BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan mengelilingi bumi (Fardiaz, 1992). Udara terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon, 0,032% karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer (Wardhana, 2001). Udara merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk bernafas sehari-hari. Tanpa adanya udara, maka manusia dan makhluk lainnya tidak mampu untuk hidup. Udara bersih merupakan udara yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Kenyataannya, dewasa ini kita susah menemukan udara yang bersih khususnya di kota-kota besar. Seiring semakin berkembangnya ekonomi, teknologi, dan pembangunan maka diikuti pula oleh peningkatan sektor industri serta transportasi. Peningkatan ini merupakan suatu hal yang dapat menurunkan kualitas udara di suatu daerah. Kualitas udara tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi zat pencemar dalam udara (Soemarno, 1999). Pencemaran udara menurut Soedomo (2001) dapat didefinisikan sebagai masuknya zat pencemar ke dalam udara baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia. Sumber pencemaran alami antara lain kebakaran hutan, debu akibat letusan gunung api, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut. Sumber pencemaran akibat aktivitas manusia misalnya aktivitas transportasi, industri, dan pembuangan sampah. Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar yang paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Hal ini terjadi akibat semakin bertambahnya pembangunan di kota-kota sehingga meningkatkan jumlah industri serta transportasi semakin besar. Peningkatan jumlah industri dan transportasi akan meningkatkan hasil produksi sampingan, dampaknya adalah memperbesar jumlah polutan yang mencemari udara dan dihirup oleh manusia.
1
Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang zat pencemar terbesar di kota-kota besar. Hal ini dikarenakan jumlah pengguna transportasi yang setiap tahun bertambah. Laju pertumbuhan kendaraan bermotor sekarang 5%, jauh apabila dibandingkan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1-2% (Jeremy Colls, 2002).
Pertumbuhan kendaraan bermotor juga tidak diikuti dengan adanya
penambahan atau pelebaran jalan sehingga sering terjadi kepadatan kendaraan hingga terjadi kemacetan. Kondisi ini juga diperparah oleh penemuan minyak bumi sebagai pengganti batubara yang merupakan sumber utama energi diberbagai tempat tak terkecuali di Indonesia. Menurut Neiburger (1995) dalam bukunya yang berjudul memahami lingkungan atmosfir kita, penggunaan minyak bumi akan menimbulkan suatu jenis pencemaran baru. Pencemaran jenis baru ini dipengaruhi oleh reaksi fotokimia yang mendorong dan memudahkan terjadinya perubahan kimia. Sumber pencemar udara yang paling berpengaruh adalah kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor menghasilkan polutan ke atmosfer berupa gas CO, NOx, hidrokarbon,𝑆𝑂2 , dan tetraethyl lead (Soedomo, 2001). Sumber polusi yang berasal dari transportasi terdiri dari 60% polutan yang dihasilkan adalah CO dan 15% terdiri dari hidrokarbon (Fardiaz, 1992). Sektor transportasi ini merupakan sumber pencemaran yang bergerak. Sumber pencemaran bergerak adalah semua sumber pencemaran udara yang bergerak seperti mobil, truk, bus, motor, pesawat, kapal. (Cooper dan Alley, 2002). Daerah yang berpotensi mengalami penurunan kualitas udara akibat makin bertambahnya polutan adalah perkotaan. Kota merupakan daerah yang memiliki kualitas udara yang lebih buruk dibandingkan dengan daerah pedesaan. Aktivitas di kota yang lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan baik dari sisi transportasi maupun industri yang merupakan penyumbang polutan terbanyak merupakan salah satu penyebabnya. Salah satu daerah yang termasuk dalam kategori kota adalah kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya tarik tinggi karena beberapa keunikan dan keunggulan yang dimiliki. Kota Yogyakarta merupakan kota
2
pariwisata, kota pendidikan, kota budaya, dan kota yang dikenal akan keramahan warganya. Daya tarik ini yang membuat banyak masyarakat yang berdatangan ke kota ini baik untuk mencari mata pencaharian, menempuh pendidikan, berwisata, maupun untuk kepentingan lainnya. Jumlah kendaraan bermotor di kota Yogyakarta berdasarkan data dari Kota Yogyakarta Dalam Angka tahun 2006 sampai tahun 2011 pada Gambar 1 diketahui bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi pada empat jenis kendaraan yaitu sepeda motor, bus, truk, sedan dan station. Peningkatan jumlah kendaraan ini tentu saja akan menambah jumlah pencemaran udara khususnya karbon monoksida yang ada di udara.
Jumlah Kendaraan
1000000
100000
10000
1000
2004
2005
2006
2007
2008
2009
213690
226414
240075
256224
273538
288619
Bus
2885
4428
5329
6528
8266
9572
Truk
12498
12679
12730
12827
12701
12831
Sedan dan Station
31432
32069
32332
32667
32873
33056
Sepeda motor
Gambar 1.1. Grafik Jumlah Kendaraan Di kota Yogyakarta Tahun 2004-2009 Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2007-2009 Penurunan kualitas udara akan meningkatkan risiko akibat pencemaran udara. Masing-masing polutan menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda terhadap manusia. Salah satu polutan berbahaya adalah karbon monoksida yang merupakan polutan yang paling banyak dihasilkan oleh aktivitas transportasi.Menurut Fardiaz (1992) CO apabila kontak dalam konsentrasi tinggi dengan manusia akan
3
menyebabkan kematian dan apabila pada konsentrasi yang rendah maka akan mengganggu kesehatan. Salah satu jalan di kota Yogyakarta yang memiliki kepadatan yang tinggi adalah Jalan Taman Siswa. Ruas jalan ini merupakan jalan yang sering mengalami kemacetan khususnya pada waktu jam sibuk, karena ruas jalan ini menghubungkan ke tempat-tempat di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan tersebut terdapat perkantoran, kampus, pertokoan, tempat ibadah, dan pusat bimbingan belajar sehingga tak jarang ruas-ruas jalan digunakan sebagai tempat parkir. Hal ini menyebabkan lebar jalan semakin sempit, sehingga tak jarang terjadi kemacetan khusunya pada saat pagi dan sore hari dimana waktu tersebut merupakan dimulai dan berakhirnya aktivitas. Selain merupakan daerah yang padat akan aktivitas, Jalan Taman Siswa juga merupakan jalan yang strategis. Jalan Taman Siswa merupakan penghubung ke tempat-tempat penting, seperti Balaikota Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan, Pakualaman, Stadion Mandala Krida. Salah satu keunikan dari Jalan Taman Siswa adalah Jalan Taman Siswa merupakan penghubung antara Bantul dengan Kota Yogyakarta, dimana banyak masyarakat Bantul maupun Yogyakarta yang melalui Jalan Taman Siswa. Kondisi tersebut perlu dikaji lebih mendalam khususnya untuk mengetahui persebaran pencemaran udara akibat kendaraan bermotor di Jalan Taman Siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan studi khusus mengenai “Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida Ambien Studi Kasus Jalan Taman Siswa Yogyakarta”. 1.2.Rumusan Masalah Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang banyak terjadi akhir-akhir ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang semakin besar sehingga meningkatkan kebutuhan manusia akan sesuatu. Peningkatan akan kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan aktivitas manusia, sehingga aktivitas manusia untuk memperoleh dan memproduksi sesuatu
4
akan semakin meningkat. Akibat dari pertumbuhan tersebut terjadi peningkatan di bidang infrastruktur, ekonomi, industri, dan transportasi. Pembangunan infrastruktur, ekonomi, industri, dan semakin bertambahnya kendaraan bermotor untuk mobilitas penduduk merupakan salah satu masalah yang perlu ditanggulangi khususnya di kota-kota besar. Salah satu kota tersebut adalah kotamadya Yogyakarta. Permasalahan di kota Yogyakarta sama seperti di kota-kota besar lainnya seperti di Indonesia dimana peningkatan jumlah kendaraan bermotor tidak diikuti dengan pelebaran jalan sehingga sering terjadi penumpukan kendaraan terutama pada jam-jam sibuk. Peningkatan kendaraan yang semakin banyak di kota Yogyakarta dan kota yang merupakan poros ekonomi bagi masyarakat di DIY membuat polusi udara semakin tinggi khususnya karbon monoksida yang berpengaruh pada kesehatan manusia. Salah satu jalan di kota Yogyakarta yang sering terjadi kemacetan berdasarkan pengamatan peneliti adalah Jalan Taman Siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian berupa : 1. Berapa konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa? 2. Bagaimana pengaruh kepadatan kendaraan bermotor pada konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa? 3. Bagaimana pengaruh faktor meteorologis (suhu, kelembapan, dan kecepatan angin) padakonsentrasi karbon monoksida? 1.3.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui besarnya konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa. 2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan pada konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa. 3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis (suhu, kelembapan, dan kecepatan angin) terhadap konsentrasi karbon monoksida.
5
1.4.Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah a. Memberikan gambaran mengenai besarnya pencemaran udara akibat padatnya lalu lintas di Jalan Taman Siswa Yogyakarta. b. Memberikan sumbangan bagi ilmu geografi khususnya mengenai pencemaran udara. 1.5.Tinjauan Pustaka 1.5.1. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah masuknya zat-zat pencemar kedalam udara baik karena aktivitas alam maupun aktivitas manusia. Hampir tidak ada udara di dunia ini yang bersih tanpa pencemar. Udara selalu ditemukan terdapat unsur pencemar meskipun hanya sedikit. Pencemaran udara dapat bersumber dari alam maupun aktivitas manusia. Sumber pencemaran akibat aktivitas alam(sumber pencemar alami) seperti adanya debu akibat vulkanik, kebakaran hutan, dan pancaran garam dari laut. Sumber yang paling sering dihadapi adalah sumber pencemar akibat aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara akibat aktivitas manusia antara lain akibat industri, transportasi, pembangunan, dan pertambangan (Soedomo, 2001). Pencemar udara atau polutan umumnya berasal akibat aktivitas manusia. Aktivitas manusia tersebut yang memiliki andil dalam pencemaran udara. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan budaya yang pesat sehingga menimbulkan pola konsumtif yang berlebihan dan berdampak pada penurunan kualitas udara (Ryadi, 1982). Sumber pencemaran udara berdasarkan PP No. 41 tahun 1999 adalah usaha ataupun kegiatan yang dapat mengeluarkan bahan pencemar ke udara sehingga udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sumber pencemaran udara yang mencemari udara bermacam-macam. Sumber pencemaran udara menurut Soedomo (2001) tersebut antara lain:
6
a. Sumber titik pencemaran udara contohnya adalah cerobong asap dari suatu pabrik. b. Sumber garis contohnya adalah transportasi yang bergerak sehingga emisisnya berbentuk garis, deretan pabrik di sepanjang sungai atau jalan. c. Sedangkan sumber area contohnya adalah suatu kota, dimana terdapat berbagai macam jenis pencemar seperti industri, dan transportasi. Penggolongan sumber pencemaran udara dalam bentuk lain berdasarkan PP No. 41 tahun 1999 yaitu: a. Sumber bergerak Sumber bergerak merupakan sumber pencemaran udara yang emisinya bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan bermotor. b. Sumber bergerak spesifik Sumber yang hampir sama dengan sumber bergerak namun berasal dari pesawat, kereta api, dan kapal laut. c. Sumber tidak bergerak Sumber tidak bergerak merupakan sumber yang emisinya tetap yang berada pada suatu tempat. Contohnya adalah sumber dari cerobong asap suatu industri. d. Sumber tidak bergerak spesifik Sumber yang tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah. e. Sumber gangguan Sumber pencemaran yang menggunakan media udara atau padat sebagai media penyebaran. Contoh dari sumber gangguan ini adalah bau, dan kebisingan.
7
Penggolongan
polutan
di
udara
berdasarkan
asal
mula
dan
kelanjutan
perkembangannya dibedakan menjadi dua, yaitu (Ryadi, 1982): a. Polutan Primer Polutan primer merupakan polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun karena proses alami. Jadi polutan ini merupakan polutan yang sama seperti saat dibebaskan dari sumber pencemarannya. Contoh polutan primer yaitu karbon monoksida (CO), C𝑂2 , S𝑂2 , MO, N𝑂2 , HC, dan partikulat. b. Polutan Sekunder Polutan sekunder merupakan polutan yang terbentuk akibat hasil reaksi dari polutan primer dengan komponen lainnya. Polutan ini sudah berubah karena reaksi tertentu seperti foto-kimia dan reaksi katalisis. 1.5.2. Karbon monoksida (CO) Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Karbon monoksidaberbentuk gas di atas suhu -192° celcius, di bawah suhu tersebut gas ini berbentuk cair.Gas CO menurut Fardiaz (1992) secara umum terbentuk akibat beberapa proses yaitu: 1. Pembakaran yang tidak sempurna pada karbon atau unsur yang mengandung karbon seperti bahan bakar fosil. 2C + 𝑂2 2CO 2. Reaksi antara karbondioksida dengan karbon yang terjadi pada suhu yang tinggi. 𝐶𝑂2 + C 2CO 3. Karbondioksida yang terurai menjadi CO dan oksigen pada suhu tinggi. 𝐶𝑂2 CO + O Karbon monoksida atau CO dapat berasal dari alam seperti aktivitas gunung berapi, emisi gas alam, dan pancaran dari kilat. Tetapi gas CO yang berasal dari alam tidak sebesar yang berasal dari aktivitas manusia. Gas karbon monoksida merupakan gas yang sebagian besar berasal dari proses pembakaran gas alam. Sumber emisi CO akibat aktivitas manusia adalah transportasi, industri, dan pembakaran sampah serta sisa hasil pertanian(Fardiaz, 1992).
8
Karbon monoksida merupakan unsur
polutan yang paling banyak
dibandingkan dengan polutan lain di atmosfer. Persebaran CO di udara telah banyak diteliti dimana persebaran CO banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada di suatu daerah. Persebaran CO di udara dapat dihilangkan oleh mikroorganismemikroorganisme yang ada di tanah. Mikroorgsnisme-mikroorganisme yang terdapat dalam tanah tersebut aktif dalam pembersihan CO (Fardiaz, 1992). Tetapi kondisi di perkotaan tanah terbuka sudah jarang ada, tanah terbuka telah menjadi gedung perkantoran, permukiman, dan jalan raya. Selain itu kondisi gedung-gedung yang tinggi mempengaruhi pergerakan angin dalam pembersihan CO sehingga di daerah perkotaan konsentrasi CO susah hilang dan cenderung meningkat. Karbon monoksida merupakan salah satu sumber pencemar primer. Polutan ini dapat berkonstribusi dalam perubahan iklim global, terutama global warming. Karbon monoksida akan bereaksi dengan molekul OH. Karena bereaksi dengan OH, maka konsentrasi OH akan berkurang dan sebaliknya konsentrasi CO akan bertambah sehingga dapat menambah panas bumi karena reaksi ini akan menambah umur dari metana (Kaufman dan Cleveland, 2008). Karbon monoksida merupakan polutan yang berbahaya. Polutan ini dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian pada manusia. CO pada konsentrasi yang lebih rendah juga berpengaruh pada kesehatan manusia. Pengaruh pada kesehatan manusia ini dipengaruhi oleh CO disebabkan oleh reaksi antara CO dengan Hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengantarkan oksigen dalam bentuk 𝑂2 Hb dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dalam bentuk 𝐶𝑂2 Hb dari sel tubuh ke paru-paru. Tetapi CO memiliki afinitas yang lebih tinggi dari 𝑂2 akan membentuk karboksihemoglobin(COHb) dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan 𝑂2 Hb. Semakin tinggi konsentrasi CO dalam darah maka semakin tinggi pula persentase Hb terikat dengan CO, pengaruhnya akan semakin parah bagi manusia (Fardiaz, 1992).
9
Tabel 1.1. Pengaruh konsentrasi COHb di dalam darah terhadap kesehatan manusia Konsentrasi COHb
Pengaruhnya terhadap kesehatan
dalam darah % < 1.0
Tidak ada pengaruh
1.0 – 2.0
Penampilan agak tidak normal
2.0 – 5.0
Pengaruh pada sistem syaraf sentral, reaksi pancaindra tidak normal, benda terlihat agak kabur
≥ 5.0
Perubahan fungsi jantung dan pulmonary
10.0 – 80.0
Kepala
pening,
mual,
berkunang-kunang.
Pingsan,
kekurangan nafas, dan kematian. Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992) 1.5.3. Faktor meteorologis 1.5.3.1. Angin Angin adalah gerak udara yang sejajar dan tegak lurus dengan permukaan bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan rendah.Angin diberi nama sesuai dari arah datangnya angin, contohnya angin laut merupakan angin yang berasal dari laut dan angin barat yang merupakan angin yang berasal dari barat (Tjasyono, 2004). Angin dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, semakin besar perbedaan tekanan maka kecepatan angin akan semakin besar. Sama halnya dengan air sungai dimana semakin besar perbedaan kemiringan sungai maka aliran air sungai akan semakin besar. Angin yang tenang merupakan angin yang memiliki perbedaan isobar yang relatif kecil. Angin merupakan salah satu komponen meteorologis yang memiliki pengaruh terhadap jumlah polutan yang ada di udara. Angin dapat mengurangi polutan dekat sumber emisi, tetapi dapat membawa polutan ke tempat yang lebih jauh (Miller, 1982 dalam Santoso 2008). Angin merupakan salah satu besaran vektor yang memiliki arah dan kecepatan. Angin secara klimatologis memiliki 8 arah, sedangkan menurut dunia
10
penerbangan memiliki 16 arah. Arah angin digunakan karena arah angin selalu berubah-ubah (Tjasyono, 2004). Menurut Tjasyono, arah angin antara menurut klimatologis adalah -
Utara
: 337,5° - 22,5°
-
Timur Laut
: 22,5° - 67,5°
-
Timur
: 67,5° - 112,5°
-
Tenggara
: 112,5° - 157,5°
-
Selatan
: 157,5° - 202,5°
-
Barat Daya
: 202,5° - 247,5°
-
Barat
: 247,5° - 292,5°
-
Barat Laut
: 292,5° - 337,5°
Perubahan arah dan kecepatan angin pada suatu lokasi disajikan dalam bentuk windrose atau mawar angin. Mawar angin merupakan garis yang memancar dari pusat lingkaran yang menunjukkan arah dan kecepatan angin. 1.5.3.2. Suhu dan Kelembapan Udara Suhu udara secara fisis dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda dimana semakin besar gerakannya maka suhunya semakin tinggi. Suhu udara juga dapat didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda (Tjasyono, 2004). Suhu udara berubah-ubah sesuai dengan tempat dan waktu. Misalnya suhu udara di dalam ruangan berbeda dengan suhu udara di luar ruangan, kemudian suhu udara di pagi hari berbeda dengan suhu udara yang ada di siang hari. Suhu udara dapat diukur menggunakan alat seperti termometer. Untuk menyatakan besaran dari suatu suhu digunakan berbagai skala seperti Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin.Skala ini merupakan skala yang biasa digunakan. Salah satu skala yang digunakan di Indonesia adalah skala celcius.Skala celcius menggunakan angka 100 ° yang digunakan sebagai titik didih air dan 0 ° sebagai titik beku air. Skala yang biasa digunakan dalam berbagai persamaan adalah skala Kelvin. Skala ini didasarkan pada suhu nol mutlak, dimana saat itu akan berhenti melakukan tekanan
11
yaitu -273 ° C. Oleh karena itu konversi dari derajat Celcius ke Kelvin memiliki persamaan: K = C + 273 Pengukuran suhu udara diperoleh satu nilai, yaitu suhu rata-rata. Menurut Tjasyono (2004) suhu rata-rata harian misalnya, di Indonesia didefinisikan sebagai rata-rata pengamatan suhu selama 24 jam. 2T7 + T13 + T18 4 : Suhu harian rata-rata
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = Keterangan
: T rata-rata
T7, T13, T18 : Suhu udara pada pukul 07.00, 13.00, dan pukul 18.00 Suhu bulanan rata-rata adalah jumlah suhu harian rata-rata dibagi dalam banyaknya jumlah hari dalam satu bulan. Sedangkan untuk mengukur suhu tahunan rata-rata yaitu dengan jumlah suhu bulanan rata-rata dibagi 12. (Tjasyono, 2004) Suhu dapat dibuat dengan peta isotherm. Peta isotherm merupakan peta yang menggambarkan distribusi suhu dengan garis yang menghubungkan tempat yang memiliki suhu yang sama. Peta ini digunakan untuk menggambarkan pola persebaran suhu di sebuah daerah. Kelembapan udara adalah besarnya konsentrasi uap air yang ada di udara. Untuk mengetahui konsentrasi uap air tersebut, dapat ditentukan melalui kelembapan absolut, kelembapan relatif, maupun kelembapan spesifik. Kelembapan yang biasa digunakan adalah kelembapan relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan udara ini disebut hygrometer. Kelembapan berpengaruh terhadap pencemaran udara, kelembapan udara akan melarutkan beberapa jenis polutan (Miller, 1982 dalam Santoso 2008). Suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap polutan yang ada di atmosfer. Kelembapan udara relatif yang rendah atau dibawah 60% akan mengurangi efek korosi, sedangkan kelembapan relatif yang lebih atau sama dengan 80% akan meningkatkan efek korosi pada daerah tersebut. Suhu udara yang menurun akan meningkatkan kelembapan relatif sehingga efek korosi tinggi. Suhu udara yang tinggi juga meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia (Mukono, 1997 dalam Santoso 2008).
12
1.5.4. Satuan Mobil Penumpang Lalu lintas adalah pergerakan kendaraan maupun orang yang melewati suatu jalan. Lalu lintas berhubungan erat dengan transportasi. Transportasi sendiri adalah suatu kegiatan untuk memindahkan barang maupun orang dari satu tempat ke tempat lain. Semakin banyak barang atau orang yang dipindahkan, maka akan semakin padat lalu lintas tersebut. Kepadatan kendaraan bermotor dapat dihitung melalui pengamatan langsung di lapangan. Pengamatan dilakukan dengan mencatat dan menghitung setiap jenis kendaraan yang melintasi suatu jalan. Jumlah gerakan yang dicatat dan dihitung dapat dilihat meliputi beberapa jenis gerakan, seperti pejalan kaki,pengendara sepeda, pengendara motor, dan pengendara mobil (Hobbs, 1996). Kendaraan bermotor di jalan raya memiliki beberapa jenis, contohnya adalah sepeda, sepeda motor, mobil, bus, dan truk. Setiap jenis kendaraan memiliki pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan besar kendaraan tersebut. Untuk menghilangkan klasifikasi jenis kendaraan pada perhitungan kepadatan kendaraan bermotor maka perlu dilakukan penyamaan nilai dari tiap jenis kendaraan. Konversi nilai ekivalen tersebut dinyatakan dalam satuan mobil penumpang(SMP) dalam satuan waktu. Untuk itu Hobbs mengklasifikasikan SMP sesuai dengan tabel satuan mobil penumpang. Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang NO
Kelas Kendaraan
Standar Perkotaan
Standar Pedesaan
1
Mobil pribadi, taksi, kendaraan muatan ringan sampai dengan 25 ton Sepeda motor untuk seorang, skuter, moped Kendaraan barang sedang atau berat lebih dari 15 ton Bis besar dan sedang, bis gandeng, trem
1
2 3 4
1
Rancangan perempatan bundaran 1
Rancangan perempatan lalulintas 1
0,75
1
0,75
0,33
2
3
2,8
1,75
3
3
2,8
2,25
13
Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang (Lanjutan) NO
5
Kelas Kendaraan
Sepeda
Standar Perkotaan
Standar Pedesaan
0,33
0,5
Rancangan perempatan bundaran 0,5
Rancangan perempatan lalulintas 0,2
Sumber : F. D. Hobbs, 1996 Satuan Mobil Penumpang (SMP) dapat dihitung dari jenis dan jumlah kendaraan yang melewati suatu titik. Misal, volume kendaraan yang melewati jalan perkotaan sebesar 400 kendaraan/jam. Volume kendaraan tersebut meliputi 300 sepeda motor, 55 mobil pribadi, 35 kendaraan barang sedang, dan 10 bis. Volume kendaraan tersebut dapat diubah menjadi SMP berdasarkan Tabel 2 yaitu: Sepeda motor
300 x 0,75
= 225
Mobil pribadi
55 x 1
= 55
Kendaraan Barang sedang
35 x 2
= 70
Bis
10 x 3
= 30
Jumlah
= 380 smp/jam
1.6. Penelitian Sebelumnya Awang Wijaya pada tahun 2005 meneliti pengaruh kepadatan kendaraan bermotor dan keberadaan jalur hijau terhadap kadar CO ambien dan perubahan parameter iklim mikro di sebagian kota Surakarta. Metode yang dipakai oleh Awang menggunakan tiga metode, yaitu deskriptif, grafis, dan statistik. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kadar CO pada vegetasi yang lebih rapat lebih sedikit dibandingkan vegetasi yang jarang. Widyastuti Hamdayani tahun 2007 meneliti pengaruh penggunaan lahan dan kepadatan lalu lintas terhadap CO ambien di sebagian jalan Kaliurang, kabupaten Sleman. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis statistik berupa ANNOVA dan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
14
diperoleh korelasi yang kuat dan positif antara kendaraan bermotor dengan kadar CO. Mega mardikowati tahun 2007 meneliti pola persebaran CO di sebagian jalan Bantul, kota Yogyakarta. Metode pengukuran menggunakan moving observationdan metode pengambilan menggunakan purposive stratified sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis grafis dan analisis statistik. Utian Suarma pada tahun 2008 meneliti pengaruh kepadatan penduduk dan kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO sebagai indicator risiko pencemaran udara di kota Yogyakarta. Metode analisis yang dipakai yaitu analisis spasial, analisis temporal, dan analisis statistik. Hasil dari penelititan ini berupa peta risiko pencemaran udara, dimana daerah yang kepadatan tinggi memiliki risiko pencemaran yang tinggi. Dian Hudawan Santoso, pada tahun 2008 meneliti distribusi spasial CO di kawasan kampus UGM. Penelitiian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis grafik. Hasil yang diperoleh berupa peta distribusi CO di kawasan kampus UGM dan hubungan antara CO dengan iklim serta dengan kendaraan bermotor yang korelasi yang kuat. Primanda Kiky Widyaputra pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai analisis tingkat CO ambien serta estimasi pelepasan CO oleh kendaraan bermotor di Jalan Mangkubumi, Kota Yogyakarta. Penelitiian ini menggunakan metode purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif setra spasial. Hasil dari penelitian ini berupa peta kepadatan kendaraan bermotor, peta persebaran CO, grafik perbandingan CO dengan iklim mikro, dan grafik perbandingan CO dengan kepadatan kendaraan bermotor. Penelitian yang berjudul Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida Ambien (Studi Kasus Jalan Taman Siswa Yogyakarta) ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat pada daerah dan waktu kajian. Daerah kajian dalam penelitian ini adalah Jalan
15
Taman Siswa. Perbedaan juga terdapat pada teknik pemilihan sampel, dimana peneliti menentukan sampel yaitu setiap jalan keluar masuk utama yang ada di Jalan Taman Siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada teknik pengukuran lapangan yang menggunakan moving observation technique.
16
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya
No
Nama Peneliti (Tahun) Awang Wijaya (2005)
Topik Penelitian
2
Widyastuti Handayani (2007)
3
Mega Mardikowati (2007)
1
Daerah Penelitian Sebagian Kota Surakarta, Jawa Tengah
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Mengetahui pengaruh gas buang kendaraan bernotor dan keberadaan jalur hijau terhadap kualitas udara danparameter iklim
1.Analisis deskriptif 2. Analisis grafis 3. Analisis Statistik korelasi- regresi berganda
Pengaruh Penggunaan Lahan dan Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Karbon Monoksida (CO) Ambien (Studi Kasus Sebagian Jalan Kaliuarang dan Sekitarnya)
Jalan Kaliurang Kabupaten Sleman
1. Analisis diskriptif 2. Analisis statistik(ANOVA dan regresi linier berganda)
Pola persebaran spasial Karbon Monoksida di Jalan Bantul Yogyakarta
Sebagian Jalan Bantul Yogyakarta
1. Mengetahui distribusi spasial dan temporal konsentrasi CO 2. Menganalisa land use terhadap konsentrasi CO 3. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor dan kondisi meteorologist terhadap konsentrasi CO 4. Mengetahui tingkat pencemaran udara oleh gas CO Mengetahui pola angin, penyebaran karbon monoksida, dan pengaruh angin terhadap pola penyebaran tersebut
1. Peta distribusi polusi udara CO 2. Grafik hubungan konsentrasi polutan dengan kerimbunan 3. Grafik hubungan parameter iklim dengan kerimbunan 1. Peta diagram garis konsentrasi CO rata-rata harian 2. Kesimpulan dari pengujian hipotesis ANOVA Persamaan regresi pengaruh kendaraan bermototr terhadap konsentrasi CO 3. Diskripsi perbandingan konsentrasi CO rata-rata harian dengan Baku Mutu DIY 1. Besar konsentraso karbon monoksida 2. Pola sebaran karbon monoksida pada hari kerja dan hari libur dengan pengaruh angin sebagai faktor utama.
Pengaruh Kepadatan Kendaraan bermotor dan Keberadaan Jalur Hijau Terhadap Kodar CO Ambien dan Perubahan Parameter Iklim Mikro (Kasus di Sebagian Kota Surakarta)
1.Pengukuran dengan moving observation dan pengambilan sampel dengan purposive stratified sampling. 2. Analisis Grafis 3. Analisis Statistik
17
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No 4
5
Nama Peneliti (Tahun) Utia Suarma (2008)
Topik Penelitian
Dian Hudawan Santoso (2008)
Distribusi Spasial Karbon Monoksida di Lingkungan Kampus UGM Yogyakarta
Pengaruh Kepadatan Penduduk dan Kepadatan Lalu Lintas Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Sebagai Indikator Risiko Pencemaran Udara Wilayah Perkotaan Yogyakarta
Daerah Penelitian Kota Yogyakarta
Lingkungan Kampus UGM
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara tingkat pencemaran karbon monoksida dengan parameter iklim mikro di wilayah perkotaan Yogyakarta. 2. Mengetahui hubungan antara kepadatan penduduk dan kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO di wilayah kota Yogyakarta. 3. Mengetahui tingkat risiko pencemaran karbon monoksida di wilayah perkotaan Yogyakarta. 1.Mengetahui besar konsentrasi CO di lingkungan kampus UGM. 2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan bermotor dan iklim mikro serta penggunaan lahan terhadao CO di lingkungan kampus UGM.
1. Analisis Keruangan 2. Analisis Temporal 3. Analisis Statistik
1. Parameter suhu udara 2. Parameter kelembapan udara 3. Distribusi CO secara spasial dan temporal 4. Hubungan antara suhu, kelembapan, dan kecepatan angin terhadap konsentrasi CO di Yogyakarta 5. Peta risiko pencemaran CO di Yogyakarta.
1. Penentuan sampel dengan purposive sampling dan cara pengambilan data dengan moving observation technique. 2. Analisis deskriptif 3. Analisis grafik 4. Analisis statistik(korelasi, uji normalitas, dan regresi linier berganda)
1. Peta distribusi CO di kampus UGM 2. Peta kepadatan bermotor di kampus UGM 3. Grafik perbandingan kepadatan kendaraan bermotor dengan CO 4. Grafik perbandingan CO dengan kepadatan bermotor dengan iklim mikro 5. Analisis statistik korelasi, dan regresi linier berganda
18
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No 6
7
Nama Peneliti (Tahun) Primanda Kiky Widyaputra (2011)
Topik Penelitian
Daerah Penelitian
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis Tingkat Karbon Monoksida ambien serta estimasi pelepasan karbon monoksida oleh kendaraan bermotor
Jalan Mangkubumi Yogyakarta
1. Menganalisis tingkat konsentrasi karbon monoksida di ruas jalan P. Mangkubumi Yogyakarta 2. Menganalisis pengaruh kepadatan lalulintas kendaraan bermototr terhadap tingkat konsentrasi karbon monoksida di ruas jalan P. Mangkubumi Yogyakarta 3. Mengertimasi jumlah karbonmonoksida yang terlepas ke udara dari kendaraan bermotor yang melintas di ruas jalan P. Mangkubumi Yogyakarta
1. penentuan sampel dengan purposive sampling dan cara pengambilan data dengan moving observasion technique 2. analisis diskriptif 3. analisis spasial 4. analisis statistik (korelasi dan regresi linier berganda) 5. Perhitungan jumlah pelepasan karbon menggunakan faktor emisi karbon monoksida dan rumus stokiometri
Eko Bayu Dharma Putra (2012)
Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap Konsentrasi Karbon Monoksida (Studi Kasus Jalan Taman Siswa, Yogyakarta)
Jalan Taman Siswa Yogyakarta
1.Mengetahui besarnya konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa. 2.Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan pada konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa. 3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis terhadap konsentrasi karbon monoksida.
1.Penentuan sampel menggunakkan purposive samplingdan pengambilan data menggunakan moving observation technique 2. Analisis deskriptif 3. Analisis grafik 4. Analisis statistik(korelasi, koefisien determinasi, dan regresi berganda)
1. Peta distribusi spasial konsentrasi karbonmonoksida 2. Peta kepadatan kendaraan bermotor 3. grafik perbandingan kepadatan kendaraan bermotor dengan CO 4. Grafik perbandingan CO dengan iklim mikro 5. table dan jumlah pelepasan karbon 6. hasil analisis statistik korelasi regresi linier berganda. 1. Peta hubungan titik utama dengan titik kontrol 2. Grafik perbandingan kepadatan kendaraan bermotor dengan CO 3. Grafik perbandingan faktor meteorologis terhadap CO 4. Hasil analisis korelasi dan regresi
19
1.7. Kerangka Pemikiran Masalah yang tidak bisa dihindarkan dari setiap daerah adalah adanya pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk yang semakin lama semakin banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor utama adalah adanya natalitas dan migrasi masuk. Hal ini sering terjadi khususnya di daerah perkotaan, salah satunya adalah kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya tarik tersendiri bagi penduduk yang berasal dari kota ini. Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar, kota budaya, kota wisata, dan tentunya sebagai pusat pemerintahan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena daya tarik tersebut banyak orang yang dating ke Kota Yogyakarta dengan berbagai keperluan tersendiri seperti belajar, bekerja, berwisata, maupun untuk keperluan lain. Tingginya pertumbuhan penduduk di kota Gudeg ini membuat bertambahnya kebutuhan baik itu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun kebutuhan tersier. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka manusia harus melakukan aktivitas. Tanpa melakukan aktivitas maka manusia tidak akan memperoleh kebutuhan yang mereka inginkan. Dampak dari bertambahnya aktivitas penduduk adalah mobilitas yang tinggi. Untuk menunjang mobilitas yang tinggi ini maka diperlukan sarana transportasi berupa kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat khususnya di kota Yogyakarta. Di sisi lain, pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kepadatan penduduk di kota Yogyakarta. Kondisi ini mengakibatkan banyak perubahan penggunaan lahan yang ada di kota Yogyakarta, berupa penggunaan lahan permukiman, perkantoran, dan pertokoan. Adanya perubahan penggunaan lahan tersebut menyebabkan jalan yang ada di sekitar kota Yogyakarta tidak bisa berkembang, baik itu untuk pelebaran jalan maupun untuk penambahan jaringan jalan. Bertambahnya kendaraan bermotor tanpa disertai dengan adanya pelebaran maupun penambahan jalan mengakibatkan adanya kepadatan lalu lintas yang
20
semakin tinggi. Kepadatan ini tak jarang menimbulkan kemacetan, khususnya di persimpangan- persimpangan jalan yang ada di kota Yogyakarta. Salah satu jalan dengan kondisi tersebut adalah Jalan Taman Siswa. Jalan Taman Siswa merupakan jalan yang padat terutama pada jam-jam sibuk. Ruas jalan yang kecil juga digunakan sebagai tempat parkir mobil, sehingga tak jarang terjadi kemacetan. Adanya kepadatanyang tinggi tersebut menyebabkan tingginya emisi gas buang kendaraan bermotor. Hal ini akan menurunkan kualitas udara karena dengan adanya kepadatan kendaraan bermotor akan berjalan lebih lambat sehingga akan terjadi penumpukan polutan yang dikeluarkan terutama karbon monoksida. Pertumbuhan Penduduk
Bertambahnya kebutuhan
Kepadatan Penduduk Meningkat
Aktivitas Bertambah
Jumlah Kendaraan Bermotor Bertambah
Pelebaran dan Penambahan Jalan Tidak ada
Terjadi Kepadatan Kendaraan Bermotor
Kenaikan Emisi Kendaraan Bermotor
Penurunan Kualitas Udara
Gambar 1.2. Diagram Pemikiran
21