsu < Asrama Jl. P. Harapan < Panta, Jln. Kapten Muslim, Jln. Budi luhur, Jln. Gatot Subroto, Jln. Asrama, Gg. Banteng, Gg. Jawa, Jln. Ampera dan sekitar dengan jumlah pelanggan 2.100 NPA. 3. Wilayah 12: Jl. Budi Luhur, Jl. Perkutut, Jl. Gaperta, Jl. Beringin Raya, Jl. Sawah Halus, Jl. Amir Hamzah dan sekitarnya, jumlah pelanggan 3.184 NPA. 4. Wilayah 16: Jl. Melati Raya, Jl. Nusa Indah, Jl. Palem IX, Jl. Anggrek, Jl. Melati, Jl. Filisium, Jl. Angsana, Jl. Flamboyan dan sekitarnya, jumlah pelanggan 2.746 NPA. 5. Wilayah 17: Jl. Matahari Raya, Jl. Aster, Jl. Wijaya Kesuma, Jl. Tanjung, Jl. Melur, Jl. Kemuning, Jl. Palem dan sekitarnya dengan jumlah pelanggan 2.353 NPA. 6. Wilayah 21: Jl. Masjid, Jl. Karya II, Jl. Setia Budi Gg. Panca, Jl. Kpt. Muslim, Jl. Pembangunan, Jl. Setia Budi, Jl. Persatuan dan sekitar dengan pelanggan 1.653 NPA.
Tauhid Ichyar Abdul Ghani Salleh N. Vinky Rahman
Wilayah 22: Jl. Kpt. Muslim, Jl. Budi Luhur Blok E, Jl. Karya luhur, Jl. Amal Luhur dan sekitar dengan pelanggan 1.867 NPA. Wilayah 25: Jl. Setia Luhur, Jl. Bakti Luhur, Jl. Setia Luhur Gg. Apel, Gg. Madrasah, dan sekitar dengan pelanggan 1.519 NPA.
Jumlah pelanggan pada wilayah pelayanan 1, 11, 12, 16, 17, 21, 22, dan 25 adalah sebanyak 17.386 NPA, dan pemakaian rata-rata adalah 28 – 30 m3/pelanggan/bulan. 4.2 Kependudukan Kawasan Kajian Kecamatan Medan Helvetia memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi, terdapat sejumlah 128.144 jiwa dan kepadatan penduduk rata-rata 11.095 jiwa per km2, laju pertambahan penduduk ± 1.24%/tahun di tahun 2002. Terdapat 7 kelurahan di Kecamatan Medan Helvetia, yaitu: Tabel 2.
Jumlah Penduduk & Rata-rata Anggota Keluarga di Kecamatan Medan Helvetia Banyaknya
No.
Kelurahan
1 2 2 Helvetia Timur 3 Helvetia Tengah 4 Helvetia 5 Sei Sikambing CII 6 Dwikora 7 Cinta Damai 8 Tanjung Gusta
R.TangPenduduk ga
Rata-rata Kepadatan anggota Penduduk Keluarga 5 6 4,5 11.914
3 4.818
4 21.683
6.090 2.920
21.860 12.904
4 4
14.573 10.323
3.078 4.972 4.386 3.422
12.928 22.706 17.378 18.685
4 4 4 5
13.192 11.353 9.654 8.493
128.144 4 11.095 Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan 2002
Berdasarkan komposisi penduduk, di Kecamatan Medan Helvetia terdapat penduduk yang bermata pencaharian pegawai negeri 5.961 jiwa, pegawai swasta, pedagang, maupun pensiunan 4.787 jiwa, ABRI 1.196 jiwa dan petani 105 jiwa. Penduduk yang bermukim di kawasan ini sangat heterogen yakni dari berbagai suku dan agama. Berdasarkan data pelanggan air minum yang dikonversikan dengan jumlah penduduk hingga akhir Maret 2005 sekitar 67% kawasan ini telah mendapatkan layanan air bersih sedangkan 23% di seluruh unit kegiatan baik pemukiman atau produksi barang/jasa memanfaatkan sumur dangkal
47 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 – 50
dan sumur dalam guna memenuhi kebutuhan air bersihnya. 5. ANALISIS HIDROLIS 5.1 Aliran Fluida dalam Jaringan Beberapa di antara masalah saluran pipa yang kompleks adalah aliran fluida dalam pipa yang saling berpotongan. Prinsip yang ada dalam masalah pembagian aliran yang tidak merata di Kecamatan Medan Helvetia ini dapat dilihat dari jaringan pipa existing.
Gambar 6. Jaringan Pipa Paralel
Apabila pada Q debit dan pressure aliran besar, sifat-sifat pipa diketahui, maka debit dan pressure Q1, Q2, dan Q3 kembali pada aliran Q. Dengan menggunakan prinsip ini memungkinkan debit dan pressure bertambah.
5.2 Pemilihan lokasi uji coba debit dan pressure Untuk mendapatkan debit dan pressure yang ideal dari suatu sistem jaringan pipa, kestabilan dalam pengaliran, keamanan dalam mengalirkan air/ mensuplai air, kemudahan perhitungan hidrolis dalam jaringan pipa, dan kesesuaian dengan kondisi topografi, aspek kemudahan dalam program hidrolis dalam jaringan pipa diaplikasikan dengan EPANET-2005. Uji coba debit dan pressure pada lokasi dipilih beberapa kriteria untuk mendapatkan penyebaran aliran pada daerah kritis antara lain: 1. Pressure minimal pada titik tapping penambah aliran 0,75 kg/cm2 2. Debit 9 – 60 L/dt 3. Jarak terjauh dari booster pump maksimal 1 km 4. Diameter pipa 120 mm – 300mm 5. Sumber pipa tapping belum tersambung Dalam memenuhi lima kriteria di atas, dicari beberapa lokasi yang memungkinkan pemerataan aliran di luar jarak terdekat dari sumber air booster pump, yakni Jl. Gatot Subroto < Jl. Asrama, Jl. Gatot Subroto < Jl. Kpt. Muslim sumber dari WTP Sunggal, Jl. Kpt. Muslim < Jl. Gaperta disuplai dari 2 titik pertemuan jaringan WTP Sunggal dan booster pump Sei Agul. 6. KESIMPULAN DAN SARAN
Gambar 7 Jaringan Pipa bercabang
Beberapa pipa dihubungkan secara paralel, maka berlaku persamaan kontinuitas yaitu: Q = Q1 + Q2 + Q3 Di mana Q1, Q2, dan Q3 adalah debit pipa 1, 2, dan 3 yang dihubungkan secara paralel, maka kehilangan tingi tekanan di semua pipa akan sama. Pembagian aliran kedua cabang harus sedemikian rupa sehingga hilang tinggi pressure yang terjadi adalah sama di tiap cabang.
6.1 Kesimpulan 1. Dari beberapa kali percobaan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa hasil uji coba yang dilakukan dari 1 – 3 kurang baik, sedangkan ke-4 cukup baik, namun pada uji coba ke-5 hasilnya sangat signifikan, dari node B – D, sumber aliran tapping pipa B Ǿ 300 mm ke pipa D Ǿ 110 mm dilakukan dengan 4 kali uji coba, masing-masing pipa Ǿ 200 mm, 175 mm, 150 mm, dan 100 mm. Dari rata-rata uji coba terjadi perubahan, hasil uji coba ke-5 ini sangat signifikan memberikan aliran ke setiap wilayah, ratarata tiap wilayah mendapatkan pasokan aliran yang sangat baik, terjadi perubahan pressure dari 0,890 – 1,172 kg/cm2 dan debit 3,89 – 60,19l/det, pressure pada wilayah 1 0,416
48 Universitas Sumatera Utara
ANALISIS HIDROLIS JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN HELVETIA
kg/cm2, wilayah 11 0,698kg/cm2, 0,416 kg/cm2, wilayah 16 0,485 kg/cm2, wilayah 17 dari press 0,713 kg/cm2, wilayah 0,427 kg/cm2, wilayah 22 0,794 kg/cm2 dan wilayah 25 0,687 kg/cm2. 2. Tindakan perbaikan yang perlu dilakukan adalah pemasangan pipa baru atau pipa paralel sesuai dengan perhitungan, penyambungan lewat Ǿ 200 mm dari pipa tapping Ǿ 300 mm di lokasi Asrama < Matahari Raya, dapat menyelamatkan daerah kritis wilayah 1 Jl. Karya, Sukaria dan sekitar, wilayah 12 Jl. Perkutut dan sekitar, wilayah 21 Jl. Masjid dan sekitar, wilayah 16 Jl. Melati Raya dan sekitar, dan wilayah 17 Jl. Matahari Raya dan sekitar, khususnya Perumnas Helvetia dan sekitarnya. 3. Sektor air bersih sebagai infrastruktur kota sangat berperan dalam menunjang pengembangan kota. Kota yang modern membutuhkan sektor air bersih yang baik dan terencana sehingga mampu memenuhi perkembangan pertumbuhan penduduk. Untuk itu perlu sistem perencanaan yang sistematis dan terukur sehingga pemanfaatan tata guna lahan dalam membangun jaringan air minum perkotaan efisien dan berhasil guna. 6.2 Saran 1. Sistem jaringan pendistribusian air yang baik adalah mengalirkan air dengan debit dan pressure yang cukup, serta melaksanakan pengendalian program jaringan pipa dengan memperhatikan hal-hal berikut: a. Pengaliran air harus senantiasa dikendalikan secara terpadu, sehingga pressure dan debit di daerah pelayanan lebih kurang akan sama. b. Bila pressure dan debit terlalu tinggi, maka kebocoran air akan sering terjadi. Idealnya air maksimum yang baik di jaringan pipa adalah 4,00 kg/cm2 atau 40 mka. 2. Apabila tidak mungkin mengendalikan tekanan air yang tinggi dengan pengaturan katup, perlu dipasang pipa paralel atau menggantinya dengan pipa yang berdiameter lebih besar. Pada daerah yang jauh dari booster pump yang bertekanan rendah perlu dipasang pompa penguat dan pada daerah
Tauhid Ichyar Abdul Ghani Salleh N. Vinky Rahman
yang bertekanan tinggi perlu dipasang katup pengurang pressure. 3. Bila kemampuan pipa distribusi menurun, indikasi ini menunjukkan diameter pipa kurang besar, karena diameter itu ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk yang dilayani untuk jangka waktu tertentu, perkembangan dan perubahan tata guna lahan. Maka kebutuhan air juga meningkat dan diameter pipa harus diperbesar disesuaikan dengan perkembangan penduduk. 4. Dengan melihat hasil uji coba ke-5 dengan hasil yang signifikan, maka perlu dikaji ulang efektivitas pemasangan jaringan daerah lain jika memang telah direncanakan, agar tidak terjadi pola perencanaan yang tumpang tindih sehingga mengganggu estetika kota. 5. Penelitian lanjutan menggunakan variasi lokasi yang berbeda dengan pengamatan operasional pompa, buka tutup valve, debit dari WTP Sunggal atau beberapa titik tapping daerah layanan yang mengalami kritis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 1998. ‘Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek’, Rineka Cipta, Jakarta. Bambang Triatmodjo Prof.Dr.Ir.CES.DEA. 2003. Hidrolika I & II . Beta Offset. C. Totok Sutrisno, Eni Suciastuti, 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT.Aneka Cipta, Jakarta. Cheema, G. Shabbir. 1993. Urban Management. Westport Connection, London. Hamid, Shivani. 1985. The Urban Desaign Process, Van Nostrand Renhold Company, New York. Imam Subarkah. Ir. 1974. Bangunan Air, Penerbit Idea Dharma Bandung. I.Soetejo Ir.1982 Fluid Flow. Angkasa Bandung. Nur Yuwono Ir 1977 Hidrolika I, PT. Hanindita. Jogyakarta. Ray K.Linsley, Joseph B Franzini.1995 .Teknik Sumber Daya Air. Erlangga. Soewarno.2000 Hidrologi Operasional PT.Citra Aditya Bakti. Supranto,2001 Manajemen Pemasaran Rineka Cipta, Jakarta.
49 Universitas Sumatera Utara
Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. 02 no. 03, Desember 2005: 42 – 50
Syahril Effendy Pasaribu. Drs, Msi, MA.2003. PDAM Operator Pelayanan Air Bersih & Air Minum, Bina Teknik Press WP.Palmer, 1979, Building Planning and Desaign, Chapmans Hall, LTD,USA. Yunus, Hari Sabari. 2000. Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, Jakarta Zahnd, Markus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu, Kanisius & Soegijapranata University Press, Semarang. ________, 2004 Pelatihan On The Job Training, Perencanaan Pemograman Air Minum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang Nasional, (CBUIM). _______, 2002 Pelatihan Pedoman Intehrasi Ruang Kota dengan Pengelolaan lahan,
Direktorat Jenderal Penataan Ruang nasional, (CBUIM). _______,(2002) Gambaran Umum PDAM Tirtandi Propinsi Sumatera Utara , Website www.pdamtirtanadi.com _______, Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara (1999), ” Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No.3 tahun 1999”, Medan, Sumatera Utara. ________, (2004) ”Coorporate Plan 2001-2005” Revisi keempat, PDAM Tirtanadi Sumatera Utara.
50 Universitas Sumatera Utara