BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ASMA MERUPAKAN

Download Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak dinegara maju. ... IgE tali pusat pada ibu yang merokok selama hamil. Lingkun...

0 downloads 659 Views 818KB Size
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Asma merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak dinegara maju. Dua dekade terakhir, dilaporkan prevalensi asma meningkat baik pada anak maupun dewasa.8 Asma memberi dampak negatif bagi kehidupan penderitanya, seperti menyebabkan anak tidak masuk sekolah dan membatasi kegiatan olahraga serta aktivitas seluruh keluarga.9 Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Terdapat perbedaan prevalensi antar negara dan bahkan perbedaan antar daerah di dalam suatu negara.7,10 Berbagai faktor risiko dapat mempengaruhi terjadinya serangan asma, berat ringannya penyakit, serta kematian akibat asma.8,11 Faktor tersebut antara lain adalah adanya riwayat atopi, lingkungan dengan alergen, anak tunggal, anak dengan jumlah saudara kandung sedikit, paparan polusi, riwayat

imunisasi

dan

pemberian

ASI

serta

kepemilikan

hewan

peliharaan.12,13

19 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.1 Definisi Asma Menurut Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2004 definisi asma adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari, musiman, setelah aktivitas fisik, serta dijumpai riwayat asma atau atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya.8

2.2 Efek jumlah saudara kandung terhadap kejadian alergi Efek jumlah saudara kandung terhadap kejadian alergi diyakini sudah ada sejak masa fetus. Diketahui fetus mulai mensintesis IgE pada minggu ke-11 masa gestasi. Perubahan lingkungan uterus akibat faktor eksternal dapat terjadi misalnya pada pengaruh gaya hidup ibu atau lingkungan keluarga. Seperti yang terlihat pada studi yang menunjukkan peningkatan konsentrasi IgE tali pusat pada ibu yang merokok selama hamil. Lingkungan uterus juga dapat berubah dengan adanya perubahan paritas berupa penurunan konsentrasi IgE tali pusat seiring dengan meningkatnya jumlah kelahiran.14 Studi lebih lanjut menemukan kalau organochlorin plasenta dapat meningkatkan progesteron, testosteron, dan estrogen selama kehamilan dan konsentrasi organochlorin berkurang seiring dengan meningkatnya kelahiran.

20 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dimana konsentrasi organochlorin plasenta berhubungan dengan konsentrasi IgE tali pusat. 14,15 Faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan lingkungan uterus yaitu infeksi selama hamil dan perubahan sistim endokrin. Penelitian epidemiologi menemukan adanya efek protektif agen infeksius atau produk mikroba terhadap sensitisasi dan penyakit alergi. Misalnya infeksi campak, malaria, virus hepatitis A, Helicobacter pylori, flora normal usus, endotoksin lingkungan dan produk mikroba lainnya serta kecacingan.16 Peningkatan fasilitas peralatan rumah tangga dan standar kebersihan pribadi juga dikatakan mengurangi kesempatan terjadinya infeksi silang terhadap bakteri dan virus pada keluarga, yang berakibat meningkatnya penyakit atopi.14 Eksplorasi lebih jauh, menemukan bahwa paparan terhadap mikroba yang kurang merupakan faktor penyebab utama peningkatan insidensi atopi. Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan berkurangnya paparan terhadap mikroba adalah air dan makanan yang bersih, sanitasi, penggunaan antibiotika, vaksinasi pertusis, proses kelahiran, dan juga faktor insidental seperti perpindahan tempat tinggal dari pedesaan ke perkotaan.16 Paparan terhadap lingkungan merupakan faktor utama sensitisasi alergi terhadap alergen lingkungan dan munculnya penyakit alergi. Beberapa faktor lingkungan tersebut termasuk paparan yang sering terhadap alergen,

21 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

binatang peliharaan dan ternak, tingkat sosio-ekonomi, status nutrisi, jumlah saudara kandung, tempat penitipan anak, dan faktor gaya hidup seperti diet, pemberian ASI, dan kebiasaan merokok orangtua. Pola pemaparan terhadap faktor risiko dan faktor protektif di lingkungan akan menentukan prevalensi penyakit alergi dan atopi pada populasi.6

2.3 Mendeteksi Kelainan Alergi Dan Asma Salah satu alat diagnosis yang cukup efektif untuk membuktikan adanya IgE spesifik yang terikat pada sel mastosit kulit adalah dengan uji tusuk kulit.17 Dengan uji ini dapat ditentukan jenis alergen yang harus dihindari oleh seorang penderita hipersensitivitas. Pada uji tusuk kulit, Th2 yang teraktivasi akan memproduksi IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-13, TNF-α dan GM-CSF yang akan menstimulasi limfosit B untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma yang selanjutnya akan memproduksi Ig E dan menimbulkan reaksi peradangan. Ig E yang terikat pada mastosit akan memicu sekresi histamin dan mediator lain yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga timbul flare/kemerahan dan wheal/bentol pada kulit tersebut. 18,19 Untuk mendeteksi asma dan kelainan alergi lain juga dapat dilakukan dengan memakai kuesioner yang telah terstandarisasi oleh International

22 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) yaitu suatu organisasi internasional

yang

didirikan

untuk

menjadikan

penelitian

dan

penatalaksanaan asma serta penyakit alergi lain menjadi lebih global dan terstandarisasi dengan melibatkan berbagai negara dan menggunakan metodologi yang seragam. Didalam kuesioner ISAAC digunakan pertanyaan standar yang telah disetujui bersama dalam konvensi ISAAC di Bochum, Jerman untuk digunakan dalam studi asma dan alergi lain.7

23 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2.4.

Kerangka Konseptual

Jumlah saudara kandung ↑

Paparan thd infeksi ↑

Konsentrasi IgE maternal ↓

Proliferasi sel Th 1 ↑

Konsentrasi IgE tali pusat ↓

Sekresi interleukin 12 & interferon ∂ ↑

Kejadian atopi ↓

Produksi IgE ↓

Proliferasi sel Th-2 & produksi interleukin 4 ↓

Imunisasi (-)

Polusi udara↓

Kejadian asma ↓

Pemberian ASI (+)

Hewan peliharaan (-)

Yang diamati dalam penelitian

Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian

24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA