JURNAL AGROTEKNOS Juli 2012 Vol.2. No.2. hal. 69-76 ISSN: 2087-7706
PENGARUH BAHAN ORGANIK DAN PUPUK KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) Effect of Organic Materials and Potassium Fertilizers on Growth and Production Plant Melon (Cucumis melo L.) LA ODE SAFUAN* ANDI BAHRUN Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari
ABSTRACT The aim of the research was study the effect of organic matter and potassium fertilizer on growth and production of melon. This research was conducted in Rahandouna Subdistrict, Poasia District, Southeast Sulawesi Province, from December 2009 until March 2010. This research was arranged on Split Plot Design, consisting of four levels of organic matter (B) as the main plot : without organic matter (B0), 5 ton.ha-1(B1), 10 ton.ha-1(B2), and 15 ton.ha -1(B3), and potassium fertilizer as the sub plot consisting of five levels: without potassium fertilizer (K0), 50 kg K2O.ha-1 (K1), 100 kg K2O.ha-1 (K2), 150 kg K2O.ha-1 (K3), and 200 kg K2O.ha-1 (K4). Research variables consisted of growth components (stem length, stem circumference, leaf number, and leaf area), production components (fruit weight, fruit circumference, fruit thickness). The result of the research showed that the interaction of organic matter and potassium fertilizer had no effect on all observed parameters. The aplication of organic matter 10-15 ton.ha-1 and potassium fertilizer 50-150 kg K20 increased growth and production of melon. The optimum dose of organic matter was 12,25 ton.ha-1 and potassium fertilizer at 150 kg K2O ha.-1 for fresh fruit production, and fruit weight production were 50,40 ton.ha-1 and 54,60 ton ha.-1, respectively. Keywords : fertilizer, growth, potassium, production, organic matter.
1PENDAHULUAN
Tanaman melon (Cucumis melo. L) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Buah tanaman melon banyak diminati dan mempunyai harga yang relatif tinggi baik untuk pasar domestik maupun ekspor (Prajananta, 2003). Pengembangan tanaman melon di Sulawesi Tenggara mempunyai kendala kesuburan tanah, karena lahan pertanian didominasi oleh jenis tanah masam yang mempunyai tingkat kesuburan rendah. Unsur hara makro seperti unsur hara N, P, K ketersediaanya di dalam tanah rendah, kandungan bahan organik rendah, sedangkan konsentrasi Fe, Mn dan Al sangat tinggi sehingga dapat meracuni tanaman (Pietraszewska, 2001). Pertumbuhan tanaman melon akan optimal apabila *) Alamat Korespondensi: Email:
[email protected]
dibudidayakan pada tanah kaya akan bahan organik serta drainasenya baik, pada kemasaman tanah (pH tanah) 5,8 – 7,2 (Setiadi dan Parimin, 2006; Prajananta, 2003). Peningkatan ketersediaan hara kalium tanah, dapat dilakukan dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur hara kalium dan pemberian bahan organik. Saido (2008) melaporkan bahwa pemberian bahan organik 10 ton per hektar atau 450 gram per tanaman, memberikan pengaruh terhadap berat buah melon dengan rata-rata 2,29 kg, dan diameter buah melon dengan rata-rata 25,87 cm. Selanjutnya SOPIB (2009) melaporkan bahwa tanaman melon membutuhkan 80-120 kg N, 60-80 kg P2O5 dan 150-200 kg K2O, sedangkan untuk pertanaman intensif di rumah kaca membutuhkan 400 kg N, 200 kg P2O5 dan 700 kg K2O. Bahan organik dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, hal ini berhubungan dengan muatan-muatan negatif yang berasal
70
SAFUAN DAN BAHRUN
dari gugusan –COOH dan OH yang berdisosiasi menjadi COO- dan H+ dan O- + H+. Muatan negatif ini merupakan potensi humus mengadsorbsi kation-kation seperti Ca, Mg dan K yang diikat dengan kekuatan sedang sehingga mudah dipertukarkan atau mengalami proses pertukaran kation (Sutedjo, 1999). Dengan demikian pemberian bahan organik dapat meningkatkan efisiensi pemupukan kalium, karena hara menjadi tidak mudah tercuci, juga dapat meningkatkan ketersediaan hara N, P, dan K bagi tanaman.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Rahandouna, Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis tanah dilakukan di laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian UNHALU Kendari. Hasil analisis tanah, pada lahan yang digunakan mempunyai kandungan hara N dan P dengan status rendah masing-masing N (0,133%) dan P tersedia (5,51 ppm P2O5) dan status kadar hara K sangat rendah yaitu 0,04 me/100 g tanah. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yakni mulai Desember 2010 sampai Maret 2011. Bahan dan Alat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih melon varietas Amanta (FI), bahan organik (pupuk kandang kotoran sapi), pupuk urea, SP-36, KCl, kapur dolomit, Furadan 3G, Kresban 200EC, Petrogenol 800L, ajir dari bambu, mulsa plastik hitam putih, label, tali pengikat, polibag dan bahan kimia untuk kebutuhan analisa tanah. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pisau, gembor, meteran, timbangan analitik, timbangan biasa, meteran, dan seperangkat alat laboratorium untuk analisa tanah. Rancangan Penelitian. Penelitian disusun berdasarkan rancangan petak terpisah (Split Plot Design) dalam Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama sebagai petak utama (PU) adalah pemberian bahan organik (B) yang terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu: tanpa bahan organik (B0), 5 ton bahan organik.ha-1 (B1), 10 ton bahan organik.ha-1 (B2), 15 ton bahan organik.ha-1 (B3). Faktor kedua yakni pemberian berbagai dosis pupuk kalium (K) ditempatkan sebagai anak petak (AP) terdiri
J. AGROTEKNOS atas 5 taraf perlakuan yaitu: tanpa pupuk kalium (K0), 50 kg K2O.ha-1 (K1), 100 kg K2O.ha -1 (K2), 150 kg K2O. ha-1 (K3), dan 200 kg K2O.ha-1 (K4). Metode Pelaksanaan Penelitian. Persiapan Lahan. Tanah diolah dengan menggunakan cangkul sedalam 20 cm hingga gembur kemudian dibuat bedengan dengan panjang 300 cm dan lebar 120 cm, tinggi 40 cm dan lebar parit antar bedengan 50 cm. Pemberian kapur dengan dosis 1 kali Al-dd dilakukan dua minggu sebelum tanam. Hasil analisis tanah awal menunjukkan bahwa Al-dd tanah 0,96 me/100 g tanah, maka untuk menetralisir Al tanah tersebut diberikan kapur sebanyak 0,96 ton.ha-1 dan digenapkan menjadi 1 ton kapur dolomit.ha-1. Dosis bahan organik yang diberikan disesuaikan dengan perlakuan. Pemberian kapur dan bahan organik, dilakukan dengan cara menaburkan kapur dan bahan organik secara merata ke permukaan bedengan, kemudian dicangkul agar kapur dan bahan organik tercampur secara merata dengan tanah. Mulsa yang digunakan adalah mulsa plastik hitam perak berukuran lebar 125 cm. Pembuatan lubang di atas mulsa menggunakan kaleng susu berdiameter 10 cm yang dipanaskan, dengan jarak antar lubang tanam 60 cm x 50 cm, kegiatan ini dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pada setiap lubang tanam dipasang ajir yang tingginya 2 meter, bagian ajir yang masuk ke dalam tanah adalah 20 cm. Penyemaian Benih. Benih yang disemai terlebih dahulu direndam dalam air selama 2 jam. Benih yang dipakai adalah benih yang tenggelam, sedangkan benih yang mengapung dibuang. Selanjutnya benih ditiriskan dan diletakan di atas kertas koran basah selama 36 jam. Media untuk penyemaian berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 dimasukkan ke dalam polibag berukuran 8 x 10 cm, kemudian disiram dan dilakukan penanaman benih, selanjutnya dimasukkan ke tempat pesemaian yang terbuat dari paranet. Pemupukan dan Penanaman. Pupuk dasar diberikan dengan dosis 130 kg N.ha-1 dan 150 kg P2O5.ha-1 sedangkan pupuk kalium disesuaikan dengan dosis perlakuan dan diaplikasikan 10 hari sebelum tanam dengan cara disebar merata ke permukaan bedengan kemudian dicangkul secara merata dengan
Vol. 2 No.2, 2012
Pengaruh Bahan Organik Dan Pupuk Kalium
tanah. Pemindahan bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 10 hari setelah disemaikan atau telah memiliki 2 pasang daun sejati. Penanaman dilakukan pada saat pagi atau sore hari. Sebelum tanam, media plastik dibasahi terlebih dahulu agar tanah tidak pecah saat polibag dibuka. Selanjutnya bibit ditanam di dalam lubang tanam yang sudah disiapkan. Pemeliharaan Tanaman. Pemeliharaan dimulai sejak benih berkecambah agar bibit tumbuh normal. Pengairan tidak dilakukan pada penelitian ini karena dilakukan pada musim hujan. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengendalikan hama penusuk buah dengan menggunakan Petrogenol 800L dan Kresban 200EC untuk mengendalikan kutu daun. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dengan mencabut setiap gulma yang tumbuh di areal pertanaman. Pemangkasan dan Seleksi Buah. Pemangkasan dilakukan pada tanaman melon yaitu dengan pembuangan tunas-tunas baru dan bunga yang tumbuh pada ketiak daun. Tunas yang dipangkas adalah tunas yang muncul pada ruas ke-1 sampai ke-8, sedangkan tunas yang tumbuh di ketiak daun pada ruas ke-9 sampai ke-13 dipelihara untuk memperoleh buah sementara sebelum dilakukan seleksi. Seleksi dilakukan dengan memilih buah yang berbentuk agak lonjong. Dalam satu tanaman disisakan 2 buah, selanjutnya tangkai buah diikat dengan tali rafia pada turus bambu agar buah tidak bersentuhan langsung dengan tanah atau mulsa. Pengamatan. Parameter yang diamati meliputi: (1). Panjang dan lingkar batang batang tanaman pada saat tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam, (2). Jumlah daun tanaman pada saat tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam, (4). Jumlah dan Luas daun tanaman pada saat tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam, (5). Berat buah segar (kg) pada saat panen. Analisa Data. Data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam, apabila hasil analisis menunjukkan pengaruh nyata pada taraf 0,05, dilanjutkan dengan uji DMRT
71
(Duncan Multiple Range Test) pada taraf 0,05, untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara perlakuan, dan untuk mengetahui dosis bahan organik dan kalium yang optimal untuk tanaman melon dilakukan analisis regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Panjang dan lingkar batang. Pengaruh pemberian berbagai dosis bahan organik terhadap panjang dan lingkar batang tanaman melon pada saat tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam, disajikan pada Tabel 1. Pada saat tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam menunjukkan bahwa tanaman tertinggi diperoleh pada tanaman yang memperoleh bahan organik 10 ton.ha-1 (B2), berbeda nyata dengan perlakuan B0, tetapi tidak berbeda nyata dengan tanaman yang memperoleh bahan bahan organik 15 ton.ha-1 (B3), dan tanaman yang memperoleh bahan organik 5 ton.ha-1 (B1), sedangkan tanaman melon yang lebih pendek adalah pada tanaman melon yang tidak memperoleh bahan organik (B0) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1. Pengaruh bahan organik terhadap lingkar batang tanaman melon (Tabel 1) menunjukkan bahwa pada saat tanaman melon umur 20 hari setelah tanam, pemberian bahan organik 10 ton.-1 (B2) tidak beda nyata dengan perlakuan bahan organik 15 ton.ha-1 (B3) dan perlakuan bahan organik 5 ton.ha-1 (B1) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan B0 (Tanpa bahan organik), sedangkan perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan B0. Pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam (Tabel 1), tanaman yang mempunyai lingkar batang yang paling besar diperoleh pada tanaman yang memperoleh perlakuan 15 ton.ha-1 (B3), berbeda nyata dengan tanaman yang memperoleh bahan organik 5 ton.ha-1 (B1), dan tanaman yang tidak memperoleh perlakuan bahan organik (B0), tetapi tidak berbeda nyata dengan tanaman yang memperoleh bahan organik 10 ton.ha-1 (B2). Perlakuan B2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan B0.
72
SAFUAN DAN BAHRUN
J. AGROTEKNOS
Tabel 1. Pengaruh bahan organik terhadap panjang batang dan lingkar batang (cm) pada saat tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam
Bahan Organik Panjang Batang Panjang Batang Lingkar (ton.ha-1) 20 HST 35 HST 20 HST B0 = 0 B1 = 5 B2 = 10 B3 = 15
56,16b 58,86ab 69,34a 68,95a
130,77b 150,15ab 154,62a 159,62a
Batang Lingkar 35 HST
2,12b 2,15ab 2,41a 2,40a
Batang
2,50c 2,63b 2,77ab 2,85a
Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0,05
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pemberian bahan organik dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga memberikan pengaruh terhadap perbaikan pertumbuhan panjang dan lingkar batang tanaman melon. Hal ini disebabkan karena bahan organik merupakan sumber unsur hara N, P, dan K yang dapat memacu pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan panjang dan diameter
batang membutuhkan unsur hara N, P dan K. Senyawa N yang terkandung dalam bahan organik berperan dalam sintesa asam amino dan protein secara optimal, selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan tanaman yang mengalami kekurangan unsur hara N menyebabkan tanaman menjadi kerdil (Decoteau, 2000).
Tabel 2. Pengaruh pupuk kalium terhadap lingkar batang (cm) pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam
Pupuk Kalium (Kg K2O.ha1) K0 = 0 K1 = 50 K2 = 100 K3 = 150 K4 = 200 Rataan
B0 = 0 2,39 2,43 2,52 2,56 2,58 2,50
Bahan Organik (ton.ha-1) B1 = 5 B2 = 10 2,54 2,64 2,65 2,72 2,53 2,92 2,67 2,83 2,75 2,75 2,63 2,77
B3 = 15 2,80 2,93 2,67 2,96 2,89 2,85
Rataan 2.60b 2,66ab 2,69ab 2,76a 2,79a
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0,05
Hasil uji DMRT pada taraf nyata 0,05 (Tabel 2) pengaruh pupuk kalium terhadap lingkar batang pada saat tanaman berumur 20 hari setelah tanam menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dapat meningkatkan lingkar batang tanaman. Pemberian pupuk kalium sampai dosis 200 kg K2O.ha-1 (K4) masih diikuti pertambahan lingkar batang walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3, K2, dan K1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K0. Pentingnya kalium dalam penambahan diameter batang berhubungan dengan fungsi kalium untuk meningkatkan kadar sclerenchyma pada batang, Sclerenchyma mempunyai fungsi memberi penebalan dan kekuatan pada jaringan batang sehingga
tanaman lebih kuat dan tidak mudah rebah. Bel dan Rahmania (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman berkorelasi dengan penambahan konsentrasi kalium pada daerah pembesaran. Bila tanaman kekurangan kalium maka pembesaran dan perpanjangan sel terhambat. Makin tinggi konsentrasi unsur hara K maka lingkar batang semakin besar. Novizan (2002) menyatakan bahwa kalium dapat meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi yang menghasilkan ATP dan NADPH yang berperan dalam proses fotosintesis dan metabolisme tanaman. Jumlah dan Luas Daun. Pengaruh bahan organik terhadap jumlah daun tanaman melon pada waktu tanaman berumur 20 hari setelah
Vol. 2 No.2, 2012
Pengaruh Bahan Organik Dan Pupuk Kalium
tanam (Tabel 3) menunjukkan bahwa, tanaman yang memperoleh bahan organik 15 ton.ha-1 (B3) menghasilkan daun yang lebih banyak dan berbeda nyata dengan jumlah daun pada tanaman yang memperoleh bahan organik 5 ton.ha-1 (B1) dan tanaman yang tanpa memperoleh bahan organik (B0), tetapi tidak berbeda nyata dengan jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman yang memperoleh bahan organik 10 ton.ha -1 (B2), sedangkan perlakuan B1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan B0. Hasil uji DMRT pengaruh bahan organik terhadap luas daun pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada saat tanaman berumur 20 hari setelah tanam, pemberian berbagai dosis bahan organik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi semua perlakuan berbeda nyata dengan perlakuan tanpa bahan organik (B0). Pada saat tanaman berumur 35 HST menunjukkan bahwa tanaman melon yang memiliki daun yang terluas diperoleh pada tanaman yang
73
memperoleh bahan organik 15 ton.ha-1 (B3) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, sedangkan tanaman yang mempunyai daun yang lebih sempit diperoleh pada tanaman yang tidak memperoleh bahan organik (B0) dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya serta ketersediaan unsur hara. Stevenson dalam Thamrin (2000) menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber cadangan unsur hara N, P, K dan S serta unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca) akan dilepaskan secara berlahan–lahan melalui proses dekomposisi dan mineralisasi untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Senyawa N yang terkandung dalam bahan organik berperan dalam sintesa asam amino dan protein secara optimal, selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kekurangan unsur hara N menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat dan tanaman menjadi kerdil (Decoteau, 2000).
Tabel 3. Pengaruh bahan organik terhadap jumlah daun (helai) luas daun (cm2) pada waktu tanaman berumur 20 dan 35 hari setelah tanam
Bahan Organik (ton.ha-1) B0 = 0 B1 = 5 B2 = 10 B3 = 15
Jumlah Daun 20 HST 31,12b 31,57b 39,70a 40,03a
Jumlah Daun 35 HST 41,48d 46,36c 53,30b 57,84a
Luas Daun 20 HST 181,37b 220,54a 241,03a 243,00a
Luas Daun 35 HST 218,88c 276,30b 283,93b 324,50a
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0,05
Pengaruh pupuk kalium terhadap luas daun pada saat tanaman berumur 20 hari setelah tanam (Tabel 4), menunjukkan bahwa pemberian pupuk kalium dapat meningkatkan luas daun tanaman. Pemberian pupuk kalium sampai dosis 200 kg K2O.ha-1 (K4) masih diikuti pertambahan luas daun, walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan K3, K2 dan K1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K0, sedangkan tanaman yang mempunyai daun yang lebih sempit adalah tanaman yang tidak memperoleh pupuk kalium (K0) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K1 dan K2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kalium merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jaringan tanaman, terutama dalam proses fisiologi tanaman.
Menurut Hardjowigeno (2003), Kalium sangat penting dalam proses fisiologi tanaman. Selanjutnya Novizan (2002) menyatakan bahwa kalium dapat meningkatkan fotosintesis tanaman melalui peningkatan fotofosforilasi yang menghasilkan ATP dan NADPH yang berperan dalam proses fotosintesis dan metabolisme tanaman menyatakan bahwa kandungan N, P, dan K berperan merangsang pertumbuhan jaringan tanaman. Bel dan Rahmania (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman berkorelasi dengan penambahan konsentrasi kalium pada daerah pembesaran. Bila tanaman kekurangan kalium maka pembesaran dan perpanjangan sel terhambat.
74
SAFUAN DAN BAHRUN
J. AGROTEKNOS
Tabel 4. Pengaruh pupuk kalium terhadap luas daun (cm2) pada waktu tanaman berumur 20 hari setelah tanam
Pupuk Kalium (Kg K2O.ha-1) K0 = 0 K1 = 50 K2 = 100 K3 = 150 K4 = 200 Rataan
B0 = 0 155,24 184,44 188,54 180,52 198,12 181,37
Bahan Organik (ton.ha-1) B1 = 5 B2 = 10 209,64 250,24 226,48 215,53 204,56 243,26 240,24 240,22 221,78 255,89 220,54 241,03
B3 = 15 198,45 248,15 256,01 253,53 258,85 243,00
Rataan 203,40b 218,65ab 223,09ab 228,63a 233,66a
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf nyata 0.05
Produksi Tanaman Melon. Buah melon memiliki umur panen yang sangat singkat. Asie (2008) melaporkan bahwa buah melon masak pada umur 65-120 hari. Pengaruh bahan organik terhadap berat segar buah tanaman melon pada Tabel 5, menunjukkan bahwa hasil buah yang lebih berat diperoleh
pada tanaman yang memperoleh bahan organik 10 ton.ha-1 (B2), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B3 dan B1, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan B0, sedangkan hasil buah terendah diperoleh pada perlakuan B0 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B1 dan B3.
Tabel 5. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap berat segar buah melon (kg/buah).
Pupuk Kalium (Kg K2O.ha-1) K0 = 0 K1 = 50 K2 = 100 K3 = 150 K4 = 200 Rataan
B0 = 0
Bahan Organik (ton.ha-1) B1 = 5 B2 = 10
B3 = 15
Rataan
0,78 0,92 0,88 0,95 0,95 0,90b
1,01 1,00 1,10 1,07 1,01 1,04ab
1,06 1,04 1,06 1,04 1,06 1,05ab
1,01 1,02 1,06 1,04 1,06 1,04
1,20 1,10 1,20 1,08 1,23 1,16a
Keterangan: Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada nyata 0,05
Gambar 1. Kurva respon hubungan antara dosis bahan organik dengan berat segar buah melon.
Hasil analisis regresi pengaruh pemberian berbagai dosis bahan organik terhadap berat buah segar adalah bersifat kuadratik (Gambar 1). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, diperoleh dosis bahan organik yang optimal adalah 12,25 ton.ha-1, pada dosis tersebut akan menghasilkan buah melon seberat 1,2
kg/buah. Pemberian bahan organik pada tanaman melon memberikan hasil yang lebih baik dan kualitas yang lebih baik. Pada penelitian ini, setiap pohon terdapat 2 buah melon, sehingga hasil buah pertanaman adalah 2,4 kg/tanaman, dan jarak tanaman yang digunakan adalah 60 cm x 50 cm dan jarak antara petak/bedengan adalah 50 cm maka populasi per hektar adalah 21.000 tanaman, sehingga akan diperoleh produksi buah segar tanaman melon sebesar 50,40 ton.ha-1. Fernandes et al. (2003) melaporkan bahwa pemberian bahan organik pada tanaman melon memberikan hasil yang lebih baik dan kualitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan pemberian pupuk kimia. Hal ini disebabkan karena bahan organik selain mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur hara mikro yang sangat
Vol. 2 No.2, 2012
Pengaruh Bahan Organik Dan Pupuk Kalium
dibutuhkan oleh tanaman melon. Roesmarkamdan Yuwono (2002) menyatakan bahwa bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap yaitu N, P, K, Ca, Mg dan S serta unsur hara mikro. Ketersediaan unsur hara dalam tanah memungkinkan pertumbuhan dan produksi tanaman berlangsung dengan baik. Karson et al., (2000) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman ditentukan oleh laju fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air.
y = 0.924 + 0.003 x -1E-05x2 R2 = 0.867
Gambar 2. Kurva respon hubungan antara dosis pupuk kalium dengan berat buah segar melon.
Hasil analisi regresi pengaruh pemberian berbagai dosis pupuk kalium terhadap berat buah segar adalah bersifat kuadratik (Gambar 2). Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut, diperoleh dosis pupuk kalium yang optimal adalah 150 kg K2O, pada dosis itu akan menghasilkan buah melon segar seberat 1,3 kg/buah. Pada setiap pohon terdapat 2 buah melon, sehingga hasil buah pertanaman 2,60 kg. Pada penelitian ini, jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 50 cm dan jarak antar petakan adalah 50 cm, dengan demikian maka populasi perhektar adalah 21.000 tanaman, sehingga produksi buah segar tanaman melon apabila diberi pupuk kalium dengan dosis 150 kg K2O.ha-1 adalah 54,60 ton.ha-1. Kekurangan kalium pada tanaman menyebabkan banyak proses yang tidak berjalan dengan baik misalnya akumulasi karbohidrat terhambat, menurunya kadar pati dan akumulasi senyawa N dalam tanaman dan kegiatan enzim terhambat. Apabila kegiatan enzim terhambat maka terjadi penimbunan senyawa tertentu misalnya enzim katalase yang mengubah glukosa menjadi pati,
75
lemahnya tangkai tanaman dan akarnya lebih mudah terserang organisme pembusuk akar sehingga tanaman mudah rebah dan produksi merosot serta menghasilkan buah yang berkualitas jelek, ukuran buah menjadi kecil, kematangan buah terhambat, buah masak terlalu awal, berwarna hijau, kadar vitamin rendah dan rasanya masam (Rosmarkam dan Yuwono, 2002; Hardjowigeno, 2003; Benjamin, 2000).
SIMPULAN Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Pemberian bahan organik dengan dosis 1015 ton.ha-1 dan pupuk kalium 50-150 kg K2O dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman melon. Dosis bahan organik yang optimal untuk tanaman melon adalah 12,25 ton.ha-1, pada dosis tersebut akan menghasilkan buah melon seberat 1,2 kg atau 2,4 kg/pohon atau 50,40 ton.ha-1. Dosis pupuk kalium yang optimal adalah 150 kg K2O, pada dosis tersebut akan menghasilkan buah melon segar seberat 1,3 kg atau 2,60 kg/pohon atau 54,60 ton.ha-1. Saran. Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, maka disarankan: Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam budidaya tanaman melon pada kondisi agroekosistem yang mirip dengan kondisi lokasi penelitian, perlu dilakukan pemberian bahan organik 12,25 ton.ha-1 dan kalium 150 kg K2O. Masih perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh residu bahan organik dan pupuk kalium.
UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai oleh Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo oleh harena karena itu kami haturkan terimakasih, juga kepada Sumarni Husma kami sampaikan terima kasih atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, S.J., 2000. Peranan Bahan Organik Tanah Dalam Sistem Usaha Tani Konservasi. Materi Pelatihan Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak dan Sistem Usaha Tani. Bogor.
76
SAFUAN DAN BAHRUN
Asie, 2008. Pengembangan Tanaman Melon di Lahan Gambut dengan Budidaya Inovatif. http//www.google.com. Bel dan A.A. Rahmania, 2001. Telaah Faktor Pembatas Kacang Tanah. Penelitian Palawija. http://docs.google.com. Benjamin, L., 2000. Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo. Decoteau, D.R., 2000. Vegetable Crop Prentice Hall Upper Saddille River N3 07458. Fernandes, A.L.T., Rodrigues, G.P., Testezla, R., 2003. Mineral and Organomineral Fertigetion in Relation to Quality og Green Housecultifated Melon. Scientia Agricola, V. 60. nl. Hardjowigeno, 2003. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Akademi Presindo. Jakarta. Novizan, 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agro Media Pustaka Buana. Jakarta. Prajananta, 2003. Melon. Penebar Swadaya. Jakarta.
J. AGROTEKNOS Pietraszewska, T.M. 2001 Effec of Aluminium on Plant Grwth and Metabolism. Acta Biochim Olonica. 48 (3) : 637-686. Roesmarkam dan N.W. Yuwono, 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Saido, H., 2008. Pengaruh Berbagai Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Melon di Kelurahan Andounohu Kecamatan Poasia. Universitas Haluoleo. Kendari. Setiadi dan Parimin, 2006. Bertanam Melon. Penebar Swadaya. Cimanggis. SOPIB, 2009. Sulfat of Potach and Melon Production. Group Fertilizer. http://www.Tessenderlogroup.com.
[email protected]. Sutedjo, M.M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan Tanaman Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Thamrin, 2000. Perbaikan Beberapa Sifat Fisik Tanah dengan Pemberian Pupuk Organik dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Padi Gogo. http:// www . google.Com.