IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENGARUH PERLAKUAN TERHADAP

Download amonia. Hasil penelitian pengaruh penambahan sumber nitrogen dan sulfur dalam ensilase jerami jagung terhadap NH3 dapat dilihat dalam Tabel...

0 downloads 312 Views 188KB Size
33

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi NH3 NH3 atau amonia merupakan senyawa yang diperoleh dari hasil degradasi

protein dan non protein nitrogen (NPN). Amonia merupakan bentuk senyawa nitrogen yang dibutuhkan, diserap, dan dimanfaatkan oleh mikroorganisme rumen untuk pertumbuhan dan pembentukan protein mikrobial. Kandungan protein dalam jerami jagung dan aditif nitrogen akan didegradasi menjadi asam amino oleh mikroba rumen, yang selanjutnya asam amino tersebut akan dirombak menjadi amonia. Hasil penelitian pengaruh penambahan sumber nitrogen dan sulfur dalam ensilase jerami jagung terhadap NH3 dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi NH3 Hasil Penelitian Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 ……………………….. mM ……………………….. 1 5,90 14,20 18,25 17,30 2 6,00 13,60 16,35 17,05 3 5,45 12,05 17,85 15,90 4 4,50 14,10 18,35 18,75 5 4,60 14,20 19,50 20,20 Total 26,45 68,15 90,30 89,20 Rata-rata 5,29 13,63 18,06 17,84 Keterangan: P0 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 0% nitrogen dan 0% sulfur, P1 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2% nitrogen dan 0,150% sulfur, P2 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur, dan P3 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 3% nitrogen dan 0,225% sulfur Rataan konsentrasi NH3 setiap perlakuan terlihat dari urutan terendah sampai tertinggi berturut-turut yaitu P0 = 5,29 mM, P1 = 13,63 mM, P3 = 17,84 mM, dan

34

P2 = 18,06 mM. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa ensilase jerami jagung tanpa ditambahkan nitrogen dan sulfur memiliki konsentrasi NH3 yang terendah yaitu 5,29 mM, sedangkan ensilase jerami jagung yang ditambahkan nitrogen sebanyak 2,5% dan sulfur sebanyak 0,186% memiliki konsentrasi NH3 yang tertinggi yaitu 18,06 mM. Pemberian sumber nitrogen yang lebih tinggi akan menyebabkan jumlah NH3 yang terbentuk lebih tinggi, namun pada batas tertentu tidak lagi terjadi peningkatan karena kebutuhan mikroba sudah tercukupi. Menurut Ranjhan (1980), faktor yang mempengaruhi konsentrasi amonia adalah kadar protein pakan, kelarutan protein, sumber dan proporsi karbohidrat terlarut. Karbohidrat terlarut yang tersedia di P3 kemungkinan lebih rendah dibandingkan dengan P2. Hal ini berkaitan dengan ensilasenya. Mikroba dalam silase selama ensilase pada P3 banyak menggunakan karbohidrat terlarut, sehingga pada saat difermentasi di rumen menghasilkan NH3 yang rendah dibandingkan P2. Hal ini didukung oleh data VFA yang menunjukkan hasil yang lebih rendah pada P3 dibandingkan P2. Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 4) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan yang nyata penambahan nitrogen dan sulfur terhadap konsentrasi NH3 dalam silase jerami jagung. Guna mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut jarak berganda Duncan. Hasil uji lanjut jarak berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Signifikansi Uji Jarak Berganda Duncan NH3 Perlakuan Rataan Signifikansi (0,05) P0 P1 P3 P2

……………….mM……………… 5,29 13,63 17,84 18,06

a b c c

Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata (P≤0,05)

35

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan konsentrasi NH3 di antara perlakuan. P0 menghasilkan konsentrasi NH3 yang paling rendah, hal ini disebabkan karena sedikitnya konsentrasi nitrogen, sehingga kebutuhan mikroba rumen kurang tercukupi. P2 memiliki konsentrasi NH3 yang paling tinggi diantara perlakuan. Hal ini disebabkan karena banyaknya jumlah protein dan NPN yang mudah dicerna oleh protein mikroba. Protein mikrobial adalah bentuk protein yang sederhana, sehingga dalam rumen dapat didegradasi dengan mudah untuk menghasilkan NH3 yang tinggi. Dalam penelitian menunjukkan konsentrasi NH3 melebihi nilai kecukupan NH3 dalam in vivo. Sutardi (1992), menyatakan bahwa mikroba rumen membutuhkan NH3 antara 3,5-14 mM. Pemberian nitrogen 2,5% dan sulfur 0,186% menghasilkan konsentrasi NH3 yang tinggi dalam metode in vitro karena mikroba rumen masih dapat hidup optimal. NH3 yang diserap akan dikonversi oleh hati menjadi urea yang sebagian akan disimpan dalam saliva dan bagian lainnya disekresikan melalui urin. Penyerapan NH3 yang berlebihan akan meracuni ternak karena bagian amonia yang tidak dirubah menjadi urea akan berubah menjadi nitrit. Nitrit merupakan zat yang berbahaya dalam tubuh ternak. Menurut Irmanto dan Suyatna (2009) efek toksik yang ditimbulkan

oleh

nitrit

adalah

methemoglobin,

yaitu

merupakan

penghambatan terhadap pengangkutan oksigen di dalam aliran darah. Jika jumlah methemoglobin lebih dari 15% dari total hemoglobin maka akan terjadi suatu keadaan yang disebut sianosis. Sianosis merupakan suatu keadaan dimana seluruh jaringan tubuh kekurangan oksigen. Tingginya konsentrasi NH3 dalam rumen menunjukkan kemungkinan protein dan NPN yang terkandung dalam jerami jagung mudah terdegradasi oleh mikroba

36

rumen. Sesuai dengan pendapat Puastuti dkk. (2012), bahwa protein dari beberapa bahan memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-beda. Semakin tinggi kelarutan bahan pakan maka akan semakin mudah pula terdegradasi dalam rumen. Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa penambahan sumber nitrogen dan sulfur yang tertinggi pada ensilase jerami jagung terhadap konsentrasi NH3 adalah pada perlakuan 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur. Pada perlakuan P3 terjadi penurunan konsentrasi NH3, sedangkan pemberian nitrogen lebih tinggi. Terjadinya penurunan NH3 berkaitan dengan proses perombakan sumber nitrogen urea oleh bakteri rumen. Pada perlakuan P3 terjadi penurunan populasi bakteri, sehingga aktivitasnya pun dalam mendegradasi sumber nitrogen menjadi amonia berkurang. Keadaan tersebut terindikasi dugaan terjadi toksiksitas sulfur pada level tersebut. Pemberian sulfur sebanyak 0,225% dalam ensilase tidak disarankan untuk digunakan. 4.2

Pengaruh Perlakuan terhadap Konsentrasi VFA VFA atau Volatile Fatty Acid merupakan hasil akhir dari fermentasi

karbohidrat di dalam rumen. Hasil fermentasi karbohidrat yang utama yaitu asetat, propionat, butirat, valerat dan format. VFA merupakan sumber energi bagi mikroba rumen serta penyusun kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba. Konsentrasi VFA yang tinggi menunjukkan tingginya kandungan karbohidrat yang difermentasi oleh mikroba rumen. Hasil penelitian mengenai pengaruh penambahan sumber nitrogen dan sumber sulfur dalam ensilase jerami jagung terhadap konsentrasi VFA dapat dilihat pada Tabel 5. VFA yang diproduksi dari silase jerami jagung dengan penambahan sumber nitrogen dan sulfur memiliki hasil yang beragam. Dapat dilihat rataan konsentrasi VFA setiap perlakuan dari urutan terendah sampai tertinggi berturut-

37

turut yaitu P0 = 98 mM, P3 = 132,70 mM, P1 = 134,40 mM, dan P2 = 171,90 mM. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa ensilase jerami jagung yang tanpa ditambahkan nitrogen dan sulfur memiliki konsentrasi VFA terendah yaitu 98 mM, sedangkan ensilase jerami jagung yang ditambahkan nitrogen sebanyak 2,5% dan sulfur sebanyak 0,186% memiliki konsentrasi VFA yang tertinggi yaitu 171,90 mM. Tabel 5. Konsentrasi VFA Hasil Penelitian Perlakuan Ulangan P0 P1 P2 P3 ……………………….. mM ……………………….. 1 99,00 139,50 159,50 138,00 2 94,50 134,00 179,50 123,50 3 98,00 129,00 170,50 130,00 4 103,50 135,50 185,50 138,00 5 95,00 134,00 164,50 134,00 Total 490,00 672,00 859,50 663,50 Rata-rata 98,00 134,40 171,90 132,70 Keterangan: P0 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 0% nitrogen dan 0% sulfur, P1 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2% nitrogen dan 0,150% sulfur, P2 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur, dan P3 = Ensilase jerami jagung dengan aditif 3% nitrogen dan 0,225% sulfur Berdasarkan analisis ragam terhadap data konsentrasi VFA (Lampiran 5) menunjukkan terdapat pengaruh perbedaan yang nyata penambahan nitrogen dan sulfur terhadap konsentrasi VFA dalam ensilase jerami jagung. Guna mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, maka dilakukan uji lanjut jarak berganda Duncan terhadap VFA. Hasil uji jarak berganda Duncan dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa perlakuan P1 dan P3 menghasilkan konsentrasi VFA yang tidak berbeda nyata. Konsentrasi VFA berbeda nyata (P≤0,05) diperoleh pada perlakuan P2 yaitu pemberian 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur. Pada proses ensilase, penambahan nitrogen dan sulfur dapat merubah

38

kompleksitas dari karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks menjadi lebih sederhana. Tingginya nilai VFA disebabkan karena banyaknya karbohidrat sederhana yang dapat dicerna oleh mikroba rumen. Tabel 6. Hasil Signifikansi Uji Jarak Berganda Duncan VFA Perlakuan Rataan Signifikansi .………….mM………….

P0 98,00 a P3 132,70 b P1 134,40 b P2 171,90 c Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan berbeda nyata (P≤0,05) Pemberian 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur membuat konsentrasi VFA yang tinggi yaitu 171,90 mM. Pemberian tingkatan tersebut sudah melebihi dari nilai kecukupan VFA dalam metode in vivo. Sutardi (1977) menyatakan bahwa kadar VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba rumen yang optimal adalah 80 – 160 mM. Namun pada pemberian 3% nitrogen dan 0,225% sulfur, mikroba rumen sudah tidak dapat mentolerirnya sehingga menyebabkan turunnya konsentrasi VFA. Keadaan tersebut terindikasi dugaan terjadi toksiksitas sulfur pada level tersebut. Hal ini terlihat dari perkembangan bakteri rumen yang menurun, sehingga produk yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh mikroba pun mengalami penurunan diantaranya termasuk VFA. Menurut McDonald dkk., (2010) bahwa konsentrasi VFA yang tinggi menunjukkan peningkatan kandungan protein dan karbohidrat mudah larut dari pakan. Lebih lanjut dikemukakan oleh Hindratiningrum dkk., (2011). Beberapa faktor yang mempengaruhi konsentrasi VFA antara lain pemanfaatan mikroba, penyerapan serta fermentabilitas dari karbohidrat.

39

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat bahwa penambahan sumber nitrogen dan sulfur yang tertinggi pada ensilase jerami jagung terhadap konsentrasi VFA adalah pada perlakuan 2,5% nitrogen dan 0,186% sulfur.