Policy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA Oleh Herry

dalamnya, kecuali pilar Besar Pasar dan pilar Pendidikan Tinggi yang mengalami kenaikan 2 tingkat. Sedangkan...

59 downloads 475 Views 506KB Size
Policy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA Oleh Herry Darwanto

1.

PENGANTAR

Beberapa waktu yang lalu World Economic Forum (WEF) kembali mempublikasikan laporan tahunan mengenai 1 daya-saing global, yaitu The Global Competitiveness Report2011-2012 . Laporan ini disusun pada saat ekonomi dunia mengalami berbagai tantangan. Krisis ekonomi dunia memang sudah menunjukkan penurunan di beberapa negara, namun ada beberapa negara yang berada pada puncak krisisnya seperti Yunani dan beberapa negara Eropa lain. AS juga sedang mengalami pertumbuhan yang menurun dengan tingkat pengangguran yang tinggi, demikian juga Jepang, yang pada beberapa bulan lalu mengalami bencana alam yang dahsyat. Negara-negara berkembang pada umumnya lebih bernasib baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi (sekitar 6%/tahun), bahkan beberapa negara perekonomiannya mengalami “kepanasan.” WEF berharap agar dokumen yang rutin dipublikasikan setiap tahun sejak 30 tahun yang lalu ini mempermudah penilaian potensi produktivitas di setiap negara. Dengan menyajikan berbagai faktor kunci pendorong pertumbuhan ekonomi, diharapkan dapat dipahami mengapa suatu negara dapat lebih berhasil dibandingkan negara lain dalam meningkatkan pendapatannya. Dengan kata lain, laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menyusun rencana kebijakan ekonomi nasional suatu negara. 2

Laporan tahun 2011 ini menghimpun data-data ekonomi dari 142 negara. Data-data ekonomi tersebut diolah untuk menghasilkan peringkat daya-saing negara-negara. Daya saing didefinisikan sebagai kondisi institusi, kebijakan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat produktivitas ekonomi suatu negara. Produktivitas yang tinggi mencerminkan daya-saing yang tinggi, dan daya-saing yang tinggi berpotensi memungkinkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan selanjutnya akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Ada banyak determinan pendorong produktivitas, yang oleh WEF dikelompokkan ke dalam 12 pilar daya-saing, yaitu: institusi, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi, efisiensi pasar barang, efisiensi pasar tenaga kerja, pasar keuangan, kesiapan teknologi, besaran pasar, kecanggihan bisnis, dan inovasi. Selanjutnya ke 12 pilar itu dikelompokkan ke dalam 3 kelompok pilar, yaitu: kelompok persyaratan dasar, kelompok penopang efisiensi, dan kelompok inovasi dan kecanggihan bisnis (Gambar 1).

1

www.weforum.org Sebelumnya WEF menerbitkan The Indonesia Competitiveness Report 2011, yang menganalisis dayasaing Indonesia tahun 2010. 2

Gambar 1. Struktur Faktor Daya Saing Dalam memperkirakan tingkat daya-saing negara, setiap pilar mendapat bobot yang berbeda, tergantung pada kemajuan ekonomi negara tersebut, dengan pertimbangan bahwa indikator yang sama mempunyai pengaruh berbeda pada negara-negara dengan tahapan kemajuan ekonomi yang berbeda (Gambar 2). Tahapan ekonomi yang dimaksud adalah: pada tahap awal ekonomi lebih didorong oleh faktor-faktor alam (seperti sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil), kemudian pada tahap selanjutnya oleh faktor efisiensi, dan pada tahap akhir oleh faktor inovasi.

Gambar 2. Bobot Subindeks menurut Tahapan Pembangunan Ke 12 pilar tersebut dibangun dari 103 indikator, yang dihitung dari data statistik dan survei persepsi para eksekutif. Pada laporan tahun 2011 ini ada empat negara yang ditambahkan, yaitu Belize, Haiti, Yemen dan Suriname. Selain itu, Lybia tidak disertakan dalam laporan tahun ini karena tidak adanya data survei sehubungan dengan terjadinya pergolakan domestik. Data-data untuk mengukur peringkat daya-saing ini memang sebagian besar berasal dari survei opini kalangan pebisnis di setiap negara, hanya sepertiganya yang berdasar pada angkaangka statistik, yang umumnya diolah dari World Economic Outlook (WEO) dari IMF. Data WEO tentunya berasal dari lembaga statistik setiap negara. 2.

GAMBARAN UMUMDAYA-SAINGTAHUN 2011

a.

Peringkat Global

Tahun ini peringkat daya-saing dunia dalam urutan 10 teratas tetap didominasi oleh negara-negara Eropa. Swiss adalah negara paling kompetitif di dunia, disusul oleh Singapura, Swedia, Finlandia, dll. Lihat Tabel 1. Jepang adalah negara Asia ke 2 yang menempati posisi sepuluh besar. AS berada pada posisi ke 5 dan Inggris pada posisi ke 10. Pada tahun ini, Indonesia menempati posisi ke 46, turun dua tingkat dari tahun 2010. Penurunan ini

disebabkan oleh naiknya peringkat daya-saingItalia (43), Lithuania (44) dan Portugal (45), serta turunnya peringkat Siprus (dari 40 menjadi 57). TABEL 1. SEPULUH NEGARA BERDAYA-SAING TERTINGGI 2011 NEGARA

PERINGKAT

Swiss Singapura Swedia Finlandia AS Jerman Belanda Denmark Jepang Inggris

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sumber: WEF (2011)

b.

Peringkat Negara-negara ASEAN

Diantara negara-negara ASEAN, setelah Singapura, Malaysia menempati posisi teratas (peringkat ke 21), disusul oleh Thailand (39). Lihat Tabel 2. Vietnam dan Filipina berada di belakang Indonesia, pada peringkat ke 65 dan 75 bertururt-turut. Cukup mengejutkan adalah Filipina, yang naik 10 tingkat dari peringkat ke 85 tahun lalu. Kinerja daya-saing Indonesia lebih buruk daripada Thailand, yang hanya turun satu tingkat, kendati Thailand mengalami gejolak politik cukup lama. Malaysia mengalami kenaikan peringkat yang sangat besar (5 tingkat), melampaui posisi Korea Selatan (24). TABEL 2. PERINGKAT DAYA-SAING BEBERAPA NEGARA ASEAN 2011 NEGARA

PERINGKAT 2011

SKOR

PERINGKAT 2010

PERUBAHAN

Singapura

2

Malaysia

21

5.63

3

1

5.08

26

5

Thailand

39

4.52

38

-1

Indonesia

46

4.38

44

-2

Vietnam

65

4.24

59

-6

Filipina

75

4.08

85

10

Sumber: WEF (2011), diolah

c.

Peringkat Negara-negara Setingkat BRICS

Dibandingkan dengan negara-negara setingkat BRICS, tingkat daya-saing Indonesia lebih baik daripada Afrika Selatan (50), Brazil (53), India (56), Meksiko (58), Turki (59) dan Rusia (66). Namun Indonesia berada di bawah tingkat daya-saing Korea Selatan (24) dan China (26). Lihat Tabel 3. TABEL 3. PERINGKAT DAYA-SAING NEGARA-NEGARA BRICS DAN SETINGKAT 2011 NEGARA Korea Selatan

PERINGKAT 2011

SKOR

24

5.02

China

26

4.90

Indonesia

46

4.38

Afrika Selatan

50

4.34

Brazil

53

4.32

India

56

4.30

Meksiko

58

4.29

Turki

59

4.28

Rusia

66

4.21

Sumber: WEF (2011)

d.

Peringkat Negara-negara Pesaing Terdekat Indonesia

Tabel 4 menunjukkan peringkat daya-saing negara-negara yang menjadi daya-saing Indonesia. Negara-negara yang peringkat daya-saingnya berada tepat di atas Indonesia adalah: Polandia, Barbados, Italia, Lithuania dan Portugal. Sedangkan negara-negara yang tepat berada di bawah peringkat Indonesia adalah Siprus, Hongaria, Panama, Afrika Selatan, dan Malta. Negara-negara ini tentunya akan berusaha menyusul Indonesia dalam peringkat dayasaing di tahun-tahun mendatang.

TABEL 4. NEGARA-NEGARA PESAING TERDEKAT INDONESIA NEGARA

PERINGKAT 2011

Polandia

41

Barbados

42

Italia

43

Lithuania

44

Portugal

45

Indonesia Siprus

46 47

Hongary

48

Panama

49

Afrika Selatan Malta

50 51

Sumber: WEF (2011)

3.

PERKEMBANGAN DAYA-SAING 2006-2011

a.

Perubahan Rata-rata per Tahun

Ada 59 negara yang selama kurun waktu lima tahun terakhir (2006-2011) mengalami penurunan tingkat dayasaing. Lihat Tabel 5. Hanya 9 negara yang mengalami kenaikan daya-saing lebih dari 3 peringkat per tahun, sedangkan yang mengalami kenaikan 2 peringkat per tahun ada 19 negara, dan yang mengalami kenaikan 1 peringkat per tahun ada sebanyak 22 negara. TABEL 5. JUMLAH NEGARA MENURUT KENAIKAN PERINGKAT

RATA2 PERUBAHAN 2006-11

JUMLAH NEGARA

>3

9

1-3

19

0-1

22

<0

59

Sumber: WEF (2011), diolah

b.

Perubahan Peringkat Negara-Negara ASEAN

Vietnam adalah negara yang paling tinggi kenaikan daya-saingnya selama 2006-2011, yaitu 3,6 per tahun. Lompatan peringkat daya-saing terjadi pada tahun 2006-2007 dan 2009-2010. Indonesia berada pada urutan berikutnya, yaitu 1,6 per tahun, dengan lompatan peringkat terjadi pada tahun 2009-2010, yaitu 9 peringkat. Baik Vietnam maupun Indonesia mengalami penurunan peringkat pada tahun 2011, yaitu masing-masing 5 dan 2 peringkat. Lihat Tabel 6. Sebagai perbandingan, Sri Lanka mengalami kenaikan daya-saing yang jauh lebih besar, yaitu rata-rata 6,2 peringkat per tahun, dengan lompatan daya-saing terjadi ada tahun 2006-2007, 2009-2010 dan 2010-2011. TABEL 6. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING NEGARA-NEGARA ASEAN 2006-2011 NEGARA

2006-07

2007-08

200809

2009-10

2010-11

20062011

Vietnam

13

-1

-5

16

-5

3.6

Indonesia

-1

0

1

10

-2

1.6

Malaysia

5

0

-3

-1

5

1.2

Filipina

4

1

-16

4

10

0.6

Singapura

-2

2

2

0

1

0.6

Thailand

6

-5

-1

-1

0

-0.2

Sri Lanka

13

-6

-2

17

9

6.2

Sumber: WEF (2011), diolah

4.

FAKTOR PENENTU PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA

a.

Analisis menurut Kelompok Pilar 3

Analisis berikut ini didasarkan pada data-data peringkat daya-saing antara tahun 2008 hingga 2011. Di antara 3 kelompokpilar daya-saing, yaitu Kelompok Persyaratan Dasar, Kelompok Penopang Efisiensi, dan Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis, hanya Kelompok Persyaratan Dasar yang mengalami kenaikan peringkat, yaitu naik 7 tingkat (dari ke 60 tahun 2010 menjadi ke 53 tahun 2011). Lihat Tabel 7. Dua kelompok lain, yaitu Kelompok Penopang Efisiensi dan Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis, mengalami penurunan peringkat yang cukup besar, yaitu masing-masing -5 dan -4. TABEL 7. PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT KELOMPOK PILAR 2010 DAN 2011 3

Untuk menghilangkan pengaruh perubahan jumlah negara dalam pemeringkatan, maka negara-negara yang masuk maupun keluar dari peringkat daya saing tidak diperhitungkan, sehingga hanya 139 negara yang dianalisis dalam bagian ini.

KELOMPOK PILAR

PERINGKAT

PERUBAHAN

2011

2010

Peringkat keseluruhan

46

44

-2

Kelompok Persyaratan Dasar

53

60

7

Kelompok Penopang Efisiensi

56

51

-5

Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis

41

37

-4

Sumber: WEF (2011), diolah

Dalam perspektif waktu lebih lama, antara tahun 2008 hingga 2011, terjadi kenaikan besar dalam kelompok persyaratan dasar, yaitu 23 peringkat. Sebaliknya kelompok penopang efisiensi mengalami penurunan 7 peringkat. Lihat Tabel 8.

TABEL 8. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT KELOMPOK PILAR 2008-2011 KELOMPOK PILAR Peringkat keseluruhan Kelompok Persyaratan Dasar Kelompok Penopang Efisiensi Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis

20082009

20092010

20102011

20082011

1 6 -1 5

10 10 -1 3

-2 7 -5 -4

9 23 -7 4

Sumber: WEF (2011), diolah

b.

Analisis menurut Pilar

Analisis berikutnya akan membandingkan kinerja dari setiap pilar daya-saing dibandingkan dengan pilar daya-saing lain dalam kelompok yang sama maupun terhadap pilar-pilar lainnya. Kelompok Persyaratan Dasar dibangun dari pilar-pilar Institusi, Infrastruktur, Makroekonomi, dan Kesehatan Dan Pendidikan Dasar. Kelompok Penopang Efisiensi dibangun dari pilar-pilar Pendidikan Tinggi, Efisiensi Pasar Barang, Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Pasar Keuangan, Kesiapan Teknologi, dan Besaran Pasar. Sedangkan Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis dibangun dari pilar-pilar Kecanggihan Bisnis dan Inovasi. Tabel 9 menunjukkan bahwa kenaikan 23 tingkat antara tahun 2008-2011 pada Kelompok Persyaratan Dasar didukung oleh kenaikan peringkat pilar Makroekonomi (49) dan Pendidikan &Kesehatan Dasar (23). Sedangkan penurunan peringkat pada Kelompok Penopang Efisiensi disebabkan oleh penurunan peringkat semua pilar di dalamnya, kecuali pilar Besar Pasar dan pilar Pendidikan Tinggi yang mengalami kenaikan 2 tingkat. Sedangkan kenaikan peringkat pada Kelompok Inovasi dan Kecanggihan Bisnis disebabkan oleh kenaikan peringkat pada pilar Inovasi (11), walaupun pilar Kecanggihan Bisnis mengalami penurunan peringkat sebesar 6 tingkat. TABEL 9. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT PILAR 2008-2011 Kelompok Indikator

20082009

20092010

20102011

20082011

Peringkat Keseluruhan

1

10

-2

9

Kelompok Persyaratan Dasar

6

10

7

23

Makroekonomi

20

17

12

49

Kesehatan dan Pendidikan Dasar

5

20

-2

23

Infrastruktur Institusi

2 10

2 -3

6 -10

10 -3

Kelompok Penopang Efisiensi Pendidikan Tinggi BesarPasar Kesiapan Teknologi

-1 2 1 0

-1 3 1 -3

-5 -3 0 -3

-7 2 2 -6

Pasar Keuangan Efisiensi Pasar Barang

-4 -4

-1 -8

-7 -18

-12 -30

Efisiensi Pasar Tenaga Kerja Kelompok Inovasi Dan Kecanggihan Bisnis Inovasi

-32 5

-9 3

-10 -4

-51 4

8

3

0

11

Kecanggihan Bisnis

-1

3

-8

-6

Sumber: WEF (2011), diolah

Dari ke 12 pilar daya-saing tersebut, yang mengalami penurunan selama tiga atau empat tahun berturut-turut adalah Kesiapan Teknologi, Kecanggihan Bisnis, Pasar Keuangan, Efisiensi Pasar Barang dan Efisiensi Pasar Tenaga Kerja.

c.

Analisis menurut Indikator

Analisis lebih lanjut ditujukan untuk mengetahui perubahan peringkat daya-saing menurut indikator pada setiap pilar. Pada pilar Instiitusi, misalnya, indikator Efisiensi Hukum dalam Penyelesaian Sengketa mengalami perubahan peringkat yang terbesar, yaitu 52 tingkat. Di pihak lain, indikator Perilaku Etis Perusahaan mengalami penurunan peringkat yang paling besar, yaitu 80 tingkat. Tabel L1 hingga Tabel L12pada Lampiran menunjukkan perubahan peringkat daya saing untuk setiap indikator pada setiap pilar.

d.

Indikator Terbaik dan Terburuk

Dari 103 indikator, 13 diantaranya termasuk peringkat 30 terbesar dunia, diantaranya: PDB (PPP), Kemudahan Akses Pinjaman, Indeks Besar Pasar Domestik, Keberadaan Modal Ventura, Keberadaan Pesawat Terbang (Tempat Duduk Kilometer), dll. Lihat Tabel 10. Sedang indikator terburuk dalam daya-saing Indonesia adalah Biaya Redundansi, Waktu utk Memulai Bisnis, Impor / PDB, Pengguna Internet, dll. Lihat Tabel 11. TABEL 10. PERINGKAT INDIKATOR TERBAIK INDONESIA 2011 NO

INDIKATOR

PERINGKAT

1

PDB (PPP)

15

2

Kemudahan Akses Pinjaman

16

3

Indeks Besar Pasar Domestik

16

4

Keberadaan Modal Ventura

17

5

20

6

Keberadaan Pesawat Terbang (Tempat Duduk Kilometer) Tabungan Nasional Bruto

7

Cakupan dan Pengaruh Pajak

23

8

Indeks Besar Pasar Luar Negeri

23

9

Pembiayaan melalui Pasar Modal Lokal

25

21

10

Pembayaran dan Produktivitas

28

11

Panjang Rantai Nilai

29

12

Neraca Anggaran Pemerintah

30

13

Kapasitas Inovasi

30

Sumber: WEF (2011)

TABEL 11. PERINGKAT INDIKATOR TERBURUK INDONESIA 2011 INDIKATOR

PERINGKAT

1

Dampak Bisnis Malaria

112

2

Dampak Bisnis HIV/AIDS

112

3 4

Kesehatan Perbankan Fleksibilitas Penentuan Upah

112 113

5 6 7 8 9 10

Biaya Bisnis Terorisme Dampak Bisnis TBC Pengguna Internet Waktu utk Memulai Bisnis Impor / PDB Biaya Redundansi

114 116 117 121 130 131

Sumber: WEF (2011)

4.

PENGHAMBAT DAYA-SAING

Beberapa faktor umum yang menghambat peningkatan daya-saing ditunjukkan dalam Tabel 12. Lima masalah utama penghambat daya-saing bisnisadalahkorupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur yang tidak memadai, ketidakstabilan politik dan akses pada pembiayaan. Ke tiga masalah pertama selalu muncul dalam daftar penghambat terbesar daya-saing Indonesia sejak beberapa tahun terakhir. Faktor korupsi dipersepsi semakin memburuk dan menempati urutan teratas dalam tingkat intensitas masalah. Lihat Tabel 13.

TABEL 12. FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAYA-SAING2011 NO

FAKTOR PENGHAMBAT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Korupsi Birokrasi pemerintah yang tidak efisien Infrastruktur yang tidak memadai Ketidakstabilan politik Akses pada pembiayaan Tenaga kerja terdidik yang memadai Etika kerja yang buruk Ketidakstabilan pemerintah Inflasi Peraturan pajak Tingkat pajak Peraturan buruh yang membatasi

INTENSITAS MASALAH 15.4 14.3 9.5 7.4 7.2 6.3 6.2 6.1 6.1 6.0 4.2 3.6

13 14 15

Kriminalitas dan pencurian Kesehatan umum yang buruk Peraturan mata uang asing

2.7 2.5 2.3

Sumber: WEF (2011)

TABEL 13 . LIMA FAKTOR PENGHAMBAT UTAMA DAYA-SAING INDONESIA 2008-2011 2008 1 2 3 4 5

2009

2010

2011

Birokrasi pemerintah

Birokrasi pemerintah

Birokrasi pemerintah

Korupsi

Infrastruktur

Infrastruktur

Korupsi

Birokrasi pemerintah

Korupsi

Ketidakstabilan politik

Infrastruktur

Infrastruktur

Peraturan buruh

Korupsi

Akses pembiayaan

Inflasi

Akses pembiayaan

Inflasi

Ketidakstabilan politik Akses pembiayaan

Sumber: WEF (2011), diolah

5.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

a.

Kesimpulan

Indeks Daya-saing Global (Global Competitiveness Index, GCI) yang dipublikasikan secara reguler oleh WEF merupakan informasi yang berguna bagi pemerintah setiap negara karena dapat digunakan sebagai benchmarking dengan negara lain dalam hal daya-saing ekonomi. Laporan Daya-saing Global tahun 2011 menunjukkan bahwa daya-saing Indonesia mengalami penurunan dua tingkat, setelah pada tahun sebelumnya mengalami lompatan yang sangat signifikan. Penurunan peringkat daya-saing pada tahun ini disebabkan oleh penurunan peringkat yang besar dari pilar Efisiensi Pasar Tenaga Kerja, Efisiensi Pasar Barang dan Kecanggihan Bisnis. Secara lebih rinci lagi, penurunan peringkat daya-saing Indonesia disebabkan oleh penurunan yang signifikan dari indikator Perilaku Etis Perusahaan, Kualitas Pasokan Listrik, Indeks Hak Hukum, dan Kepemilikan Investor Asing. Faktor penghambat daya-saing bisnisyang utamaadalahkorupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, dan infrastruktur. GCI melengkapi pemeringkatan kemajuan setiap negara dibandingkan dengan negara lain dalam banyak aspek yang semakin banyak dilakukan, seperti Corruption Perceptions Index (Transparency International), Doing Business Indicator (Bank Dunia), Human Development Index (UNDP), The Climate Competitiveness Index (PBB), dll. Untuk daya-saing sendiri, GCI bukan satu-satunya pemeringkatan daya-saing, adapula World Competitiveness Yearbook 4 yang dikembangkan oleh IMD.

b.

Rekomendasi

Untuk keperluan perencanaan pembangunan, Bappenas perlu mencermati indikator daya-saing yang berperingkat rendah dan yang mengalami penurunan, kemudian menyusun kebijakan/program/kegiatan peningkatan kinerja pada indikator-indikator ini. Peringkat daya-saing Indonesia yang mengalami penurunan tersebut menuntut perlunya dilakukan kaji ulang terhadap kebijakan/program/kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Bappenas juga perlu merumuskan kebijakan/program/kegiatan untuk mempertahankan indikator yang meningkat dan yang berperingkat tinggi.

4

www.imd.org

Dalam merumuskan kebijakan/program/kegiatan tersebut, Bappenas dapat belajar dari negara-negara lain, khususnya yang telah menunjukkan lompatan peringkat secara konsisten. Kementerian dan lembaga yang membidangi setiap pilar dan indikator yang mengalami penurunan peringkat perlu bekerja lebih dari biasa untuk menaikkan peringkat pada masing-masing indikator dan pilar daya-saing tersebut. Bappenas perlu pula melengkapi indikator daya-saing ini dengan berbagai pemeringkatan pada aspek-aspek lain seperti indeks pembangunan manusia, indeks persepsi korupsi, indeks kemudahan bisnis, dll. sehingga didapat peringkat kemajuan pembangunan negara-negara secara lebih holistik. Kemajuan pembangunan Indonesia dapat dipantau dengan mengukur indeks komposit ini untuk kemudian dirumuskan berbagai kebijakan/program/kegiatan yang tepat.

--o0o--

Referensi: WEF, The Global Competitiveness Report,beberapa tahun terakhir

LAMPIRAN

TABEL L1. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR INSTITUSI 20082011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Efisiensi Hukum dlm Penyelesaian Sengketa

69

-8

-9

52

2

Perlindungan HAKI

35

9

-4

40

3

Hak Cipta

36

-3

0

33

4

Beban Regulasi Pemerintah

7

23

-8

22

5

Efiensi Hukum dlm Penegakan Peraturan

-6

32

-6

20

6

Kebocoran Anggaran

22

-7

-4

11

7

Kolusi Pejabat

17

0

-8

9

8

Kepercayaan thd Politisi

7

1

-5

3

9

Penyimpangan Dana Pemerintah

9

-1

-6

2

10

Kekuatan Perlindungan Investor

-3

-3

11

Ongkos Bisnis dari Kejahatan Dan Kekerasan

4

6

-20

-10

12

Kriminalitas Terorganisasi

18

-19

-11

-12

13

Kehandalan Polisi

-27

22

-8

-13

14

Perlindungan Kepentingan Pemegang Saham Minoritas

-

-

-18

-18

15

Praktek Penyuapan

14

-29

-8

-23

16

Kemampuan Dewan Direksi

-6

-19

-25

17

Transparansi Pemerintah

-42

-2

4

-40

18

Kebebasan Peradilan

-13

-31

-9

-53

19

Ongkos Bisnis dari Terorisme

-1

-39

-13

-53

20

Kekuatan Standar Akuntansi dan Pelaporan

2

-46

-16

-60

21

Perilaku Etis Perusahaan

-49

-23

-8

-80

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L2. PERUBAHAN PERINGKAT INFRASTRUKTUR 2008-2011 NO

INDIKATOR

1

DAYA-SAING

INDONESIA

MENURUT

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

Kualitas Infrastruktur Transportasi Udara

24

0

1

25

2

Kualitas Jalan

8

10

1

19

3

Pelanggan Telpon Gerak

16

16

4

Kualitas Infrastruktur Kereta Api

8

4

4

16

5

Kualitas Infrastruktur Umum

0

6

8

14

6

Keberadaan Pesawat Terbang (Tempat Duduk Kilometer) Sambungan Telpon Tetap

12

-1

-11

0

-34

-3

3

-34

7

PADA

PILAR

8

Kualitas Infrastruktur Pelabuhan

-36

-1

-7

-44

9

Kualitas Pasokan Listrik

-73

-1

-1

-75

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L3. PERUBAHAN PERINGKAT MAKROEKONOMI 2008-2011 NO

INDIKATOR

1

DAYA-SAING

INDONESIA

MENURUT

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

Neraca Anggaran dan Belanja Pemerintah

10

33

11

54

2

Hutang Pemerintah

7

5

14

26

3

Tingkat Tabungan Nasional

0

24

-5

19

4

Peringkat Kredit Negara

13

13

5

Sebaran Suku Bunga

14

-6

-18

-10

6

Inflasi

-1

-12

-4

-17

PADA

PILAR

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L4. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR KESEHATAN & PENDIDIKAN DASAR 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Tingkat Partisipasi Pendidikan Dasar

-8

4

7

3

2

Kejadian TBC

1

3

-3

1

3

Harapan Hidup

-3

1

0

-2

4

Kualitas Pendidikan Dasar

-7

3

1

-3

5

Persebaran HIV

-4

-1

0

-5

6

Kematian Bayi

3

-12

-3

-12

7

Kejadian Malaria

-9

-6

1

-14

8

Dampak Bisnis Malaria

-4

-9

-6

-19

9

Dampak Bisnis TBC

-6

-10

-14

-30

10

Dampak Bisnis HIV/AIDS

-10

-7

-17

-34

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L5. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR PENDIDIKAN TINGGI 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Tingkat Partisipasi Pendidikan Menengah

9

-2

4

11

2

Akses Internet di Sekolah

-1

9

1

9

3

Tingkat Partisipasi Pendidikan Tinggi

1

1

2

4

4

Kualitas Sistem Pendidikan

-5

4

-4

-5

5

Kualitas Pendidikan Matematika dan Keilmuan

-4

4

-7

-7

6

Keberadaan Pendidikan Dan Riset Khusus

-5

-4

-9

-18

7

Kualitas Sekolah Manajemen

-3

-4

-13

-20

8

Pelatihan utk Karyawan

-2

-3

-16

-21

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L6. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR EFISIENSI PASAR BARANG 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Beban Prosedur Kepabeanan

12

-6

4

10

2

Jumlah Prosedur utk Memulai Bisnis

4

11

-6

9

3

Tarif Perdagangan

-5

23

-15

3

4

Waktu utk Memulai Bisnis

2

0

0

2

5

Keluasan dan Efek Perpajakan

-6

5

-6

-7

6

Impor/PDB

4

-10

-6

-12

7

Tingkat Pajak Total

-8

-6

-1

-15

8

Efektivitas Kebijakan Anti Monopoli

-1

-5

-18

-24

9

Keluasan Dominasi Pasar

-6

-8

-11

-25

10

Ongkos Kebijakan Pertanian

-7

0

-19

-26

11

Kepuasan Pembeli

-5

-5

-16

-26

12

Tingkat Orientasi Konsumen

-8

-6

-14

-28

13

Dampak Bisnis Peraturan PMA

1

-8

-29

-36

14

Keberadaan Hambatan Perdagangan

-4

-20

-20

-44

15

Intensitas Kompetisi Lokal

-3

-7

-35

-45

16

Kepemilikan Investor Asing

-17

-13

-20

-50

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L7. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR EFISIENSI PASAR TENAGA KERJA 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Partisipasi Perempuan dlm Ketenagakerjaan

-2

-5

1

-6

2

Pembayaran dan Produktivitas

-11

9

-8

-10

3

Biaya Redundansi

-2

-8

-4

-14

4

Kekakuan Lapangan Kerja

5

-18

-4

-17

5

Perpindahan Keluar Negeri Tenaga Terdidik

-6

-2

-10

-18

6

Kebergantungan pada Manajemen Profesional

-8

-2

-13

-23

7

Praktek Penerimaan dan Pemutusan Kerja

-15

-4

-13

-32

8

Fleksibilitas Penentuan Upah

-13

-6

-15

-34

9

Kerjasama Hubungan Karyawan-Pengusaha

-23

-5

-21

-49

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L8. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR PASAR KEUANGAN 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Kemudahan Akses Pinjaman

44

7

-2

49

2

Keberadaan Modal Ventura

26

6

-8

24

3

Keberadaan Jasa Keuangan

16

-3

2

15

4

Kesehatan Bank

25

4

-20

9

5

Kemampuan Membayar Jasa Keuangan

5

5

6

Pembiayaan Melalui Pasar Saham Lokal

6

0

-12

-6

7

Peraturan Perdagangan Saham

-8

-4

-7

-19

8

Indeks Hak Hukum

-46

-5

-2

-53

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L9. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR KESIAPAN TEKNOLOGI 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Penyerapan Teknologi Perusahaan

0

0

11

11

2

Pelanggan Internet Pita Lebar

-1

2

-4

-3

3

Pita Lebar Internet

-6

-6

4

Pengguna Internet

20

-20

-10

-10

5

Keberadaan Teknologi Terbaru

-11

-5

3

-13

6

PMA dan Transfer Teknologi

-25

-5

-10

-40

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L10. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR BESAR PASAR 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Indeks Besar Pasar Domestik

0

1

-1

0

2

Indeks Besar Pasar Luar Negeri

1

0

0

1

3

PDB (PPP)

0

1

0

1

4

Ekspor/PDB

-1

-10

-7

-18

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L11. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR KESCANGGIHAN BISNIS 2008-2011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Kecanggihan Proses Produksi

12

8

-4

16

2

Panjang Rantai Nilai

1

9

-3

7

3

Sifat Keunggulan Daya Saing

4

1

-8

-3

4

Keluasan Pemasaran

-1

0

-5

-6

5

Kuantitas Pemasok Lokal

0

7

-14

-7

6

Pengendalian Distribusi Internasional

-4

6

-10

-8

7

Kualitas Pemasok Lokal

-1

-3

-7

-11

8

Perkembangan Klaster

-6

0

-9

-15

9

Kesediaan Mendelegasikan Kewenangan

2

-6

-24

-28

Sumber: WEF (2011), diolah

TABEL L12. PERUBAHAN PERINGKAT DAYA-SAING INDONESIA MENURUT INDIKATOR PADA PILAR INOVASI 20082011 NO

INDIKATOR

2008-09

2009-10

2010-11

2008-11

1

Lelang Pemerintah Utk Produk Teknologi Maju

53

4

-4

53

2

Kapasitas Inovasi

9

14

0

23

3

Kerjasama Universitas-Industri Dalam Riset

11

5

-3

13

4

Belanja Riset Perusahaan

6

2

-5

3

5

Paten Per Sejuta Penduduk

-3

-2

3

-2

6

Keberadaan Ilmuwan Dan Insinyur

0

0

-14

-14

7

Kualitas Lembaga Riset Keilmuan

-4

-1

-11

-16

Sumber: WEF (2011), diolah