PENGARUH IMPLEMENTASI AKUNTANSI LINGKUNGAN

Download implementasi akuntansi lingkungan dapat menjadi alat bantu manajemen untuk ... Kata Kunci: Akuntansi Lingkungan, Kinerja Lingkungan, Pengun...

1 downloads 637 Views 240KB Size
PENGARUH IMPLEMENTASI AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA LINGKUNGAN DAN PENGUNGKAPAN INFORMASI LINGKUNGAN (Studi pada Perusahaan Pertambangan Umum yang Mengikuti PROPER Periode 2008-2009) Dian Imanina Burhany Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Ujung Pandang Jl. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Tamalanrea Makassar [email protected] Abstrak – Fenomena pemanasan global dan kerusakan lingkungan telah mendorong perusahaan untuk lebih peduli terhadap aspek lingkungan dan menunjukkan tanggung jawabnya terhadap lingkungan. Dalam hal ini, implementasi akuntansi lingkungan dapat menjadi alat bantu manajemen untuk meningkatkan kinerja lingkungan dan selanjutnya mempermudah pengungkapan informasi lingkungan sebagai bentuk pertanggungjawaban lingkungan kepada stakeholders perusahaan. Penelitian ini menguji pengaruh implementasi akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan. Populasi target adalah 33 perusahaan pertambangan umum yang mengikuti PROPER periode 2008-2009 dengan jumlah sampel 30, yaitu sejumlah perusahaan yang merespon kuesioner. Responden adalah kepala bagian akuntansi perusahaan. Data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh melalui publikasi di internet maupun diperoleh langsung dari perusahaan. Metode analisis jalur dengan bantuan software Lisrel 8.70 digunakan untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) implementasi akuntansi lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan, dan (2) implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi lingkungan, baik secara simultan maupun parsial. Hasil ini menimbulkan implikasi terhadap perlunya praktik akuntansi perusahaan diperluas dengan memasukkan aspek lingkungan. Dengan demikian, akuntansi dapat berkontribusi dalam pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. Kata Kunci: Akuntansi Lingkungan, Kinerja Lingkungan, Pengungkapan Informasi Lingkungan.

I. PENDAHULUAN Dengan fenomena pemanasan global dan semakin banyaknya kerusakan lingkungan yang terjadi, saat ini aspek lingkungan menjadi perhatian banyak pihak. Industri pertambangan merupakan industri yang dituding memiliki kinerja lingkungan yang buruk. Ini terlihat dari banyaknya kasus kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan pertambangan seperti PT Newmont Minahasa Raya, PT Freeport, dan lain-lain. Harus diakui bahwa terjadi dilema. Di satu sisi, industri ini berpotensi besar merusak lingkungan. Namun di sisi lain, pembangunan membutuhkan sumber energi yang besar yang diperoleh dari industri ini dan industri ini juga merupakan sumber pendapatan yang signifikan bagi negara (Miranti, 2008). Pembangunan yang mempertimbangkan kelestarian lingkungan sudah merupakan keharusan. Pembangunan saat ini diarahkan pada pembangunan yang berkelanjutan atau sustainable development yaitu pembangunan yang menyeimbangkan aspek ekologi/lingkungan, ekonomi dan sosial (Herath, 2005). Ini juga sejalan dengan konsep triple bottom line yang terdiri atas profit, planet, people atau 3P (Elkington,1999).

Menurut De Beer dan Friend (2006), salah satu faktor yang dapat membantu peningkatan kinerja lingkungan adalah akuntansi lingkungan. Peran akuntansi lingkungan dalam meningkatkan kinerja lingkungan merujuk pada salah satu peran akuntansi yaitu sebagai penyedia informasi bagi manajemen. Namun sistem akuntansi manajemen tradisional lebih sering menggeneralisasi biaya-biaya tidak langsung termasuk biaya lingkungan ke dalam biaya overhead sehingga membuatnya tersembunyi dan manajer kesulitan untuk menelusuri dan mengendalikan biaya tersebut (Dascalu et al., 2010). Dengan akuntansi lingkungan khususnya akuntansi manajemen lingkungan atau environmental management accounting (EMA), biaya lingkungan diidentifikasi, ditetapkan dan dialokasikan secara tepat ke produk atau proses, sehingga memungkinkan manajemen mencari peluang untuk penghematan biaya (IFAC, 2005). EMA juga menyediakan informasi mengenai aliran fisik bahan, energi, dan air yang digunakan serta limbah dan emisi yang dihasilkan, sehingga memudahkan manajemen melakukan pengelolaan lingkungan untuk meningkatkan kinerja lingkungan (Deegan, 2002).

Proceedings SNEB 2014: Hal. 1

Penelitian untuk menguji pengaruh akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan antara lain telah dilakukan oleh Perez et al. (2007) serta Henri dan Journeault (2010) yang menemukan bahwa penyediaan informasi lingkungan kepada manajemen berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Sedangkan Ja'far dan Arifah (2006) menemukan bahwa full cost environmental accounting berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Selain kepada pihak internal, akuntansi lingkungan juga menyajikan informasi lingkungan kepada pihak eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Northcut (1995); Li dan McConomy (1999); Cormier dan Magnan (1999) menemukan adanya pengaruh positif akuntansi lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan. Pengungkapan yang dimaksud di sini adalah pengungkapan yang bersifat sukarela sebagai wujud tanggung jawab lingkungan perusahaan, yang biasanya disajikan dalam laporan tahunan, sustainability report, website, atau bentuk pengungkapan sukarela lainnya. Peningkatan kinerja lingkungan mendorong perusahaan untuk meningkatkan pengungkapan informasi lingkungan kepada pihak eksternal. Hal ini didasari oleh voluntary/discretionary disclosure theory yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung untuk mengungkapkan good news dan menyembunyikan bad news secara sukarela (Verrecchia, 1983; Dye, 1985). Hasil penelitian Guthrie dan Parker (1990); Al-Tuwaijri et al. (2004); Clarkson et al. (2008) menemukan pengaruh positif kinerja lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengukur pengaruh implementasi akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan. 2. Untuk mengukur pengaruh implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan, baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini adalah penelitian pengujian hipotesis (hypotheses testing) atau penelitian verifikatif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji kebenaran teori atau hasil penelitian sebelumnya yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian. Unit analisis penelitian adalah organisasi dengan horizon waktu cross sectional. Populasi penelitian adalah perusahaan pertambangan umum yang mengikuti program penilaian kinerja lingkungan oleh Kementerian Lingkungan Hidup atau PROPER (Program for Pollution Control, Evaluation and Rating) periode 2008-2009 yaitu sebanyak 33 perusahaan. Jumlah responden yang menjawab kuesioner adalah berasal dari 30 perusahaan sehingga jumlah ini yang menjadi sampel. Data penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data variabel implementasi akuntansi lingkungan dikumpulkan melalui kuesioner, sedangkan data sekunder yaitu data variabel kinerja lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan diperoleh melalui publikasi di

internet maupun diperoleh langsung dari perusahaan. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis jalur (path analysis) dengan bantuan software Lisrel 8.70. II. LANDASAN TEORI 2.1. Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan terhadap Kinerja Lingkungan Burnett dan Hansen (2008) menyatakan bahwa jika perusahaan ingin meningkatkan kinerja lingkungannya maka akuntansi harus terlibat di dalamnya untuk melakukan fungsi pengumpulan, penghitungan, analisis dan pelaporan biaya-biaya lingkungan dan transaksi lain yang berkaitan dengan lingkungan agar dapat digunakan oleh manajemen untuk mengelola aspek lingkungan. Tujuan utama dari akuntansi lingkungan adalah untuk mengoreksi kesenjangan informasi (information gap) yang timbul karena tidak teridentifikasinya biaya dan kerusakan lingkungan serta penggunaan informasi ini untuk mendukung keputusan bisnis (Dourala et al., 2003). Cabang akuntansi lingkungan yang dapat membantu peningkatan kinerja lingkungan adalah akuntansi manajemen lingkungan atau environmental management accounting/EMA (Xiaomei, 2004). Bidang ini identik dengan akuntansi manajemen yang bertugas menyediakan informasi bagi manajemen. Dalam EMA, informasi yang disajikan adalah informasi yang berkaitan dengan aspek lingkungan, dalam satuan fisik dan satuan moneter. Secara fisik, data yang dikumpulkan oleh EMA adalah data mengenai input yang digunakan dalam proses produksi berupa bahan, air dan energi serta data mengenai output yang dihasilkan berupa produk dan non-produk (limbah dan emisi). Secara moneter, data yang dimaksud adalah data biaya yang berhubungan dengan input dan output tersebut, yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk meminimalkan dampak lingkungan. Data fisik digunakan untuk menentukan tingkat dampak lingkungan yang dihasilkan sehingga dapat dikendalikan. Berdasarkan data ini dapat dihasilkan informasi mengenai tingkat emisi gas yang dihasilkan, jumlah limbah yang dihasilkan dan yang diolah, yang dibutuhkan untuk menentukan target pengurangan emisi, limbah, dan perlindungan lainnya (Schaltegger dan Hinrichsen, 1996 dalam Bosshard, 2003). Adapun data moneter lebih banyak digunakan dalam pengendalian biaya agar manajemen memiliki dasar untuk mengelola aspek lingkungan perusahaan agar dapat mengurangi tingkat polusi, mengurangi limbah, menghasilkan produk yang ramah lingkungan, sehingga kinerja lingkungan dapat ditingkatkan (Bosshard, 2003, IFAC, 2005). Hansen dan Mowen (2007) melakukan pendekatan environmental quality cost model yang diadopsi dari quality cost model dalam total quality management. Fokus dari pendekatan ini adalah upaya manajemen dalam mengeluarkan biaya lingkungan untuk mencapai zero damage to the environment atau nol kerusakan lingkungan. Dengan biaya lingkungan yang terdiri atas biaya pencegahan lingkungan, biaya

Proceedings SNEB 2014: Hal. 2

deteksi lingkungan, biaya kegagalan internal lingkungan dan biaya kegagalan eksternal lingkungan ini, kinerja lingkungan dapat ditingkatkan. Penelitian Ja'far dan Arifah (2006); Perez et al. (2007); Henri dan Journeault (2010) secara konsisten menemukan pengaruh positif akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan. Perez et al. (2007) menemukan bahwa enam asset tak berwujud yaitu kepedulian karyawan; pemahaman, keterampilan dan keahlian karyawan mengenai lingkungan; komitmen manajer; koordinasi lintas fungsi; integrasi isu lingkungan ke dalam proses perencanaan strategis; dan penggunaan praktik akuntansi manajemen lingkungan, berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Praktik akuntansi manajemen lingkungan yang meliputi pengolahan data sampai ke penyediaan informasi akuntansi lingkungan kepada manajemen menunjukkan pengaruh yang paling kuat terhadap peningkatan kinerja lingkungan perusahaan. Henri dan Journeault (2010) menguji pengaruh eco-control terhadap kinerja lingkungan. Eco-control didefinisikan sebagai prosedur dan sistem formal yang menggunakan informasi keuangan dan lingkungan untuk memelihara atau merubah pola lingkungan. Melalui pengujian dengan analisis jalur (path analysis), penelitian ini menemukan bahwa ecocontrol berpengaruh terhadap kinerja lingkungan baik secara parsial maupun ketika diintegrasikan dengan upaya lingkungan lainnya. Ja'far dan Arifah (2006) menemukan bahwa manajemen lingkungan proaktif yang diproksikan dalam 5 indikator yaitu minimisasi limbah; pencegahan polusi; desain lingkungan; keunggulan produk; dan full-cost environmental accounting, terbukti mempengaruhi kinerja lingkungan. 2.2. Pengaruh Implementasi Akuntansi Lingkungan terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan Selain menyediakan informasi lingkungan bagi pihak internal, akuntansi lingkungan juga menyediakan informasi kepada pihak eksternal atau stakeholder perusahaan, yaitu melalui akuntansi keuangan lingkungan atau environmental financial accounting/EFA (Burritt, 2002; Xiaomei, 2004). Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi lingkungan merupakan bagian dari keseluruhan informasi lingkungan yang diungkapkan oleh perusahaan. Pengungkapan informasi lingkungan baik dalam laporan tahunan, sustainability report, atau bentuk pengungkapan lainnya, berisi informasi yang sangat luas mulai dari strategi dan kebijakan lingkungan, risiko lingkungan, profil lingkungan, maupun aspek keuangan lingkungan. Dalam hal ini akuntansi lingkungan memudahkan perusahaan melakukan pengungkapan informasi lingkungan secara keuangan (Burritt, 2002). Penelitian Northcut (1995) menemukan bahwa ada hubungan positif antara pilihan akuntansi lingkungan dengan pengungkapan informasi lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan.

Demikian juga dengan Li dan McConomy (1999) yang menemukan bahwa kemampuan untuk menaksir dan mengendalikan biaya lingkungan berhubungan dengan pelaporan lingkungan. Implementasi akuntansi lingkungan ditujukan untuk menghasilkan informasi yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan demikian maka bagi perusahaan yang menerapkan akuntansi lingkungan akan ada tambahan biaya untuk menghasilkan informasi itu. Hasil penelitian Cormier dan Magnan (1999) menunjukkan bahwa semakin besar biaya informasi maka semakin besar juga tingkat pengungkapan informasi lingkungan oleh perusahaan. Penelitian Ja'far dan Arifah (2006) menemukan bahwa manajemen lingkungan proaktif yang diukur dengan minimisasi limbah; pencegahan polusi; desain lingkungan; keunggulan produk dan full-cost environmental accounting, berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perusahaan dalam menerbitkan atau tidak menerbitkan pengungkapan informasi lingkungan dalam laporan tahunan. Jika pengungkapan informasi lingkungan dilakukan dalam laporan tahunan maka laporan tersebut juga berfungsi sebagai media pertanggungjawaban manajemen. Oleh karena itu maka informasi lingkungan yang diungkapkan harus lengkap. Jika perusahaan mengimplementasikan akuntansi lingkungan maka informasi tersebut akan lebih mudah diungkapkan karena sudah tersedianya data (IFAC, 2005). 2.3. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Pengungkapan Informasi Lingkungan Kinerja lingkungan perlu diungkapkan sebagai wujud pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholder, karena stakeholder inilah yang akan menentukan nasib perusahaan sebagaimana dikemukakan dalam stakeholder theory bahwa perusahaan membutuhkan dukungan dari stakeholder untuk melanjutkan eksistensinya (Gray et al., 1995). Keberhasilan perusahaan juga sangat bergantung pada keberhasilan manajemen dalam mengelola hubungan dengan stakeholder (Ten, 2007). Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi lingkungan dibandingkan perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang buruk. Hal ini disebabkan oleh karena perusahaan yang berkinerja baik ingin kinerjanya itu diketahui oleh stakeholder dan sebaliknya perusahaan yang berkinerja buruk tidak ingin kinerjanya itu terlalu diekspos. Hal ini sesuai dengan voluntary/discretionary disclosure theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan lebih banyak hal-hal yang baik atau good news secara sukarela. Teori ini memprediksi pengaruh positif kinerja lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan (Verrecchia, 1983; Dye, 1985). Guthrie dan Parker (1990) menemukan bahwa pengungkapan informasi lingkungan secara sukarela

Proceedings SNEB 2014: Hal. 3

oleh perusahaan yang kinerja lingkungannya buruk lebih rendah daripada pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan yang kinerja lingkungannya lebih baik. Hal ini terjadi karena pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan refleksi dari prioritas sosial, respon terhadap tekanan pemerintah, akomodasi terhadap tekanan publik dan proteksi atas hak dan image perusahaan. Jika aktivitas perusahaan membahayakan masyarakat maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk melindungi hak masyarakat (Gray et al., 1995). Intervensi itu dapat mengancam kepentingan dan hak perusahaan sehingga perusahaan akan melakukan pengungkapan untuk mempertahankan hak dan image-nya, namun perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang buruk akan terbatas pengungkapannya dibandingkan perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik (Guthrie dan Parker, 1990). Al-Tuwaijri et al. (2004) juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja lingkungan dan pengungkapan informasi lingkungan. Jika perusahaan menganggap bahwa kinerja lingkungan yang baik akan mengurangi risiko dan biaya lingkungan di masa yang akan datang, maka pengungkapan informasi tersebut akan diterima sebagai good news oleh investor. Oleh karena itu maka perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang baik akan mengungkapkan lebih banyak informasi lingkungan secara sukarela. Menurut Clarkson et al. (2008), perusahaan dengan kinerja lingkungan yang baik yang dihasilkan dari strategi lingkungan yang proaktif, memiliki dorongan untuk menginformasikan kepada stakeholder mengenai strateginya itu melalui pengungkapan informasi lingkungan secara sukarela dan luas. Mereka akan mengungkapkan kinerja lingkungan dan informasi lingkungan lainnya secara lebih terbuka dan jujur. Dengan melakukan hal tersebut, mereka yakin akan dapat meningkatkan nilai perusahaan karena investor lebih menyukai perusahaan yang memiliki potensi kewajiban lingkungan yang lebih rendah dan pelanggan menyukai perusahaan dengan image yang baik yang dihasilkan dari pengungkapan itu. Oleh karena itu penelitian Clarkson et al. (2008) juga menemukan hubungan positif dan signifikan antara kinerja lingkungan yang diukur dengan rasio limbah yang diolah kembali dan tingkat pengungkapan lingkungan yang diukur dengan indeks GRI (Global Reporting Initiative). Suratno et al. (2006) yang melakukan penelitian terhadap 19 perusahaan publik di industri manufaktur yang berpartisipasi dalam PROPER periode 20022005 menemukan bahwa kinerja lingkungan yang diukur dengan peringkat PROPER berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi lingkungan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian berikut ini:

1. Implementasi akuntansi lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. 2. Implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi lingkungan, baik secara simultan maupun parsial. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis jalur untuk hipotesis pertama disajikan dalam persamaan struktural berikut ini. Y1 = 0.737*X, Errorvar.= 0.457 , R² = 0.543 (0.128) (0.122) 5.770 3.742 Besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y1 yang ditunjukkan oleh nilai R2 yaitu sebesar 0,543 atau 54,30%. Karena nilai thitung > ttabel yaitu 5,770 > 1,701 maka H01 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi akuntansi lingkungan terhadap kinerja lingkungan. Berdasarkan hasil ini dapat dijelaskan bahwa kinerja lingkungan dapat ditingkatkan jika perusahaan mengimplementasikan akuntansi lingkungan dengan cara melakukan perhitungan dan pencatatan secara fisik atas jumlah dan aliran input (bahan, energi dan biaya) dan output (emisi dan limbah) serta melakukan perhitungan dan pencatatan secara moneter atas biayabiaya lingkungan (biaya pencegahan lingkungan, biaya deteksi lingkungan dan biaya kegagalan internal lingkungan). Ini sesuai dengan IFAC (2005) yang menyatakan bahwa agar dapat mengelola dan mengurangi dampak lingkungan dari produk dan proses produksi, perusahaan harus memiliki data yang akurat mengenai jumlah dan tujuan dari semua energi, air dan bahan yang digunakan. Harus diketahui berapa yang digunakan, berapa yang menjadi produk akhir dan berapa yang menjadi limbah. Informasi fisik dibutuhkan oleh manajemen untuk menentukan tingkat dampak lingkungan yang dihasilkan sehingga dapat dikendalikan. Adapun informasi biaya lingkungan berguna bagi manajemen agar dapat mengendalikan biaya tersebut sehingga dapat dilakukan efisiensi (Burritt, 2002). Pendekatan biaya lingkungan dengan environmental quality cost model yang diadopsi dari quality cost model oleh Hansen dan Mowen (2007:780) memungkinkan perusahaan untuk memprioritaskan pencegahan kerusakan lingkungan sebelum terjadi. Hasil ini mengonfirmasi penelitian sebelumnya oleh Ja'far dan Arifah (2006); Perez et al. (2007); Henri dan Journeault (2010). Hasil ini juga membuktikan bahwa indikator akuntansi lingkungan dapat dikembangkan dengan pendekatan pada dimensi akuntansi lingkungan fisik dan akuntansi lingkungan moneter (IFAC, 2005; Hansen dan Mowen, 2007) yang belum pernah diuji secara empiris sebelumnya. Hasil analisis jalur untuk hipotesis kedua disajikan dalam persamaan struktural berikut ini.

Proceedings SNEB 2014: Hal. 4

Y2=0.567*X + 0.422*Y1, Errorvar.= 0.148 ,R² = 0.852 (0.109) (0.109) (0.0402) 5.180 3.860 3.674 Besarnya pengaruh variabel X dan Y1 terhadap variabel Y2 secara simultan yang ditunjukkan oleh nilai R2 adalah sebesar 0,852 atau 85,20%. Ini menunjukkan bahwa variabel pengungkapan informasi lingkungan dapat dijelaskan sebesar 85,20% oleh variabel implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan. Selanjutnya pengujian signifikansi secara simultan menunjukkan hasil Fhitung  Ftabel yaitu 77,72 > 3,354, maka H021 ditolak. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan secara simultan. Besarnya pengaruh ini disebabkan oleh adanya kombinasi dari tersedianya data untuk melakukan pengungkapan informasi lingkungan dari pencatatan oleh sistem akuntansi lingkungan (Godschalk, 2008) dan kecenderungan perusahaan yang berkinerja lingkungan baik untuk melakukan pengungkapan informasi lingkungan dan sebaliknya perusahaan berkinerja buruk untuk tidak atau sedikit saja mengungkapkan (Verrecchia, 1983; Dye, 2001). Sementara itu, pengaruh variabel X terhadap variabel Y2 secara parsial adalah sebesar 0,498 atau 49,8%, sedangkan pengaruh variabel Y1 terhadap variabel Y2 secara parsial adalah sebesar 0,354 atau 35,4%. Sedangkan pengujian secara parsial menunjukkan hasil sebagai berikut: 1. Pertama; nilai thitung > ttabel yaitu 5,180 > 1,703 maka H022 ditolak. Artinya adalah terdapat pengaruh positif dan signifikan implementasi akuntansi lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan secara parsial. 2. Kedua; nilai thitung > ttabel yaitu 3,860 > 1,703 maka H023 ditolak. Jadi dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan kinerja lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan secara parsial. Hasil pengujian parsial pertama mengonfirmasi hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Northcut (1995); Li dan McConomy (1999); serta Cormier dan Magnan (1999). Implementasi akuntansi lingkungan, selain memungkinkan penyediaan informasi bagi manajemen untuk meningkatkan kinerja lingkungan, juga memudahkan pengungkapan informasi lingkungan karena sebagian data yang dibutuhkan dalam pengungkapan informasi lingkungan berasal dari catatan akuntansi. Besaran pengaruh implementasi akuntansi lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan secara parsial adalah 49,80% yang terdiri atas pengaruh langsung sebesar 32,20% dan pengaruh tidak langsung melalui kinerja lingkungan sebesar 17,60%. Masih agak rendahnya besaran pengaruh ini diduga disebabkan oleh karena perusahaan cenderung menahan dan tidak mengungkapkan terlalu banyak informasi lingkungan yang bersifat keuangan yang

sebenarnya dihasilkan oleh sistem akuntansi lingkungan, karena dirasakan tidak perlu untuk diungkapkan kepada pihak eksternal (stakeholder). Hasil pengujian parsial kedua juga mengonfirmasi penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Clarkson et al. (2008); Guthrie dan Parker (1990); Al-Tuwaijri et al. (2004); Suratno et al. (2006). Hasil ini juga memperkuat voluntary/discretionary disclosure theory yang menjelaskan bahwa kinerja lingkungan yang baik akan mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi lingkungan karena merupakan good news yang perusahaan ingin agar diketahui oleh publik atau stakeholder (Verrecchia, 1983; Dye, 1985). Pengaruh kinerja lingkungan terhadap pengungkapan informasi lingkungan secara parsial adalah sebesar 35,40% yang terdiri atas pengaruh langsung sebesar 17,80% dan pengaruh tidak langsung melalui implementasi akuntansi lingkungan sebesar 17,60%. Besaran pengaruh yang rendah ini diduga disebabkan oleh karena dengan peringkat PROPER sebagai indikator kinerja lingkungan, yang secara ratarata masih berada pada kategori sedang dengan kecenderungan rendah, ada kemungkinan perusahaan tetap melakukan pengungkapan informasi lingkungan namun dengan sedikit manipulasi sebagai cara perusahaan untuk melakukan “greenwashing” (Beets dan Souther, 1999 dalam Ling, 2007). Dengan praktik “greenwashing”, perusahaan melakukan pengungkapan informasi seolah-olah kinerjanya lebih baik dari kondisi atau kinerja yang sebenarnya. V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Implementasi akuntansi lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja lingkungan, dan (2) Implementasi akuntansi lingkungan dan kinerja lingkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan informasi lingkungan, baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil ini menimbulkan implikasi terhadap perlunya praktik akuntansi perusahaan diperluas dengan memasukkan aspek lingkungan. Dengan demikian, akuntansi dapat berkontribusi dalam perbaikan lingkungan dan pertanggungjawaban lingkungan perusahaan. REFERENSI Al-Tuwaijri, S.A., T.E. Christensen, dan K.E. Hughes II (2004) The relations among environmental disclosure, environmental performance, and economic performance: a simultaneous equations approach. Accounting, Organizations and Society, Vol. 29, pp. 447-471. Bosshard, R.E. (2003) Environmental Accounting: A Case Study of its Application to a Small Business in Atlantic Canada. Theses, Dalhousie University Halifax, Nova Scotia. Burnett, R.D. dan D.R. Hansen (2008) Ecoefficiency: Defining a role for environmental cost management. Accounting, Organizations and

Proceedings SNEB 2014: Hal. 5

Society, Vol. 33, pp. 551-581. Burritt, R.L. (2002) Stopping Australia Killing the Environment: Getting the Reporting Edge. Australian CPA, Vol. 73, No. 3, pp. 70-72. Clarkson, P.M., Yue Li, G.D. Richardson, dan F.P. Vasvari (2008) Revisiting the relation between environmental performance and environmental disclosure: An empirical analysis. Accounting, Organizations and Society, Vol. 33, pp. 303-327. Cormier, D. dan M. Magnan (1999) Corporate environmental disclosure strategies: determinants, costs and benefits. Journal of Accounting, Auditing and Finance, pp. 429-51. Dascalu, C., C. Caraiani, C.I. Lungu, F. Colceag, dan G.R. Guse (2010) The externalities in social environmental accounting. International Journal of Accounting and Information Management, Vol. 18, No. 1, pp. 19-30. De Beer, P. dan F. Friend (2006) Environmental accounting: A management tool for enhaching corporate environmental and economic performance. Ecological Economics, Vol. 58, pp. 548-560. Deegan, C. (2002) The legitimising effect of social and environmental disclosures - a theoretical foundation. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 15, No. 3, pp. 282– 311. Dourala, N., D. Papadopoulou, Giama dan N. Moussiopoulos (2003) Environmental accounting: A decision-making tool for companies. Proceedings of the 8th International Conference on Environmental Science and Technology Lemnos Island, Greece, 8 – 10 September 2003. Dye, R.A. (1985) Disclosure of non-proprietary information. Journal of Accounting Research, Spring, pp. 123-145. Elkington, J (1999) Triple bottom-line reporting. Australian CPA, March, pp. 18-21. Godschalk, Seakle K.B. (2008) Does Corporate Environmental Accounting Make Business Sense?. Eco-efficiency in Industry and Science, Vol. 24, pp. 249-265. Gray, R., R. Kouhy, dan S. Lavers (1995) Corporate social and environmental reporting: a review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 8, No. 2, pp. 47-77. Guthtrie, J. dan L.D. Parker (1990) Corporate social disclosure practice: a comparative international analysis. Accounting, Auditing and Accountability Journal, pp. 77-108. Hansen, D.R. dan Mowen, M.M. (2007) Managerial Accounting. 8th Edition. South-Western: Thomson. Henri, Jean-François dan Marc Journeault (2010) Ecocontrol: The influence of management control systems on environmental and economic performance. Accounting, Organizations and Society, Vol. 35, pp. 63–80. Herath, G (2005) Sustainable development and

environmental accounting: the challenge to the economics and accounting profession. International Journal of Social Economics, Vol. 32, No.12, pp. 1035-1050. IFAC (International Federation of Accountants) (2005) International Guidance Document: Environmental Management Accounting. Ja'far, Muhammad dan Dista Amalia Arifah (2006) Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public Environmental Reporting. Makalah Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Ling, Qianhua (2007) Competitive Strategy, Voluntary Environmental Disclosure Strategy, and Voluntary Environmental Disclosure Quality. Dissertation Oklahoma State University. Li, Y. dan B. McConomy (1999) An empirical examination of factors affecting the timing of environmental accounting standard adoption and the impact on corporate valuation. Journal of Accounting, Auditing and Finance, Vol. 14, pp. 279-313. Miranti, Ermina (2008) Prospek Industri Batubara di Indonesia. Economic Review, 214. Northcut, D. (1995) Environmental accounting policies in firms subject to Superfund cleanup costs. Working Paper, University of Chicago. Perez, E.A., C.C. Ruiz, dan F.C. Fenech (2007) Environmental management systems as an embedding mechanism: a research note. Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 20, No. 3, pp. 403-422. Suratno, Ignatius Bondan, Darsono, dan Siti Mutmainah (2006) Pengaruh Environmental Performance terhadap Environmental Disclosure Dan Economic Performance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 20012004). Makalah pada Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang, 23-26 Agustus 2006. Ten, E.E. (2007) Applying stakeholder theory to analyze corporate environmental performance, Evidence from Australian listed companies. Asian Review of Accounting, Vol. 15, No. 2, pp. 164-184. Verrecchia, R. (1983) Discretionary disclosure. Journal of Accounting and Economics, Vol. 5, pp. 179-194. Xiaomei, Li (2004) Theory and practice of environmental management accounting experience of implementation in China. International Journal of Technology Management and Sustainable Development, Vol. 3, No. 1, pp. 47-57. Biodata Penulis Dian Imanina Burhany, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.), Jurusan Akuntansi Universitas Hasanuddin Makassar, lulus tahun 1992. Memperoleh gelar Magister Science (M.Si.) Program Pasca Sarjana

Proceedings SNEB 2014: Hal. 6

Magister Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 2004. Memperoleh gelar Doktor (Dr.) Program Pasca Sarjana Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, lulus tahun 2011. Saat ini menjadi Dosen di Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Proceedings SNEB 2014: Hal. 7

Proceedings SNEB 2014: Hal. 8