Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 4, April 2015
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUSN TEKS CERPEN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SYAIR LAGU Hesty Nurhayati SMP Negeri 1 Kajen Kabupaten Pekalongan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam menulis cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu, (2) Mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam pembelajaran menyusun teks cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus. Setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Metode pengambilan data menggunakan metode tes dan non tes. Metode non tes yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Alat pengambilan data yang digunakan berupa lembar observasi, dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilam siswa kelas VII E SMPN 1 Kajen dalam menulis cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu, dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kondisi awal hanya sebesar 53,97 yang termasuk dalam kategori kurang. Pada akhir siklus I meningkat menjadi 69,21 termasuk kategori cukup, dan pada akhir siklus II rata-rata keterampilan menulis cerpen siswa sebesar 77,65 termasuk kategori baik. Aktivitas belajar siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus II, pada siklus I rata-rata aktivitas siswa sebesar 71,21% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,62%. Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Pemanfaatan media syair lagu dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VII E SMPN 1 Kajen dalam menulis cerpen, (2) Pembelajaran menyususn teks cerpen dengan pemanfaatan media syair lagu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa VII E SMPN 1 Kajen. © 2015 Didaktikum Kata Kunci: Menyusun Teks Cerpen, Media, Syair Lagu
PENDAHULUAN Keterampilan menulis sebagai salah satu bagian dari keterampilan berbahasa merupakan kemampuan seseorang dalam menyampaikan maksud kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan bahasa tulisan yang baik dan benar sehingga sesuatu yang ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesuatu yang diinginkan penulis. Keterampilan menulis pada prinsipnya yaitu melihat adanya hubungan antara keterampilan menulis dengan keterampilan membaca melalui penulis dan pembaca. Bila penulis menuliskan sesuatu maka orang lain atau pembaca sedikit banyak akan terlibat di dalamnya (Chusnul Ni’mah, 2006: 6). Kegiatan menulis pada siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat. Menurut Slamet (2009: 104), dengan menulis, maka orang dapat meningkatkan kecerdasannya, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, menumbuhkan keberanian dan mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Oleh karena itu,
28
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 4. (2015)
sepantasnya siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa menulis atas dasar kebutuhan, maka ia akan lebih bebas menuangkan ide atau gagasannya melalui hasil tulisannya baik berupa cerita, artikel, puisi ataupun syair maupun bentuk-bentuk karya tulis lainnya. Smith (dalam Slamet, 2009: 105) mengatakan bahwa pengalaman belajar menulis atau mengarang yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya, guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya, muncullah berbagai mitos atau pendapat keliru tentang menulis dan pembelajarannya. Di antara mitos tersebut adalah 1) menulis itu mudah, 2) menulis itu harus sekali jadi, 3) kemampuan menggunakan unsur mekanik tulisan merupakan inti dari menulis, 4) orang yang tidak menyukai dan tidak pernah menulis dapat mengajarkan menulis. Dalam penelitian ini, cerpen dipilih sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen dalam penelitian ini karena ada beberapa alasan. Pertama, menulis cepren tidak memerlukan waktu yang lama dibandingkan dengan novel maupun drama. Cerpen merupakan cerita yang habis dibaca dalam sekali duduk. Dalam cerpen, hanya ada satu insiden yang menguasai jalannya cerita, terdapat konflik tetapi tidak sampai menimbulkan perubahan nasib pelaku utamanya, hanya terdapat satu alur, perwatakan dan penokohan dilukiskan secara singkat. Alasan kedua, bahasa dalam cerpen menggunakan ragam bahasa tidak formal sehingga lebih santai dan lebih sederhana dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang lebih rumit karena harus memperhatikan kiasan dan diksi yang tepat (Endang Dwi Lestari, 2005: 100). Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas VII ini diantaranya, siswa terlihat kurangnya antusias siswa dalam proses belajar mengajar seperti ada siswa yang ke sekolah tanpa persiapan misalnya tidak membawa alat-alat tulis, tidak membawa buku pegangan siswa dan tidak sedikit siswa yang tidak mempelajari materi yang diberikan di rumah. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa enggan aktif dalam pembelajaran. Sumber belajar yang dimiliki siswa sangat terbatas dan hanya mengandalkan buku dari sekolah. Materi yang dijelaskan guru bersifat abstrak dan cenderung verbalisme. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya kemampuan menulis cerpen pada siswa adalah rendahnya minat siswa dalam membaca maupun menulis karangan. Siswa tidak terbiasa menulis dan mengungkapkan pikiran dan idenya. Penguasaan kosa kata dalam Bahasa Indonesia pada siswa juga masih kurang sehingga dalam menyusun kalimat, siswa masih merasa kesulitan. Hal ini disebabkan karena siswa terbiasa berbicara menggunakan bahasa Jawa. Selama ini, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menjelaskan materi pembelajaran Bahasa Indonesia adalah menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Guru jarang menggunakan teknik pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa. Selain itu, siswa kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran seperti dijelaskan di atas ini sifatnya terpusat pada guru. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan siswa dalam menulis, guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan memanfaatkan media syair lagu. Dengan menggunakan media syair lagu, diharapkan guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan kehidupan nyata khususnya di sekitar tempat tinggal (lingkungan) siswa serta menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menurut penelitian yang dilakukan Andhika Yoga Permana (2012) dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan penggunaan media film dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Kaliwinasuh Banjarnegara. Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah: 1) Apakah ada peningkatan keterampilan siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam menyusun teks cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu? PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUSN TEKS CERPEN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SYAIR LAGU 29 Hesty Nurhayati
2) Apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam pembelajaran menyusun teks cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu? Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) untuk mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam menyususn teks cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu, 2) untuk mengetahui apakah ada peningkatan aktivitas belajar siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam menyususn teks cerpen melalui pemanfaatan media syair lagu. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri I Kajen yang terletak di Jl. Diponegoro No.769, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VII E semester genap tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 33 siswa dengan 12 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi: metode dokumentasi, metode wawancara, dan metode tes yang digunakan untuk mengukur keterampilan siswa dalam menyusun teks cerpen, dan metode observasi untuk mengetahui aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: lembar observasi, dan pedoman wawancara. Pembelajaran menyusun teks cerpen dengan pemanfaatan media syair lagu dikatakan berhasil apabila keterampilan siswa dalam menulis cerpen mengalami peningkatan sekurangkuranngnya 75%, dan aktivitas belajar siswa meningkat sekurang-kurangnya 75%. Peningkatan aktivitas belajar dan keterampilan siswa dalam menulis cerpen ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai yang diperoleh siswa setiap siklusnya Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terselesaikan dalam dua siklus yang masing-masing siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). 1. Perencanaan Tahap perencanaan yang dilakukan diantaranya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyususn soal-soal evaluasi, menyusun lembar observasi siswa dan guru, dan menyiapkan contoh cerpen. 2. Pelaksanaan Tindakan Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menerapkan pembelajaran menyusun teks cerpen dengan pemanfaatan media syair lagu pada mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Pada awal pertemuan diawali dengan mengadakan tes evaluasi tindakan prasiklus untuk mengetahui kondisi awal keterampilan siswa dalam menulis cerpen sebelum diadakannya pembelajaran menyusun teks cerpen dengan pemanfaatan media syair lagu. 3. Pengamatan Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu, observasi juga digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa. Aktivitas-aktivitas siswa yang diamati meliputi: tanggungjawab siswa dalam mengikuti pembelajaran, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, saling menghargai, antusias siwa dalam mengikuti pembelajaran, percaya diri, keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran, respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. 4. Refleksi Refleksi merupakan aktivitas yang dilakukan guru untuk melihat berbagai kekurangan dan kelebihan pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu dengan menganalisis hasil tes evaluasi dan lembar 30
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 4. (2015)
observasi sehingga akan diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang sudah dilakukan. Hasil refleksi pada siklus I akan menjadi acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus selanjutnya yaitu siklus II Berdasarkan uraian di atas, desain penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Permasalahan
Penerapan Pembelajaran Menyususn Teks Cerpen dengan Memanfaatkan Media Syair Lagu PENELITIAN:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Refleksi
Pelaksanaan
Pengamatan
Indikator belum tercapai
Indikator tercapai SELESAI
Dilanjutkan ke siklus berikutnya (siklus III) dengan memperbaiki skenario pembelajaran
Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pemanfaatan media syair lagu dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen dan dapat meningkatkan aktivitas siswa PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUSN TEKS CERPEN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SYAIR LAGU 2931 Hesty Nurhayati
dalam proses pembelajaran menyusun teks cerpen. Penelitian ini terselesaikan dalam dua siklus. Data hasil tes diperoleh dari evaluasi ditiap akhir siklus. Sedangkan data non tes diambil selama proses pembelajaran berlangsung, mulai dari aktivitas siswa, aktivitas guru, dan dokumentasi foto. Hasil yang diperoleh selama penelitian berupa data kuantitatif dan kualitatif. Berikut hasil tes keterampilan menulis cerpen kegiatan prasiklus, siklus I dan siklus II: Tabel 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen Prasiklus Kecepatan Jumlah No Kategori Frekuensi Membaca Skor 1. > 85 Sangat Baik 0 0 2. 76 - 85 Baik 0 0 3. 65 – 75 Cukup 6 328 4. < 65 Kurang 28 1507 Jumlah 34 1835
%
Rata-Rata
0% 0% 17,65 % 82,35 % 100 %
1836:34 = 53,97 Kategori Kurang
Gambar 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Prasiklus Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada siklus I tidak ada siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mendapat nilai 76-85 dengan kategori baik juga tidak ada, dan siswa yang mendapat nilai 65-75 dengan kategori cukup sebanyak 6 siswa atau sebesar 17,65%, dan siswa yang memperoleh nilai <65 dalam kategori kurang sebanyak 28 siswa atau sebesar 82,35%. Perolehan nilai menulis cerpen pada siklus I masih dalam kategori kurang dengan rata-rata nilai sebesar 53,97. Hasil tes keterampilan menulis cerpen siklus I dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Siklus I Kecepatan Jumlah No. Kategori Frekuensi % Rata-Rata Membaca Skor 1. > 85 Sangat Baik 0 0 0% 2353:34= 69,21 2. 76 - 85 Baik 6 475 17,65 % 3. 65 – 75 Cukup 21 1461 61,76 % Kategori 4. < 65 Kurang 7 417 20,59 % Cukup Jumlah 34 2353 100 %
32
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 4. (2015)
Gambar 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen Siklus I Berdasarkan Tabel 2 dan Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada siklus I tidak ada siswa yang mendapat nilai dengan kategori sangat baik. Siswa yang mendapat nilai 76-85 dengan kategori baik sebanyak 6 siswa atau sebesar 17,65% dan siswa yang mendapat nilai 65-75 dengan kategori cukup sebanyak 21 siswa atau 61,76%, dan siswa yang memperoleh nilai <65 dalam kategori kurang sebanyak 7 siswa atau sebesar 20,59%. Perolehan nilai menyususn teks cerpen pada siklus I masih dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai mencapai 69,21. Hasil tes keterampilan menulis cerpen siklus II dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen Siklus II Kecepatan No. Kategori Frekuensi Membaca 1. > 85 Sangat Baik 3 2. 76 - 85 Baik 22 3. 65 – 75 Cukup 9 4. < 65 Kurang 0 Jumlah 34
Jumlah Skor 258 1724 656 0 2640
%
Rata-Rata
8,82 % 64,71 % 26,47 % 0% 100 %
2460:34 = 77,65 Kategori Baik
Gambar 3. Hasil Tes Keterampilan Menulis Cerpen Siklus II Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada siklus II ada 3 siswa yang mendapat nilai >85 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Siswa yang mendapat nilai 76 – 85 atau dalam kategori baik sebanyak 22 siswa atau sebesar 64,71% dan siswa yang mendapat nilai 65 – 75 dengan kategori cukup sebanyak 9 siswa atau sebesar 26,47%, dan siswa yang termasuk dalam kategori PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUSN TEKS CERPEN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SYAIR LAGU 2933 Hesty Nurhayati
kurang tidak ada. Berdasarkan keterangan tersebut, perolehan nilai menyususn teks cerpen pada siklus II sudah termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata sebesar 77,65. Hal itu menunjukkan bahwa ada peningkatan keterampilan siswa dalam menyususn teks cerpen dari kegiatan prasiklus, siklu I, dan siklus II. Peningkatan keterampilan siswa dalam menyususn teks cerpen tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari siswa dan faktor dari strategi belajar yang digunakan oleh guru. Faktor siswa, yaitu siswa sudah mampu memahami dan menulis cerpen dengan baik sehingga dapat mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya. Faktor yang kedua yaitu strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu dengan memanfaatkan media syair lagu untuk menyususn teks cerpen berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Hasil tersebut menunjukkan keberhasilan guru dalam menerapkan strategi yang digunakan. Setelah mengikuti pembelajaran, siswa mampu menulis cerpen dengan baik. Perbandingan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II dalam pembelajaran menyusun teks cerpen dengan memanfaatkan media syair lagu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II No Aspek Kebiasaan Siklus I (%) 1. Tanggungjawab siswa dalam mengikuti pembelajaran 61,76% 2. Kedisiplinan 78,68% 3. Perhatian siswa terhadap penjelasan guru 78,68% 4. Saling menghargai 71,32% 5. Antusias siwa dalam mengikuti pembelajaran 69,85% 6. Percaya diri 60,29% 7. Keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran 77,21% 8. Respon atau sikap siswa selama mengikuti 63,24% Rata-Rata 71,21%
Siklus II (%) 88,24% 85,29% 83,82% 83,82% 67,65% 79,41% 78,68% 86,03% 81,62%
Berdasarkan data pada Tabel 4, rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 71,21% dan termasuk dalam kategori baik, kemudian meningkat pada siklus II menjadi 81,62%. Tabel 5. Perbandingan Hasil Observasi Guru No. Aspek yang Diamati 1. Kegiatan Awal a. Guru mengucapkan salam pembuka b. Guru mengecek kehadiran siswa c. Guru memimpin do’a bersama siswa d. Guru melakukan apersepsi e. Guru menjelaskan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran 2. Kegiatan Inti a. Guru menyampaikan materi b. Guru mengajak siswa untuk aktif dalam pembelajaran c. Guru menggunakan media syair lagu dengan efektif d. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam menulis cerpen e. Guru mengawasi siswa ketika mengerjakan tugas f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya g. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan
34
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 4. (2015)
SIKLUS I
SIKLUS II
4 3 2 3 3
4 4 3 3 4
3 2 3 3 3 2 2
4 3 4 4 4 3 3
3. a. b. c.
Kegiatan Akhir Guru memberikan penguatan materi berupa tanya jawab dengan siswa Guru membimbing siswa menarik kesimpulan Guru mengakhiri pelajaran dengan salam dan doa Jumlah Persentase Kriteria
1
3
2 3 36 60 % Cukup
3 4 53 88,33 % Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa persentase aktivitas guru ketika proses pembelajaran siklus I berlangsung sebesar 60% atau termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus I ini, proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum berjalan dengan baik. Guru kurang memanfaatkan waktu dengan baik sehingga pembelajaran berjalan kurang maksimal. Pada siklus II meningkat menjadi 88,33% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Pada siklus II ini, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru mengalami peningkatan. Guru dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Penggunaan media syair lagu dalam pembelajaran menyususn teks cerpen sudah digunakan secara efektif sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Suasana belajar mengajar lebih terlihat kondusif dibandingkan pada siklus I. Pembahasan a. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen Persoalan peningkatan keterampilan menulis cerpen dapat dijawab dengan deskripsi dan data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan rata-rata keterampilan siswa dalam menulis cerpen dari tahap prasiklus, siklus I, dan siklus II. Pada kegiatan pembelajaran menyusun teks cerpen prasiklus dan siklus I terlihat bahwa keterampilan siswa dalam menulis cerpen belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Hasil keterampilan menulis cerpen siswa pada tahap prasiklus hanya mencapai 52,55 dan siklus I mencapai 72,80. Pembelajaran menyusun teks cerpen pada siklus I walaupun telah dioptimalkan pembelajarannya dengan refleksi dan analisis hasil kegiatan pembelajaran di akhir pembelajaran, namun hasilnya belum memuaskan. Keadaan tersebut disebabkan oleh masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun teks cerpen diantaranya dalam menemukan ide yang dapat dikembangkan ke dalam bentuk cerpen. Siswa belum dapat menuliskan ide berdasarkan hasil pemikiran siswa sendiri sehingga masih banyak ditemui cerpen yang ceritanya mirip setiap anaknya. Setelah dilaksanakan pembelajaran menyusun teks cerpen dengan pemanfaatan media syair lagu pada siklus II dengan tema lagu yang mengharukan, yaitu lagu dari Ebbiet GAD dan membahas kesulitan-kesulitan siswa dalam menulis cerpen pada siklus I, ternyata kesulitan siswa dalam menyusun teks cerpen dapat diatasi. Hasil siklus II mengalami peningkatan dari hasil prasiklus dan hasil tes siklus I. Pada kegiatan prasiklus, nilai rata-rata keterampilan menyusun teks cerpen mencapai 53,97 atau termasuk kategori kurang. Nilai rata-rata tersebut berasal dari jumlah rata-rata masing-masing aspek yang dinilai. Pada kegiatan prasiklus, aspek penggunaan alur mencapai nilai rata-rata 10,32 dan termasuk dalam kategori cukup, aspek penggambaran tokoh sebesar 9,21 termasuk dalam kategori cukup, aspek pendeskripsian latar sebesar 9,76 termasuk dalam kategori cukup, aspek penggunaan gaya bahasa sebesar 8,85 termasuk dalam kategori cukup, aspek penggunaan sudut pandang sebesar 8,26 termasuk dalam kategori cukup, dan aspek tema cerita sebesar 7,56 termasuk dalam kategori baik.
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUSN TEKS CERPEN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SYAIR LAGU 2935 Hesty Nurhayati
Keterampilan siswa dalam menulis cerpen yang masih tergolong rendah disebabkan oleh faktor antara lain: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri siswa sendiri, yaitu minat siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen,. Faktor eksternal berasal dari penggunaan teknik atau metode yang kurang tepat dan kurang menarik perhatian siswa. Hasil tes keterampilan menulis cerpen siswa pada siklus I sebesar 69,21 dan termasuk dalam kategori cukup. Dengan demikian, belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Pada siklus I, aspek penggunaan alur mencapai nilai rata-rata 14,56 dan termasuk dalam kategori baik, aspek penggambaran tokoh sebesar 12,47 termasuk dalam kategori baik, aspek pendeskripsian latar sebesar 11,50 termasuk dalam kategori baik, aspek penggunaan gaya bahasa sebesar 10,91 termasuk dalam kategori baik, aspek penggunaan sudut pandang sebesar 10,76 termasuk dalam kategori baik, dan aspek tema cerita sebesar 9,00 termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian, dapat disimpulkn bahwa keterampilan menyusun teks cerpen siswa mengalami peningkatan sebesar 15,24 atau 19,54% dari nilai rata-rata prasiklus. Hasil tes keterampilan menyusun teks cerpen siswa pada siklus II mencapai 77,65 dan termasuk dalam kategori baik. Hasil tersebut telah mencapai indikator yang telah ditentukan. Nilai masing-masing aspek pada siklus II diuraiakan sebagai berikut. Aspek penggunaan alur mencapai nilai rata-rata 14,82 dan termasuk dalam kategori baik, aspek penggambaran tokoh sebesar 13,74 termasuk dalam kategori baik, aspek pendeskripsian latar sebesar 13,53 termasuk dalam kategori baik, aspek penggunaan gaya bahasa sebesar 12,62 termasuk dalam kategori baik, aspek penggunaan sudut pandang sebesar 13,41 termasuk dalam kategori sangat baik, dan aspek tema cerita sebesar 9,53 termasuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyusun teks cerpen siswa mengalami peningkatan sebesar 8,44 nilai rata-rata siklus I atau meningkat sebesar 23,68 dari nilai rata-rata prasiklus. b. Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen Perubahan aktivitas siswa selama pembelajaran menyusun teks cerpen tampak jelas ketika siswa mendapat tugas untuk menulis cerpen. Sebelum diadakan pembelajaran menyusun teks cerpen melalui media syair lagu siswa bersikap enggan ketika disuruh untuk menulis cerpen, mereka merasa bingung untuk menemukan tema yang dapat dijadikan sebuah cerpen, tetapi sekarang minat siswa tampak terhadap pembelajaran menulis siswa. Penilaian terhadap aktivitas belajar siswa termasuk ke dalam penilaian afektif. Aktivitas belajar siswa yang diamati terdiri dari delapan aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu: aspek tanggungjawab siswa dalam mengikuti pembelajaran, aspek kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, aspek saling menghargai, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran aspek percaya diri, keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan aspek terhadap respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Aspek pertama yang diamati yaitu aspek tanggungjawab. Persentase aspek tanggungjawab pada pembelajaran siklus I termasuk dalam kategori cukup, yaitu sebesar 61,76%. Sedangkan persentase aspek ini pada pembelajaran siklus II meningkat menjadi 88,24% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Peningkatan persentase keduanya sangat besar yakni 26,48%. Hal ini menggambarkan bahwa pada siklus II siswa sudah mempunyai tanggungjawab yang lebih dibandingkan dengan siklus I. Mereka mulai menganggap bahwa pembelajaran menulis cerpen itu penting dilakukan untuk menggali keterampilan menulis. Kedua, yaitu aspek kedisiplinan, persentase yang didapatkan pada siklus I sebesar 76,68% termasuk dalam kategori baik dan meningkat pada siklus II menjasi 85,29% yang termasuk dalam kategori sangat baik 85,16%. Hal ini menggambarkan bahwa siswa sudah memiliki rasa displin yang baik dari siklus I, siswa sudah mau masuk ke dalam kelas dengan teratur ketika bel sudah berbunyi 36
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 4. (2015)
meskipun ada beberapa siswa yang masih saja diluar kelas ketika bel sudah berbunyi, namun pada siklus II semua siswa sudah disiplin dalam mengikuti pembelajaran sehingga pada siklus II, rata-rata aspek kedisiplinan siswa sudah termasuk ke dalam kategori sangat baik. Ketiga, aspek perhatian siswa terhadap penjelasan guru. Perhatian siswa ketika guru sedang menjelaskan materi di depan kelas pada siklus I sebesar 76,68% dan termasuk kategori baik. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 83,82%, terjadi kenaikan sebesar 7,14% dan termasuk kategori cukup. Perbedaan persentase keduanya sebesar 18,75%. Pada siklus I masih ada beberapa siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya ketika guru sedang memberi penjelasan, namun pada siklus II hal itu sudah mulai berkurang, karena siswa sudah mengganggap bahwa penjelasan yang diberikan oleh guru itu penting untuk pengetahuan mereka dalam menulis cerpen. Keempat, aspek saling menghargai. Aspek saling menghargai pada siklus I yaitu sebesar 71,32% atau termasuk dalam kategori baik dan pada siklus II meningkat menjadi 83,82% dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hal itu menunjukkan telah terjadi peningkatan sebesar 12,5%. Kelima, apek antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Persentase apek antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I termasuk ke dalam kategori baik yaitu sebesar 69,85%. Pada siklus II antusian siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat menjadi 79,41% dan masih dalam kategori baik. Antusia itu ditunjukkan dengan antusiasnya siswa bertanya tentang hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa. Siswa berpendapat bahwa mereka sangat menyukai kegiatan menulis, khususnya menulis cerpen. Melalui menulis cerpen mereka dapat mengekspresikan perasaan da pikiran mereka ke dalam bentuk tulisan yang kreatif. Keenam, aspek percaya diri. Pada siklus I rata-rata yang diperoleh pada aspek percaya diri yaitu sebesar 60,29% dan termasuk dalam kategori cukup, pada siklus II meningkat menjadi 67,65, dilihat bahwa tidak ada peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II, hal itu terjadi karena masih banyak siswa yang belum berani untuk membacakan hasil tulisan cerpen mereka di depan kelas. Siswa masih harus ditunjuk terlebih dahulu oleh guru untuk maju ke depan, apabila tidak ditunjuk siswa tidak mau membacakan puisinya di depan kelas. Ketujuh, aspek keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada siklus I, rata-rata persentase aspek keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebesar 77,21% dan termasuk dalam kategori baik. Pada siklus II meningkat menjadi 78,68%, dan termasuk kategori baik. Aspek keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan sebesar 1,47%. Pada pembelajaran siklus I, aspek keseriusan siswa dalam pembelajaran sudah baik. Siswa kelihatan serius ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Meskipun demikian, kegiatan pembelajaran tidak terkesan tegang dan kaku karena antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang baik dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga siswa dapat menerima materi dengan baik. Pada siklus II keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran juga sudah baik. Pada siklus II siswa kelihatan serius dalam kegiatan pembelajaran karena mereka menganggap pembelajaran menulis cerpen adalah materi yang penting bagi siswa. Siswa merasa senang dan bersemangat saat disuruh mengerjakan tugas yang guru brikan yaitu tugas untuk menulis cerpen. Aspek yang terakhir yang diamati yaitu respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Persentase yang diperoleh pada siklus I yaitu sebesar 63,24% dan termasuk ke dalam kategori baik. Pada siklus II meningkat menjadi 81,62%, terjadi peningkatan sebesar 18,38%. Pembelajaran pada siklus I dan siklus II siswa memberikan respon yang baik yang dapat bermanfaat untuk memberikan masukan dalam pembelajaran menulis cerpen. Mereka mengungkapkan dengan adanya teknik yang digunakan, menambah variasi guru dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga merasa senang dan tidak jenuh saat pembelajaran berlangsung. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menyusun teks cerpen dengan memanfaatkan media syair lagu mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen, dan mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa yang meliputi aktivitas siswa dalam aspek PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUSN TEKS CERPEN MELALUI PEMANFAATAN MEDIA SYAIR LAGU 2937 Hesty Nurhayati
tanggungjawab siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, aspek kedisiplinan, aspek perhatian siswa terhadap penjelasan guru, aspek saling menghargai, aspek antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, aspek percaya diri, keseriusan siswa dalam mengikuti pembelajaran, aspek percaya diri, dan aspek respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Andhika Yoga Permana (2012) dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan penggunaan media film dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas IV di SD Negeri 1 Kaliwinasuh Banjarnegara. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, pemanfaatan media syair lagu dalam pembelajaran menyusun teks cerpen dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas VII E SMP Negeri 1 Kajen dalam menulis cerpen, dilihat dari hasil yang diperoleh siswa melalui tes evaluasi yang dilaksanakan pada siklus II, selain itu pembelajaran menyusun teks cerpen dengan pemanfaatan media syair lagu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Aktivitas yang dinilai meliputi aspek: tanggungjawab siswa dalam mengikuti pembelajaran, kedisiplinan, perhatian siswa terhadap penjelasan guru, saling menghargai, antusias siwa dalam mengikuti pembelajaran, percaya diri, keseriusan siswa dalam kegiatan pembelajaran, respon atau sikap siswa selama mengikuti pembelajaran. Saran yang dapat diberikan yaitu: seyogyanya para guru Bahasa Indonesia dalam membelajarkan menulis cerpen kepada siswa menggunakan teknik, metode, atau model yang menarik sehingga siswa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran menulis cerpen sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, sebagai bahan pertimbangan dalam pembelajaran, para guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatan syair lagu sebagai media dalam pembelajaran menulis cerpen, guru hendaknya lebih memperhatikan syair lagu yang akan diputar dan dapat memilih syair lagu yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran dan mengambil manfaat dari lagu tersebut. Syair lagu yang sifatnya kurang mendidik hendaknya tidak digunakan. DAFTAR PUSTAKA Andhika Yoga Permana. 2012. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Pemanfaatan Media Film pada Kelas VI SD Negeri 01 Kaliwinasuh. Purwokerto: Skripsi Universita sMuhammadiyah Purwokerto. Ariadinata, Joni. 2006. Aku Bisa Nulis Cerpen. Jakarta: Gema Insani Press. Arsyad Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Grafindo Persada, Jakarta. Slamet St. Y, 2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LLP UNS dan UNS Press.
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas
38 Vol. 16. No. 4. (2015)