Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN SARANA TERAPI KHUSUS ANAK AUTIS DAN ADD/ADHD Rian Febriyana
Dr. Andriyanto Wibisono, M.Sn.
Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email:
[email protected] Kata Kunci : PAUD, terapi, autisme, ADD/ADHD
Abstrak Cara menangani kesulitan konsentrasi dan belajar pada anak dengan disfungsi minimum otak (DMO) adalah berbeda dengan anak pada umumnya, dan penanganannya haruslah dari aspek edukasi, psikologi, dan medis. Informasi sedini mungkin mengenai hal ini akan lebih cepat menolong tumbuh kembang anak dengan DMO untuk bisa bergaul dan belajar untuk masa depannya. Fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini dan Sarana Terrapi khusus anak Autis dan ADD/ADHD akan memberikan banyak informasi bagi masyarakat yang memerlukan, oleh karena itu sebaiknya di seluruh Indonesia haruslah merata dalam penyebaran fasilitas publik seperti ini, karena akan sangat menolong perkembangan anak yang memiliki keterbatasan DMO di tanah air. Abstract The way to deal with concentration and learning difficulties in children with minimum brain dysfunction (DMO) is different from the children in general, and the handling of it’s aspects must be in education, psychology, and medical. Information as early as possible on this subject would help faster development of the child with the DMO to be able to socialize and learn for their future. Early Childhood Education Facilities and Therapy for Children with Autism and ADD / ADHD will provide plenty of information for people in need, and therefore should be evenly distributed throughout Indonesia in the dissemination of public facilities such as this, as it will greatly help the development of children with disabilities DMO in Indonesia.
1. Pendahuluan Anak yang terlahir dengan DMO dapat diketahui sejak usia 3 bulan dengan pemeriksaan gelombang otak. Setelah kepastian dari ahli, proses pengembangan anak DMO haruslah mengarahkan mereka agar memiliki percaya diri, keinginan untuk mengembangkan potensi pribadi, dan kemampuan untuk mandiri. Sayangnya, dewasa ini tingkat kesibukan orang tua semakin tinggi. Tidak hanya anak dengan DMO, anak yang normalpun seringkali merasa terabaikan oleh keluarganya. Pekerjaan orang tua kian menyita waktu juga tenaga mereka untuk dapat mendampingi anak mereka yang memiliki disfungsi minimum otak terlebih lagi untuk membimbing tumbuh kembang mereka. Seringkali, anak dengan DMO tidak memiliki saudara kandung lain. Biasanya orang tua merasa trauma untuk memiliki anak lagi jika anak pertama mereka mengalami disfungsi minimum otak. Anak dengan DMO akhirnya merasa sendirian dan merasa rendah diri karena tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain. Akan lebih memperihatinkan lagi disaat anak dengan DMO beranjak dewasa, saat orang tua mereka sudah tidak mampu mengurus serta membiayai hidup keluarganya, anak dengan DMO tidak mampu berbuat apa-apa untuk mengurus dirinya apalagi menghidupi keluarganya. Dalam hal pendidikan, anak DMO sebenarnya mampu untuk mengikuti proses belajar mengajar pada sekolah umum jika mereka telah dipersiapkan sebelumnya. Mereka terlebih dahulu harus memahami perbedaan mereka agar memiliki rasa percaya diri yang kuat sehingga mereka mengerti cara bersikap sebelum berbaur dengan anak-anak lain di sekolah umum. Apabila orang tua kurang mengerti akan kesulitan anak yang memiliki disfungsi minimum otak, memasukkan anak tersebut ke sekolah umum akan memberikan trauma berkelanjutan dan efek negatif pada perkembangan anak karena anak akan sulit bersosialisasi dan kemungkinan besar akan diperolok teman-temannya. Anak dengan disfungsi minimum otak memiliki kesulitan untuk memahami karena hal-hal yang telah dipaparkan sehingga proses belajar mengajar pada mereka haruslah menggunakan metode yang berbeda dengan anak normal. Perbedaan metode pada proses belajar mengajar tersebut kemudian menjadikan mereka dapat disebut anak DMO
Rian Febriyana
dengan learning differences (LD). Pada anak LD, upaya pemusatan konsentrasi dapat menjadi sulit. Mereka sulit untuk menerima dan tertarik pada proses pengajaran sebagaimana biasa yang diterima oleh anak normal. Hal demikian lebih lanjutnya akan memperkuat rasa mengalah pada ketidak mampuan untuk memahami, frustasi, serta rendah diri. Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar mereka, selain faktor pendukung dari dalam diri sendiri seperti rasa percaya diri dan rasa senang, faktor luar juga harus turut serta membantu agar mereka dapat memfokuskan diri pada kurikulum yang disodorkan dan menganggapnya sebagai sesuatu yang menarik. Faktor luar tersebut adalah suasana kelas, faktor auditori, faktor visual, faktor kinestetik, teman belajar, juga kemampuan pengajar untuk memahami dan menarik minat anak LD. Memasukkan anak DMO ke dalam sekolah luar biasa (SLB) juga bisa menjadi kurang tepat. Anak DMO terkadang dimasukkan ke SLB kelas C yaitu sekolah luar biasa untuk anak yang mengalami retardasi mental. Anak dengan DMO bukanlah selalu dengan retardasi mental atau anak yang memiliki intelejensi rendah. Adakalanya bahkan mereka memiliki tingkat kecerdasan di atas normal dan dapat berprestasi. Hal tersebut dapat terlihat dari prestasi akademik anak DMO yang bisa berbeda jauh dengan hasil tes IQ-nya. Berdasarkan fakta tersebut, sehingga anak DMO ke dalam SLB tidak akan membantu anak DMO terutama yang tidak memiliki keterbelakangan untuk mengembangkan potensi mereka. Dengan kata lain, pendidikan pada anak dengan disfungsi minimum otak baiknya dimulai pada saat anak mencapai usia pembelajaran yaitu mulai dari 3 tahun (masa pendidikan usia dini) atau usia sekolah yaitu 5 tahun. Berdasarkan hal tersebut pula, didirikanlah sekolah dasar khusus bagi anak DMO yang memiliki tingkat intelejensi normal hingga luar biasa dengan tujuan mengembangkan potensi diri mereka lebih dalam dan mempersiapkan mereka untuk bersekolah di sekolah umum. 2. Proses Studi Kreatif Studi Literatur Anak yang terlahir dengan disfungsi minimum otak (DMO) menerima sinyal-sinyal pada indera dan otak yang tercampur aduk. Hal tersebut kemudian menjadikan mereka berbeda fisik maupun mental dari standar normal. Anak dengan DMO umumnya dianggap aneh atau cacat serta menerima berbagai pandangan negatif seperti nakal, jahat, bodoh, pembuat onar, dan lainnya karena perilaku mereka saat bersosialisasi dalam bermasyarakat. Anak DMO akhirnya kerap diasingkan oleh keluarga atau kerabat seperti sebuah aib padahal mereka seringkali memiliki potensi yang melebihi kemampuan manusia normal untuk meraih prestasi. Anak dengan tingkat intelenjensi normal hingga diatas normal dapat menerima pengajaran dan memahaminya namun biasanya memiliki masalah dalam berkonsentrasi dan bersosialisasi (educable and trainable). Anak DMO kategori ini dapat bersekolah di sekolah umum namun efeknya secara umum mereka akan memiliki masalah bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Karena pertimbangan tersebut, anak dengan DMO kategori educable and trainable ini biasanya disekolahkan di sekolah luar biasa atau sekolah khusus.
Attention Deficit Disorder dan Attention-Deficit Hyperactive Disorder ADD adalah singkatan untuk Attention-Deficit Disorder yaitu kesulitan untuk berkonsentrasi atau memusatkan pikiran. ADHD adalah singkatan untuk Attention-Deficit Hyperactivity Disorder yaitu sebuah perilaku hiperaktif yang umumnya terdiagnosis pada masa anak-anak. ADD seringkali muncul bersamaan dengan ADHD sehingga sering disebut berturutan seperti dalam penulisan “ADD/ADHD”.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 2
Rian Febriyana
Bagan 1. Pengaruh ADD/ADHD Autis dan Sindrom Asperger Autis didefinisikan sebagai sebuah gangguan pada perkembangan mental yang memiliki karakter kesulitan berkomunikasi, bersosialisasi, repetitif, dan stereotype lainnya. Sindrom Asperger seringkali disebut sebgai Autis yang ringan karena tingkat kecerdasannya dan kemampuannya berkomunikasi ataupun bersosialisasi dengan orang lain. Anak dengan Autis ataupun sindrom asperger seringkali memiliki kekurangan psikologi yang sama sehingga penanganan yang diberikan kepada mereka serupa.
3. Hasil Studi dan Pembahasan Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan mengenai anak dengan kesulitan belajar spesifik , program perrencanaan, dan evaluasi bangunan dapat disusun konsep suasana ruang yaitu “Fun Teaching, Fun Experience!”. Pemahaman dari kata “Fun” adalah senang, kesenangan, menggembirakan, menyenangkan, dan bersenang-senang. Sasaran utama dari konsep “Fun Teaching, Fun Experience!” adalah siswa TK khusus yang memiliki kesulitan dalam menerima pelajaran atau Learning Differences (LD). Walaupun mereka sulit belajar karena memiliki disfungsi minimum otak yang menyebabkan mereka sulit untuk memahami pelajaran, mereka tetap anak-anak yang memiliki keinginan untuk bermain dan menyenangi hal-hal sebagaimana usia sepantarnya.
Gambar 1. Sekolah dengan tema Fun
Pada PAUD Khusus, konsep desain interior dapat menjadi suatu hal positif yang membantu proses belajar anak dengan kesulitan belajar karena Autis dan ADD/ADHD. Konsep desain interior yang diterapkan haruslah memerhatikan pengguna ruang, terutama anak LD. Terkadang, anak LD memiliki persepsi tersendiri mengenai kondisi lingkungan belajar yang nyaman dan isyarat tersendiri yang membantu mereka memahami segala sesuatu di lingkungannya. Bentuk Konsep bentuk yang diterapkan merespon konsep dari bangunan dan karakter pengguna, konsep bentuk adalah DINAMIS: murni geometris yang ringan agar menghindari kompleksitas yang memberikan stimuli terlalu berat pada Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 3
Rian Febriyana
siswa, diaplikasikan melalui bentuk-bentuk geometris yang disusun menerus. Untuk bentuk yang bersudut, diterapkan rounded corner pada sudut-sudutnya agar membuat citranya menjadi lebih lembut serta pertimbangan faktor keamanan.
Gambar 2. Bentuk-bentuk geometris yang ringan
Gambar 3. Aplikasi bentuk lengkung
Warna Berdasarkan pertimbangan perbedaan karakteristik siswa maka warna yang diterapkan mayoritas adalah warna tint dari warna kuat (primer, sekunder, dsb) serta warna shade dan warna kuat-nya sendiri dalam bagian kecil ataupun sebagai aksen . Tekstur Tekstur terdapat umumya pada material yang digunakan. Material yang diterapkan dalam sekolah secara umum adalah material yang aman secara tekstur (tidak terlalu kasar, tidak terlalu halus, tidak bersudut tajam), tidak beracun baik secara terlihat ataupun tidak, kuat, tidak menimbukan bising berlebihan, dan mudah perawatannya.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 4
Rian Febriyana
Gambar 4. Permainan tekstur dan warna
Furnitur Furnitur yang digunakan pada TK khusus kebanyakan adalah loose furniture. Pertimbangan pemilihannya adalah karena aktifitas anak-anak yang tinggi sehingga membutuhkan furniture yang dapat diatur dengan mudah sesuai kebutuhan.
Gambar 5. Meja yang dapat dikonfigurasikan dan warna sebagai penanda teritori Untuk loose furniture pada kelas seperti meja belajar dan kursi belajar digunakan material ber-massa ringan sehingga mudah untuk dipindahkan. Keberadaan roda dapat membantu pada meja namun sebaiknya dihindari pada kursi dan lemari dengan alasan dengan keamanan gerak bagi siswa hiperaktif. Konsep desain furniture ini utamanya diterapkan pada ruang kelas sebagai tempat aktifitas utama siswa selama berada di sekolah. Penggunaan warna sebagai teritori namun dengan bentuk furniture yang sejenis akan meredam sikap individual anak-anak, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan anak lain.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 5
Rian Febriyana
Pencahayaan Bentuk pencahayaan yang diterapkan dalam TK Khusus ini memakai pencahayaan buatan pada ruang-ruang kelasnya. Pencahayaan tersebut diterapkan dengan indirect lighting atau hidden lamp atas dasar pertimbangan beberapa siswa yang mungkin menderita hypersensitivity terhadap cahaya fluorescent.
Gambar 6. Areal lighting dan Hidden Lighting
Gambar 7. Implementasi pencahayaan pada interior
4. Kesimpulan Anak dengan DMO, dengan sindrom Autis dan ADD/ADHD membutuhkan cara yang tepat dalam membantu tumbuh kembang mereka. Hal ini mencangkup dalam proses belajar, psikologis, maupun medis. Banyak faktor dalam desain interior Pendidikan Anak Usia Dini khusus anak Autis dan ADD/ADHD yang dapat menstimuli secara fisik maupun non-fisik. Hal fisik yaitu cara penerapan konsep yang baik pada setiap elemen interior, seperti dinding, lantai, langit-langit, dan furnitur. Sedangkan hal non-fisiknya yaitu pencahayaan, udara, dan juga hal yang bersifat bau. Dalam perkembangan anak yang memiliki disfungsi minimum otak dengan sindrom Autis dan ADD/ADHD membutuhkan sarana yang dapat membantu mereka mengatasi kesulitan pribadi mereka agar mau bersosialisasi dengan teman sebayanya, pengajar, dan nantinya masyarakat. Oleh karena itu sedini mungkin cara belajar yang khusus dan cara bersosialisasi yang benar harus sudah diajarkan demi mereka mengatasi kesulitan tersebut.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 6
Rian Febriyana
Pengguna utama dari fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini khusus anak Autis dan ADD/ADHD ini adalah Anak dengan sindrom Autis dan ADD/ADHD, tenaga pengajar, medis, dan terapis, juga staff administrasi Bagian dari fasilitas-fasilitas yang akan diteliti dirancang terkait fungsi dan desainnya adalah seluruh bagian dari interior Pendidikan Anak Usia Dini khusus anak Autis dan ADD/ADHD ini. Penekanan lebih dilakukan pada area belajar dan aktivitas anak supaya segala aktivitas dapat berjalan dengan optimal dengan gangguan sesedikit mungkin. Sedangkan area lain dirancang disesuaikan dengan kebutuhannya masing-masing. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh koordinator MK Tugas Akhir sekaligus dosen pembimbing, Dr. Andriyanto Wibisono, M.Sn. Daftar Pustaka Children standards for children environment, 2000 Clay, Rebecca. A. Children Environment Require Unique Considerationa.2004 Dixon, Crane and. The Shape of Space: Office Space.1986 Drazat, Untung S. Kerangka Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. "http://untungsdrazat.blogspot.com, 23 Oktober 2012. Echols, John. M. Kamus Inggris Indonesia.PT.Gramedia Jakarta 1982. http://www.wikipedia.org/attention-deficit hiperactivity disorder, 21 Oktober 2012 Gita S.Van Engelen, praktisi terapi warna di sekolah International Center for Special Rodier, Patricia M. The Early Origins of Autism. Situs internet: http://www.wikipedia.org/attention-deficit hiperactivity disorder, 26 Agustus 2012. http://www .attention deficit disorder association.com http://www. Livingwithadd.com http://id.wikipedia.org/desain 21 Oktober 2012 http://www.wikipedia.org/School. 21 Oktober 2012.
Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 | 7