PENGARUH MODAL KERJA DAN VOLUME PENJUALAN TERHADAP LABA BERSIH PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Oleh SENSUALISME NIM. 12000955
JURUSAN AKUNTANSI AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 1
2
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Tujuan utama berdirinya setiap perusahaan
adalah memperoleh
keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya. Laba adalah perbedaaan antara pendapatan dengan beban jika pendapatan melebihi beban maka hasilnya adalah laba bersih. Laba bersih adalah selisih lebih pendapatan atas beban-beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal kerja yang berasal dari kegiatan usaha selama periode tertentu. Modal kerja merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Karena setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaannya, misalnya untuk memberikan persekot bahan mentah, membayar gaji karyawan dan lain sebagainya. Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan tersebut diharapkan dapat kembali masuk melalui penjualan produk. Modal kerja yang berasal dari penjualan tersebut akan dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya dan akan terus berputar setiap periodenya di dalam perusahaan. Selain modal kerja, volume penjualan juga mempengaruhi keuntungan yang diperoleh oleh setiap perusahaan. Kegagalan atau keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengolah modal kerja sangat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Keberhasilan manajemen perusahaan dalam mengolah modal kerja dapat dilihat antara lain berdasarkan peningkatan volume penjualan, yang
3
menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam menggunakan modal kerjanya. Volume penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu
memperoleh
laba.
Untuk
meningkatkan
laba
perusahaan
harus
meningkatkan volume penjualan karena semakin tinggi volume penjualan maka semakin tinggi pula laba yang dihasilkan, sebaliknya apabila volume penjualan turun maka laba bersih akan terdorong untuk turun juga. Bagi perusahaan yang berorientasi laba, pasti akan selalu berusaha untuk meningkatkan laba yang diperolehnya. Segala macam cara akan ditempuh untuk mendapatkan laba yang lebih besar. Misalnya dengan meningkatkan atau memperluas pangsa pasar, meningkatkan kinerja karyawan dan mengefisiensikan segala sumber daya yang dimiliki serta menekan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang dijual tersebut. Tentunya dengan mutu yang berkualitas, dengan biaya yang efektif dan seefisien mungkin, sehingga biaya produksi dapat terkendalikan (Sumayah, 2011). Kinerja perusahaan dapat diukur dari laba yang diperoleh, namun laba yang besar belum tentu merupakan ukuran perusahaan telah bekerja dengan efisien. Perkembangan cepat di segala bidang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi, melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuannya memperoleh laba dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan (Ramlan Tapelo, 2012).
4
Melalui pengelolaan yang baik, diharapkan modal yang tertanam dalam bentuk modal kerja tersebut dapat dimanfaatkan secara efesien dan seefektif mungkin, melalui aktivitas yang yang dilakukan oleh perusahaan. Manajemen keuangan memegang peranan penting dalam perencanaan dan pengalokasian modal, karena berhasil atau tidaknya tujuan perusahaan tergantung pada pengelolaan modal yang tersedia. Dalam perencanaan pengalokasian modal, manajemen keuangan dituntut untuk mampu melakukan efisiensi, semua ini dapat diwujudkan dengan mengambil suatu keputusan dalam kebijakan menentukan modal yang dibutuhkan (Dikti Kusmeidi Ruwindas, 2011). Modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan perusahaan, dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan itu sendiri. Sebaliknya jika modal kerja terlalu besar dari yang dibutuhkan perusahaan maka akan mengakibatkan banyak modal atau dana-dana yang menganggur. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan tidak efisien dalam penggunaan dananya (Yudi Novryanto, 2011). Penggunaan modal kerja secara efektif dan efisien serta peningkatan kegiatan penjualan akan menentukan perolehan laba yang optimal sehingga kontinuitas perusahaan terjamin dengan perkembangan perusahaan yang diharapkan akan terus meningkat. Dalam setiap penjualan harus ada perencanaan dan strategi serta kerjasama antara bagian yang terkait untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penjualan dapat dijadikan sebagai alat penunjang membayar segala beban yang menjadi tanggungan dalam setiap kegiatan operasional.
5
Dalam hal ini perusahaan dituntun agar selektif dalam menjual produk kepada konsumen, sehingga target volume penjualan yang telah direncanakan oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu bisa tercapai dengan optimal. Volume penjualan yang optimal merupakan salah satu target perusahaan, oleh karna itu perusahaan akan melakukan banyak cara dalam mencapai target yang telah di rencanakan, faktor penentu atas perolehan laba yang optimal adalah volume penjualan yang optimal (Sumayah, 2011). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Modal Kerja dan Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20132015” 1.2
Rumusan Masalah Adapun permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut : 1. Apakah modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih? 2. Apakah volume penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih? 3. Apakah modal kerja dan volume penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih?
6
1.3
Batasan Masalah Oleh karena keterbatasan waktu peneliti, maka dalam penelitian ini
masalah yang akan dibahas dibatasi pada pengaruh modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. 1.4
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah modal kerja secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. 2. Untuk mengetahui apakah volume penjualan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. 3. Untuk mengetahui apakah modal kerja dan volume penjualan penjualan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. 1.5
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini yaitu :
1.5.1
Manfaat Teoritis Bagi akademisi a. Bagi pengembangan ilmu akuntansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi temuan-temuan empiris di bidang akuntansi. b. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan selanjutnya.
serta
referensi
untuk
pengembangan
penelitian
7
1.5.2
Manfaat Praktis a. Bagi perusahaan Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat maupun masukan-masukan yang berharga bagi perusahaan sehingga memotivasi perusahaan untuk lebih meningkatkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan labanya. b. Pihak lain Dapat dijadikan sumber informasi yang bermanfaat bagi pihak lain sehingga mengetahui lebih jauh tentang pengaruh modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Landasan Teori
2.1.1
Laba Bersih
2.1.1.1 Pengertian Laba Bersih Laba indikasi kesuksesan suatu badan usaha atau perusahaan. Keinginan untuk memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap perusahaan, banyak literatur yang membahas mengenai laba diantaranya adalah : “Laba Bersih (net income) adalah selisih lebih pendapatan atas bebanbeban dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha” (Sumayah, 2011). Rumus untuk menghitung laba bersih yaitu :
Laba Bersih = (Pendapatan – Beban – Pajak) Pengertian laba bersih (Sonnya Nurman Sasongko, 2014) : “Net income is the net result of the company’s performace over a periode of time”. Atau jika diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai berikut : “laba bersih adalah laba dari hasil kerja suatu perusahaan selama satu periode waktu” Dari pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa laba merupakan suatu kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak diterima oleh perusahaan yang bersangkutan setelah melakukan pengorbanan untuk pihak lain.
9
2.1.1.2 Jenis-Jenis Laba Dalam laporan laba rugi, laba dapat dikelompokkan dalam beberapa elemen, yaitu: 1. Laba bersih adalah selisih lebih pendapatan atas beban-beban dan merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. 2. Laba Bruto adalah selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. 3. Laba usaha adalah jumlah akumulasi laba bersih dari beban usaha atau laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. 4. Laba Ditahan adalah jumlah akumulasi laba bersih dari sebuah perseroan terbatas dikurangi distribusi laba yang dilakukan. 2.1.1.3 Klasifikasi Laba Laba dapat diklasifikasikan berdasarkan dua dimensi utama yaitu : 1. Komponen Operasi dan Nonoperasi Klasifikasi operasi dan nonoperasi terutama bergantung pada sumber pendapatan atau beban, yaitu apakah pos tersebut berasal dari operasi-operasi perusahaan yang masih berlangsung atau dari aktivitas investasi (pendanaan), laba operasi (operating Income), merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung. Laba Non operasi (Nonoperating Income), mencakup seluruh komponen laba yang tercakup dalam laba operasi.
10
2. Komponen berulang dan tidak berulang Klasifikasi berulang dan tidak berulang terutama bergantung pada apakah pos tersebut akan terus terjadi atau hanya satu kali.
2.1.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Laba Di dalam memperoleh laba diharapkan perusahaan perlu melakukan suatu pertimbangan khusus dalam memperhitungkan laba yang akan di harapkan dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi laba tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi laba, antara lain: 1. Biaya Biaya yang dapat timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan. 2. Harga Jual Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan. 3. Volume penjualan dan produksi Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi. 2.1.1.5 Peranan Laba Dalam Perusahaan Peranan laba dalam perusahaan (Yudi Aldiyansyah, 2010), yaitu: 1. Laba adalah efesiensi usaha setiap perusahaan sekaligus merupakan suatu kekuatan pokok agar perusahaan dapat tetap bertahan untuk jangka pendek dan jangka panjang perusahaan. 2. Laba adalah balas jasa atas dana yang ditanam perusahaan.
11
3. Laba merupakan salah satu sumber dana usaha perusahaan. 4. Laba merupakan sumber dana jaminan surat para karyawan. 5. Laba merupakan daya tarik bagi pihak ketiga yang ingin menanamkan dananya. 2.1.2
Modal Kerja
2.1.2.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya seharihari selalu membutuhkan modal kerja (working capital).Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan. Sejumlah dana yang telah dikeluarkan untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk dari hasil penjualan barang tersebut akan dikeluarkan kembali untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Perusahaan yang bergerak di bidang apapun baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan produksi barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya.Pengertian modal kerja dalam perusahaan belum terdapat suatu kesatuan pendapat diantara para ahli ekonomi.Untuk melihat pengertian modal kerja itu, maka penulis mengemukakan definisi dari modal kerja.
12
Pengertian modal kerja (Yudi Aldiyansyah, 2010) ada dua, yakni sebagai berikut : 1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). 2. Modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal bruto (gross working capital). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan mengenai modal kerja yaitu merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar yang ada di dalam perusahaan.Dan modal kerja sebagai kelebihan aktiva lancarnya disebut dengan net working capital dan yang merupakan keseluruhan aktiva lancar yang disebut gross working capital. Adapun definisi modal kerja menurut konsep fungsional (Yudi Aldiyansyah, 2010) adalah sebagai berikut : “ Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang dimaksud dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut “. Modal kerja menurut definisi di atas, hanyalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek saja, yaitu berupa kas, persediaan barang dagang, piutang (setelah dikurangi profit margin), dan penyusutan aktiva tetap. Sedangkan dalam konsep kuantitatif adalah sebagai berikut : Pada konsep kualitatif, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Dengan
13
demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaranpembayaran hutang yang segera jatuh tempo karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya. Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa modal kerja adalah selisih aktiva lancar dengan hutang lancar yang digunakan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Highlands Ranch (2006:8) dalam Yudi Aldiyansyah(2010) yang menyatakan bahwa : “ Modal kerja adalah modal yang diinvestasikan dalam mengoperasikan prosesproses untuk membeli dan menjual barang hasil produksi sehingga dapat menghasilkan laba”. Menurut kamus manajemen keuangan ”Modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar, untuk membiayai kegiatan usaha.” Brigham dan Houston (2011:255) dalam Rudi Novryanto(2015) mendefinisikan ”modal kerja sebagai investasi perusahaan seperti kas, sekuritas, piutang dagang, dan persediaan. Modal kerja kotor (working capital) adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, kas sekuritas yang mudah dipasarkan, persediaan danpiutang usaha.Modal kerja bersih (net working capital) adalah akiva lancar dikurangi kewajiban lancar.”Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai kapasitas produktif perusahaan yangdidasarkan pada, misalnya, unit output per hari”.Modal
14
kerja bersih didefinisikan sebagian aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar. Jadi, modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang usaha danpersediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar. Jumlah ini disebut modal kerja bersih (networking capital).Secara lebih luas, manajemen modal kerja mencakup semua aspek pengelolaan, baik aktiva lancar maupun kewajiban lancar.Peningkatan penjualan juga membutuhkan penambahan persediaan, dan mungkin juga tambahan kas.Semua kebutuhan tersebut memerlukan pembiayaan (financing), dan karena hubungannya langsung dengan volume penjualan, manajer keuangan perlu mengikuti perkembangan modal kerja perusahaan.Kenaikan penjualan yang kontinyu membutuhkan penambahan aktiva tetap, yang juga memerlukan pembiayaan. Menurut Kasmir (2008:250)modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan.Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar lainnya. Modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1. Konsep Kuantitatif Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhana danauntuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).
15
2. Konsep Kualitatif Konsep kualitatif, merupakan kopnsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja.Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar.Konsep ini disebut modal kerja bersih (net working capital). 3. Konsep Fungsional Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. Rumus untuk mengitung modal kerja (Sonnya Nurman Sasongko, 2014) adalahsebagai berikut:
Rumus Modal Kerja = Aktiva Lancar – Hutang Lancar
2.1.2.2 Tujuan Modal Kerja Ada beberapa tujuan manajemen modal kerja menurut Kasmir (2008:253) yaitu: 1. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan; 2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya;
16
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya; 4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditor, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat; 5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya; 6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan penjualan dan laba; 7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar; serta 8. Tujuan lainnya. 2.1.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Di dalam suatu perusahaan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja (Yudi Aldiyansyah, 2010) yaitu : 1. Sifat umum atau tipe perusahaan 2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. 3. Syarat pembelian dan penjualan 4. Tingkat perputaran persedian 5. Tingkat perputaran piutang 6. Pengaruh konjungtur (business cycle)
17
7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek serta menurunnya nilai riil disbanding dengan harga buku dari surat-surat berharga, persedian barang dan piutang, akan menurunkan modal kerja. 8. Pengaruh musim 9. Credit rating dari perusahaan Sedangkan menurut Kasmir (2008:254) faktor yang mempengaruhi modal kerja yaitu: 1. Jenis perusahaan Jenis kegiatan perusahaan dalam praktiknya meliputi dua macam, yaitu: perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan nonjasa (industri).Kebutuhan modal dalam perusahaan industri lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa.Di perusahaan, investasi dalam bidang kas, piutang dan sediaan relatif lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, jenis kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya. 2. Syarat kredit Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah penjualan secara kredit. Penjualan barang secara kredit memberikan kelonggaran kepada konsumen untuk membeli barang dengan carapembayaran diangsur (dicicil) beberapa kali untuk waktu tertentu. 3. Waktu produksi
18
Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan semakin besar modal kerja yang dibutuhkan. Demikian pula sebaliknya semakin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi modal kerja, maka semakin kecil modal kerja yang dibutuhkan. 4. Tingkat perputaran sediaan Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan.Semakin kecil atau rendah tingkat perputaran, kebutuhan modal kerja semakin tinggi, demikian pula sebaliknya.Dengan demikian dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup tinggi agar memperkecil risiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan sediaan. 2.1.2.4 Sumber Modal Kerja Menurut Kasmir (2008:256) kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam bentuk apa pun. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumber-sumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia.Namun dalam pemilihan sumber modal harus diperhatikan untung ruginya sumber modal kerja tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Sumber-sumber dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari penurunan jumlah aktiva dan kenaikan passiva. Berikut ini beberapa sumber modal kerja yang dapat digunakan, yaitu:
19
1. Hasil operasi perusahaan 2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga 3. Penjualan saham 4. Penjulan aktiva tetap 5. Penjualan obligasi 6. Memperoleh pinjaman 7. Dana hibah Sedangkan modal kerja dapat berasal dari berbagai sumber (Yudi Aldiyansyah, 2010), yakni sebagai berikut : 1. Pendapatan bersih 2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berhaga 3. Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya. 4. Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik 5. Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya 6. Kredit dari supplier atau trade creditor
2.1.2.5 Penggunaan Modal Kerja Penggunaan modal kerja yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar (Yudi Aldiyansyah, 2010) adalah sebagai berikut : 1. Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka pendek (termasuk utang deviden).
20
2. Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada perusahaan perseorangan dan persekutuan). 3. Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran kas. 4. Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pension pegawai, pembayaran bunga obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan kembali aktiva tidak lancar. 5. Pembelian tambahan aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan investasi jangka panjang. 6. Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham perusahaan. Sedangkan menurut Kasmir (2008:259)penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk: 1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya. 2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan. 3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga. 4. Pembentukan dana. 5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lain-lain). 6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang). 7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar. 8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi.
21
2.1.3
Volume Penjualan
2.1.3.1 Pengertian Volume Volume adalah suatu indikasi mengenai luasnya kapasitas penggunaan, yang diukur dengan selisih antara fixed overhead yang semula dianggarkan dan ditentukan untuk tingkat produksi yang sesungguhnya dicapai, jika overhead tetap yang dihitung lebih rendah dari pada yang semula dianggarkan, akan timbul varians volume yang menguntungkan yang menunjukkan bahwa organisasi beroperasi dengan kapasitas yang lebih rendah dari pada tingkat yang direncanakan, karena masalah ini dapat di interpretasikan dengan berbedabeda,maka pengertiannya harus ditetapkan menurut konteksnya. 2.1.3.2 Pengertian Penjualan Penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Sebenarnya pengertian penjualan sangat luas beberapa para ahli mengemukkan tentang definisi penjualan antara lain : Menurut M. Narafin ( 2006 : 60 ) dalam Sumayah(2011), bahwa : “Penjualan adalah proses menjual, padahal yang dimaksud penjualan dalam laporan laba-rugi adalah hasil menjual atau hasil penjualan (sales) atau jualan”. Adapun menurut Warren Reeve Fees yang diterjemahkan oleh Aria Faramita dan kawan-kawan, (2006:300) dalam Sumayah(2011), bahwa :
22
“Penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit”. Sedangkan menurut Kusnadi (2009:300) dalam Sumayah(2011), bahwa: “Penjualan (sales) adalah sejumlah uang yang dibebankan kepada pembeli atas barang atau jasa yang dijual”. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah suatu proses pembuatan dan cara untuk mempengaruhi pribadi agar terjadi pembelian (penyerahan) barang atau jasa yang ditawarkan berdasarkan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yang terkait baik dibayar secara tunai maupun kredit. 2.1.3.3 Pengertian Volume Penjualan
Volume penjualan merupakan jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang atau jasa. Pengertian volume penjualan (Sumayah, 2011) yaitu : “Volume penjualan adalah total penjualan yang didapat dari komoditas yang diperdagangkan dalam suatu masa tertentu”. Rumus volume penjualan sebagai berikut:
.
Volume penjualan= Kuantitas atau Total penjualan.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa volume penjualan merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan dalam usahanya mencapai sasaran yaitu memaksimalkan laba. 2.1.3.4 Jenis dan Bentuk Penjualan
23
Terdapat beberapa jenis penjualan yang biasa dikenal dalam masyarakat diantaranya adalah: 1. Trade Selling Penjualan
Yang
terjadi
bilamana
produsen
dan
pedagang
besar
memperhasilkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distribusi produk mereka.Hal ini melibatkan kegiatan promosi perdagangan, persediaan dan produk yang baru, jadi titik beratnya adalah para penjual melalui penyalur bukan pada penjualan ke pembeli akhir. 2. Missionary selling Penjualan berusaha ditingkatkan dengan mendorong pembeli untuk membeli barang dari penyalur perusahaan. 3. Technical Selling Berusaha Meningkatkan Penjualan dan pemberian saran dan nasihat kepada pembeli akhir dari barang dan jasa. 4. New Business Selling Berusaha membuka transaksi baru dengan membuat calon pembeli menjadi pembeli seperti halnya yang dilakukan perusahaan asuransi. 5. Responsive selling Setiap tenaga penjual diharapkan dapat memberikan reaksi terhadap permintaan pembeli melalui Roote driving and Retaining, jenis penjualan ini tidak akan menciptakan penjualan yang besar, namun akan terjalin hubungan pelanggan yang baik yang menjurus pada pembelian ulang.
24
Selain itu tedapat berbagai macam transaksi penjualan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Penjualan Secara Tunai Penjualan yang bersifat “Cash And Carry” dimana penjualan setelah terjadi kesepakatan harga antara penjual dengan pembeli, pembeli langsung menyerahkan pembayaran secara tunai dan bisa langsung dimiliki oleh pembeli. 2. Penjualan Kredit Penjualan non cash dengan tenggang waktu rata-rata diatas satu bulan. 3. Penjualan Secara Tender Penjualan yang dilaksanakan melalui prosedur tender untuk memenuhi permintaan pihak pembeli yang membuka tender. 4. Penjualan Ekspor Penjualan yang dilaksanakan dengan pihak pembeli luar negri yang mengimpor barang yang biasanya menggunakan fasilitas Letter of Credit (LC). 5. Penjualan Secara Konsiyasi Penjualan Barang secara “titipan” kepada pembeli yang juga sebagai penjualan apabila barang tersebut tidak terjual maka akan dikembalikan pada penjual.
25
6. Penjualan Secara Grossir Penjualan yang dilakukan tidak langsung kepada pembeli, tetapi melalui pedagang perantara yang menjadi perantara pabrik atau importir dengan pedagang eceran. 2.1.3.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penjualan Dalam praktek, kegiatan penjualan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Kondisi dan Kemampuan Pasar Disini penjual harus dapat meyakinkan pembeli agar berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan untuk maksud tertentu, penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan yaitu: a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan. b. Harga pokok c. Syarat penjualan seperti pembayaran, perantaraan garansi dan sebagainya. 2. Kondisi Pasar Hal yang harus diperhatikan pada kondisi pasar antara lain : a. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar pemerintah atau pasar internasional. b. Kelompok pembeli dan segmen pasarnya. c. Daya beli. d. Frekuensi pembeliannya. e. Keinginan dan kebutuhan.
26
3. Modal Apakah modal kerja perusahaan mampu untuk mencapai target penjualan yang dianggarkan seperti untuk : a. Kemampuan untuk membiayai penelitian pasar yang dilakukan. b. Kemampuan membiayai usaha-usaha untuk mencapai target penjualan. c. Kemampuan membeli bahan mentah untu dapat memenuhi target penjualan. 4. Kondisi Organisasi Perusahaan Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani oleh bagian penjualan. Lain halnya dengan perusahaan kecil, dimana masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain. 2.1.3.6 Fungsi Dan Tujuan Penjualan Fungsi penjulan meliputi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh penjual untuk merealisasikan penjual seperti : 1. Menciptakan permintaan. 2. Mencari pembeli. 3. Memberikan syara-syarat penjualan. 4. Memindahkan hak milik. Pada umunya, para pengusaha mempunyai tujuan yaitu mendapatkan laba tertentu semaksimal mungkin dan mempertahankan atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu yang lama.Tujuan tersebut dapat direalisasikan apabila penjualan dapat dilaksanakan seperti direncanakan.
yang telah
27
Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjulan, yaitu : 1. Mencapai volume penjualan tertentu. 2. Menentukan laba tertentu. 3. Menunjang pertumbuhan perusahaan.
2.2
Hubungan Antar Variabel
2.2.1
Modal Kerja dengan Laba Bersih Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Maka dari itu merupakan tugas manajemen untuk merencanakan masa depan perusahaan agar semua kemungkinan dan kesempatan masa depan perusahaan dapat direncanakan sejak pendirian perusahaan. Dalam pendirian perusahaan, modal kerja merupakan unsur yang paling utama untuk kegiatan usaha.Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, dan pengeluaran-pengeluaran lainnya yang gunanya untuk membiayai operasi perusahaan.Modal kerja digunakan untuk operasional perusahaan dalam rangka untuk menghasilkan laba.Laba merupakan selisih lebih pendapatan dikurangi biaya-biaya yang dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut, laba biasanya dinyatakan dalam satuan uang.Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat laba yang diperoleh perusahaan tersebut karena tujuan utama
28
perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan.Faktor yang menentukan untuk memperoleh laba yang optimal, yaitu tersedianya dana atau modal kerja yang berfungsi untuk membiayai kegiatan perusahaan(Yudi Aldiyansyah, 2010). Maka dari itu setiap perusahaan seharusnya memprediksi modal kerja bersih yang akan di targetkan pada setiap periodenya dengan penuh pertimbangan sehingga pencapaian laba bersih perusahaan menjadi maksimal. Dengan pencapaian laba bersih yang maksimum akan dapat meleluasakanperusahaan dalam menargetkan penjualan pada periode berikutnya serta di dalam dunia bisnis perusahaan dapat bersaing dengan para competitor yang lainnya. Dengan begitu perusahaan akan dapat eksis di dalam dunia perdagangan. 2.2.2
Volume Penjualan dengan Laba Bersih Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba bersih yang
diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba bersih yang sebesar-besarnya dan pencapaian laba bersih merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan sendiri.Laba bersih bisa didapat secara optimal, jika volume penjualan mencapai hasil yang maksimal. Dalam hal ini untuk mengetahui hubungan antara volume penjualan dengan laba bersih dapat dilihat pada komponen-komponen dalam laporan laba rugi perusahaan yang saling terkait. Volume penjualan terhadap laba bersih ada hubungan yang erat, karena dalam hal ini dapat diketahui bahwa laba akan timbul
29
jika penjualan produk perusahaan lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Laba bersih diperoleh dari penjumlahan semua pendapatan perusahaan dan kemudian dikurangi dengan biaya-biaya.Faktor utama yang mempengaruhi laba bersih adalah volume penjualan barang dagangan perusahaan. Seperti diketahui bahwa laba utama perusahaan adalah laba penjualan biasa disingkat menjadi penjualan, yang menunjukkan penambahan dalam ekuitas pemilik dari pengirim persediaannya kepada para pelanggan.Penjualan bersih adalah pendapatan penjualan dikurangi dengan berbagai pengurangan penjualan. 2.3
Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai laba bersih telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu.Penelitian terdahulu ini diambil dari berbagai jurnal yang telah diterbitkan oleh lembaga penelitian maupun instansi-instansi pendidikan. Adapun penelitian terdahulu dijelaskan sebagai berikut: Dwi Hariyanti (2008) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal dan Volume Penjualan Terhadap Kemampulabaan Usaha Bakul Ikan Wanita di Pasar Tulehu Kecamatan Salahutu
Kabupaten Maluku Tengah”.
Metode analisis
yangdigunakan adalah analisis regresi liner berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap kemampulabaan, sedangkan variabel volume penjulan berpengaruh signifikan positif terhadap kemampulabaan yang berarti kedua variabel tersebut secara simultan berpangaruh signifikan terhadap kemampulabaan.. Ririn Setiorini (2009) melakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
30
di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.Objek studi penelitian ini adalah 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan selama 4 tahun, dari tahun 20042007.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda.Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Imelda
Yulistri
(2009)
melakukan
penelitian
tentang
“Pengaruh
Efektivitas dan Kebutuhan Modal Kerja terhadap Laba Bersih Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia”. Populasi dalam penelitian ini adalah industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2007, yaitu sebanyak 36 industri. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan pendekatan criteria purposive sampling dan sampel yang didapat sebanyak 33 industri.Data dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda (multiple regression analysis).Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efektivitas dan kebutuhan modal kerja berpengaruh terhadap laba bersih. Yudi Aldiyansyah (2010) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Kerja Bersih terhadap Laba Bersih pada PT. Unilever Indonesia Tbk”.Metode yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
metode
deskriptif
kuantitatif.Sedangkan data dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi, regresi, dan determinasi.penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara Modal Kerja Bersih Terhadap Laba Bersih. Dikti Kusmeidi Ruwindas (2011) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Kerja terhadap Profitabilitas Perusahaan (studi kasus pada CV Dandy
31
Handycraft Tasikmalaya)”.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data di mana penelitian ini dilaksanakan. Alat analisis yang digunakan adalah uji regresi
sederhana
dengan
skala
pengukuran
rasio.Hasil
penelitian
ini
menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Sumayah (2011) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya Produksi terhadap Laba Bersih Pada PT. Metrodata Electronics Tbk.”Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan tahunan yang terdiri atas Laporan Laba/Rugi, penjualan dan catatan atas laporan keuangan PT. Metrodata Electronics Tbk pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling dengan jumlah data yang diolah sebanyak 8 tahun.Data yang digunakan adalah data sekunder.Metode statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume penjualan dan biaya produksi secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba bersih. Yoyon Supriadi dan Ratih Puspitasari (2012) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Kerja terhadap Penjualan dan Profitabilitas Perusahaan pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.” Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan tahunan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada tahun 2004-2009.Penelitian dilakukan dengan menggunakan jenis dan
32
sumber data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis koefisien korelasi, koefisien determinasi, analisis regresi sederhana serta metode analisis rasio.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh terhadap penjualan dan profitabilitas perusahaan meskipun tidak signifikan. Ramlan Tapelo (2013) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Kerja terhadap Perolehan Laba pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Data yang digunakan adalah data sekunder berupa data laporan keuangan 10 perusahaan Food and Beverage yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia Priode 2008-2011.Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa modal kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap perolehan laba. Sonnya Nurman Sasongko (2014) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Modal Kerja dan Volume Penjualan terhadap Laba Bersih (studi kasus pada Perusahaan Industri Logam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.” Hasil dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dan metode analisis statistik. Sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan yaitu datangdari laporan keuangan perusahaan perusahaan industri 14 logam yang tercantum dalamBursa Efek Indonesia 2010-2012.Hasil penelitian menemukan bahwa modal dan penjualan volume berpengaruh signifikan terhadap laba. Herniyati Sitohang (2015) melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pertumbuhan Modal dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Laba Bersih pada
33
Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Populasi dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013. Sampel dalam penelitian ini adalah 13 perusahaan akan diamati 4 sehingga jumlah periode observasi 52 pengamatan. Data yang digunakan adalah laporan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan modal dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. Penelitian-penelitian yang menjadi referensi penelitian yang akan dilakukan secara lebih ringkas dapat dilihat pada table 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Pengaruh Modal dan Volume Penjualan Terhadap Dwi Hariyanti
Kemampulabaan
Kemampulab Modal berpengaruh Y X1 X2
Usaha Bakul Ikan
aan
signifikan negatif
Modal
terhadap
Volume
kemampulabaan,
Penjualan
sedangkan variabel
Wanita di Pasar (2008)
Hasil Penelitian
volume penjulan
Tulehu Kecamatan
berpengaruh
Salahutu Kabupaten
signifikan positif
Maluku Tengah
Ririn Setiorini (2009)
Analisis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas pada
Y
Profitabilitas
Modal
X1
Modal Kerja
berpengaruh
kerja
signifikan terhadap
34
Perusahaan
profitabilitas.
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pengaruh Efektivitas
Y
dan Kebutuhan Modal Imelda
Kerja terhadap Laba
Yulistri
Bersih Industri Barang
(2009)
Konsumsi di Bursa
X1 X2
Laba Bersih
efektivitas
dan
Efektifitas
kebutuhan
modal
Modal Kerja
kerja
Kebutuhan
terhadap
Modal Kerja
bersih.
Laba Bersih
Modal kerja bersih
Modal Kerja
tidak berpengaruh
Bersih
terhadap laba bersih
berpengaruh laba
Efek Indonesia
Pengaruh Modal Kerja Yudi
Bersih terhadap Laba
Y X1
Aldiyansyah Bersih pada PT. (2010)
Unilever Indonesia Tbk
Dikti
Pengaruh Modal Kerja
Y
Profitabilitas
Modal
kerja
terhadap Profitabilitas
X1
Modal Kerja
berpengaruh
Kusmeidi
Perusahaan (studi
signifikan terhadap
Ruwindas
kasus pada CV Dandy
profitabilitas
Handycraft
perusahaan.
(2011)
Tasikmalaya) Pengaruh Volume Penjualan dan Biaya
Y X1
Produksi terhadap Sumayah
Laba Bersih Pada PT.
(2011)
Metrodata Electronics Tbk
X2
Laba Bersih
Volume
penjualan
Volume
dan biaya produksi
Penjualan
secara
bersama-
Biaya
sama
memiliki
Produksi
pengaruh
yang
signifikan terhadap laba bersih.
35
Pengaruh Modal Kerja
Y1
Penjualan
Modal
terhadap Penjualan dan
Y2
Profitabilitas
berpengaruh
Supriadi
Profitabilitas
X1
Modal Kerja
terhadap penjualan
dan Ratih
Perusahaan pada PT.
dan
Puspitasari
Indocement Tunggal
perusahaan
Prakarsa Tbk
meskipun
Yoyon
(2012)
kerja
profitabilitas
tidak
signifikan Pengaruh Modal Kerja Ramlan Tapelo (2013)
terhadap Perolehan Laba pada Perusahaan
Y X1
Perolehan
modal
kerja
Laba
berpengaruh
Modal Kerja
signifikan
dan
Food and Beverage
positif
yang terdaftar di Bursa
perolehan laba
terhadap
Efek Indonesia
Sonnya Nurman Sasongko (2014)
Pengaruh Modal Kerja
Y
Laba Bersih
Modal
dan Volume Penjualan
X1
Modal Kerja
penjualan
Volume
berpengaruh
Penjualan
signifikan terhadap
terhadap Laba Bersih
X2
(studi kasus pada Perusahaan Industri
dan volume
laba
Logam yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Pengaruh Pertumbuhan Modal Herniyati Sitohang (2015)
Y X1
dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Laba Bersih pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek
X2
Laba Bersih
Pertumbuhan modal
Pertumbuhan
dan
Modal Kerja
penjualan
Pertumbuhan
berpengaruh
Penjualan
signifikan terhadap
pertumbuhan
laba bersih
tidak
36
Indonesia
2.4
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran disusun untuk menggambarkan hubungan pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen.Variabel independen disimbolkan dengan (X), sedangkan variabel dependen disimbolkan dengan (Y).Modal kerja dan volume penjualan merupakan variabel independen, sedangkan laba bersih merupakan variabel dependen.
Modal Kerja H1 (X1)
Volume Penjualan
Laba Bersih H2
(Y)
(X2) H3
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pemikiran
2.5 Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis untuk penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ho1: Tidak terdapat pengaruh signifikan modal kerjaterhadap laba bersih. Ha1:
Terdapat pengaruh signifikan modal kerjaterhadap laba bersih.
Ho2: Tidak terdapat pengaruh signifikan volume penjualanterhadap laba bersih.
37
Ha2:
Terdapat pengaruh signifikan volume penjualanterhadap laba bersih.
Ho3: Tidak terdapat pengaruh signifikan modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih. Ha3:
Terdapat pengaruh signifikan modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih.
38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dan merupakan kategori penelitian
dasar.Penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik (Marisa Marlin, 2014).Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan dan mengevaluasi konsep-konsep teoritis dengan menguji hipotesis apakah variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.Penelitian ini hanya bersifat memecah permasalahan secara teoritis dan tidak mempunyai pengaruh secara langsung dalam penentuan kebijakan, tindakan atau kinerja (Marisa Marlin, 2014). Penelitian ini menguji pengaruh modal kerja dan volume penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya melainkan melalui media perantara berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan oleh pihak lain (Marisa Marlin, 2014).
39
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1
Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sonnya Nurman Sasongko, 2014). Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan laporan keuangan tahunan selama 3 periode atau dari tahun 20132015.Jumlah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi makanan dan minuman sampai dengan tahun 2015 sebanyak 14 perusahaan.Adapun perusahaan yang menjadi populasi dalam penelitian ini dapat dilihat secara lebih jelas dalam tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI yang Menjadi Populasi No
Kode
Nama Perusahaan
Sub Sektor
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Makanan & Minuman
2
ALTO
Tri Banyan Tirta Tbk
Makanan & Minuman
3
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
Makanan & Minuman
4
DLTA
Delta Jakarta Tbk
Makanan & Minuman
5
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Makanan & Minuman
6
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
Makanan & Minuman
7
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
Makanan & Minuman
8
MYOR
Mayora Indah Tbk
Makanan & Minuman
9
PSDN
Prashida Aneka Niaga Tbk
Makanan & Minuman
40
10
ROTI
Nippon Indosari Corporindo Tbk
Makanan & Minuman
11
SKBM
Sekar Bumi Tbk
Makanan & Minuman
12
SKLT
Sekar Laut Tbk
Makanan & Minuman
13
STTP
Siantar Top Tbk
Makanan & Minuman
14
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Makanan & Minuman
Sumber: www. Sahamok.com (2016)
3.2.2
Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Marisa Marlin, 2014).Adapun metode pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak secara acak tetapi sesuai dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbitkan laporan keuangan dan telah diaudit dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 2. Perusuhaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2013 3. Perusahaan yang tidak mengalami kerugian secara berturut-turut dari tahun 2013-2015. Data yang diteliti merupakan gabungan dari cross sectional dan time series yang disebut data panel (pooled data). Cross sectional merupakan suatu studi untuk mengetahui hubungan komparatif beberapa subjek yang diteliti, sedangkan time series lebih ditekankan pada data penelitian berupa data rentetan waktu (Marisa Marlin, 2014).
41
Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel seperti yang telah disebutkan di atas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 11 perusahaan. Adapun perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat secara lebih jelas dalam tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2 Daftar Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI yang Menjadi Sampel No
Kode
Nama Perusahaan
1
AISA
Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
Makanan & Minuman
2
CEKA
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
Makanan & Minuman
3
DLTA
Delta Jakarta Tbk
Makanan & Minuman
4
ICBP
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
Makanan & Minuman
5
MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk
Makanan & Minuman
6
MYOR
Mayora Indah Tbk
Makanan & Minuman
7
ROTI
Nippon Indosari Corporindo Tbk
Makanan & Minuman
8
SKBM
Sekar Bumi Tbk
Makanan & Minuman
9
SKLT
Sekar Laut Tbk
Makanan & Minuman
10
STTP
Siantar Top Tbk
Makanan & Minuman
11
ULTJ
Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
3.3
Data Penelitian
3.3.1
Jenis dan Sumber Data
Sub Sektor
Makanan & Minuman
3.3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan bentuknya, data
42
kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan statistic (Marisa Marlin, 2014). Jenis data penelitian ini merupakan data sekunder.Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung atau melalui media perantara (Marisa Marlin, 2014).Data tersebut berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, khususnya neraca, laporan laba rugi. 3.3.1.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder.Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data(Sonnya Nurman Sasongko, 2014). Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai laporan keuangan tahunan (laporan laba rugi dan catatan atas laporan keuangan) pada perusahaan Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. 3.3.2
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,
yaitu : a. Penelitian Kepustakaan Dalam rangka memperoleh landasan dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan, maka penulis mengadakan penelitian kepustakaan
43
dengan membaca buku, literatur, hasil penelitian yang sejenis, dan media lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Dokumentasi Pengumpulan data dengan cara mencatat data dari laporan-laporan, catatan, dan arsip-arsip yang ada di beberapa sumber, seperti di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang diperlukan. 3.4
Definisi Operasional Variabel Variabel merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,
organisasi atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Definisi operasional variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar (Marisa Marlin, 2014). Variabel penelitian dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Variabel independen Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah modal kerja dan volume penjualan. 2. Variabel dependen
44
Variabel dependen adalah yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah laba bersih.
3.4.1
Variabel Dependen Laba bersih = (Pendapatan – Beban –Pajak )
Laba
merupakan alat ukur efektivitas perusahaan karena memperoleh laba
merupakan tujuan dan sararan utama setiap perusahaan.Bagi perusahaan yang berorientasi laba, pasti akan selalu berusaha untuk meningkatkan laba yang diperolehnya. Segala macam cara akan ditempuh untuk mendapatkan laba yang lebih besar. 3.4.2
Variabel Independen
3.4.2.1 Modal Kerja Modal kerja = Aktiva lancar – Hutang lancar Modal kerja dalam konsep kuantitatif adalah modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo karena menurut konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan sehingga modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancarnya (Yudi Aldiyansyah, 2010) .
45
3.4.2.2 Volume Penjualan Volume penjualan = Kuantitas atau Total penjualan Volume penjualan merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dan menentukan bagi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba. Untuk meningkatkan laba perusahaan harus meningkatkan volume penjualan karena semakin tinggi volume penjualan maka semakin tinggi pula laba yang dihasilkan, sebaliknya apabila volume penjualan turun maka laba bersih akan terdorong untuk turun juga. Tabel 3.3 Operasional Variabel Penelitian Variabel
Konsep Variabel
Indikator
Laba bersih (net income) adalah selisih lebih pendapatan Laba bersih (Y)
atas beban-beban dan yang merupakan kenaikan bersih
Laba Bersih = (Pendapatan – Beban – Pajak)
atas modal yang berasal dari kegiatan usaha. (Sumayah, 2011) Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk
Modal kerja (X1)
melakukan kegiatan
Modal kerja = Aktiva lancar –
operasional perusahaan. Modal
Hutang lancar
kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva
46
jangka pendek seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar lainnya. Kasmir (2008:250)
Volume penjualan adalah total Volume penjualan (X2)
penjualan yang didapat dari komoditas yang diperdagangkan dalam suatu
Volume penjualan = Kuantitas atau Total penjualan.
masa tertentu Sumayah, (2011)
3.5
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
regresi berganda (multiple regressions).Metode ini digunakan untuk menguji satu variabel dependen dengan variabel independen lebih dari satu (Marisa Marlin, 2014).Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak (software) statistik SPSS (statistical package for social sciences) versi 21.Data-data tersebut dianalisis dengan tahapan uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi), dan uji hipotesis (uji t, uji F, dan uji adjusted R square).
3.5.1
Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang menjelaskan suatu data yang telah
dikumpulkan dan diringkas pada aspek-aspek penting berkaitan dengan data tersebut. Biasanya meliputi gambaran atau mendeskripsikan hal-hal sebagai
47
berikut dari suatu data; mean, median, modus, range, varian, frekuensi, nilai maksimum, nilai minumum, serta standar deviasi (Marisa Marlin, 2014). Standar deviasi digunakan untuk menentukan berapa kesenjangan atau variasi data yang diperoleh dalam suatu penelitian. Standar deviasi dinyatakan cukup besar dan memiliki variasi yang besar, apabila suatu data memiliki nilai standar deviasi lebih dari 14,5% dari nilai rata-rata data tersebut. 3.5.2
Uji Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas,
dan
uji
autokorelasi.Pengujian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Marisa Marlin, 2014). 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal (Marisa Marlin, 2014). Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebenaran (signifikansi) koefisien regresi. Dalam penelitian ini menggunakan Grafik Normal Probability Plotuntuk menguji normalitas dengan ketentuan yang digunakan sebagai berikut: 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
48
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Marisa Marlin, 2014).Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi antar variabel independen.Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel indenpenden menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥10. 3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terdapat korelasi, maka dinamakan
49
ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lainnya (Marisa Marlin, 2014). Autokorelasi pada sebagian besar kasus ditemukan pada regresi yang datanya adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan, tahunan dan seterusnya (Marisa Marlin, 2014). Penelitian ini menggunakan data time series sehingga peneliti melakukan uji autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasimaka dapat dilihat dari uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Marisa Marlin, 2014): a. Angka Durbin Watson di bawah -2, berarti ada autokorelasi positif. b. Angka Durbin Watson di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c. Angka Durbin Watson di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif. 3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Marisa Marlin, 2014). Heteroskedastisitas terjadi apabila variance pengganggu tidak mempunyai variance yang sama untuk semua observasi, sehingga mengakibatkan penafsiran regresi tidak efisien. Jika variance dari residual
satu
pengamatan
ke
pengamatan
lain
tetap,
maka
disebut
terjadihomoskedastisitas. Jika berbeda, maka disebut heteroskedastisitas.Model regresi
yang
baik
adalah
yang
homoskedastisitas
atau
tidak
terjadi
heteroskedastisitas. Kebanyakan dari data cross sectional mengandung situasi heteroskesdatisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai
50
ukuran (kecil, sedang dan besar). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah dipredisi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar pengambilan keputusannya dilakukan dengan melihat scatter plot: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
mengidendikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik meyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.5.3
Pengujian Hipotesis Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi dan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda karena memiliki tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Analisis regresi linear berganda pada dasarnya merupakan analisis yang memiliki pola teknis dan substansi yang hampir sama dengan analisis regresi linear sederhana. Analisis ini memiliki perbedaan dalam hal jumlah variabel independen yang merupakan variabel penjelas jumlahnya lebih dari satu buah (Marisa Marlin, 2014). Regresi berganda adalah pengembangan dari regresi linier sederhana, yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di masa akan datang berdasarkan data masa lalu atau untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel bebas (independent) terhadap satu variabel tak bebas (dependent)
51
(Marisa Marlin, 2014). Model regresi ini dipilih untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen yaitu modal kerja dan volume penjualan dengan variabel dependen yaitu laba bersih apakah positif atau negatif. Rumus regresi linear berganda sebagai berikut (Marisa Marlin, 2014): Y = a + b1 X1 + b2 X2 Keterangan : Y = Laba Bersih X1 = Modal Kerja X2 = Volume Penjualan a
= Konstanta
b1, b2 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan serta analisis koefisien determinasi (Marisa Marlin, 2014), pengujian hipotesis tersebut sebagai berikut: 3.5.3.1 Uji T Uji t dilakukan untuk pengambilan keputusan hipotesis dengan melihat angka signifikansi.Pengujian ini lebih memfokuskan kepada masing-masing individu variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen.Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen(Marisa Marlin, 2014). Adapun tahapan dalam pengujian ini adalah:
52
a. Merumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha):
Tabel 3.4 Rumusan Hipotesis Secara Parsial Hipotesis Pengaruh Modal Kerja Terhadap Laba Bersih Ho1 : b1 = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan modal kerjaterhadap laba bersih.
Ha1 : b1 ≠ 0
Terdapat pengaruh signifikan modal kerjaterhadap laba bersih Hipotesis Pengaruh Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih
Ho2 : b2 = 0
Tidak
terdapat
pengaruh
signifikan
volume
penjualanterhadap laba bersih.
Ha2 : b2 ≠ 0
Terdapat pengaruh signifikan volume penjualanterhadap laba bersih
b. Pengambilan keputusan T sig banding alfa (α = 5%) (a) Jika nilai probabilitas > alfa (α = 5%) maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jadi jika hasil hipotesis pertama nilai probabilitas > alfa (α = 5%), maka variabel modal kerjatidak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. (b) Jika nilai probabilitas < alfa (α = 5%) maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jadi jika hasil hipotesis pertama nilai probabilitas < alfa (α = 5%) maka modal kerjaberpengaruh signifikan terhadap laba bersih.
53
3.5.3.2 Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat (Marisa Marlin, 2014). Langkah-langkah pengujiannya sebagi berikut: a. Merumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) secara keseluruhan antara variabel independen yaitu modal kerja dan volume penjualan terhadap variabel dependen yaitu laba bersih. Tabel 3.5 Rumusan Hipotesis Secara Simultan
Hipotesis
Keterangan
Ho3 : b1 = b2 = 0
Tidak terdapat pengaruh signifikan modal kerja dan volume penjualan secara simultan terhadap laba bersih.
Ha3 : b1 ≠ b2 ≠ 0
Terdapat pengaruh signifikan modal kerja dan volume penjualan secara simultan terhadap laba bersih.
b. Pengambilan keputusan F sig banding alfa (α = 5%) (a) Jika nilai probabilitas > alfa (α = 5%) maka variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jadi jika hasil hipotesis pertama nilai probabilitas > alfa (α = 5%), maka variabel modal
54
dan volume penjualan kerjatidak berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. (b) Jika nilai probabilitas < alfa (α = 5%) maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jadi jika hasil hipotesis pertama nilai probabilitas < alfa (α = 5%) maka modal kerja dan volume penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba bersih. 3.5.3.3 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2) Uji adjusted R2 menunjukkan adanya korelasi atau hubungan antara variabel independen dan variabel dependennya. Uji adjusted R2 menjelaskan hubungan antara variabel dan adanya faktor lain yang mempengaruhi hubungan tersebut. Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.R² merupakan besaran non negatif dan besarnya koefisien determinasi adalah antara angka nol sampai angka satu (0 ≤ R² ≤ 1). Nilai adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan variasi variabel dependen (Marisa Marlin, 2014). Analisis koefisiensi determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen yang dinyatakan dalam persentase. Untuk mencari besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan koefisien determinan dengan rumus:
55
KD
= R² x 100%
Keterangan : KD
= Koefisien Determinasi
R2
= Koefisien Korelasi
100% = Pengali yang menyatakan dalam persentase Secara umum koefisiensi determinasi untuk data silang (cross sectional) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.