PEMILIHAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN

Download studi kasus di wilayah DAS Brantas, Jurnal Purifikasi (ISSN 1411-3465), Vol. 8, ... Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis Masyara...

1 downloads 558 Views 2MB Size
KEBERLANJUTAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PERPIPAAN DI PERDESAAN ALI MASDUQI 3105 301 002 PROMOTOR: Prof. Ir. Noor Endah, MSc., PhD. Ir. Eddy Setiadi Soedjono, MSc., PhD. Prof. Ir. Wahyono Hadi, MSc., PhD. PROGRAM DOKTOR BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN DAN REKAYASA SUMBER AIR JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Publikasi Disertasi 1. Capaian pelayanan air bersih perdesaan sesuai Millennium Development Goals – studi kasus di wilayah DAS Brantas, Jurnal Purifikasi (ISSN 1411-3465), Vol. 8, No. 2, Desember 2007, 2. Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan Berbasis Masyarakat: Studi Kasus HIPPAM di DAS Brantas Bagian Hilir, Seminar Nasional Pascasarjana VIII – ITS, Surabaya (ISBN 978-979-96565-4-4), 13 Agustus 2008 3. Sustainability of water supply systems for poor communities, International Seminar on Sustainable Urban Development Trisakti University, Jakarta (ISBN 978979-99119-3-4), 20-21 August 2008 4. Teknologi penyediaan air bersih perdesaan: studi kasus di Kabupaten Mojokerto, Seminar Nasional Teknik Sipil V – 2009, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS (ISBN 978-979-99327-4-7), 11 Februari 2009 5. Prediction of rural water supply systems sustainability using a mathematical model, Jurnal Purifikasi (ISSN 1411-3465) Vol. 10, No. 2, Desember 2009 6. Structural equation modeling as a tool for assessment of rural water supply systems sustainability, Water Science & Technology (ISSN 0273-1223), (dalam proses, telah direview dan revisi) 22 February 2010

2

Definisi • Keberlanjutan: keberfungsian suatu sistem pada saat ini dan yang akan datang dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, ekonomi, dan teknologi (ASCE, 1998) • Sistem penyediaan air bersih: satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air bersih yang mencakup unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan (PP No. 16 Tahun 2005) • Perdesaan: wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang) 22 February 2010

3

Latar Belakang Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air)

Fakta: tidak semua warga negara dapat menikmati pelayanan air bersih, 42,42% rumah tangga di perdesaan mempunyai akses terhadap air bersih dan dengan sistem perpipaan 6,71% (Susenas, 2008)

Pemerintah akan meningkatkan pelayanan air bersih bagi masyarakat miskin di perdesaan Perlu dilakukan penelitian yang dapat memberikan kontribusi problem solving pada pembangunan air bersih perdesaan di masa yang akan datang 22 February 2010

4

Kontribusi Penelitian • Pengembangan konsep pembangunan prasarana dan sarana air bersih di perdesaan. • Pengembangan keilmuan bidang sumberdaya air, khususnya penyediaan air bersih dengan pendekatan interdisiplin ilmu.

22 February 2010

5

State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b) Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

6

State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b)

1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b) Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

7

Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan Penelitian ini: air bersih perdesaan

State of the Art

Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b)

Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

22 February 2010

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

8

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006)

State of the Art

Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b)

Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

9

State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b)

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest (Sutton, 2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008) Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

10

State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b) Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006)

Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003)

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

11

State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b) Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003)

Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

12

State of the Art Pembangunan AMPL di perdesaan pada 1970 – 2000, tidak berkelanjutan (Bappenas, 2003a; Bappenas, 2003b) Kendala tercapainya keberlanjutan · Carter dkk. (1999) memaparkan problem yang dihadapi negara berkembang · Mwanza (2003) menyatakan bahwa permasalahan air bersih dan sanitasi mencakup akses, ketersediaan dan keterjangkauan, alokasi, peningkatan kemampuan, teknologi, dan masalah sosial · Carter dkk. (1999) dan Brikké dan Bredero (2003) mengidentifikasi penyebab ketidak berlanjutan · Davis dan Iyer (2002) menyatakan kendala penerapan sistem penyediaan air bersih perdesaan

Upaya mencapai keberlanjutan · Mempertimbangkan aspek sosial, kesehatan, teknologi, ekonomi, finansial, institusional, dan lingkungan (Parr dan Shaw, 1991) · Pendekatan dorongan-kebutuhan membuat masyarakat memiliki willingness to invest Sutton (2004) · Proyek berbasis masyarakat biasanya memerlukan satuan biaya dan biaya eksternal lebih rendah (Satterthwaite dkk., 2005) · Mencakup faktor sumber air, teknologi, kualitas, institusi, keuangan, dan perilaku manusia (Pushpangadan dan Murugan, 2008)

Faktor yang Mempengaruhi Keberlanjutan: § Adanya pernyataan kebutuhan (Hosain dkk., 1999; Katz dan Sara, 1998). § Partisipasi masyarakat (Kaliba, 2002; UNDP-World Bank, 1998) § Teknis, masyarakat, lingkungan, dan hukum dan kelembagaan (Brikké dan Bredero, 2003) § Organisasi masyarakat, kemampuan mengoperasikan dan merawat fasilitas, kemampuan membayar biaya/tarif lebih tinggi, dan adanya dukungan (Musonda, 2004) § Pelibatan masyarakat dan peningkatan kemampuan pengelola air (Hoko dan Hertle, 2006) Model yang berhubungan dengan penyediaan air bersih: · Konsep atau model pengelolaan oleh masyarakat (Lockwood, 2004) · Model sanitasi berbiaya rendah pada masyarakat miskin (Sarmento, 2001) · Model pembelajaran tim sebagai strategi mencapai keberlanjutan pelayanan air bersih dan sanitasi (Tarquino, 2001) · Model konsep untuk pemilihan teknologi penyediaan air bersih (Galvis, 2003) Kriteria keberlanjutan: · Ketersediaan, kapasitas, kontinyuitas dan kondisi (Rietveld dkk., 2009) · Davis dan Brikké (1995), Stalker (2001), Iyer, dkk. (2006), dan Bhandari dan Grant (2007) mengemukakan indikator keberlanjutan

Penelitian ini:

22 February 2010

Lokasi: Penelitian dilakukan di Jawa Timur (Indonesia)

Variabel: § Perencanaan § Pengelolaan § Keandalan Sistem § Masyarakat § Keberlanjutan

Hasil: diperoleh model yang dapat memprediksi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih di masa yang akan datang.

Analisis: menggunakan structural equation modeling (SEM) untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan

13

Rancangan Disertasi § § § § §

Latar Belakang

Mengapa pembangunan air bersih di perdesaan kurang berkelanjutan?

Tujuan 1: Mendapatkan fakta tentang variabel penentu keberlanjutan sistem penyediaan air bersih perdesaan

· Sortir dan kategorisasi data · Tabulasi · Analisis teknis (ketersediaan sumber air, kebutuhan air, kualitas air, dll) · Uji validitas dan reliabilitas

Pustaka pendukung: o Tools untuk analisis data (Structural equation modeling)

Hasil 1: Akan diperoleh variabel yang menyebabkan keberhasilan dan kegagalan pembangunan air bersih dengan indikator keberlanjutan. Hasil ini akan digunakan untuk mendukung penyusunan model pemilihan sistem penyediaan air bersih

Penentuan indikator penting yang mempengaruhi pemilihan sistem

Bagaimana menjamin keberlanjutan pembangunan air bersih di perdesaan di masa yang akan datang?

22 February 2010

Tujuan 2: Menyusun model sistem penyediaan air bersih menuju pelayanan air bersih perdesaan yang berkelanjutan

Hasil 2: Akan diperoleh model kualitatif yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan tentang sistem penyediaan air bersih agar proyek air bersih perdesaan di masa yang akan datang lebih sustainable. Diharapkan model ini dapat diaplikasikan di daerah perdesaan lain

Analisis penentuan indeks tiap variabel

Analisis hubungan antara variabel independen dan keberlanjutan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM)

METODA

Pembahasan dan Kesimpulan

Kajian Pustaka dan Identifikasi Masalah

RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN

Gap

Realitas: · Sekitar 1,3 milyar penduduk dunia ketiga tidak mendapatkan akses terhadap kecukupan air bersih. · Hambatan pencapaian sasaran MDG di negara berkembang disebabkan aspek politis, finansial, institusional, dan teknis. · Tingkat kemiskinan di Indonesia dan Jawa Timur cukup tinggi  capaian pelayanan air bersih perdesaan masih rendah. · PDAM belum menjangkau pelayanan di perdesaan. · Pengalaman pembangunan sarana dan prasarana air minum di Indonesia di perdesaan banyak yang mengalami kegagalan dan tidak berlanjut.

Analisis Data

Peraturan dan Kajian Pustaka: · Issu global tentang penyediaan air bersih dan sanitasi è Target MDG. · UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air. · PP 16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. · Kebijakan pembangunan sektor air bersih (RPJM Nasional, RPJM Jawa Timur). · Aspek teknis, pembiayaan, sosial, dan institusi pada penyediaan air bersih. · Sustainability pada proyek air bersih perdesaan. · Indikator keberhasilan pembangunan air bersih.

Data: Perencanaan Pengelolaan Keandalan Sistem Masyarakat Keberlanjutan

Pengumpulan Data

LATAR BELAKANG  GAP ANALYSIS

HASIL 14

LOKASI STUDI • •

DAS Brantas Lokasi studi: 24 desa di 9 kabupaten (Malang (6 desa), Blitar (3 desa), Trenggalek (2 desa), Tulungagung (2 desa), Kediri (2 desa), Nganjuk (2 desa), Jombang (1 desa), Mojokerto (5 desa), Sidoarjo (1 desa)) 570000 500000

550000

600000

650000

700000

750000

800000

850000

600000

630000

660000

690000

900000

9300000

9300000

U B

Surabaya

T 9250000

9250000

S

Mo jorejo 9180000

Ke bon agu ng

9180000 9200000

9200000

Sidoarjo

Surabaya Sidoarjo Nganjuk Jombang Mojokerto

9150000

Mojokerto Jombang

9150000

Nganjuk

Kediri

Ble beran Tulungagung Blitar Trenggalek

9100000

Malang

Nge mba t

500000

550000

600000

700000

750000

800000

850000

900000

Kediri

Don ow arih Pa nda ntoyo

9120000

Bo to pu tih

9150000

Trenggalek

0 570000

10

9120000

Su mbe rsuko

Tepa s

Malang

Blitar Pa ged ang an

Daw uh an

9090000

Bin ang un

Gema harjo

10

W on ore jo

Pa ra ng Arg o

Tulungagung

9090000

Desa sampel Kabupaten

Pe tu ng se wu

Su ko do no Ba bad an

22 February 2010

T S

Bu ku r

100 Kilometers

650000

B

Jo ho

9050000

50

U

Gen jeng

9050000

0

Ke se men

9100000

9150000

50

Ba long tani

Pu rw ojati

20

30 Kilometer 600000

630000

660000

690000

15

Pembangunan Model

Model Teoritis e1 e2 e3 e4

1 1

1 1

1

e5

e11

Bahan 1

e10

e7

Perencanaan Investasi

1

e9

1 1 1

1

Teknologi

1

e8

e6

Sumber

Pengoperasian

r1

1

1

Pengelolaan

Keuangan

Kuantitas

Lembaga

Keandalan

1

Kontinyuitas Kualitas

Operator Suku Cadang

1 1 1

e15 e16 e17

Dukungan 1

Biaya Operasi

Kepuasan

Pihak Luar

e12 e13

Kemauan

1

Kebutuhan 1

22 February 2010

Keuntungan 1

1

e14

Keberlanjutan

1 1

Pengembangan

1

1 1

e18 e19 e20

Masyarakat r2

Partisipasi

17

Pembangunan Model Berbasis Data Konfirmasi model menggunakan structural equation modeling

22 February 2010

18

Persamaan Model • Persamaan spesifikasi model pengukuran: X = x x +  (dari variabel eksogen) Y = y  +  (dari variabel endogen)

• Persamaan struktural

X1

δ1

λ1 λ2

X2

δ2

x1

λ3

γ1

X3

δ3

ρ1 λ10

X4

δ4

λ4

X5

δ5

x2

λ5

λ12

δ7 δ8

X6 X7

ε1

Y2

ε2

Y3

ε3

β1

γ3 δ6

λ11

η1

γ2

Y1

λ6

ρ2

x3

λ7 λ8

X8

γ4 δ9

X9

η2

λ13 λ14

Y4

ε4

Y5

ε5

Y6

ε6

λ15

 = B  + x + ρ

  B *   * ( x \ ( X   ))   22 February 2010

19

Bentuk Persamaan

 1   0 0 1       x   0 , 948 0  2    2  asumsi

 0,723 0 0 0   X 1  0,022       0,863 0 0 0   X 2  0,046     0 0 0   X 3  0,012    0,370      0,774 0 0   X 4  0,027    0,679 0,153 0,210 0    0       0,001 x   0    X 0 , 658 0 0 0 , 056 0 0 0 0 , 103     5        0 , 001    0    0 0,942 0  X 6  0,012     0 0,722 0   X 7  0,010    0       0 0 0,653 0   X 8  0,069       X  0,037     0 0 0 1   9    

0  Y1  0,993 Y  0,582  0 2     Y3  0,360 0  Y     0 0 , 625 Y4    Y5   0 0,407      Y6  0 0 , 659   22 February 2010

\

 0,001 0,022   1   0,011  x    0 , 054    2  0,058   0,015 20

Indeks Keberlanjutan • Indeks keberlanjutan adalah angka yang menyatakan jumlah nilai dari tiga indikator keberlanjutan, yaitu kepuasan pengguna, keuntungan finansial, dan kemungkinan pengembangan sistem

22 February 2010

21

Indeks Keberlanjutan Klasifikasi keberlanjutan: – Keberlanjutan rendah, bila indeks keberlanjutan lebih kebil dari 1,320 – Keberlanjutan sedang, bila indeks keberlanjutan = 1,320 – 1,914 – Keberlanjutan tinggi, bila indeks keberlanjutan lebih besar dari 1,914 22 February 2010

22

Metodologi Pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih RENCANA PROYEK PENYEDIAAN AIR BERSIH DIPERLUKAN INTERVENSI UNTUK PENINGKATAN INDEKS KEBERLANJUTAN

INVENTARISASI DATA LAPANGAN

ANALISIS DATA DAN SCORING

INPUT DATA KE DALAM MODEL

RUNNING MODEL

Keberlanjutan Tinggi KESIMPULAN

Keberlanjutan Rendah

EVALUASI

Keberlanjutan Sedang RENCANA PROYEK DILAKSANAKAN

REKOMENDASI

Ya

KEBERLANJUTAN MUNGKIN DITINGKATKAN?

Tidak

22 February 2010

EVALUASI KEMBALI VARIABEL YANG MENYEBABKAN KEBERLANJUTAN TIDAK MENINGKAT

23

0.75

Indeks Keberlanjutan = 1.3025

0.5 0.25 0.25 0.5 0.25

0.5 0.5 0.75

22 February 2010

Kesimpulan: KEBERLANJUTAN RENDAH

EVALUASI KEMBALI AGAR KEBERLANJUTAN DAPAT DITINGKATKAN ================================== ANALISIS PENINGKATAN KEBERLANJUTAN ================================== • INDEKS KEBERLANJUTAN BERAT UNTUK DITINGKATKAN • PERLU DIKAJI KEMBALI TERHADAP VARIABEL YANG MENYEBABKAN KEBERLANJUTAN RENDAH • LAKUKAN INTERVENSI AGAR INDEKS KEBERLANJUTAN DAPAT DITINGKATKAN. BENTUK INTERVENSI ADALAH: - (X3): Pengusulan permintaan dana kepada pemerintah atau donor ATAU pengajuan dana tambahan atau dana dari masyarakat - (X4): Pemilihan alternatif sarana air bersih yang relatif lebih mudah pengoperasian & pemeliharaan - (X6): Pelatihan teknis kepada warga yang berpotensi

24

Penutup Temuan Penting: 1.Keberlanjutan sistem penyediaan air bersih perpipaan di perdesaan dipengaruhi oleh SEMBILAN variabel yang tercakup dalam MODEL KEBERLANJUTAN 2.Tingkat keberlanjutan dikelompokkan ke dalam TIGA kategori sesuai nilai INDEKS KEBERLANJUTAN  RENDAH, SEDANG, dan TINGGI 3.Berdasarkan model keberlanjutan dan indeks keberlanjutan  disusun METODOLOGI PEMBANGUNAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH 22 February 2010

25

Penutup Harapan: • Semoga hasil penelitian ini mampu memberikan sedikit sumbangan pada pembangunan sistem penyediaan air bersih di Indonesia.

dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air, mengapakah mereka tiada beriman? • Semoga niat baik ini karena Allah untuk kesejahteraan umat manusia. 22 February 2010

26

END

Cuplikan FOTO SARANA AIR BERSIH PERDESAAN

22 February 2010

27

22 February 2010

28