JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

Download ABSTRAK. Penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based. Instruction (PBI) Berbantuan Media Movie. Tujuan penelitian untuk mengeta...

1 downloads 596 Views 141KB Size
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) BERBANTUAN MEDIA MOVIE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA 1)

Suluk Fithria Nur Rahman; 2)Sudarno Herlambang; 3)Purwanto Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

ABSTRAK Penelitian menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Berbantuan Media Movie. Tujuan penelitian untuk mengetahui dapat tidaknya model pembelajaran ini meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-D SMAN 2 Trenggalek berjumlah 35 siswa. Tahapan setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan keaktifan belajar siswa meningkat dari 77,78% siklus I menjadi 88,70% siklus II. Rata-rata hasil belajar siswa meningkat dari 76,09 siklus I menjadi 86,63 siklus II. Kata Kunci: keaktifan, hasil belajar, PBI, media movie. ABSTRACT The research using learning model of Problem Based Instruction (PBI) with movie media assistance.The purpose of this research is to know weather the learning model can improve student effectiveness and learning result in the geography subject. Research subject is the student in the 10th-D grade of SMAN 2 Trenggalek with the population number is 35 students. The step in each cycle including designing, acting, observation and reflection. Research result shows that the effectiveness of student learning is improve from 77.78% in the cycle I become 88.70% in the cycle II. The average of student learning result is improve from 76.09 in the cycle I become 86.63 in the cycle II. Keywords: effectiveness, learning result, PBI, movie media Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan

1) 2) 3)

Mahasiswa Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Dosen Jurusan Geografi Dosen Jurusan Geografi

nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas. Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173) menyatakan bahwa macammacam aktifitas siswa antara lain visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern (dalam) dan faktor-faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan, tidak hanya terpusat pada penguasaan materi. Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi, menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan. Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain,

2

melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan kelak.

METODE PENELITIAN Penelitian penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa mata pelajaran geografi kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek merupakan penelitian tindakan (action research) dan menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan memiliki dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari 2 x pertemuan. Dalam pelaksanaannya, penelitian ini terdiri dari empat komponen meliputi: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi. Perencanaan tindakan meliputi memilah media movie yang sesuai dengan materi, mengembangkan sistem penilaian, membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dan tertuang pada RPP, menyusun kisi-kisi soal tes dan kisi-kisi soal diskusi yang telah dikonsultasikan

dengan

guru

bidang

studi

untuk

menunjang

kegiatan

pembelajaran, mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi yang digunakan untuk mencatat setiap proses pembelajaran dengan model PBI berbantuan media movie, menyusun soal tes hasil belajar siswa. Pada pelaksanaan tindakan, secara sekilas memiliki tahapan: 1) tahap penyajian materi, 2) tahap belajar kelompok, menampilkan movie atau film, siswa menganalisis pokok-pokok yang terkandung dalam film tersebut, 3) Pada tahap akhir kegiatan guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBI berbantuan media movie. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

3

tindakan. Aspek yang diamati adalah segala aktivitas siswa dalam proses belajar siswa pada baik dalam hal kerjasama antar siswa dan ketepatan waktu dan hasil dalam mengerjakan soal. Tindakan refleksi digunakan untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar dari pemberian tindakan pada tiap siklus. Tindakan yang akan dilaksanakan dalam tahap ini antara lain: 1) mengumpulkan dan menganalisis data hasil observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, 2) melakukan refleksi dengan mengkaji proses apa yang telah terjadi, atau belum terjadi, apa yang telah dihasilkan, dan tindakan apa yang nantinya perlu dilakukan, 3) hasil dari refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya yang akan dilaksanakan pada siklus dua sebagai upaya perbaikan dari siklus satu. HASIL DAN PEMBAHASAN SMA Negeri 2 Trenggalek berlokasi di jalan Soekarno-Hatta Gang Siwalan Trenggalek. Penelitian ini dilaksanakan di kelas X-D SMAN 2 Trenggalek. Subjek penelitian yang akan digunakan adalah seluruh siswa kelas X-D SMAN 2 Trenggalek dengan jumlah 35 siswa. Peneliti memilih kelas X-D SMAN 2 Trenggalek karena siswa kelas X-D kebanyakan pasif sehingga keaktifan dalam pembelajaran kurang. Pada observasi awal diketahui bahwa hanya 9 siswa yang terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas, 6 siswa yang aktif bertanya, berpendapat 8 siswa, dan menjawab 5 siswa. Dari observasi yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Sebanyak 42,86% siswa yang dinyatakan tuntas dalam belajar dengan SKM 70. (2) Rendahnya keaktifan belajar, siswa kurang berani mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, bertanya, dan mengemukakan pendapat. (3) Siswa jarang bertanya pada guru tentang materi yang belum dipahami yang berhubungan dengan materi pembelajaran. (4) Pola pembelajaran yang diterapkan cenderung berpusat pada guru dimana siswa kurang berkesempatan untuk mengembangkan kreativitas, ide-ide, pendapat, dan belum terlibat langsung dalam pembelajaran.

4

Persentase hasil belajar

Hasil Belajar Siswa Pra Tindakan 60% 40% Hasil belajar Siswa Pra Tindakan

20% 0% Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Kriteria hasil belajar

Sangat Kurang

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Pra-Tindakan Tindakan di Kelas X-D X

Diagram 4.1 diketahui bahwa sebanyak 14,29% dengan jumlah 5 siswa memiliki hasil belajar masih sangat kurang yaitu dibawah nilai 55. Sebanyak 15 siswa memperoleh hasil belajar kurang dengan persentase 42,86%. Sedangkan sebanyak 15 siswa memiliki hasil belajar yang cukup. Ketuntasan belajar secara klasikal pada pra tindakan ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar Klasikal Kelas X-D X D Pra Tindakan Tahapan

fi

%

Kriteria

15

42.86%

Tuntas

20

57.14%

Tidak Tuntas

Pra Tindakan

Berdasarkan erdasarkan Tabel 4.1, ketuntasan hasil belajar individu siswa diperoleh kriteria tuntas sebesar 42,86%, dengan jumlah siswa sebanyak 15 yang telah mampu mencapai tingkat ketuntasan siswa ≥ 70, sedangkan sebanyak 57,14% siswa belum mampu mencapai ketuntasan belajar karena nilainya masih dibawah 70. Dari tabel di atas diketahui bahwa belum ada siswa yang mencapai kriteria baik dan sangat baik.

Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dilaksanakan dengan dua kali pertemuan. Peneliti bertindak sebagai guru mata m pelajaran pada bab Atmosfer. Atmosfer Pada tahap awal guru mengutarakan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi aperse kepada siswa. Guru menjelaskan tentang tata cara pembelajaran model PBI berbantuan media movie kepada siswa sebelum menyampaikan pokok-pokok pokok pokok materi mater yang

5

akan dibahas. Guru memberikan nomor urut sesuai absensi kepada siswa untuk dipasang di dada kiri. Tahap selanjutnya siswa dibagi menjadi 5 kelompok dengan cara berhitung sesuai urut tempat duduk. Setelah semua siswa berkelompok, guru membagikan LKDK untuk dikerjakan semua kelompok belajar. Pada kegiatan inti, guru memberikan materi secara singkat. Hal ini bertujuan agar waktu untuk diskusi lebih lama, siswa lebih aktif dalam diskusi, dan mandiri untuk mencari sumber reverensi lain. Setelah pemberian materi selesai siswa diputarkan movie untuk didiskusikan bersama kelompoknya permasalahan apa saja yang terdapat di dalam movie tersebut. Pada pertemuan ke-2 guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengkondisikan kelas terlebih dahulu agar tenang, guru mengucapkan salam, dan mengabsensi siswa. Guru mengorganisasi siswa untuk duduk menurut kelompoknya masing-masing. Guru menginstruksikan kepada siswa untuk mempersiapkan hasil diskusi yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya untuk dipresentasikan. Pertemuan kedua ini diakhiri dengan memberikan tes akhir siklus I. Observasi dilakukan dengan bantuan observer saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Dari hasil observasi diperoleh ketuntasan keaktifan siswa individu mencapai 54,29%. Tingkat pencapaian ketuntasan keaktifan kelompok pada siklus I mencapai 60% dengan persentase nilai rata-rata keaktifan kelompok sebesar 80%. Sedangkan berdasarkan catatan di lapangan siklus I diketahui bahw saat diskusi pada pertemuan pertama banyak kelompok yang kurang tepat waktu dalam mengerjakan tugas, pada saat tes siklus I dilaksanakan banyak siswa yang masih terlihat gugup dan kebingungan dalam mengerjakan soal-soal. Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan belajar individu dalam kelompok siklus I kelas X-D Hasil Observasi Kelompok

Skor rata-rata individu dalam kelompok

Persen

Kriteria

1

2.44

81.27

Cukup

2

2.37

79.05

Cukup

3

2.20

73.33

Cukup

4

2.23

74.29

Cukup

5

2.43

80.95

Cukup

6

Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut diketahui bahwa semua kelompok masih memiliki kriteria keaktifan ”Cukup”. Terdapat 2 kelompok diskusi siswa yang masih belum tuntas yaitu kelopok 3 dan kelompok 4. Kelompok 3 memperoleh rata-rata rata keaktifan kelompok sebesar 73.33% dan kelompok 4 memperoleh ratarata rata keaktifan kelompok sebesar 74.29. Sedangkan data nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Frekuen Hasil Belajar Siswa Kelas X-D Siklus I Nilai interval

Kriteria

fi

%

100

Sangat Baik

0

0

85 - 99

Baik

6

17.14

70 - 84

Cukup

21

60

55 - 69

Kurang

5

14.29

≤ 54

Sangat Kurang

3

8.57

35

100

Jumlah

Berdasarkan Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa sebanyak 3 siswa memperoleh nilai dibawah 54 (8,57%) dengan criteria sangat kurang, kurang sebanyak 5 siswa (14,29%). Siswa yang memperoleh criteria hasil belajar cukup sebesar 21 siswa dengan persentase 60%. Kriteria hasil hasil belajar baik sebanyak 6 siswa dengan persentase 17,14%.

Persentase Daya Serap Klasikal

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I 100.00 00% Keterangan Tuntas

50.00 00% 0.00 00%

Tidak Tuntas Tuntas

Tidak Tuntas

Kriteria hasil belajar

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X-D X D Siklus I

Berdasarkan Diagram 4.2 tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar individu kelas X-D D sebesar 77.14%, karena sebanyak 27 siswa telah mampu mencapai nilai ≥ 70. Sebanyak 8% siswa belum mampu mencapai ketuntasan

7

belajar individu karena nilainya masih dibawah ≥ 70. Tabel 4.2 tersebut menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan pada nilai pra tindakan. Peningkatan hasil belajar dari pra tindakan ke siklus I sebesar 34,28%. Hasil observasi pelaksanaan siklus I diperoleh kelemahan-kelemahan bahwa tidak semua siswa memiliki buku, sebagian siswa masih ada yang melamun, mengantuk, berbicara dengan teman, bermain HP. Pada waktu kerja kelompok masih ada siswa yang bekerja sendiri-sendiri dan ada siswa yang tidak membantu teman kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Siswa masih ragu-ragu dan malu dalam bertanya, menjawab, menanggapi, dan berpendapat. Terdapat kelompok yang terlambat dalam mengumpulkan hasil diskusi kelompoknya. Rencana perbaikan tindakan siklus I antara lain: penertiban pelaksanaan tindakan sesuai dengan alokasi waktu, membentuk kelompok yang merata antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah, dan Guru harus memberikan pemahaman atau memberikan motivasi siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

Siklus II Perencanaan tindakan siklus II sama seperti pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan. Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan pertama dan kedua siklus II sama seperti langkahlangkah pembelajaran pada siklus I. Pada tahap observasi siklus II, hasil keaktifan diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar individu siswa sebesar 88,70% yang termasuk kategori (baik). Keberhasilan tindakan mengalami peningkatan sebesar 10,92% dari siklus I. Sedangkan tingkat pencapaian katuntasan keaktifan kelompok pada siklus II mencapai 100% dan meningkat 40% dari siklus I. Pada siklus II diperoleh hasil keaktifan siswa mencapai

91,43% .

Persentase nilai rata-rata keaktifan kelompok sebesar 90,22%. Berdasarkan catatan di lapangan siklus II diketahui bahwa pada saat diskusi sudah tepat waktu dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan. Saat tes siklus II dilaksanakan terlihat siswa mulai terbiasa dengan tes yang diberikan dan percaya diri. Terlihat hanya 2 siswa yang mengobrol sendiri saat pembelajaran. Hasil observasi keaktifan belajar secara kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.

8

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keaktifan belajar individu dalam kelompok siklus I kelas X-D Hasil Observasi Kelompok

Skor rata-rata individu dalam kelompok

Persen

Kriteria

1

2.54

84.76

Cukup

2

2.69

89.52

Baik

3

2.67

88.89

Baik

4

2.65

88.25

Baik

5

2.76

92.06

Baik

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas kelompok memiliki kriteria keaktifan ”Baik”. Hanya terdapat 1 kelompok diskusi siswa yang masih memiliki kriteria ”Cukup”. Kelompok tersebut adalah kelompok 1 yang memperoleh rata-rata keaktifan kelompok sebesar

84,76%. Data ketuntasan

belajar individu, kelompok, dan klasikal siklus II dapat dilihat dari Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas X-D Siklus II Nilai interval

Kriteria

fi

%

100

Sangat Baik

0

0

85 - 99

Baik

28

80

70 - 84

Cukup

5

14.3

55 - 69

Kurang

2

5.7

≤ 54

Sangat Kurang

0

0

35

100

Jumlah

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 tersebut diketahui bahwa sebanyak 28 siswa (80%) memiliki kriteria hasil belajar baik,

5 siswa (14,3%) memiliki

kriteria cukup. Sebanyak 2 siswa dengan persentase 5,7% memiliki kriteria hasil belajar kurang. Sedangkan tidak ada siswa yang memperoleh kriteria hasil belajar yang sangat baik dan sangat kurang.

9

Persentase Daya Serap Klasikal

Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II 100.00 00%

Keterangan Tuntas

50.00 00% 0.00 00%

Tidak Tuntas Tuntas

Tidak Tuntas

Kriteria hasil belajar

Diagram 4.5 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X-D X D Siklus II

Diagram 4.5 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar individu kelas X-D X sebesar 94,3%, karena sebanyak 33 siswa telah mampu mencapai nilai ≥ 70. Sebanyak 5,7% siswa belum mampu mencapai ketuntasan belajar individu karena nilainya masih dibawah ≥ 70. Tabel 4.3 tersebut menunjukkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan pada nilai siklus I. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II sebesar 10,54%. Penerapan model pembelajaran Problem Based Insruction berbantuan media

(PBI)

movie pada siklus I secara klasikal sudah menunjukkan

peningkatan. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa pada siklus I kelas X-D D SMA Negeri 2 Trenggalek ada kemajuan belajar khususnya keaktifan belajar siswa. Namun pada siklus I masih terdapat siswa yang kurang aktif bertanya dan menanggapi jawaban dari teman mereka. Peningkatan keaktifan belajar dengan model pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan media movie disebabkan karena ada pembelajaran siswa tidak lagi dijadikan sebagai objek melainkan melainkan siswa terlibat aktif dalam analisis pemecahan masalah nyata. Pada pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan media movie siswa dilatih, dituntut untuk bekerja sama, tidak malu mengemukakan idea taau pendapatnya, dan meningkatkan aktivitas belajar bela siswa. Selain itu, peningkatan kaktifan tersebut disebabkan oleh siswa sudah mulai terbiasa belajar dengan mandiri dan bekerjasama dalam kelompok. Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif, pada siklus I di kelas X-D X SMA Negeri 2 Trenggalek banyak siswa s yang mendapatkan niilai hasil belajar yang kurang ang baik. Banyak siswa kelas X-D X yang masih belum tuntas belajar.

10

Siswa masih kesulitan menganalisis permasalahan dalam bentuk movie. Pada siklus I meskipun belum mencapai standar ketuntasan yang diinginkan tetapi hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan nilai pra tindakan. Pada siklus II, pembelajaran di kelas berjalan lebih baik dibandingkan dengan tindakan siklus I di kelas. Hasil belajar siswa pada siklus II meningkat jika dibandingkan dengan siklus I. Siswa mulai mengerti dan paham dengan maksud dan tujuan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Instruction berbantuan media movie. Siswa sudah terbiasa dengan model Problem Based Instruction berbantuan media movie dan dalam menganalisis permasalahan menggunakan

movie

siswa

menjadi

lebih

mudah

dalam

menganalisis

permasalahan yang terdapat dalam movie tersebut. Pada siklus II hasil belajar siswa sudah mencapai standar ketuntasan belajar yang diharapkan.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMA Negeri 2 Trenggalek kelas X-D, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie dapat meningkatkan keaktifan siswa secara berkelompok dan individu pada mata pelajaran Geografi di kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek. Penerapan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Geografi di kelas X-D SMA Negeri 2 Trenggalek Kompetensi Dasar ”Menganalisis Atmosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi”.

DAFTAR RUJUKAN Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Ibrahim, M dan M. Nur. 2004. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah, Program Pascasarjana UNESA, University Press. Slameto. 2001. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

11