BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Download Peningkatan destruksi SDM (anemia hemolitik). - anemia sel sabit. - Sindrom HELLP. - Sferositosis herediter. C. Kasifikasi. 1. Anemia Defis...

0 downloads 249 Views 604KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.

Defenisi WHO mendefenisikan anemia dalam kehamilan sebagai kadar Hb kurang dari 11 g /dl, walaupun defenisi kadar Hb kurang dari 10,5 g/dl lebih banyak digunakan secara luas pada trimester kedua, saat hemodilusi fisiologi mencapai nilai maksimal (S trong, 2006). A. Kriteria Anemia Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO (1968) adalah : Laki-laki

: hemoglobin < 13 g/dl

Wanita dewasa tidak hamil

: hemoglobin < 12 g/ dl

Wanita hamil

: hemoglobin < 11 g/ dl

Anak umur 6-14 tahun

: hemoglobin < 12 g/ dl

Anak umur 6 bulan - 6 tahun

: hemoglobin < 11 g/ dl

Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya adalah: 1. Hemoglobin

< 10 g/dl

2. Hemotokrit

< 30 %

3. Erotrosit < 2.8 juta mm 3

Universitas Sumatera Utara

Untuk derajat anemia berdasarkan kadar hemoglobin menurut WHO : Ringan sekali

: Hb 10 g/ dl- Batas Normal

Ringan

: Hb 8 g/ dl- 9.9 g/ dl

Sedang

: Hb 6 g/ dl- 7.9 g/dl

Berat

: Hb < 6 g/dl

Departemen Kesehatan menetapkan derajat anemia sebagai berikut :

B.

Ringan sekali

: Hb 11 g/ dl- batas

Ringan

: Hb 8 g/ dl- < 11 g/ dl

Sedang

: Hb 5 g/ dl- < 8 g/dl

Berat

: Hb < 5 g/dl

Penyebab Banyak bagian tubuh yang penting terlibat dalam sintesis sel darah merah, sebagian

besar dilakukan di sumsum tulang. Sumsum tulang adalah jaringan lunak dipusat tulang yang membantu membentuk sel darah. Usia sel darah merah normal antara 90 sampai 120 hari. Bagian tubuh kemudian mengangka t sel-sel darah tua. Hormon yang disebut eritropoietin dibuat di ginjal yang merupakan sinyal pada sumsum tulang untuk membuat sel darah merah. Hemoglobin adalah protein pembawa oksigen didalam sel darah merah, yang memberi warna merah pada sel darah merah . Orang dengan anemia tidak memiliki cukup hemoglobin. Anemia

Universitas Sumatera Utara

dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi tiga mekanisme utama tubuh tubuh yang menyebabkannya adalah (Proverawati, 2011) . Penyebab dan akibat rendahnya hemoglobin yang petama, zat besi yang masu k melalui makanan tidak mencukupi kebutuhan, meningkatnya kebutuhan tubuh, perdarahan yang disebaban oleh infeksi caci ng tambang, malaria dan lainnya. a. Penurunan Produksi SDM - Kekurangan zat yang dubutuhkan, seperti zat besi, folat, vit B12 - Masalah produksi di sumsum tulang b. Peningkatan kehilangan SDM - Perdarahan – selama menstruasi, persalinan, trauma c. Peningkatan destruksi SDM (anemia hemolitik) - anemia sel sabit - Sindrom HELLP C.

Sferositosis herediter

Kasifikasi 1. Anemia Defisiensi Zat Besi Dua kausa tersering anemia selama kehamilan dan nifas adalah defisiensi zat besi dan kehilangan darah akut. Tidak jarang keduanya berkaitan erat karena kehilangan darah dalam jumlah besar disertai hilangnya zat besi hemoglobin serta habisnya simpanan zat besi pada s uatu kehamilan dapat menjadi kausa penting anemia defisiensi zat besi pada kehamilan selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Pada gestasi tipikal dengan satu janin, kebutuhan total ibu akan zat besi yang dipicu oleh kkehamilan rata -rata mendekati 1000 mg yang jauh melebihi simpanan zat besi sebagian besar wanita. Kecuali jika perbedaan antara jumlah simpanan zat besi yang tersedia ke ibu dan kebutuhan zat besi pada kehamilan normal di kompensasi oleh penyerapan zat besi dari saluran cerna, maka akan terjadi anemia defisiensi zat bes i, karena jumlah zat besi yang disalurkan ke janin dari ibu defisiensi zat besi tidak jauh berbeda dari jumlah secara normal dialihkan, maka neonatus dari ibu yang mengalami anemia berat tidak menderita anemia d efisiensi zat besi (wiliams, 2009) . Diagnosis anemia biasanya dibuat berdasarkan pemeriksaan darah, seseorang pertama kali dicurigai menderita anemia defisiensi jika pemeriksaan hitung darah lengkap rutin menunjukan kadar Hb yang rendah. Jika MCV juga turun,penyebab terseringnya adalah anemia defisie nsi, maka pemeriksaan yang paling berguna adalah pemerikasaan kadar serum feritin (McGhee, 2000 ; McKay, 2000) . Jika terjadi defisiensi besi dan folat atau B12, nilai MCV pada rata -rata pemeriksaan, mngkin normal, dengan kadar Hb rendah. Apusa darah menjel askan anemia, penurunan kadar feritin,bersamaan dengan penurunan folat dan kadar vitamin B12, dapat mengindikasikan malabsorpsi. Peningkatan MCV membutuhkan investivigasi lanjut mengenai penyebab anemia, seperti konsumsi tinggi alkohol, anomali tiroid atau hati, atau defisiensi vitamin B12 atau folat. Seorang wanita dengan kelainan hematologisharus dirujuk ke ahli untuk memperoleh pendapat ahli . Komplikasi Anemia Defisiensi Besi pada maternal, keletihan, sakit kepala, nyeri dada, sesak nafas, takikardia, pe nurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan fungsi

Universitas Sumatera Utara

otot, peniingkatan kehilangan darah selama persalinan, akibat sekunder dari terganggunya fungsi otot dan toleransi yang rendah terhadap kehilangan darah. Komplikasi pada janin, volume cairan amnion sedik it, perlahiran prematur, berat badan lahir rendah, cadangan zat besi buruk, cadangan zat besi penting pada tahun pertama kehidupan ketika asupan zat besi (Bothamley, Boyle, 2012). Meskipun perkiraan nilai Hb merupakan metode diagnosisyang paling praktis k arena murah dan mudah dilakukan, pemeriksaan indeks darah dan modalitas diagnostik lainnya perlu untuk menegakkan diagnosis.dalam kehamilan pada umumnya, kebutuhan besi adalah sebagai berikut, besi basal 20 mg, penambahan massa sel darah merah, 570 mg, tra nsfer kejanin, 200 -350 mg,plasenta 50 -150 mg, perdarahan ketika bersalin, 100-250 mg, dukurangi oleh kandungan besi yang tersimpan dalam tubuh akibat amenore (240 -480 mg), kebuthan besi tambahan dalam kehamilan adalah sebesar 500-600 mg, angka ini dapat di penuhi oleh absorpsi besi sebesarm4 -6 mg/ hari. Rat- rata kebuuhan besi adalah4 mg/ hari (2,5 mg/ hari pada awal kehamilan, 5,5 mg/ ari pada minggu 20 -32, dan 6-8 mg/hari mulai dari minggu ke 32 sampai seterusnya). Terapi anemia defisiensi zat besi oral dalam dosis terapeutik ( unsur besi 200 mg di sertai asam folat 5 mg / hari). Umumnya terjadi peningkatan kadar Hb sebesar 0,8 g/ dl tiap minggunya, hitung retikulosit mulai meningkat dalam waktu5 -10 hari sejah terapi oral mulai diberikan . 2. Anemia Defisiensi Vitamin B 12 ( Pernicious Anemia) Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya intrinsik faktor (IF) yang diproduksi di sel parietal lambung sehingga terjadi gangguan absorbsi vit B 12.

Universitas Sumatera Utara

a. Etiologi dan fakor resiko -

Tidak adanya intrinsik faktor

-

Gangguan pada mukosa lambung, ileum dan pankreas

-

Tidak adekuatnya intake vit B 12, tapi asam folat banyak

-

Obat- obatan yang mengganggu diabsorpsi dilambung (azothioprine, 5 FU, hidroksi urea, phenytoin, kontrasepsi oral)

-

Obat- obatan yang merusak ileum (neomisin,met formin)

-

Kerusakan absorpsi ( neoplasma, penyakit gastrointestinal, pembedahan reseksi illium)

b. Patofisiologi Defisiensi vit B 12 dan asam folat diyakini akan menghambat sintesis DNA untuk reflikasi sel termasuk SDM sehingga bentuk, jumlah dan fungsinya tidak sempurna. Instrinsik faktor (IF) berasal dari sel -sel lambung yang dipe ngaruhi oleh pencernaan protein (glukoprotein), IF akan mengalir ke ilium untuk membantu mengabsorpsi Vit B12. Vit B 12 juga berperan dalam pembentukan myelin pada sel saraf sehingga terjadinya defisiensi akan menimbulkan gangguan neurologi. c. Menifestasi Klinik - Hb, hematokrit, SDM rendah - Anemia - BB menurun, nafsu makan menurun, mual, muntah - Distensi abdomen, diare, konstipasi. - Gangguan neurologi (parestesia tangan dan kaki, depresi, gangguan kognitif dan hilang memori)

Universitas Sumatera Utara

- Defisiensi Vit B 12 dengan cara test schiling ( pasien puasa selama 12 jam, kemudian minum air + Vit B 12 radioaktif kemudian berikan B 12 non radioaktif IM, bila diabsorpsi akan keluar melalui urine yang ditampung adal am 24 jam.

d. Penatalaksanaan - Pemberian Vit B 12 oral, apabila IF kurang diberikan IM, 100 g tiap bulan. - Pemberian diet zat besi ( daging, hati, kacang hijau,telor, produk susu), asam folat. 3. Anemia Defisiensi Asam Folat Kebutuhan folat sangat kecil, biasany a terjadi pada orang yang kurang makan sayur dan buah-buahan, gangguan pada pencernaan

alkoholik dapat meningkatkan

kebutuhan folat, wanita hamil, masa pertumbuhan. Defisiensi sam folat juga dapat mengakibatkan sindrom mal - absorpsi. a. Menifestasi Klinik - Hampir sama dengan defisiensi vit B 12 yaitu adanya gangguan neurologi seperti gangguan (kepribadian dan daya ingat). - Biasanya disertai ketidakseimbangan elektrolit (magnesium, kalsium) - Defisiensi asam folat kurang dari 3 -4 ng/ml (N:7-20 ng/ml) - Vit B12 normal b. Penatalaksanaan - Berikan asam folat 0.1 -5 mg setiap hari, jika mal - absorpsi diberikan IM . - Berikan vit C untuk membantu penyerapan dan eritropoitis. - Berikan diet tinggi

asam folat

(asparagus, brokoli,nanas,melon, sayuran

hijau,ikan,hati, daging, stoberi, susu, telor, hati, kentang, roti)

Universitas Sumatera Utara

4. Anemia karena megaloblastik Di Amerika Serikat, anemia megaloblastik yang dimulai selam kehamilan hampir selalu disebabkn oleh defisiensi asam folat. Kelainan ini biasanya dijumpai pada wanita yang kurang mengkonsu msi sayuran berdaun hijaun segar, kacang -kacangan, atau protein hewani. Terapi dari anemia megaloblastik akibatkehamilan hrus mencakup asam folat, diet bergizi, dan besi. Asam folat, bahkan sekecil 1 mg yang diberikan per hari menghasilkan respons hematolo gis yang mencolok. Pada hari ke-4 sampai ke-7 pengobatan, hitung retikulosit meningkat secara bermakna. Janin dan plasenta mengekstraksikan folat dari sirkulasi ibu sedemikian efektifnya sehingga janin tidak anemik meskipun ibunya mengalami anemiaberatakibat defisiensi folat (Wiliam, 2009). D.

Kebutuhan zat besi pada wanita hamil Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki -laki karena terjadi menstruasi dengan

perdarahan sebanyak 50 sampai 80 cc setiap bulan dan kehilangan zatbesi sebesar 30 sampai 40 mg. Disamping itu, kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan palsenta. Makin sering seseorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis. Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan perhatikan bagan berikut. Meningkatkan sel darah ibu

500 mg Fe

Terdapat dalam plasenta

300 mg Fe

Untuk darah janin

100 mg Fe

Universitas Sumatera Utara

Jumlah

900 mg Fe

Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodilusi (pengeceran) dengan peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah merah 18% sampai 30%, dan hemoglobin sekitar 19%. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil sekitar 11g%, dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan a nemia hamil fisiologis, dan Hb ibu akan menjadi 9,5 sampai10g%. Setelah persalinan dengan lahirnya plasenta dan perdarahan ibu akan kehilangan zatbesi sekitar 900 mg. Saat laktasi, ibu masih memerlukan kesehatan jasmani yang optimalsehingga dapat menyiapk an ASI untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia, laktasi tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan baik (Manuaba, dkk, 2002) . Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain, telur (kuning telur), ikan, legum (kacang polong dan kacan g kacangan), daging hati, adalh sumber tertinggi), unggas, kismis, whole roti gandum E. Diagnosis Anemia 1.

Pemeriksaan umum Pemeriksaaan umum: takikardia, takipnea, dan tekanan nadi yang melebar merupakan

mekanisme kompensasi untuk meningkatkan aliran darah dan pengangkutan oksigen ke organ utama, kulit dan konjungtiva tampak pucat. Ikterus dapat dilihat pada anemia hemolitik. Gambaran fisik lain yang menyertai anemia berat meliputi, kardiomegali, bising “ hemik “ hepatomegali dan splenomegali.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pemeriksaan Fisik Dokter dengan mudah dapat mendeteksi anemia dengan melihat gambaran sampel

darah untuk pemeriksaan darah lengkap. Berdasarkan hasil uji dan evaluasi menyeluruh pasien, dokter akan melalukan lebih banyak tes untuk menentukan penyebab pasti anemia. Jumlah darah lengkap dapat dilakukan sebagai bagian dari ru tinitas general check -up atau berdasarkan adanya tanda -tanda dan gejala yang dapat berhubungan dengan anemia ( prawirohardjo, 2010) . Untuk menegakan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnes sa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang kunang, dan keluhan mual -muntah lebih hebat pada hamil muda. Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut. Hb 11 g%

tidak anemia

Hb 9-10 g%

anemia ringan

Hb 7-8 g %

anemia sedang

Hb <7 g%

anemia berat

Bila Hb rendah secara abnormal (dibawah 9 gr%), harus dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai dan perlu dilakukan pemeriksaan Hb ulang untuk melihat apakah pengobatan sudah tepat. Kalu anemia ringan sebab yang paling sering adalah defesiensi besi dan dapat diobati secara efektif dengan suflemen besi dan harus dapat nasehat gizimereka haeus menghindari tembakau, teh dan kopi serta dipastikan mengkonsum si makanan yang kaya protein dan vitamin C

Universitas Sumatera Utara

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe se banyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil (Manuaba, dkk, 2009). 3. Pemeriksaan Laboratorium Hitung sel darah lengkap dan apusan darah : untuk tujuan praktis, maka anemia selama kehamilan dapat didefenisikan sebagai hemoglobin kurang daripada 10 atau 11 g / % dan hematokrit kurang daripada 30 sampai 33 persen. Apusan darah tepi memberikan evaluasi morfologi eritrosit, hitung jenis leokosit dan perkiraan keadekuatan trombosit. Defenisi –defenisi istilah yang lazim adalah sebagai berikut : Anisositosis – variabelitas ukuran eritrosit. Poikilositosis – variabelitas bentuk eritrosit. Hipokrom – penurunan kadarhemoglobin eritrosit. Hipokrom dan mikrositosis khas anemia defisiensi besi maupun anemia infeksi. Makrosit basofilik atau polikromatofilik merupakan suatuindikasi

peningkatan

eritropoesis yang dapat dihubungkan dengan perdarahan atau hemolisis. Makro oval dengan peningkatan jumlah lobulus dalam leokosit folimorfonuklear terlihat pada anemia megaloblastik.

Universitas Sumatera Utara

Sel sasaran terlihat pada hemoglobinopati ( talasemia dan seterusya ). Hipersementasi inti neutrofil dapat dilihat pada stadium dini defisiensi asam folat dan dapat meramalkan anemia megaloblastik. Lebih dari 3 % leukosit folimarnonukleus dengan lima atau lebih segmen inti menunjukan insufisiensi folat (Taber, 19 94). 4. Pemeriksaan lain Tes- tes lain mungkin dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis yang dapat menyebabkan anemia. Tes darah digunakan untuk mendiagnosa beberapa jenis anemia yang dapat mencakup : darah kadar vitamin B 12, asam folat dan vitamin dan mineral lainnya, pemeriksaan sumsum tulang, jumlah darah merah dan kadar hemoglobin, kadar feritin, dan kadar besi. 5. Diagnosis Banding Anemia hipokrom mikrositik ( VER < 80 ; KHER <30): produksi eritrosit normal, tetapi sintesis hemoglobin terganggu. De fisiensi besi dipengaruhi oleh sintesis hemetalasemia lemah dalam mensintesis globulin. Sel -sel kecil, dengan konsentrasi hemoglobin. Nilai besi serum (‘serum iron’) membantu membedakan dua kelainan: besi serum menurun pada defisiensi besi dan normal ( ata u meningkat) pada talasemia. Anemia megaloblastik makrositik disebabkan oleh gangguan apapun yang mempengaruhi sintesis DNA sel, tetapi membiarkan hemoglobinasi normal ( sebgai contoh defisiensi folat). Anemia normokrom normositik disertai dengan perdarah an berlebihan atau gagalnya aktivitas sumsum tulang. F. Tanda dan gejala

Universitas Sumatera Utara

Karena jumlah sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke setiap jaringan dalam tubuh, anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala. Hal ini juga membuat buruk hampir semua kondisi medis lainnya yang mendasari. Jika anemia ringan, biasanya tidak menimbulkan gejala apapun. Jika anemia secara perlahan terus menerus (kronis), tubuh dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak ada gejala apapun sampai anemia menjadi lebih berat. Gejala dan tanda termasuk anemia ringan adalah , kelelahan, penurunan energi, lemah, sesak nafasdan tampak pucat, sedangkan anemia berat dapat dilihat dari tanda dan gejala, perubahan warna tinja, denyut jantung cepat, tekanan darah rendah, frekuensi pernafasan cepat, pucat dan kulit dingin. (Proverawati, 2011) .

G. Perawatan Perawatan anemia sangat bervariasi dan tergantung pada penyebab dan beratnya anemia. Jika anemia ringan dapat berhubungan dengan ta npa gejala minimal, penyelidikan menyeluruh oleh dokter akan dilakukan diluar pasien (kantor dokter). Jika penyebab telah ditemukan, maka perawatan yang tepat akan dimulai. Misalnya jika anemia ringan dan ditemukan terkait dengan kadar zat besi rendah, mak a suplemen zat besi dapat diberikan saat penyelidikan lebih lanjut untuk menentukan penyebab kekurangan zat besi dilakukan. Disisi lain, jika anemia berhubungan dengan kehilangan darah secara tiba - tiba dari cedera atau perdarahan tukak lambung, kemudian r awat inap dan tranfusi sel darah merah mungkin diperlukan untuk meringankan gejala dan mengganti darah yang hilang. Pemberian ferrous sulfat, per oral 325 mg s ekali/ hari. Satu tablet ferrous sulfat diminum pada siang hari 325 mg. setiap tablet memberikan u nsur 65 mg, respon retikulosit

Universitas Sumatera Utara

harus diperhatikan dalam 1 minggu, serta hematokrit dan hemoglobin harus mulai meningkat segera setelah itu. Terapi besi parenteral dapat diindikasikan bila ada defisiensi beratdan pasien tidak dapt mentoleransi besi oral ata u bila diperlukan restorasi hemoglobin cepat. Kira -kira 250 mg dekstran besi diperlukan untuk setiap 1,0 g/ 100 ml. Untuk anemia megaloblastik asam folat 1 mg per oral sekali sehari, biasanya akan menghasilkan retikulositosis yang mencolok dalam empat atau lima hari. Dan untuk anemia infeksi yang mendasari harus diobati dengan antibiotika yang tepat. H. Pengaruh anemia pada kehamilan dan janin 1.

Pengaruh anemia terhadap kehamilan: Bahaya selama kehamilan: d apat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan

tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). Bahaya pada saat persalinan: gangguan his (kekuatan mengejan), kala pe rtama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar, kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum karena atonia uteri dan ka la empat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas: terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalina n,anemia kala nifas nudah terjadi infeksi mamae.

Universitas Sumatera Utara

2.

Bahaya anemia terhadap janin sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi

dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh shingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi ganguan dalam bentuk: abortus, kematian intrauterin,persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, dan inteligensia rendah. I.

Pengobatan Untuk menghindari terjadinya anemia, sebaiknya ibu melakukan pemeriksaan sebelum

hamil sehingga dapat diketahui data -data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disert ai pemeriksaan laboratorium, termasuk pemeriksaan fesessehingga diketahui adanya infeksi parasit Pengobatan harus ditunjukan pada penyebab anemia, dan mungkin termasuk; 1. Transfusi darah. 2. Kortikosteroid atau obat -obatan lainnya yang menekan sistem kekebalan tubuh. 3. Erythropoietin, obat yang membantu sumsum tulang membuat sel -sel darah. 4. Suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau vitamin dan mineral lainya. Jika anemia ringan, pengobatan yang diberikan memberikan penjelasan untuk meningkatkan gizi dan me mberikan suplemen zat besi, jika anemia berat pengobatan yang dilakukan tingkatkan gizi, suplemen zat besi, kesehatan lingkungan diperbaiki, dan transfusi darah J. Evaluasi

Universitas Sumatera Utara

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara objektif dari pencapaian hasil -hasil yang di rencanakan sebelumnya,dimana hasil evaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan yang akan dilakukan di depan (Yusuf, 2000). a.

Jenis-jenis Evaluasi Jika dilihat dari pertahapann ya, secara umum evaluasi dapat dibagi menjadi tiga jenis: 1. Evaluasi tahap perencanaan Yaitu evaluasi yang digunakan dalam tahap perencanaan untuk mencoba Memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif dan kemungkinan terhadap cara pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelum nya. 2. Evaluasi pada tahap pelaksanaan Pada tahap ini evaluasi adalah suatu kegiatan yang melakukan analisa untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana. Terdapat perbedaan antara kon sep menurut penelitian ini dengan monitoring. Evaluasi bertujuan terutama untuk mengetahui apakah yang ingin dicapai sudah tepat dan bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Sedangkan monitoring bertujuan melihat pelaksanaa n proyek sudah sesuai rencana dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan evaluasi melihat sejauh mana prayek masi h tetap dapat mencapai tujuan, apakah tujuan tersebut sudah berubah dan apakah pencapaian program tersebut akan me mecahkan masalah yang akan dipecahkan.

Universitas Sumatera Utara

3. Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan Dalam hal ini konsep pada tahap pelaksanaan, yang membedakannya terletak pada objek yang dinilai dengan yang dianalisa, dimana tingkat kemajuan pelaksanaan dibandang rencana tetapi hasil pelaksanaan dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang akan atau ingin dicapai (Suharto, 2006).

Universitas Sumatera Utara