BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bonus Demografi Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya
untuk
kesejahteraan keluarga.
memacu
pertumbuhan
ekonomi
dan
peningkatan
Para ekonom telah lama berteori bahwa tabungan
menyumbang meningkatakan pendapatan per kapita, karena investasi yang lebih besar akan memicu output per kapita yang lebih tinggi. Ini dibuktikan oleh Lee, Mason, dan Miller (2001) dalam penelitiannya yang menggunakan data survei rumah tangga dari Taiwan tentang pendapatan, estimasi tabungan, fertilitas dan mortalitas.
Lee, Mason, dan Miller (2001) lalu mensimulasikan peningkatan
tingkat tabungan dan peningkatan akumulasi kekayaan berdasarkan life cycle model of saving behaviour.Life cycle modelini dipicu oleh perubahan rasio ketergantungan penduduk muda ( 15 tahun ke bawah) dan peningkatan pesat usia kerja yang diakibatkan oleh penurunan fertilitas yang pesat.
Simulasi ini
menghasilkan peningkatan yang cukup berarti dalam tingkat tabungan dan dalam akumulasi kekayaan selama periode transisi demografi (dengan asumsi bahwa tingkat suku bunga, return to capital dan tingkat produktifitas konstan). Simulasi ini juga menghasilkan tingkat tabungan dan rasio kekayaan dan pendapatan yang lebih tinggi pada akhir masa transisi demografi dibandingkan pada awal masa
Universitas Sumatera Utara
transisi yang panjang ini. Ini berakibat pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah.
Williamson
menyimpulkan bahwa perubahan demografis, terutama peningkatan penduduk usia kerja dan peningkatan tabungan yang dipicu oleh penurunan rasio ketergantungan (dependency ratio), diasosiasikan sebagai telah menyumbang ‘sepertiga’dari rata-rata pertumbuhan per kapita per tahun yang sebesar 6 persen di Asia Timur pada waktu itu.
Penemuan ini para peneliti menyimpulkan bahwa
tingkat fertilitas yang tinggi di negara-negara berkembang telah menjadi salah satu sebab kemiskinan terus menerus, baik itu terjadi pada tingkat rumah tangga maupun pada tingkat makro. Jadi keberhasilan para ekonom demografer yang revisionis dalam membuktikan bahwa penduduk memang mempunyai peranan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut. 1.
Negara berkembang, terutama Asia Timur dan Asia lainnya mengalami transisi demografi yaitu penurunan fertilitas dan mortalitas yang dalam tiga dekade menyebakan perubahan struktur umur yang menguntungkan bagi peningkatan produktivitas.
2.
Kemajuan di bidang pembangunan lain yang mengiringi transisi demografi telah menghasilkan peningkatan kuantitas maupun kualitas data empiris jangka panjang yang tersedi untuk keperluan penelitian, memunculkan berkembangnya hipotesis yang dapat diuji kebenarannya.
3.
Pendekatan untuk mencari arah dan bentuk hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi tidak lagi hanya berfokus pada jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk secara agregat, melainkan
Universitas Sumatera Utara
juga dampak perubahan struktur penduduk terhadap lapangan kerja danpertumbuhan GDP per kapita. Transisi demografi dalam jangka panjang berdampak pada: 1. peninkatan jumlah tenaga kerja yang apabila mendapatkan kesempatan kerja yang produktif akan meningkatkan total output. 2. akumulasi kekayaan yang lebih besar apabila ada tabungan masyarakat yang diinvestasikan secara produktif, dan 3. tersedianya modal manusia yang jumlahnya lebih besar apabila ada kebijakan investasi yang khusus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (Bongaarts,2001; Birdsall dan Sinding eds., 2001) 2.2
Beban Ketergantungan Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja). Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus
Universitas Sumatera Utara
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih pesat dibanding dengan pertumbuhan penduduk muda memberikan peluang untuk mendapatkan bonus demografi.
Hal ini terwujud apabila ada respons kebijakan pemerintah yang
positif pada saat bonus demografi dengan menyediakan tenaga kerja cukup besar untuk meningkatkan produktivitas. Transisi demografi menurunkan proporsi penduduk umur muda dan meningkatkan proporsi penduduk usia kerja, dan ini menjelaskan hubungan pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi.
Penurunan proporsi
penduduk muda mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhan mereka, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Mason, 2001; Ross, 2004) Bagaimana proses mencapai tahap bonus demografi dan bagaimana suatu negara dapat memanfaatkannya untuk peningkatan kesejahteraan rakyat? Perubahan struktur umur penduduk ini dapat terjadi karena adanya proses transisi demografi secara berkelanjutan dan berjangka panjang. Teori transisi demografi berpendapat, bahwa mula-mula tingkat mortalitas menurun karena kemajuan teknologi di bidang kesehatan dan penemuan obat-obatan antibiotik.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan teknologi kesehatan ini berhasil menurunkan angka kematian bayi sehingga laju pertumbuhan penduduk meningkat pesat dan seetelah beberapa lama tingkat fertilitas juga menurun.
Lima belas tahun kemudian kohor ini
memasuki usia produktif, sehingga menyebabkan terjadi pergeseran distribusi penduduk menurut umur dan menyebabkan penurunan rasio ketergantungan usia non-produktif terhadap usia produktif. Bonus demografi sering dikaitkan dengan suatu kesempatan yang hanya akan terjadi satu kali saja bagi semua penduduk negara, yakni the window of opportunity. Kesempatan yang ada berkaitan dengan bonus demografi ini berupa tersedianya kondisi atau ukuran yang sangat ideal pada perbandingan antara jumlah penduduk yang produktif dan penduduk non produktif. Thewindow of opportunity ini tidak terjadi selamanya melainkan melainkan hanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat, satu atau dua dekade saja. Ini disebabkan karena dalam perjalanan transisi demografi, harapan hidup yang terus meningkat akan meningkatkan jumlah lansia di atas 65 tahun sedemikian rupa, sehingga rasio ketergantungan akan meningkat lagi. Jadi terbukanya the window of opportunity yang menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktivitas harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah suatu negara apabila ingin meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Bongaarts (2001) dan Bloom dkk. (2003) menekankan bahwa ada beberapa faktor yang penting dalam menjelaskan hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, yakni penawaran tenaga kerja, peranan perempuan, tabungan (savings) dan modal manusia (human capital).
Universitas Sumatera Utara
2.3
Ketenagakerjaan Sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources
merupakan penduduk secara keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi, hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (man power) yang dapat dianggap sebagai faktor produksi Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja, berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan kerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok dalam usia tersebut dinamakan tenaga kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja (Simanjuntak, 2005). 2.3.1
Teori-teori Ekonomi Sumber Daya Manusia
1. Teori Klasik Adam Smith Adam Smith (1729-1790) mengemukakan, bahwa manusia sebagai faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Smith melihat bahwa alokasi sumber daya mamusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. 2. Teori Malthus
Universitas Sumatera Utara
Thomas Robert Malthus (1766-1834) mengatakan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat dibandingkan dengan petumbuhan hasil-hasil pertanian, maka Malthus meramalkan bahwa suatu ketika akan terjadi malapetaka yang akan menimpa umat manusia.
Dalam Essays on the Principles of population, ia
menguraikan bahwa satu-satunya cara untuk menghindar dari malapetaka itu adalah dengan melakukan kontrol dan pengawasan atas pertumbuhan penduduk. 3. Teori Coale-Hoover Coale-Hoover tidak melihat menduduk semata sebagai input dalam proses produksi, tapi terutama sebagai konsumen hasil produksi.
Coale-Hoover
berpendapat, bahwa perubahan penduduk baru terasa pada penduduk sebagai input produksi setelah tiga puluh tahun. Dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, angkatan kerja angkatan kerja akan menjadi lebih besar setelah tiga puluh tahun. Hal ini dapat mendorong dihasilkannya jumlah out put yang lebih besar. Tetapai, jumlah angkatan kerja yang besar juga berarti harus disediakan modal fisik yang lebih besar agar mereka dapat berproduksi. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang, pertumbuhan penduduk menaikkan jumlah angkatan kerja, tetapi memperlambat kenaikan out put pekerja. 4. Teori Rational Expectation (Ratex)
Universitas Sumatera Utara
Teori
Ratex mengemukakan bahwa, perubahan permintaan, apakah
melalui ekspansi moneter atau rangsangan fiskal akan menaikkan out put nyata atau employment, bila masyarakat tidak menduga adanya permintaan itu. Tetapi, masyarakat kemudian akan belajar dari pengalaman tentang perubahan permintaan yang tidak diduga tersebut.
Akhirnya, permintaan akan kembali
seperti semula. Out put nyata dan employment kembali ke titik keseimbangan semula. 2.3.2
Struktur Tenaga Kerja Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang
dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat Statistik (2008) dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha dalam kegiatan produksi. 1. Angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah : a) Mereka
yang
dalam
seminggu
sebelum
pencacahan
melakukan
pekerjaandengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau yang lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam dalam seminggu yang lalu.
Universitas Sumatera Utara
b) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalah : •
Pekerja tetap, pegawai pemerintah / swasta yang saling tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun perusahaan menghentikan kegiatan sementara.
•
Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu hujan untuk menggarap sawah.
•
Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, dalang dan lain lain.
2. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan, yaitu: a) Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sedang berusaha mencari pekerjaaan. b) Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan. c) Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaaan. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar/ mahasiswa), mengurus rumah tangga maksudnya ibu-ibu yang bukan merupakan wanita karier
Universitas Sumatera Utara
atau bekerja, serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung dari jasa kerjanya (pensiun/ penderita cacat).
Universitas Sumatera Utara
PENDUDUK ( Total Population)
Penduduk dalam usia kerja (Working age population) Tenaga Kerja (Manpower)
Penduduk diluar usia kerja
Di bawah usia kerja
Bukan Angkatan Kerja (Notin the Labor Force)
Angkatan Kerja (Labor Force)
Sekolah
Bekerja (Employed)
Ibu Rumah Tangga
Lain-lain
Mencari Pekerjaan/Menganggur (Unemployed)
Setengah Menganggur (Underemployed)
Bekerja Penuh (Fully Employed)
Setengah Penganggur Kentara (Visible Underemployed)
Setengah Penganggur Menurut Pendapatan
Di atas Usia Kerja
Setengah Penganggur Menururoduktivitas
Setengah Penganggur Tidak Kentara (Invisible or Disguised Underemployed)
Setengah Penganggur Menurut Pendidikan dan
Lain-lain
Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI
Gambar 2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerj
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Pasar Tenaga Kerja Pasar tenaga kerja,
seperti pasar lainnya
dalam perekonomian,
dikendalikan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (Mankiw, 2002). Pasar tenaga kerja berbeda dengan sebagian pasar lainnya, karena permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan.
Sebagian besar jasa tenaga kerja, bila
dibandingkan dengan barang-barang jadi yang siap dinikmati oleh konsumen, merupakan input untuk memproduksi barang-barang lainnya. Permintaan tenaga kerja berasal dari pihak dunia usaha. Orang berusaha sendiri atau ada orang lain yang
membutuhkan
dan
mempekerjakan.
Misalnya,
perusahaan
tekstil
memerlukan tenaga kerja untuk mengawasi mesin-mesin tenun, pengusaha toko memerlukan pramuniaga, dan sebagainya. Untuk memahami permintaan tanaga kerja, kita perlu berfokus pada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dan menggunakannya untuk memproduksi barang-barang untuk dijual. 2.3.2.1 Permintaan Tenaga Kerja Gambar 2.1 menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja, di mana permintaan
tenaga kerja ditentukan oleh produktivitas marginalnya dalam
memproduksi output nasional. Gambar 2.1 memiliki kemiringan (slope) yang negatif. Kurva permintaan tenaga kerja tersebut menjelaskan mengenai besarnya tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Kurva tersebut memiliki hubungan yang negatif, hal ini ditunjukkan dengan upah mula-mula sebesar W dan tenaga kerja sebesar L. Saat upah turun sebesar W1 maka permintaan tenaga kerja akan naik sebesar L1. Artinya semakintinggi tingkat upah yang diminta, maka akan
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh pada penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta. Sebaliknya jika tingkat upah yang diminta semaikin rendah, maka jumlah permintaan akan tenaga kerja juga meningkat.
Upah (W) W W1
Demand Tenaga Kerja (D)
L L1
Jumlah Tenaga Kerja (L)
Gambar 2.2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja
2.3.2.2 Penawaran Tenaga kerja Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan jumlah satuan tenaga kerja yang bersedia ditawarkan oleh supplier (Ananta, 2000). Penawaran tenaga kerja menunjukkan jumlah jam yang digunakan pada kegiatan untuk menghasilkan sesuatu di pabrik-pabrik, pertanian, bisnis lain, pemerintah, atau usaha nirlaba.
Dalam penawaran tenaga kerja
supplier
dihadapkan kepada tradeoff antara pekerjaan dan waktu luang. Semakin banyak waktu yang digunakan untuk bekerja maka semakin sedikit waktu yang dimiliki untuk melakukan kegiatan diluar pekerjaan (Mankiw, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 mengilustrasikan mengenai kurva penawaran tenaga kerja. Kurva tersebut menggambarkan mengenai hubungan antara besarnya tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Kurva penawaran kerja memiliki kemiringan (slope) yang positif, hal ini ditunjukkan dengan upah mula-mula yang ditetapkan sebesar W dan tenaga kerja yang ditawarkan sebesar L. Kemudian ada kenaikan upah sebesar W1, sehingga terjadi kenaikan penawaran tenaga kerja sebesar L1. Artinya semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan maka akan terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Sebaliknya, jika tingkat upah turun maka penurunan pada jumlah tenaga kerja yang ditawarkan pun akan terjadi.
Upah(W)
Supply Tenaga Kerja (S)
W1
W
L
L1
Jumlah Tenaga Kerja (L)
Gambar 2.3 Kurva Penawaran Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja Menurut Gregory Mankiw (2002), dalam pasar tenaga kerja yang kompetitif ada dua hal yang mempengaruhi tingkat upah yaitu : 1. Upah menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan tenaga kerja. 2. Upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja. Gambar 2.3 memperlihatkan pasar tenaga kerja yang berada dalam kondisi seimbang.
Upah dan jumlah tenaga kerja telah menyesuaikan diri dengan
keseimbangan penawaran dan permintaan. Ketika pasar berada dalam kondisi seimbang, maka permintaan terhadap tenaga kerja akan sangat besar untuk memaksimalkan produksi. Maka dari itu, upah harus sama dengan nilai produk marignal tenaga kerja ketika upah telah menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Upah(W) Penawaran Upah Keseimbangan
Permintaan Keseimbangan
Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 2.4 Kurva Keseimbangan Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
Salah satu masalah yang biasa yang timbul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja dengan (demand of labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa: 1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor). 2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor). Keadaan yang umumnya terjadi adanya kelebihan penawaran tenaga kerja (excess supply of labor). Artinya, pada suatu tingkat upah tertentu, di suatu lapangan pekerjaan, maka jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk dipekerjakan lebih banyak dibanding dengan jumlah orang yang diminta untuk bekerja. Meskipun demikian, pada beberapa lapangan pekerjaan tertentu dapat terjadi kelebihan permintaan terhadap pekerjaan (excess demand for labor). Artinya pada suatu tingkat upah tertentu, jumlah orang yang diminta untuk bekerja dalam suatu lapangan pekerjaan tertentu lebih banyak dibandingkan dengan jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja. Pada gambar 2.4 terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja SL lebih besar daripada permintaan tenaga kerja DL. Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya bekerja adalah sebanyak N2, sedangkan yang diminta hanya N1.
Dengan demikian ada orang yang
menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1N2. Pada gambar 2.5 terlihat
Universitas Sumatera Utara
adanya excess for labor. Pada tingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar dibanding penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinbya unntuk bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3 orang, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4 orang.
W
Excess supply SL of labor
W
SL
W1 W2 Excess Demand DL N1
N2 NN3
N4
Gambar 2.5 Excess supply of labor
DL
N Gambar 2.6 Excess demand for labor
Dari gambar di atas terlihat bahwa ada ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang menimbulkan masalah dalam ketenagakerjaan. Di Indonesia sendiri yang terjadi adalah kelebihan tenaga kerja, hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang sangat besar jika dibandingkan dengan ketersediaan modal, akibatnya produktivitas sangat kecil. Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung yang dapat dialihkan dan digunakan sektor lain tanpa mengurangi di sektor di mana pada mulanya para penganggur tersebut berada. Selain masih terdapat beberapa sumber lain untuk tambahan tenaga kerja yang diperlukan oleh sektor berkembang, yaitu: kaum wanita yang bekerja dalam keluarga atau rumah
Universitas Sumatera Utara
tangganya sendiri, pertambahan penduduk dari masa ke masa, dan pengangguran baru yang diciptakan oleh pertambahan efisiensi. Sumber-sumber tenaga kerja ini memungkinkan
negara
yang
menghadapi
masalah
kelebihan
penduduk
mengembangkan industri-industri baru dan kegiatan-kegiatan ekonomi baru lainnya tanpa mengalami kekurangan tenaga kerja yang tidak terdidik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penawaran kerja tidak terbatas. Pada mulanya dihadapi masalah kekurangan tenaga kerja terampil dan tredidik, tetapi dalm jangka panjang hal ini dapat di atasi dengan dengan memperluas pendidikan. Dengan demikian hambatan pembangunan yanag terutama adalah kekurangan modal. 2.4
Lapangan Kerja Struktur perekonomian suatu negara dapat dicerminkan dengan, antara lain
struktur lapangan kerja utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status pekerjaan utama dari para pekerjanya Lapangan pekerjaan utama adalah bidang kegiatan utama dari para tenaga kerja tersebut. Lapangan pekerjaan utama digolongkan atas: 1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air
Universitas Sumatera Utara
5. Bangunan 6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel 7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Pribadi 10.Kegiatan yang belum jelas/lain-lain 2.5
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Dominica Devi B (2014) dalam skripsinya
berjudul “Pengaruh Bonus Demografi Terhadap Pengangguran Terdidik Dan Pengangguran Usia Muda Di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
bonus demografi terhadap
pengangguran
terdidik
berdasarkan jenjang pendidikan dasar ke bawah, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi serta pengangguran usia muda di perkotaan dan perdesaan. Hasil regresi sederhana dari penelitian ini menunjukkan, bahwa bonus demografi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang pendidikan tinggi, pengangguran usia muda di perkotaan dan di persedaan di Indonesia. Bonus demografi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang pendidikan dasar ke bawah. Bonus demografi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang pendidikan menengah di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey G Williamson (2001) dalam jurnal yang berjudul “Demographic Change, Economic Growth, and Inequally. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bonus demografi terhadap peningkatan tabungan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bonus demografi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi negaranegara di Asia. Penelitian yang dilakukan oleh Allen C Kelley dan Robert M Schmidt (2001) dalam jurnal yang berjudul “Economic and Demographic Change” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transisi demografi yang meliputi rasio ketergantungan penduduk, jumlah penduduk, Crude Birth Rate(CBR) terhadap pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian dilakukan
di 86 negara yang tersebar di seluruh belahan dunia.
Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa transisi demografi yang meliputi rasio ketergantungan penduduk, jumlah penduduk, Crude Birth Rate (CBR) berpengaruh
negatif
terhadap
peningkatan
pendapatan
per
kapita
dan
pertumbuhan ekonomi di 86 negara yang diteliti.
2.6
Kerangka Konseptual Bonus demografi akan memberikan dampak pada perekonomian, di mana
proporsi penduduk usia non produktif yang sedikit. Beban ketergantungan yang rendah akan mengurangi besarnya investasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia non produktif tersebut, sehingga sumber daya dapat dialihkan untuk
Universitas Sumatera Utara
memperluas lapangan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu bonus demografi juga menyediakan tenaga kerja yang besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi di kota Medan. Keadaan ini dilihat sebagai peluang atau the window of opportunity, atau malah menjadi bencana
karena ketidaksiapan
dalam
menyongsong bonus demografi ini. Konsep kerangka konseptual yang dibahas dalam penelitian tentang dampak bonus demografi terhadap ketersedian lapangan kerja di kota Medan adalah sebagai berikut:
Rasio Ketergantungan yang Rendah
Bonus Demografi
Lapangan Kerja
Tenaga Kerja yang Besar Gambar 2.7 Kerangka Konseptual Dampak Bonus Demografi Terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja di Kota Meda
Universitas Sumatera Utara
2.7
Hipotesis 1. Beban ketergantungan berpengaruh negatif
terhadap ketersediaan
lapangan kerja di kota Medan 2. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap ketersediaan lapangan kerja di kota Medan
Universitas Sumatera Utara