PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI

Download mengembangkan alat peraga berbasis Montessori khususnya untuk materi perkalian ... Kata kunci: alat peraga, Matematika, metode Montessori, ...

0 downloads 799 Views 18MB Size
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh : Theodora Dian Widyaningrum NIM : 131414011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITA SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Oleh: Theodora Dian Widyaningrum NIM: 131414011

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si.

Tanggal 24 Mei 2017

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Dipersiapkan dan ditulis oleh: Theodora Dian Widyaningrum NIM: 131414011

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal .. ... .... dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap

Tanda Tangan

Ketua

:

........................

Sekretaris

:

........................

Anggota

:

........................

Anggota

:

........................

Anggota

:

........................

Yogyakarta, .. ... .... Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

.

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini dipersembahkan untuk: ▪

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas kasih, karunia, dan limpahan berkat yang diberikan sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.



Alm. Papa Bartolomeus Aryadi, teerima kasih atas kasih sayang, perhatian dan cinta tulus seorang Papa yang telah engkau berikan. Anakmu sangat bangga pernah memiliki seorang Papa sepertimu.



Mama Dra. Regina Maria Wiwik Budi Wuryantini, terima kasih

Mama tersayang atas

kebaikan.

kasih

sayang,

mendidik, dan membesarkan dengan penuh perjuangan dan kesabaran sampai saat ini. Terima kasih selalu mendoakan agar terselesaikannya studi, kini studi saya telah saya selesaikan sebagai bukti tanggung jawab saya kepada Mama. ▪

Adikku tertampan Lorentius Widi Krisyutiasto atas setiap semangat yang pernah terucap dan doa yang tak terdengar.



Segenap

keluarga

besar

Sayutiman

atas

segala

doa,

semangat, dan dukungan yang telah diberikan. ▪

Para sahabatku Secundina Kusuma Wisangnuari, Maria Sherly Anita, Ajeng Anggraeni Putri, Rosalima Astaliani, Helena Ustiliani, dan temanku Laksmana Akbar Biwastu

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Putra, Yosep Hari Susanto, Triastuti Sanda, Rosa Dina Putranti, Agustina Dhevin Merinda, Yosep Cahyo Ardi, Fransiska Vitriyanti, Emiliana, dan Gerardus Wibisono yang selalu mendukung dan menghibur saya, berkumpul bersama, tertawa bersama, terima kasih atas rasa bahagia yang boleh saya terima karena memiliki kawan-kawan seperti kalian. ▪

Untuk Richardus Tungky Satria yang mau mendengarkan segala keluh kesah, selalu memberi semangat, dukungan, waktu, dan perhatiannya dalam segala hal. Terima kasih ❤



Keluarga besar Pendidikan Matematika 2013 yang telah mengalami pahit dan senangnya kuliah bersama, bercanda bersama, hingga kini kita berusaha maksimal untuk dapat lulus satu demi satu.



Almameterku: Universitas Sanata Dharma



Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung dan tidak langsung setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO “God doesn't require us to succeed, He only requires that you try”. (Bunda Teresa) “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya. Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung, tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:29-31) “Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”. (Aristoteles) “Learn from yesterday, Live for today, And hope for tomorrow” (Albert Einstein)

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang sudah tertulis di dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2017 Penulis

Theodora Dian Widyaningrum

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama

: Theodora Dian Widyaningrum

Nomor Mahasiswa

: 131414011

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 8 Juni 2017 Yang menyatakan,

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma. Sebagian besar guru SD di Indonesia masih kurang dalam memanfaatkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Selain itu banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah. Metode tersebut dirasa kurang sesuai dengan karakteristik anak SD. Metode Montessori menjadi salah satu pilihan metode yang sesuai karena dapat memanfaatkan benda di lingkungan menjadi alat peraga guna menjadi pendukung dalam pembelajaran. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan alat peraga berbasis Montessori khususnya untuk materi perkalian dengan hasil 2 angka. Penelitian dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo terhadap siswa kelas II tahun ajaran 2016/2017 dengan menggunakan jenis penelitian Research and Development (R&D). Peneliti mengadopsi model Borg dan Gall serta Sugiono yang dimodifikasi menjadi 7 langkah yaitu, (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) mengembangkan produk awal, (4) pengujian lapangan awal, (5) revisi desain, (6) pembuatan produk, (7) uji coba terbatas. Penelitian ini menghasilkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dengan ciri: (1) menarik, (2) bergradasi, (3) auto correction, (4) auto education, (5) kontekstual. Kualitas alat peraga tegolong dalam kategori “sangat baik” berdasarkan hasil validasi dari ahli. Dapat dikatakan dengan menggunakan alat ini, ada peningkatan kualitas belajar siswa dari rata-rata nilai 70,7 menjadi 98. Sehingga alat peraga ini dapat dinyatakan layak digunakan dalam proses pembelajaran dan dapat dikembangkan pada tahap yang lebih luas. Kata kunci: alat peraga, Matematika, metode Montessori, perkalian, penelitian dan pengembangan

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT Widyaningrum, Theodora Dian (2017). Development of Montessori Teaching Aid for Multiplication for Grade II Students of Elementary School. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Mathematic Education Study Program, Sanata Dharma University. Most elementary school teachers in Indonesia have yet to accommodate visual aid in the learning process. In addition, many teachers are still using the lecture method. This method is considered as not fully appropriate with the characteristics of elementary school children. Montessori method has become one of the appropriate method which can be used because it utilizes objects in the surrounding to be used as teaching aids. This research was conducted with the aim of developing Montessori based teaching aid, particularly for 2 digits multiplication material. The research was conducted in Kanisius Tegalmulyo Elementary School on second grade students in the 2016/2017 academic year and adopted Research and Development (R&D) study type. The researcher adopted Borg and Gall model and Sugiono model that were modified into 7 steps, namely, (1) research and data collection, (2) planning, (3) early product development, (4) initial field testing, (5) design revision, (6) product manufacturing, (7) limited testing. This study produces Montessori based multiplication teaching aid with: (1) interesting, (2) graded, (3) auto correction, (4) auto education, (5) contextual features. The quality of the teaching aid is categorized as "excellent" based on the validation results of the experts. It can be said that by using this teaching aid, there is improvement of the quality of student learning from the average value of 70,7 to 98. Thus, this teaching aid can be declared as adequate to be used in the learning process and may be developed at a broader stage. Keywords: aid, Mathematic, Montessori method, multiplication, research and development.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “PENGEMBANGAN

ALAT

PERAGA

MONTESSORI

MATERI

PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD” ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa selama proses penelitian dan penyusunan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik berupa dukungan, perhatian, semangat, kritik dan saran yang sangat penulis butuhkan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, antara lain kepada: 1. Rohandi, Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr.Hongki Julie M.Si., Kepala Program Studi Pendidikan Matematika 3. Beni Utomo M.Sc.,Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Matematika yang menginspirasi saya. 4. Dominikus Arif Budi Prasetyo, M.Si. selaku dosen pembimbing, terima kasih atas perhatian yang diberikan selama ini, yang tak pernah lelah mendampingi, terima kasih juga untuk semangat dan dukungannya hingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 5. Dra. Haniek Sri Pratini M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran, serta membantu mendampingi, membimbing, dan memotivasi agar selalu giat belajar dan tak lelah untuk mengingatkan anak-anak didiknya agar cepat selesai. 6. E. Elvie Chrisna Pancadewi, S.Pd., PLH SD Kanisius Tegalmulyo yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melaksanakan penelitian. 7. Adelia Rena Riwayani, S. Pd., guru kelas II dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang telah membantu dan bekerja sama selama proses penelitian. 8. Dra. Regina Maria Wiwik Budi Wuryantini, mamaku tercinta dan adikku Lorentius Widi Krisyutiasto yang selalu mendoakan dan memberikan semangat.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9. Sahabat dan teman-temanku, Cundi, Sherly, Mas Hari, Biwa, Tri, Dina, Epin, Cahyo, Ipo yang telah mendukung, membantu, dan menyemangati selama proses penyusunan tugas akhir ini. 10. Bapak Muhibad dan Mas Doni yang telah membantu peneliti dalam pembuatan alat peraga berbasis Montessori. 11. Mirota Batik yang telah menjadi solusi bagi peneliti dalam memperoleh mangkuk kayu yang sesuai dengan karakteristik Montessori. 12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung baik secara langsung dan tidak langsung setiap proses penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan yang akan datang. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun bagi kemajuan dan perkembangan ilmu pendidikan dan pengetahuan.di Indonesia. Yogyakarta, 8 Juni 2017 Peneliti

Theodora Dian Widyaningrum

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN......................................................... iv HALAMAN MOTTO....................................................................................... vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... vii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................viii ABSTRAK......................................................................................................... ix ABSTRACT........................................................................................................ x KATA PENGANTAR....................................................................................... xi DAFTAR ISI...................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1 A. Latar Belakang............................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah..................................................................................... 7 C. Rumusan Masalah........................................................................................ 8 D. Tujuan Penelitian......................................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian....................................................................................... 8 F. Spesifikasi Produk........................................................................................9 G. Definisi Operasional.................................................................................... 12 H. Sistematika Penulisan.................................................................................. 13 BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 15 A. Kajian Pustaka..............................................................................................15

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Perkembangan Anak.............................................................................. 15 2. Matematika.............................................................................................16 a. Pengertian Matematika.................................................................... 17 b. Pembelajaran Matematika................................................................ 18 c. Perkalian...........................................................................................20 d. Kesulitan Belajar Matematika.......................................................... 24 e. Alat Peraga Pembelajaran Matematika............................................ 27 f. Sejarah Montessori...........................................................................30 g. Alat Peraga Montessori.................................................................... 32 B. Penelitian yang Relevan............................................................................... 35 C. Kerangka Berpikir........................................................................................ 39 BAB III METODE PENELITIAN.................................................................. 42 A. Jenis Penelitian.............................................................................................42 B. Setting Penelitian......................................................................................... 43 1. Objek Penelitian..................................................................................... 44 2. Subjek Penelitian....................................................................................44 3. Lokasi Penelitian.................................................................................... 44 4. Waktu Penelitian.................................................................................... 44 C. Rancangan Penelitian................................................................................... 45 D. Prosedur Pengembangan.............................................................................. 48 E. Instrumen Penelitian.................................................................................... 55 1. Pedoman Wawancara............................................................................. 55 a. Wawancara Kepala Sekolah.............................................................56

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Wawancara Guru Kelas II................................................................ 56 c. Wawancara Siswa Kelas II.............................................................. 57 2. Kuesioner............................................................................................... 61 a. Kuesioner Analisis Kebutuhan.........................................................61 b. Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika.......................................................................................64 c. Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)......................................................................... 67 3. Pedoman Observasi................................................................................ 72 F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................... 73 1. Wawancara............................................................................................. 74 2. Observasi................................................................................................75 3. Penyebaran Kuesioner............................................................................76 a. Kuesioner Analisis Kebutuhan.........................................................77 b. Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika.......................................................................................77 c. Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................................................................ 79 4. Tes.......................................................................................................... 79 5. Triangulasi............................................................................................. 80 G. Teknik Analisis Data....................................................................................82 1. Analisis Data Kuantitatif........................................................................82 a. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Wawancara......................... 82

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Kuesioner........................... 83 c. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Tes...................................... 83 2. Analisis Data Kualitatif..........................................................................84 a. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Wawancara dan Observasi... 85 b. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Kuesioner............................. 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................87 A. Hasil Penelitian............................................................................................ 87 1. Pengumpulan Data................................................................................ 87 a. Wawancara.....................................................................................87 1) Hasil Validasi Instrumen Wawancara.....................................88 a) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah... 88 b) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II...... 91 c) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa................... 93 2) Hasil Wawancara.................................................................... 96 a) Hasil Wawancara Kepala Sekolah................................... 96 b) Hasil Wawancara Guru Kelas II...................................... 100 c) Hasil Wawancara Siswa Kelas II..................................... 102 b. Observasi....................................................................................... 112 c. Analisis Kebutuhan........................................................................ 113 1) Analisis Karakteristik Siswa................................................... 114 2) Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori.......................114 3) Uji Validitas Instrumen...........................................................115 4) Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan..... 116

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Perencanaan.......................................................................................... 126 a. Tes.................................................................................................. 126 1) Validitas Instrumen Tes.......................................................... 127 2) Uji keterbacaan Instrumen Tes............................................... 128 3) Uji Empiris..............................................................................130 a) Uji Validitas Instrumen Tes............................................. 130 b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes......................................... 132 b. Kuesioner....................................................................................... 133 1) Kuesioner Penilaian Produk Alat peraga................................ 133 3. Revisi Produk........................................................................................ 138 4. Pengembangan Desain.......................................................................... 139 a. Konsep Pembuatan Alat Peraga..................................................... 139 b. Desain Alat Peraga.........................................................................141 1) Papan Perkalian Montessori....................................................141 2) Kotak Perlengkapan................................................................ 142 3) Pedoman Penggunaan............................................................. 143 c. Pengumpulan Bahan...................................................................... 143 d. Pembuatan Alat Peraga.................................................................. 144 5. Uji Coba Terbatas................................................................................. 149 1) Data dan Analisis Tes............................................................. 150 2) Data dan Analisis Kuesioner.................................................. 153 B. Pembahasan..................................................................................................156

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP............................................................................................. 161 A. Kesimpulan.................................................................................................. 161 B. Keterbatasan Penelitian................................................................................ 162 C. Saran.............................................................................................................163 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 164

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara kepada Kepala Sekolah.................................... 56 Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara kepada Guru Kelas II........................................ 57 Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara kepada Siswa Kelas II...................................... 57 Tabel 3.4 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Instrumen Wawancara Berdasarkan Hasil Validasi................................................................ 59 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II............ 61 Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II.......... 62 Tabel 3.7 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Kuesioner Berdasarkan Hasil Validasi..................................................................................... 63 Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika.................................................................. 65 Tabel 3.9 Kisis-kisi Soal Tes.............................................................................. 68 Tabel 3.10 Koefisien Korelasi.............................................................................71 Tabel 3.11 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Matematika................................. 72 Tabel 3.12 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif................................... 83 Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah...................... 89 Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli................................................................... 89 Tabel 4.3 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo.................................................................... 90 Tabel 4.4 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II.......................... 91

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.5 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Guru oleh Ahli.................................................................................... 91 Tabel 4.6 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo.................................................................... 92 Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II........................ 94 Tabel 4.8 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Siswa oleh Ahli...................................................................................94 Tabel 4.9 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo.................................................................... 95 Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan PLH SD Kanisius Tegalmulyo................ 98 Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. .................................................................................... 100 Tabel 4.12 Hasil Wawancara Hari Pertama dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo................................................................. 102 Tabel 4.13 Hasil Wawancara Hari Kedua dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo................................................................. 106 Tabel 4.14 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran.................... 117 Tabel 4.15 Rekapitulasi Presentase Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru..................................................................................................119 Tabel 4.16 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa........................ 123 Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Beserta Pesentase Jawaban Responden............................................ 124

xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.18 Hasil Validasi Instrumen Tes............................................................ 128 Tabel 4.19 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes............................................... 129 Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes........................ 131 Tabel 4.21 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes................................................. 132 Tabel 4.22 Validasi Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli............................. 134 Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli............. 135 Tabel 4.24 Validasi Kuesioner Produk untuk Siswa........................................... 137 Tabel 4.25 Revisi Produk.................................................................................... 138 Tabel 4.26 Rincian Kartu Soal............................................................................ 147 Tabel 4.27 Hasil Penilaian Produk...................................................................... 148 Tabel 4.28 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest............................................ 151 Tabel 4.29 Hasil Validasi dan Analisis Pengembangan Berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori Oleh Siswa......................................... 155

xxi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian........................................................... 10 Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion, Mangkuk, dan Manik-Manik............................................................11 Gambar 1.3 Pion..................................................................................................11 Gambar 1.4 Mangkuk..........................................................................................11 Gambar 1.5 Manik-manik................................................................................... 11 Gambar 1.6 (a) Contoh kartu soal tampak depan berisikan soal.........................11 Gambar 1.6 (b) Contoh kartu soal tampak belakang berisikan jawaban.............11 Gambar 1.7 Contoh kartu angka yang akan dikalikan........................................ 12 Gambar 2.1 Kelompok Objek yang Sama...........................................................21 Gambar 2.2 Penjumlahan Berulang.................................................................... 21 Gambar 2.3 Respon Verbal................................................................................. 22 Gambar 2.4 Garis Bilangan................................................................................. 22 Gambar 2.5 Barisan Objek dalam Kolom........................................................... 23 Gambar 2.6 Literature Map dari Penelitian yang Relevan................................. 39 Gambar 2.7 Alur Pengembangan Alat Peraga.................................................... 41 Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg & Gall....................................................................... 45 Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Research and Development yang Bersifat Mengembangkan Produk yang Telah Ada......................... 46 Gambar 3.3 Langkah-langkah Penelitian............................................................ 49 Gambar 3.4 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan........ 81

xxii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gambar 3.5 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Wawancara..................... 81 Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara............................................. 111 Gambar 4.2 Triangulasi Data berdasarkan Teknik Pengumpulan Data.............. 126 Gambar 4.3 Triangulasi Aksi Terhadap Instrumen Tes...................................... 133 Gambar 4.4 Mulitiplication Board...................................................................... 140 Gambar 4.5 Papan Perkalian............................................................................... 146 Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Manik-Manik, Pion, Mangkuk, Kartu Soal, dan Kartu Angka......................................................... 147 Gambar 4.7 Perbedaan Nilai Pretest dan Posttest Siswa.................................... 152 Gambar 4.8 Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Posttest..............................153

xxiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 INSTRUMEN IDENTIFIKASI POTENSI MASALAH 1.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli................. [1] 1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II oleh Ahli.................... [3] 1.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Ahli...................[5] 1.4 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Senior...... [7] 1.5 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II.... [9] LAMPIRAN 2 INSTRUMEN KUESIONER ANALISIS KEBUTUHAN 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II oleh Ahli................................................................................[11] 2.2 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II oleh Ahli.............................................................................. [16] 2.3 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II oleh Guru Senior.................................................................. [19] 2.4 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II............................................................... [22] 2.5 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Senior............................ [25] 2.6 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II.......................... [31] 2.7 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II......................... [37] LAMPIRAN 3 INSTRUMEN VALIDASI PRODUK 3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Pakar Montessori........................... [43] 3.2 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Senior.................................... [45] 3.3 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Kelas II................................. [47]

xxiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3.4 Hasil Validasi Soal Tes oleh Ahli................................................................ [49] 3.5 Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Senior................................................... [53] 3.6 Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Senior....................................... [58] 3.7 Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Kelas II................................................. [63] 3.8 Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Kelas II.................................... [68] 3.9 Hasil Uji Empiris......................................................................................... [73] 3.10 Hasil Uji Reliabilitas................................................................................. [77] 3.11 Hasil Observasi Pembelajaran Matematika di Kelas II............................. [78] LAMPIRAN 4 HASIL UJI COBA LAPANGAN TERBATAS 4.1 Hasil Pretest................................................................................................. [82] 4.2 Hasil Posttest............................................................................................... [86] 4.3 Hasil Validasi Produk oleh Siswa................................................................ [90] LAMPIRAN 5 ALBUM ALAT PERAGA..................................................... [94] LAMPIRAN 6 SURAT 6.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian........................................................... [105] 6.2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian........................................................[106] LAMPIRAN 7 DOKUMENTASI.................................................................[107]

xxv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga perguruan tinggi (Susanto, 2013:183). Pada tingkat SD mata pelajaran Matematika diberikan untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan Matematika dalam membantu menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan menjadi bekal dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Matematika sendiri berfungsi utuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dan menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003). Selain itu pada bangku SD, Matematika berfungsi sebagai pengembang logika berpikir dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk aljabar, aritmatika, geometri, dan analitik. Matematika juga berfungsi dalam mengembangkan kemampuan menghitung, membandingkan, mengukur, dan menaksir yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan kognitif pada siswa. Menurut

Susanto

(dalam

Febrianty

2014:3)

berhitung

adalah

kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan kemampuan dan karakteristiknya. Karakteristik perkembangan setiap anak dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya yang sejalan dengan perkembangan 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2

kemampuan anak dan meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah dan pengurangan. Semakin meningkatnya jenjang pendidikan yang ditempuh maka semakin berkembang juga potensi yang dimiliki siswa. Sehingga dengan berkembangnya kemampuan tersebut, siswa semakin mampu dalam menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah dari yang sederhana hingga masalah yang kompleks. Dalam kegiatan berhitung bilangan, kita mengenal beberapa operasi. Operasi Matematika merupakan proses perhitungan dalam Matematika yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, penarikan akar, dan pemangkatan. Bagi siswa tingkat SD perhitungan yang mulai dirasa sulit salah satunya adalah operasi perkalian. Perkalian adalah bentuk lain dari penjumlahan berulang (Soesilowati, 2011:35). Perkalian merupakan proses aritmatika dasar di mana satu bilangan dilipatgandakan sesuai dengan bilangan pengalinya. Materi perkalian pada kelas II merupakan lanjutan dari materi penjumlahan. Di mana materi perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan berulang. Sekarang ini kemampuan dalam menggunakan operasi hitung perkalian menjadi perhatian bagi pendidik dan orang tua karena manfaatnya dapat digunakan dalam kehidupan seharihari. Namun masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menggunakan operasi hitung perkalian, baik dalam memahami konsep perkalian maupun dalam menentukan hasil perkalian. Berdasarkan pengalaman mengajar Matematika di beberapa sekolah, banyak siswa yang pada awalnya menganggap Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Namun seiring samakin meningkatnya tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3

kesulitan materi Matematika, siswa menjadi malas dalam mempelajari Matematika. Kemalasan siswa tersebut bisa jadi disebabkan karena proses belajar mengajar yang tidak efektif, guru kurang tepat dalam menentukan model pembelajaran, tidak dimanfaatkannya alat peraga sebagai media belajar, siswa tidak mengetahui cara dalam menyelesaikan persoalan Matematika, ataupun karena siswa takut salah dalam menentukan hasil persoalan tersebut. Akibatnya siswa menjadi tidak tertarik dengan Matematika, bahkan menjadi tidak menyukai pelajaran Matematika. Permasalahan ini juga terjadi di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 18 November 2016 dengan guru SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, diperoleh informasi bahwa siswa masih cenderung menghafal dalam menentukan hasil dari perkalian namun belum menguasai konsep perkalian. Hal tersebut menyebabkan siswa seringkali salah dalam menentukan hasil perkalian. Dari kegiatan wawancara lanjutan pada 7 Desember 2016 dengan guru kelas I, II, dan III SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta diperoleh hasil bahwa guru masih cenderung menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar guru masih belum maksimal dalam menggunakan alat peraga, terutama alat peraga perkalian dikarenakan kurang

tersedianya

alat

peraga

sebagai

alat

bantu

pembelajaran.

Kecenderungan guru dalam menggunakan metode ceramah ketika mengajar dan kurangnya pemanfaatan alat peraga menjadi salah satu faktor pemicu munculnya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Belajar sendiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4

merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru (Susanto, 2013:4). SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta memiliki alat peraga berupa sebuah papan yang menyerupai tabel perkalian namun bilangan pada tabel perkalian tersebut disusun menggunakan satuan bangun. Penggunaannya pun menyerupai tabel perkalian sehingga ketika siswa diminta untuk menentukan hasil perkalian menggunakan alat tersebut siswa mampu menjawab dengan baik. Tetapi ketika siswa diminta menentukan hasil perkalian tanpa menggunakan bantuan alat peraga, siswa masih merasa kesulitan. Siswa pada bangku SD (7-11 tahun) mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkret (Susanto, 2013:77). Oleh sebab itu dibutuhkanlah alat peraga yang dapat membantu dalam pemahaman siswa, terutama sebagai alat bantu hitung pada materi perkalian. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Djamarah (dalam Sundayana, 2015:24) bahwa di dalam kegiatan belajar mengajar ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan alat peraga sebagai perantara. Menurut Ali (dalam Sundayana 2015:7) alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Manfaat dari alat peraga sendiri terbukti mampu meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Febrianty dan Widayati (2014) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5

peraga Montessori terhadap kemampuan berhitung anak di KB-TK Arisska. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang dilakukan oleh Linda (2010) yang menyatakan adanya peningkatan kemampuan berhitung perkalian melalui metode jarimatika. Dari beberapa penelitian tersebut dan berdasarkan analisis kebutuhan guru kelas II, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dan pengembangan (research and development) alat peraga Montessori materi perkalian untuk siswa kelas II SD. Peneliti memilih alat peraga Montessori sebagai alat bantu agar mempermudah siswa untuk mempelajari perkalian dan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Selain itu siswa akan lebih memperoleh kesempatan untuk mengembangkan semua potensi yang ada. Siswa akan menemukan dalam dirinya sendiri kekuatan, kelemahan, kemampuan, dan minatnya bahkan kebutuhannya sendiri sehingga memberi peluang bagi siswa untuk berkembang seutuhnya baik fisik, intelektual, bahasa, dan perilaku. Siswa akan terbiasa menggunakan seluruh aspek panca inderanya sehingga terlatih dengan baik, dan secara alamiah memotivasi siswa untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam lagi. Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang digunakan dalam pendidikan Montessori hasil rancangan dokter dari Italia bernama Maria Montessori. Alat peraga Montessori materi perkalian yang akan dikembangkan yaitu Multiplication Board (papan perkalian). Alat peraga tersebut berupa sebuah papan yang dapat digunakan untuk menentukan hasil perkalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6

Pada alat peraga papan perkalian terdapat bilangan 1-10 yang dituliskan secara menyamping pada sisi atas papan dan terdapat lubang pada sisi kiri papan untuk meletakkan kartu bilangan. Secara vertikal tepat di bawah masingmasing bilangan terdapat lubang-lubang kecil berjumlah 10 lubang tiap kolomnya. Sehingga terdapat 100 lubang yang nantinya akan diisi dengan manik-manik. Namun alat peraga ini tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan soal perkalian yang membutuhkan lebih dari 10 manik-manik untuk merepresentasikan bilangan yang akan dikali. Kemudian peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian menjadi 20 lubang secara menyamping (horisontal) dan 20 lubang secara menurun (vertikal) pada setiap kolomnya, sehingga seluruhnya terdapat 400 lubang. Kemudian lubang yang digunakan untuk memasukkan kartu bilangan dipindah ke bagian atas papan. Karena apabila lubang tersebut tetap berada pada sisi kiri papan, maka alat peraga ini tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan soal perkalian dengan bilangan lebih dari 20. Sehingga pada alat peraga ini, angka 1-20 akan dituliskan secara menurun atau vertikal pada sisi kiri papan. Bentuk alat peraga ini menyerupai bentuk tabel perkalian, di mana nantinya hasil perkalian yang berupa bilangan akan direpresentasikan menggunakan manik-manik. Manikmanik yang digunakan terdiri dari 3 warna yaitu hijau, biru, dan merah di mana setiap

warna

memiliki

arti

dan

perannya

masing-masing.

Peneliti

mengembangkan alat tersebut guna mempermudah siswa dalam memahami konsep perkalian dan mempermudah dalam menentukan hasil perkalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggandaan alat peraga Montessori yang telah dijelaskan oleh Maria Montessori sendiri dalam Metode Montessori. Menurut Montessori (dalam Gutek, 2013:240) alat peraga Montessori memiliki ciri menarik (memiliki keindahan), bergradasi, memiliki pengendali kesalahan (auto correction), kemandirian (auto education), dan kontekstual. Peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian dengan tujuan membantu siswa dalam memahami materi konsep perkalian dan membantu siswa dalam menentukan hasil perkalian tidak lebih dari 2 digit. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta pada siswa kelas II dengan jumlah 10 siswa pada semester genap 2016/2017. Peneliti memilih SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta sebagai tempat penelitian dikarenakan SD tersebut memiliki kebutuhan dalam hal alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Produk yang dihasilkan berupa alat peraga berbasis Montessori menyerupai Multiplication Board yang diuji cobakan secara terbatas pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Pemahaman siswa terhadap konsep perkalian dirasa masih kurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8

2. Siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan perhitungan perkalian terutama bagi siswa kelas II SD. 3. Kurangnya alat peraga perkalian sebagai media pembelajaran guna membantu meningkatkan pemahaman siswa.

C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana ciri-ciri alat peraga Montessori yang dikembangkan dalam menentukan konsep dan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta? 2. Bagaimana pengembangan alat peraga Montessori dalam menentukan konsep dan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta?

D. Tujuan Penelitian 1. Alat peraga Montessori yang dikembangkan sesuai dengan ciri-ciri yang sudah ditentukan dalam Metode Montessori. 2. Mengembangkan alat peraga Montessori guna menentukan hasil perkalian pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan alat peraga serta dapat dijadikan bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9

kajian bagi para pembaca, khususnya mengenai penggunaan alat peraga Montessori sebagai alat bantu hitung. 2. Manfaat Praktis a. Bagi

peneliti,

dapat

menambah

pengetahuan

dan

dapat

mengembangkan ilmu-ilmu yang telah didapatkan. b. Bagi guru SD, dapat menambah ilmu pengetahuan untuk mengajarkan berhitung pada siswa SD khususnya kelas II dengan menggunakan alat peraga Montessori. c. Bagi siswa, dapat membantu dalam menentukan hasil perkalian dengan cara yang menarik dan memperoleh pengalaman dalam menggunakan alat peraga Montessori. d. Bagi sekolah, dapat mendorong dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pemanfaatan alat perga dalam kegiatan belajar mengajar. e. Bagi pengembang, perencanaan, penyelenggara dan pelaksana lembaga pendidikan agar penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan, perencanaan, dan penyelengaraan program pendidikan siswa SD khususnya kelas II.

F. Spesifikasi Produk Produk dari pengembangan ini adalah alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dan buku panduan cara penggunaan alat tersebut. Alat peraga ini terdiri dari sebuah papan dan sebuah kotak yang berisi pion,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10

mangkuk, kartu soal beserta jawabannya, dan manik-manik. Berikut desain alat peraga papan perkalian berbasis Montessori:

Gambar 1.1 Alat Peraga Papan Perkalian

Gambar 1.1 merupakan desain dari alat peraga papan perkalian Montessori. Pada papan perkalian terdapat tanda operasi perkalian pada sisi pojok kiri atas, angka 1-20 yang disusun secara menurun (vertikal) pada sisi kiri papan, lubang-lubang kecil tepat di sisi kanan angka. Pada setiap sisi kanan angka terdapat 20 lubang sehingga secara keseluruhan terdapat 400 lubang. Selain itu juga terdapat satu lubang lainnya pada bagian tengah atas papan. Lubang ini digunakan untuk menaruh kartu yang bertulis bilangan yang akan dikalikan. Sedangkan lubang-lubang pada tengah papan berguna untuk menaruh manik-manik yang nantinya akan digunakan dalam menyelesaikan persoalan perkalian dan menunjukkan hasil perkalian. Pada sisi kanan atas juga terdapat tulisan Multiplication Board yang menunjukkan nama dari alat tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

TEMPAT MANGKUK

TEMPAT MANIK-MANIK

TEMPAT MANIK-MANIK

TEMPAT MANIK-MANIK

TEMPAT KARTU SOAL TEMPAT KARTU ANGKA TEMPAT PION

Gambar 1.2 Kotak Kartu Soal Beserta Jawaban, Kartu Angka, Pion, Mangkuk, Dan Manik-Manik

Gambar 1.2 merupakan desain dari kotak soal dan manik-manik. Kotak tersebut berisikan pion, mangkuk, manik-manik, kartu soal beserta jawabannya, dan kartu bilangan yang akan dikalikan.

Gambar 1.3 Pion

Gambar 1.4 Mangkuk

Gambar 1.5 Manik-manik

Gambar 1.3 merupakan pion yang akan digunakan sebagai penunjuk faktor pengali dan batas bilangan yang akan dikalikan. Gambar 1.4 merupakan mangkuk yang akan digunakan sebagai tempat manik-manik ketika sedang dilakukan penghitungan. Gambar 1.5 merupakan manik-manik yang akan digunakan. Berikut adalah desain kartu soal:

𝟏𝟏×𝟑 = ⋯

𝟑𝟑

Gambar 1.6 (a) Contoh kartu soal tampak depan berisikan soal

Gambar 1.6 (b) Contoh kartu soal tampak belakang berisikan jawaban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12

Gambar 1.6 (a dan b) merupakan gambar kartu soal beserta jawaban. Kedua sisi pada kartu soal akan digunakan untuk menuliskan soal dan jawaban. Pada tampak depan kartu terdapat sebuah soal perkalian yang nantinya akan diselesaikan dengan bantuan alat peraga papan perkalian. Sedangkan pada sisi sebaliknya akan terdapat sebuah bilangan yang merupakan hasil perkalian dari soal yang ada di sisi depannya.

3 Gambar 1.7 Contoh kartu angka yang akan dikalikan

Gambar 1.7 merupakan gambar kartu angka yang akan dikalikan Untuk kartu angka digunakan sebagai penunjuk bilangan yang akan dikalikan, yang nantinya akan dimasukkan ke dalam slot yang berada pada bagian tengah atas papan perkalian.

G. Definisi Operasional 1. Perkalian adalah penjumlahan berganda dengan suku-suku yang sama. 2. Alat Peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13

3. Pengembangan alat peraga adalah memvalidasi alat peraga yang sudah ada, kemudian ilanjutkan memperbarui alat peraga yang sudah ada, sehingga nantinya akan menciptakan alat peraga yang baru. 4. Alat Peraga Multiplication Board adalah benda nyata berupa alat yang dugunakan untuk membantu dalam menyelesaikan dan menentukan hasil dari persoalan perkalian sederhana Matematika 5. Metode Montessori adalah metode yang dirancang untuk menumbuhkan kepekaan indra anak-anak dan ketrampilan manual, memberi mereka sejumlah pilihan di dalam lingkungan yang terstruktur, membangun iklim ketertiban, dan menumbuhkan kemandirian dan keyakinan diri dalam mempraktikkan ketrampilan-ketrampilan.

H. Sistematika Penulisan Secara garis besar, skripsi ini terdiri dai 5 bab denan beberapa sub bab. Agar lebih mudah dalam memahami serta mendapat arah dan gambaran yang jelas mengenai hal yang tertulis, berikut sistematika penulisan secara lengkap. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian yang meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis; spesifikasi produk; definisi operasional; dan sistematika penulisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang kajian pustaka yang meliputi perkembangan anak dan Matematika. Dalam Matematika kembali dijabarkan mengenai pengertian Matematika, pembelajaran Matematika, perkalian, kesulitan belajar Matematika, alat peraga pembelajaran, alat peraga Matematika, sejarah Montessori, dan alat peraga Montessori. Selain itu peneliti juga menjelaskan mengenai penelitian yang relevan dan kerangka berfikir BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang jenis penelitian; setting penelitian yang meliputi objek penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian; rancangan penelitian; prosedur pengembangan;

instrumen

penelitian yang meliputi pedoman wawancara, kuesioner, pedoman observasi; teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan tentang hasil penelitian yang meliputi pengumpulan data, perencanaan, dan pengembangan desain. Selain itu juga diuraikan pembahasan dari hasil penelitian BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dibahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir. A. KAJIAN PUSTAKA Pada kajian pustaka akan dijelaskan mengenai teori-teori perkembangan anak dan Matematika yang akan dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut: 1. Perkembangan Anak Hendaknya seorang guru terutama di Sekolah Dasar (SD) memahami karakteristik siswa yang diajarnya. Karena anak usia dini terutama di kelas awal berada pada masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting pada kehidupan seseorang. Oleh karena itu seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa SD perlu didorong agar mampu berkembang secara optimal. Perkembangan yang dimaksud adalah perubahan yang berfungsi untuk mencapai penyempurnaan dalam menunjukkan cara peserta didik bertingkah laku dan berinteraksi dengan lingkungan (Agustina, 2014:4). Sebagaimana dikemukakan oleh Piaget (dalam Hosnan, 2016:146) yang mengamukakan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak secara garis besar dikelompokkan menjadi 4 tahap yaitu: a) sensori motor (usia 0-2 tahun) b) pra-operasional (usia 2-7 tahun) c) operasional konkret (usia 7-11 tahun) d) operasional formal (usia 11-15 tahun). 15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16

Dengan mengacu teori Piaget tersebut, maka dapat diketahui bahwa anak usia SD berada pada tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) di mana anak mulai menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut: a) Anak mulai memandang dunia secara objektif dan memandang unsurunsur secara serentak. b) Anak mulai mampu memahami aspek-aspek kumulatif seperti: volume, jumlah, berat, luas, panjang, dan pendek. c) Anak dapat mengklasifikasikan benda-benda yang bervariasi beserta tingkatannya. d) Anak mampu membentuk dan menggunakan keterhubungan aturanaturan, prinsip lmiah seerhana, dan menggunakan hubungan sebab akibat. e) Anak mampu memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, pendek, lebar, luas, sempit, ringan, dan berat (dalam Gunarsa, 1981:156158). Berdasarkan teori perkembangan anak tersebut dapat disimpulkan bahwa secara bertahap anak mampu membangun pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan. Selain itu perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dalam diri dan lingkungannya.

2. Matematika Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian Matematika, pembelajaran Matematika, perkalian, kesulitan belajar Matematika, alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17

peraga pembelajaran, alat peraga Matematika, sejarah Montessori, dan alat peraga Montessori yang akan dipaparkan oleh para ahli sebagai berikut: a. Pengertian Matematika Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran. Selain itu Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan, terutama dalam mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Depdiknas (dalam Susanto, 2013:184) kata Matematika berasal dari bahasa Latin, mathanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”. Sedangkan dalam bahasa Belanda, Matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang semuanya berkaitan dengan penalaran. Menurut Susanto (2013:183) pengertian Matematika yaitu salah satu disiplin ilmu berupa ide-ide abstrak yang berisi simbol-simbol. Matematika

dapat

meningkatkan

kemampuan

berpikir

dan

berargumentasi, berkontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, sehingga konsep-konsep Matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol tersebut. Selain itu Matematika juga dapat memberikan dukungan dalam pengembangan lmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan pendapat Beth dan Piaget (dalam Runtukahu, 2014:28) mengatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan berhubungan antar struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Pendapat tersebut juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18

dikuatkan oleh Marshall Walker (dalam Sundayana, 2015:3) yang menyatakan bahwa Matematika dapat didefinisikan sebagai studi tentang struktur-struktur abstrak dengan berbagai hubungannya. Sementara Kline mengatakan bahwa Matematika adalah pengetahuan yang tidak berdiri sendiri, tetapi dapat membantu manusia untuk memahami dan memecahkan permasalahan sosial, ekonomi, dan alam (dalam Runtukahu, 2014:28). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan permasalahan dalam berbagai bidang ilmu.

b. Pembelajaran Matematika Pembelajaran merupakan kontribusi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik (Susanto, 2013:185). Menurut Corey (dalam Susanto, 2013:186) pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu. Adapun menurut Dimyati (dalam Susanto, 2013:186) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Susanto (2013:186) menyatakan pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19

mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi Matematika. Guru menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa mencapai tujuan secara optimal. Selain itu guru harus mampu menempatkan dirinya secara dinamis dan fleksibel sebagai informan, transformator, organizer, serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar siswa yang dinamis dan inovatif. Sehingga dalam memperoleh pengetahuan yang dibangunnya sendiri, siswa tidak menerimanya secara pasif melainkan secara aktif. Sejalan dengan pendapat Piaget bahwa pengetahuan bukan hanya kematangan siswa, bukan pengaruh guru dan lingkungan saja, melainkan interaksi antara keduanya (Gunarsa, 1981:134-135). Dalam proses pembelajaran Matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Menurut Wragg (dalam Susanto, 2013:188) pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20

Dengan demikian, proses pembelajaran Matematika bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya. Pada hakikatnya Matematika tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dan memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Perkalian Perkalian sebenarnya adalah bentuk lain dari penjumlahan yang berulang (Soesilowati, 2011:35). Menurut Runtukahu (2014:117) perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata, sehingga pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan contoh soal dalam memperkenalkan perkalian: “Ada tiga orang memancing ikan, masingmasing mendapat 4 ekor, berapa ekor jumlah seluruh ikan?”. Untuk menyelesaikan soal tersebut diperlukan pengalaman awal dalam mengenal perkalian bagi siswa berkesulitan belajar dengan visualisasi dan verbalisasi, berikut model-model yang dapat digunakan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21

1) Kelompok objek yang sama

#### #### #### Gambar 2.1 Kelompok objek yang sama

Pada gambar 2.1 simbol pagar (#) menunjukkan kelompok objek yang sama, dalam hal ini objek yang dimaksud yaitu ikan yang diperoleh dari hasil memancing. “Ada tiga orang memancing ikan”, sehingga pada gambar 2.1 terdapat 3 baris simbol pagar (#), di mana setiap baris terdapat 4 pagar karena “masing-masing mendapat 4 ekor”. Sehingga dapat diartikan pada baris pertama ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang pertama, baris kedua menunjukkan ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang kedua, dan baris ketiga menunjukkan ada 4 ekor ikan yang berhasil dipancing oleh orang ketiga. Apabila dihitung, ketiga orang tersebut berhasil memancing ikan sebanyak 12 ekor. 2) Penjumlahan berulang

4 4 4 Gambar 2.2 Penjumlahan berulang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22

Pada gambar 2.2 terdapat 3 baris angka 4, hal ini menunjukkan bahwa ketiga orang tersebut berhasil memancing 4 ekor ikan. Sehingga dapat dihitung 4 ekor ikan ditambah 4 ekor ikan ditambah 4 ekor ikan hasilnya adalah 12 ekor ikan. 3) Respon verbal

3 kelompok 4-an Gambar 2.3 Respon verbal

Gambar 2.3 menunjukkan adanya 3 kelompok 4-an yang artinya ada 4 ekor ikan sebanyak 3 kelompok. Dalam hal ini kelompok yang dimaksud adalah 3 orang yang memancing ikan. Dapat dituliskan dalam bentuk Matematika 3×4 = 4 + 4 + 4. Sehingga diperoleh 12 ekor ikan sebagai hasil memancing. 4) Garis bilangan

0

4

8

12

Gambar 2.4 Garis bilangan

Pada gambar 2.4 menunjukkan adanya garis bilangan dengan kelipatan 4 sebanyak 3 kali yang dimulai dari angka 0 dan berakhir pada angka 12. Hal ini ini menunjukkan bahwa tiga orang pemancing berhasil memancing 12 ekor ikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23

5) Barisan objek dalam kolom

Gambar 2.5 Barisan objek dalam kolom

Pada gambar 2.5 terdapat objek kotak () yang disusun menjadi 3 baris 4 kolom, sehingga jika dihitung akan ada 12 kotak (). Hal ini ini menunjukkan bahwa terdapat tiga orang pemancing, di mana setiap pemancing berhasil memancing 4 ekor ikan. Sehingga jumlah seluruh ikan yang berhasil dipancing ada 12 ekor. Diketahui

bahwa

perkalian

merupakan

bentuk

lain

dari

penjumlahan berulang. Perkalian dapat diselesaikan menggunakan 2 cara penyelesaian, yaitu cara bersusun pendek dan cara bersusun panjang. Misalkan kita akan menentukan hasil perkalian dari “12×3” dengan cara: 1) Bersusun panjang 𝟏𝟐 𝟑 𝟔 𝟑𝟎

×

+

𝟑 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 ×𝟐 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 = 𝟔 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 𝟑 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏×𝟏 𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉𝒂𝒏 = 𝟑𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉𝒂𝒏

𝟑𝟔 Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dari 12×3 adalah 36.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24

2) Bersusun pendek 𝟏𝟐 𝟑

×

𝟑𝟔 𝟑×𝟐 = 𝟔 𝒔𝒂𝒕𝒖𝒂𝒏 𝟑×𝟏 = 𝟑 𝒑𝒖𝒍𝒖𝒉𝒂𝒏 Sehingga dapat dituliskan hasil dari 12×3 adalah 36. d. Kesulitan Belajar Matematika Menurut Lerner, salah satu karakteristik anak berkesulitan belajar adalah ia mengalami kesulitan belajar. Heward & Orlansky menyatakan, anak-anak berkesulitan belajar agak sukar dibedakan dari anak-anak yang berprestasi akademik kurang, tunagrahita ringan, atau tunalaras ringan (dalam Runtukahu, 2014:19). Berkesulitan belajar artinya ketidakmampuan belajar. Terdapat sekitar 12 definisi kesulitan belajar, walaupun berbeda-beda namun definisi kesulitan belajar memiliki kesamaan yaitu: 1) Kesulitan belajar menyangkut kesulitan dalam pencapaian dan pengembangan akademik, 2) Kesulitan belajar menyangkut kekurangan dalam pola perkembangan bahasa, pengembangan fisik, pengembangan akademik seperti Matematika dan/atau pengembangan perseptual, dan 3) Tidak termasuk dalam lingkungan yang tidak mendukung (Runtukahu, 2014:20). Dipandang dari segi sindrom psikologis, menurut Lerner berkesulitan belajar dapat digolongkan dalam tiga jenis, yaitu ketidakmampuan dalam membaca atau disleksia (dyslexia), ketidakmampuan dalam menulis atau disgrafia (dysgraphia), dan ketidakmampuan dalam berhitung atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25

diskalkulia (dyscalculia). Abulrahman menyatakan bahwa pada umumnya guru memandang anak dengan prestasi belajar rendah adalah anak berkesulitan belajar (dalam Runtukahu, 2014:21). Sedangkan kesulitan belajar sendiri sering tidak teridentifikasi pada usia muda, tetapi nanti pada usia sekolah dan berlangsung seumur hidup. Menurut Lerner, faktor penyebab kesulitan belajar sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi dapat dikemukakan beberapa penyebabnya yaitu: 1) Keturunan Keturunan dapat menyebabkan kesulitan belajar, tetapi tidak semua pakar Pendidikan Luar Biasa (PLB) menyetujuinya dikarenakan laporan-laporan hasil penelitian yang berbeda. 2) Otak tidak berfungsi Tidak berfungsinya otak dapat menyebabkan anak berkesulitan belajar karena otak tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu anak berkesulitan belajar sering disebut anak yang mengalami kerusakan otak ringan. Walaupun tidak semua anak berkesulitan belajar mengalami kerusakan otak, namun dalam bidang kedokteran istilah ini masih sering digunakan. 3) Lingkungan dan kurang gizi (malnutrisi) Lingkungan yang dimaksud yaitu tekanan atau sikap negatif masyarakat terhadap anak penyandang cacat dan keluarganya. Sedangkan kurang gizi (malnutrisi) pada usia dini dapat mempengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26

pusat sistem saraf yang selanjutnya akan mempengaruhi belajar dan perkembangan anak. 4) Ketidakseimbangan biokimia Ketidakseimbangan biokimia dikhususkan pada darah anak yang tidak dapat mempertahankan jumlah vitamin dalam tubuhnya. Pemberian vitamin diupayakan untuk mengatasi kesulitan belajar, namun ada yang berhasil dan ada yang tidak. Penyebab kesulitan belajar kadang tidak dapat ditemukan atau diperbaiki. Oleh sebab itu Kirk dan Gallagher mengemukakan 4 faktor penyebab kesulitan belajar yaitu: 1) Faktor kondisi fisik Kurangnya penglihatan dan pendengaran menjadi faktor tidak menunjangnya anak dalam belajar. 2) Faktor lingkungan Keadaan keluarga, masyarakat, pengajaran di sekolah, dan kurangnya perhatian dalam belajar menyebabkan anak sulit dalam belajar. 3) Faktor motivasi dan sikap Kurangnya motivasi belajar dapat menyebabkan anak kurang percaya diri dan menimbulkan perasaan negatif terhadap sekolah. 4) Faktor psikologis Kurang persepsi, ketidakmampuan kognitif, dan lamban dalam bahasa dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik (dalam Runtukahu, 2014:22)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27

e. Alat Peraga Pembelajaran Matematika Alat peraga merupakan media yang dapat dipergunakan sebagai pembawa pesan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Pesan yang dimaksud adalah materi pelajaran, di mana keberadaan media tersebut dimaksudkan agar pesan dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Menurut Ruseffendi (dalam Sundayan, 2015:7) alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep Matematika. Sedangkan alat peraga Matematika adalah benda konkret yang dibuat atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan konsep Matematika (Pramudjono dalam Sundayana, 2015:7). Fungsi alat peraga secara umum menurut Sudjana dan Rivai (dalam Sundayana, 2015:8) dan Sastradiradja (1971:1) yaitu: 1) Sebagai alat bantu untuk menstimulus siswa dalam mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. 2) Alat peraga bukan sebagai alat hiburan, akan tetapi alat ini dijadikan untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga proses belajar mengajar lebih menarik perhatian siswa. 3) Diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar serta dapat membantu siswa dalam menangkap pengertian yang disampaikan oleh guru dan mengingatnya lebih lama. 4) Menghadirkan situasi belajar yang lebih konkret (nyata), sehingga konsep Matematika yang abstrak, menjadi dapat lebih mudah dipahami dan dimengerti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28

Sedangkan fungsi alat peraga bagi guru yaitu: 1) Mempermudah pencapaian tujuan belajar. 2) Menciptakan suasana pembelajran kondusif. 3) Menciptakan pembelajaran efektif dan efisien. 4) Memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran yang bersifat abstrak. 5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi pelajaran. 6) Menghindari pembelajaran verbalisme. (Sundayana, 2015:10). Adapun fungsi alat peraga bagi siswa menurut Sanaky (dalam Sundayana, 2015:11) yaitu: 1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajaran. 2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajaran. 3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan siswa untuk belajar. 4) Memberikan inti informasi, pokok-pokok secara sistematik sehingga memudahkan siswa untuk belajar. 5) Merangsang siswa untuk berfokus dan beranalisis. 6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan. 7) Siswa dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan guru lewat alat peraga. Kriteria alat peraga yang baik yaitu: 1) Memperhatikan kondisi guru dan siswa. 2) Sederhana.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29

3) Langsung mengemukakan isi dan arti. 4) Jelas dan bentuk yang benar. 5) Tidak membingungkan. (Sastradiradja, 1971:6) Menurut Rusefendi (dalam Sundayana, 2015:18) beberapa persyaratan alat peraga Matematika antara lain: 1) Tahan lama. 2) Bentuk dan warnanya menarik. 3) Sederhana dan mudah dikelola. 4) Ukurannya sesuai. 5) Dapat menyajikan konsep Matematika baik dalam bentuk real, gambar, atau diagram. 6) Sesuai dengan konsep Matematika. 7) Dapat memperjelas konsep Matematika dan bukan sebaliknya. 8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi siswa. 9) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga. 10) Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah lipat (banyak). Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru agar alat peraga dapat efektif dalam penggunaannya: 1) Menentukan tujuan dan memilih materi yang diteliti 2) Persiapan guru 3) Persiapan kelas/murid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30

4) Penyajian bahan 5) Keaktifan dan pemakaian 6) Evaluasi pelajaran dan metode penggunaan (Sastradiradja, 1971:9).

f. Sejarah Montessori Sejarah Montessori ini disarikan dari buku Metode Montessori (Gutek:2013) dan Sejarah Pendekatan Montessori (Magini:2013) Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870 di Chiaravalle, Provinsi Ancona, Italia. Dia diakui sebagai salah satu pendidik besar. Kisah hidupnya merupakan sebuah kisah seorang perempuan yang berdedikasi menggunakan kemampuan ilmiah, pengalaman, dan wawasannya untuk mengembangkan sebuah metode pendidikan yang melawan pola-pola konvensional. Saat berusia enam tahun, Maria memasuki SD di Roma. Sejak SD, Maria sudah memiliki ketertarikan yang besar terhadap ilmu Matematika. Sewaktu SMA, ia lebih memilih jurusan teknik. Maria Montessori diterima di Regia Scuola Technica Michelangelo Buonarroti, sebuah sekolah teknik negeri. Setelah menyelesaikan studinya, Maria kemudian masuk ke Regio Instituto Technico Leonardo da Vinci, di mana dari 1886-1890-an mengikuti pelajaran-pelajaran di bidang teknik. Ayah Maria lebih berharap agar anaknya memilih sekolah keguruan karena sekolah teknik didomonasi oleh laki-laki. Pada 1890, Maria memutuskan untuk meninggalkan studi teknik dan berpindah ke bidang kedokteran. Selama dua tahun terakhir di sekolah kedokteran, Montessori mendalami pediatri (kedokteran anak) di rumah sakit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31

anak-anak. Dia juga menjadi asisten dokter di rumah sakit perempuan di San Salvator al Laterano dan di Ospedale Santo Spirito untuk pria. Pada 1896, Maria Montessori mencapai prestasi istimewa yaitu menjadi perempuan Italia pertama yang meraih gelar doktor di bidang kedokteran. Pencapaian Montessori di bidang pendidikan dan kedokteran menjadikannya perempuan istimewa di Italia pada peralihan abad tersebut. Dia menjadi anggota delegasi Italia pada Kongres Perempuan Internasional di Berlin pada September 1896. Pada Februari 1899, Montessori melakukan safari kuliah, berbicara tentang “perempuan baru”. Dalam rangka memperjuangkan tercapainya perempuan baru, Montessori menentang sejarawan Prancis Jules Michelet (1798-1874) yang berpendapat bahwa kaum perempuan secara alami bersifat lemah dan memerlukan pengawasan dan pelatihan dari kaum pria yang lebih kuat dan lebih cerdas. Montessori menolak argumen dari teoritikus sindikalis radikal Pierre Joseph Proudhon (1809-1865) yang berpendapat bahwa kapitalisme menurunkan derajat kaum perempuan menjadi ibu rumah tangga atau pelacur. Menurut Montessori: “Pada akhirnya, kaum perempuan di masa depan akan memperoleh hak-hak yang setara dan sekaligus kewajibankewajiban. Perempuan baru tersebut akan menikah dan memiliki anak-anak dengan pilihannya sendiri, bukan karena paksaan, dan dia akan melakukan kontrol atas kesehatan dan kesejahteraan generasi berikutnya dan membangun sebuah kerajaan perdamaian, karena ketika dia dapat berbicara dengan jelas atas nama anak-anaknya dan untuk kepentingan hak-haknya, kaum pria akan medengarkannya.”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32

Pada 1907, ketika Edoardo Talamo Direktur Jenderal dari Instituto Romano di Beni Stabili (Asosiasi Bangunan Baik), meminta Montessori untuk mendirikan sekolah di sebuah wilayah miskin di Roma, yang bernama Casa dei Bambini atau Children’s House. Jumlah murid pada saat itu sebanyak 50 anak, dari usia 3-7 tahun. Montessori memiliki beberapa motif ketika mendirikan Casa dei Bambini, yaitu: pertama, motif sosial dan ekonomi untuk menghasilkan reformasi sosial, khususnya peningkatan kondisi dari kelas pekerja; kedua, motif bahwa sekolah merupakan alat untuk membantu para ibu pekerja yang akan berkontribusi bagi gerakan untuk memperjuangkan kesetaraan dan hakhak bagi kaum perempuan. Reputasi Montessori yang semakin tinggi, menarik perhatian dunia pendidikan di negara-negara Eropa lain dan di Amerika Utara, khususnya di Amerika Serikat. Pada 1910, Montessori telah memperoleh pengakuan sebagai seorang pendidik inovatif yang signifikan di tanah kelahirannya di Italia, di mana ia memipin sebuah sekolah percontohan dan sebuah institut pelatihan bagi para kepala sekolah perempuan.

g.

Alat Peraga Montessori Alat peraga Montessori memiliki ciri memiliki pengendali kesalahan (auto correction), kemandirian (auto education), menarik (memiliki keindahan), bergradasi, dan kontekstual (Montessori dalam Gutek, 2013:240). Penjelasan dari lima ciri tersebut yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33

1) Auto-correction Pada alat peraga Montessori memiliki pengendali kesalahan (autocorrection). Sehingga dengan alat peraga ini guru tidak lagi menjadi pengendali kesalahan. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui secara mandiri kebenaran ataupun kesalahan dari aktivitas yang dilakukan tanpa bantuan dari orang lain. (Montessori, 2002:171). 2) Auto-education Alat peraga Montessori memilik ciri kemandirian (auto-education) agar memungkinkan siswa untuk menggunakan alat tersebut secara mandiri dan guru berperan sebagai pengamat. Hal ini juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa yang nantinya tidak akan menyulitkan siswa ketika membawa ataupun menggunakan alat tersebut (Montessori, 2002:172-173) 3) Menarik Alat peraga Montessori memilik ciri menarik agar dapat menarik minat siswa dalam belajar. Alat peraga dibuat menarik baik dari segi warna, bentuk, tekstur, dan sebagainya. Keberagaman warna dalam alat peraga Montessori dibuat dengan memperhatikan keindahan di dalamnya, karena alat peraga yang warnanya menarik selain meningkatkan ketertarikan siswa untuk menggunakannya, juga dapat mengaktifkan sensorial siswa (Montessori, 2002:174). 4) Bergradasi Alat peraga Montessori memiliki ciri bergradasi baik dari segi warna, tekstur, maupun berdasarkan usia perkembangan siswa. Ada dua jenis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34

gradasi pada alat peraga Montessori, yaitu gradasi umur dan gradasi rasional. Gradasi umur dapat dilihat berdasarkan penggunaan alat untuk jenjang kelas sebelumnya maupun untuk jenjang kelas selanjutnya. Sedangkan gradasi rasional dapat dilihat berdasarkan penggunaan alat yang melibatkan beberapa indra. Gradasi warna dapat diperkenalkan dengan menggunakan kotak berwarna yang memiliki warna bergradasi misalkan dari warna biru tua ke biru muda. Pada alat peraga inkastri silinder juga terdapat ciri bergradasi di dalamnya. Seperti dilihat dari ukurannya, dari tinggi ke rendah ataupun dari gemuk ke kurus. Sedangkan untuk gradasi bentuk dapat diperkenalkan dengan menggunakan alat peraga Montessori “Pink Tower “. Alat peraga ini berupa kumpulan satuan kubus dengan berbagai ukuran. Dari alat peraga ini siswa akan diminta untuk menyusun kubus satuan dari ukuran yang paling besar sebagai dasar kemudian disusun ke atas dengan ukuran semakin kecil dari kubus di bawahnya. Keberagaman bentuk dan ukuran dari alat peraga pink tower ini, megajarkan siswa untuk membedakan konsep ukuran besar-kecil maupun berat-ringan (Montessori, 2002:174-175) 5) Kontekstual Ciri kontekstual ini merupakan ciri tambahan dari keempat ciri alat peraga Montessori sebelumnya. Menurut Liliard (dalam Prastiwi, 2016:32) proses belajar seharusnya disesuaikan dengan konteks yang ada. Menurut Johnson (dalam Prastiwi, 2016:32) konteks berarti pola hubungan dalam lingkungan langsung sesorang. Diharapkan dengan adanya ciri kontekstual tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35

dapat memanfaatkan bahan maupun potensi yang ada pada lingkungan sekitar sehingga akan muncul hubungan antara pembelajaran dengan konteks yang ada pada lingkungan sekitar. Dengan menggunakan alat peraga, siswa akan memperoleh pengalaman yang relevan sehingga ketika pembelajaran

berlangsung,

siswa

memperoleh

pengalaman

yang

kontekstual yang dapat membantu siswa selama proses belajar. Kelima

ciri

di

atas

mennjadi

pertimbangan

peneliti

dalam

mengembangkan alat peraga Montessori. Sehingga dapat disimpulkan bahwa alat peraga Montessori memiliki ciri auto correction, auti-education, menarik, bergradasi, dan kontekstual. B. Penelitian yang Relevan Pada penelitian ini peneliti menggunakan hasil penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan guna melihat relevansi yang sama dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Hasil penelitian yang digunakan, yaitu: 1. Esterlita Pratiwi (2013) meneliti mengenai “Pengembangan Alat Peraga Montessori untuk Ketrampilan Berhitung Matematika Kelas IV SDN Tamanan

1

Yogyakarta”.

Tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

mengembangkan alat peraga berkualitas sesuai dengan lima ciri alat peraga yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif. Produk yang dikembangkan memperoleh rerata skor 4,65 dengan kategori “sangat baik” dari pakar pembelajaran Matematika, pakar alat peraga Matematika, guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36

kelas, dan sekelompok siswa kelals IV A. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan lima ciri alat peraga yang dijadikan dasar pengembangan alat peraga Montessori. 2. Elfrida Fetra Widyaningrum (2015) meneliti “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis

Metode

Montessori”.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengembangkan alat peraga papan penjumlahan dan pengurangan berbasis metode Montessori sesuai dengan ciri-ciri spesifik yang ditetapkan dengan kualitas baik untuk siswa kelas II. Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau sering disebut research and development. Beberapa langkah penelitian mengadopsi model Sugiyono serta Borg and Gall yang dimodifikasi menjadi lima langkah antara lain identifikasi potensi masalah, perencanaan, pengembangan desain, validasi produk, dan uji coba lapangan terbatas. Hasil dari penelitian ini adalah prototipe alat peraga Matematika berbasis metode Montessori berupa papan penjumlahan dan pengurangan. 3. Vincentia Orisa Ratih Prastiwi (2016) meneliti mengenai “Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika Unruk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori”. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangkan alat peraga papan perkalian dan 2) mengembangkan fungsi alat peraga papan perkalian yang berkualitas sesuai dengan Metode Montessori. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37

pengembangan Research and Development (R&D). Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, tes, dan triagulasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori, sehingga dapat dikatakan alat tersebut layak digunakan untuk proses pembelajaran dan dapat dikembangkan dalam uji coba yang lebih luas. 4. Indah Wahyuningsih (2011) meneliti mengenai “Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pendidikan Montessori terhadap hasil belajar Matematika siswa. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan rancangan penelitian Two Group Randomized Subject Posttest Only. Instrumen penelitian yang diberikan berupa tes bentuk uraian. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji-t untuk menguji hipotesis. Dari hasil penghitungan uji hipotesis diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻𝑎 diterima, Dengan demikian pembelajaran dengan model Pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar Matematika siswa. 5. Sonia Noor Febrianty dan Sri Widayati (2014) meneliti mengenai “Pengaruh Alat Permainan Montessori Terhadap Kemampuan Berhitung Anak 1-10 Kelompok A KB-TK Arisska”. Penelitian ini bertujuan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38

mengetahui pengaruh alat permainan Montessori terhadap kemampuan berhitung anak 1-10 kelompok A KB-TK Arisska Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, desain eksperiman yang digunakan yaitu Pre-Eksperimental Desaign dengan jenis One Group Pretest-Posttest Design. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu statistik yang berupa statistik non parametrik, menggunakan rumus uji jenjang bertanda Wilcoxon (wilcoxon match pairst test). Berdasarkan hasil penelitian data uji Wilcoxon diperoleh bahwa 𝑇ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 0 dan 𝑇𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 52 (0 < 52). Hal ini menunjukkan bahwa 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻0 ditolak. Simpulan penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh alat permainan Montessori terhadap kemampuan berhitung anak 1-10 kelompok A di KB-TK Arisska Tropodo Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo. Secara ringkas kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat literature map dalam gambar di bawah ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39

Metode Montessori Indah Wahyuningsih (2011) Pengaruh Model Pendidikan Montessori Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Alat Peraga Montessori Esterlita Pratiwi (2013) Pengembangan Alat Peraga Montessori untuk Ketrampilan Berhitung Matematika Kelas IV SDN Tamanan 1 Yogyakarta Elfrida Fetra Widyaningrum (2015) Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika SD Materi Penjumlahan dan Pengurangan Berbasis Metode Montessori Vincentia Orisa Ratih Prastiwi (2016) Pengembangan Alat Peraga Pembelajaran Matematika Unruk Siswa Kelas III SD Materi Perkalian Berbasis Metode Montessori Sonia Noor Febrianty dan Sri Widayati (2014) Pengaruh Alat Permainan Montessori Terhadap Kemampuan Berhitung Anak 1-10 Kelompok A KB-TK Arisska

Yang diteliti: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MONTESSORI MATERI PERKALIAN UNTUK SISWA KELAS II SD

Gambar 2.6 Literature Map dari Penelitian yang relevan

Gambar 2.6 merupakan skripsi dan jurnal penelitian yang relevan dan mendukung peneliti dikarenakan hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan. Pembaruan dari penelitian ini yaitu pengembangan alat peraga Montessori papan perkalian yang akan digunakan untuk sisw kelas II SD. Judul skripsi dari pembaharuan ini adalah “Pengembangan Alat Peraga Montessori Materi Perkalian Untuk Siswa Kelas II SD”. C. Kerangka Berpikir Perkembangan kognitif pada siswa adalah suatu proses berfikir berupa kemampuan untuk menghubungkan, memulai, dan mempertimbangkan sesuatu. Salah satu aspek dalam pengembangan kognitif ini adalah pengembangan pembelajaran berhitung perkalian. Sekarang ini kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40

berhitung perkalian banyak menjadi perhatian bagi pendidik dan orang tua. Hal ini disebabkan karena kemampuan berhitung ini banyak diajarkan di sekolah dan diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung perkalian baik dalam memahami konsep perkalian maupun menghitung hasil perkalian. Kesulitan-kesulitan tersebut dihadapi karena kurangnya konsentrasi dalam proses belajar. Minimnya ketersediaan alat peraga menjadi salah satu faktor rendahnya tingkat pemahaman siswa kelas II di SD Kanisius Tegalmulyo pada materi perkalian. Di sisi lain siswa masih kesulitan menentukan permasalahan dan cara penyelesaian soal masih kurang terutama pada soal cerita. Untuk

mengatasi

kesulitan-kesulitan

tersebut

dan

untuk

mengembangkan kemampuan hitung perkalian perlu adanya inovasi pembelajaran dan cara yang tepat. Guru diharapkan memiliki pemikiran yang kreatif dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, salah satunya dengan menggunakan alat peraga. Di antara berbagai macam alat peraga yang ada, peneliti memilih alat peraga papan perkalian berbasis Montessori sebagai sarana pendukung kegiatan belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan alat peraga berbasis Montessori memiliki 5 karakteristik yaitu menarik, bergradasi, autocorrect, auto-educatin, dan kontekstual. Selain itu metode Montessori menekankan pembelajaran yang mandiri guna mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Berdasarkan hasil studi literatur yang peneliti lakukan, diperoleh bahwa metode Montessori sangat efektif dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41

meningkatkan kemampuan belajar siswa dan dapat membantu guru dalam mendampingi belajar siswa. Berikut merupakan alur pengembangan alat peraga dalam gambar di bawah ini:

Alat Peraga

Metode Montessori

Alat Peraga “Multiplication Board” Gambar 2.7 Alur Pengembangan Alat Peraga

Berdasarkan gambar 2.7, alat peraga yang dikembangkan peneliti yaitu “Multiplication Board” (papan perkalian) berbasis Montessori yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam menyelesaikan soal-soal perkalian pada bilangan asli dengan baik dan benar dan sekaligus menambah pemahaman siswa terhadap konsep perkalian. Alat peraga papan perkalian ini menggunakan manik-manik dengan warna yang menarik, memanfaatkan beberapa indra seperti indra peraba, penglihatan, dan pendengaran, memiliki pengendali kesalahan, dan dapat membantu siswa dalam membangun konsep perkalian secara mandiri. Diharapkan dengan menggunakan bantuan alat peraga papan perkalian ini pembelajaran Matematika pun menjadi lebih menarik. Selain itu juga diharapkan dengan bantuan alat peraga tersebut dapat meningkatkan kemampuan dan prestasi belajar siswa SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta pada materi perkalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, prosedur pengembangan, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan jadwal penelitian. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu penelitian dan pengembangan atau sering juga disebut dengan Research and Development (R & D). Menurut Sukmadinata (dalam Widyaningrum, 2015:60) penelitian dan pengembangan

adalah

suatu

proses

atau

langkah-langkah

untuk

mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk lama. Borg and Gall (dalam Sugiyono. 2016:28) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan metode yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk berarti produk itu telah ada, peneliti

hanya

menguji

efektivitas

atau validasi

produk

tersebut.

Mengembangkan produk berarti memperbarui produk yang telah ada atau menciptakan produk baru (Sugiyono, 2016:28). Pada penelitian ini peneliti melakukan pengembangan alat peraga Matematika yang berbasis metode Montessori dengan materi perkalian untuk siswa kelas II SD. Penelitian ini dibatasi hingga uji lapangan terbatas untuk mengetahui kemampuan alat peraga tersebut dalam membantu siswa memahami konsep perkalian dan membantu dalam menentukan hasil perkalian. Selain itu

42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43

penelitian ini menghasilkan sebuah prototipe alat peraga perkalian berbasis metode Montessori.

B. Setting Penelitian Pada subbab ini akan diuraikan mengenai objek penelitian, subjek penelitian, lokasi, dan waktu penelitian. 1. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini yaitu alat peraga papan perkalian berbasis metode Montessori. Alat peraga ini dirancang guna membantu siswa kelas 2 SD dalam memahami konsep perkalian dan membantu dalam menentukan hasil perkalian yang kurang dari 100. Pada penelitian ini peneliti mengembangkan faktor pengali dan bilangan yang dikalikan. Pada alat sebelumnya faktor pengali dan bilangan yang dikali hanya mampu menghitung hingga 10 bilangan, namun pada penelitian ini faktor pengali dan bilangan yang dikali dikembangkan hingga mencapai 20 bilangan. Papan perkalian ini dibuat menggunakan kayu jenis teak yang terdapat 400 lubang dengan ukuran sama yang tersusun dengan rapi. Lubang tersebut nantinya akan digunakaan untuk meletakkan manik-manik ketika melakukan operasi hitung perkalian. Materi perkalian kelas II SD ini disesuaikan dengan Standar Kompetensi 3 yaitu melakukan perkalian dan pembagian bilangan sampai dua angka dan mengacu pada Kompetensi Dasar 3.1 yaitu melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44

2. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta pada semester genap di tahun ajaran 2016/2017. Siswa tersebut berjumlah 10 siswa yang terdiri dari 4 siswa lakilaki dan 6 siswa perempuan.

3. Lokasi Penelitian Lokasi yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian yaitu di SD Kanisius Tegalmulyo yang beralamatkan

Jalan Tegalmulyo 11A

Yogyakarta. Peneliti memilih SD Kanisius Tegalmulyo dikarenakan siswa pada SD tersebut memiliki permasalahan mengenai perkalian yaitu masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep perkalian dan dalam menentukan hasil perkalian. Selain itu SD Kanisius Tegalmulyo berada pada lokasi yang strategis yaitu di tengah kota namun jauh dari kebisingan karena letaknya ada di dalam perkampungan penduduk sehingga akan memungkinkan dalam mencari bahan-bahan yang akan digunakan sebagai alat peraga.

4. Waktu Penelitian Penelitian dan pengembangan ini akan dilakukan selama bulan November 2016 – Maret 2017. Pada bulan November-Desember 2016, peneliti melakukan observasi awal. Januari-Februari 2017 peneliti mulai menyusun rancangan yang dilanjutkan dengan proses validasi instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45

yang akan digunakan. atau dengan kata lain penelitian ini berlangsung selama 4 bulan. Kemudian pada bulan Februari-Maret 2017 mulai dilakukan pengumpulan data untuk penelitian. Selanjutnya pada bulan Maret-April 2017 dilakukan analisis terhadap data yang sudah terkumpul selama penelitian.

C. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dan pengembangan ini akan memaparkan langkahlangkah yang harus dilakukan dalam mengembangkan alat peraga. Penelitian yang peneliti lakukan bersifat meneliti dan mengembangkan produk yang sudah ada. Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2016:35) mengemukakan langkahlangkah penelitian dan pengembangan yang terdiri dari 10 yang digambarkan seperti berikut: Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Perencanaan

Uji Lapangan Operasional

Revisi Terhadap Produk yang Siap Dioperasionalkan

Revisi Produk Akhir

Mengembangkan Produk Awal

Uji Coba Lapangan Utama

Pengujian Lapangan Awal

Revisi Utama

Mendesiminasikan dan Mengimplementasikan Produk

Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg & Gall

Menurut Sugiyono (2016:32) penelitian dan pengembangan mempunyai 4 tingkat kesulitan yaitu meneliti tanpa menguji (tidak membuat dan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46

menguji produk), menguji tanpa meneliti (menguji validitas produk yang telah ada), meneliti dan menguji dalam upaya mengembangkan produk yang telah ada, dan meneliti dan menguji dalam menciptakan produk baru. Hal ini dipaparkan sebagai berikut: 1. Penelitian dan pengembangan pada level 1 (yang terendah tingkatannya) adalah peneliti melakukan penelitian untuk menghasilkan rancangan, tetapi tidak dilanjutkan dengan membuat produk dan mengujinya. 2. Penelitian dan pengembangan pada level 2 adalah peneliti tidak melakukan penelitian tetapi langsung menguji produk yang ada. 3. Penelitian dan pengembangan pada level 3 adalah peneliti melakukan penelitian untuk mengembangkan produk yang telah ada, membuat produk dan menguji keefektifan produk tersebut. 4. Penelitian dan pengembangan pada level 4 adalah peneliti melakukan penelitian untuk menciptakan produk baru, membuat produk, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan level 3 yaitu meneliti dan menguji untuk mengembangkan produk yang telah ada. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2016:45):

Penelitian Terhadap Produk yang Telah Ada

Studi Literatur Penelitian Lapangan

Uji Coba Lapangan Utama

Revisi Produk 1

Revisi Produk 2

Uji Coba Lapangan Operasional

Perencanaan Pengembangan Produk Uji Coba Terbatas

Pengujian Internal Desain

Pembuatan Produk

Revisi Produk 3

Revisi Desain

Diseminasi dan Implementasi

Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian Research and Development yang Bersifat Mengembangkan Produk yang Telah Ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47

Penelitian dan pengembangan pada level 3 adalah meneliti dan menguji untuk mengembangkan produk yang telah ada. Seperti telah dikemukakan bahwa, Research and Development yang bersifat pengembangan adalah menyempurnakan yang telah ada, baik dari segi bentuk maupun fungsinya. Tahap pertama dari penelitian level 3 ini adalah mengkaji produk yang telah ada, untuk diketahui spesifikasi, kelebihan dan kekurangan/kelemahan produk tersebut. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan produk tersebut selanjutnya peneliti melakukan studi literatur. Selanjutnya peneliti membuat rancangan produk yang bersifat menyempurnakan atau mengembangkan produk yang telah ada. Setelah itu dilakukan uji internal yang berarti menuji rancangan berdasarkan pendapat para ahli dan praktisi. Hasil uji internal selanjutnya digunakan untuk merevisi rancangan/desain. Setelah desain direvisi, selanjutnya desain tersebut dibuat menjadi produk awal. Set elah produk awal jadi, maka produk tersebut diuji lapangan secara terbatas. Menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2016:45) apabila produk itu adalah produk pendidikan maka pengujian terbatas itu dilakukan di 3 sekolah dengan menggunakan 6-12 subjek. Hasil uji terbatas selanjutnya digunakan untuk merevisi/memperbaiki produk tersebut. Setelah produk direvisi, maka produk tersebut diuji coba lapangan utama. Menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2016:46) uji lapangan utama untuk produk pendidikan dilakukan pada 5-15 sekolah dengan menggunakan 30100 subjek. Setelah produk dipakai, dan bila masih ada kelemahannya maka perlu direvisi lagi. Dalam uji lapangan utama, pendapat dari pengguna lebih diutamakan sebagai bahan untuk direvisi. Setelah direvisi dan diperbaiki maka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48

produk tersebut diuji lapangan operasional. Menurut Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2016:46) uji lapangan utama untuk produk pendidikan dilakukan pada 10-30 sekolah dengan subjek 40-200. Setelah produk direvisi maka selanjutnya produk

didiseminasikan/disebarluaskan

dan

diimplementasikan

pada

masyarakat. Bila produk telah dipakai oleh masyarakat, maka peneliti perlu melakukan monitoring untuk mengetahui keluhan dan harapan masyarakat dalam menggunakan produk tersebut. Jika hasil diseminasi memuaskan pengguna, maka produk dibuat secara masal untuk digunakan pada lingkup yang lebih luas. Semakin banyak dan luas pengujian produk, maka produk akan semakin dapat digunakan pada lingkup yang semakin luas (Sugiyono, 2016:4447).

D. Prosedur Pengembangan Penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti mengadopsi dan memodifikasi langkah-langkah penelitian dari Sugiyono (2016). Hal ini disebabkan karena waktu penelitian yang relatif singkat sehingga penelitian yang dilakukan dibatasi hanya sampai uji coba terbatas dan menghasilkan prototipe alat peraga yang telah divalidasi. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti dari hasil modifikasi terdiri dari 7 langkah yaitu penelitian terhadap produk yang telah ada, studi literatur dan penelitian lapangan, perencanaan pengembangan produk, pengujian internal desain, revisi desain, pembuatan produk, dan uji coba terbatas. Penelitian ini dimulai dengan meneliti produk yang sudah ada kemudian mengidentifikasi masalah yang ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49

melalui observasi, kuesioner mengenai analisis kebutuhan guru dan siswa, dan wawancara. Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan beberapa instrumen berupa tes dan kuesioner yang akan dilakukan selama penelitian. Kemuduan dilanjutkan dengean menentukan produk yang akan dikembangkan berdasarkan karakteristik alat peraga pada tahap pengembangan desain. Setelah itu produk divalidasi oleh beberapa ahli, hasil validasi akan digunakan sebagai bahan untuk merevisi dan memperbaiki produk yang akan dikembangkan sebelum digunakan pada tahap uji coba terbatas. Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan mengadopsi dan memodifikasi model Sugiyono (2016) dan model Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2016). Peneliti memodifikasi tahap-tahap penelitian tersebut menjadi 7 langkah yaitu penelitian terhadap produk yang telah ada, studi literatur dan penelitian lapangan, perencanaan pengembangan produk, pengujian internal desain, revisi desain, pembuatan produk, dan uji coba terbatas. Langkah-langkah tersebut akan digambarkan sebagai berikut: Penelitian dan Pengumpulan Informasi

Uji Coba Terbatas

Perencanaan

Pembuatan Produk

Revisi Desain

Mengembangkan Produk Awal

Pengujian Lapangan Awal

Gambar 3.3 Langkah-langkah Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50

Gambar 3.3 menunjukkan 7 langkah penelitian dalam mengembangkan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori. Berikut uraian dari 7 langkah pengembangan tersebut: 1. Penelitian dan Pengumpulan Informasi Langkah pertama peneliti akan mengumpulkan informasi melalui identifikasi masalah pada siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta terutama pada materi perkalian. Materi tersebut mengacu pada Kompetensi Dasar (KD) 3.1 yaitu melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. Identifikasi masalah dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara. Peneliti menggunakan instrumen observasi ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Sedangkan untuk instrumen wawancara dikembangkan dari penelitian sebelumnya oleh Widyaningrum (2015). Setelah instrumen wawancara selesai dipersiapkan, instrumen tersebut akan divalidasi oleh ahli. Dari hasil validasi tersebut akan diperoleh instrumen wawancara. Kegiatan observasi dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang ada ketika pembelajaran Matematika materi perkalian. Kegiatan wawancara dilakukan Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Hasil dari kegiatan observasi dan wawancara akan dianalisis guna mencari keterkaitan antara permasalahan yang terjadi, karakteristik siswa,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51

penggunaan dan ketersediaan alat peraga, dan kesulitan belajar terkait dengan pembelajaran Matematika. Hasil dari kegiatan observasi dan wawancara juga akan digunakan sebagai bahan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Karakteristik alat peraga berbasis Montessori juga akan ditambahkan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan. Setelah kuesioner tersebut selesai dipersiapkan, selanjutnya akan divalidasi oleh ahli. Setelah divalidasi dan dinyatakan layak, barulah kuesioner tersebut dapat digunakan dan disebarkan.

2. Perencanaan Langkah kedua dalam prosedur pengembangan yaitu perencanaan. Perencanaan dilakukan dengan membuat beberapa instrumen, yaitu instrumen tes dan kuesioner. Instrumen tersebut akan divalidasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan divalidasi oleh guru kelas II untuk mengetahui tingkat kevalidan isi dari setiap butir soal. Hasil dari validasi tersebut akan digunakan sebagai bahan perbaikan instrumen. Setelah dinyatakan valid, peneliti melakukan uji keterbacaan soal tes. Selanjutnya hasil dari uji keterbacaan direvisi. Setelah dianggap layak digunakan, instrumen tes diuji cobakan terlebih dahulu secara empiris. Uji keterbacaan dan uji coba empiris dilakukan kepada siswa kelas III SD Kanisius Tegalmulyo dikarenakan siswa kelas III dianggap sebelumnya sudah pernah mempelajari materi perkalian dengan hasil tidak lebih dari dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52

angka. Kegitan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap soal yang telah dibuat dan untuk mengetahui reliabilitas soal tersebut. Setelah itu peneliti akan menggunakan soal yang dianggap valid untuk digunakan sebagai soal pretest dan posttest. Untuk instrumen kuesioner kelayakan produk, langkah yang dilakukan sama seperti pada instrumen tes yaitu dimulai dengan mempersiapkan instrumen kemudian dilakukan validasi. Instrumen kuesioner untuk guru validasi dilakukan oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran, sedangkan instrumen kuesioner untuk siswa dilakukan validasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan oleh guru. Pada instrumen kuesioner untuk siswa tidak dilakukan uji keterbacaan dikarenakan peneliti sudah melakukan validasi kepada guru dan sudah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Hasil dari validasi akan digunakan sebagai bahan perbaikan kuesioner kelayakan produk sebelum nantinya akan digunakan.

3. Mengembangkan Produk Awal Langkah ketiga dalam penelitian ini yaitu pengembangan produk awal yang akan dilakukan menjadi beberapa tahap. Tahap pertama adalah pembuatan desain alat peraga dan album penggunaan alat peraga. Pengembangan desain alat peraga didasarkan pada hasil identifikasi masalah dan analisis kebutuhan guru dan siswa. Album penggunaan alat bertujuan sebagai pedoman yang memaparkan mengenai cara atau langkah-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53

langkah dalam menggunakan alat peraga papan perkalian. Tahap kedua yaitu mengumpulkan dan mencari bahan-bahan yang akan dijadikan alat peraga. Pengembangan alat peraga papan perkalian ini tentunya sesuai dengan lima karakteristik alat peraga berbasis Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto correction, dan kontekstual.

4. Pengujian Lapangan Awal Langkah keempat dalam penelitian ini yaitu uji coba lapangan awal yang dilakukan dengan cara validasi desain produk. Alat peraga papan perkalian yang telah dibuat kemudian divalidasi oleh beberapa ahli diantaranya yaitu ahli Pembelajaran Matematika, pakar Montessori, dan guru kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Validasi ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kelayakan produk sebelum diakukan uji coba lapangan terbatas. Selanjutnya akan dilakukan analisis kelebihan dan kekurangan dari alat peraga papan perkalian berdasarkan penilaian dan saran yang diberikan oleh para ahli.

5. Revisi Desain Langkah kelima dari penelitian ini yaitu merevisi desain yang sebelumnya telah digunakan pada uji coba lapangan awal. Revisi dilakukan agar produk yang dihasilkan memiliki standar kualitas yang baik. Revisi yang diberikan para ahli yaitu perbaikan ukuran tulisan pada kartu soal dan penambahan anak panah pada kartu bilangan. Hal ini dikarenakan ukuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54

tulisan pada beberapa kartu soal terlalu kecil sehingga akan menyulitkan siswa dalam membaca soal. Selain itu penambahan anak panah diberikan untuk mengurangi kemungkinan adanya pemasangan kartu bilangan yang terbalik ketika dimasukkan ke dalam slot. Setelah direvisi, alat peraga dapat diproduksi sesuai dengan saran yang diperoleh dari para ahli.

6. Pembuatan Produk Langkah keenam dari penelitian ini yaitu membuat produk berdasarkan saran para ahli. Sehingga saat digunakan, produk papan perkalian sudah layak diuji cobakan dilapangan.

7. Uji Coba Terbatas Langkah ketujuh dari penelitian ini yaitu ujo coba lapangan terbatas menggunakan alat peraga papan perkalian. Produk diuji cobakan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta yang sebelumnya telah diberi pretest. Tujuan pemberian pretest yaitu untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas II sebelum menggunakan alat peraga papan perkalian. Selanjutnya produk akan divalidasi oleh siswa. Validasi dilakukan dengan cara memberikan posttest setelah siswa melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan alat peraga papan perkalian. Pembelajaran tersebut akan dilakukan secara berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 2-3 siswa dengan tujuan untuk mengetahui kualitas produk yang telah dikembangkan. Soal posttest yang diberikan dikerjakan tanpa menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55

bantuan alat peraga papan perkalian. Hasil validasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum produk diproduksi secara massal. Namun penelitian ini dibatasi hingga prototipe alat peraga Matematika berupa papan perkalian berbasis Montessori.

E. Instrumen Penelitian Instrumen

penelitian

merupakan

alat

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan data, tanpa adanya alat tersebut, data tidak dapat diambil (Sugiyono, 2016:156). Instrumen penelitian yang digunakan yaitu pedoman wawancara, kuesioner, pedoman observasi, dan tes. Pada subbab ini akan dijelaskan mengenain beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian. 1. Pedoman Wawancara Wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka dan proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Tujuan dilakukannya wawancara yaitu guna membuktikan informasi yang telah diperoleh sebelumnya dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara

dengan

orang

yang

diwawancarai

menggunakan pedoman wawancara (Darmadi, 2014:291).

dengan Pedoman

wawancara digunakan ketika melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah, guru kelas II, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56

a) Wawancara Kepala Sekolah Kegiatan wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah dengan tujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Wawancara dilakukan secara terstruktur sehingga peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan ketika memberikan pertanyaan. Berikut adalah kisi-kisi wawancara yang digunakan untuk wawancara kepada Kepala Sekolah yang disajikan dalam tabel 3.1. Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara kepada Kepala Sekolah No Topik Pertanyaan 1 Informasi berkaitan dengan sekolah Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain: a. Alat peraga Matematika yang sudah ada di sekolah 2 b. Pengadaan alat peraga Matematika di sekolah c. Perawatan alat peraga Matematika di sekolah 3 Penggunaan alat peraga Matematika dalam pembelajaran Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat 4 peraga

b) Wawancara Guru Kelas II Kegiatan wawancara berikutnya dilakukan dengan guru kelas II guna mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan ketersediaan alat peraga, penggunaan alat peraga, dan proses kegiatan pembelajaran Matematika beserta kemampuan dan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas II dalam materi perkalian. Wawancara dilakukan secara terstruktur sehingga peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan ketika memberikan pertanyaan. Berikut adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57

kisi-kisi wawancara yang digunakan untuk wawancara kepada guru kelas II yang disajikan dalam tabel 3.2.

No 1 2 3 4 5 6

Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara kepada Guru Kelas II Topik Pertanyaan Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain: a. Alat peraga Matematika yang sudah ada di sekolah b. Pengadaan alat peraga Matematika oleh guru Penggunaan alat peraga Matematika dalam pembelajaran Proses kegiatan belajar mengajar di kelas Kesiapan yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran Kesulitan yang dialami ketika menjadi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Matematika Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut

c) Wawancara Siswa Kelas II Kegiatan wawancara selanjutnya dilakukan kepada seluruh siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta sebanyak 10 siswa. wawancara ini dilakukan guna mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan ketersediaan alat peraga, penggunaan alat peraga, dan proses kegiatan pembelajaran Matematika beserta kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas II pada materi perkalian. Wawancara dilakukan secara terstruktur sehingga peneliti menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan ketika memberikan pertanyaan. Berikut adalah kisi-kisi wawancara yang digunakan untuk wawancara kepada guru kelas II yang disajikan dalam tabel 3.3.

No 1 2

Tabel 3.3 Kisi-kisi Wawancara kepada Siswa Kelas II Topik Pertanyaan Tanggapan terhadap pembelajaran Matematika yang selama ini terjadi Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Matematika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58

3 4

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran Matematika Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas

Pedoman wawancara digunakan sebagai acuan dalam membuat instrumen pertanyaan untuk melakukan wawancara. Sebelum digunakan, instrumen wawancara tersebut divalidasi terlebih dahulu kepada beberapa ahli. Peneliti melakukan validasi instrumen wawancara Kepala Sekolah dan guru kepada ahli Pembelajaran Matematika dan ahli Evaluasi Pembelajaran, sedangkan validasi instrumen wawancara siswa dilakukan oleh ahli Pembelajaran Matematika dan ahli Evaluasi Pembelajaran dan guru kelas II. Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen sebelum digunakan dalam penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2016:189) yang menyatakan bahwa instrumen yang berbentuk nontes, pengujian validitas isi (content validity) dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validasi isi, biasanya didasarkan pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut (Margono, 2010:188). Sehingga pedoman wawancara tersebut diuji menggunakan validitas isi dengan pertimbangan dari ahli. Dalam proses validasi, penilaian yang diberikan oleh para ahli menggunakan skala Likert 1-4, yaitu 1 (sangat tidak sesuai dengan topik yang digali), 2 (kurang sesuai dengan topik yang digali), 3 (sesuai dengan topik yang digali), dan 4 (sangat sesuai dengan topik yang digali). Dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59

hasil validasi isi akan dihitung rata-ratanya kemudian dijadikan kesimpulan dari validasi instrumen wawancara tersebut. Menurut Widoyoko (2016:190-191), kategorisasi rata-rata skor instrumen dapat dilihat pada tabel 3.4 Tabel 3.4 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Instrumen Wawancara Berdasarkan Hasil Validasi Skor Bobot Interval Skor Keterangan Keseluruhan instrumen Sangat Sesuai Dengan 4 3,25 < 𝑋 ≤ 4,00 sudah layak digunakan Topik Yang Digali Keseluruhan instrumen Sesuai Dengan Topik 3 sudah layak digunakan 2,50 < 𝑋 ≤ 3,25 Yang Digali namun perlu direvisi Keseluruhan instrumen Kurang Sesuai Dengan 2 1,75 < 𝑋 ≤ 2,50 kurang layak digunakan Topik Yang Digali Sangat Tidak Sesuai Keseluruhan instrumen 1 Dengan Topik Yang 1,00 < 𝑋 ≤ 1,75 tidak layak digunakan Digali

Adapun aturan pemberian skor dan klasifikasi hasil penilaian adalah sebagai berikut. a. Jumlah skor tertinggi = jumlah pernyataan atau aspek penilaian × jumlah pilihan (rentang skor, dalam hal ini memiliki 4 rentang skor) b. Skor akhir = (jumlah skor yang diperoleh ÷ skor tertinggi ideal) × jumlah kelas interval c. Jumlah kelas interval = skala hasil penelitian, yang berarti jika penilaian menggunakan skala 4, maka hasil klasifikasi juga menjadi 4 kelas interval d. Penentuan jarak interval (Ji) diperoleh dengan rumus:

𝑱𝒊 =

(𝒕 − 𝒓) 𝑱𝒌

... (3.1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60

Keterangan: t

= skor tertinggi dalam skala

r

= skor terendah dalam skala

Jk

= jumlah kelas

Sehingga jika menggunakan 4 skala. Maka: t

=4

r

=1

Jk

=4

Ji

=

(t−r) Jk

=

(4−1) 4

= 0.75

Berdasarkan tabel 3.4, instrumen dikatakan sangat valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 3,25 sampai 4,00 (keterangan sangat sesuai dengan topik yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 2,50 sampai 3,25 (keterangan sesuai dengan topik yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu direvisi. Instrumen dikatakan kurang valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,75 sampai 2,50 (keterangan kurang sesuai dengan topik yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen kurang layak digunakan. Instrumen dikatakan tidak valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,00 sampai 1,75 (keterangan sangat tidak sesuai dengan topik yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen tidak layak digunakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61

2. Kuesioner Instrumen kuesioner digunakan untuk analisis kebutuhan, penilaian kualitas alat peraga pembelajaran Matematika, dan validasi perangkat pembelajaran yang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal tes. a) Kuesioner Analisis Kebutuhan Kuesioner ini bersifat terbuka dengan tujuan agar responden dapat menjawab dengan bebas dan sesuai dengan kondisi nyata. Responden dalam hal ini yaitu guru di kelas II dan siswa kelas II. Kuesioner tersebut dirancang berdasarkan 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori yang akan dikembangkan. Hasil dari kuesioner akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang produk pengembangan alat peraga Matematika. Berikut dipaparkan kisi-kisi kuesioner yang disajikan dalam tabel 3.5 dan tabel 3.6. Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II Indikator Deskriptor Nomor Item 1. Penggunaan alat peraga AutoMatematika 1, 2 , 3, 4, dan 5 education 2. Pembelajaran Matematika di kelas 1. Memanfaatkan benda dari Kontekstual 6 dan 7 lingkungan sekitar 1. Dapat digunakan untuk lebih dari 1 kompetensi Bergradasi 10, 11, dan 12 2. Berat alat peraga 3. Harga alat peraga Menarik 1. Memiliki warna 8 dan 9 1. Membantu menemukan kesalahan sendiri Auto2. Membantu menemukan 13 dan 14 correction jawaban yang tepat secara mandiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II Indikator Deskriptor Nomor Item 1. Penggunaan alat peraga AutoMatematika 1, 2, dan 7 education 2. Pembelajaran Matematika 1. Memanfaatkan benda dari Kontekstual 3 dan 4 lingkungan sekitar 1. Alat peraga melibatkan Bergradasi 5 beberapa indra Menarik 1. Diminati oleh siswa 6 dan 10 1. Membantu menemukan kesalahan sendiri Auto2. Membantu menemukan 8 dan 9 correction jawaban yang tepat secara mandiri

Selanjutnya 5 indikator dari kisi-kisi tersebut dikembangkan menjadi 14 pertanyaan untuk guru dan 10 pertanyaan untuk siswa. pertanyaan tersebut selanjutnya disusun menjadi kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan siswa. Contoh kuesioner analisis kebutuhan guru yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran halaman [25], sedangkan contoh kuesioner analisis kebutuhan siswa dapat dilihat pada halaman [37]. Instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru divalidasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran, sedangkan instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa divalidasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan guru kelas II. Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan instrumen sebelum digunakan untuk mengumpulkan data yang valid selama penelitian. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas isi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2016:189) yang menyatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63

bahwa instrumen yang berbentuk nontes, pengujian validitas isi (content validity) dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan. Penentuan suatu alat ukur mempunyai validasi isi, biasanya didasarkan pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut (Margono, 2010:188). Sehingga pedoman wawancara tersebut diuji menggunakan validitas isi dengan pertimbangan dari ahli. Dalam proses validasi, penilaian yang diberikan oleh para ahli menggunakan skala Likert 1-4, yaitu 1 (sangat tidak sesuai dengan indiator yang digali), 2 (kurang sesuai dengan indiator yang digali), 3 (sesuai dengan indiator yang digali), dan 4 (sangat sesuai dengan indiator yang digali). Dari hasil validasi isi akan dihitung rata-ratanya kemudian dijadikan kesimpulan dari validasi instrumen kuesioner tersebut. Kategorisasi rata-rata skor instrumen kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.7. Tabel 3.7 Kategorisasi Rata-rata Skor Validasi Kuesioner Berdasarkan Hasil Validasi Skor Bobot Interval Skor Keterangan Keseluruhan instrumen Sangat Sesuai Dengan 4 3,25 < 𝑋 ≤ 4,00 sudah layak digunakan Indikator Yang Digali Keseluruhan instrumen Sesuai Dengan 3 sudah layak digunakan 2,50 < 𝑋 ≤ 3,25 Indikator Yang Digali namun perlu direvisi Keseluruhan instrumen Kurang Sesuai Dengan 2 1,75 < 𝑋 ≤ 2,50 kurang layak digunakan Indikator Yang Digali Sangat Tidak Sesuai Keseluruhan instrumen 1 Dengan Indikator 1,00 < 𝑋 ≤ 1,75 tidak layak digunakan Yang Digali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64

Berdasarkan tabel 3.7, instrumen dikatakan sangat valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 3,25 sampai 4,00 (keterangan sangat sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 2,50 sampai 3,25 (keterangan sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu direvisi. Instrumen dikatakan kurang valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,75 sampai 2,50 (keterangan kurang sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen kurang layak digunakan. Instrumen dikatakan tidak valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,00 sampai 1,75 (keterangan sangat tidak sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen tidak layak digunakan.

b) Kuesioner

Penilaian

Kualitas

Alat

Peraga

Pembelajaran

Matematika Kuesioner penilaian

kualitas alat peraga

pembelajaran

Matematika digunakan untuk mengetahui kualitas produk yang akan dikembangkan. Penyusunan kuesioner ini didasarkan pada 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori yang digunakan pada pengembangan produk. Kelima karakteristik tersebut yaitu menarik, bergradasi,

auto-correction.

auto-education,

dan

kontekstual.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65

Kuesioner penilaian kualitas produk diberikan kepada ahli Montessori, guru, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta setelah peneliti mempresentasikan alat peraga yang dikembangkan. Berikut adalah kisi-kisi kuesioner penilaian kualitas alat peraga pembelajaran Matematika yang disajikan dalam tabel 3.8 Tabel 3.8 Kisi-kisi Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika Karakteristik Nomor Indikator Alat Peraga Item Menunjukkan bahwa warna alat peraga 1 menarik bagi siswa. Menarik Menunjukkan bahwa bentuk alat peraga 2 menarik bagi siswa. Memiliki ranngsangan terhadap beberapa 3 indera Bergradasi Menunjukkan bahwa alat peraga dapat digunakan pada jenjang kelas yang 4 berbeda Menunjukkan bahwa siswa mampu 5 mengidentifikasi kesalahannya sendiri Auto correction Menunjukkan bahwa siswa mampu 6 membetulkan kesalahannya sendiri Menunjukkan bahwa siswa dapat 7 menggunakan alat peraga secara mandiri Auto Education Menunjukkan bahwa siswa dapat melatih 8 kemampuan berhitungnya secara mandiri Menunjukkan adanya pemanfaatan potensi 9 daerah Menunjukkan bahan yang digunakaan 10, 11, Kontekstual aman dan berkualitas dan 12 Menunjukkan adanya kemungkinan pengembangan alat peraga di lingkungan 13 masyarakat

Dari kisi-kisi tersebut kemudian dikembangkan menjadi kuesioner penilaian kualitas alat peraga pembelajaran Matematika. Kuesioner ini akan diberikan kepada ahli Montessori, guru, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta yang terdiri dari 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66

pertanyaan. Contoh kuesioner penilaian kualitas alat peraga pembelajaran Matematika yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran halaman [43]. Instrumen pembelajaran

kuesioner

Matematika

penilaian untuk

guru

kualitas

alat

divalidasi

peraga

oleh

ahli

Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran. Sedangkan instrumen kuesioner penilaian kualitas alat peraga pembelajaran Matematika untuk siswa divalidasi oleh ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan guru. Dalam proses validasi, penilaian yang diberikan oleh para ahli menggunakan skala Likert 1-4, yaitu 1 (sangat tidak sesuai dengan indiator yang digali), 2 (kurang sesuai dengan indiator yang digali), 3 (sesuai dengan indiator yang digali), dan 4 (sangat sesuai dengan indiator yang digali). Dari hasil validasi isi akan dihitung rata-ratanya kemudian dijadikan kesimpulan dari validasi instrumen kuesioner tersebut. Kategorisasi rata-rata skor instrumen kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.7. Berdasarkan tabel 3.7, instrumen dikatakan sangat valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 3,25 sampai 4,00 (keterangan sangat sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 2,50 sampai 3,25 (keterangan sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu direvisi. Instrumen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67

dikatakan kurang valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,75 sampai 2,50 (keterangan kurang sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen kurang layak digunakan. Instrumen dikatakan tidak valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,00 sampai 1,75 (keterangan sangat tidak sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen tidak layak digunakan.

c) Kuesioner

Validasi

Soal

Tes

dan

Rencana

Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi perkalian. Instrumen tes digunakan pada saat kegiatan pretest dan posttest. Tes disusun dan dikembangkan berdasarkan pada Kompetensi Dasar kelas II Sekolah Dasar semester ganjil yaitu KD 3.1 “Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka”. Berdasarkan pada KD tersebut, peneliti menjabarkannya menjadi beberapa indikator yang selanjutnya dikembangkan menjadi 6 kisi-kisi soal. Kisi-kisi tersebut akan digunakan peneliti sebagai dasar pembuatan soal tes. Tes tersebut meliputi pretest dan posttest dengan tujuan untuk mengetahui kualitas produk alat peraga yang telah dikembangkan. Berikut kisi-kisi soal tes yang disajikan dalam tabel 3.9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68

Tabel 3.9 Kisi-kisi Soal Tes Kompetensi Dasar 3.1 Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka

Indikator 1. Menyelesaikan perkalian dalam bentuk penjumlahan berulang 2. Menyelesaikan perkalian dua bilangan dengan hasil kurang dari 100 3. Menyelesaikan berkalian dengan sifat pertukaran 4. Menyelesaikan perkalian bilangan satu angka dengan bilangan 1 5. Menyelesaikan perkalian bilangan satu angka dengan bilangan 0 6. Menyelesaikan soal cerita yang mengandung perkalian

Nomor Item 1a, 1b, 1c, 2a, 2b, 3a, dan 3b Semua item soal 3e 3c

3b 1a, 1b, dan 1c

Berdasarkan tabel 3.9, indikator tersebut menjadi acuan yang digunakan oleh peneliti dalam membuat item pertanyaan soal perkalian untuk pretest dan posttest siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Selanjutnya keenam indikator tersebut dikembangkan menjadi 10 soal perkalian yang terdiri dari 3 nomor. Sebelum digunakan, instrumen test divalidasi terlebih dahulu. Validasi dilakukan oleh ahli Evaluasi Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika dan guru kelas II. Menurut Gay, suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuai dengan apa yang hendak diukur (dalam Darmadi, 2014:158). Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur dan bisa menampilkan apa yang harus ditampilkan (Sugiyono, 2016:177). Uji validitas yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69

dilakukan adalah validitas isi. Instrumen yang berbentuk nontes, pengujian validitas isi (content validity) dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016:189). Dalam proses validasi, penilaian yang diberikan oleh para ahli menggunakan skala Likert 1-4, yaitu 1 (sangat tidak sesuai dengan indiator yang digali), 2 (kurang sesuai dengan indiator yang digali), 3 (sesuai dengan indiator yang digali), dan 4 (sangat sesuai dengan indiator yang digali). Dari hasil validasi isi akan dihitung rata-ratanya kemudian dijadikan kesimpulan dari validasi instrumen kuesioner tersebut. Kategorisasi rata-rata skor instrumen kuesioner dapat dilihat pada tabel 3.7. Berdasarkan tabel 3.7, instrumen dikatakan sangat valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 3,25 sampai 4,00 (keterangan sangat sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan. Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 2,50 sampai 3,25 (keterangan sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu direvisi. Instrumen dikatakan kurang valid jika memperoleh rata-rata skor pada interval 1,75 sampai 2,50 (keterangan kurang sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen kurang layak digunakan. Instrumen dikatakan tidak valid jika memperoleh rata-rata skor pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70

interval 1,00 sampai 1,75 (keterangan sangat tidak sesuai dengan indikator yang digali) yang berarti keseluruhan instrumen tidak layak digunakan. Selanjutnya, instrumen tes yang sudah divalidasi diujikan secara empiris kepada siswa kelas III SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment (r hitung) dapat dilihat pada rumus 3.2

𝑟𝑋𝑌 =

𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌) √{𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 }

... (3.2)

di mana: 𝑟𝑋𝑌

= koefisien korelasi antara variabel 𝑋 dan variabel 𝑌, dua variabel yang dikorelasikan.

𝑋

= skor variabel (jawaban responden).

𝑌

= skor total dari variabel untuk responden ke-n.

𝑁

= jumlah responden Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1,00 sampai +1,00.

Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan sedangka koefisien positif menunjukkan adanya kesejajaran untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi (Arikunto, 2010:75). Koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.10.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71

Tabel 3.10 Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi Keterangan Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,00 sampai dengan 0,200 Sangat rendah

Data hasil pengujian empiris diolah menggunakan alat bantu SPSS 16.0 for Windows dengan teknik korelasi product moment dari Carl Pearson. Hasil pengolahan data tersebut akan menunjukkan valid atau tidaknya suatu item. Hal tersebut dapat dilihat dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka item soal dinyatakan valid. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka item soal tersebut dinyatakan tidak valid. Selanjutnya hasil dari uji validasi diolah untuk mengatahui reliabilitas dari tiap item soal. Reliabilitas berasal dari kata reliability atau reliable yang berarti dapat dipercaya. Suatu instrumen dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat bahwa kondisi saat pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil yang sama (Margono, 2010:181). Hal ini sependapat dengan Arikunto (2010:86) bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Pengujian reliabilias instrumen dengan rumus sebagai berikut. ∑ 𝝈𝟐𝒊 𝒏 𝒓=( ) (𝟏 − 𝟐 ) 𝒏−𝟏 𝝈𝒕

... (3.3)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72

di mana: 𝑟

= reliabilitas instrumen

𝑛

= jumlah butir pertanyaan

𝜎𝑖2 = variansi butir 𝜎𝑡2 = variansi total Instrumen tes dikatakan reliabel jika mempunyai koefisien Cronbach’s Alpha sekurang-kurangnya 0,713. Dari hasil pengolahan terebut, peneliti akan mengetahui item soal yang valid dan yang tidak valid.

3. Pedoman Observasi Observasi dilakukan pada pembelajaran Matematika kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta dan ketersediaan alat peraga. Ketika observasi pembelajaran dilakukan, peneliti mengamati penggunaan, pemanfaatan, dan ketersediaan alat peraga dalam pembelajaran Matematika kelas II dan aktivitas pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa dan cara guru mengajar. Instrumen observasi yang digunakan adalah instrumen observasi yang digunakan peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Berikut instrumen observasi yang disajikan dalam tabel 3.11.

No. 1. 2.

Tabel 3.11 Kisi-kisi Observasi Pembelajaran Matematika Kisi-kisi Observasi Objek yang diamati Kegiatan belajar mengajar di Aktivitas guru dan siswa secara kelas. umum di kelas. Ketersediaan alat peraga pada Adanya alat peraga yang digunakan saat pembelajaran Matematika. pada saat pembelajaran di kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73

3.

Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Matematika di kelas.

Guru menggunakan alat peraga selama pembelajaran Matematika di kelas untuk menjelaskan materi pembelajaran.

Kisi-kisi pada tabel 3.11 tersebut digunakan oleh peneliti sebagai acuan ketika melakukan observasi. Observasi dilakukan ketika kegiatan pembelajaran Matematika kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta sedang berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan inti dari setiap kegiatan penelitian. penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Pada proses pengumpulan data menggunakan penelitian research and development akan menghasilkan jenis data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berisikan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2016:13). Pada penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari teknik pengumpulan data wawancara, penyebaran kuesioner, dan tes. Data kuantitatif tersebut diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi wawancara, hasil uji empiris, pretest, dan posttest oleh siswa; penilaian kualitas alat peraga oleh ahli, guru, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Sedangkan data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh secara sistematik, mengurutkannya sesuai kategori tertentu, mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi (Manab, 2015:4). Pada penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74

data kualitatif diperoleh dari teknik pengumpulan data wawancara, penyebaran kuesioner, dan observasi. Data kualitatif tersebut diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi wawancara, validasi kuesioner, validasi soal pretest dan posttest oleh ahli dan guru; hasil uji empiris, pretest, dan posttest oleh siswa; penilaian kualitas alat peraga oleh ahli, guru, dan siswa; hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, penyebaran kuesioner, tes, dan trianggulasi. Pada subbab ini akan dijelaskan mengenain beberapa teknik pengumpulan data tersebut.

1.

Wawancara Wawancara dalam penelitian dilakukan oleh peneliti dengan cara merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada responden. Jenis wawancara yang digunakan adalah jenis wawancra terstruktur di mana peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden dengan menggunakan pedoman wawancara, kemudian mendengarkan atas jawaban, mengamati perilaku, dan merekam semua respon dari yang disurvei (Sugiyono, 2016:210). Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (in-depth interview) di mana keterangan untuk tujuan penelitian diperoleh dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan (Darmadi, 2014:291). Narasumber wawancara dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru kelas II, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75

10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Informasi mengenai kisi-kisi wawancara dapat dilihat pada halaman 44, tabel 3.1 untuk kisi-kisi wawancara kepada Kepala Sekolah dan tabel 3.2 untuk kisikisi wawancara kepada guru kelas II. Sedangkan untuk kisi-kisi wawancara kepada siswa kelas II dapat dilihat pada tabel 3.3 halaman 45. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui ketersediaan alat peraga, penggunaan alat peraga, dan proses kegiatan pembelajaran Matematika beserta kemampuan dan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas II dalam materi perkalian.

2. Observasi Dalam penelitian, observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap pola perilaku manusia dalam situasi tertentu untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang diinginkan. Creswell (2013) menyatakan observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama dengan mengamati orang di tempat pada saat dilakukan penelitian. Berdasarkan segi instrumentasi, peneliti menggunakan observasi terstruktur di mana observasi dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya serta dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati (Sugiyono, 2016:215). Sehingga teknik observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dignakan untuk mengamati dan mengidentifikasi masalah di lapangan, Teknik observasi yang digunakan yaitu observasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76

langsung, di mana pengamatan dan pencatatan dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki (Margono, 2010:158-159). Bentuk observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi (participant observation) di mana metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan di mana observer benarbenar terlibat dalam keseharian responden (Darmadi, 2014:292). Observasi ini dilakukan untuk mengamati penggunaan, pemanfaatan, dan ketersediaan alat peraga dalam pembelajaran Matematika kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta dan aktivitas pembelajaran di kelas yang meliputi kegiatan siswa dan cara guru mengajar. Instrumen observasi yang digunakan adalah instrumen observasi yang digunakan peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL).

3. Penyebaran Kuesioner Kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden (Margono, 2010:167). Senada dengan pendapat Cristensen, yang menyatakan bahwa kuesioner merupakan instrumen untuk pengumpulan data di mana responden mengisi pertanyaan atau pernyataan yang duberikan oleh peneliti (dalam Sugiyono, 2016:216). Kuesioner digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai analisis kebutuhan, penilaian kualitas alat peraga pembelajaran Matematika, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

validasi soal tes dan RPP. Berikut dipaparkan pembahasan dari 3 macam kuesioner yang digunakan oleh peneliti. a) Kuesioner Analisis Kebutuhan Kuesioner analisis kebutuhan digunakan guna mengetahui kebutuhan guru dan siswa atas alat peraga pembelajaran. Bentuk kuesioner yang digunakan adalah kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur di mana satu pihak memberi alternatif jawaban yang harus dipilih, di lain pihak memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya (Margono, 2010:168). Kuesioner analisis kebutuhan diberikan kepada guru dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Data hasil dari kuesioner analisis kebutuhan ini akan diolah kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang dan mengembangkan produk alat peraga papan perkalian berbasis Montessori.

b) Kuesioner Penilaian Kualitas Alat Peraga Pembelajaran Matematika Kuesioner penilaian

kualitas alat peraga

pembelajaran

Matematika dilakukan untuk mengetahui kualitas pengembangan alat peraga yang digunakan dalam penelitian. Kuesioner disusun menggunakan rating scale yang diambil dari skala Likert 1-4. Kategori dari skala tersebut adalah yaitu 1 (sangat tidak sesuai dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78

indiator yang digali), 2 (kurang sesuai dengan indiator yang digali), 3 (sesuai dengan indiator yang digali), dan 4 (sangat sesuai dengan indiator yang digali).. Kuesioner ini terdiri dari 13 pertanyaan yang dibuat dengan mengacu 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-correction, autoeducation, dan kontekstual. Penilaian kualitas produk diberikan kepada ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran, ahli Montessori, guru, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta setelah peneliti mempresentasikan alat peraga yang dikembangkan. Setelah produk divalidasi, kemudian diujicobakan awal terlebih dahulu kepada satu siswa kelas II SD Kanisius Pugeran Yogyakarta. Setelah mengetahui kekurangan produk dari hasil ujicoba awal, peneliti melakukan perbaikan produk kemudian diujicobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Siswa kelas II juga diminta untuk memberikan penilaian terhadap kualitas alat peraga pembelajaran Matematika setelah mengikuti pendampingan menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang dikembangkan oleh peneliti. Hasil dari kuesioner ini dijadikan sebagai penilaian dan masukan terhadap alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang digunakan dalam pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79

c) Kuesioner Validasi Soal Tes dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kuesioner validasi soal tes digunakan untuk mengetahui kelayakan soal tes yang akan digunakan ketika pretest dan posttest. Sedangkan kuesioner validasi RPP digunakan untuk mengetahui kelayakan RPP yang akan digunakan sebagai acuan ketika pendampingan pembelajaran menggunakan alat peraga berlangsung. Kuesioner tes disusun dan dikembangkan berdasarkan pada Kompetensi Dasar kelas II Sekolah Dasar semester ganjil yaitu KD 3.1 “Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka”. Berdasarkan pada KD tersebut, peneliti menjabarkannya menjadi beberapa indikator yang selanjutnya dikembangkan menjadi 6 kisi-kisi soal. Kisi-kisi tersebut akan digunakan peneliti sebagai dasar pembuatan soal tes.

4. Tes Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Jenis tes yang dipergunakan sebagai alat pengukur adalah tes tertulis. Pada tes tertulis pertanyaan diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tertulis. Bentuk tes tertulis yang digunakan yaitu tes esai (essay test) yang merupakan tes yang menghendaki agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80

testee memberikan jawaban dalam bentuk uraian (Margono, 2010:170). Tes esai dikembangkan berdasarkan 9 langkah pengembangan yaitu menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal tes, memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes (Mardapi, 2008:88-97). Soal tes disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dengan indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam RPP. Tes dilakukan sebanyak 2 kali yang terdiri dari pretest dan posttest. Tujuan dilakukannya pretest yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum menggunakan alat peraga, sedangkan posttest diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah menggunakan alat peraga.

5. Trianggulasi Trianggulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2016:242). Trianggulasi digunakan ketika mengolah data hasil analisis kebutuhan. Pengolahan menggunakan trianggulasi dilakukan pada data yang dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi dan penyebaran kuesioner. Teknik trianggulasi digunakan untuk melihat kesesuaian data yang telah dikumpulkan dari teknik yang berbeda. Berikut merupakan paparan trianggulasi data yang disajikan dalam gambar 3.4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81

Wawancara

Observasi

Penyebaran Kuesioner

Gambar 3.4 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Analisis Kebutuhan

Gambar tersebut menunjukkan adanya 3 teknik yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis kebutuhan alat peraga Matematika kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Hasil analisis kebutuhan selanjutnya akan digunakan

sebagai

bahan

pertimbangan

dalam

pembuatan

dan

pengembangan alat peraga. peneliti juga menggunakan teknik trianggulasi untuk menganalisis data hasil wawancara dari 3 sumber data. Berikut merupakan paparan trianggulasi 3 sumber data yang disajikan dalam gambar 3.5. Kepala Sekolah

Guru

Siswa

Gambar 3.5 Trianggulasi Teknik Pengumpulan Data Wawancara

Ketiga sumber data tersebut menghasilkan pendapat mengenai ketersediaan dan penggunaan alat peraga dan kesulitan belajar yang dialamui oleh siswa ketika belajar Matematika materi perkalian. Hasil data tersebut kemudian diolah untuk mendapatkan informasi yang sama dari pendapat ketiga sumber data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82

G. Teknik Analisis Data Pada umumnya, kegiatan analisis data penelitian dilakukan setelah pengumpulan data selesai (Sugiyono, 2016:245). Analisis data merupakan bagian terpenting, karena analisis data digunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis data kuantitatif dan kualitatif yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing teknik analisis. 1. Analisis Data Kuantitatif Pada penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari teknik pengumpulan data wawancara, penyebaran kuesioner, dan tes. Data kuantitatif tersebut diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi wawancara, hasil uji empiris, pretest, dan posttest oleh siswa; penilaian kualitas alat peraga oleh ahli, guru, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Berikut dipaparkan pembahasan dari masing-masing analisis data dari berbagai teknik pengumpulan data tersebut. a. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Wawancara Teknik analisis pada wawncara digunakan untuk menghitung skor yang diperoleh dari hasil validasi. Langkah-langkah yang digunakan diantaranya menghitung total skor dari penilaian yang telah dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor yang diperoleh dari berbagai aspek, menghitung rata-rata skor dengan cara membagi

total

skor

dengan

jumlah

aspek

yang

dinilai,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83

mengkonversikan rata-rata hasil skor dari data kuantitatif menjadi data kualitatif. Berikut merupakan konversi data kuantitatif ke data kualitatif menurut Widoyoko (2016:191). Tabel 3.12 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Interval Skor Kategori Sangat Baik 3,25 < 𝑋 ≤ 4,00 Baik 2,50 < 𝑋 ≤ 3,25 Kurang 1,75 < 𝑋 ≤ 2,50 Sangat Kurang 1,00 < 𝑋 ≤ 1,75

b. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Kuesioner Salah satu perhitungan kuantitatif yang digunakan terdapat pada pengolahan kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Teknik analisis data yang digunakan pada tahap ini adalah interpretasi data dan perhitungan jawaban pada kuesioner dalam bentuk persen. Perhitungan tersebut bertujuan untuk mengetahui presentase setiap item pertanyaan pada kuesioner. Berikut akan dipaparkan rumus presentase jawaban pada kuesioner. 𝑷𝑹𝑬𝑺𝑬𝑵𝑻𝑨𝑺𝑬 𝑱𝑨𝑾𝑨𝑩𝑨𝑵 =

𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑹𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒋𝒂𝒘𝒂𝒃 ×𝟏𝟎𝟎% 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒓𝒆𝒔𝒑𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏

... (3.4)

c. Teknik Analisis Data Kuantitatif pada Tes Analisis data kuantitatif pada teknik pengumpulan data berupa tes dilakukan pada hasil pretest dan posttest. Pada analisis data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84

kuantitatif, hasil penskoran setiap butir soal diolah menjadi nilai masing-masing siswa. Berikut rumus perhitungan nilai pretest dan posttest. 𝑵𝑰𝑳𝑨𝑰 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒌𝒐𝒓

... (3.5)

Hasil dari nilai pretest dan posttest digunakan untuk menghitung nilai rata-rata pretest dan posttest dari semua siswa. Nilai rata-rata pretest dan posttest diolah dengan rumus 3.6 berikut.

𝑵𝑰𝑳𝑨𝑰 𝑹𝑨𝑻𝑨 − 𝑹𝑨𝑻𝑨 =

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑺𝒌𝒐𝒓 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒊𝒔𝒘𝒂

... (3.6) Selanjutnya untuk melihat perbedaan nilai pretest dan posttest digunakan rumus 3.7 berikut. 𝑷𝑬𝑹𝑩𝑬𝑫𝑨𝑨𝑵 𝑵𝑰𝑳𝑨𝑰 = 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑷𝒓𝒆𝒕𝒆𝒔𝒕 − 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑷𝒐𝒔𝒕𝒕𝒆𝒔𝒕

... (3.7)

Sedangkan untuk melihat perbedaan nilai rata-rata pretest dan posttest digunakan rumus 3.8 berikut. 𝑹𝑨𝑻𝑨 − 𝑹𝑨𝑻𝑨 𝑷𝑬𝑹𝑩𝑬𝑫𝑨𝑨𝑵 𝑵𝑰𝑳𝑨𝑰 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒓𝒃𝒆𝒅𝒂𝒂𝒏 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑺𝒊𝒔𝒘𝒂

... (3.8)

2. Analisis Data Kualitatif Analisis data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. Data kualitatif tersebut diperoleh dari beberapa hasil seperti hasil validasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85

wawancara, validasi kuesioner, validasi soal pretest dan posttest oleh ahli dan guru; hasil uji empiris, pretest, dan posttest oleh siswa; penilaian kualitas alat peraga oleh ahli, guru, dan siswa; hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Berikut dipaparkan pembahasan dari masing-masing analisis data dari berbagai teknik pengumpulan data tersebut. a. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Wawancara dan Observasi Wawancara dan observasi merupakan salah satu teknik yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan alat peraga serta kesulitan belajar Matematika yang dialami siswa. Dalam hal ini wawancra dan observasi menghasilkan data kualitatif. Menurut Kristi Poerwandari (dalam Widyaningrum, 2015:102) pengolahan data wawancara dan observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Membaca transkip wawancara/observasi yang sudah disusun secara berulang-ulang dan dengan pemahaman yang baik. 2) Menemukan kata kunci atau tema, dan hasilnya ditulis di kolom sebelah kanan. 3) Membuat catatan lain berisi interpretasi atau kesimpulan sementara. 4) Mengumpulkan kata kunci dan tema-tema dari daftar yang telah dibuat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86

Setelah diolah menggunakan tahapan tersebut, data kualitatif diolah dengan menggunakan teknik triangulasi data. Hal ini dilakukan untuk melihat keterkaitan jawaban dari ketiga sumber tersebut. b. Teknik Analisis Data Kualitatif pada Kuesioner Analisis data kuantitatif pada kuesioner dilakukan pada jawaban yang diperoleh dari hasil kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Langkah-langkah yang digunakan adalah peneliti membuat kode-kode atau tema secara kualitatif, selanjutnya menghitung berapa kali kode atau tema tersebut muncul dalam data teks. Kemudian peneliti membandingkan dengan data kuantitatif yang ada (Creswell, 2013:279).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebagai berikut A. Hasil Penelitian Pada subbab ini dipaparkan mengenai proses penelitian mulai dari persiapan hingga pelaksanaan. Paparan tersebut meliputi pengumpulan data, perencanaan, dan pengembangan desain. 1. Pengumpulan Data Tahap awal dalam penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh peneliti adalah mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakuan dengan tujuan untuk mencari dan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di sekolah terkait dengan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Tahap yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner. Berikut penjelasan mengenai pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian. a. Wawancara Wawancara dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai kondisi sekolah serta mengkaji permasalahan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran Matematika. Wawancara dilakukan dengan beberapa narasumber, yaitu PLH Kepala Sekolah, guru kelas II, dan 10 siswa kelas II. Dalam hal ini PLH Kepala Sekolah akan menggantikan posisi Kepala

87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88

Sekolah dikarenakan Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo juga menjabat sebagai Kepala Sekolah SD Kanisius Notoyudan. Di sisi lain Kepala Sekolah memiliki jam kerja lebih banyak di SD Notoyudan sehingga Yayasan Kanisius menunjuk PLH untuk menggantikan posisi Kepala Sekolah di SD Kanisius Tegalmulyo. Sebelum dilakukan wawancara, peneliti terlebih dulu melakukan validasi instrumen. Setelah instrumen dinyatakan valid, wawancara dapat dilakukan. Berikut akan dipaparkan mengenai hasil validasi instrumen wawancara dan hasil wawancara. 1) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Validasi instrumen wawancara dilakukan oleh beberapa ahli guna untuk mengetahui kesesuain komponen dan kelayakan instrumen wawancara agar dapat digunakan untuk kegiatan wawancara. Selain itu validasi dilakukan guna melihat kesesuaian instrumen yang digunakan dengan teori yang sudah ada. Validasi dilakukan terhadap instrumen wawancara Kepala Sekolah, guru kelas II, dan siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo, berikut paparannya. a) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah Pada instrumen wawancara Kepala Sekolah peneliti melakukan validasi kepada ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran. Berikut merupakan hasil validasi terhadap instrumen wawancara kepada Kepala Sekolah yang disajikan pada tabel 4.1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89

Tabel 4.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah Nomor Item Ahli Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 Pembelajaran 4 4 4 4 4 4 4 4 32 4,00

Berdasarkan hasil validasi pada tabel 4.1 diperoleh skor rerata 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen wawancara Kepala Sekolah dapat dinyatakan valid dan sangat layak untuk digunakan. Beberapa komentar diberikan oleh ahli terkait dengan pedoman wawancara Kepala Sekolah, berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar pada item pertanyaan tertentu yang disajikan dalam tabel 4.2. Tabel 4.2 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli No. Item Pertanyaan Komentar Ahli 1 Berapakah jumlah guru dan Kembangkan pertanyaan karyawan yang ada di SD Kanisius pendalaman yang sesuai dengan Tegalmulyo Yogyakarta? informasi yang berkaitan dengan sekolah 4 Bagaimana dengan ketersediaan Jika sekolah sudah memanfaatkan alat peraga yang ada di sekolah? alat peraga, cari tahu mengenai alat Baik berdasar materi maupun peraga yang digunakan. Apakah alat jenjang sekolah. Apakah sudah peraga yang dikembangkan peneliti tersedia? Jika YA, apakah sudah di sudah pernah digunakan di sekolah manfaatkan? tersebut atau belum? 7 Apakah sekolah menyarankan guru Jika sekolah menyarankan, apakah untuk menggunakan alat peraga? guru melakukan saran yang diberikan? 8 Apakah sebelumnya sudah pernah Jika pernah, tanyakan alat peraga ada yang melakukan penelitian di yang dikembangkan oleh peneliti SD Kanisius Tegalmulyo sebelumnya, apakah sama atau tidak Yogyakarta? Terutama dalam hal dengan alat peraga yang akan pengembangan alat peraga. dikembangkan.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pada tabel 4.2, komentar ahli menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam memperbaiki instrumen wawancara Kepala Sekolah. Tujuan dilakukannya perbaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90

yaitu agar instrumen tersebut layak digunakan sesuai dengan uji yang dilakukan. Berikut merupakan hasil perbaikan instrumen yang digunakan sebagai pedoman wawancara Kepala Sekolah. Tabel 4.3 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo No Indikator Item Pertanyaan 1 Informasi 1. Berapakah jumlah guru dan karyawan yang berkaitan dengan ada di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta? sekolah 2. Berapakah jumlah siswa pada setiap kelas? 3. Berapakah KKM yang sudah ditentukan untuk setiap jenjang kelas? 4. Kurikulum apa yang digunakan oleh sekolah? 5. Bagaimanakah proses pembelajaran di SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta? Apakah sudah memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran? 2 Ketersediaan alat 6. Bagaimana dengan ketersediaan alat peraga peraga di sekolah yang ada di sekolah? Baik berdasar materi antara lain: maupun jenjang sekolah. Apakah sudah a. Alat peraga tersedia? Jika YA, apakah sudah di Matematika manfaatkan? yang sudah ada 7. Jika tersedia alat peraga, alat peraga seperti di sekolah apakah yang dimiliki oleh sekolah? b. Pengadaan alat 8. Apakah sekolah mengupayakan adanya alat peraga peraga? Matematika di Jika YA, upaya apa yang dilakukan? sekolah 9. Bagaimana cara dan upaya sekolah dalam c. Perawatan alat merawat alat peraga yang sudah ada? peraga Matematika di sekolah 3 Penggunaan alat 10. Apakah sekolah menyarankan guru untuk peraga Matematika menggunakan alat peraga? Jika YA, apakah dalam guru melakukan saran yang diberikan? pembelajaran 4 Penelitian yang 11. Apakah sebelumnya sudah pernah ada yang pernah dilakukan melakukan penelitian di SD Kanisius di sekolah Tegalmulyo Yogyakarta? Terutama dalam hal berkaitan dengan pengembangan alat peraga. Jika ADA, alat alat peraga peraga seperti apa yang dikembangkan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91

Tabel 4.3 merupakan instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan uji validasi. Peneliti menggunakan instrumen tersebut sebagai pedoman wawancara Kepala Sekolah. b) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II Pada instrumen wawancara guru kelas II peneliti melakukan validasi kepada ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran. Berikut merupakan hasil validasi terhadap instrumen wawancara kepada guru kelas II yang disajikan pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II Nomor Item Ahli Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pembelajaran 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00

Berdasarkan hasil validasi pada tabel 4.4 diperoleh skor rerata 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen wawancara guru kelas II dapat dinyatakan valid dan sangat layak untuk digunakan. Beberapa komentar diberikan oleh ahli terkait dengan pedoman wawancara guru kelas II, berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar pada item pertanyaan tertentu yang disajikan dalam tabel 4.5 Tabel 4.5 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Guru oleh Ahli No. Item Pertanyaan Komentar Ahli 2 Apakah soal-soal penjumlahan Tanyakan juga hal ini kepada guru masih dirasa sulit bagi guru kelas I karena materi penjumlahan dalam menyampaikan langkah diberikan mulai di kelas I penyelesaiannya kepada siswa? Terutama ketika ada yang “meminjam/menyimpan”? 3 Bagaimana pemahaman siswa Tanyakan juga pemahaman materi pada materi perkalian dari perkalian pada guru kelas III tahun-tahun sebelumnya?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92

No. Item Pertanyaan 5 Apakah guru merasa kebingungan dalam menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi perkalian? 9

Komentar Ahli Apakah kebingungannya hanya sebatas dalam menentukan alat atau juga ada kebingungan mengenai penentuan bahan yang akan digunakan sebagai alat peraga? Apakah guru mengupayakan Jika TIDAK, apa alasannya? adanya alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran? Jika YA, upaya apa yang dilakukan?

Berdasarkan hasil rekapitulasi pada tabel 4.5, komentar ahli menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam memperbaiki instrumen wawancara. Tujuan dilakukannya perbaikan yaitu agar instrumen tersebut layak digunakan sesuai dengan uji yang dilakukan. Berikut merupakan hasil perbaikan instrumen yang digunakan sebagai pedoman wawancara Kepala Sekolah. Tabel 4.6 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo No Indikator Item Pertanyaan 1 Kesulitan yang 1. Kesulitan apa saja yang dirasakan guru ketika dialami guru dalam mengajar siswa kelas II SD Kanisius menyampaikan materi Tegalmulyo Yogyakarta terutama pada mata pembelajaran pelajaran Matematika? Matematika 2. Apakah soal-soal penjumlahan masih dirasa sulit bagi guru dalam menyampaikan langkah penyelesaiannya kepada siswa? Terutama ketika ada yang “meminjam/menyimpan”? 3. Bagaimana pemahaman siswa pada materi perkalian dari tahun-tahun sebelumnya? 4. Masalah apa yang dihadapi dalam pemahaman materi perkalian tersebut? 5. Apakah guru merasa kebingungan dalam menentukan alat peraga yang sesuai dengan materi perkalian? Jika YA, apakah penyebabnya? 6. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal matematika tersebut? Baik faktor intern maupun ekstern?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93

No Indikator 2 Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas 3 Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain: a. Alat Alat peraga Matematika yang dimiliki oleh kelas b. Pengadaan alat peraga Matematika oleh guru 4 Penggunaan alat peraga Matematika dalam pembelajaran

Item Pertanyaan cara mengatasi kesulitan tersebut?

7. Bagaimana

kesulitan-

8. Bagaimana dengan ketersediaan alat peraga bagi siswa kelas II? Apakah sudah tersedia? Jika YA, apakah sudah di manfaatkan? 9. Apakah guru mengupayakan adanya alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran? Jika YA, upaya apa yang dilakukan? Jika TIDAK, apa alasannya?

10. Apakah guru menggunakan alat peraga untuk mendukung jalannya kegiatan belajar mengajar? Jika Ya, apakah dalam pembelajaran alat peraga matematika mampu membantu dalam pemahaman siswa?

Tabel 4.6 merupakan instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan uji validasi. Selain itu, ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran menyarankan untuk juga menggunakan pedoman wawancara guru kelas II ketika melakukan wawancara kepada PLH Kepala Sekolah. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun sebelumnya PLH Kepala Sekolah yang menjabat sebagai guru kelas II, sehingga dalam hal ini PLH Kepala Sekolah dianggap sebagai guru senior. Oleh karena itu peneliti menggunakan instrumen tersebut sebagai pedoman wawancara guru kelas II dan PLH Kepala Sekolah SD Kanisius Tegalmulyo.

c) Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Pada instrumen wawancara siswa peneliti melakukan validasi kepada ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran dan guru kelas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94

II. Namun karena tahun ini merupakan tahun pertama bagi guru kelas II dalam mengajar, maka peneliti juga melakukan validasi kepada guru kelas II tahun sebelumnya sebagai guru senior. Berikut merupakan hasil validasi terhadap instrumen wawancara kepada siswa kelas II yang disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II Nomor Item Ahli Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pembelajaran 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4,00 Guru Senior 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4,00 Guru Kelas II 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 43 3,91 Rerata 43,67 3,97

Berdasarkan hasil validasi pada tabel 4.7 diperoleh skor rerata 3,97. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen wawancara siswa kelas II dapat dinyatakan valid dan sangat layak untuk digunakan. Beberapa komentar diberikan oleh ahli yaitu guru senior dan guru kelas, dalam hal ini ahli pembelajaran tidak memberikan komentar terkait dengan pedoman wawancara siswa kelas II, berikut merupakan hasil rekapitulasi komentar pada item pertanyaan tertentu yang disajikan dalam tabel 4.8 Tabel 4.8 Rekapitulasi Komentar Validasi Instrumen Wawancara Siswa oleh Ahli Komentar Ahli No. Item Pertanyaan Guru Senior Guru Kelas II 2 Metode apa yang biasanya Kata ‘metode’ Kata ‘metode’ bisa digunakan oleh guru dalam diganti dengan kata lebih disederhanakan kegiatan belajar mengajar? lain yang lebih agar lebih bisa spesifik dimengerti 8 Bagaimana pemahamanmu Perjelas lagi arti terhadap materi perkalian? kata “pemahamanmu” 10 Apa saja faktor-faktor yang Perjelas lagi arti Kata “intern” dan menyebabkan kesulitan kata “intern” dan “ekstern” sebaiknya dalam menyelesaikan soal- “ekstern” lebih disederhanakan soal matematika tersebut?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95

Baik faktor intern maupun ekstern?

agar siswa lebih paham artinya.

Berdasarkan hasil rekapitulasi pada tabel 4.8, ahli pembelajaran memberikan komentar secara keseluruhan agar pertanyaan wawancara dapat dikembangkan lagi untuk menunjang data yang lebih mendalam. Sedangkan PLH Kepala Sekolah dan guru kelas II memberikan komentar secara keseluruhan agar agar ketika wawancara dilakukan, pertanyaan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tingkat pemahaman anak usia kelas II sekolah dasar. Seluruh komentar ahli akan menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti dalam memperbaiki instrumen wawancara siswa kelas II. Tujuan dilakukannya perbaikan yaitu agar instrumen tersebut layak digunakan sesuai dengan uji yang dilakukan. Berikut merupakan hasil perbaikan instrumen yang digunakan sebagai pedoman wawancara siswa. Tabel 4.9 Hasil Perbaikan Instrumen Wawancara Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo No Indikator Item Pertanyaan 1 Tanggapan terhadap 1. Bagaimana proses pembelajaran Matematika pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru? Apakah Matematika yang menyenangkan, membosankan, atau selama ini terjadi menakutkan? 2. Apakah ketika mengajar guru lebih banyak bercerita daripada memberikan tugas? 3. Apakah ketika mengajar guru sering memberikan tugas secara berkelompok? 4. Kegiatan apa yang paling sering kalian lakukan ketika belajar di sekolah? 2 Penggunaan alat 5. Apakah sebelumnya sudah pernah menggunakan peraga dalam alat peraga dalam pembelajaran? pembelajaran 6. Apakah guru menggunakan alat peraga untuk Matematika mendukung jalannya kegiatan belajar mengajar? Jika Ya, apakah dalam pembelajaran alat peraga matematika mampu membantu dalam pemahaman siswa?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96

3

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran Matematika

7. Kesulitan apa saja yang dialami selama belajar Matematika? 8. Materi matematika apa saja yang dirasa sulit bagimu selama belajar di kelas II? 9. Apakah soal-soal penjumlahan masih dirasa sulit bagmu? Terutama ketika ada yang “meminjam/menyimpan”? 10. Apakah kalian merasa kesulitan ketika belajar perkalian? Jika YA, apa yang membuat perkalian terasa sulit bagi kalian? 11. Soal Matematika seperti apa yang dirasa sulit bagimu untuk diselesaikan?

4

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitankesulitan di atas

12. Bagaimana cara mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?

Tabel 4.9 merupakan instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan uji validasi. Peneliti menggunakan instrumen tersebut sebagai pedoman wawancara siswa. 2) Hasil Wawancara Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah diperbaiki berdasarkan hasil validasi. Wawancara dilakukan kepada PLH Kepala Sekolah, guru kelas II, dan 10 siswa kelas II. Berikut akan dipaparkan hasil wawancara dari ketiga narasumber. a) Hasil Wawancara Kepala Sekolah Kegiatan wawancara pertama dilakukan kepada PLH ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ketika PLH mengajar di kelas II pada tahun sebelumnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan pada Rabu, 7 Desember

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97

2016. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Topik Pertanyaan

Informasi berkaitan dengan sekolah

Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain: a. Alat peraga Matematika yang sudah ada di sekolah b. Pengadaan alat peraga Matematika di sekolah c. Perawatan alat peraga Matematika di sekolah Penggunaan alat peraga Matematika dalam pembelajaran

Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan PLH SD Kanisius Tegalmulyo Hasil Wawancara SD Kanisius Tegalmulyo memiliki 9 guru dan 1 karyawan. Seluruh siswa berjumlah 56 siswa. Kelas 1 berjumlah 7 siswa, seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Di mana dua diantaranya berkebutuhan khusus, karena tingkat pemahamannya masih jauh di bawah siswa-siswa lainnya. Kelas 2 berjumlah 10 siswa, terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Kelas 3 berjumlah 7 siswa yang terdiri dari 2 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Kelas 4 terdiri dari 13 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Kelas 5 berjumlah 5 siswa di mana hanya erdapat 1 siswa perempuan. Sedangkan kelas 6 berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 5 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. KKM untuk mata pelajaran Matematika di kelas 1 dan 2 yaitu 73. Sedangkan untuk kelas 3-6 yaitu 74. Namun pada tahun ini KKM untuk siswa kelas 6 diturunkan menjadi 72. Kurikulum yang digunakan sekolah ada 2 macam, yaitu KTSP dan Kurikulum 2013. Untuk kelas 1-3 menggunakan Kurikulum 2013, sedangkan kelas 4-6 menggunakan KTSP. Dalam kegiatan pembelajaran, sekolah sudah menyarankan agar para guru menggunakan meode yang menyenangkan. Selain itu juga diharapkan guru memiliki kreatifitas dalam menciptakan alat peraga guna membantu pemahaman siswa dalam mempelajari suatu materi. Beberapa alat peraga sudah tersedia, namun memang tidak selengkap yang diharapkan. Untuk alat peraga yang berkaitan dengan Matematika terdapat papan kubus satuan untuk materi perkalian dan penjumlahan. Selain itu juga terdapat poster yang berisikan huruf-huruf yang telah tersusun sedemikian rupa hingga membentuk tulisan dari setiap bilangan, tujuan dari alat peraga ini untuk mengenalkan tulisan dari suatu angka atau bilangan. Ada juga alat peraga yang menunjukkan bangun-bangun ruang. Setiap alat peraga sudah dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk usaha dalam mengupayakan keberadaan alat peraga, selama ini sekolah hanya menggunakan yang sudah tersedia saja. Jika membutuhkan sarana pendukung yang belum tersedia, sekolah masih belum mengupayakan alat peraga. Para guru hanya mendownload-mendownload file yang sekiranya dapat membantu siswa dalam memahami materi. Karena untuk beberapa materi yang sekiranya anak-anak kesulitan dalam memahami secara manual, memang abstraksinya dirasa perlu menggunakan bantuan alat peraga. Untuk cara dan upaya sekolah dalam merawat alat peraga hanya dengan cara menyimpannya dengan baik di dalam lemari khusus alat peraga. Sekolah sudah menyarankan guru untuk menggunakan alat peraga.Tetapi semua kembali kepada guru, apakah guru mampu berkreatifitas dalam menciptakan alat peraga atau tidak.

98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Topik Pertanyaan Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Matematika

Hasil Wawancara Sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian di SD Kanisius Tegalmulyo

Materi yang terasa sulit ketika mengajar yaitu perkalian, karena hanya dalam 1 semester mereka harus memahami perkalian dengan hasil di bawah 100. Di sisi lain ketika ulangan akhir semester mereka harus dipaksakan mampu menyelesaikan perkalian 1 angka dikali 2 angka, sedangkan perkalian dasar 1-10 saja mereka terkadang belum hafal. Sehingga program tematik itu memang jadi terasa sangat berat untuk seusia anak kelas 2. Beberapa anak masih merasa sulit pada materi penjumlahan, khususnya pada teknik meminjam dan menyimpan. Hal ini kemungkinan dikarenakan ketika kelas 1 hanya satu semester mereka mempelajari penjumlahan hingga puluhan. Sementara penjumlahan hingga ratusan juga hanya dipelajari ketika kelas 2 semester 1. Ketika masuk semester 2, mereka sudah harus mempelajari perkalian. Untuk soal perkalian dengan bentuk soal cerita siswa masih sangat kesulitan dalam memahami maksud dari soal. Sering sekali muncul pertanyaan “Bu, yang ini dibagi atau dikali?” walaupun sebenarnya di dalam soal cerita sudah tersedia kata kunci, seperti “ada dua kelereng dibawa dua anak” berartikan masing masing anak membawa dua kelereng, tetapi siswa masih kesulitan ketika diminta menentukan jumlah seluruh kelereng yang ada. Sedangkan untuk soal perkalian yang berbentu gambar dan simbolik dirasa lebih mudah dipahami oleh siswa. Sehingga untuk alat peraga perkalian yang bisa menunjang kegiatan belajar mengajar kembali lagi kekreatifitas guru. Untuk faktor intern yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian itu semua kembali ke anak itu sendiri. Namun yang jelas peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini, terutama dalam hal waktu. Ketikan ada orang tua yang turut aktif mendampingi belajar anaknya khususnya yang mau mengikuti saran dari guru, misalnya “Bu, kalau di rumah setiap hari itu sambil ngobrol anaknya ditanyain (mencongak)”. Sehari mencongak bilangan kali 2 saja, mulai dari dua kali 1 sampai dua kali sembilan, dalam satu hari saja. Untuk mereka para orang tua yang mau menerapkan apa yang disarankan, hasilnya cukup baik. Anak-anak jadi lebih terbiasa dan cepat dalam menentukan hasil perkalian dasar. Tetapi mereka para orang tua yang mungkin memiliki keterbatasan waktu di rumah, memang benar hasilnya anak menjadi tidak begitu menguasai perkalian dasar. Usaha yang dilakukan Setiap hari setelah renungan pagi dilakukan kegiatan mencongak. Jadi sehari sebelumnya guru sudah untuk mengatasi menginformasikan ke siswa jika besok akan ada kegiatan mencongak, misalkan perkalian kali 2. Sehingga pagi harinya siswa sudah siap dengan bukunya yang diberi nomor 1-10, ketika kegiatan mencongak berlangsung siswa tinggal menuliskan hasilnya saja di buku mereka masing masing. Apabila perkalian kali 2 maka dimulai dari 2×0

99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Topik Pertanyaan Hasil Wawancara kesulitan-kesulitan di sampai 2×9 yang diberikan secara acak. Kemudian dilihat hasilnya, apabila semua siswa sudah memperoleh nilai di atas 50, maka hari berikutnya dilanjutkan dengan perkalian kali 5. Kegiatan mencongak ini setiap harinya dimulai atas dari kali 2, kali 5, kali 9, kali 3, kali 4, kali 6, kali 7, dan kali 8. Begitu urutan yang diberikan. Karena perkalian kali 2 dianggap perkalian yang paling mudah, kemudian kali 5 dan kali 9. Setelah itu baru kembali lagi keperkalian kali 3, kali 4, kali 6, kali 7, dan kali 8. Apabila hasil dari kegiatan mencongak di hari tersebut masih terdapat siswa yang memperoleh nilai 40, 30, 20, maka hari berikutnya kegiatan mencongak kembali dilakukan dengan angka perkalian yang sama. Untuk perkalian 6-9 siswa juga diajarkan dengan bantuan jarimatika. Selain itu kegiatan belajar mengajar juga dilakukan dengan metode yang menyenangkan, seperti memberi games ataupun melakukan kegiatan belajar berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa takut, melainkan merasa senang ketika belajar Matematika.

b. Hasil Wawancara Guru Kelas II Kegiatan wawancara kedua dilakukan kepada Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Wawancara dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa terutama pada mata pelajaran Matematika. Kegiatan wawancara dilaksanakan pada Rabu, 7 Desember 2016. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.11.

Indikator Kesulitan yang dialami guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Matematika

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Hasil Wawancara Kesulitan yang dirasakan ketika mengajar siswa kelas II terutama pada mata pelajaran Matematika yaitu ketika membuat suatu persoalan Matematika terlihat mudah, bukan mencari penyelesaian secara instan. Jika persoalan terlihat mudah maka siswa akan lebih paham maksud dari persoalan tersebut dan dapat menentukan penyelesaiannya. Karena setiap siswa pasti memiliki gambaran sendiri-sendiri pada satu permasalahan yang sama. Di sinilah yang membuat sulit, bagaimana membuat semua siswa fokus pada gambaran yang sama? Untuk soal-

100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan di atas

Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain: a. Alat Alat peraga Matematika yang dimiliki oleh kelas b. Pengadaan alat peraga Matematika oleh guru Penggunaan alat peraga Matematika dalam pembelajaran

soal penjumlahan dan pengurangan, teknik menyimpan dan meminjam terutama pada bilangan ratusan masih dirasa sulit bagi siswa. Menurut guru kelas II Matematika itu sulit, sehingga perlu sering diajarkan supaya siswa tidak mudah lupa. Sedangkan untuk pemahaman siswa terhadap materi perkalian guru belum begitu mengetahui karena baru akan mengajar perkalian di semester 2 nanti. Untuk kesulitan-kesulitan yang dialami siswa biasanya disebabkan karena mereka sulit untuk berkonsentrasi dan kurang teliti. Penyebab lainnya bisa saja karena kurangnya bimbingan dari orang tua ketika di rumah. Karena perlu juga sebenarnya menyadarkan setiap orang tua murid bahwa mendampingi belajar terutama pada Matematika sangat penting bagi anak. Di kelas II ada 1 anak yang masih lemah dalam membaca, mungkin ini juga ada kaitannya dengan sulitnya anak dalam menyelesaikan persoalan Matematika, terutama pada soal cerita. Karena apabila kemampuan membacanya masih kurang maka akan sulit dalam memahami soal cerita. Soal cerita memang juga dirasa sulit bagi siswa lainnya untuk dipahami. Mungkin karena jumlah kosakata yang diketahui oleh siswa masih kurang. Seperti ayah membeli ayam sekian, sampai rumah mati sekian, dalam hal ini mereka terkadang masih belum mengetahui kalau mati itu berarti dikurang, nanti beli lagi berarti ditambah. Apalagi pada operasi hitung campuran. Mereka lebih mudah memahami soal simbolik yang jelas terlihat ini tambah ini, ini kurang ini, ini kali ini, ini bagi ini. Cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan banyak memberikan latihan dan praktek, jadi Matematika “didril” terus, “dipush” terus. Selain itu gunakan contoh yang sekiranya mereka benar-benar mengalami dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan perumpamaan ayah membeli bebek, perumpamaan itu jarang dialami oleh setiap siswa, karena belum tentu semua ayah mereka pernah membeli bebek. Maka gunakan perumpamaan yang lain. Alat perga yag tersedia di sekolah masih kurang sehingga para guru harus membuatnya sendiri. Ketika dirasa butuh alat peraga, guru baru membuat. alat peraga yang dibuat pun bukan alat peraga yang permanen, namun hanya yang bersifat sementara sehingga mudah rusak. Misalnya membuat alat peraga untuk jam, guru hanya membuat dari gambar saja atau menggunakan papan yang dijadikan jam. Untuk materi perkalian guru belum pernah membuat alat peraga, karena baru di tahun ini mengajar di kelas II. Sedangkan untuk upaya pengadaan alat peraga hanya ketika ada waktu luang dan ketika dirasa anak membutuhkan alat peraga terutama pada materi yang sepertinya anak akan sulit membayangkan. Alat peraga tersebut dibuat sendiri oleh guru. Ketika dirasa anak membutuhkan alat peraga terutama pada materi yang sepertinya anak akan sulit membayangkan guru akan mengupayakan menggunakan alat peraga. Karena dengan alat peraga anak akan terlihat lebih mampu memahami materi. Apalagi bagi siswa kelas II, mereka lebih mudah memahami materi apabila mereka melihat bentuknya seperti apa karena membayangkan itu sulit. Jadi perlu digunakan alat inderanya sehingga mereka bisa

101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melihat bagaimana bentuk angkanya, bagaimana bentuk bendanya, dan lain sebagainya. Selain jam, alat yang pernah dibuat oleh guru yaitu seperti tabel penjumlahan dan perkalian. Alat peraga sangat membantu pemahaman siswa, karena guru jarang menggunakan metode diskusi seperti kerja kelompok. Hal ini dikarenakan waktu yang disediakan cukup terbatas, sehingga guru masih sering menggunakan metode ceramah.

c. Hasil Wawancara Siswa Kelas II Kegiatan wawancara selanjutnya dilakukan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Wawancara dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan dan sejauh mana kemampuan belajar yang dialami oleh siswa terutama pada mata pelajaran Matematika materi perkalian. Kegiatan wawancara dilaksanakan selama 2 hari yaitu 5 siswa pada Rabu, 22 Februari 2017 dan 5 siswa pada Kamis, 23 Februari 2017. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.12 dan 4.13. Tabel 4.12 Hasil Wawancara Hari Pertama dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Indikator Hasil Wawancara Tanggapan 1. Menurut siswa, pelajaran Matematika yang selama ini diikuti terasa menyenangkan. Selama pembelajaran Matematika guru terhadap mengawali dengan memberikan catatan, memberikan penjelasan, kemudian latihan, selanjutnya membahas soal. Soal pembelajaran dibahas dengan cara meminta siswa menjawab secara bergantian satu persatu sesuai dengan posisi tempat duduk. Tempat Matematika duduk sendiri sejak awal sudah diatur oleh guru kelas. Selama kegiatan belajar mengajar guru sangat jarang mengajak yang selama berdiskusi secara berkelompok. bahkan mungkin dapat dikatakan tidak pernah ada diskusi kelompok. ini terjadi 2. Menurut siswa, pelajaran Matematika yang selama ini diikuti terasa menyenangkan. Selama pembelajaran Matematika guru mengawali dengan memberikan catatan, memberikan penjelasan. Sembari menjelaskan biasanya guru juga memberikan sedikit cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dengan kata lain guru masih menggunakan metode ceramah. Kemudian guru akan memberikan latihan soal, selanjutnya membahas soal tersebut.

102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

Hasil Wawancara 3. Bagi siswa Matematika terasa menyenangkan. Setiap kegiatan belajar Matematika berlangsung, guru selalu memulai dengan memberikan materi dengan cara memberikan catatan, kemudian guru akan menjelaskan materi yang telah disampaikan dengan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal kemudian dibahas dengan cara meminta siswa menjawab secara bergantian. 4. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Hal ini disebabkan karena ketika ada PR dan siswa merasa kesulitan, kedua orang tuanya tidak dapat membantu menyelesaikan PR Matematika yang diberikan guru. Sedangkan guru sendiri selalu memberikan PR terutama pada mata pelajaran Matematika. Selama mengajar, guru selalu mengawali dengan memberikan materi yang berupa catatan, kemudian dilanjutkan dengan memberikan soal latihan. Selanjutnya siswa akan diminta untuk mengerjakan secara individu setelah itu akan dibahas, setiap siswa akan mendapat giliran untuk menjawab setiap soal secara bergantian. Selain itu siswa juga menyatakan bahwa setiap pagi, guru akan mengajak untuk melakukan kegiatan mencongak. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meminta semua siswa maju ke depan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru secara bergantian. 5. Menurut siswa Matematika itu pelajaran yang menyenangkan. Selama belajar Matematika di sekolah, guru selalu mengajar dengan cara memberikan latihan soal kemudian akan dibahas dengan cara meminta siswa memberikan jawaban secara bergantian pada nomor soal yang berbeda. Selama kegiatan belajar mengajar siswa jarang sekali melakukan kegiatn secara berkelompok. Penggunaan 1. Selama kegiatan belajar mengajar guru pernah menggunakan alat peraga, namun masih jarang. Salah satu alat peraga yang alat peraga pernah digunakan yaitu spidol. Namun menurut siswa menggunakan atau tidak menggunakan alat peraga siswa tetap merasa dalam paham dengan yang diajarkan oleh guru. pembelajaran 2. Selama pembelajaran berlangsung, terkadang guru menggunakan alat peraga. Ketika mempelajari materi perkalian guru Matematika pernah menggunakan spidol sebagai alat peraga. Menurut siswa, pembelajaran Matematika lebih mudah jika menggunakan bantuan alat peraga. 3. Sebelumnya guru pernah mengajarkan Matematika dengan bantuan spidol sebagai alat peraga. Alat peraga tesebut digunakan untuk menjelaskan materi perkalian dan pembagian. Menurut siswa mempelajari Matematika menggunakan alat peraga terasa lebih mudah dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga.

103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

Hasil Wawancara 4. Selain itu dalam proses belajar mengajar guru terkadang juga memanfaatkan alat peraga. Guru menggunakan spidol sebagai alat peraga untuk membantu pemahaman siswa terutama pada materi perkalian. siswa merasa lebih mudah mempelajari perkalian menggunakan bantuan alat peraga. 5. Sebelumnya guru pernah menggunakan spidol sebagai alat peraga materi perkalian. Siswa juga merasa lebih mudah memahami materi dengan bantuan alat peraga. Kesulitan 1. Materi yang dirasa sulit ktika mempelajari Matematika yaitu perkalian, terutama pada perkalian lebih dari 1 angka. Untuk belajar yang materi penjumlahan dan pengurangan siswa tidak lagi merasa kesulitan walaupun menggunakan sistem meminjam ataupun dialami menyimpan. Bentuk soal cerita, bergambar, maupun simbolik juga tidak terasa sulit bagi siswa. siswa dalam 2. Materi yang dirasa sulit bagi siswa yaitu materi pembagian. Siswa masih belum memahami dengan baik dalam pembelajaran menyelesaikan persoalan pembagian. Pada materi perkalian, siswa juga masih merasa kesulitan terutama pada perkalian Matematika dengan 2 angka. Sedangkan untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa juga masih belum paham ketika dijelaskan oleh guru. Sehingga siswa masih merasa kesulitan terutama ketika menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Namun menurut siswa, ketika mereka masih merasa tidak paham guru akan kembali mencoba menjelaskan dengan cara memberikan contoh soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehinga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Untuk bentukbentuk soal Matematika terutama pada materi perkalian, siswa merasa kesulitan ketika diminta menyelesaikan bentuk soal cerita. Karena siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal, sehingga siswa lebih senang mengerjakan soal bentuk simbolik. 3. Siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan pada materi perkalian dan pembagian. Untuk perkalian dan pembagian dengan 1 angka, siswa masih bisa memahami dengan baik, namun ketika harus menyelesaikan persoalan materi perkalian dan pembagian dengan 2 angka, siswa masih merasa kesulitan. Namun untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa tidak lagi merasa kesulitan. Apabila berdasarkan bentuk soal, siswa masih merasa kesulitan ketika harus menyelesaikan persoalan Matematika berbentuk soal cerita, terutama pada materi perkalian. 4. Selama ini siswa tidak begitu menyukai Matematika dikarenakan orang tuanya akan memarahinya apabila siswa tidak memperoleh hasil yang memuskan dalam pelajaran Matematika. Sedangkan orang tua sendiri kurang mampu mendampingi siswa ketika belajar di rumah dan mengalami kesulitan. Untuk materi Matematika ang dirasa sulit bagi siswa yaitu materi perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian siswa masih kesulitan dalam menentukan hasil perkalian 2 angka,

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

5.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitankesulitan di atas

1.

2.

3.

4.

Hasil Wawancara sedangkan untuk pembagian siswa masih merasa kesulitan mulai dari pembagian dasar. Namun untuk materi penjumlahan siswa sudah tidak merasa kesulitan baik dengan/tanpa teknik meminjam dan menyimpan. Untuk bentuk soal, siswa masih merasa kesulitan ketika diminta menyelesaikan soal bentuk cerita karenasusah untuk memahami sehingga tidak mengerti maksud dari isi soal. Untuk meteri Matematika yang dirasa sulit bagi siswa yaitu perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan hasil perkalian dengan 2 angka. Sedangkan untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa sudah tidak merasa kesulitan lagi. Bentuk soal yang dirasa sulita bagi siswa yaitu bentuk soal cerita pada materi perkalian dan pembagian, terutama pada soal cerita campuran dari perkalian dan pembagian. Ketika di rumah, siswa meluangkan waktu setiap harinya pukul 17.00-18.00 WIB untuk belajar ataupun mengerjakan PR. Ketika belajar siswa terkadang didampingi mamanya karena ayahnya berada di luar kota untuk bekerja. Selain mamanya, siswa terkadang juga didampingi nenek atau pakdhenya terutama ketika meminta bantuan dalam menyelesaikan persoalan Matematika. Ketika di rumah siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Hanya ketika ada PR saja siswa akan meluangkan waktu untuk mengerjakan PR sembari belajar. Jika tidak ada PR siswa lebih memilih untuk bermain dengan adiknya. Ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR, siswa biasanya akan meminta bantuan kedua orang tuanya. Ketika di rumah, siswa jarang meluangkan waktu untuk belajar. Siswa meluangkan waktu untuk belajar hanya ketika mendapatkan PR dari guru di sekolah. Ketika siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan PR, siswa akan meminta bantuan ibunya karena ayahnya tidak tinggal bersama siswa yang bersangkutan. Ketika sudah di rumah siswa terkadang menyempatkan untuk belajar. Tetapi ketika sudah merasa mengantuk, siswa menjadi tidak belajar. Siswa juga mengatakan jika sudah mengantuk siswa akan mudah tertidur sehingga meninggalkan aktivitas belajarnya dan menjadi tidak sempat menggosok gigi sebelum tidur. Namun ketika belajar siswa tetap didampingi oleh kedua orang tuanya. Untuk soal Matematika yang tidak begitu sulit, terkadang ayahnya akan membantu, namun tidak banyak. Ibu dari siswa mengatakan bahwa beliau sama sekali tidak dapat membantu menyelesaikan persoalan Matematika karena dulu ketika sekolah hanya memperoleh nilai 4 pada mata pelajaran Matematika.

105

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

Indikator Tanggapan terhadap pembelajar an Matematika yang selama ini terjadi

Hasil Wawancara 5. Ketika di rumah siswa selalu menyediakan waktu untuk belajar yaitu pukul 18.00-21.00 WIB. Kebiasaan ini dilakukan karena permintaan dari ayahnya. Selama belajar, siswa didampingi oleh papanya dan apabila ada persoalan Matematika yang dirasa sulit, siswa akan meminta bantuan ayahnya, karena ibunya merasa tidak terlalu memahami Matematika.

Tabel 4.13 Hasil Wawancara Hari Kedua dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Hasil Wawancara 1. Siswa menganggap bahwa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Selama pelajaran Matematika berlangsung, guru akan memulai dengan memberikan materi kamudian menjelaskannya dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Kemudian guru akan memberikan latihan soal dan siswa akan diminta untuk mengerjakan secara individu, setelah itu akan dibahas dengan cara setiap siswa bergiliran mengungkapkan hasil pekerjaannya pada nomor soal yang berbedabeda. Selama pelajaran Matematika siswa jarang sekali melakukan diskusi kelompok. 2. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Namun sesekali siswa juga merasa takut katika dihadapkan dengan persoalan Matematika. Ketakutan itu muncul dikarenakan siswa takut salah dalam menentukan jawaban dari soal yang diberikan. Selama pelajaran Matematika, siswa sangat jarang melakukan diskusi kelompok. Biasanya ketika pelajaran Matematika berlangsung, guru akan mengawali dengan memberikan materi dan menjelaskannya dengan bercerita atau dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Kemudian dilanjutkan dengan latihan soal kemudian membahasnya dengan cara siswa diminta secara bergantian memberikan jawaban dari setiap soal dengan nomor yang berbeda. 3. Siswa mengatakan bahwa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Karena pada Matematika banyak kegiatan berhitung, kegiatan inilah yang membuat siswa tidak pernah bosan dalam mempelajari Matematika. Karena Matematika terasa menyenangkan, siswa menjadi tidak merasa takut ketika mempelajari Matematika. Ketika pelajaran Matematika, guru akan emmulai dengan memberikan materi dan menjelsakannya dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal. Siswa akan diminta mengerjakan secara individu, kemudian soal akan dibahas dengan cara siswa diminta secara bergantian untuk menjawab latihan soal yang diberikan pada nomor soal yang bebeda-beda. Saat belajar Matematika siswa jarang sekali melakukan kegiatan diskusi secara berkelompok.

106

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

Penggunaa n alat peraga dalam pembelajar an Matematika

Hasil Wawancara 4. Menurut siswa, Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Siswa juga menatakan bahwa ia tidak pernh merasa bosan ataupun takut ketika belajar Matematika. Siswa sangat menyukai pelajaran Matematika, apalagi pada materi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Selama pelajarn Matematika di kelas, guru selalu memulai dengan memberikan materi berupa catatan kemudian menjelaskannya dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal yang dikerjakan secara individu kemudian nanti akan membahasnya dengan cara meminta siswa mengemukakan jawabannya secara berganttian pada tiap nomor soal yang berbeda. Ketika siswa yang endapat giliran tidak mampu menjawab soal yang diberikan, maka soal tersebut akan dilempar ke siswa yang memperoleh giliran selanjutnya, dengan catatan siswa yang tidak bisa menjawab tidak akan memperoleh nilai tambahan. 5. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menyenangkan. Namun terkadang siswa merasa takut karena siswa merasa guru suka marah-marah ketika siswa tidak bisa mengikuti pelajaran dengan bai. Selian itu ketika materi mulai teras sulit, siswa juga menjadi bosan mengikuti pelajaran Matematika. Ketika pelajaran Matematika biasanya guru memulai dengan memberikan materi berupa catatan, kemudian menjelaskan materi tersebut dengan bercerita, dengan kata lain menggunakan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal kemudian dibahas dengan cara meminta siswa secara bergantian mengemukakan jawabannya pada nomor soal yang berbeda-beda. 1. Sebelumnya guru sudah pernah menggunakan alat peraga. Guru menggunakan spidol dan kertas lipat sebagai alat peraga. Selain itu siswa juga merasa lebih mudah memahami materi apabila menggunakan alat peraga. 2. Sebelumnya guru pernah menggunakan alat peraga guna membantu pemahaman siswa. alat peraga yang digunakan yaitu berupa spido, pensil, dan penggaris. Siswa merasa jika menggunakan alat peraga akan terasa lebih mudah dalam memahami materi yang dipelajari. 3. Sebelumnya guru sudah pernah menggunakan alat peraga sebagai alat bantu. Alat yang pernah digunakan yaitu spidol dan gelas ketika menjelaskan materi perkalian dan pembagian. Tetapi siswa merasa tidak senang menggunakan alat peraga, hal ini dikarenakan apabila menggunakan alat peraga, materi tersebut menjadi terasa lebih mudah. Sedangkan siswa tidak suka apabila Matematika terasa mudah, padahal siswa menginginkan Matematika diselesaikan dengan otak yang bekerja secara maksimal. Selain itu siswa tidak begitu senang menggunakan alat peraga agar suatu ketika apabila ada materi Matematika yang tidak memiliki alat peraga, siswa tidak akan merasa kesulitan dalam memahami materi tersebut karena sudah terbiasa tidak menggunakan bantuan alat peraga.

107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajar an Matematika

Hasil Wawancara 4. Sebelumnya guru sudah pernah menggunakan alat peraga. Alat yang digunakan yaiu spidol dan gelas untuk materi perkalian dan pembagian. Siswa merasa lebih senang mengguakan alat peraga ketika belajar Matematika, karena dengan menggunakan alat peraga siswa merasa lelbih cepat dalam memahami materi. 5. Sebelumnya guru sudah menggunakan alat peraga ketika pelajaran Matematika berlangsung. Alat yang digunakan adalah spidol. Siswa merasa lebih senang ketika menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Karena dengan begitu siswa merasa lebih mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru. 1. Pada pelajaran Matematika, materi yang dirasa sulit bagi siswa yaitu perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian dasar, siswa sudah tidak merasa kesulitan, namun pada perkalian dengan 2 angka, siswa masih merasa kesulitan. Sedangkan untuk materi pembagian, siswa masih merasa kesulitan, baik pembagian dengan 1 angka maupun pembagian dengan 2 angka. Untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa sudah tidak merasa kesulitan baik dengan/tanpa menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Dari berbagai macam bentuk soal Matematika, siswa masih meras kesulitan apabila diminta menelesaikan soal dengan bentuk soal cerita. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal dan menentukan operasi hitung yang akan digunakan. Siswa lebih menyukai soal Matematika bentuk simbolik, karena pada bentuk tersebut sudah jelas operasi hitung apa yang digunakan. 2. Selama belajar Matematika, siswa masih merasa kesulitan dalam menentukan hasil perkalian dan pembagian. Untuk perkalian dasar siswa sudah tidak merasa kesulitan, namun untu perkalian dengan 2 angka siswa mengaku memerlukan kertas untuk coretcoretan ketika neghitung hasil perkalian. sedangkan untuk seluruh materi pembagian siswa masih merasa kesulitan. Untuk materi penjumlahan dan pangurangan baik dengan/tanpa menggunakan teknik meminjam dan menyimpan, siswa sudah tidak meras kesulitan. Untuk bentuk soal yang dirasa sulit bagi siswa yaitu bentuk soal cerita. Karena siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal sehingga tidak mampu menentukan operasi hitung yang akan digunakan. 3. Selama mempelajari Matematika siswa merasa kesulitan pada materi pembagian. Untu materi peralian, penjumlahan, dan pengurangan siswa mengaku sudah tidak mengalami kesulitan lagi. Untuk bentuk soal pada Matematika, siswa masih mengalami kesulitan ketika menyelesaikan persoalan dalam bentuk soal cerita. Karena pada soal cerita siswa terkendala dalam memahami maksud dari soal tersebut, sehingga siswa juga menjadi kesulitan dalam menentukan operasi hitung yang akan digunakan. 4. Ketika belajar Matematika siswa merasa kesulitan pada materi pembagian. Untuk materi perkalian siswa merasa tidak mengalami kesulitan. Begitu pula untuk materi penjumlahan dan pengurangan, siswa tidak mengalami kesulitan walaupun pada soal yang

108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

5.

Usaha yang 1. dilakukan untuk 2. mengatasi kesulitankesulitan di 3. atas 4.

Hasil Wawancara menggunakan atau tidak menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Pembagian semakin terasa sulit bagi siswa ketika pembegian tersebut memiliki hasil yang bersisa, misalkan pada soal 10: 4. Untuk materi perkalian dasar siswa sudah tidak merasa kesulitan, sedangkan perkalian dengan bilangan 2 angka biasanya siswa akan menggunakan sifat komutatif untuk menyelesaikannya. Untuk bentuk soal Matematika yang dirasa sulit bagi siswa yaitu bentuk soal cerita, karena siswa keulitan dalam memahami maksud soal dan menentukan operasi hitung yang akan digunakan. Siswa lebih merasa senang ketika diminta menyelesaikan soal dengan bentuk simbolik, karena dengan begitu sudah terlihat jelas operasi hitung apa yang digunakan untuk menyelesaikan soal tersebut. Dalam pelajaran Matematika, siswa masih merasa kesulitan pada materi perkalian dan pembagian. Perkalian dan pembagian dasar siswa juga masih merasa bingung. Untuk penjumlahan dan pengurangan siswa merasa sudah mampu menyelesaikan persoalan dengan baik walaupun terkadang juga masih merasa bingung. Bentuk soal yang dirasa sullit bagi siswa yaitu bentuk soal cerita, karena siswa merasa belum lancar dalam berhitung sehingga untuk memahami makna soal dan menentukan operasi hitung yang akan digunakan siswa masih merasa kebingungan. Ketika di rumah, siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Siswa hanya belajar ketika ada PR yang diberika guru di sekolah. Ketika mengerjakan PR, siswa akan didampingi oleh ibunya, karena ayahnya berada di luar kota, yaitu di Makasar. Ketika di rumah siswa selalu meluangkan waktu pukul 17.00-21.00 WIB untuk belajar dan mengerjakan PR. Selama belajar siswa didampingi oleh orang tuanya, apabila siswa merasa kesulitan ketika mengerjakan PR, siswa juga akan dibantu oleh kedua orang tuanya. Ketika di rumah, siswa jarang meluangan waktu untuk belajar. Siswa hanya belajar ketika diberi PR oleh gurunya di sekolah. Apabila siswa merasa kesulitan dalam mengerjakan PR, siswa akan meminta bantuan ayahnya. Selain itu ayahnya juga berpesan agar anaknya rajin belajar supaya pintar, karena ayahnya sendiri mengatakan bahw beliau juga tidak terlalu pintar Matematika. Ketika di rumah, siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Siswa hanya belajar ketika diberi PR oleh guru di sekolah dan ketika akan menghadapi ulangan keesokan harinya. Ketika belajar dan mengerjakan PR, siswa didampingi oleh ibu atau kakaknya karena bapaknya harus bekerja. Apabila siswa mengalami kesulitan ketika belajar Matematika, ia akan meminta bantuan ibunya.

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Indikator

Hasil Wawancara 5. Ketika di rumah siswa tidak selalumeluangkan waktu untuk belajar.kurangnya peran orang tua juga mempengaruhi kemampuan pemahaman seorang siswa terhadap materi yang diajarkan di sekolah. Siswa mengatakan ketika di rumah, orang tua lebih banyak menggunkan waktunya untuk bekerja membungkus kue. Sehingga siswa hanya belajar ketika ada PR saja.

110

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 3 narasumber, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga yang dimiliki sekolah belum memadahi dan sangat terbatas. Selain itu guru juga belum mengusahakan alat peraga dengan optimal. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan jawaban narasumber yang digambarkan pada gambar 4.1 berikut.

Kepala Sekolah

Guru Kelas II

Siswa Kelas II

Sekolah belum memiliki alat peraga yang memadai. Terutama alat peraga untuk mata pelajaran Matematika

Kelas tidak memiliki alat peraga untuk mendukung pembelajaran Matematika terutama pada materi perkalian. yang tersedia hanya tabel perkalian dengan bilangan terbatas.

Guru jarang menggunakan alat peraga. Guru hanya mengunakan spidol sebagai alat bantu pemahaman siswa. siswa merasa kurang paham ketika mempelajari suatu materi tanpa bantuan alat peraga.

Ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo terutama bagi siswa kelas II masih sangat terbatas dan guru belum mengupayakan alat peraga secara optimal Gambar 4.1 Triangulasi Sumber Data Wawancara

Berdasarkan gambar 4.1, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo masih sangat terbatas. Alat peraga yang tersedia belum memenuhi kebutuhan, terutama bagi siswa kelas II. Selain itu guru juga masih kurang dalam mengupayakan ketersediaan alat peraga bagi siswa. Hal tersebut yang menyebabkan kurangnya penggunaan alat peraga sebagai alat bantu pemahaman siswa terhadap materi Matematika khususnya pada materi perkalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112

b. Observasi Observasi merupakan cara mengumpulkan data dengan cara melihat segala hal yang terjadi di lapangan. Selain itu observasi juga merupakan suatu teknik yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis permasalahn yang terjadi di SD Kanisius Tegalmuyo. Tujuan peneliti dalam melakukan observasi yaitu untuk mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga di sekolah serta aktivitas pembelajaran yang berlangsung di kelas. Observasi dilakukan pada Rabu, 15 Februari 2017 di kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Kegiatan observasi dilakukan ketika guru mengajarkan materi bidang datar. Ketika kegiatan observasi pada pembelajaran Matematika berlangsung, guru menggunakan alat peraga yang terbuat dari kertas origami. Kertas tersebut dibentuk menjadi bangun datar persegi, persegi panjang, lingkaran dan segitiga dengan berbagai macam ukuran. Kemudian siswa diminta untuk mengurutkan bangun datar sejenis dari ukuran yang terkecil hingga terbesar. Kegiatan tersebut dilakukan secara bergantian dengan siswa lainnya. Siswa juga diminta oleh guru untuk membawa bentuk bangun datar yang dibuat di rumah. Kemudian guru meminta siswa untuk menempelkan bentuk tersebut pada buku tulis sesuai dengan bentuk yang sama. Setelah itu siswa diminta untuk menempelkan ketas origami tersebut pada buku tulis masing-masing dengan aturan ditempel dengan urutan dari kecil ke besar dan sebaliknya. Sembari menempel guru akan berkeliling untuk melihat pekerjaan siswa. karena waktu yang terbatas, bagi siswa yang belum menyelesaikan tugasnya, guru meminta untuk menyelesaikannya di rumah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, diperoleh informasi ketika mempelajari perkalian, guru menggunakan spidol sebagai alat peraga. Namun siswa masih merasa kesulitan dalam berhitung perkalian. sehingga dapat disimpulkan bahwa ketersediaan alat peraga Matematika terutama pada materi perkalian masih sangat terbatas. Melalui hasil identifikasi masalah pada mata pelajaran Matematika, diperoleh bahwa siswa mengalami kesulitan belajar pada materi perkalian. Hal tersebut diperkuat dari hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas II. Guru dan siswa yang telah diwawancarai mengatakan bahwa pemahaman terhadap persoalan Matematika terutama pada soal cerita masih dirasa sulit. Terutama dalam menentukn operasi hitung yang akan digunakan. Sehingga dari hasil wawncara tersebut dapat diketahui bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam pelajaran Matematika khususnya pada materi perkalian.

c. Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan sebelum pengembangan desain alat peraga. Hal ini bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alat peraga bagi guru dan siswa kelas II. Alat peraga yang akan dikembangkan merupakan alat peraga yang dibutuhkan siswa dan dikaji berdasarkan karakteristik siswa dan alat peraga Montessori. Analisis karakteristik siswa kelas II dilakukan melalui kegiatan observasi ketika kegiatan pembelajaran Matematika dilakukan di kelas. Hasil dari kajian tersebut dijadikan landasan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa. Berikut merupakan paparannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114

1) Analisis Karakteristik Siswa Analisis karakteristik siswa dianalisis berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran Matematika di kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Kegiatan observasi dilakukan pada Rabu, 15 Desember 2017. Beberapa hal yang diperoleh dari kegiatan observasi tersebut yaitu guru menjelaskan materi pembelajaran menggunakan alat peraga yang terbuat dari kertas origami. Kemudian beberapa siswa diminta untuk maju ke depan untuk mengikuti apa yang diperintahkan guru dengan menggunakan alat peraga tersebut. Setelah itu seluruh siswa diminta untuk melakukan kegiatan dengan

kertas

origami

masing-masing

yang

sebelumnya

sudah

diperintahkan guru untuk dibawa pada hari tersebut. Ketika itu terlihat antusias siswa ketika guru menjelaskan menggunakan alat peraga. Saat mengerjakan tugas yang diberikan guru, beberapa siswa berjalan-jalan di dalam kelas dan berbicara dengan teman yang lain sebelum tugasnya selesai dikerjakan. Selain itu, sebagian besar siswa selalu bertanya ketika mereka mengerjakan tugas tersebut, sehingga guru harus berjalan ke sana ke mari untuk memeriksa pekerjaan siswa. Hasil analisis tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan kuesioner analisis kebutuhan.

2) Analisis Karakteristik Alat Peraga Montessori Analisis alat peraga Montessori yang dilakukan oleh peneliti mengacu pada 5 karakteristik Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto correction, auto education, dan kontekstual. Berdasarkan 5 karakteristik pada alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115

peraga Montessori tersebut akan dijadikan acuan oleh peneliti dalam membuat pertanyaan pada kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa.

3) Uji Validitas Instrumen Uji validitas instrumen analisis kebutuhan dilakukan oleh peneliti agar instrumen yang digunakan dalam penelitian sudah teruji dan layak untuk digunakan. Instrumen analisis kebutuhan yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner. Instrumen kuesioner disusun berdasarkan 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori yaitu menarik, bergradasi, auto correction, auto education, dan kontekstual. Dalam hal ini, peneliti menyiapkan 2 kuesioner yaitu kuesioner analisis kebutuhan untuk guru dan kuesioner analisis keubutuhan untuk siswa. Pada kuesioner analisis kebutuhan guru terdapat 14 pertanyaan dan pada kuesioner analisis kebutuhan siswa terdapat 10 pertanyaan. Seluruh pertanyaan tersebut

dikembangkan

berdasarkan 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori. Selain itu instrumen kuesioner juga disusun sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai pembelajatran Matematika pada materi perkalian di kelas II. Peneliti membuat beberapa indikator yang digunakan sebagai landasan dalam membuat pertanyaan pada kuesioner. Dari setiap indikator yang telah dibuat, kemudian dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Pertanyaan yang dibuat disesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik siswa kelas II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116

Kuesioner yang telah disusun, kemudian diuji validitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan. Pada instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru divalidasi oleh dosen ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran. Sedangkan pada instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa akan divalidasi oleh dosen ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran, guru senior, dan guru kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Hasil dari uji validitas instrumen kuesioner analisis kebutuhan dikaji berdasarkan penilaian dan komentar yang diberikan oleh validator. Hasil penilaian terebut akan diolah dan dihitung rata-ratanya kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif dengan mengacu tabel 3.7 halaman 50.

4) Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan ditujukan kepada guru senior, guru kelas II, dan 10 siswa kelas II. Guru senior merupakan guru yang pada tahun sebelumnya mengajar di kelas II. Karena pada tahun ini ada pergantian guru, sehingga ini menjadi tahun pertama bagi guru kelas untuk mengajar di kelas II. Peneliti memilih ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran sebagai validator instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru dan siswa, sedangkan guru senior dan guru kelas sebagai validator kuesioner analisis kebutuhan siswa yang nantinya akan memberikan penilaian terhadap instrumen kuesioner yang akan digunakan untuk penelitian. Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117

Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran merupakan dosen Pendidikan

Matematika

Universitas

Sanata

Dharma

yang

telah

berpengalaman dalam bidangnya. Berikut merupakan hasil penilaian ahli pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajan terhadap instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru yang disajikan dalam tabel 4.14. Tabel 4.14 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru oleh Ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran Ahli Total Rerata Pembelajaran 56 4,00

Hasil penilaian pada tabel 4.14 dari ahli diperoleh skor rerata 4,00. Jika dibandingkan dengan tabel 3.7 halaman 50, hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan guru sudah sangat layak digunakan sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan sangat valid. Dengan demikian kuesioner analisis kebutuhan guru dapat digunakan tanpa perbaikan namun tetap menyesuaikan beberapa komentar dan saran yang diberikan. Dalam hal ini ahli Pembelajaran Matematika dan ahli Evaluasi Pembelajaran memberikan komentar dan saran untuk kuesioner analisis kebutuhan guru yaitu menambahkan kolom untuk saran/masukan guru terkait kebutuhan akan alat peraga yang belum tercakup dalam pertanyaan pada kuesioner. Selain itu sebagai pendalaman dapat dilakukan dengan wawancara kepada guru yang bersangkutan. Berdasarkan komentar dari ahli, peneliti selanjutnya melakukan perbaikan terkait komentar dan saran yang telah diberikan. Kuesioner analisis kebutuhan guru senior diberikan pada Rabu, 15 Faberuari 2017 sedangkan analisis kebutuhan guru kelas diberikan pada Kamis, 16 Faberuari 2017. Hasil kuesioner analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118

kebutuhan guru dapat dilihat pada lampiran halaman [25] untuk guru senior dan lampiran halaman [31] untuk guru kelas II. Berikut akan dipaparkan hasil rekapitulasi kuesioner analisis kebutuhan guru pada tabel 4.15 berdasarkan pesentase jawaban responden. Presentase tersebut diolah menggunakan rumus 3.4 untuk mengetahui presentase setiap item pertanyaan pada kuesioner.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. 1.

Indikator Autoeducation

2.

Autoeducation

3.

Autoeducation

Tabel 4.15 Rekapitulasi Presentase Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Guru Kalimat Pertanyaan Jawaban 1. Apakah Anda pernah (√) Pernah menggunakan alat peraga ketika Sebutkan dan jelaskan: mengajar Matematika? - Tabel dan kubus untuk penjumlahan dan perkalian. - siswa dibagi dalam kelompok kemudian mengerjakan tabel perkalian yang masih kosong/ rumpang 2. Deskripsikan situasi kelas saat a. Menggunakan alat peraga, jelaskan! pembelajaran Matematika ketika - Anak-anak bersemangat menggunakan alat peraga dan - Anak-anak lebih mudah memahami materi ketika tidak menggunakan alat penjumlahan dan mempercepat hafalan perkalian peraga! - Siswa akan aktif dan antusias dalam mengikuti pelajaran Matematika. - Konsentrasi anak akan tertuju kepada alat peraga dan suasana kelas akan menjadi aktif b. Tidak menggunakan alat peraga, jelaskan! - Anak-anak cepat capai dan bosan. - Siswa akan cenderung pasif, tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran dan ana akan lebih mudah bosan - Selain itu kemungkinan anak belum paham semakin besar. Kelas cenderung pasif. 3. Apakah Anda merasa terbantu (√) Merasa terbantu. Alasan: ketika menggunakan alat peraga - Memahami simbol dan angka dalam pembelajaran Matematika? - Menghilangkan kebosanan dan menambah gairah belajar. - Karena siswa akan lebih mudah memahami materi.

Responden 2

Presentase 100%

2

100%

2

100%

2

100%

119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. 4.

Indikator Autoeducation

5.

Auto- 5. Manakah alat peraga yang Anda (√) Alat peraga untuk siswa secara perseorangan. education butuhkan? Alasan: - Untuk materi dengan konsep awal seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian. - Memfasilitasi anak yang cenderung ingin mencari kepuasan dengan memecahkan suatu soal dengan sendiri. (√) Alat peraga untuk siswa secara klasikal - Untuk materi dengan konsep terapan atau lebih dari satu konsep seperti FPB, KPK - Mengajarkan anak untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dan dapat membantu anak yang belum paham. Konteks- 6. Apakah Anda pernah berinisiatif (√) Pernah tual untuk menggunakan alat peraga Tindak lanjut: yang berasal dari lingkungan sekitar -Anak mengalaminya sendiri dengan alat peraga yang sekolah? berasal dari lingkungan sekitar sekolah

6.

7.

Kalimat Pertanyaan 4. Apakah menurut Anda penggunaan alat peraga dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep Matematika?

Konteks- 7. Manakah benda-benda di tual lingkungan sekitar yang menurut Anda dapat digunakan untuk membuat alat peraga?

Jawaban (√) Dapat

(√) Batu (√) Pasir (√)Kayu (√)Lainnya: Alat tulis

Responden 2

Presentase 100%

2

100%

2

100%

2

100%

2 2 2 1

100% 100% 100% 50%

120

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. 8.

9.

10.

11.

12.

Indikator Kalimat Pertanyaan Jawaban Menarik 8. Warna seperti apa yang Anda suka (√) Terang untuk alat peraga? Sebutkan alasan dan contoh warnanya: - Merah, kuning, biru, hijau karena lebih terang, lebih menarik perhatian siswa (eye catching), dan menumbuhkan rasa antusias dari siswa. Menarik 9. Apakah Anda merasa senang (√) Merasa senang. Alasan: menggunakan alat peraga dalam - - Karena akan terbantu dalam mengajarkan suatu pembelajaran Matematika? materi Matematika. -Mempermudah mengajarkan/ mentransfer materi

Responden 2

Presentase 100%

2

100%

Bergrada- 10. Jika dilihat dari beratnya, alat (√) Ringan (< 1.5 kg). Alasan: si peraga manakah yang Anda suka? - Lebih mudah dibawa ke mana saja (mobilitas) dan dapat mudah dipindahkan. Bergrada- 11. Berapakah rentang biaya (√)Rp100.000,00 – Rp300.000,00 si pengadaan alat peraga yang - Bisa digandakan sesuai kebutuhan dan kekuatan terjangkau oleh sekolah? keuangan sekolah.

2

100%

2

100%

Bergrada- 12. Urutkan kriteria prioritas untuk si membuat alat peraga yang menarik! Berilah nomor 1-6 pada tempat yang disediakan (nomor 1 untuk prioritas utama). Lalu jelaskan setiap kriteria sesuai dengan pendapat Anda mengenai alat peraga yang menarik!

1

50%

1

50%

(1) Harga (2) Bentuk (3) Warna (4) Bahan (5) Ukuran (6) Berat (1) Warna, jelaskan: warna yang terang lebih menarik antusias anak usia SD. (2) Bahan, jelaskan: bahan yang aman dan mudah didapatkan di lingkungan sekitar anak. (3) Bentuk, jelaskan: bentuk yang menarik dan tidak membosankan akan membuat anak jenak untuk belajar.

121

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No.

Indikator

13.

Autocorrect

14.

Autocorrect

Kalimat Pertanyaan

Jawaban (4) Berat, jelaskan: berat alat peraga yang ringan agar mudah dipindahkan. (5) Ukuran, jelaskan: ukuran tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil agar mdah dibawa dandikenali. (6) Harga, jelaskan: harga dibuat terjangkau untuk anak agar dapat dimiliki setiap siswa. 13. Apakah menurut Anda (√) Dapat penggunaan alat peraga dapat - Karena akan terlihat jelas di mana letak kesaahannya membantu siswa mengetahui - Dengan mencoba berkali-kali anak mampu kesalahannya sendiri? memahami dan membetulkan kesalahannya.

Responden

Presentase

2

100%

14. Apakah menurut Anda (√) Dapat penggunaan alat peraga dapat - Ya, karena konsep Matematika akan terlihat jelas membantu siswa memahami ketika menggunakan alat peraga. konsep Matematika secara - Dengan cara kerja/petunjuk penggunaan alat peraga mandiri? yang tepat, siswa dapat memahami konsep Matematika secara mandiri

2

100%

Berdasarkan rekapitulasi presentase hasil kuesioner analisis kebutuhan guru pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa siswa kelas II membutuhkan alat peraga Matematika sebagai alat bantu dalam mempermudah memahami mata pelajaran Matematika khususnya pada materi operasi hitung perkalian. Selanjutnya akan dipaparkan hasil validasi pada instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa yang disajikan dalam tabel 4.16.

122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123

Tabel 4.16 Skor Validasi Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Ahli Total Rerata Pembelajaran 40 4,00 Guru Senior 40 4,00 Guru Kelas II 39 3,90 Rerata 39,67 3,97

Berdasarkan hasil penilaian pada tabel 4.16 dari ahli diperoleh skor rerata 3,97. Jika dibandingkan dengan tabel 3.7 halaman 50, hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen kuesioner analisis kebutuhan siswa sudah sangat layak digunakan sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan sangat valid. Dengan demikian kuesioner analisis kebutuhan guru dapat digunakan tanpa perbaikan namun tetap menyesuaikan beberapa komentar dan saran yang diberikan. Dalam hal ini ahli Pembelajaran Matematika dan ahli Evaluasi Pembelajaran memberikan komentar dan saran untuk kebutuhan

siswa

yaitu

untuk

pendalaman

dapat

kuesioner analisis dilakukan

dengan

wawancara.sadangkan untuk guru senior dan guru kelas II tidak memberikan komentar dan saran. Kuesioner analisis kebutuhan siswa yang telah diperbaiki diberikan pada Senin, 20 Faberuari 2017. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan yang disesuaikan dengan 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori. Jawaban dari hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa diolah menggunakan rumus 3.4 untuk mengetahui presentase dari setiap item pertanyaan pada kuesioner. Berikut akan dipaparkan hasil rekapitulasi analisis kuesioner siswa beserta pesentase jawaban responden dalam tabel 4.17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. 1.

Tabel 4.17 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan Siswa Beserta Pesentase Jawaban Responden Indikator Kalimat Pertanyaan Jawaban Responden Auto1. Apakah gurumu pernah menggunakan alat (√) Pernah, sebutkan: spidol, 9 education peraga ketika mengajar Matematika? (√) Tidak Pernah 1

Presentase 90% 10%

2.

Autoeducation

2. Baik di sekolah ataupun di luar sekolah, manakah (√)Belajar Matematika menggunakan alat yang lebih kamu suka? peraga

10

3.

Kontekstual

3. Apakah kamu pernah menggunakan benda-benda (√) Pernah, sebutkan: buku, spidol, lidi, yang ada di sekitarmu untuk belajar Matematika? pensil, korek api (√) Tidak pernah 4. Menurutmu, manakah benda di sekitar yang dapat (√) Kayu digunakan untuk belajar Matematika? (√) Batu (√) Pasir (√) Lainnya: korek api, lidi, spidol, buku, pensil, penghapus, kapur

9

90%

1 5

10% 50%

8 8

80% 80%

4.

5.

Kontekstual

Bergrada- 5. Urutkan ciri-ciri alat peraga dari yang paling (1) Warna si menarik sesuai dengan kesukaanmu! Berilah (2) Bahan nomor 1 sampai 3 pada tempat yang disediakan! (3) Bentuk (1) Warna (2) Bentuk (3) Bahan iii (1) Bentuk (2) Warn (3) Bahan (1) Bahan (2) Bentuk

100%

5

50%

3

30%

1

10%

1

10%

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. 6. 7.

Indikator

Kalimat Pertanyaan

Jawaban

(3) Warna Menarik 6. Apakah kamu memerlukan alat peraga yang (√) Perlu mudah dibawa? (√) Tidak perlu Auto7. Menurutmu, apakah alat peraga memudahkanmu (√) Ya education belajar Matematika? (√)Mengetahui kesalahanmu sendiri dari alat peraga saat belajar Matematika

8.

Auto8. Manakah yang lebih kamu suka saat belajar correction Matematika?

9.

Auto9. Apakah kamu dapat menggunakan alat peraga (√) Dapat correction tanpa bantuan guru atau teman untuk belajar (√) Tidak dapat Matematika?

10.

Menarik

10. Manakah yang lebih kamu suka?

(√)Menggunakan alat peraga secara individu untuk belajar Matematika (√)Menggunakan alat peraga secara berkelompok untuk belajar Matematika (√)Menggunakan alat peraga secara klasikal untuk belajar Matematika

Responden

Presentase

9 1 10

90% 10% 100%

10

100%

6 4

60% 40%

3

30%

5

50%

2

20%

Berdasarkan tabel 4.17 yang memaparkan rekapitulasi hasil kuesioner analisis kebutuhan siswa diperoleh bahwa 100% siswa menjawab bahwa mereka lebih menyukai pembelajaran menggunakan alat peraga dan menyatakan bahwa alat peraga memudahkan siswa dalam belajar Matematika. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa peneliti perlu membuat alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran Matematika.

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126

Hasil yang diperoleh dari 3 teknik pengumpulan data, peneliti melakukan analisis dari data kualitatif yang diperoleh menggunakan teknik triangulasi data. Teknik tersebut dilakukan untuk memeriksa kesesuaian dan kesamaan pada masing-masing teknik pengumpulan data. Berikut akan dipaparkan triangulasi data dari ketiga teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu observasi dan penyebaran kuesioner. Observasi

Penyebaran Kuesioner

Saat dilakukan observasi guru menggunakan alat peraga yang terbuat dari kertas origami dan sedotan. Siswa sering bertanya kepada guru setiap kali akan melakukan tugas yang diberikan oleh guru.

Hasil kuesioner menunjukkan bahwa guru dan siswa membutuhkan alat peraga yang bisa membantu khususnya pada materi perkalian. Selain itu guru sangat jarang menggunakan alat peraga dikarenakan keterbatasan waktu

Perkalian merupakan salah satu materi pada mata pelajaran Matematika yang dirasa sulit bagi siswa. Menggunakan alat peraga untuk materi tersebut juga masih dirasa kurang. Gambar 4.2 Triangulasi Data berdasarkan Teknik Pengumpulan Data

2. Perencanaan Pada sabbab ini peneliti menyiapkan berbagai instrumen yang dibutuhkan selama penelitian. Instrumen yang tersebut yaitu tes dan kuesioner. Berikut akan dipaparkan penjelasan dari tiap-tiap instrumen tersebut. a. Tes Instrumen tes digunakan untuk mengukur keberhasilan uji coba terbatas terkait dengan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127

digunakan dalam penelitian. Instrumen tes yang dibuat oleh peneliti dikembangkan berdasarkan kisi-kisi pada tabel 3.9 halaman 53. Sebelum intrumen tes digunakan untuk diujikan secara empiris, peneliti melakukan uji validasi terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen. Validasi dilakukan oleh ahli Pembelajaran Matematika dan 2 guru SD Kanisius Tegalmulyo. Dengan menggunakan instrumen yang valid, maka hasil penelitian juga diharapkan valid (Sugiyono, 2016:177). Oleh karena itu, tahap uji validitas menjadi salah satu hal yang penting dalam penelitian, terutama sebelum dilakukannya uji empiris. 1) Validitas Instrumen Tes Validasi instrumen tes yang dilakukan yaitu validasi soal dan validsi isi. Validasi soal dilakukan untuk mengetahui kelayakan soal yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan validsasi isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen tes dengan KI, KD, maupun indikator pada materi perkalian. Peneliti melakukan validasi

kepada

ahli

Pembelajaran

Matematika

dan

Evaluasi

Pembelajaran dan 2 guru SD Kanisius Tegalmulyo yang meliputi guru senior dan guru kelas II. Ahli Pembelajaran Matematika dan Evaluasi Pembelajaran sendiri merupakan dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma, Uji validitas ini dilakukan sebelum item soal digunakan untuk penelitian. Berikut dipaparkan hasil validasi instrumen tes pada tabel 4.18.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128

Tabel 4.18 Hasil Validasi Instrumen Tes Ahli Total Rerata Pembelajaran 104 4,00 Guru Senior 104 4,00 Guru Kelas 104 4,00 Rerata 104 4,00

Hasil penilaian pada tabel 4.18 dari ahli diperoleh skor rerata 4,00 Jika dibandingkan dengan tabel 3.7 halaman 50, hasil tersebut menunjukkan bahwa instrumen tes sudah sangat layak digunakan sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan sangat valid. Dengan demikian soal tes dapat digunakan tanpa perbaikan.

2) Uji Keterbacaan Instrumen Tes Sebelum instrumen tes digunakan untuk uji empiris, peneliti melakukan uji keterbacaan terhadap instrumen tes kepada 7 siswa kelas III SD Kanisius Tegalmulyo. Tujuan dilakukannya uji keterbacaan yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap kalimat peranyaan yang digunakan pada setiap item soal. Instrumen tes yang digunakan untuk uji keterbacaan merupakan instrumen yang telah diperbaiki berdasarkan komentar dan saran dari ahli. Uji keterbacaan dilakukan dengan teknik wawancara. Hal ini dikarenakan ketika peneliti mencoba memberikan lembar kuesioner untuk uji keterbacaan, sebagian besar siswa merasa kesulitan untuk mengisi. Sehingga peneliti memutuskan untuk melakukan uji keterbacaan dengan teknik wawancara. Berikut merupakan hasil penilaian uji keterbacaan instrumen tes pada item soal yang dipaparkan pada tabel 4.19.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 4.19 Hasil Uji Keterbacaan Instrumen Tes No. Soal Komentar Siswa 1. Lengkapi a. Ada 3 kantong permen. Siswa memahami maksud dari pertanyaan pada item soal. kalimat Sekantong permen berisi 5 butir. Matematika dari Berapa butir jumlah permen tersebut? 5 = ... + ... + ... = ... soal cerita di 3 . . . bawah ini dalam bentuk b. Ayah membeli gelas sebanyak 5 kotak. Siswa merasa bingung dengan titik-titik yang ada pada soal. Sehingga siswa penjumlahan tidak tahu langkah apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan soal Setiap kotak berisi 6 gelas. berulang! tersebut. Hal ini dikarenakan hanya terdapat titik-titik dan tanda sama Berapakah jumlah gelas yang dibeli ayah? dengan, tanpa ada petunjuk yang jelas mengenai langkah penyelesaiannya. ... = ... = ... c. Hilda membeli 3 kantong permen. Semua siswa menanyakan mengenai langkah penyelesaian pada item soal. Mereka menanyakan apakah langsung ditulis hasilnya atau bagaimana? Setiap kantong berisi 7 permen. Siswa masih belum bisa menuliskan yang dimaksud dengan penjumlahan Berapa jumlah permen yang dibeli Hilda? berulang secara mandiri. 2. Tuliskan bentuk a. Siswa kurang memahami maksud gambar. Meskipun sudah diberi garis batas perkalian dalam pada setiap kelompok gambar, siswa tetap tidak dapat memahami maksud ... x ... = ... + ... = ... penjumlahan dari tiap kelompok gambar. Sehingga dalam pengisian pada titik-titik yang berulang dan diberikan, masih ditemukan beberapa kesalahan. hasilnya! Pada bagian ini, ditemukan kesulitan kesulitan yang sama bagi siswa. di b. mana siswa kurang memahami bahwa pengelompokan yang terdapat pada gambar memiliki maksud dan tujuan tertentu terkait dengan pengisisan titik... = ... = ... titik pada soal. 3. Selesaikanlah soal di bawah ini!

a. b. c. d. e.

3×5 = 5 + 5 + 5 = ⋯ 4×0 = ⋯ + ⋯ + ⋯ + ⋯ = ⋯ 1×7 = ⋯ 6×10 = ⋯ 25×4 = ⋯

-

129

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130

Berdasarkan hasil uji keterbacaan instrumen tes pada tabel 4.19 dapat disimpulkan bahwa beberapa bagian dalam instrumen perlu diperbaiki sebelum nantinya akan diujikan kepada subjek penelitian. 3) Uji Empiris Uji empiris instrumen tes dilakukan kepada 7 siswa kelas III SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta, namun karena ada 1 siswa yang tidak hadir sehingga uji empiris dilakukan terhadap 6 siswa. Pemilihan siswa kelas III sebagai subjek uji empiris dikarenakan siswa kelas III dianggap sudah mengetahui dan mampu menyelesaikan persoalan Matematika khususnya materi perkalian. Uji empiris dilakukan pada Jumat, 17 Februari 2017. Setiap siswa mengerjakan 10 soal uraian yang terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu 3 soal cerita, 2 soal bergambar, dan 5 soal simbolik. Soal tersebut mencakup materi operasi hitung perkalian. Tujuan dilakukannya uji empiris yaitu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tes sebelum digunakan sebagai soal pretest dan posttest. Berikut akan dipaparkan mengenai perhitungan uji validitas ran reliabilitas instrumen tes. a) Uji Validitas Instrumen Tes Tujuan dilakukannya uji validitas instrumen tes yaitu untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap item soal. Perhitungan validitas instrumen tes menggunakan rumus 3.2 yaitu korelasi Product Moment oleh Pearson pada halaman 55. Alat bantu yang digunakan untuk menguji, peneliti menggunakan program SPSS 16.0 (Statistics Package for Social Studies) dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment oleh Pearson. Valid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131

atau tidaknya setiap item sial ditentukan dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka item soal dinyatakan valid. Begitu pula dengan sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka item soal tersebut dinyatakan tidak valid. Uji empiris instrumen tes dilakukan pada 6 siswa kelas III SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Karena subjek kurang dari 30 siswa, maka peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu menggunakan alat bantu SPSS 16.0 dengan menggunakan rumus uji normalitas dari Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikan lebih dari 0,05. Berdasarkan uji normalitas diperoleh nilai signifikansi 0,990, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Dari data uji empiris tersebut diketahui bahwa r tabel dengan taraf signifikan 0,05 dengan responden sejumlah 6 siswa adalah 0,666. Hasil r tabel tersebut digunakan peneliti sebagai acuan dalam menentukan valid atau tidaknya suatu item soal. Berikut merupakan paparan hasil rekapitulasi uji empiris instrumen tes pada tabel 4.20. Tabel 4.20 Rekapitulasi Hasil Validitas Empiris Instrumen Tes Nomor R R Sig. (2-tailed) Keputusan Soal Tabel Hitung 1 0,728 0,101 Valid 0,707 2 0,918 0,010 Valid 0,707 3 0,213 0,689 Tidak Valid 0,707 4 0,761 0,145 Valid 0,707 5 0,873 0,023 Valid 0,707 6 0,738 0,046 Valid 0,707 7 0,790 0,062 Valid 0,707 8 0,823 0,033 Valid 0,707 9 0,823 0,033 Valid 0,707 10 0,855 0,030 Valid 0,707

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132

Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh bahwa ada 9 soal yang valid dan 1 soal yang tidak valid. Soal dikatakan tidak valid karena r hitung lebih kecil dari pada r tabel, sedangkan pada item soal yang memiliki r hitung lebih besar dari r tabel dapat dinyatakan bahwa item soal tersebut valid. Setelah mengetahui item soal yang tidak valid, peneliti mengubah soal tersebut dengan soal lainnya. Sehingga terdapat 10 soal yang dijadikan sebagai soal pretest dan posttest. Soal yang digunakan tidak begitu banyak dikarenakan efisiensi waktu siswa dalam mengerjakan soal sehingga siswa tidak merasa bosan.

b) Uji Reliabilitas Instrumen Tes Uji reliabilitas instrumen tes dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap instrumen tes sebelum digunakan untuk uji coba terbatas. Uji reliabilitas instrumen tes dilakukan dengan menggunakan alat bantu perhitungan SPSS 16.0. Pengujian dilakukan terhadap item soal yang telah dinyatakan valid. Berikut dipaparkan hasil perhitungan uji reliabilitas disajikan dalam tabel 4.21. Tabel 4.21 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .781 10

Berdasarkan tabel 4.21 diperoleh bahwa skor Cronbach's Alpha mencapai 0,781. Menurut Widoyoko (2014:303) kesimpulan instrumen reliabel apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari batas minimal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133

koefisien reliabilitas instrumen yaitu 0,7. Oleh karena itu, instrumen tes dapat dinyatakan layak digunakan dengan tingkat reliabilitas yang dapat dipercaya (reliabel). Berikut akan dipaparkan triangulasi aksi berdasarkan komentar dan saran ahli beserta hasil uji keterbacaan dan hasil uji empirik pada gambar 4.3. Ahli

Keterbacaan

Empirik

Pada soal nomor 1 dan 2 diberi tambahan keterangan kalimat perintah pada soal.

Siswa masih merasa kesulitan menentukan langkah untuk menjawab soal nomor 1 khususnya pada poin b dan c. Selain itu siswa juga masih merasa kesulitan dalam memahami maksud gambar pada soal nomor 2.

Dengan menentukan validitas pada setiap item soal, diperoleh 1 soal yang tidak valid, yaitu soal nomor 1c.

Pada soal pretest dan posttest diberikan tambahan kalimat perintah pada soal dan diberikan penambahan simbol pada soal nomor 1 poin b dan c. Selain itu pada soal bergambar ditambahkan garis pembatas pada setiap gambar. Untuk perubahan soal tes dapat dilihat pada lampiran halaman [72] Gambar 4.3 Triangulasi Aksi Terhadap Instrumen Tes

b. Kuesioner 1) Kuesioner Penilaian Produk Alat Peraga Teknik pengumpulan data yang selanjutnya digunakan peneliti yaitu kuesioner. Kuesioner validasi produk alat peraga dilakukan untuk mengatahui kelayakan produk alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang digunakan dalam penelitian. Instrumen kuesioner validasi produk dibuat untuk ahli, guru senior, guru kelas, dan siswa kelas II SD

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134

Kanisius

Tegalmulyo

Yogyakarta.

Kuesioner

penilaian

produk

dikembangkan berdasarkan karakteristik alat peraga berbasis Montessori dan analisis kebutuhan dari hasil pengumpulan data yang apat dilihat pada tabel 3.8 halaman 51. Baik instrumen kuesioner penilaian produk bagi ahli, guru, dan siswa memiliki isi yang sama, perbedaannya hanya terletak pada sisi penggunaan bahasa. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner untuk ahli Montessori dan guru divalidasi terlebih dahulu oleh ahli Pembelajaran Matematika. Sedangkan kuesioner untuk siswa divalidasi oleh ahli pembelajaran, guru senior, dan guru kelas. Hasil validitas berupa data kuantitatif yang kemudian dikonversikan menjadi data kualitatif seperti yang telah dipaparkan pada tabel 3.7 halaman 50 . Rerata skor yang diperoleh pada data kualitatif selanjutnya akan memberikan gambaran bagi peneliti mengenai perlu tidaknya melakukan perbaikan terhadap kuesioner validasi produk. Apabila rerata skor termasuk dalam kategori sangat baik maka instrumen dinyatakan layak digunakan tanpa perbaikan, kategori baik maka instrumen dinyatakan layak digunakan namun dengan perbaikan, kategori kurang baik maka instrumen dinyatakan kurang layak digunakan, sedangkan kategori sangat kurang baik maka instrumen dinyatakan tidak layak digunakan. Berikut dipaparkan hasil validasi kuesioner produk untuk ahli pada tabel 4.22. Tabel 4.22 Validasi Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli Ahli

Pembelajaran Matematika

Total

Rerata

52

4,00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Berdasarkan tabel 4.22 hasil validasi kuesioner penilaian produk papan perkalian diperoleh rerta 4,00. Jika dibandingkan dengan tabel 3.7 halaman 50, hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner sudah sangat layak digunakan sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan sangat valid. Dengan demikian kuesioner penilaian produk dapat digunakan tanpa perbaikan. Berikut dipaparkan rekapitulasi hasil kuesioner penilaian produk untuk ahli dalam tabel 4.23. No. 1.

2.

3.

Tabel 4.23 Rekapitulasi Hasil Kuesioner Penilaian Produk untuk Ahli Indikator Aspek yang dinilai Jawaban Responden 1. Warna alat peraga papan Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep 3 Menarik perkalian menarik Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki perhatian siswa 2. Bentuk alat peraga papan Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep 1 perkalian menarik minat Matematika namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki siswa untuk Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep 2 menggunakannya Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep 3 Bergrada- 3. Penggunaan alat peraga papan perkalian melibatkan Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki si lebih dari satu indera 4. Alat peraga papan Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep 3 perkalian dapat digunakan Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki untuk materi yang berkaitan pada tingkat kelas selanjutnya 5. Siswa dapat Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep 2 mengidentifikasi kesalahan Matematika namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki

Presentase 100%

33,33% 66,67% 100%

100%

66,67%

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No.

4.

5.

Indikator

Aspek yang dinilai tanpa bantuan dari guru atau teman Auto- 6. Siswa dapat membetulkan kesalahan tanpa bantuan correction dari guru atau teman Auto- 7. Siswa dapat menggunakan alat peraga papan perkalian education secara mandiri 8. Siswa dapat menggunakan alat peraga papan sesuai dengan konsep berhitung perkalian secara mandiri Konteks- 9. Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat tual peraga papan perkalian mudah didapatkan di lingkungan sekitar 10. Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga papan perkalian tidak mudah melukai penggunanya 11. Alat peraga papan perkalian tidak mudah pecah 12. Alat peraga papan perkalian tidak mudah rusak

Jawaban Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki

Responden 1

Presentase 33,33%

2

66,67%

1

33,33%

3

100%

Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki

1

33,33%

2

66,67%

3

100%

Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki

3

100%

Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki

3

100%

Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki

3

100%

136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No.

Indikator

Aspek yang dinilai 13. Alat peraga papan perkalian dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar

Jawaban Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki Alat Peraga sesuai dengan karakteristik Montessori dan konsep Matematika sehingga tidak perlu diperbaiki

Responden 1

Presentase 33,33%

2

66,67%

Berdasarkan tabel 4.23 rekapitulasi hasil kuesioner penilaian produk alat peraga papan perkalian oleh ahli, guru senior, dan guru kelas diperoleh bahwa 82% ahli dan guru menyatakan bahwa alat peraga sesuai dengan karakteristik Montessori. Sedangkan 18% ahli dan guru menyatakan bahwa bahwa alat peraga sesuai dengan karakteristik Montessori namun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. Komentar dan saran perbaikan tersebut diberikan oleh guru senior yang meliputi perbaikan pada album penggunaan alat peraga dan pemberian pengunci pada alat peraga agar apabila tersenggol isi pada alat peraga tidak berserakan. Berdasarkan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti kepada ahli Montessori, pemberian pengunci pada alat peraga sesunggunya tidak diperlukan. Karena pada metode Montessori siswa diharapkan dapat menggunakan alat peraga secara bertanggung jawab. Berikut dipaparkan hasil validasi kuesioner produk untuk siswa pada tabel 4.24. Tabel 4.24 Validasi Kuesioner Produk untuk Siswa Ahli Total Rerata Pembelajaran Matematika 52 4,00 Guru Senior 52 4,00 Guru Kelas 50 3,85 Rerata 51,33 3,95

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138

Berdasarkan tabel 4.24 hasil validasi kuesioner produk papan perkalian diperoleh rerta 3,95. Jika dibandingkan dengan tabel 3.7 halaman 50, hasil tersebut menunjukkan bahwa kuesioner penilaian produk sudah sangat layak digunakan sehingga instrumen tersebut dapat dikatakan sangat valid. Dengan demikian kuesioner dapat digunakan tanpa perbaikan.

3. Revisi Produk Revisi

produk

dilakukan

sebagai

pertimbangan

peneliti

untuk

memperbaiki produk alat peraga. Hasil validasi produk yang telah diberikan oleh ahli menjadi bahan pertimbangan peneliti dalam revisi produk. Melalui uji validitas tersebut, beberapa ahli memberikan komentar dan masukan mengenai alat peraga. Komentar tersebut selanjutnya dipertimbangkan sebagai bahan revisi produk dengan melihat kesesuaian pada 5 karakteristik alat peraga berbasis Montessori. Berikut merupakan revisi produk yang dilakukan oleh peneliti.

No.

Nama Alat

1.

Kartu Angka

Tabel 4.25 Revisi Produk Gambar Keterangan Sebelum Setelah Revisi Revisi Pada kartu angka diberikan penambahan tanda panah pada sisi tengah atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139

4. Pengembangan Desain a. Konsep Pembuatan Alat Peraga Pembuatan alat peraga papan perkalian merupakan pengembangan konsep dari alat peraga berbasis Montessori yaitu alat peraga yang biasa dikenal dengan nama Multiplication Board. Multiplication Board merupakan alat peraga yang digunakan untuk mata pelajaran Matematika khususnya pada materi perkalian. Alat peraga ini terdiri dari papan perkalian dan kotak pelengkap yang berisi manik-manik yang memiliki warna dengan kegunaan yang berbeda-beda, kartu soal, kartu bilangan, pion, dan mangkuk. Pengembangan alat peraga yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada papan perkalian dikembangkan untuk perkalian hingga angka 20 yang aslinya hanya hingga angka 10. Hal ini dilakukan agar fungsi alat peraga dapat digunakan lebih luas pada perkalian dengan hasil 2 angka. Manik-manik yang digunakan pada alat peraga yaitu manik-manik berwarna merah, biru, dan hijau. Warna merah merupakan manik-manik yang mewakili nilai ratusan, warna biru mewakili nilai puluhan, dan warna hijau mewakili nilai satuan (Prastiwi, 2016:126).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140

Gambar 4.4 Mulitiplication Board

Peneliti mengembangkan alat peraga Multiplication Board guna membantu siswa dalam menentukan hasil dari operasi hitung perkalian yang terdiri dari 2 angka. Selain itu, papan perkalian juga berfungsi untuk menanamkan konsep dasar perkalian pada siswa. Alat peraga papan perkalian dirancang dengan bentu persegi yang sudah dikenal oleh siswa sebgai bentuk dari salah satu bangun datar. Pada papan perkalian terdapat tulisan Multiplication Board yang menunjukkan nama dari alat peraga tersebut, tanda × (silang/kali) yang menunjukkan operasi hitung yang digunakan pada alat tersebut, angka 1-20 yang menunjukkan faktor dari soal perkalian, slot kartu angka untuk meletakkan kartu bilangan, dan lubang-lubang yang berbentu cekungan sebanyak 400 untuk meletakkan manik-manik. Sehingga dengan menggunakan alat peraga papan perkalian (Multiplication Board) berbasis Montessori siswa dapat menentukan hasil perkalian dan mengenal konsep perkalian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141

b. Desain Alat Peraga Pengembangan desain pada penelitian ini mengembangkan alat peraga berupa papan perkalian berbasis Montessori beserta album penggunaan alat peraga. Berikut paparan mengenai pengembangan desain alat peraga. 1) Papan Perkalian Montessori Papan perkalian berbasis Montesori berbentuk persegi panjang dengan ukuran 32 x 35 cm. Pada papan perkalian tersebut terdapat angka 120 angka, di atas angka tersebut akan digunakan untuk meletakkan pion yang digunakan sebagai penanda faktor bilangan pada soal perkalian yang dikerjakan. Pion tersebut memiliki tinggi 3,5 cm dan diameter alas 1,5 cm. Pada bagian atas papan sisi tengah terdapat lubang berbentuk slot yang digunakan untuk meletakkan kartu bilangan yang akan dikalikan. Lubang ini memiliki diameter 2,5 cm, sedangkan kartu bilangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 5,5 x 2,5 cm. Pada pojok kiri atas papan terdapat tanda silang (×) yang menunjukkan operasi hitung yang digunakan, yaitu perkalian. Operasi hitung ini memiliki ukuran 0,7 x 0,7 cm. Peneliti mengembangkan alat peraga papan perkalian menjadi 20 angka,

dari

aslinya

yang

hanya

terdapat

10

angka.

Dengan

dikembangkannya alat peraga ini diharapkan dapat lebih membantu siswa dalam menyelesaikan persoalan perkalian secara lebih luas. Pengembangan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori ini disesuaikan dengan KD “Melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka”. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142

kompetensi dasar tersebut diharapkan siswa dapat menyelesaikan operasi hitung perkalian dengan hasil dua angka. Selain itu peneliti juga memberikan nama pada papan perkalian ini di sebelah kanan atas, nama tersebut yaitu Multiplication Board. Alat peraga papan perkalian ini berwarna coklat yang didasarkan secara natural dari warna asli kayu.

2) Kotak Perlengkapan Kotak pelengkap ini memiliki ukuran 32,5x18x6 cm. Kotak perlengkapan ini juga berwarna coklat yang didasarkan secara natural dari warna asli kayu. Pada kotak ini dibagi menjadi 7 bagian yang dibatasi dengan sekat guna untuk menyimpan manik-manik, pion, mangkuk, kartu soal, dan kartu bilangan. Untuk manik-manik memiliki 3 bagian, yaitu bagian untuk manik-manik berwarna merah, biru, dan hijau. Hal ini dimaksudkan agar tidak bercampur dan lebih mudah dalam mengambil manik-manik sesuai dengan warna yang dibutuhkan. Pemilihan tiga warna pada manik-manik berdasarkan konsep yang dikembangkan oleh Montessori. Selain itu, peneliti juga menyesuaikan dari hasil analisis kebutuhan yang menyebutkan senang dan tertarik dengan warna cerah. Untuk manik-manik merah memiliki nilai ratusan, manikmanik biru memiliki nilai puluhan, dan manik-manik hijau bernilai satuan. Masing-masing manik memiliki diameter 0.8cm.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143

Pada bagian sekat yang lainnya terdapat pion, mangkuk, kartu soal dan kartu angka. Pion, mangkuk, dan kartu angka juga berwarna coklat yang didasarkan secara natural dari warna asli kayu. Untuk mangkuk memiliki tinggi 3 cm, diameter atas 7 cm, dan diameter alas 5 cm. Sedangkan kartu soal memiliki ukuran 6,5x4 cm. Katu soal dibuat menggunakan kertas yang berjenis ivory. Pada kartu soal memiliki dua sisi, yaitu sisi depan dan sisi belakang. Sisi depan terdapat soal, sedangkan sisi belakang terdapat jawaban dari soal yang ada pada sisi depan. Jawaban pda bagian belakang kartu soal ini berfungsi sebagai auto correction atau pengendali kesalahan (salah satu ciri dari karakteristik alat peraga berbasis Montessori).

3) Album Penggunaan Alat Peraga Album penggunaan alat peraga dibuat agar pengguna alat peraga papan perkalian dapat menggunakan alat peraga dengan baik dan benar. Album ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama merupakan penjelasan fungsi dari setiap alat yang terdapat pada Multiplication Board. Sedangkan bagian kedua berisikan petunjuk dalam menggunakan alat peraga papan perkalian.

c. Pengumpulan Bahan Pengumpulan bahan dilakukan oleh peneliti berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Peneliti memilih untuk memanfaatkan bahan dari kayu, kertas, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144

plastik. Kayu yang dipilih adalah teak atau biasa dikenal dengan sebutan kayu jati, hal ini dikarenakan kayu jati memiliki kualitas yang baik. Kayu teakwood dipilih dengan alasan karena tidak berbau dan teksturnya yang kuat sehingga tidak mudah untuk dimakan rayap. Selain itu kayu jati dipilih karena warnanya yang terang dantidak mudah melengkung walaupun dengan ukuran tinggi yang tipis sehingga ringan dan mudah dibawa. Kayu tersebut dimanfaatkan dalam pembuatan papan perkalian, kotak perlengkapan, pion, dan kartu angka. Kertas digunakan peneliti sebagai bahan dalam pembuatan kartu soal. Jenis kertas yang digunakan peneliti adalah kertas ivory, hal ini dikarenakan kertas tersebut memiliki ketebalan yang dapat disesuaikan dengan keinginan kita dan tidak mudah rusak. Sedangkan plastik digunakan peneliti sebagai bahan pada manikmanik. Manik-manik dan mangkuk didapatkan oleh peneliti dari salah satu toko aksesoris di daerah kota Yogyakarta. Selain itu plastik juga digunakan untuk melapisi kartu soal agar tidak mudah rusak. Bahan-bahan tersebut yang dimanfaatkan peneliti sebagai bahan dasar dalam membuat alat peraga papan perkalian berbasis Montessori (Multiplication Board).

d. Pembuatan Alat Peraga Alat peraga dibuat dengan bantuan dari tukang kayu yang berada di daerah Gedongkiwo kota Yogyakarta. Peneliti memilih membuat alat peraga di tempat tersebut karena sudah dikenal sebagai tukang kayu yang berpengalaman dalam membuat alat peraga berbasis Montessori, selain itu lokasinya dekat rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145

sehingga sangat mendukung dalam pembuatan alat peraga dengan hasil yang baik dan maksimal. Pembuatan alat peraga berlangsung selama kurang lebih satu bulan. Dalam pembuatan alat peraga ini dilakukan dengan melalui beberapa tahap. Tahap pertama dalam pembuatan alat peraga ini yaitu pembuatan desain alat peraga. Peneliti membuat desain alat peraga papan perkalian dengan bentuk yang jelas dan ukuran yang pasti. Setelah itu desain alat peraga diberikan kepada tukang kayu. Kemudian alat peraga dibuat sesuai dengan ukuran dan bentuk yang sudah didesain. Pertama-tama kayu jati dipotong dengan ukuran 32x35 cm. Selanjutnya kayu tersebut dibor untuk membuat lubang berbentuk cekungancekungan dengan ukuran tertentu sebanyak 400 lubang dengan diameter 0,8 cm. Papan yang telah selesai dibuat kemudian diamplas dan dipernis menggunakan tiner agar mengkilat. Langkah terakhir adalah memberi tanda, angka, dan nama pada papan perkalian. Berikut dipaparkan mengenai desain alat peraga papan perkalian yang dikembangkan oleh peneliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 146

a c

b

d

e Gambar 4.5 Papan Perkalian

Keterangan: a

= lubang slot

b

= tanda silang atau tanda kali (×)

c

= nama papan perkalian

d

= lubang untuk manik-manik

e

= deret angka 1-20 Tahap kedua adalah pembuatan kotak perlengkapan. Kotak ini berbentuk balok yang terbuat dari kayu jati. Kotak perlengkapan dibuat menjadi 7 bagian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam meletakkan bagian-bagian pada alat peraga agar tidak saling tercampur satu dengan yang lainnya. Berikut ini merupakan desain kotak penyimpanan manik-manik, pion, mangkuk, kartu soal, dan kartu angka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 147

Gambar 4.6 Kotak Penyimpanan Manik-Manik, Pion, Mangkuk, Kartu Soal, Dan Kartu Angka

Tahap ketiga adalah pembuatan desain kartu soal, tanda operasi hitung, angka, dan nama alat peraga. Desain ini dibuat menggunakan bantuan aplikasi Corel Draw X7 Kartu soal didesain bolak-balik dengan ketentuan sisi depan untuk soal dan sisi belakang untuk jawaban. Hal ini dirancang untuk memudahkan siswa dalam mengoreksi jawaban, selain itu juga untuk memenuhi salah satu karakteristik alat peraga berbasis Montessori yaitu auto correction. Selanjutnya kartu soal dicetak bolak-balik menggunakan kertas ivory, sedangkan kartu soal, tanda operasi hitung, angka, dan nama alat peraga dicetak menjadi stiker dengan jenis cutting. Kartu soal dibuat sebanyak 61 soal dan jawaban yang terdiri dari 11 soal perkalian dengan hasil satu angka, 19 soal perkalian satu angka kali satu angka dengan hasil dua angka, dan 31 soal perkalian satu angka kali dua angka dengan hasil dua angka. Masing-masing kartu soal dibuat beserta jawaban yang berada disebaliknya. Berikut merupakan rincian kartu soal alat peraga yang disajikan dalam tabel 4.26. Tabel 4.26 Rincian Kartu Soal Kode Soal Materi perkalian satu angka Menghitung hasil perkalian kali satu angka dengan hasil satu angka perkalian satu angka Menghitung hasil perkalian kali satu angka dengan hasil dua angka

Jumlah 11 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 148

perkalian satu angka kali dua angka

Menghitung hasil perkalian dengan hasil dua angka

31

Hasil dari produk alat peraga papan perkalian berbasis Montessori kemudian divalidasi terlebih dahulu kepada para ahli. Validasi produk dilakukan dengan tujuan memberikan penilaian terhadap produk papan perkalian berbasis Montessori. Pada proses penilaian produk alat peraga papan perkalian, peneliti mempresentasikan alat peraga yang sudah dirancang kepada ahli (validator) serta cara menggunakannya. Selanjutnya validator memberikan penilaian, saran, dan komentar terhadap alat peraga papan perkalian. Hasil penilaian, saran, dan komentar akan digunakan untuk mengetahui kekurangan yang ada pada papan perkalian kemudian memperbaikinya. Penilaian alat peraga dibuat berdasarkan lima karakteristik alat peraga berbasis Montessori. Berikut dipaparkan hasil penilaian produk alat peraga papan perkalian yang disajikan pada tabel 4.27. Tabel 4.27 Hasil Penilaian Produk Ahli Total Montessori 50 Guru Senior 48 Guru Kelas II 50 Rerata 49,33

Rerata 3,85 3,69 3,85 3,79

Berdasarkan tabel 4.27, diperoleh hasil penilaian produk papan perkalian diperoleh rerta 3,79. Jika dibandingkan dengan tabel 3.7 halaman 50, hasil tersebut menunjukkan bahwa produk sudah sangat layak digunakan sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Pada penilaian alat peraga, guru senior menambahkan saran agar memberi pengunci pada alat peraga. Namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149

ahli Montessori kurang menyetujui saran tersebut dikarenakan pengunci tidak memenuhi karakteristik alat peraga Montessori. Dalam pembuatan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori, peneliti mendapatkan saran secara lisan dari dosen pembimbing untuk menambahkan anak panah pada kartu bilangan. Hal ini bertujuan untuk memperkecil kemungkinan siswa memasukkan kartu bilangan ke dalam slot secara terbalik.

5. Uji Coba Terbatas Kegiatan uji coba terbatas dilakukan pada Rabu, 22 Februari 2017 hingga Jumat, 3 Maret 2017 pada pukul 11.30-12.30 WIB. Uji coba terbatas dilakukan terhadap siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Kegiatan ini dilakukan kepada 10 siswa di luar kegiatan belajar mengajar, yaitu setelah pulang sekolah. Dari 10 siswa tersebut dibagi menjadi 2 kelompok yang dibagi oleh guru kelas, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa. Sebelum melakukan kegiatan uji coba alat peraga, peneliti memberikan pretest terlebih dahulu kepada 10 siswa secara bersamaan. Pretest diberikan untuk mengetahui kondisi belajar siswa sebelum menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori. Serangkaian kegiatan dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan selama 2 minggu. Kegiatan belajar ini dilakukan secara berkelompok pada setiap pertemuan. Setiap kelompok terdiri dari 2-3 siswa, masing-masing menggunakan satu alat peraga papn perkalian. Pada pertemuan pertama penggunaan alat peraga, kegiatan awal yang dilakukan yaitu mengenalkan nilai tempat satuan, puluhan, dan ratusan yang terdapat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150

setiap warna manik-manik. Selanjutnya siswa dikenalkan dengan konsep perkalian melalui pengerjaan soal latihan mengenai operasi hitung perkalian. Kemudian siswa mulai diajarkan menggunakan alat peraga papan perkalian dengan cara mengerjakan soal perkalian dengan hasil satu angka. Pada pertemuan selanjutnya, dengan menggunakan bantuan alat peraga siswa kembali diminta mengerjakan soal perkalian dengan hasil dua angka. Kemudian dipertemuan berikutnya, dengan menggunakan bantuan alat peraga siswa kembali diminta mengerjakan soal perkalian berbentuk cerita dengan hasil satu hingga dua angka angka. Dalam kegiatan penggunaan alat peraga, semua soal yang diberikan menggunakan soal yang ada pada alat peraga. Pada pertemuan terakhir, kegiatan yang dilakukan yaitu posttest. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi perkalian setelah menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori. 1) Data dan Analisis Tes Sebelum produk alat peraga digunakan oleh siswa, peneliti melakukan tes awaal (pretest) terlebih dahulu untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi perkalian. Instrumen soal pretest terdiri dari 10 butir soal. Instrumen yang digunakan tersebut tentunya telah diuji validitas dan reliabilitasnya, sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pretest dan posttest selanjutnya diolah menggunakan rumus 3.5 untuk menghitung nilai akhir. Berikut merupakan hasil pretest dan posttest yang dipaparkan pada tabel 4.28.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151

Tabel 4.28 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Nilai Nama Pretest Posttest S1 43 97 S2 80 99 S3 75 92 S4 78 99 S5 83 100 S6 83 100 S7 50 100 S8 62 93 S9 58 100 S10 93 100 Rerata 70,7 98

Berdasarkan tabel 4.28, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil pretest dan posttest. Rekapitulasi nilai tersebut menunjukkan bahwa ada 4 siswa atau 40% yang memperoleh nilai hasil pretest di bawah KKM. Sedangkan pada hasil posttest menunjukkan bahwa seluruh siswa atay 100% memperoleh nilai di atas KKM. Secara garis besar seluruh siswa mengalami peningkatan pada hasil prestest dan posttest. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori,

siswa

lebih

memahami

konsep

perkalian

dan

dapat

mempermudah siswa dalam menentukan hasil dari operasi perkalian. Berdasarkan perbedaan nilai dari masing-masing siswa akan disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.7.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152

NILAI TES 120 100 80 60 40 20 0 S1

S2

S3

S4

S5

Pretest

S6

S7

S8

S9

S10

Posttest

Gambar 4.7 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Siswa

Grafik pada gambar 4.7 menunjukkan bahwa setiap siswa mendapatkan nilai yang berbeda ketika mengikuti pretest dan posttest. Apabila dilihat secara keseluruhan, dapat diketahui adanya peningkatan pada setiap siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo semakin memahami materi perkalian setelah menggunakan alat peraga papan perkalian berbasis Montessori (Multiplication Bord), Hasil dari nilai siswa memiliki perbedaan rerata sebesar 27,3 (lihat pada tabel 4.29). Perbedaan tersebut akan disajikan pada gambar 4.8 dalam bentuk grafik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153

RERATA NILAI SISWA 120 100 80 60 40 20 0 Rerata Pretest

Posttest

Gambar 4.8 Perbandingan Rerata Nilai Pretest dan Posttest

Pada gambar 4.8 dapat diketahui bahwa sebelum menggunakan alat peraga papan perkalian, diperoleh rerata hasil pretest yaitu 70,7. Setelah siswa menggunakan alat peraga papan perkalian diperoleh hasil rerata nilai posttest mencapai 98. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa alat peraga papan perkalian dapat membantu siswa untuk memahami materi operasi hitung perkalian.

2) Data dan Analisis Kuesioner Penilaian kualitas produk pada uji coba lapangan terbatas dilakukan oleh 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo Yogyakarta. Penilaian ini dilakukan setelah pelaksanaan pendampingan belajar menggunakan alat peraga papan perkalian yaitu pada Jumat, 3 Maret 2017. Instrumen validasi menggunakan kuesioner yang sama dengan kuesioner validasi produk oleh ahli, namun menggunakan kalimat pernyataan yang berbeda. Berikut hasil rekapitulasi penilaian produk yang dilakukan oleh siswa pada uji coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154

lapangan terbatas yang dipaparkan pada tabel 4.29.dipaparkan pada tabel 4.29.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

No. 1.

2.

3.

4.

5.

Tabel 4.29 Hasil Validasi dan Analisis Pengembangan Berdasarkan Ciri Alat Peraga Montessori Oleh Siswa Indikator Aspek yang dinilai Jawaban Responden 1. Warna alat peraga papan perkalian menarik perhatian saya Setuju 10 Menarik 2. Bentuk alat peraga papan perkalian menarik minat saya untuk Setuju 10 menggunakannya Setuju 10 Bergradasi 3. Penggunaan alat peraga papan perkalian melibatkan lebih dari satu indera 4. Alat peraga papan perkalian dapat digunakan untuk materi yang Setuju 10 berkaitan pada tingkat kelas selanjutnya 5. Saya dapat mengidentifikasi kesalahan tanpa bantuan dari guru atau Setuju 10 Autoteman correction 6. Saya dapat membetulkan kesalahan tanpa bantuan dari guru atau teman Setuju 8 Kurang setuju 2 7. Saya dapat menggunakan alat peraga papan perkalian secara mandiri Setuju 10 Auto8. Saya dapat menggunakan alat peraga papan sesuai dengan konsep Setuju 10 education berhitung perkalian secara mandiri Setuju 10 Kontekstual 9. Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga papan perkalian mudah didapatkan di lingkungan sekitar 10. Bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga papan perkalian Setuju 10 tidak mudah melukai penggunanya 11. Alat peraga papan perkalian tidak mudah pecah Setuju 10 12. Alat peraga papan perkalian tidak mudah rusak Setuju 10 13. Alat peraga papan perkalian dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar Setuju 10

Presentase 100% 100% 100% 100% 100% 80% 20% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

155

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156

Berdasarkan tabel 4.29 rekapitulasi hasil kuesioner penilaian produk alat peraga papan perkalian oleh siswa diperoleh bahwa 100% siswa menyatakan bahwa alat peraga menarik perhatian dan minat, melibatkan lebih dari satu indera, dan dapat digunakan untuk materi yang berkaitan pada tingkat kelas selanjutnya. Selain itu 100% siswa juga menyatakan bahwa siswa dapat menggunakan alat peraga papan perkalian sesuai dengan konsep berhitung perkalian secara mandiri, bahan yang digunakan untuk pembuatan alat peraga papan perkalian mudah didapatkan di lingkungan sekitar dan tidak mudah melukai penggunanya. Seluruh siswa juga menyatakan bahwa alat peraga papan perkalian tidak mudah pecah, tidak mudah rusak, dan dapat diproduksi oleh masyarakat sekitar. Namun ada 20% siswa yang menyatakan bahwa mereka masih merasa kesulitan dalam membetulkan kesalahannya sendiri dalam menggunakan alat peraga tanpa bantuan dari guru atau teman.

B. Pembahasan Penelitian ini didasarkan dari hasil identifikasi masalah melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo masih sangat terbatas sebagai pendukung kegiatan pembelajaran. Keterbatasan waktu guru untuk membuat alat peraga menjadi salah satu kendala. Dampak dari kondisi tersebut salah satunya yaitu siswa mengalami kesulitan dalam belajar Matematika. Permasalahan tersebut dialami terutama pada materi perkalian (Komunikasi dengan siswa Rabu, 22 Februari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157

2017 – Jumat, 3 Maret 2017). Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa 100% guru merasa terbantu dengan adanya alat peraga, terutama dalam membantu siswa memahami materi Matematika. Hal tersebut juga didukung oleh 100% siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang lebih menyukai belajar Matematika menggunakan alat peraga. Seluruh pernyataan tersebut menjadi bahan

pertimbangan

bagi

peneliti

untuk

melakukan

penelitian

dan

pengembangan mengenai alat peraga Matematika. Pengembangan yang dilakukan menggunakan metode Montessori dengan 5 karakteristiknya, yaitu menarik, bergradasi, auto correction, auto education, dan kontekstual. Karakteristik tersebut menjadi pedoman bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kelima karakteristik tersebut kemudian dikembangkan menjadi 10 pertanyaan dalam kuesioner analisis kebutuhan siswa dan 14 pertanyaan dalam kuesioner analisis kebutuhan guru. Kuesioner yang digunakan peneliti untuk siswa merupakan kuesioner tertutup yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Namun peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa jika ingin menambahkan pendapat mereka mengenai jawaban dari kuesioner tersebut. Sedangkan kuesioner yang digunakan peneliti untuk guru merupakan kuesioner terbuka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi guru untuk menyampaikan pendapat maupun jawaban secara bebas. Hasil dari kuesioner analisis kebutuhan tersebut menjadi landasan dalam mengetahui kebutuhan alat peraga bagi siswa dan guru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158

Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh bahwa siswa lebih menyukai belajar Matematika menggunakan alat peraga. Selain itu siswa juga lebih berkonsentrasi, bersemangat, aktif, antusias apabila menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika. Sehingga peneliti memutuskan untuk mengembangkan alat peraga dengan ciri auto education, di mana diharapkan siswa mampu belajar secara mandiri terutama dalam penggunaan alat peraga. Dalam pembuatan alat peraga, peneliti juga menerapkan karakteristik kontekstual, yaitu memanfaatkan potensi lokal dalam membantu siswa memahami materi pelajaran. Salah satunya memanfaatkan kayu jati sebagai bahan utama pembuatan alat peraga berbasis Montessori. Selain aman, kayu jati juga mudah ditemukan karena banyaknya hutan kayu jati terutama di daerah Jawa Tengah. Selain itu siswa juga merasa senang menggunakan alat peraga yang berwarna terang dalam pembelajaran Matematika. Karena warna terang pada alat peraga dapat membuat lebih menarik. Sehingga pemilihan warna menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti. Selain itu warna yang digunakan dalam Montessori merupakan hal yang penting supaya anak tidak bingung ketika menggunakan alat peraga. Sehingga warna yang dipilih yaitu merah, biru, hijau, dan coklat sebagai kategori warna cerah. Guru dan siswa juga menginginkan alat peraga yang ringan, dapat digunakan secara individu maupun berkelompok, dan memiliki harga yang terjangkau. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk membuat alat peraga yang dapat digunakan secara individu maupun berkelompok. Selain itu peneliti juga merekomendasikan alat peraga dengan berat <1,5 kg dan dengan kisaran harga Rp100.000-Rp300.000,00.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159

Selain itu alat peraga papan perkalian ini tidak hanya digunakan untuk kelas II, tetapi juga bisa digunakan untuk tingkatan kelas selanjutnya yaitu kelas III. Ciri auto correction juga menjadi salah satu ciri yang dikembangkan dalam alat peraga. Ciri tersebut terlihat dari adanya pengendali kesalahan atas aktivitas siswa dalam menggunakan alat peraga. Pengendali kesalahan terdapat pada bagian belalang kartu soal. Di mana telah dituliskan jawaban dari soal perkalian yang terdapat pada sisi depan. Jawaban tersebut dicetak berwarna hijau dan biru dengan tujuan untuk mencocokkan kesesuaian dengan jumlah manik-manik pada alat peraga yang menunjukkan hasil perkalian. Hal ini dikarenakan guru menginginkan alat peraga

yang dapat membantu siswa mengetahui

kesalahannya sendiri. Siswa pun juga menginginkan alat peraga yang dapat membantu menemukan kesalahannya dan menemukan jawaban yang benar dengan menggunakan alat peraga. Selanjutnya alat peraga yang telah dikembangkan, divalidasi oleh beberapa ahli yang meliputi ahli Montessori, guru senior, dan guru kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Hasil validasi tersebut menjadi bahan evaluasi peneliti dalam pengembangan 5 ciri alat peraga berbasis Montessori tersebut. Berdasarkan tabel 4.27 terlihat bahwa seluruh item dari 5 indikator mendapatkan nilai rata-rata 3,79. Dengan kata lain pengembangan alat peraga tersebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan ciri-ciri alat peraga berbasis Montessori. Secara singkat dapat dikatakan bahwa alat peraga papan perkalian sesuai dengan ciriciri yang dikembangkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160

Selanjutnya alat peraga papan perkalian diuji cobakan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Setelah melakukan uji coba secara terbatas, peneliti meminta siswa untuk memberikan penilaian terkait dengan papan perkalian yang telah digunakan. Hasil dari penilaian tersebut menjadi bahan evaluasi pengembangan yang telah dilakukan oleh peneliti. Kedua data yang diperoleh dari hasil uji validasi produk oleh siswa maupun oleh ahli, dapat terlihat seluruh item mendapatkan nilai pada kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga papan perkalian sesuai dengan 5 ciri alat peraga berbasis Montessori.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V PENUTUP Dalam bab ini menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian berisikan tentang terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh peneliti. Saran berisikan mengenai beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang serupa. Berikut merupakan uraian mengenai hal-hal tersebut. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang dikembangkan memiliki ciri-ciri (1) menarik, hal ini terlihat dari kelengkapan soal yang terdiri dari soal simbolik dan soal cerita, bentuk dan warna alat peraga papan perkalian beserta manik-maniknya yang termasuk dalam kategori warna terang; (2) bergradasi, hal ini terlihat dalam penggunaan alat peraga papan perkalian melibatkan lebih dari satu indra, selain itu alat peraga ini juga dapat digunakan bagi siswa di jenjang kelas selanjutnya yaitu kelas 3; (3) auto correction, hal ini terlihat dari adanya jawaban pada bagian belakang kartu soal yang dicetak dengan warna hijau dan biru sesuai dengan jumlah manik-manik pada hasil perkalian sebagai pengendali kesalahan; (4) auto education, hal ini terlihat anak dapat menggunakan alat

161

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162

peraga secara mandiri dan peletakkan slot pada sisi tengah bagian atas papan dengan tujuan agar semakin banyak kemungkinan bilangan yang akan digunakan; (5) kontekstual, terlihat dari adanya hubungan antara pembelajaran dengan konteks yang ada pada lingkungan sekitar di mana dapat membantu menyelesaikan persoalan sehari-hari yang berkaitan dengan masalah perkalian, selain itu pembuatan alat peraga dilakukan dengan memanfaatkan bahan maupun potensi yang ada pada lingkungan sekitar. 2. Alat peraga yang dikembangkan yaitu papan perkalian berbasis Montessori untuk siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Alat peraga ini memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa kelas II dalam memahami konsep perkalian dan membantu dalam menentukan hasil perkalian dengan hasil dua angka. Sehingga alat peraga papan perkalian yang dikembangkan layak untuk digunakan pengujian pada tahap berikutnya.

B. Keterbatasan Penelitian Berikut merupakan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Proses validasi mengalami hambatan, hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian dalam penyusunan instrumen. Sehingga menyebabkan proses validsi dilakukan dua kali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163

C. Saran Saran yang dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan alat peraga pembelajaran: 1. Instrumen validasi sebaiknya dipersiapkan dengan sungguh-sungguh sebelum dilakukan validasi. 2. Alat

peraga

papan

perkalian

berbasis

Montessori

yang

telah

dikembangkan dapat digunakan dalam menerapkan sifat distributif dalam menentukan hasil perkalian. 3. Alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dapat dikembangkan agar dapat digunakan bagi siswa berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group Ali Imron. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya Creswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Eko Putro Widoyoko. 2016. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Febrianty, Sonia Noor dan Sri Widayati, Pengaruh Alat Permainan Montessori Terhadap Kemampuan Berhitung Anak 1-10 Kelompok A KB-TK Arisska, III(3), 2014. Jurnal Pendidikan Diakses pada tanggal 30 Agustus 2016 pukul 12.10 WIB dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=r ja&uact=8&ved=0ahUKEwjrwubSprzQAhWJpo8KHRqCAnkQFgghMAE& url=http%3A%2F%2Fejournal.unesa.ac.id%2Farticle%2F11167%2F19%2Fa rticle.pdf&usg=AFQjCNF9Ulvs246nbYAeTxGr4qTHjA09lA&bvm=bv.1397 82543,d.c2I Gutek, Gerald Lee. 2013. Metode Montessori. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Teori Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor: Ghalia Indonesia Magini, Agustina Prasetyo. 2013. Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta: Kanisius Manab, Abdul. 2015. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif. Yogyakarta: Kalimedia Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Montessori, Maria. 2002. The Montessori Method, New York:Frederick A. Stokes Company Naga, Dali S. 1980. Berhitung Sejarah dan Perkembagannya, Jakarta: Gramedia

164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165

Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Nora Agustina. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish. Qodratillah, Meity Taqdir. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta. Runtukahu, Tombokan dan Selpius Kandou. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Singgih G. Gunarsa. 1981. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia Siti M. Amin. 2004. Matematika SD di sekitar kita : untuk kelas II semester 1 (Jilid 2A), Jakarta: Esis Siti M. Amin. 2004. Matematika SD di sekitar kita : untuk kelas II semester 2 (Jilid 2B). Jakarta: Esis Siti M. Amin. 2004. Matematika SD di sekitar kita : untuk kelas III semester 1 (Jilid 3A). Jakarta: Esis Soesilowati. 2011. Perkalian Itu Asyik dan Menyenangkan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan, Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sulardi. 2007. Pandai Behitung Matematika SD Jilid 2, Jakarta: Erlangga Sundayana, Rostina H.,\ 2015. Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Guru, Calon Guru, Orang Tua dan Para Pecinta Matematika, Bandung: Alfabeta Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Potensi Masalah 1.1 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah oleh Ahli

[1]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [2]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [3]

1.2 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Guru Kelas II oleh Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [4]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [5]

1.3 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [6]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [7]

1.4 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Senior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [8]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [9]

1.5 Hasil Validasi Instrumen Wawancara Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [10]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [11]

Lampiran 2 Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan 2.1 Hasil Validasi Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [12]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [13]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [14]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [15]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [16]

2.2 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II oleh Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [17]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [18]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [19]

2.3 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II oleh Guru Senior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [20]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [21]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [22]

2.4 Hasil Validitas Instrumen Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II oleh Guru Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [23]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [24]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [25]

2.5 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Senior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [26]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [27]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [28]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [29]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [30]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [31]

2.6 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Guru Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [32]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [33]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [34]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [35]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [36]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [37]

2.7 Hasil Kuesioner Analisis Kebutuhan untuk Siswa Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [38]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [39]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [40]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [41]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [42]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [43]

Lampiran 3 Instrumen Validasi Produk 3.1 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Pakar Montessori

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [44]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [45]

3.2 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Senior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [46]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [47]

3.3 Hasil Validasi Kelayakan Produk oleh Guru Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [48]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [49]

3.4 Hasil Validasi Soal Tes oleh Ahli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [50]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [51]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [52]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [53]

3.5 Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Senior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [54]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [55]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [56]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [57]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [58]

3.6 Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Senior

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [59]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [60]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [61]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [62]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [63]

3.7 Hasil Validasi Soal Tes oleh Guru Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [64]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [65]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [66]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [67]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [68]

3.8 Hasil Uji Keterbacaan Soal Tes oleh Guru Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [69]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [70]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [71]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [72]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [73]

3.9 Hasil Uji Empiris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [74]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [75]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [76]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [77]

3.10 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha

N of Items

.781

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [78]

3.11 Hasil Observasi Pembelajaran di Kelas II

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [79]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [80]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [81]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [82]

Lampiran 4 Hasil Uji Coba Lapangan Terbatas 4.1 Hasil Pretest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [83]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [84]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [85]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [86]

4.2 Hasil Posttest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [87]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [88]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [89]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [90]

4.4 Hasil Validasi Produk oleh Siswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [91]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [92]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [93]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [94]

Lampiran 5 Album Alat Peraga

ALBUM MULTIPLICATION BOARD (PAPAN PERKALIAN)

Oleh : Theodora Dian Widyaningrum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [95]

PETUNJUK ▪

Manik-manik dengan 3 warna memiliki ketentuan yaitu: o

manik-manik warna HIJAU bernilai SATUAN

o

manik-manik warna BIRU bernilai PULUHAN

o

manik-manik warna MERAH bernilai RATUSAN

*) dengan kata lain: a. setiap 10 manik-manik hijau akan sama nilainya dengan 1 manik-manik biru b. setiap 10 manik-manik biru akan sama nilainya dengan 1 manik-manik merah ▪

Mangkuk digunakan untuk mempersiapkan manik-manik sebelum dimasukkan ke dalam papan perkalian dan digunakan ketika akan menukarkan manik-manik.



Pion digunakan untuk memberi batas pada faktor pengali dan bilangan yang akan dikalikan.



Pada kartu soal terdiri atas 2 bagian: o

Sisi depan menunjukkan soal

o ▪

Sisi belakang menunjukkan jawaban dari soal

Kartu bilangan digunakan untuk menunjukkan bilangan yang akan dikali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [96]

CARA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PAPAN PERKALIAN CARA 1:

1.

Ambil salah satu kartu soal yang telah disediakan. Contoh: 𝟑×𝟏𝟒 = ⋯

2.

Ambil pion pertama kemudian letakkan pada angka 3 di sisi kiri papan.

3.

Ambil kartu bilangan bertuliskan angka 14 kemudian masukkan pada slot yang telah disediakan pada bagian atas papan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [97]

4.

Letakkan pion kedua pada di atas lubang pada kolom ke-14.

5.

Siapkan

manik-manik

warna

hijau

sebanyak 14 butir kemudian masukkan ke

dalam

mangkuk

yang

telah

disediakan. Ketika memasukkan manikmanik ke dalam mangkuk, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

6.

Kemudian

pindahkan

setiap

manik-manik ke dalam lubang pada papan perkalian secara menyamping dimulai dari baris pertama. Sehingga dapat dilihat manik-manik pada baris pertama akan berakhir tepat sejajar di bawah pion kedua. Ketika memasukkan manik-manik ke dalam mangkuk, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [98]

7.

Lakukan kembali hingga baris yang telah diberi batas pion pertama, yaitu baris ke-3.

8. Setelah semua lubang yang dibatasi pion telah terisi oleh manik-manik, ada 2 cara dalam menghitung hasil perkalian. *Cara pertama (digunakan apabila jumlah manik-manik hijau kurang dari 10 butir): Hitunglah jumlah seluruh manik-manik yang ada di papan untuk mengetahui hasil dari soal perkalian. Ketika menghitung jumlah manik-manik, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

*Cara kedua (digunakan apabila jumlah manik-manik hijau lebih dari 10 butir): •

Tukarkan setiap 10 manik-manik hijau dengan

1

manik-manik

biru.

Pengambilan

manik-manik

hijau

dimulai dari manik-manik yang paling terakhir

diletakkan.

Ketika

memasukkan manik-manik ke dalam mangkuk, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [99]



Kemudian letakkan manik-manik biru pada sembarang lubang di sisi kanan dari lubang yang sudah terisi manikmanik hijau. Peletakan dimulai dari lubang yang paling atas.



Lakukan secara berulang hingga tidak ada lagi manik-manik hijau yang dapat ditukarkan dengan manik-manik biru (manik-manik

hijau

yang

tersisa

kurang dari 10 butir). Untuk manikmanik biru hasil penukaran dengan manik-manik hijau berikutnya diletakkan secara menurun di bawah manik-manik biru sebelumnya. •

Apabila ada sisa manik-manik hijau yang tidak dapat ditukarkan, dapat diletakkan pada lubang tepat disebelah manik-manik biru diletakkan dan juga dimulai dari lubang yang paling atas. Peletakannya pun juga disusun secara menurun (vertikal).



Setelah itu dapat dilihat hasil perkaliannya dengan cara menjumlahkan manik-manik biru yang bernilai puluhan dan manik-manik hijau bernilai satuan. Dalam hal ini akan diperoleh 4 manik-manik biru yang bernilai puluhan sehingga dapat dikatakan sebagai 40 dan 2 manik-manik hijau yang bernilai satuan. Sehingga diperoleh hasilnya 40 + 2 = 42.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [100]



Kemudian

cocokkan

hasil

yang

diperoleh dengan jawaban yang ada dibalik kartu soal. Apabila jawaban dibalik kartu soal bertuliskan 42 dengan angka 4 berwarna biru dan angka 2 berwarna hijau maka dapat dikatakan jawaban yang diperoleh menggunakan alat peraga sesuai dengan jawaban yang ada dibalik kartu soal. Sehingga jawaban tersebut dapat dinyatakan BENAR.

CARA 2 (digunakan ketika bilangan yang dikali kurang dari sama dengan 10):

1.

Ambil salah satu kartu soal yang telah disediakan. Contoh: 𝟑×𝟏𝟒 = ⋯

2.

Ambil pion pertama kemudian letakkan pada angka 3 di sisi kiri papan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [101]

3.

Ambil kartu bilangan bertuliskan angka 14 kemudian masukkan pada slot yang telah disediakan pada bagian atas papan.

4.

Karena bilangan yang akan dikalikan adalah 14 yang artinya 10 + 4, maka siapkan

1

manik-manik

biru

kemudian masukkan pada mangkuk pertama dan 4 manik-manik hijau kemudian masukkan pada mangkuk kedua. Ketika memasukkan manikmanik ke dalam mangkuk, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

5.

Kemudian letakkan manik-manik biru terlebih dahulu secara menyamping (horisontal)

pada

baris

pertama

dilanjutkan dengan meletakkan manikmanik hijau tepat disebelah manikmanik biru yang terakhir diletakkan. Ketika meletakkan manik-manik ke dalam lubang, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [102]

6.

Lakukan kembali hingga baris ketiga tepat sejajar dengan pion pertama karena pada soal perkalian memiliki faktor pengali 3.

7. Apabila terdapat manik-manik hijau lebih dari 10 biji, maka dapat kita tukarkan dengan manik-manik biru. (*Namun apabila jumlah manik-manik hijau kurang dari 10 biji, maka dapat langsung kita tentukan hasilnya dengan menghitung jumlah manikmanik biru yang bernilai puluhan dan manik-manik hijau yang bernilai satuan.)

8.

Penukaran

dilakukan

dengan

mengambil 10 manik-manik hijau mulai

dari

diletakkan.

yang Ketika

paling

terakhir

memindahkan

manik-manik ke dalam mangkuk, siswa diminta untuk mengitung satu persatu sambil menyebutkannya.

9.

Letakkan

manik-manik

biru

hasil

penukaran pada sembarang lubang di sisi kanan dari lubang yang sudah terisi manik-manik hijau. Peletakan dimulai dari lubang yang paling atas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [103]

10. Lakukan secara berulang hingga tidak ada lagi manik-manik hijau yang dapat ditukarkan dengan manik-manik biru (manik-manik hijau yang tersisa kurang dari 10 butir).

11.

Apabila ada sisa manik-manik hijau yang tidak dapat ditukarkan, dapat diletakkan pada lubang tepat disebelah manik-manik biru diletakkan dan juga dimulai dari lubang yang paling atas. Peletakannya pun juga disusun secara menurun (vertikal).

12.

Pindahkan juga manik-manik biru yang berada di sisi kiri papan tepat ke sebelah kiri manik-manik hijau. Peletakannya pun juga disusun secara menurun (vertikal) di bawah manik-manik biru yang sebelumnya merupakan hasil penukaran dengan manik-manik hijau.

13. Setelah itu dapat dilihat hasil perkaliannya dengan cara menjumlahkan manik-manik biru yang bernilai puluhan dan manik-manik hijau bernilai satuan. Dalam hal ini akan diperoleh 4 manik-manik biru yang bernilai puluhan sehingga dapat dikatakan sebagai 40 dan 2 manik-manik hijau yang bernilai satuan. Sehingga diperoleh hasilnya 40 + 2 = 42.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [104]

14.

Kemudian

cocokkan

hasil

yang

diperoleh dengan jawaban yang ada dibalik kartu soal. Apabila jawaban dibalik kartu soal bertuliskan 42 dengan angka 4 berwarna biru dan angka 2 berwarna hijau maka dapat dikatakan jawaban yang diperoleh menggunakan alat peraga sesuai dengan jawaban yang ada dibalik kartu soal. Sehingga jawaban tersebut dapat dinyatakan BENAR.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [105]

Lampiran 6 Surat 6.1 Surat Ijin Melaksanakan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [106]

6.2 Surat Telah Melaksanakan Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI [107]

Lampiran 7 Dokumentasi