MODUL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

Download A. Teori-teori perkembangan manusia. A.1. Sigmund Freud. Karya Freud dikritik karena kurangnya bukti substansial. Freud menganggap naluri s...

0 downloads 552 Views 996KB Size
MODUL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I (PSI 201)

MODUL 1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

DISUSUN OLEH ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2011

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

PERTEMUAN 1

CIRI KHAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I

A.

Pengantar Psikologi Perkembangan I

A.1. Definisi Psikologi Perkembangan merupakan cabang dari ilmu Psikologi yang mempelajari perubahan tingkah laku dan proses mental individu sepanjang hidupnya dari konsepsi sampai kematian. Definisi lainnya adalah bagian dari Psikologi yang menyelidiki pertumbuhan, kematangan, dan proses penuaan manusia serta kepribadiannya, termasuk di dalamnya perkembangan kognitif, sosial, dan fungsi lainnya sepanjang rentang hidupnya. Psikologi perkembangan menitikberatkan pada kapan dan bagaimana individu berubah sepanjang hidupnya. Ilmu tersebut juga mempelajari individu dari segala usia dengan harapan dapat mengerti kapan dan bagaimana fungsi fisik, mental, dan sosial dapat berubah dan berinteraksi di sepanjang hidupnya (Santrock, 2011).

A.2. Manfaat Mempelajari Psikologi Perkembangan 1. Memudahkan kita ketika berhubungan/berinteraksi dengan setiap individu di tahapantahapan yang berbeda 2. Sumber informasi menyeluruh mengenai diri sendiri dan diri orang lain. Dengan mempelajari psikologi perkembangan, individu menjadil lebih mengetahui siapa dirinya, mengapa dirinya menjadi seperti sekarang, dan seperti apa masa depan mempengaruhi kehidupan individu saat ini 3. Individu dapat mengetahui tahun-tahun yang mempengaruhi kehidupan saat ini dan masa yang akan datang.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

A.3. Ciri Khas Psikologi Perkembangan Prinsip perkembangan manusia memiliki dua hal, yaitu growth (pertumbuhan) dan maturity (kematangan). Pertumbuhan adalah peningkatan kuantitatif dalam ukuran/kondisi biologis secaraara konkrit, sehingga waktu dan tingkatannya tidak fleksibel. Contohnya berat badan, tinggi badan, dan volume otak. Sedangkan, kematangan adalah perkembangan sel organ tubuh sampai dapat sepenuhnya digunakan/berfungsi. Hal ini berkaitan erat dengan kematangan saraf-saraf otak. Contoh yang berkaitan dengan kematangan adalah keterampilan motorik, kemampuan berbahasa, kemampuan membaca, kemampuan berjalan, dan lain lain. Dalam proses perkembangan memang terdapat perbedaan antara konsep learning (belajar) dan maturation (kematangan). Bila menilik definisi belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman/lingkungan. Proses belajar ini sangat erat hubungannya dengan kematangan sel-sel. Bila sel belum matang maka proses belajar belum dapat terjadi. Dengan demikian kematangan memang membatasi perkembangan. Hal ini terjadi karena terdapat batasan dalam warisan keturunan, perkembangan seorang anak tidak dapat mencapai lebih dari titik yang ditentukan, walaupun ditunjang dengan proses belajar. Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan apakah suatu proses merupakan perkembangan atau bukan, harus melibatkan empat hal sebagai bahan penilaian, yaitu: 1. Apakah proses yang terjadi memiliki tahapan yang pasti 2. Apakah proses tersebut bertahan lama 3. Apakah proses tersebut memproduksi sesuatu yang baru atau relatif baru secaraara kualitatif 4. Apakah proses tersebut mendapatkan hasil yang lebih superior daripada sebelumnya Bila jawaban di atas ya maka dapat ditentukan bahwa proses yang terjadi merupakan tahapan perkembangan.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

A.4. Hal-hal yang berkembang dari kehidupan manusia. Adapun hal-hal yang berkembang dari manusia adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik Fisik, yang termasuk dalam karakteristik fisik adalah tinggi badan, berat badan, ukuran dan pengorganisasian otak, dan kemampuan motorik. 2. Kapasitas

Intelektual,

termasuk

didalamnya

adalah

kemampuan

memori,

kemampuan bahasa dan komunikasi, kemampuan bernalar, serta bagaimana pengetahuan diperoleh. 3. Kapasitas

Sosial-Emosional,

pada

bagian

ini

yang

disoroti

oleh

psikologi

perkembangan adalah perkembangan hubungan dengan orang lain, perkembangan kepribadian, dan perkembangan emosi serta afeksi.

A.5. Isu-isu dalam Perkembangan 1. Nature vs nurture Berdasarkan sorotan dari nature diuraikan bahwa perkembangan manusia itu mengikuti aturan yang sudah ada. Evolusi Genetik memproduksi persamaan dalam pertumbuhan dan perkembangan sehingga setiap pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi

sudah

terprogram.

Dengan

perkataan

lain,

setiap

pertumbuhan

dan

perkembangan tersebut merupakan warisan genetik. Sedangkan

sorotan

dari

nurture

diuraikan

bahwa

perkembangan

manusia

dipengaruhi oleh lingkungan biologi individu seperti nutrisi, gizi, dan perawatan kesehatan sampai dengan linkungan sosial seperti keluarga, teman sebaya, komunitas, sekolah, media, dan budaya. 2. Stability vs change 

Isu ini membicarakan tentang apakah early traits/characteristic sifatnya menetap atau berubah?

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

3. Continuity vs discontinuity 

Membahas

apakah

perkembangan

itu

merupakan

perubahan

yang

gradual/cumulative atau melewati tahapan yang terpisah B.

Kompetensi Dasar

Mahasiswa mengetahui definisi, ciri khas, dan isu-isu yang berkaitan dengan perkembangan manusia. C.

Hasil Akhir yang Diharapkan

1.

Mahasiswa mampu menjelaskan ciri khas dari sejarah perkembangan manusia

2.

Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses, periode, dan isu dalam psikologi perkembangan.

D.

Kegiatan Belajar

1. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok belajar dan membaca singkat bab 1, yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 

Mengapa kalian penting mempelajari psikologi perkembangan? Apa saja manfaat kalian mempelajari psikologi perkembangan dalam kehidupan sehari-hari?



Jelaskan area-area apa saja yang dipelajari pada psikologi perkembangan



Jelaskan isu-isu apa saja yang dibahas dalam psikologi perkembangan?



Jelaskan penelitian-penelitian yang digunakan dalam psikologi perkembangan

2. Dosen membahas hasil diskusi kelompok mahasiswa 3. Dosen memberikan kuliah khusus yang berkaitan dengan tugas yang sudah dikerjakan.

TUGAS UNTUK PERTEMUAN KE-2 1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 3-4 kelompok. 2. Masing-masing kelompok mendapatkan beberapa topik bacaan yang harus dipresentasikan pada pertemuan ke-2 3. Masing-masing kelompok mahasiswa membuat PPT untuk digunakan presentasi 4. Tugas dikumpulkan di pertemuan ke-2. 5. Topik-topik yang harus dibaca adalah sebagai berikut: Theories Of Development a. Freud’s psychosexual theory f. Skinner’s operant conditioning b. Erikson’s psychosocial theory g. Bandura’s social cognitive theory c. Piaget’s cognitive developmental theory h. Ethological theory d. Vyangotsky’s sociocultural cognitive theory i. Ecological theory e. The information-processing theory.

PERTEMUAN 2

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

PERTEMUAN 2 TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA

A. Teori-teori perkembangan manusia A.1. Sigmund Freud Karya Freud dikritik karena kurangnya bukti substansial. Freud menganggap naluri seksual dasar sebagai kekuatan pendorong di belakang hampir semua perilaku. Freud menganggap perkembangan kepribadian sebagai keseimbangan antara Id, Ego dan superego. Id berusaha untuk kepuasan realistis keinginan dasar, superego berusaha untuk tanggung jawab moral realistis dan hati nurani sementara Ego bertindak untuk berkompromi dua kekuatan yang bertentangan. Terdapat banyak aspek yang belum terbukti untuk karya Freud, misalnya Freud berteori bahwa karakteristik seperti kedermawanan atau posesif berhubungan dengan faktor kanak-kanak seperti sikap orangtua untuk toilet training. Freud percaya bahwa kepribadian terbentuk pada beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak. Titik perkembangan bertolak dari deal yang dilakukan oleh anak untuk mengatasi konflik yang tidak disadari dengan dorongan biologis dan tuntutan dari lingkungan yang ada. Kondisi ini dikenal sebagai perkembangan psikoseksual. Perkembangan psikoseksual diuraikan sebagai berpindahnya kenyamanan/kesenangan dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain.

Adapun Tahap Perkembangan Psikoseksual adalah sebagai berikut: 1. Fase oral (lahir – 1.5 tahun). Pada tahap ini kesenangan bayi terpusat pada mulut 2. Fase Anal (1.5 – 3 tahun). Pada tahap ini kesenangan berfokus pada anus 3. Fase Phalik (3 – 6 tahun). Pada tahap ini kesenangan berfokus pada alat kelamin 4. Fase Laten (6 tahun – pubertas). Pada tahap ini anak membendung ketertarikan seksual dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual 5. Fase Genital (setelah pubertas). Pada tahap ini adalah waktu ketika daya seksual dan kesenangan seksual muncul kembali

Perkembangan kepribadian juga dipengaruhi tiga komponen : 1. Id yang memiliki arti bahwa dorongan dan motif bawaan serta membutuhkan pemuasan yang segera. 2. Ego bertugas untuk menampilkan alasan-alasan yang masuk akal. Tentunya hal ini berkaitan dengan perkembangan berpikir yang dimulai pada usia 1 tahun. 3. Superego yang dapat diterima oleh hati nurani dan mulai berkembang usia 5-6 thn Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

A.2. Erik Erikson

Erikson berfokus pada perkembangan sosial-emosional manusia, yang dikenal dengan teori psikososial. Erikson mengatakan bahwa perkembangan psikososial akan melewati krisis atau masalah yang akan menentukan keberhasilan melewati tahapan tersebut dan pindah ke tahapan berikutnya. Erikson membagi perkembangan psi,kososial menjadi 8 tahap. Adapun tahapan-tahapan sebagai berikut: Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) 

Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan



Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.



Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.



Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secaraara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.

Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) 

Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun



Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.



Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.



Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.



Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) 

Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.



Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan.



Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id



Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.



Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.

Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) 

Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.



Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.



Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.



Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.



Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.



Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.



Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.



Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) 

Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun



Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secaraara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.

Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) 

Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)



Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.



Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.



Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secaraara emosional, kesendirian dan depresi. 

Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan) 

Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).



Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.



Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.



Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.

Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) 

Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)



Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.



Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.



Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa



Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.



Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

A.3. Jean Piaget Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.

Kecerdasan

adalah

kemampuan

untuk

secaraara

lebih

tepat

merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini memunculkan konsep schemata, yaitu bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya. Piaget membagi skema melalui empat periode utama yaitu: 

Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)



Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)



Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)



Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Periode sensorimotor Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan: 1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks. 2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan. 3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan. 4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek). 5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan. 6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas. Tahapan praoperasional Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secaraara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secaraara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secaraara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan katakata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan. Tahapan operasional konkrit Tahapan ini adalah tahapan ketiga. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah: Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan) Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi. Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya. Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang. Tahapan operasional formal Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secaraara abstrak, menalar secaraara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secaraara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. A.4. Vyangotsky •

Sociocultural Theory Teori ini mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksi sosial yang dibuat anak dengan lingkungannya dan orang dewasa. Anak-anak berkembang karena belajar dari lingkungan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dengan orang lain (baik orang dewasa atau anak-anak) akan membantu mereka untuk menginternalisasikan bagaimana lingkungan sosial tersebut berpikir dan bertingkah laku yang nantinya dapat dijadian acuan pembentukan tingkah laku mereka sendiri.



Zone of proximal development (ZPADA) ZPADA adalah jarak antara tahap perkembangan aktual dengan tahap perkembangan potensial.

Tahap perkembangan aktual ditentukan oleh kemampuan menyelesaikan

masalah yang sesuai dengan usianya, sedangkan tahap perkembangan potensial

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

ditentukan melalui pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu A.5. B.F.Skinner 

Operant Conditioning Theory Poin utama dari teori ini adalah reinforcement / penguat dan punishment / hukuman

dapat membentuk suatu perilaku. Perilaku anak-anak terbentuk oleh pengalaman yang mereka miliki. Skinner memperkenalkan konsep-konsep seperti operant conditioning; positive/negative reinforcement; consequence; reward; punishment; respondents; operants; social learning theory; behavioural learning theory. Operant conditioning theory menyatakan bahwa individu belajar dari konsekuensi yang ia buat ketika ―mengoperasikan‖ dunia sekitar. Menurut Skinner, individu akan cenderung untuk mengulang respon yang diberi penguatan dan perilaku akan turun frekuensinya bila diberi hukuman. Misal: bayi tidur terlentang, kemudian tersenyum, tiba-tiba ibu langsung mengajak bermain, begitu juga dengan ayah. Jadi bayi belajar bila ia tersenyum maka ia akan mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang.

A.6. Alfred Bandura 

Social CognitiveTheory Poin utama dari teori ini adalah proses belajar muncul melalui imitasi. Bandura

memperkenalkan konsep-konsep seperti imitation; copying; modelling; role models; reinforcement; social learning theory; observational theory (social cognitive theory); Bobo doll experiment. Sebelumnya teori Bandura dikenal dengan nama "Social Learning Theory" namun kemudian diganti namanya menjadi "Social Cognitive Theory" untuk mengakomodir perkembangan teori sebelumnya. Penggantian nama ini juga dikarenakan Bandura merupakan tokoh dari psikologi kognitif. Pada social cognitive theory, Bandura menjelakskan bahwa perilaku manusia itu didorong oleh motivasi dan self-regulatory mechanism, bukan oleh faktor lingkungan.

Adanya konsep motivasi dan self-regulatory mechanism yang

membedakan teori Bandura dengan teori Skinner. A.7. Ethological Theory Teori ini menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan sangat tergantung pada evolusi. Terdapat pula periode sensitif atau kritis pada masingmasing perkembangan. Pada periode kritis ini bila individu melewatkan pengalaman tertentu maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kelangsungan. Konsep ini dikenalkan oleh

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Konrad Lorenz. Berdasarkan pandangan Lorenz, kebutuhan imprinting memiliki waktu-waktu tertentu yang cukup kritis. Tokoh lain yang cukup terkenal penganut ethological theory adalah John Bowlby. John Bowlby menenkankan bahwa attachment pada pengasuh pada tahun pertama kehidupan memiliki konsekuensi penting di sepanjang kehidupan individu. Menurut pandangannya, bila terjalin attachment yang aman dan positif maka individu akan mengembangkan kehidupan kanak-kanak dan dewasanya secaraara positif. A.8. Bronfenbrenner 

Ecological Theory Menurut ecological theory, system lingkungan terdiri menjadi 4, yaitu: 1. Microsystem yaitu lingkungan tempat tinggal individu 2. Mesosystem yaitu hubungan anatara microsystems atau kaitan antara berbagai macam konteks ( seperti, hubungan lingkungan keluarga dengan pengalaman sekolah) 3. Exosystem yaitu pengalaman dalam suatu lingkungan dimana individu tidak menjadi agen yang aktif. Misal: pemerintahan. 4. Macrosystem melibatkan budaya dimana individu tinggal, seperti values, beliefs, custom.

B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui pandangan perkembangan manusia dari berbagai ahli. C. Hasil Akhir yang Diharapkan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dari berbagai ahli 2. Mahasiswa mampu menjelaskan kekhasan teori perkembangan dari masing-masing ahli. D. Kegiatan Belajar 1. Dosen memberikan waktu untuk masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. 2. Masing-masing kelompok menjelaskan pandangan ahli mengenai perkembangan. 3. Setelah selesai mempresentasikan, diskusi dengan dosen dan teman lainnya. 4. Mengumpulkan PPT dan makalah ke dosen. TUGAS UNTUK PERTEMUAN KE-3 1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 5 kelompok (home base), sesuai dengan bab yang akan dibaca. 2. Masing-masing kelompok dibagikan fotokopi bab yang harus dibaca Pertemuan 3 3. Masing-masing anggota kelompok mencatat dan meringkas bahan bacaan yang sudah diberikan

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

PERTEMUAN 3

Perkembangan Pranatal dan Kelahiran A. Landasan Teori Perkembangan Pranatal Banyak bukti kondisi dalam lingkungan pranatal dapat dan sungguh mempengaruhi perkembangan pranatal pada masa-masa tersebut. Pada masa ini merupakan periode paling singkat dari periode perkembangan lainnya karena merupakan periode pembentuk. Periode ini penting bahkan terpenting dari semua periode.

Ciri-ciri Periode Pranatal adalah : 1. Blueprint dari orang tua diturunkan sekali untuk selamanya 2. Kondisi yang baik selama ibu hamil 3. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode pranatal 4. Merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis

Perkembangan pranatal dibagi menjadi 3 periode, yaitu: 1. Germinal (tahap konsepsi sampai 10-14 hari kemudian). Proses yang terjadi adalah pembentukan , pembelahan sel, dan pelekatan zyangote pada dinding rahim. 2. Embrio (2-4 minggu setelah konsepsi). Proses yang terjadi adalah diferensiasi sel semakin meningkat, pembentukan sistem suport sel, dan terbentuknya organ-organ penting. 3. Fetal (2 bulan setelah konsepsi – 9 bulan). Pertumbuhan dan perkembangan berlanjut, bentuk dan fungsi organ berkembang.

Dalam perkembangan masa prenatal, terdapat beberapa bahaya yang mengancam perkembangan dan pertumbuhan dari

embrio.

Bahaya-bahaya

ini

nantinya

akan

menyebabkan kegagalan perkembangan yang akan dibawa sampai kelahiran dan bahkan dapat menyebabkan keguguran kehamilan. Bahaya ini disebut sebagai teratogen, yang berasal dari lingkungan maupun diri individu. Contohnya adalah obat-obatan baik yang diresepkan maupun tidak diresepkan, tipe rhesus orang tua yang tidak sesuai, polusi, penyakit menular, kekurangan gizi, stress selama kehamilan, dan usia ibu ketika hamil. Teratogen

ini

dapat

menyebabkan

berbagai

kelainan

kelahiran,

seperti

kelainan/abnormalitas dari gen, kelainan kromosom, dan kelainan gen pembawa jenis kelamin. Kelainan-kelainan ini akan dialami sampai setelah kelahiran. Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Proses kelahiran bayi terbagi menjadi tiga tahapan yaitu: 1) Tahap mulai kontraksi yang terjadi antara 15-20 menit dan makin lama akan semakin kontraksi. Pada tahap ini dikenal dengan nama tahapan pembukaan. Konstraksi yang demikian akan menyebabkan rahim melebar sebagai jalan lahir bayi. 2) Tahap kepala bayi mulai mendekati mulut rahim dan mulai terlihat kepalanya melalui vagina ibu. 3) Tahap keluarnya plasenta, tali pusat, dan membran lainnya yang menempel di dinding Rahim dikeluarkan.

Setelah proses kelahiran yang berlangsung selama antara 12-14 jam tersebut, ibu kemudian mengalami masa yang disebut post partum. Pada periode ini akan terjadi penyesuaian fisik dan penyesuaian psikologis serta emosional pada ibu. Penyesuaianpenyesuain ini merupakan tahapan yang cukup melelahkan bagi ibu, terutama yang baru memiliki anak pertama. Dalam penyesuaian psikologis / emosional dapat terjadi depresi . B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui serangkaian perkembangan prenatal dan proses kelahiran bayi.

C. Hasil Akhir yang Diharapkan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan prenatal 2. Mahasiswa mampu menjelaskan bahaya pada perkembangan prenatal 3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses kelahiran bayi 4. Mahasiswa mampu menjelaskan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan ibu yang baru melahirkan. D. Kegiatan Belajar 1. Kelompok home-base menyiapkan bahan-bahan yang sudah dibaca dan siap dibagikan kepada teman lain 2. Dosen menginstruksikan kelompok home-base untuk berpencar membentuk kelompok baru.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

PERTEMUAN 4

Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Bayi

A. Landasan Teori

Perkembangan Fisik Masa Bayi

Terdapat dua pola pertumbuhan masa bayi yaitu 1) cephalocaudal pattern yaitu pola pertumbuhan yang diawali dengan pertumbuhan yang dimulai dari area atas tubuh kemudian berlanjut ke area bawah tubuh. Tahapan perkembangan fisik bayi selalu terjadi dari area tubuh bagian atas ke area tubuh bagian bawah, 2) Proximodistal Pattern yaitu tahapan perkembangan fisik yang mulai dari tengah tubuh dan menyebar ke samping. Perkembangan Otak Otak terdiri dari 1. Forebrain: bagian otak yang terletak jauh dari saraf tulang belakang; termasuk cerebral cortex 2. Cerebral Cortex: bagian otak yang menyelimuti forebrain / lapisan luar otak 

Cerebral cortex dibagi menjadi dua hemisfer, yang masing-masing hemisfer terdiri dari 4 lobes, yaitu ▪

Frontal lobe: gerakan reflex, berpikir, kepribadian, dan niat.



Occipital lobe: fungsi pengeliatan



Temporal lobe: pendengaran, proses bahasa, dan daya ingat



Parietal lobe: keruangan, perhatian, dan control gerakan.

Laterization adalah bagian otak yang memiliki kehebatan atau spesiasilasinya sendiri di cerebral cortex.

Neuron: sel saraf otak yang bertugas untuk menghantarkan signal listrik dan kimia. Terbagi menjadi 

Axons, bertugas untuk mengangkut signal dari sel tubuh



Dendrites, bertugas untuk mengangkut sinyal melalui sel tubuh



Myelin sheath adalah sel lemak otak yang menyekat axons. Sel ini membantu sinyal listrik bergerak lebih cepat



Terminal buttons melepaskan gelombang kimia (neurotransmitters) melalui sinaps. Sinaps adalah celah yang kecil di Antara neuron.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Perkembangan Otak Bayi

Perkembangan Motorik Bayi

Refleks adalah reaksi alamiah terhadap stimulus; biasanya merupakan cara untuk mempertahankan hidup. Beberapa reflex akan berlangsung sepanjang kehidupan, dan lainnya akan perlahan hilang. Terdapat beberapa reflex, yaitu: 1. Rooting Reflex: ketika pipi bayi disentuh, maka ia akan secaraara reflex memiringkan kepalanya ke arah sentuhan. 2. Moro Reflex: bayi secaraara otomatis melengkungkan punggung dan tangan ketika terkejut 3. Grasping Reflex: bayi langsung menggenggam tanganya ketika tapak tangan disentuh.

Berikut adalah perkembangan motorik bayi usia 0-15 bulan:

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Perkembangan Motorik terbagi menjadi dua, yaitu: 2. Motorik Kasar, ialah keterampilan yang melibatkan otot-otot besar, seperti berjalan, berlari, dan lain sebagainya. 3. Motorik Halus ialah keterampilan yang melibatkan otot-otot kecil, seperti menulis, mewarnai, meronce dan lain sebagainya. Perkembangan Kognitif Masa Bayi

Tahap

pertama

perkembangan

kognitif

adalah

Sensorimotor.

Piaget

membagi

perkembangan sensori motor menjadi:

B. Kompetensi Dasar Mahasiswa mengetahui serangkaian perkembangan fisik dan kognitif masa bayi. C. Hasil Akhir yang Diharapkan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan perkembangan fisik bayi 2. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan otak bayi 3. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan kognitif bayi

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

D. Kegiatan Belajar 1. Menonton film “Babies” 2. Mahasiswa mengidentifikasi dan mencatat perkembangan fisik masa bayi yang terlihat dari film 3. Mahasiswa mengidentifikasi dan mencatat perkembangan otak masa bayi yang terlihat dari film 4. mengidentifikasi dan mencatat perkembangan kognitif masa bayi yang terlihat dari film 5. Diskusi panel dengan dosen dan rekan-rekan sekelas

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Pertemuan 5

Perkembangan Sosial dan Emosional Masa Bayi

A. Landasan Teori

Three central characteristics: 1. Trust: Erikson percaya perkembangan sosial di tahun pertama yaitu rust vs. mistrust. Bila tidak dipenuhi maka akan mistrust. Dampaknya terhadap perkembangan hubungan romantic dengan lawan jenis di masa dewasa. 2. Perkembangan sense of self. Biasanya muncul di usia 18 bulan 3. Perkembangan kemandirian melalui separation and individuation 4. Erikson: autonomy vs. shame and doubt

Early Emotions: 1. Primary Emotions ialah emosi-emosi yang muncul di awal kehidupan manusia dan hewan. Biasanya muncul di 6 bulan awal kehidupan. Misal: rasa takut 2. Self-Conscious Emotions: membutuhkan kesadaran diri yang melibatkan kesadaran dan perasaan akan dirinya sendiri. Biasanya muncul di Antara usia 6 – 24 bulan. Contoh Misal kecemasan terhadap orang asing.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Temperamen Temperament ialah karakteristik dan cara respon individu terhadap perilakunya. Klasifikasi anak berdasarkan Chess and Thomas’s: • Anak mudah (40%) • Anak sulit (10%) • Anak Slow-to-warm-up (15%) • Unclassified (35%) Attachment Perkembangan attachment terbagi menjadi empat, yaitu: 1. Tahap 1 (lahir sampai 2 bulan): bayi mengarahkan perhatiannya terhadap figure manusia. 2. Tahap 2 (2-7 bulan): attachment menjadi berfokus pada satu orang saja 3. Tahap 3 (7 - 24 bulan): berkembangnya spesifik attachment 4. Phase 4 (di atas 24 bulan): anak sadar mengenai perasaan orang lain dan mulai dijadikan landasan ia berperilaku

Klasifikasi Attachment 1. Secaraurely attached: menjelajah lingkungan selagi pengasuh menjadi dasar rasa aman: akan menunjukkan ketidaknyamanan ringan ketika ditinggal pengasuh. 2. Insecaraure avoidant: menghindari pengasuh; tidak menunjukkan rasa takut ketika ditinggal pengasuh 3. Insecaraure resistant: tergantung dengan pengasuh dan protes keras bila ditinggal pergi oleh pengasuh. 4. Insecaraure disorganized: disorientation; rasa takut yang sangat ekstrim walaupun sudah ada pengasuh.

B. Kompetensi Belajar Mahasiswa mengetahui perkembangan social dan emosional yang terjadi pada masa bayi C. Hasil Akhir yang diharapkan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan emosi-emosi dasar yang muncul ketika masa bayi 2. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan social dari Erikson yang berkaitan

dengan masa bayi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan attachment dan dampaknya pada

kehidupan di masa yang akan datang.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

D. Kegiatan Belajar

1. Dosen membagi mahasiswa menjadi enam kelompok 2. Dosen membagikan artikel mengenai attachment. 3. Masing-masing kelompok membaca bagian yang diminta dan mencari sumber lain untuk memperkaya informasi dari artikel 4. Kelompok membuat PPT untuk masing-masing bagian 5. Presentasi hasil bacaan.

Tugas untuk Pertemuan 6 1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 6 kelompok observasi perkembangan fisik masa kanakkanak awal / kunjungan sekolah 2. Masing-masing kelompok dibagi tugas observasi, yaitu observasi kelp usia 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. 3. Masing-masing kelompok membuat lembar observasi 4. Lembar observasi dikonsultasikan kepada dosen pengampu selama persiapan sebelum ke sekolah 5. Masing-masing anggota kelompok mencatat hasil observasi

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Pertemuan 6

Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Kanak-Kanak Awal (Usia 3-6 tahun)

A. Landasan Teori Perkembangan Motorik Keterampilan Motorik Kasar 

Lari dan lompat sederhana di usia 3 tahun



Anak mulai lebih sering menjelajah lingkungan di usia 4 tahun



Mulai merasa nyaman dengan diri sendiri dan mulai mengambil resiko di usia 5 tahun

Keterampilan Motorik Halus 

Dapat mengambil objek kecil pada usia 3 tahun namun masing canggung.



Perbaikan keterampilan motoric halus di usia 4 tahun



Memiliki koordinasi mata-tangan lebih baik di usia 5 tahun.

Perkembangan Kognitif

Tahap Pra Operasional dari Piaget (2 - 7 years):

Ciri khas pada tahap ini adalah anak-anak mulai dapat merepresentasikan dunia melalui kata, gambar, foto, dan lukisan. Mereka mulai dapat membentuk suatu konsep yang stabil dan mulai bernalar namun masih sangat sederhana. Perkembangan kognitifnya sangat dipengaruhi oleh konsep egosentris dan kepercayaan magis.

Preoperational: anak-anak belum dapat menampilkan operasi atau kemampuan berpikir berkebalikan. Dengan perkataan lain, anak-anak dapat mulai berpikir secaraara mental bila mereka dapat melakukannya secaraara fisik.

Sub stage pada tahap pra operasional: Symbolic Function (2 to 4 years):

Anak-anak mulai dapat membayangkan benda yang tidak terlihat atau tidak ada. Konsep yang dikenalkan adalah: 1. Egocentrism: ketidakmampuan anak untuk membedakan perspektif dirinya dengan orang lain. Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

2. Animism: kepercayaan terhadap benda mati yang memiliki perilaku seperti mahkluk hidup. Vyangotsky’s Theory:

Teori ini mengatakan bahwa anak-anak belajar atau memahami atau berpikir sesuatu melalui interaksi sosial. Pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya. Zone of proximal development (ZPADA) adalah rentang tugas yang bermula dari kegiatan yang sangat sulit dikerjakan oleh anak namun dapat dipelajari oleh mereka dengan bimbingan orang dewasa. Scaffolding: mengubah level bimbingan selama proses belajar. B. Kompetensi Belajar Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan fisik dan kognitif masa kanak-kanak awal C. Hasil Akhir yang diharapkan 1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan fisik masa kanak-kanak awal 2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan perkembangan fisik anak-anak usia 3, 4, dan 5-6 tahun. 3. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal 4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan perkembangan kognitif anak-anak usia 3, 4, dan 5-6 tahun. D. Kegiatan Belajar 1. Mahasiswa membuat lembar observasi 2. Perilaku yang diobservasi adalah: motorik kasar (jalan, lari, lompat, keseimbangan, bergelantungan, naik tangga, merangkak) di masing-masing usia. 3. Perilaku

yang

diobservasi

adalah:

motorik

halus

(meronce,

cara

pegang

krayon/pensil warna, memakai sepatu) di masing-masing usia. 4. Tinggi dan berat badan anak 5. Mahasiswa membuat laporan hasil observasi berdasarkan uraian berikut Acuan pembuatan Laporan Hasil Observasi Kunjungan 1. Laporan diketik dengan Times New Roman ukuran 12, spasi 1.5, dengan ukuran kertas A4 2. Minimal 15 halaman, maksimal 20 halaman. 3. Boleh menggunakan kertas bekas 4. Tidak perlu dijilid

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

5. Pada halaman depan, ditulis nama-nama mahasiswa kelompok

Panduan Pembuatan Laporan Observasi Kunjungan I.

BAB I : PENDAHULUAN (10%) 

Berisi : A. Latar Belakang Penulisan Laporan (diawali dengan fenomena yang terjadi pada anak-anak yang diobservasi) B. Tujuan Penulisan

II.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA (20%) 

Berisi: A. Teori Perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial Emosional Masa Kanak-Kanak Awal B. Teori Lainnya (yang dipikir kelompok perlu ditampilkan dan berkaitan dengan hasil observasi)

III.

BAB III : PEMAPARAN HASIL OBSERVASI (30%) 

Berisi: A. Pemaparan hasil observasi berdasarkan poin-poin yang sudah dibuat sebelumnya. Pemaparan hasil observasi ditutup dengan kesimpulan mengenai perilaku yang terobservasi. B. Kesimpulan

hasil

observasi

berdasarkan

Perkembangan

Fisik,

Perkembangan Kognitif, Perkembangan social, Perkembangan emosional. C. Lampiran : berisi foto-foto atau lainnya. IV.

BAB IV : ANALISA HASIL OBSERVASI (30%) 

V.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN (5%) 

VI.

Berisi: keterkaitan teori dengan hasil observasi perilaku yang didapat

Berisi : Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA (5%)

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Pertemuan 10-12 Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Akhir Kanak-kanak

A. Landasan Teori

Perubahan dan Pertumbuhan Tubuh Pertumbuhan tubuh berkisar antara 5 – 7.62 cm per tahun. Kenaikan berat badan sekitar 5– 7 lbs. per tahun. Selain itu massa dan kekuatan otot perlahan meningkat dan lemak menjadi turun. Anak laki-laki lebih banyak memiliki sel otot dan lebih kuat dibandingkan anak perempuan. Perubahan Motorik Kasar

Pada masa kanak-kanak akhir, keterampilan motorik kasar menjadi lebih terampil dan terkoordinasi. Biasanya anak laki-laki lebih menunjukan performa motorik kasar dengan lebih baik dibandingkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan meningkatnya

myelination dari

system saraf pusat. Bila dilihat lebih jauh, anak perempuan ternyata lebih terampil pada kegiatan yang melibatkan motorik halus. Kesehatan, Penyakit, dan Gejala Penyakit

Pada masa ini, mereka biasanya memiliki kesehatan yang optimal. Kecelakaan merupakan penyebab utama dari kematian anak pada masa ini. Biasanya, berupa kecelakaan motor. Penyebab kedua kematian pada masa ini adalah penyakit kanker yang terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Kanker yang terjadi biasanya leukemia. Berdasarkan penelitian di Amerika, ternyata siswa-siswa sekolah dasar beresiko mendapatkan sakit jantung. 1. Obesitas

Anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan biasanya akan memiliki kelebihan berat badan ketika mereka dewasa. Dengan demikian, harus diperhatikan kalori yang masuk ke tubuh dan mulai banyak beraktivitas fisik. Hal ini perlu dipertimbangkan karena kelebihan berat badan bukan saja memberikan dampak terhadap kesehatan fisik, namun juga memberikan dampak pada kesehatan psikologis atau mental.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Dampak pada kesehatan fisik adalah masalah paru-paru, diabetes, dan tekanan darah tinggi. Sedangkan dampak pada kesehatan psikologis adalah rendahnya harga diri, depresi, dan dikucilkan oleh teman sebaya. 2. Learning Disabilities

The term means a disorder in one or more of the basic psychological process involved in understanding or using language, spoken or written, that may manifest itself in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spell, or to do mathematical calculation, including conditions such as perceptual disabilities, brain injury, minimal brain dysfunction, dyslexia, and developmental aphasia

The term does not include learning problems that are primarily the result of visual, hearing, or motor disabilities, of mental retardation, of emotional disturbance, or of environmental, cultural, or economic advantage.

Keterampilan yang terganggu adalah keterampilan membaca, menulis, mendengar, berbicara, bernalar, dan berhitung.

Membaca Membaca merupakan salah satu permasalahan umum yang ada pada siswa-siswa kesulitan belajar karena membaca merupakan tugas yang kompleks. Sebanyak 10%-15% dari populasi sekolah mengalami kesulitan membaca. Pada kenyataannya kesulitan membaca merupakan suatu gangguan daripada gangguan/kemunduran perkembangan Lyon (1995) menemukan bahwa siswa menunjukkan kesulitan belajar di kelas 3, 74% akan berlanjut memiliki kesulitan tersebut sampai kelas 3 SMP.

Proses membaca, terdapat dua tahap (Ehri, 1996): 1. Decoding, ialah strategi untuk mengidentifikasikan kata dengan cara menghubungkan kata-kata tertulis dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna. 2. Sight words, ialah kata-kata yang sering digunakan dan sering dikenalkan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu kecepatan dalam membaca karena pembaca tidak perlu mengeja lagi.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

I.

Perkembangan dalam membaca

Terdapat 3 tahapan perkembangan dalam membaca, yaitu (Ehri, 1996): 1. Logographic (membunyikan gambar) Pada tahap ini, proses membaca masih dibantu dengan bantuan gambar visual. Kondisi ini disebut sebagai paired-associated learning. Para pembaca membentuk asosiasi antara kata yang tertulis dengan identitasnya yang sudah tersimpan dalam memory.

2. Alphabetical phase (Word Identification) Fase ketika pembaca mulai membaca kata dengan cara memproses huruf-suara. Fase ini disebut dengan phonetic cue reading, yaitu pembaca membentuk rute/akses, mulai dari sebagian huruf yang dibaca. Word identification dapat dilakukan dengan cara: 1) mengambil dari memori, 2) membunyikan huruf, 3) mengeja kumpulan huruf, dan 4) menggunakan situasi untuk membanca

3. Orthographic Process Ialah kemampuan mengeja symbol tertulis (huruf), membedakan ejaan yang benar dan salah yang merupakan retrieval dari otak. Adapun proses ortographic adalah stimulus berupa letter group masuk ke otak, otak secara langsung mengenali huruf atau kelompok huruf. Kemudian diasosiasikan dengan kata yang sudah biasa, terakhir disuarakan (membaca terjadi). Pada fase ini, anak sudah dapat mengenali bahwa huruf itu memiliki suku kata. Proses ini terjadi dalam waktu 300 milisekon. Pada fase ini, ejaan-ejaan pada fase alphabetical sudah terekam di otak dan hanya tinggal dikeluarkan saja. Pada anak kesubel, hal ini tidak terjadi karena mereka belum punya useful visual storage dan letter pattern. Hal ini terjadi karena adanya gangguan persepsi, yaitu fungsi otak mengalami kekacauan.

II.

Masalah membaca

Pada bagian ini dijabarkan masalah membaca pada siswa-siswa yang teridentifikasi kesulitan belajar. Adapun masalah membaca pada siswa kesulitan belajar terletak pada area (Westwood, 2001): 1. Bahasa dan metalingustik -

Memiliki kosa kata yang sedikit

-

Poor syntactical awareness

-

Kesulitan rapid-naming

-

Kemampuan yang kurang dalam memahami bacaan

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

2. Pemrosesan bunyi huruf (phonological process) -

Sulit mengenali bunyi-simbol pada suatu kata sehingga sulit membangun sight words

3. Pengenalan kata (word identification) -

Berkaitan erat dengan speed dan akurasi membaca. Kedua hal ini dapat dicapai bila: a. Memiliki sight words yang banyak b. Sudah terampil mempersepsikan rangkaian huruf yang merupakan proses orthographic.

4. Pemahaman teks. -

Masalah dalam memahami bacaan berkaitan erat dengan belum dicapainya keterampilan mekanis dalam membaca.

Efficient reading harus melibatkan sight words (persepsi visual) dan orthographic (fungsi otak). Sedangkan pada anak yang memiliki disleksia maka kemampuan sight words dan orthographic tergolong kurang. Siswa disleksia biasanya memiliki kesulitan yang persisten ketika belajar komponen kata dan kalimat. Ada sejarah keterlambatan bicara dan siswa selalu bermasalah dengan menulis dan mengeja.

Menulis

Pengajaran menulis dapat diberikan bersama-sama dengan pengajaran membaca. Jika anak sudah menghafal bunyi dari tiap huruf dalam abjad, ia sudah dapat membaca semua tulisan dalam bahasa Indonesia.Yang penting dalam menulis permulaan adalah mengeja. Hooper menyatakan bahwa tidak banyak penelitian yang menelaah kemampuan menulis (Rathvon, 2004). Dengan demikian, sulit untuk mengoperasionalkan kemampuan menulis dan mengembangkan alat tes yang terstandardisasi (Rathvon, 2004). Alat tes menulis yang berkembang saat ini melibatkan kemampuan menulis yang luas, mulai dari kemampuan menulis paling rendah sampai paling tinggi. Kemampuan menulis tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang diukur adalah menulis huruf tunggal sampai dengan menulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Rathvon, 2004). Komponen menulis yang diukur dalam alat tes adalah: 1. Tata bahasa / grammar. Pada bagian ini keterampilan yang dinilai seperti kemampuan untuk menggunakan sintaks, kosa kata, dan struktur kalimat yang tepat. Contoh item tes: mengkombinasikan dua kalimat untuk membentuk satu kalimat yang tepat. 2. Konvensi / convention. Pada bagian ini keterampilan yang dinilai adalah keterampilan untuk menggunakan tanda baca, penulisan huruf besar, dan mengeja. Contoh item tes: mendeteksi kesalahan mengeja dalam kalimat. Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

3. Isi / content. Pada bagian ini keterampilan yang dinilai adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan isi pikiran melalui tulisan dengan efektif. Contoh item tes: menulis kalimat menggunakan beberapa set kata yang sudah ditargetkan. 4. Kelancaran menulis / writing fluency. Pada bagian ini yang diukur adalah kelancaran menulis. Contoh item tes: menulis kata sebanyak mungkin dalam tiga menit, pertama disediakan dulu kalimat permulaan. 5. Menyalin tulisan / copying. Pada bagian ini yang diukur adalah kemampuan untuk membentuk huruf, kata, angka, dan kalimat. Contoh item tes: mengevaluasi kemampuan keterbacaan dari tulisan tangan berdasarkan huruf, kalimat, dan contoh tulisan yang diminta. Mengeja Belajar mengeja berkaitan erat dengan proses belajar membaca. Walaupun mengeja memerlukan informasi lebih pada memori untuk akurasi hasil daripada membaca, kedua proses tersebut bergantung pada pengetahuan hubungan suara-simbol dan mengeja kata (Rathvon, 2004). Dengan demikian, Foorman, Francis, Novy, dan Liberman menyimpulkan kemampuan mengeja dan membaca sangat berkorelasi dengan kelas satu SD (Rathvon, 2004). Conwall, Lyons, Moats menyatakan bahwa individu yang memiliki kesulitan membaca hampir seluruhnya memiliki masalah mengeja

walaupun sudah mendapatkan terapi

remedial (Rathvon, 2004).

Tahapan Mengeja

Penelitian yang dilakukan oleh Bear, Ehri, Frith, Henderson, Templeton&Bear, menemukan bahwa kemampuan mengeja anak akan diikuti dengan perkembangan tahapan pemahaman struktur kata (Rathvon, 2004). Adapun tahapan perkembangan mengeja adalah (Rathvon, 2004): 1. Emergent. Pada tahap ini, anak hanya memunculkan coretan, huruf acak, dan belum ada pemahaman tentang prinsip abjad. Biasanya terjadi pada anak usia pra-sekolah sampai pertengahan kelas satu SD. 2. Letter name. Pada tahap ini, anak hanya mengetahui representasi parsial dari bunyi huruf dengan nama huruf, belum memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai hubungan bunyi-simbol, terutama huruf vokal. Biasanya terjadi pada anak usia TK sampai pertengahan kelas dua SD.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

3. Within word pattern. Pada tahap ini anak menggunakan huruf vokal pendek dan huruf vokal panjang pada satu kata. Biasanya terjadi pada anak kelas satu sampai pertengahan kelas empat SD. 4. Syllables and affixes. Pada tahap ini anak sudah mencapai pemahaman struktur kalimat yang memiliki beberapa suku kata dan urutan huruf; kesalahan terjadi biasanya berkaitan dengan penambahan akhiran. Biasanya terjadi pada anak kelas empat SD sampai pertengahan kelas dua SMP. 5. Derivational relations. Pada tahap ini anak mencapai pemahaman kata yang memiliki arti berikut turunan katanya dan memiliki bentuk ejaan yang mirip. Biasanya terjadi pada anak kelas lima SD sampai pertengahan kelas tiga SMA. Written Expression Terdapat lima tipe pengukuran mengekspresikan ide melalui tulisan, yaitu: 1. Pengukuran mekanik menulis. Pada pengukuran ini melibatkan mekanik menulis, seperti mengeja, tanda baca, dan penulisan huruf besar. 2. Pengukuran penulisan. Pada pengukuran ini mensyaratkan anak untuk menjawab pertanyaan yang bersifat esai. 3. Pengukuran kemampuan berbahasa secara tulisan. Pada pengukuran ini dilihat kemampuan konvensi menulis yang diperlukan dalam menulis. Pada anak-anak kelas awal yang diukur adalah kemapuan pembentukan huruf, pemakaian jarak ketika menulis, meniru kata dan kalimat, memberikan respon kata dan kalimat terhadap pertanyaan verbal atau gambar. 4. Pengukuran kelancaraan menulis. Pengukuran kelancaran menulis untuk siswa-siswa kelas awal terbagi menjadi tiga tipe, yaitu 1) pengukuran kelancaran penulisan huruf, 2) pengukuran kelancaran penulisan kata, 3) penulisan kalimat. 5. Pengukuran tulisan tangan dan menyalin huruf/kata/kalimat.

Berhitung Tiga proses belajar matematika, melibatkan: 1. Deklaratif knowledge, yaitu kenal angka, paham kosa kata matematika, recognition of symbol. 2. Automated computasional skill, yaitu belajar +, :, x dan ini yang membutuhkan memory yang bagus. 3. Cognitive process, yaitu plan of actions yang digunakan untuk bernalar, membuat hipotesa, memecahkan masalah, dan self-monitoring yang melibatkan high-order thinking and metacognitive.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Untuk memahami matematika, maka membutuhkan: 1. Pemahaman Bahasa, baik pemahaman verbal maupun tertulis 2. Level of understanding a. Intrumental understanding, yaitu pengetahuan kapan dan untuk apa dilakukan penghitungan, yaitu terjadi ketika proses memecahkan masalah matematika. Pada level ini anak belum mengetahui secara pasti mengapa prosedur penyelesaikan matematika seperti itu. b. Relational understanding, yaitu anak2 sudah mengetahui mengapa suatu proses berfungsi (seperti rumus, prosedur matematika). Pada akhirnya mereka dapat menerapkan proses yang sama pada kondisi yang berbeda.

Tahap perkembangan matematika 1. Angka/number sense, nantinya berkembang menjadi number skill. Kompetensi yang dilihat adalah: 

Berhitung



Membaca dan menulis angka



Penggunaan system operasi matematika



Paham konsep ekuivalen



Paham konsep tempat (puluhan, satuan)



Mampu paham bentuk lain dari angka (decimal, per)



Mampu menginterpretasikan tanda matematika

2. Bentuk dan ukuran 3. Pembentukan skema termasuk didalamnya adalah posisi (vertical, horisonal, dll) dan waktu. Dalam berhitung membutuhkan: 1. Pemahaman konsep angka. Proses ini membantu proses belajar tambah-tambahan yang membutuhkan STM yang baik. Pada anak LD, masalah adalah di STM. 2. Operasi matematika yang beragam sehingga akan membentuk keterampilan berhitung secara otomatis 3. Recall

Area yang menjadi masalah diskalkulia: 1. Short Term Memory dan working memory tergolong rendah. Hal ini akan menyebabkan siswal lupa hasil perhitungan di luar kepala (mental mtk) dan visual image hasil perhitungan dan instruksi guru, siswa tidak mengetahui mulai dari masa suatu proses pengerjaan, siswa sulit menginterpretasikan suatu rangkaian/series, siswa membutuhkan waktu lama untuk paper-pencil task Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

2. Kesulitan membedakan arah sehingga dampaknya siswa bingung ketika harus menambahkan dan mengurangkan angka yang bersusun. 3. Adanya kesulitan dalam menyusun/mengingat sekuens atau rangkaian. Dengan demikian, siswa sulit untuk berhitung maju, berhitung mundur, menyelesaikan tahapan dalam algoritma, dan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan nilai tempat. 4. Adanya kesulitan persepsi visual sehingga siswa menjadi bingung akan tanda/simbol matematika seperti +, :, x, 2x, X2 5. Kurangn pemahaman mengenai keruangan, dan hal ini berkaitan erat dengan persepsi visual yang kurang. 6. Kekurangan dalam Long Term Memory. Dengan demikian, hal ini akan menyebabkan siswa sulit mengakses informasi. Salah satu dampaknya siswa sulit mengingat tabel perkalian. 7. Kecepatan dalam bekerja 8. Bahasa yang digunakan dalam matematika Dimensi-dimensi yang diukur dalam asesmen kesulitan berhitung: 1. Berhitung, penambahanan, dan hubungan angka 2. Perkalian 3. Nilai tempat 4. Bahasa matematika 5. Empat operasi matematika 6. Konsep uang 7. Soal cerita matematika 8. Sikap/kecemasan/atribusi 9. Tes Gaya berpikir

Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar Khusus

Penyesuaian teknik mengajar pada siswa-siswa kesulitan belajar khusus dalam sekolah umum sudah diatur dalam suatu pasal. Pasal tersebut menyatakan bahwa siswasiswa yang teridentifikasi sebagai kesulitan belajar khusus mendapatkan penyesuaian pengajaran maupun evaluasi hasil belajar. Di Indonesia, sistem pendidikan seperti ini disebut sebagai pendidikan integratif. Pendidikan integratif adalah menempatkan siswa berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak normal lainnya di sekolah umum. Dengan demikian, optimalisasi perkembangan fungsi kognitif, afektif, fisik, dan intuitif dapat dilakukan secara terintegrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkebutuhan khusus yang belajar bersama Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

dengan anak normal di SD cukup banyak namun mereka tidak memperoleh pelayanan pendidikan degan baik. Pada sekolah integrasi terdapat berbagai pilihan penempatan kelas. Ketika memilih penempatan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Berbagai faktor tersebut adalah tingkat kesulitan siswa, keterampilan sosial, dan kemampuan akademik siswa. Pada proses penempatan tersebut harus ada satu tim khusus yang menganjurkan anak ini mendapatkan tipe pelayanan yang mana. Terdapat tiga sistem penempatan di sekolah: 1. Kelas khusus Sekolah yang menyelenggarakan kelas khusus biasanya menempatkan 10-20 anak berkesulitan belajar dalam satu kelas. Terdapat dua kelas khusus yang digunakan, yaitu: a) kelas khusus yang digunakan sepanjang hari, b) kelas khusus untuk bidang studi tertentu. Pada kelas yang sepanjang hari para siswa diajar oleh guru khusus. Mereka berinteraksi dengan anak normal saat istirahat saja. Sedangkan pada kelas bidang studi khusus, siswa diajarakn proses belajar menulis, membaca, dan berhitung.

2. Ruang Sumber Ruang sumber merupakan ruang khusus yang disediakan oleh sekolah untuk pelayanan pendidikan khusus. Pada ruangan tersebut terdapat guru remedial dan berbagai media belajar. Aktivitas di dalam ruangan berkonsentrasi pada upaya memperbaiki keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Guru remedial dapat menjadi pengganti guru kelas dan menjadi konsultan guru reguler. Anak belajar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Kelebihan ruang khusus ini adalah siswa berkebutuhan khusus mendapatkan bantuan dari guru yang terlatih, siswa-siswa ini tetap berada di dalam kelas reguler sehingga mereka dapat bergaul dengan anak normal. Sedangkan kekurangan ruangn sumber adalah jumlah waktu terbuang untuk berpindah-pindah kelas, mengurangi kemampuan guru kelas untuk menangani anak secara individual, dan meningkatkan kemungkinan adanya inkonsistensi pendekatan belajar.

3. Kelas Reguler Jenis pelayanan ini dimaksudkan untuk mengubah citra tentang siswa berkesulitan belajar dengan siswa tidak berkesulitan belajar. Dalam kelas reguler, diciptakan suasana belajar yang koperatif dimana siswa normal membantu siswa berkesulitan belajar. Integrasi bukan saja hanya sekedar menggabungkan siswa berkebutuhan khusus bersekolah di sekolah normal, tapi hakikat integrasi itu sendiri juga dioptimalkan, yaitu individualisasi melalui Program Pengajaran Individual (PPI). Jadi integrasi di sini, bukan

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

hanya sekedar bersekolah di sekolah umum namun tetap kurikulum pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan individual melalui PPI. Penerapan PPI ini juga secara individual, begitupun dengan cara pengajarannya. 3. ADHD Ialah: gangguan konsentrasi dan dan mempertahankan fokus pada tugas yang sedang dikerjakan. Mereka cenderung bergerak terus secaraara konstan dan tidak bisa tenang. Akibatnya : mereka sering kesulitan belajar di sekolah, mendengar dan mengikuti instruksi orang tua dan guru, dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Penelitian menunjukkan bhw ADHD terdapat pada 3-5% populasi. Biasanya anak yang mengalami ADHD lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Karakteristik ADHD berdasarkan DSM IV-TR: 1. Kurang perhatian -

Tidak bisa memusatkan perhatian atau banyak membuat kesalahan dalam kegiatan

-

Kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas atau kegiatan bermain

-

Tidak menyelesaikan tugas

-

Menghindari tugas-tugas yang menuntut usaha mental

-

Sering kehilangan benda2 penting (alat tulis, tugas sekolah, dll)

2. Hiperaktivitas -

Tangan & kaki tidak bisa diam

-

Tidak bisa duduk diam dan sering meninggalk kursi

-

Berjalan kemana-mana, memanjati segala macam benda secara berlebihan

-

Kesulitan bermain dengan tenang

-

Penuh energi dan bergerak secara konstan

-

Banyak berbicara

3. Impulsivitas -

Menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai

-

Kesulitan menunggu giliran

-

Menginterupsi percakapan orang lain

Masalah Lain Siswa dengan ADHD Masalah yang dihadapi ole mereka adalah kesulitan akademik, masalah dalam berteman dan menjaga persahabatan, perilaku melawan terhadap orang dewasa. Masalah akademik berkaitan errata dengan kesulitan belajar membaca, menulis, berhitung. Namun ternyata ada beberapa masalah mendasar sehingga siswa ADHD tidak dapat belajar seperti

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

yang disebutkan di atas. Masalah tersebut meliputi kesulitan berbicara, gangguan motorik, konsentrasi. Banyak siswa dengan ADHD mengalami keterlambatan perkembangan bicara, yaitu kesulitan dengan keterampilan bahasa ekspresif & reseptif. Cara memperbaiki keterampilan ekspresif adalah memperbaiki artikulasi anak dengan cara atihan oral yang melibatkan lidah, bibir, dan langit-langit mulut. Misalnya menjilati es krim atau selai dari bibir, menggerakgerakkan lidah, permainan meniup & menghisap.

Strategi Membantu Siswa Berkonsentrasi 1. Memberi kerangka waktu yang jelas agar anak mengetahui secara pasti berapa lama ia harus menyelesaikan tugas 2. Membatasi pilihan untuk mencegah anak cepat berpindah satu tugas ke tugas lain 3. Mengurangi jumlah gangguan di ruangan 4. Memberikan umpan balik secepatnya untuk memotivasi anak 5. Merencanakan tugas yang lebih kecil daripada sesi panjang Perkembangan Kognitif

Tahap Konkrit Operasional dari Jean Piaget

Tahap perkembangan kognitif ini dimulai dari usia 7 tahun sampai 11 tahun. Anak-anak sudah mampu menjalankan operasi yang konkrit dan berpikir menggunakan logika. Kemampuan klasifikasi sesuatu ke dalam bentuk yang berbeda-beda mulai berkembang. Pada tahapan ini keterampilan seriation mulai berkembang. Seriation adalah ketermpailan untuk menyusun stimulus dalam dimensi penghitungan kuantitatif. Selain itu transitivity juga mulai berkembang. Transitivity adalah keterampilan untuk mengkombinasikan beberapa hubungan untuk mencari suatu kesimpulan.

B. Kompetensi Belajar

Mahasiswa memahami perkembangan fisik dan kognitif masa akhir kanak-kanak Mahasiswa memahami gangguan-gangguan belajar yang terjadi pada masa akhir kanakkanak

C. Hasil Akhir yang diharapkan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan fisik masa akhir kanak-kanak 2. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan kognitif masa akhir kanak-kanak

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

3. Mahasiswa memahami berbagai gangguan belajar yang terjadi pada masa kanak-

kanak akhir 4. Mahasiswa memahami alasan gangguan belajar muncul pada masa akhir kanak-

kanak A. Kegiatan Belajar 1. Mahasiswa menonton Film ―Tahree Zamen Phar‖ 2. Mahasiswa menyimak dan mencatat pertanyaan yang diberikan sebelum film dimulai 3. Mahasiswa melakukan analisa film berdasarkan teori yang didapat dari buku 4. Tugas berupa paper analisa film dikumpulkan. Tugas Analisa Film 1. Jelaskan apa yang terjadi pada ihsan? 2. Ciri khas apa saja yang muncul dari gangguan yang ihsan miliki? Jelaskan ! 3. Gangguan yang dimiliki ihsan mempengaruhi beberapa area dalam kehidupannya. Jelaskan area-area mana saja yang terganggu! 4. Tindakan seperti apa yang membantu ihsan menjadi berhasil ? Jelaskan! 5. Jelaskan sikap orang tua ihsan ketika mengetahui anaknya memiliki kebutuhan khusus! Jelaskan menggunakan teori. Format Penilaian Mahasiswa mendapat nilai : 

A = bila mampu mengkaitkan gambaran perilaku di film secaraara detil dan lengkap serta dapat menganalisa berdasarkan teori yang lengkap dan mendalam.



B = mampu mengkaitkan gambaran perilaku di film dan menganalisa berdasarkan teori yang lengkap dan mendalam



C = bila menjelaskan pertanyaan berdasarkan gambaran dari film berdasarkan teori dasar



D = bila menjelaskan pertanyaan berdasarkan gambaran perilaku di film



E = hanya menguraikan perilaku yang muncul saja.

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Ujian Akhir Semester Psikologi Perkembangan I 1. Ujian Akhir Semester berupa presentasi hasil karya yang dibuat secara berkelompok. Hasil karya yang dibuat adalah membuat buku/aktivitas yang dapat menstimulasi perkembangan fisik, atau perkembangan kognitif, atau perkembangan sosial-emosional masa bayi sampai masa kanak-kanak akhir. Mahasiswa memilih satu perkembangan pada masing-masing perkembangan di tahap usia yang ada. Bobot Penilaian UAS adalah hasil karya 30% dan Presentasi 20%. 2. Hasil karya berupa benda nyata yang dibuat untuk menstimulasi anak dan disertakan pula paper yang membahas hasil karya tersebut. 3. Isi paper yang dinilai berdasarkan panduan yang sudah dibuat (lampiran). 4. Presentasi

hasil

karya

dinilai

berdasarkan

kemampuan

mahasiswa

dalam

mempertanggungjawabkan benda yang dibuat dengan kesesuaian teori perkembangan I yang telah dipilih oleh mahasiswa. 5. Deadline Pengumpulan Paper dan hasil karya : 30 Mei 2012 pk 13.30 di Ruang Dosen Prodi Psikologi. 6. Bobot penilaian Psikologi Perkembangan I Kuiz

= 15%

UTS

= 15%

Tugas

= 20%

Big Project = 30% Presentasi/UAS= 20% Lampiran

Panduan Paper Hasil Karya Psikologi Perkembangan I 1. Paper dibuat dengan font 11, Times NewRoman, par 1.5 2. Kertas yang digunakan A4 Bab I : Pendahuluan (3 halaman)  Bobot Penilaian 10% A. Latar Belakang Masalah (berisi perkembangan anak masa kini, kesenjangan perkembangan anak masa kini dengan teori-teori yang ada) B. Tujuan Pembuatan Aktivitas/Permainan

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id

Bab II: Landasan Teori (5 halaman)  Bobot Penilaian 35% A. Teori Dasar B. Teori Pendukung Bab III : Analisa  Bobot Penilaian 40% A. (Nama buku/permainan/aktivitas) I.

Bentuk Permainan (berisi tentang market pengguna mainan, usia yang dituju, proses pembuatan mainan, bahan-bahan yang digunakan dalam permainan)

II.

Cara Bermain (instruksi permaianan, siapa saja yang bermain, dan sebagainya)

B. Penjelasan Permainan dikaitkan dengan Teori Perkembangan I.

Alasan membuat permainan/aktivitas

II.

Bagian-bagian

permainan

yang

dikaitkan

dengan

teori

psikologi

perkembangan 1 (berisi bagian-bagian permainan yang dikaitkan dengan teori, alasan pemilihan permainan dikaitkan dengan teori, bagian-bagian permaianan dapat menstimulasi apa saja, dll). Bab IV: Kesimpulan dan Saran  Bobot Penilaian 10% A. Kesimpulan (kesimpulan singkat, kelebihan dan kekurangan permainan) B. Saran (berisi saran-saran atas kekurangan dari permainan ini) Daftar Pustaka  Bobot Penilaian 5%

Kebayoran Arcade V Boulevard-Bintaro Jaya Sektor 7 Blok F3 & F5 No. 01-29 Tangerang Selatan Email: [email protected] – www.upj.ac.id