1
POTENSI TUMBUHAN OBAT DI KAWASAN HUTAN LINDUNG RPH GUCI-KPH PEKALONGAN BARAT, JAWA TENGAH
TRI APRILIANA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
2
POTENSI TUMBUHAN OBAT DI KAWASAN HUTAN LINDUNG RPH GUCI-KPH PEKALONGAN BARAT, JAWA TENGAH
TRI APRILIANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
3
RINGKASAN TRI APRILIANA. Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT. Kawasan hutan lindung RPH Guci berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk. Hal ini memungkinkan adanya interaksi antara kawasan hutan dengan masyarakat di sekitar hutan lindung tersebut. Bentuk interaksi tersebut adalah pemanfaatan hasil hutan secara langsung maupun tidak langsung, salah satunya adalah pemanfaatan hasil hutan sebagai bahan obat. Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan tersebut belum seluruhnya terdokumentasi, sehingga dilakukan kegiatan inventarisasi potensi tumbuhan obat di kawasan ini serta bentuk pemanfaatannya oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan obat dan bentuk pemanfaatannya oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis vegetasi, pembuatan herbarium, wawancara, dan studi literatur. Analisis vegetasi dilakukan pada tiga tipe hutan dengan total luas 8,4 ha petak contoh, yaitu: pegunungan bawah, pegunungan tengah, serta pegunungan atas. Wawancara dilakukan pada tujuh responden penduduk di sekitar kawasan hutan lindung dengan teknik snowball sampling. Hasil analisis vegetasi menunjukkan sebanyak 155 spesies dari 66 famili yang teridentifikasi. Habitus yang mendominasi adalah pohon dan didominasi oleh famili Poaceae (enam spesies) dan Fabaceae (enam spesies). Sebanyak 98 spesies (63,22%) merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan obat. Spesies tersebut dikelompokkan ke dalam 24 kelompok penyakit, sebagian besar digunakan untuk mengobati penyakit saluran pencernaan sebanyak 32 spesies, antara lain: aseman (Polygonum chinense), ganyong merah (Canna edulis), dan jeruk nipis (Citrus aurantium). Hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 26 spesies dari 17 famili yang dimanfaatkan sebagai bahan obat, sebanyak 19,23% (lima spesies) berasal dari famili Zingiberaceae yaitu bangle (Zingiber purpureum), combrang (Nicolaia speciosa), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), dan temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat berasal dari kawasan hutan lindung, namun hanya 11 spesies yang ditemukan di petak contoh analisis vegetasi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa kawasan Hutan Lindung RPH Guci ditumbuhi oleh berbagai spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan.
Kata kunci: Hutan Lindung, Potensi, Tumbuhan Obat, Pemanfaatan, Interaksi.
4
SUMMARY TRI APRILIANA. Potential of Medicinal Plants in Protected Forest Area RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Central java. Under supervision of SISWOYO and AGUS HIKMAT. Protected Forest Area RPH Guci is adjacent with settlement. This allowed an interaction between the protected forest with communites around the area. The interaction is such utilizing forest product directly or indirectly. One of them is utilizing forest product as medicinal plants. However, data on medicinal plants that grow in the protected forest has not been documented, so the inventory of potential of medicinal plants in the protected forest was conducted as well as the utilization by communities around. This study aimed to identify the potential of medicinal plants and the utilization by communities around Protected Forest area RPH Guci. This study was conducted from May to June 2012 in RPH Guci – KPH Pekalongan Barat, Central Java. The method used in this study include vegetation analysis, making herbarium, interview, and literature studying. Vegetation analysis performed on the three types of forests with total area of 8,4 ha sample plots, they were: lower mountane forest, medium mountane forest, and upper mountane forest. Interview was conducted to seven respondents in community around the area with snowball sampling technique. Vegetation analysis result indicated 155 species of 66 families were identified. Tree was the dominant habitus and dominated by Poaceae (six species) and Moraceae (six species). There were 98 species (63,22%) had potential as medicinal plants. Medicinal plants were grouped into 24 groups of diseases, mostly used to treat gastrointestinal diseases (32 species), such as: aseman (Polygonum chinense), ganyong merah (Canna edulis), and jeruk nipis (Citrus aurantium). The results of interview identified that there were 26 species from 17 families were used as medicine. Zingiberaceae was the most used as medicine 19,23% (five species), they are: bangle (Zingiber purpureum), combrang (Nicolaia speciosa), jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), and temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Medicinal plants were exploited by communities from protected forest area, but only 11 species were found in the sample plots of vegetation analysis. The conclusion of this study showed that the Protected Forest RPH Guci covered by a variety of medicinal plants to be used by people around the area.
Keywords: Forest Preserve, Potential, Medicinal Plants, Utilization, Interaction.
5
Pernyataan Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah” adalah benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi atau Lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal dan atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2012
Tri Apriliana E34080085
6
Judul Skripsi
: Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah
Nama NIM
: Tri Apriliana : E34080085
Menyetujui:
Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Siswoyo, M. Si NIP: 19650208 199203 1 003
Dr. Ir. Agus Hikmat, M. Sc. F NIP: 19620918 198903 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir Sambas Basuni, MS KATA PENGANTAR NIP: 19580915 198403 1 003
Tanggal Lulus:
7
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini, dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum tentang potensi tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat serta bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar kawasan. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan data tentang potensi tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat serta bentuk pemanfaatannya oleh masyarakat sekitar kawasan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Bogor, Desember 2012 Penulis
8
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 18 April 1990 di Tegal, Jawa Tengah dari pasangan Bapak Warsidik dan Ibu Hindun sebagai anak ketiga dari empat bersaudara. Penulis mengawali pendidikan di SDN Pesayangan 01 tahun 1996-2002. Selanjutnya di SMP N 5 Tegal tahun 2002-2005, dan pendidikan menengah atas di SMA N 3 Tegal tahun 2005-2008. Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama di perkuliahan penulis terdaftar sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 20102012, selain itu penulis menjadi anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF) Raflesia. Tahun 2010 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cilacap-Baturaden, Jawa Tengah. Tahun 2011 melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Tahun 2012 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran, Situbondo-Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian berjudul “Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah” di bawah bimbingan Bapak Ir. Siswoyo, M. Si. dan Bapak Dr. Ir. Agus Hikmat, M. Sc. F.
9
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillahirabbila’lamin, telah terselesaikannya penulisan skripsi yang berjudul “Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mendapatkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan tentunya do’a dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si dan Dr.Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F. atas bimbingan, arahan, motivasi, petunjuk, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. 2. Ibu Resti Meilani S.Hut. M.Si. Selaku moderator saat seminar, Ibu Dr.Ir. Rita Kartika Sari, M.Si. selaku dosen penguji, dan Bapak Dr.Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc. selaku ketua sidang, atas masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu dan Bapak tercinta, kakak dan adik tersayang (Eka Setyawati SpdT, Dwi Astuti Amd, Ir. Amirudin dan Reza Setyawan) serta keluarga besar atas do’a yang tulus, dukungan, bantuan moral, spirituan dan materil serta kasih sayang dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi. 4. Bapak Kasi KPH Pekalongan Barat, Bapak asper BKPH Bumijawa, Bapak mantri RPH Guci atas izin penelitian yang telah diberikan. 5. Bapak Fakhori dan Bapak Ropii yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama di lapang. 6. Bapak dan Ibu dosen beserta staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan selama kuliah. 7. Masyarakat Desa Rembul, instansi yang terkait serta semua pihak atas semua bantuan dalam pengambilan data lapang, izin, dan ketersediaan waktunya. 8. Bapak, Ibu guru SD, SMP, dan SMA yang sudah berjasa dalam mendidik dan memberikan ilmu yang berharga. 9. Sahabat-sahabatku (Febbi Nurdia, Eko Okta Ardhita, Uun Kurniawati, Siti Maemunah, Sri Hadiati, Indira Wahyu SA, Dwi Meylinda) atas
10
kebersamaan, canda, tawa, duka, motivasi masukan, arahan, dan doa selama penulis menyelesaikan studi di IPB. 10. Teman-teman seperjuangan (Febbi Nurdia, Insani Widyastuti, Uun Kurniawati, Eko Okta Ardhita, Septiani D. Arimukti, Arniana Anwar, Dina Oktavia, Erlinda Mutiara, Agrini vera, Siti Reyhani, Siti Maemunah, Rahayu W.) atas bantuan selama penyusunan skripsi. 11. Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) yang telah memberikan bantuan materill, sehingga proses perkuliahan dapat berjalan dengan baik. 12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Konservasi dan Ekowisata (HIMAKOVA) dan Kelompok Pemerhati Flora (KPF) Raflesia atas dukungan, ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kebersamaannya dalam pendidikan dan penyusunan skripsi. 13. Keluarga besar KSHE 45 (edelweis) atas kebersamaan, canda, tawa, dan duka yang telah dilalui bersama-sama. 14. Mamang dan Bibi di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata serta fakultas Kehutanan yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi baik langsung maupun tidak langsung. 15. Semua pihak yang membantu selama kuliah, praktek, dan penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
11
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ...............................................................................................
i
DAFTAR TABEL .......................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
iv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang.....................................................................
1
I.2 Tujuan Penelitian .................................................................
2
I.3 Manfaat Penelitian ...............................................................
2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Lindung .....................................................................
3
2.2 Tumbuhan Obat ...................................................................
4
2.3 PemanfaatanTumbuhan Obat ..............................................
5
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ...............................................
7
3.2 Bahan dan Alat ....................................................................
7
3.3 Pengambilan Data ................................................................
7
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas ....................................................................
16
4.2 Topografi dan Kelerengan ...................................................
16
4.3 Jenis Tanah dan Geologi .....................................................
16
4.4 Hidrologi..............................................................................
16
4.5 Iklim ....................................................................................
17
4.6 Flora dan Fauna ...................................................................
17
4.7 Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat ............
17
12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Vegetasi ............................................................. 5.1.1 5.1.2 5.1.3 5.1.4 5.1.5
Komposisi spesies ...................................................... Komposisi spesies berdasarkan habitus ..................... Dominansi vegetasi .................................................... Komposisi famili ........................................................ Keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan spesies (Dmg) .............................................................
5.2 Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci ..................................................................................... 5.2.1 Komposisi spesies tumbuhan obat.............................. 5.2.2 Komposisi famili tumbuhan obat ............................... 5.2.3 Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus ........................................................................ 5.2.4 Kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat ....... 5.2.5 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan ....
20 20 21 22 25 26 28 28 29 30 31 53
5.3 Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat ..................
53
5.3.1 Karakteristik responden ............................................. 5.3.2 Pemanfaatan tumbuhan obat ...................................... 5.3.3 Persentase bagian yang digunakan oleh masyarakat..
53 55 56
5.4 Interaksi Masyarakat dengan Hutan dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat ...................................................................
57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 6.1 Kesimpulan ..........................................................................
59
6.2 Saran ....................................................................................
59
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
13
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1.
Jenis Data yang Dikumpulkan dalam Penelitian..................................
7
2.
Rekapitulasi Nama Responden ............................................................
9
3.
Penentuan Jumlah Jalur Berdasarkan Jenis Tegakan dan Ketinggian Tempat...............................................................................
9
Klasifikasi Kelompok Penyakit/penggunaan dan Macam Penyakit/penggunaan ...........................................................................
14
5.
Jumlah Penduduk di Desa Rembul ......................................................
18
6.
Data Pendidikan Penduduk Desa Rembul ...........................................
18
7.
Mata Pencaharian Penduduk Desa Rembul .........................................
19
8.
Spesies dengan INP Tertinggi di Tiga Tipe Hutan Pegunungan pada Tegakan RBC ..............................................................................
23
Spesies dengan INP Tertinggi di Tiga Tipe Hutan Pegunungan pada Tegakan Pinus .............................................................................
23
10. Spesies dengan INP Tertinggi di Tiga Tipe Hutan Pegunungan pada Hutan Alam .................................................................................
24
11. Rekapitulasi Indeks Keanekaragaman Spesies (H’), Kemerataan Spesies (E), Kekayaan (Dmg) Spesies Berdasarkan Tipe Hutan.......................................................................
26
12. Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci ....................................................................
31
13. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk mengobati Penyakit darah tinggi ....................................................................................................
32
14. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Mengobati/Penawar Racun ...............
33
15. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Pengobatan Luka ..............................
34
16. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Diabetes .............................
34
17. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Gigi ....................................
35
18. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Ginjal .................................
36
19. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Kanker/Tumor....................
36
4.
9.
14
20. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Kuning ...............................
37
21. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Khusus Wanita ...................
38
22. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Kulit ...................................
38
23. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Perawatan Organ Tubuh Wanita ..................................................................................................
40
24. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Malaria ...............................
40
25. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Mata ...................................
41
26. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Mulut..................................
42
27. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Otot dan Persendian ...........
43
28. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Telinga ...............................
43
29. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Tonikum ............................................
44
30. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Saluran Pembuangan .........
45
31. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Saluran Pencernaan ............
46
32. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Penyakit Saluran Pernafasan/THT ...................................................................................
48
33. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Perawatan Kehamilan dan Persalinan .............................................................................................
49
34. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Perawatan Rambut, Muka, dan Kulit .....................................................................................................
50
35. Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang Dimanfaatkan untuk Pengobatan Lain-lain ........................
51
36. Persentase Usia Responden ..................................................................
54
37. Persentase Responden Berdasarkan Mata Pencaharian .......................
54
38. Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.....................
54
15
39. Spesies Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Lindung RPH Guci .......................................................
55
16
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1.
Desain Metode Kombinasi ..................................................................
10
2.
Komposisi Spesies dan Famili pada Tipe Hutan Pegunungan .............
20
3.
Komposisi Spesies Berdasarkan Habitus .............................................
22
4.
Spesies yang Mendominasi: a) Areca pumila; b) Scoparia dulcis ....................................................................................................
24
Kondisi Vegetasi: a) hutan rimba campur (RBC); b) hutan tanaman pinus; c) hutan alam...............................................................
25
6.
Komposisi Famili Berdasarkan Tipe Hutan Pegunungan ....................
25
7.
Komposisi Spesies dan Famili pada Tiga Tipe Hutan Pegunungan ..........................................................................................
29
8.
Komposisi Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Famili ....................
29
9.
Komposisi Spesies Tumbuhan Obat Berdasarkan Habitus ..................
30
10. Andul-andul (Sida acuta Burm.f.). ......................................................
32
11. Melati hutan (Clerodendrum inerme L. Gaertn.) .................................
33
12. Talas (Colocasia esculenta L. Schoot.) ...............................................
33
13. Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) .....................................
34
14. Selada air (Nasturtium officinale L. R. Br.) .........................................
35
15. Pisang hutan (Musa paradisiaca L.). ...................................................
35
16. Wortel (Daucus carota L.). ..................................................................
36
17. Benikan (Gomphrena globosa L.) .......................................................
37
18. Pacar air (Impatiens balsamina L.) ......................................................
37
19. Bal-balan (Hyptis brevipes Poit.) .........................................................
38
20. Jambu biji (Syzygium aqueum (Burm. F.)) ..........................................
39
21. Rumput wudelan (Kyllinga brevifolia Rottb.) .....................................
40
22. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) ....................................................
41
23. Brembet (Rubus moluccanus L.) ..........................................................
42
24. Tumpangan (Hedyotis verticillata L.) ..................................................
42
25. Kayu suriya (Toona sinensis (A. Juss.) Roem.) ...................................
44
26. Gewor (Commelina paleata Hassk.) ....................................................
44
27. Coetan/nyangkuhan (Curculigo capitulata (Lour.) O. Kuntze)...........
46
5.
17
28. Strawberi hutan (Rubus rosaefolius J. E. Smith.) ................................
48
29. Braja lintang (Belamcanda chinensis (L.) DC.)...................................
49
30. Paku sarang burung (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.) .....................
50
31. Pulutan (Urena lobata L.) ....................................................................
51
32. Persentase bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan...........................
53
33. Persentase Bagian Tumbuhan Obat yang Digunakan Masyarakat ...........................................................................................
56
34. Jumlah Spesies Tumbuhan Obat Hasil Analisis Vegetasi dan Wawancara ...........................................................................................
57
18
DAFTAR LAMPIRAN
No
Halaman
1.
Lokasi Penelitian ..................................................................................
73
2.
Spesies Tumbuhan yang terdapat di HutanLindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat ........................................................................
74
Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci ..............................................................................
80
Kandungan Kimia Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Lindung RPH Guci ................
94
3. 4.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Hutan merupakan salah satu tempat dimana suatu keanekaragaman hayati
berada yang keberadaannya perlu dikaji. Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan di Indonesia memiliki tiga fungsi yaitu lindung, konservasi, dan produksi. Pengelolaan hutan di KPH Pekalongan Barat khususnya RPH Guci dilakukan untuk fungsi lindung dan produksi. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Bentuk pemanfaatan yang dapat dilakukan di dalam kawasan hutan lindung berupa pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, dan pemungutan hasil hutan bukan kayu (UU No. 41 tahun 1999). Adanya hutan tidak luput dari keberadaan masyarakat di sekitarnya yang memanfaatkan hasil hutan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan hasil hutan merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pengelolaan hutan misalnya pemanfaatan hasil hutan sebagai bahan obat. Pemanfaatan sumberdaya hutan yang ada untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari sebagai bahan obat merupakan pengetahuan yang sangat berharga dan merupakan budaya yang perlu digali agar pengetahuan tersebut tidak hilang seiring dengan perkembangan zaman. Namun, perkembangan zaman yang semakin modern sekarang ini baik dari segi teknologi, ilmu pengetahuan, serta pembangunan yang meningkatkan perekonomian masyarakat mengakibatkan menurunnya kearifan lokal dalam pemanfaatan sumberdaya hutan khususnya tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar hutan. Tumbuhan obat secara alami tumbuh di berbagai kawasan hutan, khususnya di hutan lindung. Namun demikian, data mengenai tumbuhan obat yang tumbuh di kawasan lindung tersebut belum seluruhnya terdokumentasi, contohnya di kawasan hutan lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat.
2
Berkaitan dengan hal tersebut perlu dilakukan inventarisasi potensi tumbuhan obat di kawasan hutan lindung dan bentuk pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar hutan lindung tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung kelestarian pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar hutan.
1.2
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi tumbuhan obat di kawasan hutan lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah. 2. Mengidentifikasi bentuk pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah.
1.3
Manfaat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, data dasar
dan masukan bagi pihak pengelola Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan
Barat
dalam
menyusun
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati, terutama tumbuhan obat di kawasan tersebut.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Hutan Lindung Undang-Undang No.41 tahun 1999 mendefinisikan hutan lindung sebagai
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Kriteria kawasan hutan lindung menurut PP No. 47 tahun 1997, yaitu: (1) kawasan hutan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan, (2) kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, (3) kawasan hutan yang mempunyai ketinggian tempat di atas permukaan laut 2.000 m dpl atau lebih. Menurut Undang-Undang No. 62 tahun 1998 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan, pengelolaan hutan lindung diserahkan kepada Kepala Daerah Tingkat II yang mencangkup kegiatan pemancangan batas, pemeliharaan batas, mempertahankan luas dan fungsi, pengendalian kebakaran, reboisasi dalam rangka rehabilitasi lahan kritis pada kawasan hutan lindung, dan pemanfaatan jasa lingkungan. Manan (1978) menjelaskan bahwa terdapat dua tipe hutan lindung di Indonesia berdasarkan pengelolaannya, yaitu: (1) hutan lindung mutlak, yaitu hutan lindung yang mempunyai keadaan alam yang sedemikian rupa, sehingga pengaruhnya yang baik terhadap tanah, alam sekelilingnya dan tata air perlu dipertahankan dan dilindungi, (2) dan hutan lindung terbatas, yaitu diantara hutan lindung, ada yang karena keadaan alamnya dalam batas-batas tertentu, sedikit banyak masih dapat dipungut hasilnya, dengan tidak mengurangi fungsinya sebagai hutan lindung. Pengelolaan hutan lindung adalah bagian integral dari pengelolaan DAS secara keseluruhan, dimana hutan lindung memegang peranan penting dari segi hidroorologi. Pengurusan hutan lindung dilakukan oleh Direktorat Jendral Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) (Soerianegara 1996).
4
2.2
Tumbuhan Obat Menurut Zuhud et al. (1994), tumbuhan obat adalah seluruh spesies
tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat, yang dikelompokan menjadi: (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau
bahan
bioaktif
yang
berkhasiat
obat
dan
pengunaannya
dapat
dipertanggungjawabkan secara medis dan, (3) tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri. Sandra dan Kemala (1994) mengatakan tumbuhan obat adalah semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan obat menurut Departemen Kesehatan RI dalam SK. Menteri Kesehatan No.149/SK/Menkes/IV/1978 diacu dalam Kartikawati (2004) mengandung beberapa pengertian yaitu: (1) tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu, (2) tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor), (3) tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat. Tumbuhan obat merupakan salah satu hasil hutan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengobatan tradisional secara langsung atau tidak langsung mempunyai kaitan dengan upaya pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat. Berkaitan dengan hal tersebut dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam pengobatan tradisional, antara lain pandangan tentang sakit, pengetahuan ramuan obat tradisional, serta aturan adat dalam pemanfaatan sumberdaya alam hayati yang dapat dijumpai pada masyarakat asli Indonesia (Aliadi & Roemantyo 1994). Hutan tropik Indonesia memiliki lebih dari 30.000 spesies tumbuhan berbunga, dan berpotensi sebagai bahan obat-obatan. Menurut Sangat et al. (2000), hutan di Indonesia terdapat sekitar 1.300 spesies tumbuhan yang berkhasiat obat. Menurut WHO terdapat 35.000 sampai 70.000 spesies tumbuhan
5
yang digunakan sebagai obat (Padulosi et al. 2002). Berdasarkan informasi tersebut Indonesia memiliki potensi keanekaragaman hayati yang terhimpun dalam berbagai formasi hutan yang merupakan aset nasional yang tak terhingga nilainya bagi kepentingan kesejahteraan umat manusia (Zuhud et al. 1994). Setiap unit kawasan ekosistem alam memiliki keanekaragaman hayati berupa tumbuhan dan hewan yang dapat mendukung kehidupan masyarakat sekitarnya dalam menyediakan materi biologi untuk berbagai macam manfaat yang dapat diambil, berupa keanekaragaman tumbuhan obat untuk mengobati berbagai macam penyakit, keanekaragaman untuk pangan dan lain-lain (Zuhud et al. 2009). Tumbuhan obat terdiri atas beberapa kriteria stadium pertumbuhan. Kriteria stadium pertumbuhan berbagai spesies tumbuhan adalah sebagai berikut (Kusmana & Istomo 1995): a. Semai merupakan permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m. b. Pancang merupakan permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. c. Tiang merupakan pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm. d. Pohon merupakan pohon dewasa berdiameter 20 cm atau lebih. e. Tumbuhan bawah merupakan tumbuhan selain permudaan pohon, misal: rumput, herba, dan semak belukar. 2.3
Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pengetahuan penggunaan tumbuhan sebagai obat telah diketahui sejak
lama di Indonesia, bukti adanya penggunaan bahan alam terutama tumbuhan sebagai obat pada masa lalu dapat ditemukan dalam naskah lama pada daun lontar “Husodo” (Jawa), “Usada” (Bali), “Lontarak pabbura” (Sulawesi Selatan), dan dokumen lain seperti Serat Primbon Jambi, Serat racikan Boreh Wulang Dalem, dan juga pada dinding Candi Borobudur dengan adanya relief tumbuhan yang menggambarkan orang sedang meracik obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Zuraida et al. 2009). Menurut Rachmat (2009), masyarakat yang berada di pedesaan dan masyarakat yang kurang mampu dalam segi ekonomi bergantung pada
6
pengobatan tradisional, hal ini dikarenakan pengobatan modern cukup mahal dan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat di pedesaan tersebut. Mereka percaya pengobatan tradisional lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan modern, disamping itu pengobatan tradisional tidak memiliki efek samping. Sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat secara tradisi merupakan salah satu bagian dari kebudayaan suku bangsa itu sendiri yang melibatkan hubungan antara manusia dengan lingkungannya yang ditentukan oleh kebudayaan setempat sebagai pengetahuan yang diyakini serta menjadi sistem nilai. Pengobatan tradisional merupakan salah satu pengetahuan tradisional masyarakat, yaitu semua upaya pengobatan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran berdasarkan pengetahuan yang berakar pada tradisi tertentu dan dilakukan
secara
turun-temurun.
Selain
itu,
telah
teruji
memberikan
sumbangsihnya terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) (Rahayu 2006).
7
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2012, di Kawasan
Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah (Lampiran 1). 3.2
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alkohol 70%,
dengan objek yang diteliti adalah spesies tumbuhan yang ditemukan dan dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan lindung. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Peralatan pembuatan petak ukur: kompas, tali rafia, golok, meteran 50 m dan patok. 2. Peralatan mengukur dimensi pohon: meteran jahit atau pita ukur. 3. Peralatan membuat herbarium: kertas koran, kantong plastik spesimen (trashbag), gunting, alat semprot dan label. 4. Tally sheet untuk analisis vegetasi. 5. Quesioner untuk wawancara serta alat tulis, dan kamera digital. 3.3.
Pengambilan Data
3.3.1
Jenis data yang dikumpulkan Jenis data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas
data sekunder dan data primer (Tabel 1). Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian Tahapan kegiatan 1. Kondisi umum lokasi penelitian
2.
Potensi tumbuhan obat
Aspek yang dikaji 1) Letak geografis 2) Luas wilayah 3) Topografi dan kelerengan 4) Tanah dan geologi 5) Hidrologi 6) Iklim 7) Flora dan fauna 8) Sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar Spesies tumbuhan obat
Sumber data Pemkab Tegal, Penelitian sebelumnya
Metode Studi literatur
Lapang
1. Analisis vegetasi 2. Pengambilan contoh herbarium
8
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian (Lanjutan) Tahapan kegiatan 3.
4.
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar hutan lindung RPH Guci Pengolahan dan analisis data
4.3.2
Aspek yang dikaji
Sumber data
Metode
Spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Wawancara
Data yang diperoleh di lapang
1. Secara manual dan komputansi 2. Analisis deskriptif, kualitatif, dan kuantitatif
Teknik pengumpulan data
4.3.2.1 Penentuan responden Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu menentukan responden kunci (key person). Responden kunci digunakan sebagai penentu responden lainnya. Orang yang dijadikan responden kunci adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau kegunaan tumbuhan tersebut serta memiliki intensitas tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan. Responden kunci tersebut diperoleh melalui informasi dari kepala resort, dan untuk menentukan responden selanjutnya diperoleh melalui responden pertama, hal yang sama dilakukan juga untuk menentukan responden selanjutnya. Responden yang akan diwawancarai pada penelitian ini sampai tidak ada penambahan informasi lagi. 4.3.2.1 Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai spesies-spesies tumbuhan obat yang dimanfaatakan oleh masyarakat sekitar hutan. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan pengisian kuisioner dan pendalaman pertanyaan sesuai keperluan. Hal-hal yang akan ditanyakan meliputi spesies tumbuhan dan jenis pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat. Wawancara dilakukan di Desa Rembul, hal ini dikarenakan desa tersebut berada di sekitar kawasan hutan lindung. Responden yang diwawancarai yaitu sebanyak tujuh responden, berikut daftar nama responden yang diwawancarai (Tabel 2).
9
Tabel 2 Rekapitulasi nama responden No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Fahril Fakhori Ilyas Katho Muksin Ropii Thoat
Usia (tahun) 60 41 55 40 30 47 35
Jenis kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Pekerjaan Penyadap Mandor Penyadap Penyadap Penyadap Mandor Penyadap
Pendidikan SMP SLTA Tidak tamat SD SMP SMP SMP SD
4.3.2.2 Analisis vegetasi Analisis vegetasi merupakan cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Soerianegara & Indrawan 1998). Pada penelitian ini analisis vegetasi dilakukan untuk memperoleh
data potensi tumbuhan obat di kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah. Metode analisis vegetasi yang digunakan adalah metode kombinasi jalur dan garis berpetak dengan ukuran 20 m x 200 m, sebanyak 21 jalur (Tabel 3). Peletakan jalur secara sistematis dengan jarak antar jalur 50 m. Pembuatan jalur mewakili setiap tegakan dan ketinggian yang ada di kawasan hutan lindung tersebut. Jumlah petak contoh setiap jalurnya sebanyak 10 buah, selanjutnya petak contoh tersebut dibagi lagi menjadi petak ukur sesuai tingkat pertumbuhan vegetasinya. Tabel 3 Penentuan Jumlah Jalur Berdasarkan Jenis Tegakan dan Ketinggian Tempat Kelas ketinggian
Jenis Tegakan Rimba campur
Pegunungan bawah (1.100-1.300 mdpl)
Pinus
Rimba campur
Pegunungan tengah (1.325-1.500 mdpl)
Pinus
Ketinggian tempat (mdpl) 1.100
No. Jalur 1
1.250
2
1.300
3
1.100
4
1.250
5
1.300
6
1.350
7
1.430
8
1.500
9
1.325
10
1.430
11
1.500
12
10
Tabel 3 Penentuan Jumlah Jalur Berdasarkan Jenis Tegakan dan Ketinggian Tempat (Lanjutan) Kelas ketinggian
Jenis Tegakan Rimba campur
Pegunungan atas (1.525-3.400 mdpl)
Pinus
Hutan alam
Ketinggian tempat (mdpl) 1.560
No. Jalur 13
1.525
14
1.560
15
1.560
16
1.725
17
1.725
18 19 20 21
2.525
Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies, jumlah individu setiap spesies untuk tingkat pertumbuhan semai, pancang, tumbuhan bawah, epifit dan liana, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dicatat nama spesies, jumlah individu, diameter batang. Tingkat pertumbuhan semai, tumbuhan bawah, epifit dan liana (D) petak 2 m x 2 m (untuk semai tinggi ≤ 1,5 m), untuk tingkat pertumbuhan pancang 5 m x 5 m (C) (tinggi > 1,5 m, diameter < 10 cm), untuk tingkat pertumbuhan tiang 10 m x 10 m (B) (diameter 10-19,9 cm), dan untuk tingkat pertumbuhan pohon ukuran petaknya 20 m x 20 m (A) (Gambar 2). A
Arah rintis D C B
Gambar 1 Desain Metode Kombinasi.
Keterangan: A: Plot berukuran 20 m x 20 m (pohon) B: Plot berukuran 10 m x 10 m, (tiang) C: Plot berukuran 5 m x 5 m, (pancang) D: Plot berukuran 2 m x 2 m, (semai, tumbuhan bawah, epifit, dan liana) 4.3.2.4 Pembuatan herbarium Herbarium merupakan koleksi relatif tumbuhan yang terdiri atas bagianbagian tumbuhan (ranting lengkap dengan daun, serta bunga dan buah jika ada).
11
Pembuatan herbarium dilakukan untuk menunjang kegiatan identifikasi spesies tumbuhan. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium adalah sebagai berikut: a. Mengambil contoh herbarium, yaitu ranting lengkap dengan daun, serta bunga dan buah jika ada. b. Memotong bahan herbarium dengan panjang sekitar 40 cm. c. Semprot bahan herbarium dengan alkohol 70% sebelum dimasukkan kedalam kertas koran kemudian dilengkapi dengan kertas label gantung berukuran 3cmx5cm yang memuat keterangan: nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan, dan nama kolektor. d. Herbarium disusun dalam sasak dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 70oC selama 5 hari. e. Herbarium yang sudah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang diperlukan diidentifikasi nama ilmiahnya. Identifikasi dilakukan oleh pihak yang memiliki keahlian dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan. 4.3.2.5 Identifikasi kegunaan spesies tumbuhan Identifikasi kegunaan spesies tumbuhan dilakukan dengan mengacu pada literatur terutama Heyne (1987), PROSEA, dan Zuhud et al. (2003), serta literatur lain yang terkait. Hasil identifikasi antara lain nama ilmiah, habitus, kegunaan dan bagian yang digunakan. 4.3.3 Analisis Data 4.3.3.1 Indeks Nilai Penting Data hasil analisis vegetasi di Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat kemudian diolah untuk mendapatkan hasil sesuai dengan parameter vegetasi yaitu kerapatan, frekuensi, dominansi, dan Indeks Nilai Penting (INP). Parameter vegetasi tersebut dihitung dengan rumus (Soerianegara & Indrawan 1998): a. Kerapatan suatu spesies (K) ∑
b. Kerapatan relatif suatu spesies (KR)
12
c. Frekuensi suatu spesies (F) ∑ ∑
d. Frekuensi relatif suatu spesies (FR)
e. Dominansi suatu spesies (D) (untuk tiang dan pohon)
f. Dominansi relatif suatu spesies (DR)
g. Indeks Nilai Penting (INP) Untuk tingkat tiang dan pohon INP = KR + FR + DR Untuk semai, pancang, tumbuhan bawah, liana, dan epifit: INP = KR + FR 4.3.3.2 Indeks keanekaragaman spesies (H’) Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan ShannonWiener Index (Magurran 1988): H’ =
∑
; dimana Pi =
Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Spesies
ni= INP spesies
S = jumlah spesies
N = INP seluruh spesies
Menurut Fachrul (2007) besarnya Indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wienner Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman tinggi, nilai H’ 1≤H’≤3 menunjukkan keanekaragaman sedang, dan nilai H’<1 menunjukkan keanekaragaman rendah.
13
4.3.3.3 Indeks kekayaan spesies (Dmg) Indeks
kekayaan
spesies
merupakan
nilai
yang
menunjukkan
keanekaragaman suatu ekosistem (Magurran 1988): DMg= Keterangan : DMg= Indeks Kekayaan Spesies S = jumlah spesies yang ditemukan N = jumlah seluruh individu Indeks kekayaan Margalef (DMg) adalah indeks yang menunjukan kekayaan spesies suatu komunitas, dimana besarnya nilai (DMg) dipengaruhi oleh banyaknya spesies dan jumlah individu pada areal tersebut. Besarnya nilai (DMg) < 3,5 menunjukkan kekayaan jenis rendah, nilai (DMg) 3,5-5,0 menunjukkan kekayaan jenis sedang, dan apabila nilai (DMg) > 5,0 maka kekayaan jenisnya tergolong tinggi. 4.3.3.4 Indeks kemerataan (E) Indeks
kemerataan
suatu
spesies/evenness
(E),
dapat
diperoleh
menggunakan rumus di bawah ini (Magurran 1988): E= Keterangan: E =Indeks Kemerataan H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener S = jumlah spesies Menurut Magurran (1988) nilai E atau indeks kemerataan berkisar antara 0-1,0. Apabila E ≥ 1,0, maka indeks kemerataannya tinggi. 4.3.3.5 Persen habitus Persen habitus diperoleh melalui perhitungan persentase habitus dari semua spesies yang ditemukan dalam kegiatan analisis vegetasi maupun dari spesies pada tiap-tiap kelompok kegunaan. Persen habitus menunjukkan tingkat dominasi suatu spesies habitus berdasarkan jumlah spesies yang termasuk di dalamnya, baik secara keseluruhan dari seluruh jumlah spesies yang ditemukan
14
maupun jumlah spesies dalam suatu kelompok kegunaan. Perhitungan persen habitus adalah sebagai berikut (Atok 2009): ∑ ∑ 4.3.3.6 Persentase potensi tumbuhan obat Persentase potensi tumbuhan berguna dihitung berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi dan identifikasi spesies dan kegunaan tumbuhan di kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat. Berikut perhitungan persentase potensi tumbuhan obat (Atok 2009). ∑ ∑ 4.3.3.7 Persentase bagian yang digunakan Perhitungan persentase bagian yang digunakan menunjukkan tingkat kegunaan suatu bagian. Bagian tumbuhan yang digunakan antara lain daun, akar, buah, bunga, umbi, batang, bunga, kulit kayu, dan rimpang. Perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut (Atok 2009): ∑ ∑
4.3.3.8 Pengelompokkan penyakit Pengklasifikasian jenis penyakit dari jenis tumbuhan obat yang ditemukan, disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaan No 1
Kelompok penyakit/penggunaan Gangguan peredaran darah
2
Keluarga Berencana (KB)
3
Penawar racun
4 5 6 7 8
Pengobatan luka Penyakit diabetes Penyakit gangguan urat syaraf Penyakit gigi Penyakit ginjal
Macam penyakit/penggunaannya Darah kotor, kanker darah, kurang darah, pembersih darah KB, membatasi kelahiran, menjarangi kehamilan, pencegah kehamilan Digigit lipan, digigit serangga, keracunan jengkol, keracunan makanan, penawar racun Luka, luka bakar, luka memar, luka bernanah, infeksi Diabetes, menurunkan kadar gula darah, sakit gula Lemah urat syaraf, susah tidur Gigi rusak, penguat gigi, sakit gigi Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu
15
Tabel 4 Klasifikasi kelompok penyakit/penggunaan dan macam penyakit/penggunaan (Lanjutan) No 9
Kelompok penyakit/ penggunaan Penyakit jantung
10
Penyakit kanker/tumor
11
Penyakit kuning
12
Penyakit khusus wanita
13
Penyakit kulit
14
Perawatan organ tubuh wanita
15 16
Penyakit malaria Penyakit kelamin
17 18
Penyakit mata Penyakit mulut
19
Penyakit otot dan persendian
20 21
Penyakit tulang Penyakit telinga
22
Tonikum
23
Penyakit saluran pembuangan
24
Penyakit saluran pencernaan
25
27
Penyakit saluran pernafasan/ THT Perawatan kehamilan dan persalinan Perawatan rambut, muka, kulit
28
Lain-lain
26
Sumber: Zuhud et al. (2000)
Macam penyakit/ penggunaannya Sakit jantung, shoke, jantung berdebar-debar, tekanan darah tinggi (hipertensi) Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor payudara Liver, sakit kuning, hepatitis, penyakit hati, hati bengkak Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak datang haid Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak, borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing Malaria, demam malaria Beser mani (spermatorea), gatal disekitar alat kelamin, impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat, Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas, sariawan Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejangkejang, keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian, sakit pinggang, terkilir Patah tulang, sakit tulang Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang telinga tengah, sakit telinga, telinga berair Obat kuat, tonikum, penambah nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, astringen/ pengelat Ambien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh kencing/ keringat, sakit saluran kemih, sembelit, susah kencing, wasir Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri, sakit usus, kolera, muntaber, bengkak lendir, usus buntu Asma, batuk, pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan, TBC, TBC paru Keguguran, perawatan sebelum/ sesudah melahirkan/ persalinan, penyubur kandungan, susu bengkak, ASI Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan ketombe, perawatan muka Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat tidur, obat gosok, penenang dan penggunaan lain yang tidak tercantum di atas.
16
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1
Letak dan Luas KPH Pekalongan Barat dibentuk berdasarkan surat keputusan Direksi BPU
Perhutani Jakarta tanggal 1 Februari 1969 Nomor: 0112/BPU/Perhutani/1984. KPH Pekalongan Barat membagi wilayah hutannya berdasarkan fungsi lindung, produksi dan penggunaan lain. Secara administrasi kehutanan Bagian Hutan (BH) Bumi Jawa termasuk wilayah Kesatuan Pengusahaan Hutan (KPH) Pekalongan Barat, memiliki luas 13.527,90 ha, terbagi dalam dua Bagian Kesatuan Pengusahaan Hutan (BKPH) yaitu : (1) BKPH Bumi Jawa, meliputi: resort polisi hutan (RPH) Batumirah, RPH Kalibakung, RPH Dukuh Tengah, dan RPH Guci; dan (2) BKPH Moga, meliputi: RPH Tlagasari, RPH Moga, RPH Karangsari, dan RPH Diwung. Hutan lindung RPH Guci memiliki luas kawasan sebesar 2.279,60 ha. 4.2
Topografi dan Kelerengan Sebagian besar topografi berupa bukit dan Gunung yang terbelah oleh
alur-alur sungai dari mata air puncak Gunung Slamet, sehingga membentuk lipatan-lipatan permukaan tanah berupa lembah, jurang dan Igir. Umumnya arah lereng ke barat laut ke bagian selatan banyak dijumpai puncak Gunung dan bukit sehingga relatif topografi lebih berat. Kelerengan berkisar antara 30-80% dengan ketinggian tempat 1.100 m – 3.400 m di atas permukaan laut. 4.3
Jenis Tanah dan Geologi Jenis tanah yang dominan di Bagian Hutan (BH) Bumijawa, RPH Guci
adalah latosol cokelat. Dari aspek geologi sebagian besar kawasan hutan berupa batuan induk volkan intermedier dengan tingkat kesuburan sedang. 4.4
Hidrologi Kawasan KPH Pekalongan Barat termasuk dalam wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang membentang dari BH Bantarkawung, BH Bumiayu dan BH Bumijawa. Pembagian DAS dan Sub DAS tersebut menjadikan suatu kesatuan pengelolaan hidrologi baik yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan peran Perum Perhutani mengingat bahwa pengelolaan hutan
17
berdasarkan DAS. KPH Pekalongan Barat mempunyai 11 DAS dengan 19 Sub DAS. 4.5
Iklim Iklim di wilayah studi menurut klasifikasi Schmidt dan Fergusson
termasuk klasifikasi A, dengan curah hujan cukup tinggi yaitu rata-rata 4.115 mm/th. 4.6
Flora dan Fauna Vegetasi utama yang ada dalam wilayah kawasan hutan Perum Perhutani
KPH Pekalongan Barat adalah jenis P. merkusii dan P. oocarpa sebagai mayoritas tanaman komersial yang diusahakan. Penyebaran tanaman pinus dari yang berusia di bawah sepuluh tahun hingga lebih kurang lima puluh tahun atau lebih membentuk formasi hutan tanaman dengan struktur tegakan yang homogen. Selain pinus, pada kawasan untuk tujuan produksi, juga dikenal jenis tanaman rimba campur,
antara lain: mahoni (Switenia macrophylla), mindi
(Melia azedarach), puspa, mangga (Mangifera indica), salam (Syzygium pollyanthum), suren (Toona sureni), johar, sonokeling (Dalbergia latifolia), kesambi (Schleichera oleosa), secang, lamtoro (Leucaena leucocephala), flamboyan (Delonix regia), asam (Tamarindus indica), aren (Arenga pinnata), tepus, kepuh, kenanga (Cananga odorata), petai (Parkia speciosa), jambu (Eugenia spp.), Kawasan hutan yang tidak diusahakan oleh masyarakat sekitar hutan terdapat jenis tumbuhan yang hidup liar sebagai semak belukar antara lain: kirinyuh (Eupathorium spp.), tembelekan (Lantana camara), alang-alang (Imperata cylindrica), putri malu (Mimosa pudica), rumput-rumputan, iwil-iwil, bambu wuluh, tepus dan pulutan. Untuk mengetahui kondisi vegetasi serta satwa liar yang ada di kawasan hutan KPH Pekalongan Barat akan dilakukan survey keanekaragaman hayati yang dilakukan pada kawasan hutan KPH Pekalongan Barat. 4.7
Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat
4.7.1 Jumlah penduduk Kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat terletak di wilayah Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal tepatnya di Desa Rembul. Data mengenai jumlah penduduk di Desa Rembul dapat dilihat pada Tabel 5.
18
Tabel 5 Jumlah penduduk di Desa Rembul No.
Jenis kelamin
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.
Laki-laki
4.208
50,75
2.
Perempuan
4.084
49,25
Jumlah
8.292
100
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2011)
Data jumlah penduduk di Desa Rembul memiliki selisih yang tidak terlalu jauh, antara penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki memiliki kedudukan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. 4.7.2
Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk Desa Rembul cukup beragam. Berikut data
tingkat pendidikan penduduk Desa Rembul (Tabel 6). Tabel 6 Data pendidikan penduduk Desa Rembul No. 1.
Tingkat pendidikan Belum sekolah
Jumlah (orang) 1.875
2.
Tidak sekolah
1.950
3.
Tamat SD/sederajat
1.750
4.
SLTP/sederajat
1.650
5.
SLTA/sederajat
275
6.
D-3
282
7.
S-1
185
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2011)
Penduduk Desa Rembul sebagian besar tidak bersekolah dan hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal ini menggambarkan masih rendahnya tingkat pendidikan penduduk Desa Rembul. 4.7.2
Mata pencaharian Gambaran pola kehidupan suatu kelompok masyarakat dapat dilihat dari
jenis-jenis mata pencahariannya. Pada umumnya kecamatan yang berada di sekitar kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat memiliki lebih dari satu mata pencaharian. Data mengenai mata pencaharian penduduk Desa Rembul disajikan pada Tabel 7.
19
Tabel 7 Mata pencaharian penduduk Desa Rembul No.
Mata pencaharian
Jumlah (orang)
1.
Petani
1.850
2.
Buruh tani
2.400
3.
Buruh/swasta
575
4.
PNS
75
5.
Pengrajin
15
6.
Pedagang
700
7.
Peternak
20
8.
Montir
5
Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (2011)
Umumnya usaha pertanian yang dijalankan penduduk di sekitar kawasan Hutan Lindung RPH Guci-KPH Pekalongan Barat adalah bertani sawah, ladang/tegalan, dan perkebunan. Sawah tersebut sangat bergantung pada musim hujan. Tanaman pertanian yang dikembangkan meliputi tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela pohon, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan sayur-sayuran seperti cabe, tomat, terong, ketimun, lobak, kangkung, dan bayam. Tanaman perkebunan yang diusahakan adalah kelapa, cengkeh, lada, kapuk randu, kenanga, karet, vanili, pala, teh, melati gambir, tebu, pinang, jahe dan nilam. Jenis ternak yang dipelihara di sekitar kawasan Hutan Lindung RPH GuciKPH Pekalongan Barat terdiri dari jenis ternak unggas seperti ayam, itik, angsa, itik manila, dan jenis ternak besar seperti sapi, kerbau, kambing, domba, dan kuda. Budidaya perikanan yang diusahakan hanyalah budidaya perikanan air tawar (kolam, keramba), air sawah (mina padi), dan perairan umum (genangan air, sungai) (BPS Kabupaten Tegal 2010).
20
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Komposisi Vegetasi Berdasarkan data vegetasi baik data primer maupun data sekunder
diperoleh beberapa informasi mengenai nama lokal, nama ilmiah, habitus, famili dan kegunaannya. Berikut akan dibahas lebih lanjut vegetasi berdasarkan komposisi famili, komposisi spesies, komposisi spesies tumbuhan berdasarkan habitus, dominansi vegetasi, indeks keanekaragaman spesies (H’), indeks kemerataan (E), dan indeks kekayaan spesies (Dmg). 5.1.1 Komposisi spesies Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di kawasan hutan lindung RPH Guci diperoleh spesies tumbuhan sebanyak 155 spesies dari 66 famili. Data komposisi spesies dan famili pada tiga tipe hutan pegunungan disajikan pada Gambar 2.
Jumlah spesies
120
114
100 72
80 60
70
55 42
40
40
Spesies Famili
20 0 Hutan peg. Atas
Hutan peg. Tengah
Hutan peg. Bawah
Tipe hutan pegunungan Gambar 2 Komposisi spesies dan famili pada tipe hutan pegunungan.
Gambar 2 menunjukkan spesies tertinggi terdapat pada hutan pegunungan atas dengan jumlah spesies sebanyak 114 spesies dari 55 famili. Pada ketiga hutan pegunungan tersebut, yaitu hutan pegunungan atas, hutan pegunungan tengah, dan hutan pegunungan bawah terdapat spesies dan famili yang sama diantaranya alang-alang (Imperata cylindrica), P. merkusii, dan P. oocarpa. Famili tumbuhan yang paling banyak ditemukan adalah famili Poaceae sebanyak 15 spesies, Fabaceae 10 spesies, dan famili Asteraceae 10 spesies.
21
Gambar 2 menunjukan komposisi spesies terbesar terdapat pada hutan pegunungan atas, dan untuk hutan pegunungan tengah memiliki jumlah spesies yang lebih besar dibandingkan dengan hutan pegunungan bawah. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekologi yang menjelaskan bahwa semakin tinggi suatu daerah maka keanekaragaman spesies semakin berkurang, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah cahaya dan suhu (Soerianegara & Indrawan 1998). Banyaknya spesies di hutan pegunungan atas di hutan lindung RPH Guci dipengaruhi oleh komposisi tegakan yang ada, dimana di dalam hutan pegunungan atas terdiri atas tiga jenis tegakan yaitu rimba campur (RBC), pinus, dan hutan alam. Aktivitas yang jarang dilakukan masyarakat di hutan pegunungan atas khususnya pada tegakan hutan alam mengakibatkan dampak kerusakan hutan yang kecil dibandingkan pada hutan pegunungan bawah. Hutan alam pada hutan pegunungan atas merupakan hutan lindung mutlak, dimana kondisi dari hutan tersebut masih alami. Hutan pegunungan tengah dan pegunungan bawah memiliki jumlah spesies yang cukup rendah dibandingkan dengan jumlah spesies di hutan alam. Tegakan yang ada pada tipe hutan tersebut adalah RBC dan pinus. Hutan pegunungan tengah dan bawah merupakan hutan lindung terbatas (HLT), dimana keadaan alamnya dengan batas-batas tertentu dan sedikit banyak masih dapat diambil hasilnya, salah satunya hasil hutan non kayu berupa getah pinus. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas masyarakat di dalam kawasan hutan pegunungan tengah dan bawah. 5.1.2 Komposisi spesies berdasarkan habitus Komposisi spesies tumbuhan yang berada di kawasan hutan lindung RPH Guci berdasarkan habitusnya dikelompokkan menjadi enam macam, yaitu pohon, perdu, herba, liana, semak, dan epifit. Data mengenai komposisi habitus dapat dilihat pada Gambar 3.
22
Jumlah spesies
70 60 50 40 30 20 10 0
59
31 23
28
11 3 Epifit
Liana
Herba
Semak
Perdu
Pohon
Habitus Gambar 3 Komposisi spesies berdasarkan habitus.
Data pada Gambar 3 menunjukkan bahwa spesies yang paling banyak ditemukan terdapat pada habitus pohon yaitu sebanyak 59 spesies (38,06%) dan jumlah spesies terkecil terdapat pada habitus epifit sebanyak 3 spesies (1,93%) yaitu Belvisia spicata, Asplenium nidus, dan Bulbophyllum antenniferum. Hal ini menunjukkan bahwa spesies dengan habitus pohon memiliki keanekaragaman spesies yang paling tinggi. Informasi mengenai habitus masing-masing spesies dapat dilihat pada Lampiran 2. 5.1.3 Dominansi vegetasi Dominansi menggambarkan suatu spesies utama yang mempengaruhi dan melaksanakan kontrol terhadap komunitas dengan menunjukkan banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran maupun pertumbuhannya yang dominan (Fachrul 2007). Dominansi suatu spesies berkaitan dengan Indeks Nilai Penting (INP), semakin tinggi nilai INP suatu spesies, maka spesies tersebut memiliki dominansi yang tinggi dalam komunitasnya. Daftar spesies yang memiliki INP tertinggi berdasarkan tingkat pertumbuhan dan tipe hutan akan disajikan lebih rinci sebagai berikut: 5.1.3.1 Dominansi di rimba campur (RBC) Indeks Nilai Penting (INP) menentukan dominansi jenis tumbuhan terhadap tumbuhan lain. Dominansi spesies di tiga tipe hutan pada tegakan RBC disajikan pada Tabel 8.
23
Tabel 8
Spesies dengan INP tertinggi di tiga tipe hutan pegunungan pada tegakan RBC
Tingkat Pertumbuh an/ habitus Semai
Hutan Peg. Atas
Pancang
Pinus oocarpa
43,61
Tiang
120,57
Pohon
Lithocarpus sundaicus Pinus merkusii
Tumbuhan bawah
Scoparia dulcis
Nama ilmiah Areca pumila
Hutan Peg. Tengah INP Nama ilmiah (%) Dimocarpus 52,20 longan Pinus oocarpa 54,35
INP (%) 41,84
84,70 44,25
Eucalyptus saligna Pinus merkusii
156,56
Pogonatherum paniceum
21,05
300
Hutan Peg. Bawah Nama INP ilmiah (%) Pinus 123,61 oocarpa Pinus 102,60 oocarpa Pinus 124,88 oocarpa Pinus 300 oocarpa Scoparia 19,81 dulcis
Spesies yang mendominasi di hutan pegunungan atas adalah L. sundaicus yaitu pada tingkat tiang dengan INP sebesar 120,57%, di hutan pegunungan tengah didominasi oleh P. merkusii sebesar 300%, dan pada hutan pegunungan bawah didominasi oleh P. oocarpa 300%. P. merkusiii dan P. oocarpa merupakan vegetasi utama yang ada dalam wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Pekalongan Barat khususnya RPH Guci sebagai mayoritas tanaman komersial yang diusahakan. P. oocarpa lebih mendominasi pada hutan pegunungan bawah, pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan P. merkusii, merupakan faktor dilakukannya penanaman spesies tersebut. Selain itu, pinus merupakan spesies endemik yang mudah tumbuh dan memberikan pertumbuhan yang baik (Ali et al. 2009). Tingkat pancang merupakan komponen permudaan yang sangat penting karena kunci sukses atau tidaknya proses permudaan tersebut berlangsung dapat dilihat pada fase tersebut (Sidiyasa et al. 2006). Pada ketiga tipe hutan pegunungan pada tingkat pancang sama-sama didominasi oleh P. oocarpa. 5.1.3.2 Dominansi di tegakan pinus Dominansi spesies di tiga tipe hutan pada tegakan Pinus disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Spesies dengan INP tertinggi di tiga tipe hutan pegunungan pada tegakan pinus Tingkat Pertumbuhan/ habitus Tumbuhan bawah
Hutan Peg. Atas Nama INP ilmiah (%) Scoparia 37,65 dulcis
Hutan Peg. Tengah INP Nama ilmiah (%) Scoparia 27,39 dulcis
Hutan Peg. Bawah Nama ilmiah Scoparia dulcis
INP (%) 33,62
24
S. dulcis merupakan spesies yang mampu beradaptasi sehingga spesies tersebut yang mendominasi dalam komunitasnya. Berdasarkan hasil analisis vegetasi S. dulcis terdapat di berbagai ketinggian yaitu hutan pegunungan atas, tengah, dan bawah baik di tegakan RBC, pinus, dan hutan alam. Hal tersebut menggambarkan S. dulcis mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. 5.1.3.4 Dominansi di hutan alam Dominansi spesies di tipe hutan pegunungan atas pada tegakan hutan alam disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Spesies dengan INP tertinggi di tiga tipe hutan Tingkat Pertumbuhan/ habitus Semai Pancang Tiang Pohon Tumbuhan bawah
Hutan Peg. Atas Nama ilmiah Areca pumila Laportea stimulans Glochidion obscurum Lithocarpus sundaicus Scoparia dulcis
INP (%) 100,34 26,96 45,35 55,06 17,00
Spesies yang mendominasi di hutan alam yaitu A. pumila dengan INP sebesar 100,34% pada tingkat semai. A. pumila hanya ditemukan pada hutan pegunungan atas, hal tersebut menggambarkan bahwa di hutan pegunungan atas khususnya di hutan alam merupakan tempat tumbuh yang sesuai. Spesies yang mendominasi pada hutan pegunungan atas untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah dapat dilihat pada Gambar 4.
A
B
Gambar 4 Spesies yang mendominasi: a) Areca pumila, b) Scoparia dulcis. Tingkat dominansi suatu spesies dalam suatu komunitas salah satunya dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor luar yang mempengaruhi seperti iklim, geografis, edafis, dan biotik (Hasanah 2011). Spesies yang memiliki INP kecil merupakan spesies yang tidak mendominasi yang
25
dikarenakan oleh faktor tersebut misalnya kesesuaian habitat yang tidak mencukupi.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5 Kondisi vegetasi a) hutan rimba campur (RBC), b) hutan tanaman pinus, c) hutan alam. Kawasan hutan lindung RPH Guci memiliki kemampuan regenerasi yang baik. Menurut Marito (2010), jumlah semai dan tumbuhan bawah pada suatu hutan menentukan keberlangsungan hutan tersebut untuk regenerasi sehingga tetap ada, hal tersebut dapat diketahui dari tingkat pertumbuhan atau habitus yang mendominasi. 5.1.4 Komposisi famili Berdasarkan hasil kegiatan analisi vegetasi yang telah dilakukan di Kawasan Hutan Lindung (HL) RPH Guci, terdapat 155 spesies terdiri atas 66 famili yang tersebar di tiga kelas ketinggian yaitu hutan pegunungan atas, hutan pegunungan tengah, dan hutan pegunungan bawah. Komposisi famili dari ketiga hutan pegunungan berdasarkan ketinggian tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
Jumlah famili
60
55
50
40
42
hutan pegunungan tengah
hutan pegunungan bawah
40 30 20 10 0 hutan pegunungan atas
Tipe hutan pegunungan Gambar 6 Komposisi famili berdasarkan tipe hutan pegunungan. Jumlah famili pada hutan pegunungan atas memiliki proporsi yang lebih besar dari pada hutan pegunungan tengah dan bawah. Hal ini dikarenakan hutan
26
pegunungan atas memiliki tiga tipe hutan yaitu RBC, hutan tanaman pinus, dan hutan alam serta komposisi famili yang bermacam. Sedangkan di hutan pegunungan tengah dan bawah hanya terdapat dua tipe hutan, yaitu RBC dan hutan tanaman pinus. Hutan pegunungan tengah memiliki jumlah famili lebih kecil dibandingkan dengan hutan pegunungan bawah dan hutan pegunungan tengah, hal ini dimungkinkan spesies yang berada pada RBC dan hutan tanaman pinus hampir sama. Famili yang paling banyak ditemukan dari ketiga tipe hutan pegunungan tersebut berturut-turut adalah famili Poaceae, yaitu sebanyak 15 spesies, Fabaceae 10 spesies, Asteraceae 10 spesies, Myrtaceae, Polypodiaceae, dan Rubiaceae masing-masing enam spesies. Hal ini menunjukkan bahwa famili Poaceae memiliki dominansi yang tinggi dibandingkan dengan famili lainnya. 5.1.5 Keanekaragaman (H’), kemerataan (E), dan kekayaan spesies (Dmg) Data yang diperoleh dihitung menggunakan Shannon-Wiener Index untuk mengetahui keanekaragaman spesies. Disamping itu, dihitung juga indeks kemerataan spesies (E), dan indeks kekayaan margalef (Dmg). Data hasil perhitungan pada masing-masing tingkat pertumbuhan di tipe hutan yang berbeda disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Rekapitulasi indeks keanekaragaman spesies (H’), kemerataan spesies (E), kekayaan spesies (Dmg) berdasarkan tipe hutan No 1
Tipe hutan Hutan pegunungan atas -RBC
-Pinus -Hutan alam
2
Hutan pegunungan tengah -RBC
Tingkat pertumbuhan/habitus
Keanekaragaman spesies (H’)
Kemerataan (E)
Kekayaan (Dmg)
Semai Pancang Tiang Pohon Tumbuhan bawah Tumbuhan bawah Semai Pancang Tiang Pohon Tumbuhan bawah
2,38 2,61 1,61 1,72 3,08 2,96 1,79 2,76 2,78 2,63 3,28
0,87 0,92 0,89 0,88 0,81 0,80 0,69 0,89 0,92 0,86 0,88
3,82 4,23 1,95 2,07 6,38 5,25 2,38 4,09 4,52 4,28 5,60
Semai Pancang Tiang Pohon
1,84 2,01 0,69 0
0,95 0,83 0,99 -
2,07 2,28 0,48 -
27
Tabel 11 Rekapitulasi indeks keanekaragaman spesies (H’), kemerataan spesies (E), kekayaan spesies (Dmg) berdasarkan tipe hutan (Lanjutan) No
3
Tipe hutan -Pinus Hutan pegunungan bawah -RBC
-Pinus
Tingkat pertumbuhan/habitus Tumbuhan bawah Tumbuhan bawah
Semai Pancang Tiang Pohon Tumbuhan bawah Tumbuhan bawah
Keanekaragaman spesies (H’) 3,25 3,35
Kemerataan (E) 0,86 0,87
Kekayaan (Dmg) 7,04 5,92
0,92 1,61 1,07 0 3,29 3,06
0,83 0,73 0,97 0,85 0,84
0,83 2,07 1,11 6,01 5,03
Indeks keanekaragaman pada masing-masing tipe hutan memiliki nilai yang beragam. Keanekaragaman spesies yang rendah terdapat di hutan pegunungan tengah dan bawah yaitu untuk tingkat pertumbuhan tiang dan pohon di hutan pegunungan tengah, dan tingkat pertumbuhan semai dan pohon di hutan pegunungan bawah. Keanekaragaman spesies dalam kategori sedang tersebar di tiga tipe hutan pegunungan. Hutan pegunungan atas yaitu pada hutan RBC (semai, pancang, tiang dan pohon), hutan tanaman pinus (tumbuhan bawah), dan hutan alam (semai, pancang, tiang, dan pohon). Sedangkan pada hutan pegunungan tengah dan bawah keanekaragaman dalam kategori sedang hanya terdapat di hutan RBC yaitu tingkat pertumbuhan semai dan pancang di hutan pegunungan tengah, tingkat pertumbuhan pancang, dan tiang di hutan pegunungan bawah. Keanekaragaman yang tergolong tinggi, yaitu pada tumbuhan bawah di tiga tipe hutan pegunungan yaitu hutan pegunungan atas (RBC dan hutan alam), hutan pegunungan tengah (RBC dan hutan tanaman pinus), dan hutan pegunungan bawah (RBC dan hutan tanaman pinus). Nilai indeks kemerataan spesies (E) memiliki selang antara 0-1 (Magurran 1988), dari Tabel 11 terlihat bahwa kemerataan spesies-spesies dari tingkat pertumbuhan menunjukkan penyebaran individu yang relatif merata. Indeks kekayaan suatu spesies menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas, besarnya indeks kekayaan suatu spesies memiliki selang antara 3,5-5,0 (Magurran 1988). Berdasarkan Tabel 13 Indeks keanekaragaman, kemerataan, dan kekayaan spesies dengan nilai tertinggi terdapat di hutan pegunungan tengah.
28
Indeks keanekaragaman spesies tertinggi, yaitu pada tumbuhan bawah di tegakan pinus yaitu sebesar 3,35. Dalam hal ini, keanekaragaman spesies terendah terdapat pada tingkat pohon di hutan pegunungan tengah dan hutan pegunungan bawah di tegakan RBC sebesar 0. Indeks kemerataan spesies di tiga tipe tegakan hutan menunjukkan penyebaran individu-individu yang merata dari setiap spesies pada masing-masing tingkat pertumbuhan yang ada dengan nilai Dmg mendekati 1. Indeks kemerataan spesies tertinggi yaitu pada tingkat tiang di hutan pegunungan tengah yaitu pada tegakan RBC sebesar 0,99. Tumbuhan bawah merupakan habitus yang memiliki nilai kekayaan spesies tertinggi di ketiga tipe hutan pegunungan. Indeks kekayaan spesies tertinggi yaitu pada tumbuhan bawah yang terdapat di hutan pegunungan tengah RBC sebesar 7,04. Indeks kekayaan spesies yang tergolong rendah terdapat di hutan pegunungan atas pada tegakan RBC tingkat tiang dan pohon. Indeks keanekaragaman (H’) berkorelasi positif dengan indeks kekayaan spesies (R). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11 yang menunjukan bahwa indeks keanekaragaman spesies (H’) yang tinggi menghasilkan indeks kekayaan spesies (R) yang tinggi pula, hal yang sama berpengaruh juga terhadap kemerataan suatu spesies (E). Faktor yang mempengaruhi hal tersebut diantaranya jumlah spesies dan jumlah individu yang ditemukan pada lokasi penelitian. 5.2 Potensi Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci 5.2.1
Komposisi spesies tumbuhan obat Hasil analisis vegetasi dari 155 spesies yang ditemukan, terdapat sebanyak
98 spesies (63,22%) dari 53 famili merupakan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat. Berikut komposisi spesies dan famili tumbuhan berpotensi obat yang terdapat pada masing-masing hutan pegunungan (Gambar 7).
Jumlah spesies
29
80 70 60 50 40 30 20 10 0
68 51
44
46 36
35 Spesies Famili
Hutan peg. Atas
Hutan peg. Tengah
Hutan peg. bawah
Tipe hutan pegunungan Gambar 7 Komposisi spesies dan famili yang berpotensi obat pada ketiga tipe hutan pegunungan. Spesies tumbuhan yang berpotensi sebagai obat lebih banyak ditemukan di hutan pegunungan atas yaitu sebesar 68 spesies dari 44 famili, dimana pada ketiga hutan pegunungan tersebut terdapat spesies dan famili yang sama. Famili yang mendominasi adalah Poaceae dan Fabaceae, masing-masing sebesar enam spesies (6,31%). 5.2.2
Komposisi famili tumbuhan obat Keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di kawasan hutan lindung RPH
Guci terdiri atas 53 famili dari 98 spesies (63,22%) yang sudah diketahui kegunaannya sebagai tumbuhan obat. Komposisi famili tumbuhan obat dengan jumlah spesies terbanyak disajikan pada Gambar 8. 3
Rubiaceae Poaceae
Famili
4
3
Moraceae
4
3 3 3
Melastomataceae Fabaceae Asteraceae 1
2
3
6
4
3 0
6
5
4
5
6
7
Jumlah spesies Gambar 8 Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan famili. Gambar 8 menunjukkan beberapa famili tumbuhan obat dengan jumlah spesies terbanyak antara lain famili Asteraceae tiga spesies, Euphorbiaceae empat
30
spesies, Fabaceae enam spesies, Malvaceae tiga spesies, Melastomataceae tiga spesies, Meliaceae tiga spesies, Moraceae empat spesies, Myrtaceae lima spesies, Poaceae enam spesies, Polypodiaceae tiga spesies, Rubiaceae empat spesies, dan Verbenaceae tiga spesies. Hal tersebut menunjukan spesies tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan berasal dari famili Poaceae dan Fabaceae yaitu masingmasing sebanyak enam spesies. Spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili Poaceae antara lain alang-alang, bambu tali (Giganthochloa apus), kamijara (Cymbopogon nardus), rumput grinting (Cynodon dactylon), rumput pring-pringan (Pogonatherum paniceum), dan tebu (Saccharum officinarum) sedangkan spesies tumbuhan obat yang termasuk dalam famili Fabaceae yaitu flemingia (Flemingia strobilifera), kaliandra putih (Calliandra tetragona), kayu dadap (Erythrina microcarpa), petai cina (Leucana glauca), petai hutan (Parkia speciosa), dan secang (Caesalpinia sappan). Kesesuaian tempat tumbuh merupakan salah satu faktor yang mendukung spesies dari famili tersebut yang mendominasi. Famili Poaceae lebih mendominasi pada kondisi lingkungan yang terbuka atau rindang, kondisi lingkungan dengan ketersediaan sinar matahari yang cukup, merupakan tempat tumbuh yang sesuai. 5.2.3
Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus Komposisi tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan lindung RPH
Jumlah spesies
Guci berdasarkan habitusnya dapat dilihat pada Gambar 9. 40 35 30 25 20 15 10 5 0
38
21 16
17
Herba
Semak
5 1 Epifit
Liana
Perdu
Pohon
Habitus Gambar 9 Komposisi spesies tumbuhan obat berdasarkan habitus. Tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat di kawasan hutan lindung RPH Guci lebih banyak ditemukan pada habitus pohon yaitu sebanyak 38
31
spesies (38,77%) dari 59 spesies yang ditemukan, perdu 21 spesies (21,42%) dari 28 spesies, semak 17 spesies (17,35%) dari 23 spesies, herba 16 spesies (16,32%) dari 31 spesies, liana 5 spesies (5,10%) dari 11 spesies, dan komposisi spesies terkecil pada habitus epifit sebanyak 1 spesies (1,02%) yaitu Asplenium nidus, dari 3 spesies. 5.2.4 Kelompok penyakit/penggunaan tumbuhan obat Berdasarkan
kelompok
penyakit/penggunaannya,
spesies-spesies
tumbuhan obat yang terdapat di kawasan hutan lindung RPH Guci dikelompokan kedalam 22 kelompok penyakit/penggunaan. Kelompok penyakit tertinggi terdapat pada kelompok penyakit/penggunaan saluran pencernaan yaitu sebanyak 38 spesies, dan terendah ditemukan pada kelompok penyakit telinga sebesar dua spesies.
Rekapitulasi
klasifikasi
tumbuhan
obat
berdasarkan
kelompok
penyakit/penggunannya tersaji pada Tabel 12. Tabel 12
Rekapitulasi Jumlah Spesies Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci
No 1
Kelompok penyakit/penggunaan Gangguan peredaran darah
Jumlah spesies 11
2 3 4 5 6 7 8
Penawar racun Pengobatan luka Penyakit diabetes Penyakit gigi Penyakit ginjal Penyakit kanker/tumor Penyakit kuning
6 10 6 3 7 1 8
9 10
Penyakit khusus wanita Penyakit kulit
8 23
11
Perawatan organ tubuh wanita
5
12 13
Penyakit malaria Penyakit mata
4 13
14 15
Penyakit mulut Penyakit otot dan persendian
9 10
16 17
Penyakit telinga Tonikum
2 4
18
Penyakit saluran pembuangan
25
19 20
Penyakit saluran pencernaan Penyakit saluran pernafasan/ THT
38 26
21 22
Perawatan kehamilan dan persalinan Perawatan rambut, muka, kulit
6 7
23
Lain-lain
36
32
1.
Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gangguan peredaran darah Spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk mengobati penyakit
gangguan peredaran darah terdiri atas 11 spesies, yaitu andul-andul, jeruk nipis, kopi, kunyit, mahoni, orang-aring, petai cina, salam, secang, selada air, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 13.
Gambar 10 Andul-andul (Sida acuta Burm.f.). Tabel 13 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk mengobati penyakit darah tinggi No
Nama lokal
1
Andul-andul
Sida acuta
2
Jeruk nipis
Citrus aurantium
3 4
Kopi Kunyit
Coffea robusta Curcuma domestica
5 6 7 8
Mahoni Orang-aring Petai cina Salam
Swietenia macrophylla Scoparia dulcis Leucana glauca Syzygium polyanthum
9 10 11
Secang Selada air wortel
Caesalpinia sappan Nasturtium officinale Daucus carota
2.
Nama ilmiah
Bagian yang digunakan Daun, akar Buah , bunga, daun Biji, daun Rimpang Biji Daun, akar Biji Daun, kulit batang, akar, buah Batang Herba Buah, daun
Khasiat/macam penyakit Penambah darah, Tekanan darah tinggi Tekanan darah rendah Tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah Tekanan darah tinggi Hipertensi Hipertensi, Kolesterol tinggi, hipertensi Gangguan darah Hipertensi Tekanan darah tinggi, kadar kolesteroldarah tinggi, stroke
Spesies tumbuhan untuk penawar racun Spesies tumbuhan obat yang digunakan untuk penawar racun terdiri atas
enam spesies, yaitu kopi, labu buah, melati hutan, pisang hutan, talas, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 14.
33
Gambar 11 Melati hutan (Clerodendrum inerme L. Gaertn.). Tabel 14 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk mengobati/penawar racun No
Nama lokal
Nama ilmiah
Bagian yang digunakan
Khasiat/macam penyakit
1
Kopi
Coffea robusta
Biji, daun
2
Labu buah
Cucurbita moschata
Buah
3
Melati hutan
Akar, biji
4
Pisang hutan
Clerodendrum inerme Musa paradisiaca
Penawar racun, Mengobati bisa binatang Penawar racun
Rimpang, batang
Penawar racun
5
Talas
Colocasia esculenta
Umbi, getah
6
wortel
Daucus carota
Buah, daun
Digigit ular berbisa Keracunan bahan kimia
3. Spesies tumbuhan obat untuk pengobatan luka Spesies tumbuhan untuk mengobati luka terdiri atas 10 spesies, yaitu gewor, harendong, kaliandra putih, kamijara, markisa, melati hutan, pacar air, sontak, suyung, dan talas. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 15.
Gambar 12 Talas (Colocasia esculenta L. Schoot.).
34
Tabel 15 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk pengobatan luka No
Nama lokal
Nama ilmiah Commelina paleata
Bagian yang digunakan Daun
Khasiat/macam penyakit Luka
Clidemia hirta
Daun
1
Gewor
2
Harendong
3
Calliandra tetragona
Daun
4
Kaliandra putih Kamijara
Pendarahan luka sayatan Obat luka
Cymbopogon nardus
Herba
Memar
5
Markisa
Passiflora laurifolia
Daun
Luka-luka, memar
6
Melati hutan
Clerodendrum inerme
Akar, biji
Luka-luka
7
Pacar air
Impatiens balsamina
Herba
obat anti inflamasi
8
Sontak
Mikania scandens
Daun
Obat luka
9
Suyung
Erechthites valerianifolia
Daun
Mengobati luka
10
Talas
Colocasia esculenta
Umbi, getah
Pembalut luka
4. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit diabetes Spesies tumbuhan untuk mengobati penyakit diabetes terdiri atas enam spesies, yaitu banyon, jambon, mahoni, petai cina, petai hutan, dan salam. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 16.
Gambar 13 Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.). Tabel 16 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit diabetes No
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Banyon
Strobilanthes crispus
Bagian yang digunakan Daun
Khasiat/macam penyakit Diabetes
2
Jambon
Eugenia syzygium
Kulit batang, daun
Obat sakit gula
3
Mahoni
Swietenia macrophylla
Biji
Kencing manis
4
Petai cina
Medinilla speciosa
Biji
Kencing manis
5
Petai hutan
Parkia speciosa
Daun, biji
Kencing manis
6
Salam
Syzygium polyanthum
Daun, kulit batang, akar, buah
Kencing manis
35
5. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gigi Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit gigi terdiri atas tiga spesies yaitu, cengkeh hutan, kunyit, dan selada air. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 17.
Gambar 14 Selada air (Nasturtium officinale L. R. Br.). Tabel 17 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit gigi No
Nama lokal
Nama ilmiah
Bagian yang digunakan
Syzygium sp.
2
Cengkeh hutan Kunyit
Curcuma domestica
Daun, buah, kulit batang Rimpang
3
Selada air
Nasturtium officinale
Herba
1
Khasiat/macam penyakit Sakit gigi Radang gusi Sakit gigi
6. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit ginjal Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit ginjal terdiri atas tujuh spesies yaitu, alang-alang, kayu kebek, kopi, petai cina, pisang hutan, selada air, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 18.
Gambar 15 Pisang hutan (Musa paradisiaca L.).
36
Tabel 18 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit ginjal No
Nama lokal
1
Alang-alang
2
Nama ilmiah Imperata cylindrica
Bagian yang digunakan Herba
Khasiat/macam penyakit
Kayu kebek
Ficus alba
Daun
obat bengkak karena peradangan ginjal akut Ginjal
3
Kopi
Coffea robusta
Biji, daun
Radang ginjal
4
Petai cina
Leucana glauca
Biji
Radang ginjal
5
Pisang hutan
Musa paradisiaca
Rimpang, batang
Ginjal
6
Selada air
Nasturtium officinale
Herba
Gangguan ginjal
7
Wortel
Daucus carota
Buah, daun
Batu ginjal
7. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kanker/tumor Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kanker atau tumor terdapat satu spesies yaitu wortel (Tabel 19).
Gambar 16 Wortel (Daucus carota L.). Tabel 19 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kanker/tumor No 1
8.
Nama lokal Wortel
Nama ilmiah Daucus carota
Bagian yang digunakan Buah, daun
Khasiat/macam penyakit Kanker
Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kuning Spesies tumbuhan obat untuk mengobati pnyakit kuning terdiri atas
delapan spesies, yaitu benikan, jerukan, melati hutan, petai hutan, rumput tembagan, rumput wudelan, selada air, dan wortel. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 20.
37
Gambar 17 Benikan (Gomphrena globosa L.). Tabel 20 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kuning No
Nama lokal
Nama ilmiah
Bagian yang digunakan Bunga
Liver
Glycosmis cochinchinensis Clerodendrum inerme
Daun
Obat sakit empedu
Akar, biji
Penyakit radang hati.
Gomphrena globosa
Khasiat/macam penyakit
1
Benikan
2
Jerukan
3
Melati hutan
4
Parkia speciosa
Daun, biji
Limpa
Hydrocotyle sibthorpioides Kyllinga brevifolia
Herba Herba
Sakit kuning, sirosis hati, batu empedu Radang hati
7
Petai hutan Rumput tembagan Rumput wudelan Selada air
Nasturtium officinale
Herba
Gangguan hati
8
Wortel
Daucus carota
Buah, daun
Hepatitis
5 6
9. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit khusus wanita Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit khusus wanita terdiri dari delapan spesies, yaitu durian, jeruk nipis, kamijara, kayu suriya, kembang sepatu, kunyit, pacar air, dan petai cina. Nama spesies tumbuhan beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 21.
Gambar 18 Pacar air (Impatiens balsamina L.).
38
Tabel 21 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit khusus wanita No
Nama lokal
1
Durian
2
Jeruk nipis
3
Kamijara
4
Kayu suriya
5
Kembang sepatu
6
Kunyit
7 8
Nama ilmiah Durio zibethinus Citrus aurantium Cymbopogon nardus Toona sinensis
Bagian yang digunakan Akar, daun, kulit buah Buah , bunga, daun Herba
Khasiat/macam penyakit Pelancar haid Melangsingkan badan Haid tidak teratur Obat peluruh haid
Hibiscus rosa-sinensis
Batang, daun, bunga, kulit batang Akar, daun, bunga
Curcuma domestica
Rimpang
Pacar air
Impatiens balsamina
Herba
Tidak datang haid, keputihan Melancarkan haid,
Petai cina
Leucana glauca
Biji
Obat peluruh haid,
Melancarkan haid
10. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit terdiri atas 23 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 22.
Gambar 19 Bal-balan (Hyptis brevipes Poit.). Tabel 22 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kulit No
Nama lokal
1
Alang-alang
2
Nama ilmiah Imperata cylindrica
Bagian yang digunakan Herba
Khasiat/macam penyakit
Bal-balan
Hyptis brevipes
Daun
Menghilangkan haus pada penderita campak Kulit bernanah
3
Braja lintang
Belamcanda chinensis
Rimpang, daun
Bengkak
4
Cakar ayam
Sellaginella unsinata
Herba
Eksim
5
Combrang
Nicolaia speciosa
Daun
Mengurangi bau keringat
6
Durian
Durio zibethinus
Akar, daun, kulit buah
Cantengan
39
Tabel 22 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit kulit (Lanjutan) No
Nama lokal
Nama ilmiah
7
Flemingia
Flemingia strobilifera
Bagian yang digunakan Daun
8
Villebrunea rubescens
Batang
Bengkak, cacar
9
Kayu jurang Kayu mesawa
Engelhardia spicata
Kulit batang
Gatal-gatal
Curcuma domestica
Rimpang
10
Kunyit
11
Markisa
Passiflora laurifolia
Daun
12
Nangka
Artocarpus heterophyllus
13
15
Pacar air Pakis andam berduri Pakis kawat
Biji, daun, buah, batang, kulit batang Herba
Campak, kudis, koreng, eksim, gatal-gatal, bengkak-bengkak. Luka-luka, memar, bisul, eksim, kadas, kurap Mengobati borok, koreng, luka,
16
Pakis sayur
17 18
Impatiens balsamina
Khasiat/macam penyakit Penyakit kulit
Bisul
Dicranopteris dichotoma Lycopodium cernuum
Herba
Memar
Herba
Obat bisul
Diplazium esculentum
Daun
Petai cina
Leucana glauca
Biji
Menghilangkan bau keringat Luka berdarah, bisul
Parkia speciosa
Daun, biji
Cacar monyet
19
Petai hutan Pinus merkusii
Pinus merkusii
Getah
20
puyengan
Lantana camara
Daun
21
Rambutan
Nephelium lappaceum
Kulit buah
Mengobati bisul dan sakit kulit Menghilangkan bengkakbengkak Jerawat, kudis
22
Wortel
Daucus carota
Buah, daun
Campak, cacar
23
Waru lot
Thespesia populnea
Daun, buah
Sakit kepala, kudis, membasmi kutu kepala
14
11. Spesies tumbuhan obat untuk perawatan organ tubuh wanita Spesies tumbuhan obat untuk perawatan organ tubuh wanita terdiri atas lima spesies, yaitu cakar ayam, jambu biji, jeruk nipis, kunyit, dan secang. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 23.
Gambar 20 Jambu biji (Syzygium aqueum (Burm. F.)).
40
Tabel 23 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk perawatan organ tubuh wanita No
Nama lokal
1
Cakar ayam
2
Jambu biji
3
Jeruk nipis
4
Kunyit
5
Secang
Nama ilmiah Sellaginella unsinata
Bagian yang digunakan Herba
Khasiat/macam penyakit
Syzygium aqueum
Akar, daun
Citrus auranticum
Melangsingkan badan
Curcuma domestica
Buah , bunga, daun Rimpang
Caesalpinia sappan
Batang
Radang payudara
obat pembersih darah haid Pembersih keputihan
Radang rahim
12. Spesies tumbuhan obat untuk penyakit malaria Spesies tumbuhan obat untuk penyakit malaria terdiri atas empat spesies, yaitu braja lintang, jeruk nipis, kina, dan rumput wudelan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 24.
Gambar 21 Rumput wudelan (Kyllinga brevifolia Rottb.). Tabel 24 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit malaria No
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Braja lintang
Belamcanda chinensis
2
Jeruk nipis
3
Kina Rumput wudelan
4
Citrus auranticum
Bagian yang digunakan Rimpang, daun
Khasiat/macam penyakit Malaria panas pada malaria
Chinchona succirubra
Buah , bunga, daun Buah, daun
Kyllinga brevifolia
Herba
Malaria
Parasit malaria,
13. Spesies tumbuhan obat untuk penyakit mata Spesies tumbuhan obat untuk penyakit mata terdiri atas 13 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 25.
41
Gambar 22 Bandotan (Ageratum conyzoides L.). Tabel 25 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit mata No
Nama lokal
Giganthochloa apus
Bagian yang digunakan Tunas
Bandotan
Ageratum conyzoides
Akar, daun
Radang selaput mata, demam Sakit mata
Gomphrena globosa
Bunga
Radang mata
Syzygium sp. Mussaenda frondosa
Daun, buah, kulit batang Daun
Mata nyeri
5
Benikan Cengkeh hutan Kalikadep
6
Kayu jurang
Villebrunea rubescens
Batang
Mata bengkak
7
Curcuma domestica
Rimpang
Mata
Solanum ningrum
Buah
9
Kunyit Leunca hutan Rukem
Flacourtia rukam
Daun
Mengobati sakit mata pada ayam Obat sakit mata
10
Salam
Syzygium polyanthum
Sakit mata
11
Secang
Caesalpinia sappan
Daun, kulit batang, akar, buah Batang
12
Selada air
Nasturtium officinale
Herba
Rabun
13
Wortel
Daucus carota
Buah, daun
Rabun senja
1
Bambu tali
2 3 4
8
Nama ilmiah
Khasiat/macam penyakit
Obat mata
Obat mata
14. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit mulut Spesies tumbuhna obat untuk penyakit mulut terdiri atas sembilan spesies, yaitu aren, brembet, jambu air, parijata, rambutan, rumput tembagan, selada air, strawberi hutan, dan teh-tehan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 26.
42
Gambar 23 Brembet (Rubus moluccanus L.). Tabel 26 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit mulut No
Nama lokal
1
Aren
Arenga pinnata
Bagian yang digunakan Buah
2
Brembet
Rubus moluccanus
Akar, daun
Sariawan
3
Jambu air
Syzygium aqueum
Kulit batang
Sariawan
4
Parijata
Medinella speciosa
Daun, buah
Obat sariawan,
5
Rambutan
Nephelium lappaceum
Kulit buah
Obat sariawan
Rumput tembagan
Hydrocotyle sibthorpioides
Herba
6
Nasturtium officinale
Herba
Sariawan, radang tenggorokan, infeksi amandel. Sariawan
Rubus rosaefolius
Akar, daun
Sariawan.
Acalypha hispida Burm.
Akar, daun
Sariawan
8
Selada air Strawberi hutan
9
Teh-tehan
7
Nama ilmiah
Khasiat/macam penyakit Sariawan
15. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit otot dan persendian terdiri atas 10 spesies, yaitu combrang, kamijara, kunyit, mahoni, pacar air, pakis andam tak berduri, pulai, rambutan, selada air, dan tumpangan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 27.
Gambar 24 Tumpangan (Hedyotis verticillata L.).
43
Tabel 27 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit otot dan persendian No
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Combrang
Nicolaia speciosa
Bagian yang digunakan Daun
Khasiat/macam penyakit
2
Kamijara
Cymbopogon nardus
Herba
Otot, sendi ngilu
3
Kunyit
Curcuma domestica
Rimpang
Encok
4
Mahoni
Swietenia macrophylla
Biji
Rematik
5
Pacar air
Impatiens balsamina L.
Herba
6
Pakis andam tak berduri
Lygodium circinatum
Akar, daun
Leher terasa kaku, rematik. Keseleo
7
Pulai
Alstonia scholaris
Pegel-pegel
8
Rambutan
Nephelium lappaceum
Akar, kulit batang, daun Kulit buah
9
Selada air
Nasturtium officinale
Herba
Keseleo.
10
Tumpangan
Hedyotis verticillata
Herba
Anti rematik
Encok
Encok
16. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit telinga Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit telinga terdiri atas dua spesies, yaitu markisa dan rumput tembagan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 28. Tabel 28 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit telinga No 1 2
Nama lokal Markisa Rumput tembagan
Nama ilmiah Passiflora laurifolia Hydrocotyle sibthorpioides
Bagian yang digunakan Daun
Khasiat/macam penyakit Obat radang telinga
Herba
Infeksi telinga tengah
17. Spesies tumbuhan obat untuk tonikum Spesies tumbuhan obat untuk mengobati tonikum atau penambah tenaga (kekuatan) terdiri atas empat spesies yaitu, jeruk nipis, kayu suriya, kina, dan nangka. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 29.
44
Gambar 25 Kayu suriya (Toona sinensis (A. Juss.) Roem.). Tabel 29 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk tonikum No
Nama lokal
Nama ilmiah Citrus auranticum
Bagian yang digunakan Buah , bunga, daun
Khasiat/macam penyakit Menambah stamina Tonikum
Tonikum
1
Jeruk nipis
2
Kayu suriya
3
kina
Chinchona succirubra
Batang, daun, bunga, kulit batang Buah, daun
4
nangka
Artocarpus heterophyllus
Biji, daun, buah, batang, kulit batang
Toona sinensis
Tonikum kuat
18. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pembuangan Spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit saluran pembuangan terdiri atas 25 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 30.
Gambar 26 Gewor (Commelina paleata Hassk.).
45
Tabel 30 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pembuangan No
Nama lokal
1
Alang-alang
2
Aren
3
Benikan
4
Imperata cylindrica
Bagian yang digunakan Herba
Arenga pinnata
Buah
Gomphrena globosa
Bunga
Syzygium sp.
5
Cengkeh hutan Combrang
Nicolaia speciosa
Daun, buah, kulit batang Daun
6
Gewor
Commelina paleata
Daun
7
Hampelas Kayu anggrung Kayu dempul Kayu jurang Kembang sepatu Kopi
Ficus ampelas
Buah
Pelancar air seni
Trema orientalis
Akar
Glochidion obscurum
Daun
Obat murus dan kencing berdarah Berak darah
Villebrunea rubescens
Batang
Peluruh air seni
Hibiscus rosa-sinensis
Akar, daun, bunga
Kencing bernanah,
Coffea robusta
Biji, daun
Peluruh air seni
Passiflora laurifolia
Daun
Kencing nanah
Dicranopteris dichotoma Achyranthes aspera L.
Herba
infeksi saluran kencing
Akar
Buang air besar berdarah
Pogonatherum paniceum
Herba
Melancarakan air seni
Hydrocotyle sibthorpioides Kyllinga brevifolia
Herba
Infeksi saluran kencing
18
Markisa Pakis andam berduri Renggetan Rumput pringpringan Rumput tembagan Rumput wudelan
Herba
19
Secang
Caesalpinia sappan
Batang
20
Selada air
Nasturtium officinale
Herba
Urine mengandung lemak Obat luka dalam, buang air berdarah Peluruh air seni,
21
Sengganian
Melastoma affine
Herba
Buang air besar berdarah
22
Talas
Colocasia esculenta
Umbi, getah
Obat berak darah
23
Tebu
Saccharum officinarum
Akar
Buang air besar berdarah
24
Tumpangan
Hedyotis verticillata
Herba
Peluruh air seni
25
wortel
Daucus carota
Buah, daun
Radang kandung kemih, batu saluran kencing
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama ilmiah
Khasiat/macam penyakit Infeksi saluran kemih, air kemih berdarah Wasir Buang air kecil tidak lancar Kencing tidak lancar Tinja berdarah Peluruh keringat
19. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pencernaan Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pencernaan terdiri atas 38 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 31.
46
Gambar 27 Coetan/nyangkuhan (Curculigo capitulata (Lour.) O. Kuntze). Tabel 31 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pencernaan No
Nama lokal
Nama ilmiah
1
Andul-andul
Sida acuta
Bagian yang digunakan Daun, akar
2
Bambu tali
Giganthochloa apus
Tunas
Pencegah mual
3
Bandotan
Ageratum conyzoides
Akar, daun
Sakit perut
4
Benikan
Gomphrena globosa
Bunga
Disentri
5
Braja lintang Cengkeh hutan
7
Coetan/nyangkuhan
Rimpang, daun Daun, buah, kulit batang Buah Daun
Pencahar, nyeri lambung
6
Belamcanda chinensis Syzygium sp.
8
Combrang
9
Flemingia
10
Ganyong merah
11
Curculigo capitulata Nicolaia speciosa
Khasiat/macam penyakit Sakit perut
Sembelit, kurang nafsu makan Merangsang nafsu makan Kurang nafsu makan, pencernaan makanan kurang baik, kolera, difteri Obat cacing
Flemingia strobilifera Canna edulis
Daun
Gorang
Trevesia sundaica
Daun
obat mencret, lambung, radang usus, perut mulas Penambah nafsu makan
12
Jambu biji
Psidium guajava
Akar, daun
Disentri
13
Jerukan
Daun
14
Kalikadep
Glycosmis cochinchinensis Mussaenda frondosa
Daun
obat sakit empedu, dan sakit perut mulas Penyakit usus
15
Kamijara
Cymbopogon nardus
Herba
Nyeri lambung, diare
16
Kathokan
Daun
Obat cuci perut
17
Kayu dempul
Stenochlaena palustris Glochidion obscurum
Daun
Berak darah, perut mulas
Toona sinensis 18
Kayu suriya
Cacingan, didentri, menambah nafsu makan
19
Kina
Batang, daun, bunga, kulit batang Buah, daun
20
Kopi
Biji, daun
Perut mulas, disentri, mencret, kolera
Chinchona succirubra Coffea robusta
Herba
Obat diare
47
Tabel 31 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pencernaan (Lanjutan) No
Nama lokal
Nama ilmiah Curcuma domestica
21
Kunyit
22
Mahoni
23
Mangga
24
Orang-aring
25
Swietenia macrophylla Mangifera indica
Bagian yang digunakan Rimpang
Biji
Khasiat/macam penyakit Obat radang umbai usus buntu, sembelit, diare, disentri Kurang nafsu makan, Diare, obat cacing
Scoparia dulcis
Kulit batang, biji Daun, akar
Parijata
Medinella speciosa
Daun, buah
Mengobati diare
26
Petai cina
Leucana glauca
Biji
Obat cacing
27
Petai hutan
Parkia speciosa
Daun, biji
Obat cacing
28
Pisang hutan
Musa paradisiaca
pendarahan usus
29
Pulai
30
Pulutan
Urena lobata
Rimpang, batang Akar, kulit batang, daun Akar, daun
31
Rumput grinting
Cynodon dactylon
Herba
Sakit perut
32
Rumput wudelan
Kyllinga brevifolia
Herba
Syzygium polyanthum 33
Salam
34
secang
Caesalpinia sappan
Daun, kulit batang, akar, buah Batang
Disentri basiler, nyeri lambung Obat diare dan lambung lemah
35
Selada air
Nasturtium officinale
Herba
36
Strawberi hutan
Rubus rosaefolius
Akar, daun
Suyung
Erechthites valerianifolia
Daun
37
Daucus carota
Buah, daun
38
wortel
Alstonia scholaris
Lambung, disentri
Memperkuat lambung Mengobati sakit perut
Diare Gangguan pencernaan, penambah nafsu makan Sakit perut Sakit perut, gangguan pencernaan, perut kembung Nyeri perut, perut kembung, sembelit, diare kronis pada bayi
20. Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pernafasan/THT Spesies tumbuhan obat untuk mengobati saluran pernafasan/THT terdiri atas 26 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 32.
48
Gambar 28 Strawberi hutan (Rubus rosaefolius J. E. Smith.). Tabel 32 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pernafasan/THT No
Nama lokal
1
Alang-alang
2 3
Nama ilmiah Imperata cylindrica
Bagian yang digunakan Herba
Khasiat/macam penyakit
Aren
Arenga pinnata
Buah
Mimisan, batuk darah, sesak Tuberkulosis, paru
Bambu tali
Giganthochloa apus
Tunas
Asma
Gomphrena globosa
Bunga
Belamcanda chinensis
Rimpang, daun
Syzygium sp.
Batuk rejan, radang saluran pernafasan akut dan menahun, sesak nafas, tuberkulosis, Radang tenggorokan, asma, batuk Batuk, sesak nafas
4
Benikan
5
Braja lintang
6
Cengkeh hutan
7
Jeruk nipis
8
Kalikadep
Mussaenda frondosa
Daun, buah, kulit batang Buah , bunga, daun Daun
9
Kamijara
Cymbopogon nardus
Herba
Batuk
10
Laportea stimulans
Kulit batang
Obat batuk, obat rambut
Hibiscus rosa-sinensis
Akar, daun, bunga
Obat batuk
12
Kemaduan Kembang sepatu Kina
Chinchona succirubra
Buah, daun
Pelindung influenza
13
Kunyit
Curcuma domestica
Rimpang
Radang hidung
14
Mentol
Akar
Flu
Nangka
16
Scoparia dulcis Dicranopteris dichotoma Lycopodium cernuum
Herba
Batuk
18
Orang-aring Pakis andam berduri Pakis kawat
Biji, daun, buah, batang, kulit batang Daun, akar
Obat batuk
15
Pycnanthemum virginianum Artocarpus heterophyllus
Herba
Obat batuk, sesak nafas
19
Renggetan
Achyranthes aspera
Akar
Batuk
20
Rukem
Flacourtia rukam
Daun
Sesak nafas
11
17
Citrus aurantium
Influenza, batuk, lendir di tenggorokan Obat batuk
Batuk, bronkhitis
49
Tabel 32 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk penyakit saluran pernafasan/THT (Lanjutan) No
Nama lokal
Nama ilmiah Hydrocotyle sibthorpioides Kyllinga brevifolia
25
Rumput tembagan Rumput wudelan Selada air Strawberi hutan Suplir
26
wortel
21 22 23 24
Bagian yang digunakan Herba
Khasiat/macam penyakit
Nasturtium officinale
Herba
Batuk, pilek, sesak nafas, radang tenggorokan Flu, radang saluran pernafasan Obat asma, batuk, TBC
Rubus rosaefolius
Akar, daun
Batuk
Nephrolepis bisserata
Daun
Mengobati batuk
Daucus carota
Buah, daun
Sesak nafas
Herba
21. Spesies tumbuhan obat untuk perawatan kehamilan dan persalinan Spesies tumbuhan obat untuk perawatan kehamilan dan persalinan terdiri atas enam spesies, yaitu braja lintang, brembet, cengkeh hutan, kembang sepatu, nangka, dan strawberi hutan. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 33.
Gambar 29 Braja lintang (Belamcanda chinensis (L.) DC.). Tabel 33 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk perawatan kehamilan dan persalinan No
Nama lokal
4
Braja lintang Brembet Cengkeh hutan Kembang sepatu
5
Nangka
6
Strawberi hutan
1 2 3
Nama ilmiah Belamcanda chinensis
Bagian yang digunakan Rimpang, daun
Rubus moluccanus
Akar, daun
Syzygium sp. Hibiscus rosa-sinensis
Daun, buah, kulit batang Akar, daun, bunga
Artocarpus heterophyllus Rubus rosaefolius
Biji, daun, buah, batang, kulit batang Akar, daun
Khasiat/macam penyakit Pengobatan setelah bersalin Mencegah keguguran Keguguran Mempercepat persalinan Melancarkan ASI Menjaga kehamilan
50
22. Spesies tumbuhan obat untuk perawatan rambut, muka, dan kulit Spesies tumbuhan obat untuk perawatan rambut, muka, dan kulit terdiri atas tujuh spesies, yaitu jeruk nipis, kemaduan, pakis sarang burung, pisang hutan, rambutan, waru lot dan wortel. Nama spesies tumbuhan obat beserta bagian yang digunakan disajikan pada Tabel 34.
Gambar 30 Paku sarang burung (Stachytarpheta indica (L.) Vahl.). Tabel 34 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk perawatan rambut, muka, dan kulit No 1
Jeruk nipis
Citrus aurantium
Bagian yang digunakan Buah , bunga, daun
2
Laportea stimulans
Kulit batang
Obat rambut
Stachytarpheta indica
Daun
Mencuci rambut
4
Kemaduan Paku sarang burung Pisang hutan
Musa paradisiaca
Rimpang, batang
Penyubur rambut
5
Rambutan
Nephelium lappaceum
Kulit buah
6
Waru lot
Thespesia populnea
Daun, buah
Kutu kepala, dan rambut kotor. Membasmi kutu kepala
7
Wortel
Daucus carota
Buah, daun
Memperindah rambut
3
Nama lokal
Nama ilmiah
Khasiat/macam penyakit Ketombe
23. Spesies tumbuhan obat untuk pengobatan lain-lain Spesies tumbuhan obat untuk pengobatan lain-lain terdiri atas 36 spesies. Daftar nama spesies tumbuhan obat untuk mengobati penyakit kulit disajikan pada Tabel 35.
51
Gambar 31 Pulutan (Urena lobata L.). Tabel 35 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk pengobatan lain-lain No
Nama lokal
1
Bambu tali
2
Bandotan
3
Benikan
4
Cengkeh hutan
5
Combrang
6
Durian
7
Gewor
8
Gondokan
9
Jeruk nipis
10
Kamijara
11
Kayu dadap
12
14
Kelengkeng Kembang sepatu Kina
15
Kopi
16
Krembi
17
Mahoni
18
Mentol
19
Orang-aring
20
Pakis galar Paku sarang burung
13
21
Nama ilmiah Giganthochloa apus
Bagian yang digunakan Tunas
Demam
Ageratum conyzoides
Akar, daun
Obat demam, sakit dada
Gomphrena globosa
Bunga
Syzygium sp.
Daun, buah, kulit batang Daun
Mimpi buruk pada anak, sakit kepala Obat masuk angin,beriberi Sakit kepala, muntahmuntah Demam, cantengan
Nicolaia speciosa Durio zibethinus Commelina paleata
Akar, daun, kulit buah Daun
Talauma candolli
Bunga, daun
Citrus aurantium
Buah , bunga, daun Herba
Cymbopogon nardus Erythrina microcarpa
Khasiat/macam penyakit
Demam, sakit kepala Aromaterapi, obat demam Demam Sakit kepala
Dimocarpus longan
Daun, kulit batang, akar Buah
Obat demam, penghangat badan Obat penyakit dada
Hibiscus rosa-sinensis
Akar, daun, bunga
Menurunkan panas
Chinchona succirubra
Buah, daun
Menurunkan suhu badan
Coffea robusta
Biji, daun
Obat sakit kepala
Homalanthus populneus Swietenia macrophylla
Akar
Obat penyakit dalam
Biji
Demam
Pycnanthemum virginianum Scoparia dulcis
Akar Daun, akar
Menghangatkan badan, masuk angin Analgesik, diuretik
Alsophila glauca
Herba
Penawar jamu
Stachytarpheta indica
Daun
Sakit kepala, demam.
52
Tabel 35 Spesies tumbuhan obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci yang dimanfaatkan untuk pengobatan lain-lain (Lanjutan) No 22
Pulai
23
Pulutan
Urena lobata
Bagian yang digunakan Akar, kulit batang, daun Akar, daun
24
Puspa
Schima noronhae
Bunga, buah
Meramu obat-obatan
25
Rambutan Rumput grinting Rumput pringpringan
Nephelium lappaceum.
Kulit buah
Demam
Cynodon dactylon
Herba
Demam, diareutik
Pogonatherum paniceum
Herba
Demam pada anak
Nasturtium officinale
Herba
Vernonia cinerea
Herba
obat ambeyen ringan, bayi kurang sehat, beriberi Obat murus
Rubus rosaefolius
Akar, daun
Erechthites valerianifolia Acalypha hispida
Daun
26 27
28
Nama lokal
Nama ilmiah Alstonia scholaris
Selada air
Khasiat/macam penyakit Beri-beri Demam
30
Senggong buyut Strawberi hutan
31
Suyung
32
Teh-tehan
33
Waru lot
Thespesia populnea
Daun, buah
Obat muntah darah, obat demam Iritasi pada alat kelamin, sakit kepala, epilepsi. Obat ludah darah, lepra putih Sakit kepala, kudis
34
Wilada
Ficus fistulosa Reinw.
Kulit, daun
Sakit kepala
29
Akar, daun
35
Wortel
Daucus carota
Buah, daun
36
Wuru dedek
Aporosa arborea (Bl.)
Daun
Badan lemas, menghentikan kebiasaan merokok, meningkatkan hormon seks, beri-beri Sakit kepala
Jenis kegunaan tumbuhan obat di kawasan hutan lindung RPH Guci terbesar adalah untuk penyakit pencernaan yaitu sebanyak 38 spesies, sedangkan sisanya terbagi kedalam berbagai kelompok penyakit yang ada seperti pada Tabel 12. Terdapat beberapa spesies tumbuhan obat yang memiliki lebih dari satu kegunaan dalam menyembuhkan penyakit, sebagai contoh seperti spesies tumbuhan alang-alang yang dapat digunakan sebagai obat bengkak karena peradangan ginjal akut, menghilangkan haus pada penderita campak, infeksi saluran kemih, mimisan, muntah darah, batuk darah, air kemih berdarah, pendarahan pada wanita, demam, batuk, sesak, tekanan darah tinggi, dan sakit kuning. Spesies-spesies yang lain seperti Arenga pinnata, Giganthochloa apus, Ageratum conyzoides, Gomphrena globosa, yang masing-masing memiliki lebih dari satu kegunaan. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus, spesies tersebut
53
dapat dijadikan dasar untuk pemilihan jenis potensial yang dapat dikembangkan oleh masyarakat. 5.2.3 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan Berdasarkan data spesies yang ditemukan, hanya terdapat beberapa bagian tumbuhan yang dimanfaatkan. Masing-masing spesies memiliki kekhasan bagian yang biasa dimanfaatkan. Beberapa spesies terdapat lebih dari satu bagian yang dapat dimanfaatkan, bahkan ada juga spesies yang semua bagian tumbuhannya dapat dimanfaatkan sebagai obat (herba). Data mengenai persentase bagian yang digunakan disajikan pada Gambar 10. Kulit buah; 1,43%Biji; 5,72% Getah; 2,14%
Herba ; 11,42%
Kulit batang; 8,57%
Buah; 10%
Rimpang; 1,43% Bunga; 4,28%
Batang/kayu; 5%
Akar; 13,57% Daun; 35%
Tunas; 0,72%
Gambar 32 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun sebesar (35%). Menurut Hasanah (2011), mengatakan bahwa pemanfaatan pada bagian buah dan daun tidak terlalu menjadi masalah bagi kerusakan hutan sehingga memiliki potensi pengelolaan secara lestari yang baik, karena buah dan daun merupakan bagian tumbuhan yang dapat beregenerasi dengan cepat. Berbeda halnya jika bagian yang digunakan batang/kayu, akar, dan rimpang, hal ini akan merusak tumbuhan secara langsung dan berdampak terhadap kelestarian spesies tumbuhan dalam kawasan hutan lindung tersebut. 5.3 Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat 5.2.3
Karakteristik responden Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar kawasan hutan
lindung RPH Guci diperoleh dari hasil wawancara yaitu sebanyak tujuh responden. Kegiatan wawancara berakhir ketika data atau informasi yang diperoleh tidak terjadi penambahan informasi mengenai pemanfaatan tumbuhan.
54
Jumlah responden yang diwawancarai keseluruhan adalah responden laki-laki dengan usia berkisar antara 30-60 tahun persentase usia responden disajikan pada Tabel 36. Responden laki-laki ditentukan karena memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih luas mengenai spesies tumbuhan obat dan kegunaanya. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk laki-laki memiliki presentase yang tinggi yaitu sebesar 50,75%. Tabel 36 Persentase usia responden No 1 2 3
Usia (tahun) 30-35 40-47 >50
Jumlah (orang) 2 3 2
Persentase (%) 29 42 29
Persentase responden yang diwawancarai berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37 Persentase responden berdasarkan mata pencaharian No 1 2
Mata pencaharian Penyadap getah Pegawai perhutani (mandor)
Mata
pencaharian
masyarakat
Jumlah (orang) 5 2
menentukan
Persentase (%) 71 29
pemahaman
mengenai
tumbuhan obat. Hasil wawancara menunjukan bahwa responden dengan mata pencaharian sebagai penyadap getah dan pegawai perhutani (mandor) lebih memiliki pengetahuan yang lebih mengenai manfaat dan nama-nama lokal spesies tumbuhan yang ada di dalam kawasan hutan. Intensitas yang tinggi dalam aktivitasnya di dalam kawasan hutan merupakan salah satu faktor yang mempebgeruhinya. Tingkat pendidikan responden yang diwawancarai ditujukkan pada Tabel 38. Responden yang ditemui memiliki tingkat pendidikan yang berbeda mulai dari tidak tamat SD sampai dengan SLTA. Tabel 38 Persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan No 1 2 3 4
Pendidikan Tidak tamat SD SD SMP SLTA
Jumlah (orang) 1 1 3 2
Persentase (%) 14 14 43 29
Keterbatasan akses pada beberapa masyarakat menuju sekolah dan masih rendahnya tingkat ekonomi masyarakat menjadi latar belakang masih rendahnya tingkat pendidikan. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pengetahuan akan tumbuhan obat yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat mengetahui manfaat atau kegunaan tumbuhan sebagai obat diperoleh dari orang
55
tua, selain itu pengetahuan tersebut diperoleh dari orang lain, yaitu para pengunjung yang sengaja datang untuk mendapatkan tumbuhan yang digunakan sebagai obat. 5.3.2 Pemanfaatan tumbuhan obat Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati beberapa macam penyakit. Daftar tumbuhan obat beserta kegunaannya yang dimanfaatkan masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci disajikan pada Tabel 39. Tabel 39 Spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat di sekitar hutan lindung RPH Guci No 1 2 3
Nama Lokal Adas pula sari Alang-alang Bambu wulung
Famili Apocynaceae Poaceae Poaceae
Bangle Bawang putih Cangkoba Ciplukan Combrang Dringo Gandul lanang
Nama Ilmiah Alyxia reinwardti Imperata cylindrica Giganthochloa atroviolacea Zingiber purpureum Allium sativum Elephantopus scaber Physalis peruviana Nicolaia speciosa Acorus calamus Carica papaya
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jahe Kayu manis Krangean Kunyit
Zingiber officinale Cinnamomum burmanii Leea rubra Curcuma domestica
Zingiberaceae Lauraceae Leeaceae Zingiberaceae
15 16
Petai cina Pinang
Leucana glauca Areca catechu
Fabaceae Arecaceae
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Pisang Salam Simbukan Sirih merah Sontak Sorosoti Talas Temulawak Tikil balung Tumpangan
Musa paradisiaca Syzygium polyanthum Piper decumanum Mikania scandens Colocasia esculenta Curcuma xanthorrhiza Euphorbia tirucalli Hedyotis verticillata
Musaceae Myrtaceae Piperaceae Asteraceae Araceae Zingiberaceae Euphorbiaceae Rubiaceae
Zingiberaceae Amaryllidaceae Asteraceae Solanaceae Zingiberaceae Araceae Caricaceae
Kegunaan Pegal linu, keseleo Prostat, pelancar air seni Pegal linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum Pegal linu Kekebalan tubuh Prostat Kanker, struk Penurun panas Keseleo Pegal linu, sakit perut, tonikum, nafsu makan Penghangat badan Penghangat badan Obat nyamuk Menambah nafsu makan, empedu Obat luka Obat pegal linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum Obat luka Kencing manis Perut kembung Sesak nafas, asma, liver Prostat, pelancar air seni Prostat, pelancar air seni Obat luka Nafsu makan, empedu Pegal linu, keseleo Obat luka
Pemanfaatan tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat biasanya dengan membuat ramuan yaitu dengan menggunakan beberapa tumbuhan obat untuk menyembuhkan suatu penyakit. Salah satu ramuan yang biasa dibuat untuk mengobati pegel linu atau kaki keseleo yaitu dengan menggunakan beberapa tumbuhan obat seperti: dringo, bangle, adas pula sari, dan tikil balung. Tumbuhan
56
yang digunakan oleh masyarakat sebagai bahan obat mayoritas berasal dari famili Zingiberaceae (19,23%). 5.3.3 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Data mengenai persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh responden yang diwawancarai dapat dilihat pada Gambar 11. Kulit batang; 6,90% Rimpang; 10,34%
Getah; 6,90%
Daun; 41,39%
Buah; 10,34%
Tunas; 3,45% Akar; 10,34%
Herba; 10,34%
Gambar 33 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan masyarakat. Sebagian besar responden menggunakan bagian daun (41,39%) sebagai obat baik melalui proses perebusan maupun ditumbuk untuk obat luar, misalnya untuk mengobati kaki keseleo, atau mengobati luka (persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 10). Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci pada umumnya jarang menggunakan tumbuhan sebagai sarana pengobatan alternatif untuk menyembuhkan suatu penyakit yang diderita. Mereka lebih memilih pengobatan secara modern, meskipun jarak ke tempat sarana kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit cukup jauh sekitar 5-17 km. Hal ini menunjukkan ketergantungan masyarakat dengan tumbuhan obat sangat kecil. Mereka mengetahui akan tumbuhan obat secara turun-temurun dan informasi yang dibawa oleh orang lain sebagai ilmu pengetahuan tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka seiring dengan berjalannya waktu pengetahuan tradisional yang mereka miliki akan hilang secara perlahan-lahan. Model pengelolaan dengan memperhatikan aspek kelestarian sosial, ekonomi dan etnobotani perlu dikembangkan, sehingga semua pihak yang terkait dapat merasakan manfaatnya dan sekaligus kelestarian kawasan tersebut tetap terjaga (Purnawan 2006).
57
5.4 Interaksi Masyarakat dengan Hutan dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat Hasil analisis vegetasi teridentifikasi 98 spesies (63,22%), dan hasil wawancara teridentifikasi sebanyak 26 spesies tumbuhan obat (Gambar 12). Berdasarkan kegiatan analisis vegetasi dan wawancara, terdapat 11 spesies tumbuhan obat yang berada di dalam kawasan hutan lindung, yaitu alang-alang, combrang, kunyit, petai cina, pisang, salam, sontak, talas, cangkoba, bambu wulung,
dan tumpangan. Tumbuhan obat tersebut merupakan spesies yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan hutan lindung.
Analisis vegetasi 87 spesies
11 sp.
Wawancara 15 spesies
Gambar 34 Jumlah spesies tumbuhan obat hasil analisis vegetasi dan wawancara. Masyarakat
sekitar
kawasan
hutan
lindung
RPH
Guci
hanya
memanfaatkan sebanyak 11 spesies tumbuhan dari spesies tumbuhan yang ditemukan. Sebenarnya tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat berada di dalam kawasan hutan lindung, tetapi karena berbagai hal, salah satunya aktivitas masyarakat di sekitar hutan lindung, keberadaan dari spesies tumbuhan obat yang lainnya jarang ditemukan. Pemanfaatan tumbuhan obat yang digunakan masyarakat terutama spesies tumbuhan yang berasal dari kawasan hutan lindung menunjukkan adanya interaksi antara masyarakat di sekitar hutan dengan kawasan hutan tersebut. Menurut Hasanah (2011), masyarakat merupakan salah satu faktor utama dalam terlaksananya kelestarian sumberdaya alam hayati yang terdapat di sekitarnya. Interaksi antara masyarakat dengan kawasan hutan tersebut dapat berpengaruh terhadap kerusakan sumberdaya hutan.
58
Tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari dalam kawasan hutan lindung, hal ini dikarenakan masyarakat di sekitar kawasan hutan tersebut hanya sedikit yang mempunyai kebun ataupun sawah. Sebagian besar lahan yang digarap oleh petani merupakan lahan milik Perhutani, dalam hal ini KPH Pekalongan Barat berusaha mendukung peningkatan pendapatan Masyarakat Desa Hutan (MDH) dengan cara memberikan akses bagi masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan dan pemanfaatan lahan hutan melalui kegiatan tumpang sari, pemanfaatan lahan di bawah tegakan (PLDT).
59
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan 1. Kawasan hutan lindung RPH Guci terdapat cukup banyak spesies tumbuhan dari berbagai habitus, teridentifikasi 155 spesies dari 66 famili. Dari 155 spesies yang teridentifikasi tersebut terdapat 98 spesies (63,22%) dari 53 famili telah diketahui kegunaannya sebagai tumbuhan obat. 2. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung RPH Guci cukup rendah, hal ini hanya sebanyak 26 spesies dari 17 famili tumbuhan yang dipercaya berkhasiat obat dan sebanyak 19,23% berasal dari famili Zingiberaceae. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat secara langsung dari hutan. 6.2 Saran 1. Perlu dilakukannya penelitian mengenai potensi tumbuhan obat lebih lanjut pada kawasan hutan lindung lainnya di KPH Pekalongan Barat, Jawa Tengah. 2. Untuk mewujudkan kelestarian tumbuhan obat di kawasan hutan lindung RPH Guci perlu dilakukannya penyuluhan mengenai potensi tumbuhan obat oleh pihak terkait kepada masyarakat di sekitarnya dan cara pemanfaatannya secara lestari.
60
DAFTAR PUSTAKA
Aguilar NO, Schmelzer GH. 2003. Scoparia dulcis L. Di dalam: R.H.M.J. Lemmens, Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 493-496. Ali C, Rusli MSH, Komala. 2009. Gerakan kecil menuju perbaikan ekosistem Danau Toba: Penanaman di Bukit Panahatan. Dalam Prosiding pada Workshop Peningkatan Kesadaran Masyarakat terhadap Fungsi Ekosistem Hutan 27-28 Maret 2009. Penelitian Balitbang Kehutanan Aek Nauli, Departemen Kehutanan. hal 70-75. Aliadi A, Roemantyo H.S. 1994. Kaitan Pengobatan Tradisional dengan Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat. Didalam Zuhud EAM., Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Atok AR. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq (Studi kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur) [skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Balu P. 2002. Sida acuta Burm. F. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H., and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 498-499. Boer E, MSM Sosef. 1998. Schima Reinw ex Bl. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T, and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber trees: Lesser-know timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 507-509. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Tegal. 2010. dalam Angka 2010. Slawi: BPS.
Kecamatan Bumijawa
[BPMD] Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa. 2011. Daftar Isian Potensi Desa dan Tingkat Perkembangan Desa. Tegal: Pemkab Tegal. Brink M. 2003. Curculigo Gaertn. Di dalam: Brink M., and Escobin R.P., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 17 Fibre plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm 118-120. Brotonegoro S, Wessel M, Brink M. 2000. Areca catechu L. Di dalam: van der Vossen H.A.M. and Wessel M., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 16 Stimulants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 51-55. Bunyapraphatsara N, RHMJ Lemmens. 1999. Belamcanda chinensis (L.) DC. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N. and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 148-150.
61
Chew. 2003. Dendrocnide microstigma (Gaudich ex Wedd). Di dalam: Brink M.and Escobin R.P., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 17 Fibre Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 257. Chua LSL, van Valkenburg JLCH. 2002. Glycosmis pentaphylla (Retz.) ADC . Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 275-278. [DPPL] Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup KPH Pekalongan Barat. 2011. Kegiatan Pengelolaan Hutan KPH Pekalongan Barat. Slawi: KPH Pekalongan Barat. Dao NK, Tran H, Siemonsma JS. 1999. Cinnamomum schaeffer. Di dalam: de Guzman C.C. and J.S. Siemonsma, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13 Spices. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 94-99. Darnaedi D, Titien NP. 2003a. Nephrolepis Schott. Di dalam: de Winter W.P.and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm141145. Darnaedi D, Titien NP. 2003b. Astenochlaena palustris (Burm.f.) Bedd. Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of SouthEast Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 186-188. Dasuki UA. 1999. Centella asiatica (L.) Urb. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N. and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 190-198. Dasuki UA. 2002. Hibiscus L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 297-303. De Guzman, Reglos RA. 1999. Cymbopogon winterianus Jowitt. Di dalam: Oyen L.P.A. and Nguyen Xuan Dung, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 19 Essential-oil Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 106110. De Winter WP, Jansen PCM. 2003. Selaginella Pal. Beauv. Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm 178-184. Espino RRC, Jamaluddin SH, Bechamas S, Nasution RE. 1992. Musa L. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 225-233. Fachrul M F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
62
Gintings AN, Boer E, Lim SC, Lemmens RHMJ. 1994. Pinus L. Di dalam: Soerianegara I.and. Lemmens R.H.M.J, editor. Plant Resources of SouthEast Asia No. 5(1) Timber Trees: Major Commercial Timbers. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 492-499. Grubben GJH, Siemonsma JS. 1996. Fagopyrum esculentum. Di dalam: Grubber G.J.H. and Soetjipto Partohardjono, editor. Plant Resources of SouthEast Asia No. 10 Cereals. PROSEA Bogor Indonesia. hlm 95-99. Handayani RS. 2003. Hyptis Jacq. Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 258-259. Hanna WW. 1992. Cynodon dactylon (L.). Di dalam: Mannetje L.'t and Jones R.M., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 4 Forages. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 100-102. Hanum IF. 1997. Trema orientalis L. Blume. Di dalam: Faridah Hanum I. and van der Maesen L.J.G., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 11 Auxiliary Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 252-255. Hasan SMZ, Jansen PCM. 1994. Solanum L. Di dalam: Siemonsma J.S. and Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 249-252. Hasanah N. 2011. Potensi Tumbuhan berguna di Cagar Alam Yanlappa, BogorJawa Barat. [skripsi]. Bogor: Departemen Konsevasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Terjemahan dari: de Nuttige Planten Van Indenesie. Hovenkamp PH, Kalsom YU. 2003. Diplazium Swartz. Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 96-99. Ipor IB, Sutarno H. 1997. Mikania Willd. Di dalam: Faridah Hanum I.and. van der Maesen L.J.G, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 11 Auxiliary Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 194-196. Irwanto RRP. 1998. Glachidion JR Forster & JG Forster. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber Trees: Lesser-know Timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 258-261. Irwanto, van derMaesen LJG. 1999. Ageratum L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 88-93. Jonathan J, Hariadi BPJ. 1999. Imperata cirillo. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of
63
South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 307-310. Jones DT. 1992. Citrus L. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 119-133. Jones RJ, Brewbaker JL, Sorennsson CT. 1997. Leucaena leucocephala (Lamk) de Wit. Di dalam: Faridah Hanum I.and van der Maesen L.J.G., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 11 Auxiliary Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 175-180. Kai choo W, Saichol K. 1992. Dimocarpus longan Lour. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 146-151. Kartikawati S.M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Khoi NK. 1999. Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 225-229. Kuntohartono T, Thijsse JP. 1996. Saccharum officinarum L. Di dalam: Flach M.and Rumawas F., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 9 Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 143-148. Kusmana C, Istomo. 1995. Ekologi Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Lemmens RHMJ. 2003a. Crassocephalum crepidioides (Benth.) S.Moore. Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 140-141. Lemmens RHMJ. 2003b. Medinella radicans (Blume) Bl. Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 294-295. Lemmens RHMJ. 2003c. Mussaenda L. Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 311-314. Magurran A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. London: Croom Helm. Manan S. 1978. Masalah Pembinaan Kelestarian Ekosistem Hutan. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
64
Marito S. 2010. Komposisi vegetasi dan keanekaragaman tumbuhan obat di Arboretum PT Arara Abadi Provinsi Riau. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Militante EP. 2001. Pinus L. Di dalam: Boer E.and Ella A.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 18 Plants Producing Exudates. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 98-104. Naron NW, Laming PB, Fundter JM, Lemmens RHMJ. 1995. Syzygium Gaertner. Di dalam: Lemmens R.H.M.J., Soerianegara I., and Wong W.C., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(2) Timber Trees: Minor Commercial Timbers. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 441-474. Ong HC, Siemonsma JS. 1996. Canna indica L. Di dalam: Flach M., and Rumawas F., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 9 Plants Yielding Non-Seed Carbohydrates. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 6366. Ong HC. 2002. Urena lobata L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 575-577. Ong HC. 2003. Cyathea JE Smith. Di dalam: de Winter W.P., and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 82-87. Padulosi S, Leaman D, Quek P. 2002. Challenges and Opportunities in Enhancing the Conservation and Use of Medicinal and Aromatic Plants. Didalam: Christopher B.J, Chlodwig F, editor. Breeding on Aromatic and Medicinal Plants.Vol 9 No 4. Haworth press. pp 243-267. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Perumal B. 1998. Thespesia Soland. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber Trees: Lesser-know Timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 556-558. Praptosuwiryo TN. 2003a. Dipcranopteris linearis (Burm. F.). Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 93-96. Praptosuwiryo TN. 2003b. Lygodium Swartz. Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 128-133. Prawirohatmadjo S, J. Suranto, WE Keating, Ani S. 1994. Swietenia Jacq. Di dalam: Soerianegara I., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1) Timber trees: Major Commercial Timbers. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 442-447.
65
PROSEA. 1992. Passiflora laurifolia L. Di dalam: E.W.M. Verheij and R.E. Coronel, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible fruits and nuts. PROSEA Bogor Indonesia. Hlm. 350-351. PROSEA. 1994. Commelina L. Di dalam: J.S. Siemonsma and Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. PROSEA Bogor Indonesia. Hlm. 286-287. Purnawan B. I. 2006. Inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Purwaningsih. 1992. Omalanthus populneus (Geiseler). Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Wulijarni-Soetjipto N., editor. Plant Resources of SouthEast Asia No. 3 Dye and Tannin-Producing Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 100-101. Purwaningsih, Hamida, Brink M. 1999. Etlingera Giseke. Di dalam: de Guzman C.C. and Siemonsma J.S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13 Spices. PROSEA Bogor Indonesia. hlm 123-130. Rachmat J. 2009. Pengembangan sains dan teknologi fitokimia biofarmaka kehutanan. Di dalam: Djaban T, Ari W, editor. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk Keunggulan Bangsa dan Negara. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. hlm 89-98. Rahajoe JS. 1998. Engelhardtia Lesch ex Blume. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber Trees: Lesser-know Timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 216-218. Rahayu. 2006. Pemanfaatan tumbuhan obat secara tradisional oleh masyarakat lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Boidiversitas volume 7 hal 245-250. Rahayu SSB. 2002. Physalis angulata L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H.and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 423-426. Rahmansyah M. 1994. Rornpa Scop. Di dalam: Siemonsma J.S. and Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 239-241. Raymaker J, Schmelzer GH. 2002. Achyranthes L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 39-43. Roemantyo HMS, Middleton DJ. 2002. Alyxia R. Br. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H.and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 69-72.
66
Rojo JP, FC Pitargue, MSM Sosef. 1999. Ficus L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N.and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 277-289. Rusea G. 2003. Asplenium L. Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 60-64. Sambas EM, Sosef MSM. 1998. Magnolia L. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber Trees: Lesser-know Timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 345-347. Sandra E, Sjafril K. 1994. Tinjauan permintaan tumbuhan obat hutan tropika Indonesia. Didalam Zuhud EAM., Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Sangat HM, Zuhud EAM, Damayanti EK. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sardjono S. 1999. Syzygium polyanthum (Wight) Walpers. Di dalam: de Guzman C.C. and Siemonsma J.S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13 Spices. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 218-219. Schmelzer GH. 2002. Dichroa februga Lour. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 224-228. Seibert B. 1992. Nephelium L. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 233-235. Sidiyasa K, Zakaria, Ramses I. 2006. Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur: Potensi dan Identifikasi Langkah-langkah Perlindungan dalam Rangka Pengelolaannya Secara Lestari. Bogor: Center for International Forestry Research (SIFOR). Siregar AH. 2002. Acalypha L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 31-36. Smits WTM. 1996. Arenga pinnata (Wurmn) Merrill. Di dalam: M. Flach and F. Rumawas, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 9 Plants Yielding Non-seed Carbohydrates. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 5359. Soepadmo E. 1992. Artocarpus heterophyllus Lamk. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 86-91.
67
Soerianegara I. 1996. Ekologi, Ekologisme, dan Pengelolaan Sumberdaya Hutan. Didalam: Suhendang E., Bahruni, Soerianegara I., editor. Makalah Forum Pengkajian Pengelolaan Hutan Tropis, Fakultas Kehutanan IPB dalam Menguak Permasalahan Pengelolaan Hutan Alam Tropis di Indonesia. hlm 125-128. Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas Kehutanan-IPB. Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Soetjipto NW, de Winter WP. 2003. Lycopodiella cernua (L.). Di dalam: de Winter W.P. and Amoroso V.B., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2) Cryptogams: Ferns and Fern Allies. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 121-123. Soetopo L. 1992. Psidium guajava L. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 266-270. Sosef MSM, Boer E. 2000. Coffea L. di dalam: van der Vossen H.A.M. and Wessel M., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 16 Stimulants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 66-78. Staritsky G, Huffnagel E., Dharmadi A., Dalimoenthe SL. 1999. Chinchona L. Di dalam: L.S. de Padua, N. Bunyapraphatsara and R.H.M.J. Lemmens, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and poisonous plants 1. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. Hlm. 198-205. Subhadrabandhu S, Schneemann JMP, Verheij EWM. 1992. Durio zibethinus Murray. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 157-161. Suhardi, Sosef MSM, Laming PB, Ilic J. 1994. Pinus L. Di dalam: Soerianegara I., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(1) Timber Trees: Major Commercial Timbers. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 349-357. Sukonthasing S, Montri WP, Verheij EWM. 1992. Mangifera indica L. Di dalam: Verheij E.W.M. and. Coronel R.E, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 211-216. Sulistiarini D, Juliasri D, Imam R. 1999. Allium L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 93-100. Sunarjono HH. 1992. Flacourtia rukam Zoll & Moritzi. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 168-169.
68
Sutarno H, Hadad EA, Brink M. 1999. Zingiber officinale Roscoe. Di dalam: de Guzman C.C. and Siemonsma J.S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13 Spices. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 238-244. Taha RM. 2002. Impatiens L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 306-310. Teik NL. 1999. Elephantopus L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 250-254. Teo SP. 2002. Alstonia R.Br. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 61-68. Teo SP. 2003. Strobilanthes Blume. Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 385-389. Thin NN, Tran VO. 1998. Aporosa Blume. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber trees: Lesser-know Timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 81-84. Thin NN, Sosef MSM. 1999. Euphorbia L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N. and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 263-272. Uji T. 2002. Leea van Royen ex L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 327-331. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 62 tahun 1998 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan. Utami D, Jansen PCM. 1999. Piper L. Di dalam: de Guzman C.C. and Siemonsma J.S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13 Spices. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 183-188. Utomo BI. 2002. Caesalpinia L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 123-129. Utomo BI, Van Valkenburg JLCH. 1999. Vernonia Schreber. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant
69
Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 493-497. Van Balgooy MMJ. 1992. Carica papaya L. Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 108-113. Van der Maesen LJG. 2002. Flemingia Roxb ex WT Alton. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 267-270. Van der Vossen HAM, Sambas EN. 1994. Daucus carota L. Di dalam: Siemonsma J.S. and Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 167-171. Van Dzu N. 1999. Acorus calamus L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N. and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 81-85. Van Lingen TG. 1992. Syzygium aqueum (Burm. F.). Di dalam: Verheij E.W.M. and Coronel R.E., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 2 Edible Fruits and Nuts. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 292298. Van Valkenburg JLCH. 2002a. Melastoma L. Di dalam: J.L.C.H. van Valkenburg and N. Bunyapraphatsara, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 363-366. Van Valkenburg JLCH. 2002b. Rubus L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H.and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 477-480. Van Valkenburg JLCH, Bunyapraphatsara N.. 2002. Clerodendrum L. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 171-178. Van Valkenburg JLCH, Bunyapraphatsara N.. 2002. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl. Di dalam: van Valkenburg J.L.C.H. and Bunyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12 (2) Medicinal and Poisonous Plants 2. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 510-513. Van Valkenburg JLCH. 2003. Trevesia burckii Boerl. Di dalam: Lemmens R.H.M.J. and Banyapraphatsara N., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(3) Medicinal and Poisonous Plants 3. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 406-407. Wardini TH, Budi P. 1999. Curcuma L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N. and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of
70
South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 210-219. Widjaja E.A, S. Sukprakarn. 1994. Cucurbita L. Di dalam: Siemonsma J.S. and Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 160-165. Widjaja EA. 1995a. Gigantochloa apus. Di dalam: Dransfield S.and Widjaja E.A., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 100-102. Widjaja EA. 1995b. Gigantochloa atroviolaceae Widjaja. Di dalam: Dransfield S., and Widjaja E.A., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 7 Bamboos. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 102-104. Wiersum KF, Rika IK. 1997. Calliandra calonthyrsus Meisner. Di dalam: Faridah Hanum I.and van der Maesen L.J.G., editor. Plant Resources of SouthEast Asia No. 11 Auxiliary Plants. PROSEA Bogor Indonesia. hlm 7983. Wilson JE, Siemonsma JS. 1996. Colocasia esculenta (L.). Di dalam: Flach M., and Rumawas F., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 9 Plants Yielding Non-seed Carbohydrates. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 6972. Windadri FI, van Valkenburg JLCH. 1999. Lantana L. Di dalam: de Padua L.S., Bunyapraphatsara N., and Lemmens R.H.M.J., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 12(1) Medicinal and Poisonous Plants 1. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 338-342. Wiriddinata H., Bamroongrugsa N.. 1994. Parkia speciosa Hassk. Di dalam: Siemonsma J.S. and Kasem Piluek, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. Bogor: PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 222-224. Wolff XY, Astuti IP, Brink M. 1999. Zingiber G.R. Boehmer. Di dalam: de Guzman C.C. and Siemonsma J.S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 13 Spices. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 233-238. Yusuf UK. 1998. Erythrina L. Di dalam: Sosef M.S.M., Hong L.T and Prawirohatmodjo S., editor. Plant Resources of South-East Asia No. 5(3) Timber trees: Lesser-know Timbers. PROSEA Bogor Indonesia. hlm. 220-223. Zuhud EAM., Ekarelawan, Soedarsono R. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman Plasma Nutfah Tumbuhan Obat. Didalam Zuhud EAM., Haryanto, editor. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata – Lembaga Alam Tropika Indonesia (LATIN). Zuhud EAM., Agus H., Siswoyo. 2009. Strategi Pengembangan Tumbuhan Obat Berbasis Konsep Bioregional (Contoh Kasus Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur). Di dalam: Djaban T, Ari W, editor. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk
71
Keunggulan Bangsa dan Negara. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. hlm 53-63. Zuhud EAM., Hikmat A., Siswoyo, Sandra E., Sumantri H.. 2000. Inventarisasi, Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wanafarma Provinsi Jawa Timur: Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo. Laporan Akhir. Fahutan IPB. Bogor. Zuhud EAM, Siswoyo, Sandra E. Hikmat A. 2003. Buku Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dengan Yayasan Sarana Wana Jaya Jilid I-XI. Jakarta: Yayasan Sarana Wana Jaya. Zuraida, Agus L., Nuroniah H S. 2009. Perkembangan Biofarmaka Kehutanan. Di dalam: Djaban T, Ari W, editor. Bunga Rampai Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk Keunggulan Bangsa dan Negara. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. hlm 3-12.
72
LAMPIRAN
73
Lampiran 1 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
74
Lampiran 2 Spesies Tumbuhan yang Terdapat di Hutan Lindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Lokal Akasia Alang-alang Albasia Andul-andul Aren Arum ndalu bunga putih Asem Aseman Bal-balan Bambu kasap Bambu tali Bambu wulung Bandotan Banyon Benikan Blekbek Braja lintang Brembet Cakar ayam Cangkoba Cengkeh hutan Coetan/nyangkuhan Combrang Durian Edelweis Eucalyptus Flemingia Frempeng Ganyong merah Gewor
Nama Ilmiah Acacia decurens Willd. Imperata cylindrica (L.) Beauv. Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen. Sida acuta Burm. F. Arenga pinnata (Wurmb.) Merr. Polyanthes tuberosa L. Begonia tuberosa Lamk. Polygonum chinense L. Hyptis brevipes Poit. Pogonatherum sp. Giganthochloa apus Kurz. Giganthochloa atroviolacea Widjaya. Ageratum conyzoides L. Strobilanthus crispus (L.) Bl. Gomphrena globosa L. Sloanea javanica (Miquel) Syszl. ex K. Belamcanda chinensis (L.) DC. Rubus moluccanus L. Sellaginella unsinata (Desv.) Spring. Elephantopus scaber L. Syzygium sp. Curculigo capitulata (Lour.) O. Kuntze Nicolaia speciosa Bl. Durio zibethinus Murr. Anaphalis javanica (Bl.) Boerl. Eucalyptus saligna Smith. Flemingia strobilifera (Willd.) O.K. Eupatorium riparium L. Canna edulis Reinw. Commelina paleata Hassk.
Famili Fabaceae Poaceae Fabaceae Malvaceae Arecaceae Amaryllidaceae Begoniaceae Polygonaceae Lamiaceae Poaceae Poaceae Poaceae Asteraceae Acanthaceae Amarantaceae Elaeocarpaceae Iridaceae Rosaceae Selaginellaceae Asteraceae Myrtaceae Amaryllidaceae Zingiberaceae Bombacaceae Asteraceae Myrtaceae Fabaceae Asteraceae Cannaceae Commelinaceae
Habitus Pohon Rumput Pohon Semak Pohon Perdu Herba Semak Perdu Rumput Rumput Rumput Semak Herba Perdu Pohon Liana Perdu Herba Semak Perdu Semak Semak Pohon Herba Pohon Perdu Perdu Herba Semak
75
Lampiran 2 Spesies Tumbuhan yang Terdapat di Hutan Lindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat(Lanjutan) No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Nama Lokal Gigil Glagah Gondokan/cempaka Gorang Gresik Hampelas Harendong Jambon Jambu air Jambu biji Jeruk nipis Jerukan Kacangan Kalamentah Kaliandra merah Kaliandra putih Kalikadep Kamijara Kathokan Kayu anggrung Kayu baros Kayu bathangan Kayu dadap Kayu dempul Kayu jurang Kayu kebek Kayu mesawa Kayu reas Kayu sahang Kayu suriya
Nama Ilmiah Dichroa febrifuga Lour. Miscanthus japonicus Anderrson. Talauma javanica Bl. Trevesia sundaica Miq. Laurentia longiflora (L.) Peterm. Ficus ampelas Burm. F. Clidemia hirta (L.) D. Don. Eugenia microcyma K.&V. Syzygium aqueum (Burm. F.) Psidium guajava L. Citrus auranticum L. Var. Glycosmis cochin-chinensis Pierre. Phaseolus vulgaris L. Leersia hexandra Swartz. Calliandra callothyrus Meisn. Calliandra tetragona Benth. Mussaenda frondosa L. Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Stenochlaena palustris Burm. F. Trema orientalis (L.) Bl. Manglietia glauca Bl. Drypetes longifolia (Bl) Pax & Hoffm. Erythrina microcarpa K. & V. Glochidion obscurum (Roxb. ex Willd.) Villebrunea rubescens Bl. Ficus alba Reinw. ex Bl. Engelhardia spicata Bl. Cryptocarya ferrea Bl. Schefflera aromatica (Bl.) Harms. Toona sinensis (A. Juss.) Roem.
Famili Saxifragaceae Poaceae Magnoliaceae Araliaceae Campanulaceae Moraceae Melastomaceae Myrtaceae Myrtaceae Myrtaceae Rutaceae Rutaceae Fabaceae Poaceae Fabaceea Fabaceea Rubiaceae Poaceae Polypodiaceae Ulmaceae Magnoliaceae Euphorbiaceae Fabaceae Euphorbiaceae Urticaceae Moraceae Juglandaceae Lauraceae Araliaceae Meliaceae
Habitus Perdu Rumput Pohon Pohon Herba Pohon Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Perdu Rumput Pohon Pohon Pohon Rumput Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon
76
Lampiran 2 Spesies Tumbuhan yang Terdapat di Hutan Lindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat (Lanjutan) No. 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81
Nama Lokal Kelengkeng Kemaduan Kembang sepatu Kina Kiring Kirinyuh Klepu Kopi Kopi hutan Krembi Kunyit Labu buah Labu siam Lengka-lengko Leunca hutan Mahoni Mangga Mangli Markisa Melati hutan Mentol
82 83 84 85 86 87 88 89 90
Nangka Nyangkuh Orang-aring/kumis kucing Pacar air Pakis A Pakis andam berduri Pakis andam tidak berduri Pakis bulalata Pakis duitan
Nama Ilmiah Dimocarpus longan Lour. Laportea stimulans Miquel. Hibiscus rosa-sinensis L. Chinchona succirubra Pav. ex. Klotzsch. Horsfieldia irya Warb. Eupatorium pallescens DC. Nauclea obtusa Bl. Coffea robusta Linden. Ex De Wildem Coffea malayana Lour. Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Curcuma domestica Val. Cucurbita moschata (Duchesne ex Lamk) Sechium edule (Jacq.) Sw. Erechthites valerianifolia (Link. ex. Spreng) DC. Solanum ningrum L. Swietenia macrophylla King. Mangifera indica L. Polyscias nodosa Seem. Passiflora laurifolia L. Clerodendron inerme Gaertn. Pycnanthemum virginianum (L.)T.Durand&B.D.Jacks ex. B.L.Rob&Fernald. Artocarpus heterophyllus Lamk. Curculigo villosa Wall. ex. Merr. Scoparia dulcis L. Impatiens balsamina L. Belvisia spicata (L.f.) Mirb. Dicranopteris dichotoma (Thunb.) Bernh. Lygodium circinatum (Burm.) Sw. Selaginella doederleinii Hieron. Drymoglossum heterophyllum C. CHR
Famili Sapindaceae Urticaceae Malvaceae Rubiacea Myristicaceae Asteraceae Rubiaceae Rubiacea Rubiacea Euphorbiaceae Zingiberaceae Cucurbitaceae Cucurbitaceae Asteraceae Solanaceae Meliaceae Anacardiaceae Araliaceae Passifloraceae Verbenaceae Lamiaceae
Habitus Pohon Perdu Perdu Pohon Pohon Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Semak Liana Liana Semak Semak Pohon Pohon Pohon Liana Perdu Semak
Moraceae Hypoxidaceae Scrophulariaceae Balsaminaceae Polypodiaceae Gleicheniaceae Schizaeaceae Selaginellaceae Polypodiaceae
Pohon Semak Semak Herba Epifit Semak Semak Herba Liana
77
Lampiran 2 Spesies Tumbuhan yang Terdapat di Hutan Lindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat (Lanjutan) No. 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
Nama Lokal Pakis ekor monyet Pakis galar Pakis kawat Pakis sayur Paku bumi Paku-pakuan Paku sarang burung Palem hijau Palem merah Pandan hutan Parian Parijata Pasang Petai cina Petai hutan Pinus merkusii Pinus oocarpa Pisang hutan Poh-pohan Pulai Pulutan Puspa Puyengan Rambutan Renggetan Riwana Rotan Rukem Rumput cempul Rumput gajahan
Nama Ilmiah Alsophila sp. Alsophila glauca (Bl.) J. Sm. Lycopodium cernuum L. Diplazium esculentum Swartz. Stachytarpheta indica (L.) Vahl. Asplenidum nidus L. Areca pumila Bl. Areca glandiformis Lamk. Pandanus terrestris Warb. Glochidion lutescens Bl. Medinella speciosa L. Lithocarpus sundaicus (Bl.) Rehder. Leucana glauca (L.) Benth. Parkia speciosa Hassk. Pinus merkusii Jung et de Vriese Pinus oocarpa Schiede ex Schltdl. Musa paradisiaca L. Pilea trinervia Wight. Alstonia scholaris (L.) R. Br. Urena lobata L. Schima noronhae Reinw. Lantana camara L. Nephelium lappaceum L. Achyranthes aspera L. Polygala venenosa Juss ex Poir. Calamus sp. Flacourtia rukam Zoll.& Mor. Panicum brevifolium Balb. ex. Nees. Pennisetum purpureum Schumacher.
Famili Cyatheaceae Cyatheaceae Lycopodiaceae Polypodiaceae Verbenaceae Polypodiaceae Polypodiaceae Arecaceae Arecaceae Pandanaceae Euphorbiaceae Melastomaceae Fagaceae Fabaceae Fabaceae Pinaceae Pinaceae Musaceae Urticaceae Apocynaceae Malvaceae Theaceae Verbenaceae Sapindaceae Amaranthaceae Polygalaceae Arecaceae Flacourtiaceae Poaceae Poaceae
Habitus Semak Semak Semak Semak Perdu Semak Epifit Pohon Pohon Herba Pohon Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Herba Semak Pohon Perdu Pohon Perdu Pohon Liana Liana Rumput Pohon Rumput Rumput
78
Lampiran 2 Spesies Tumbuhan yang Terdapat di Hutan Lindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat (Lanjutan) No. 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150
Nama Lokal Rumput grinting Rumput kerisan Rumput paitan Rumput pring-pringan Rumput tembagan Rumput wudelan Salam Sarangan Secang Selada air Sengganian Senggong buyut Seprih Simbar/anggrek-anggrekan Sirih hutan Sirihan Sontak Strawberi hutan Suplir Suren Suyung Talas Talasan Tebu Teh-tehan Tumpangan Ugel-ugel asu Umbel-umbelan Urang-urangan Walikukun
Nama Ilmiah Cynodon dactylon Pers. Panicum sarmentosum Roxb. Paspalum conjugatum Berg. Pogonatherum paniceum Hack. Hydrocotyle sibthorpioides Lamk. Kyllinga brevifolia Rottb. Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Castanopsis argentea Bl. Caesalpinia sappan L. Nasturtium officinale L. R. Br. Melastoma affine L. Vernonia cinerea (L.) Less. Ficus rostrata Lamk. Bulbophyllum antenniferum (Lindl.) Rchb.f. Piper caducibractum C.DC. Piper caninum Bl. Mikania scandens Willd. Rubus rosaefolius J. E. Smith. Nephrolepis bisserata (SW.) Schoott. Toona sureni Merr. Erechthites valerianifolia (Wolf) DC. Colocasia esculenta L. Schoot. Alocasia microrrhiza (L.) G. Don. Saccharum officinarum L. Acalypha hispida Burm. Hedyotis verticillata L. Phragmites karka Retz. Chloranthus elatior R.Br. ex Link. Debregeasia longifolia (Burm.f.) Wedd. Actinophora buurmanii KDS.
Famili Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Apiaceae Cyperaceae Myrtaceae Fagaceae Fabaceae Brassicaceae Melastomataceae Asteraceae Moraceae Orchidaceae Piperaceae Piperaceae Asteraceae Rosaceae Davalliaceae Meliaceae Acanthaceae Araceae Araceae Poaceae Euphorbiaceae Rubiaceae Poaceae Chloranthaceae Urticaceae Tiliaceae
Habitus Rumput Rumput Rumput Rumput Rumput Rumput Pohon Pohon Perdu Herba Perdu Herba Perdu Epifit Perdu Liana Liana Perdu Semak Pohon Herba Herba Herba Rumput Perdu Semak Rumput Perdu Perdu Pohon
79
Lampiran 2 Spesies Tumbuhan yang Terdapat di Hutan Lindung RPH Guci KPH Pekalongan Barat (Lanjutan) No. 151 152 153 154 155
Nama Lokal Waru lot Wilada Wortel Wuru dedek Wuru onje
Nama Ilmiah Thespesia populnea Soland. Ficus fistulosa Reinw. Daucus carota L. Aporosa arborea (Bl.) Muell. Arg. Litsea javanica Bl.
Famili Malvaceae Moraceae Apiaceae Euphorbiaceae Lauraceae
Habitus Pohon Pohon Perdu Pohon Pohon
80
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
Kandungan kimia** Sesquiterpenoid cilindren, lignin graminon A dan B, gula, manitol, glukosa, sakarosa, asam malik, asam citrik, koiksol, arondoin, silindrin, fernenol, simiarenol, dan anemonin (Jonathan et al. 1999) Ephedrine, a pseudo-alkaloid, asam amino phenylalanine (Balu 2002) Gula, minyak lemak, protein, mineral, kalsium, sukrosa, serat (Smith 1996). Saponin, antrakinon, glikosida, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, vitamin B1, B2, fosfor (Zuhud et al. 2003). Laktonoid, minyak esensial (Handayani 2003). Saponin, flavonoid, polifenol, protein, lemak, fosfor, kalsium, besi, vitamin A, B1 dan C, holoselulosa, pentosa, lignin, abu, silika (Widjaja 1995). Asam amino, asam organo, minyak atsiri, kumarin, ageratokromen, fridelin, stigmasterol, kalium klorida, alkaloid, flavonoid (Irwanto et al. 1999) . Kalsium,asam silikat, asam
1
Alang-alang
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Poaceae
obat bengkak karena peradangan ginjal akut, menghilangkan haus pada penderita campak, infeksi saluran kemih, mimisan, muntah darah, batuk darah, air kemih berdarah, pendarahan pada wanita, demam, batuk, sesak, tekanan darah tinggi, dan sakit kuning
2
Andul-andul
Sida acuta Burm. F.
Malvaceae
Impotensi, penambah darah, sakit perut.
3
Aren
Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.
Arecaceae
Tuberkulosis, paru, disentri, wasir, melancarkan BAB, sariawan
4
Aseman
Polygonum chinense L.
Polygonaceae
Sakit mata, obat nyeri lambung, penawar racun
5
Bal-balan
Hyptis brevipes Poit.
Lamiaceae
6
Bambu tali
Giganthochloa apus Kurz.
Poaceae
Luka sakit pada pusar bayi, kulit bernanah, luka. Pencegah mual, menghentiakn pendarahan, luka memar, radang selaput mata, demam, asma
7
Bandotan
Ageratum conyzoides L.
Asteraceae
Obat demam, sakit dada, sakit mata, sakit perut
8
Banyon
Strobilanthes crispus (L.) Bl.
Acanthaceae
Diabetes
81
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
9
Benikan
Gomphrena globosa L.
Amaranthaceae
10
Braja lintang
Belamcanda chinensis (L.) DC.
Iridaceae
11
Brembet
Rubus moluccanus L.
Rosaceae
Kejang perut, sariawan, mencegah keguguran
12
Cakar ayam
Selaginellaceae
13
Cengkeh hutan
Sellaginella unsinata (Desv.) Spring. Syzygium sp.
obat pembersih darah haid, eksim dan demam nifas Obat masuk angin, batuk, sakit gigi, mata nyeri, beri-beri, keguguran, kencing tidak lancar, digitit serangga berbisa, sembelit, kurang nafsu makan, sesak nafas, cacingan
Myrtaceae
batuk rejan, disentri, buang air kecil tidak lancar, mimpi buruk pada anak, liver, radang mata, radang saluran pernafasan akut dan menahun, sakit kepala, sesak nafas, tuberkulosis, Pencahar, sengal pinggang, radang tenggorokan, pengobatan setelah bersalin, asma, batuk, bau mulut, bengkak, nyeri lambung, malaria
Kandungan kimia** kersik, alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, potasium, sodium, fosfor, vitamin B1, B2, C, katesin, alkaloid, kafein, tanin (Teo 2003). Gomphrenin I, gomphrenin II, gomphrenin III, gomphrenin V, gomphrenin VI, amaranthin, minyak atsiri, flavon, saponin. Glikosida skekanin, belamkanidin, iridin, tektoridin, tektorigenin, mangiferin Isoflavonoid, irigenin, iristektorigenin, methylirisolidone, irisflorentin, noririsflorentin (Bunyapraphatsata et al. 1999). Saponin, flavonoid, tanin, polifenol, glukosa, asam askorbat (Van Valkenburg 2002b). Saponin, glikosida, flavonoid (De Winter et al. 2003). Senyawa-senyawa minyak terbang (eugenol, asetileugenol, kariofilen, furfurol, metilamilketon, vanilin), kariofilin, gom, serat, pati, lemak, dan zat samak, selulosa, lignn, pentosa,
82
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
14
Coetan/nyangkuh an
15
Kegunaan*
Curculigo capitulata (Lour.) O. Kuntze
Amaryllidaceae
Merangsang nafsu makan
Combrang
Nicolaia speciosa Bl.
Zingiberaceae
Mengurangi bau keringat, kurang nafsu makan, pencernaan makanan kurang baik, sakit kepala, encok, batuk kering, gatal-gatal, kolera, digigit ular, difteri, masuk angin, urat saraf lemah, muntah-muntah, tinja berdarah
16
Durian
Durio zibethinus Murr.
Bombacaceae
Demam, cantengan, pelancar haid
17
Flemingia
Flemingia strobilifera (Willd.) O.K.
Fabaceae
Obat cacing, penyakit kulit
18
Ganyong merah
Canna edulis Reinw.
Cannaceae
obat mencret, lambung, radang usus, perut mulas, panas dalam
Kandungan kimia** abu, alkohol-benzen, tanin (Sardjono 1999). Air, alkohol, serat, protein kurkulin, asam amino Brink 2003). Minyak atsiri, zingiberen, zingiberol, felndren, kamfer, limonen, borneol, sitral, sineol, etilmetikketon, zingeton, karbohidrat, minyak damar zingeron, asam-asam organik (malat, eksalat), oleoresin, dan gingerin, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, mangan (Purwaningsih et al. 1999). Protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, sulfur, natrium, kobal, hepatoflavin, besi, vitamin A dan C (Subhadrabandhu et al. 1992). Quercetin, rutin, quercimetrin, phloridzin, naringin, isoflavone (genistein, formononetin, pseudobaptigenin, daidzein), flavonoid, fleminone, flemiphyllin (Van der Maesen 2002). Zat pati, besi, kalsium, fosfor, saponin, flavonoid, vitamin A, B1, dan C, polifenol, air,
83
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
19
Gewor
Commelina paleata Hassk.
Commelinaceae
untuk demam, luka, peluruh, keringat, sakit kepala
20
Gigil
Dichroa febrifuga Lour.
Saxifragaceae
Demam, obat cacing, malaria
21
Gondokan/cempaka
Talauma candolli Bl.
Magnoliaceae
Aromaterapi, obat demam
22
Gorang
Trevesia sundaica Miq.
Araliaceae
Penambah nafsu makan
23
Hampelas
Ficus ampelas Burm. F.
Moraceae
Pelancar air seni
24
Harendong
Clidemia hirta (L.) D. Don
Melastomaceae
Pendarahan luka sayatan
25
Jambu air
Syzygium aqueum (Burm. F.)
Myrtaceae
Sariawan
26
Jambu biji
Psidium guajava L.
Myrtaceae
Disentri, pembersih keputihan
Kandungan kimia** protein, karbohidrat, besi, sukrosa, glukosa, abu (Ong et al. 1996). Anthocyanin, pyrrolidine alkaloid, piperidine alkaloid (Anonim 1994). Alkaloid febrifugin (dikhroin A), isofebrifugin (dikhroin B) Schmelzer 2002). Saponin, polifenol, alkaloid, minyak atsiri, dan flavonoid (Sambas et al. 1998). Saponin, prosapogenin (Van Valkenburg 2003). Saponin, flavonoid, polifenol Indolizidine alkaloid, ficuseptine (4,6-bis-(4-methoxyphenyl)-1,2,3trihydroindolizi-dinium chloride), dan antofine (Rojo et al. 1999). Fenol, tanin, asam gallik, protein, kasein, pepsin, polyvinylpyrolidon (Zuhud et al. 2003). Saponin, tanin, flavonoid, kuinon, steroid, senyawa-senyawa protein, lemak, fosfor, kalsium, besi, vitamin A, B1, dan C, air, protein, karbohidrat, serat, vitamin A, vitamin B1 dan B2, vitamin C (Van Lingen 1992). Senyawa-senyawa tanin, saponin, havonoid, eugenol (minyak atsiri 0,4%), minyak lemak 6%, damar 3%, zat samak (psiditanin 9%),
84
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
27
Jambon
Eugenia microcyma K.&V.
Myrtaceae
Obat sakit gula
28
Jeruk nipis
Citrus aurantium L. Var.
Rutaceae
Influenza, batuk, lendir di tenggorokan, demam, panas pada malaria, melangsingkan badan, ketombe, menambah stamina, haid yang tidak teratur, tekanan darah tinggi
29
Jerukan
Glycosmis cochin-chinensis Pierre.
Rutaceae
obat sakit empedu, dan sakit perut mulas
30
Kaliandra putih
Calliandra tetragona Benth.
Fabacaea
Obat luka
31
Kalikadep
Mussaenda frondosa L.
Rubiaceae
Obat mata, obat batuk, penyakit usus
32
Kamijara
Cymbopogon nardus (L.) Rendle.
Poaceae
Sakit kepala, otot, sendi ngilu, batuk, nyeri lambung, diare, haid tidak teratur, bengkak sehabis melahirkan, memar
33
Kathokan
Stenochlaena palustris Burm. F
Polypodiaceae
Obat cuci perut
34
Kayu anggrung
Trema orientalis L. Bl.
Ulmaceae
Obat murus dan kencing berdarah
Kandungan kimia** triterpinoid, asam apel, asam amino (triptofan, lisin), kalsium, fosfor, besi, belerang, garamgaram mineral, vitamin A, B1, dan C (Soetopo 1992). Flavonoid, tanin, polifenol (Naron et al. 1995) Minyak atsiri, glukosid hespiridin, isohesperidin, aurantiamarin, damar, kalsium, kalium, hidrogen-oksida, tiamin, hepatoflavin, sitrin, vitamin A dan C (Jones 1992). Alkaloid (quinoline, acridone, carbazole, quinazoline), naphtaquinone alkaloid (Chua et al. 2002). Protein, serat, abu, lemak, nitrogen, fosfor, kalium, tanin (Wiersum et al. 1997). Triterpenoid saponin, monoterpen (Lemmens 2003c). Minyak atsiri, sitronelal, sitral, geraniol, metilheptenon, eugenol-metileter, diterpen, terpen-alkohol, kadinen, kadinol, limonen, dan asamasam organik (De Guzman 1999). Glikosid, alkaloid (Darnaedi et al. 2003b). Saponin, flavonoid, polifenol,
85
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
35
Kayu dadap
36
Kayu dempul
37 38
Nama Ilmiah Erythrina microcarpa K. & V.
Famili
Kegunaan*
Fabaceae
Obat demam, penghangat badan
Euphorbiaceae
Berak darah, perut mulas
Kayu jurang Kayu kebek
Glochidion obscurum (Roxburgh ex Willd.) Villebrunea rubescens Bl. Ficus alba Reinw. ex Bl.
Urticaceae Moraceae
Peluruh air seni, mata bengkak, cacar Ginjal
39
Kayu mesawa
Engelhardtia spicata Bl.
Juglandaceae
Gatal-gatal
40
Kayu suriya
Toona sinensis (A. Juss.) Roem.
Meliaceae
Obat peluruh haid, cacingan, didentri, tonikum, menambah nafsu makan
41
Kelengkeng
Dimocarpus longan Lour.
Sapindaceae
Obat penyakit dada
42 43
Kemaduan Kembang sepatu
Laportea stimulans Miquel. Hibiscus rosa-sinensis L.
Urticaceae Malvaceae
Obat batuk, obat rambut Menurunkan panas, kencing bernanah, mempercepat persalinan, melancarkan haid, obat batuk
Kandungan kimia** alkaloid (Hanum 1997). Isoquinoline alkaloid, phenylalanine, erythrinaalkaloid (Yusuf 1998). Ekstrak methanolic, indolizidine alkoloid, ficuseptine (4,6-bis-(4methoxyphenyl)-1,2,3trihydroindolizi-dinium chloride), dan antofine (Rojo et al. 1999). Tylosa, parenchyma, serat (Rahajoe 1998). Saponin, alkaloid, polifenol, flavonoid, selulosa, lignin, pentosa, abu, silika (Zuhud et al. 2003). Air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin C (Kai Choo et al. 1992). Flavonoid (gossypetin, hibiscetin, sianidin diglukosid, plysakarida), anthocyanin (cyanidin-diglucoside, cyanidinglucosyl-rutinoside), lemak (Dasuki 2002).
86
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No. 44
Nama Lokal Kina
Nama Ilmiah Chinchona succirubra Pav. ex. Klotzsch.
Famili Rubiaceae
Kegunaan* Menurunkan suhu badan, parasit malaria, pelindung influenza, tonikum kuat, obat diare
45
Kopi
Coffea robusta Linden. Ex De Wildem
Rubiaceae
obat sakit kepala, penawar racun, penurun panas, perut mulas, disentri, mencret, tekanan darah rendah, radang ginjal, kolera, dan peluruh air seni
46
Krembi
Euphorbiaceae
Obat penyakit dalam
47
Kunyit
Homalanthus populneus (Giesel.) Pax Curcuma domestica Val.
Zingiberaceae
Obat radang umbai usus buntu, radang rahim, radang amandel, tidak datang haid, radang gusi, radang hidung, sembelit, mata, diare, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah, campak, keputihan, kudis, disentri, koreng, asma, eksim, gatal-gatal, bengkak-bengkak, encok.
Kandungan kimia** Quinine, quinidine, cinchonine, cinchonidine, alkaloid, asam amino tryptophan, monoterpenoid (Staritsky et al. 1999). Kafein, sitosterin, kolin, zat samak, air, protein, asam amino, lipid, sukrosa, selulosa, polysakarida, klorogenik, abu, mineral, kafein (Sosef et al. 2000). Minyak atsiri, karbohidrat, damar, bisakumol, bisakuron, bisdemetoksikurkumin, kamfer kariofilen, kloroform, sineol, kurkumen, kurkumenol, kurkumin, bis (4-hidroksisinamoil) metan, 1,7-bis-(4 hidroksifenil)-1,4,6-heptatrin-3one, borneol, sam-pen, kurkumenon, kurkuminoid, kurdion, kurlon, kurzerenon, dehidro-kurdion, disinamoilmetan, didemetoksikurkumin, epirokurkumenol, eugenol, feruloksimetan, iso-borneol, isoprokurmenol, limonen, linalol, monodemetoksikurkumin,
87
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
48
Labu buah
Cucurbita moschata (Duchesne ex Lamk.)
Cucurbitaceae
Mengobati bisa binatang
49
Leunca hutan
Solanum ningrum L.
Solanaceae
Mengobati sakit mata pada ayam
50
Mahoni
Swietenia macrophylla King.
Meliaceae
tekanan darah tinggi, kurang nafsu makan, demam, kencing manis, masuk angin, rematik
51
Mangga
Mangifera indica L.
Anacardiaceae
Diare, obat cacing
52
Markisa
Passiflora laurifolia L.
Passifloraceae
53
Melati hutan
Clerodendrum inerme L. Gaertn.
Verbenaceae
obat radang telinga, kencing nanah, luka-luka, memar, bisul, eksim, kadas, kurap Penawar racun, sakit kelenjar, luka-luka, penyakit radang hati.
Kandungan kimia** oleoresin, prokurkumenol, seskuiterpenses, interpen,terpinen, zedoarondol, turmeronol A dan B (Wardini et al. 1999). Air, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin C, kalsium, besi, magnesium, phospor (Widjaja et al. 1994). Solanidine, leptidine, demissidine, alkaloid, solasodine, tomatidine, tomatidenol, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium (Hasan et al. 1994). Saponin, flavonoid, switenin, switenolida diasetat, switenolida tiglat, selulosa, lignin, pentosa, abu, silika (Prawirohatmadjo et al. 1994). Mangiferin, protein, kalsium, fosfor, lemak, vitamin C, akserofol, hepatoflavin, niasin, dan folasin (Sukonthasing et al. 1992). Air, protein, serat, vitamin (Anonim 1992). Kalium, alkaloid, glikosid, steroid, flavonoid (Van Valkenburg et al. 2002).
88
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No. 54
Nama Lokal Mentol
Nama Ilmiah Pycnanthemum virginianum (L.)T.Durand & B.D.Jacks ex. B.L.Rob&Fernald. Artocarpus heterophyllus Lamk.
Famili Lamiaceae
Kegunaan* Menghangatkan badan, masuk angin, flu
Moraceae
obat batuk dan tonikum, mengobati borok, koreng, luka, melancarkan ASI, peluruh dahak, dll.
Kandungan kimia** -
55
Nangka
56
Orang-aring/kumis kucing
Scoparia dulcis L.
Scrophulariaceae
Analgesik, diuretik, lambung, disentri, batuk, bronkhitis, hipertensi
57
Pacar air
Impatiens balsamina L.
Balsaminaceae
obat anti inflamasi, leher terasa kaku, melancarkan haid, rematik, bisul, tulang patah
58
Pakis andam berduri
Dicranopteris dichotoma (Thunb.) Bernh.
Gleicheniaceae
infeksi saluran kencing, batuk, memar
59
Pakis andam tidak berduri
Lygodium circinatum (Burm.) Sw.
Schizaeaceae
Mengobati gigitan serangga, keseleo
60 61
Pakis galar Pakis kawat
Alsophila glauca (Bl.) J. Sm. Lycopodium cernuum L.
Cyatheaceae Lycopodiaceae
Penawar jamu Obat bisul, obat batuk, sesak nafas
62
Pakis sayur
Diplazium esculentum Swartz.
Polypodiaceae
Menghilangkan bau keringat
Air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, kalsium, fosfor, sodium, potasium, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin C (Soepadmo 1992). Flavonoid (acacetin, apigenin, dan circimarin) (Aguilar et al. 2003). Flavonoid, antosianin, sianidin, delfinidin, pelagonidin, malvidun, kaemferol, kuersetin, sianidin, monoglikosin, flavonoid, cyanidin, kuinon (Taha 2002). Saponin, kardenolin, tanin, minyak esensial, flavonoid (Praptosuwiryo 2003a). Tectokunon, kaempferol, dryocrassol, methanol (Praptosuwiryo 2003b). Saponin, kardenolin, alkaloid, alumunium (Soetjipto et al. 2003). Saponin, flavonoid, kardenolin, tanin, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu, fosfor, kalsium, besi (Hovenkamp et al. 2002).
89
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No. 63
Nama Lokal Paku bumi
Nama Ilmiah Stachytarpheta indica (L.) Vahl. Asplenium nidus L.
Famili Verbenaceae
Kegunaan* Buang air berdarah
64
Paku sarang burung
Polypodiaceae
Mencuci rambut, sakit kepala, demam.
65
Parijata
Medinilla speciosa L.
Melastomataceae
Obat sariawan, mengobati diare
66
Petai cina
Leucana glauca (L.) Benth.
Fabaceae
Obat cacing, obat peluruh haid, hipertensi, kencing manis, radang ginjal, luka berdarah, bisul
67
Petai hutan
Parkia spesioca Hassk.
Fabaceae
Cacar monyet, kencing manis, obat cacing, limpa
68
Pinus merkusii
Pinus merkusii Jung et de Vriese
Pinaceae
Mengobati bisul dan sakit kulit
69
Pisang hutan
Musa paradisiaca L.
Musaceae
Penawar racun, pendarahan usus, penyubur rambut, ginjal
70
Pulai
Alstonia scholaris (L.) R. Br.
Apocynaceae
Pegel-pegel, memperkuat lambung, beri-beri
Kandungan kimia** Etanol, phenylpropanoid (Van Valkenburg et al. 2002). Asam hidrosianat, oxytoxit, garam,potasium, kalsium, klorid (Rusea 2003). Saponin, kardenolin, tanin, flavonoid, asam gallik, penolik (Lemmens 2003b). Mimosin, leukanin, protein, leukanol, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C nitrogen, kalium, magnesium, lignin, selulosa, hemiselulosa, polyphenol (Jones et al. 1997). Air, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, niasin, vitamin C (Wiriddinata et al. 1994). Selulosa, lignin, pentosan, debu, silika, alkohol-benzene, asam sandracopiramik, asam isopiramik, asam palustrik, asam abiet, asam merkusik (Gintings et al.1994). Protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C, asam-asam amino (triptofan,lisin), dan belerang (Espino et al. 1992). Yohimbin, ekitamin, akuamisin, alstonisin, alstonerin, karpamin,
90
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
71
Pulutan
Urena lobata L.
Malvaceae
Mengobati sakit perut, demam
72
Puspa
Schima noronhae Reinw.
Theaceae
Meramu obat-obatan
73
Puyengan
Lantana camara L.
Verbenaceae
Menghilangkan bengkak-bengkak
74
Rambutan
Nephelium lappaceum L.
Sapindaceae
Obat sariawan, disentri, jerawat, demam, encok, kudis, kutu kepala,, dan rambut kotor.
75
Renggetan
Achyranthes aspera L.
Amaranthaceae
Batuk, buang air besar berdarah
76
Rukem
Flacourtia rukam Zoll.& Mor.
Flacourtiaceae
Obat sakit mata, sesak nafas
77
Rumput grinting
Cynodon dactylon Pers.
Poaceae
Sakit perut, demam, diareutik
78
Rumput pringpringan Rumput tembagan
Pogonatherum paniceum (Lamk.) Hack. Hydrocotyle sibthorpioides Lamk.
Poaceae
demam pada anak, melancarakan air seni
Apiaceae
sakit kuning, sirosis hati, batu empedu, batu dan infeksi saluran kencing, batuk, pilek,
79
Kandungan kimia** ditamin, ekitenin, alstonamin, kristalin, damar, kaustschuk, pikrinin (Teo 2002). Asam lemak, lemak, asam malvic, asam sterculic, asam dihydromalvalic, asam dihydrosterculic (Ong 2002). Tanin, minyak (Boer et al. 1998) Minyak esensial, asam oleanonic, lantadene A, lantadene B, asam lantanilic, icterogenin, camaroside, lantadene C, kautsyuk, lemak, protein, dan zat samak. Protein, tanin, saponin, lemak, fosfor, besi, kalsium, dan vitamin C (Seibert 1992). Asam triterpene oleanolic, triterpene saponin, glikosida, glukosa, galaktosa, xylosa (Raymaker et al. 2002). Saponin, flavonoid, polifenol, air, protein, lemak, karbohidrat, serat (Sunarjono 1992). Kalsium oksalat, asam hidrosianik, nitrogen, asam prissic (Hanna 1992). Saponin, kardenolin, polifenol (Grubben et al. 1996). Koumarin, hiperin, minyak terbang, air, protein, lemak,
91
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
80
Nama Lokal
Rumput wudelan
Nama Ilmiah
Kyllinga brevifolia Rottb.
Famili
Cyperaceae
Kegunaan* sesak nafas, sariawan radang tenggorokan, infeksi amandel, infeksi telinga tengah Flu, radang saluran pernafasan, malaria, cacingan, disentri basiler, nyeri lambung, radang hati, urine mengandung lemak, rematik, keracunan, terlambat haid kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, obat diare, sakit mata, dan lambung lemah
81
Salam
Syzygium polyanthum (Wight) Walp.
Myrtaceae
82
Secang
Caesalpinia sappan L.
Fabaceae
Gangguan darah, sipilis, obat mata, obat luka dalam, buang air berdarah, diare, muntah darah, radang payudara
83
Selada air
Nasturtium officinale L. R. Br.
Brassicaceae
obat ambeyen ringan, bayi kurang sehat, obat asma, batuk, beri-beri, rabun, gangguan ginjal, gangguan hati, gangguan pencernaan, kudis, peluruh dahak, peluruh air seni, penambah nafsu makan, sakit gigi, sakit kulit, sariawan, sembelit, TBC, hipertensi, keseleo.
84
Sengganian
Melastoma affine L.
Melastomaceae
Buang air besar berdarah
85
Senggong buyut
Vernonia cinerea (L.) Less.
Asteraceae
Obat murus
86
Sontak
Mikania scandens Willd.
Asteraceae
Obat luka
87
Strawberi hutan
Rubus rosifolius J. E. Smith.
Rosaceae
Obat muntah darah, obat demam, sakit perut, batuk, menjaga kehamilan, sariawan.
Kandungan kimia** karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, provitamin A dan vitamin C (Dasuki 1999). Tanin, flavonoid, dan minyak atsiri, selulosa, lignin, pentosa, abu, alkohol-benze (Sardjono 1999). Campesterol, stigmasterol, βsitosterol, hypoglycaemic, antihyperglycaemic, hypolipidaemic, minyak, cocarcinogenic (Utomo 2002). Glikonasturtin, minyak atsiri, rafanol, zat pahit, vitamin C, glikosida flavonoid, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B1, B2, dan C (Rahmansyah 1994). Tannin, aseton (Van Valkenburg 2002a). Triterpenoid, ekstrak methanol, triterpen, sterol, flavone glycosid (Utomo et al. 1999). Kalsium, fosfor, penolik, flavonoid (Ipor et al. 1997). Saponin, flavonoid, tanin, polifenol, glukosa, asam
92
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No.
Nama Lokal
88
Suplir
89
Suren
90
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan*
Nephrolepis bisserata (SW.) Schoott. Toona sureni Merr.
Davalliaceae
Mengobati batuk (daun),
Meliaceae
Obat demam, sakit perut
Suyung
Erechthites valerianifolia (Wolf) DC.
Acanthaceae
91
Talas
Colocasia esculenta L. Schoot.
Araceae
Iritasi pada alat kelamin, mengobati luka, sakit perut, gangguan pencernaan, perut kembung, sakit kepala, epilepsi. obat berak darah, digigit ular berbisa, pembalut luka
92
Tebu
Saccharum officinarum L.
Poaceae
Buang air besar berdarah
93
Teh-tehan
Acalypha hispida Burm. F.
Euphorbiaceae
Obat ludah darah, lepra putih, sariawan
94
tumpangan
Hedyotis uncinella Hook. Et. Arn.
Rubiaceae
Anti rematik, peluruh air seni, anti radang
95 96 97
Waru lot Wilada Wortel
Thespesia populnea Soland. Ficus fistulosa Reinw. Daucus carota L.
Malvaceae Moraceae Apiaceae
Sakit kepala, kudis, membasmi kutu kepala Sakit kepala tekanan darah tinggi, kadar kolesterol darah tinggi, kanker, hepatitis, mencegah stroke dan rabun senja, badan lemas, diare kronis pada bayi, campak, cacar air, sembelit, keracunan bahan kimia, menghentikan kebiasaan merokok, sesak nafas, memperindah rambut, meningkatkan hormon seks, radang kandung kemih dan batu ginjal, beri-beri, batu saluran
Kandungan kimia** askorbat (Van Valkenburg 2002b). Tanin, minyak esensial, gula, alkaloid (Darnaedi et al. 2003a). Selulosa, lignin, pentosa, abu, silika, alkohol-benzene (Chew 2003). Pyrrolizidin alkaloid, tanin (Zuhud et al. 2003). Polifenol, saponin, air, protein, karbohidrat, serat, vitamin C (Wilson et al. 1996). Sakarosa, protein, glikoid, saponin, havonoid, polifenol, lemak, air, sukrosa, glukosa, abu (Kuntohartono et al. 1996). Akalifin, saponin, tanin, flavonoid (Siregar 2002). Alkaloid, hedyotine, auricularine alkaloid (Zuhud et al. 2003). Minyak, tanin (Perumal 1998). Air, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, B1, dan C, karbohidrat, serat, β-karoten (Van der Vossen et al. 1994).
93
Lampiran 3 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat di Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No. 98
Nama Lokal Wuru dedek
Nama Ilmiah
Famili
Kegunaan* kencing, nyeri perut, perut kembung. Sakit persendian
Aporosa arborea (Bl.) Muell. Euphorbiaceae Arg. Ket: *: informasi kegunaan dan bagian yang digunakan diperoleh melalui studi pustaka (Heyne, 1987 dan Zuhud et al., 2003) **: informasi kandungan kimia diperoleh melalui studi pustaka (PROSEA dan Zuhud et al., 2003)
Kandungan kimia** Alumunium (Thin et al. 1998).
94
Lampiran 4 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Lindung RPH Guci No 1
Nama Lokal Adas pula sari
Nama Ilmiah Alyxia reinwardti R. Br. Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Famili Apocynaceae
Kegunaan Pegel linu, keseleo
2
Alang-alang
Poaceae
Prostat, pelancar air seni
3
Bambu wulung
Poaceae Zingiberaceae
Pegel linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum Pegel linu
Bawang putih
Giganthochloa atroviolacea Widjaja. Zingiber purpureum Roxb. Allium sativum L.
4
Bangle
5
Amaryllidaceae
Kekebalan tubuh
6
Cangkoba
Elephantopus scaber L.
Asteraceae
Prostat
7
Ciplukan
Physalis angulata L.
Solanaceae
Kanker, struk
8
Combrang
Nicolaia speciosa Bl.
Zingiberaceae
Penurun panas
9
Dringo
Acorus calamus L.
Araceae
Keseleo
Kandungan kimia* Alkaloid, tanin, zat pahit, kumarin, pulasariosid, minyak atsiri, dan asam organik (Roemantyo et al. 2002). Sesquiterpenoid cilindren, lignin graminon A dan B, gula, manitol, glukosa, sakarosa, asam malik, asam citrik, koiksol, arondoin, silindrin, fernenol, simiarenol, dan anemonin (Jonathan et al. 1999). Serat (Widjaja 1995b). Minyak esensial, keton zerumbonmonoterpen, sesquiterpen (Wolff et al. 1999). Minyak atsiri, alildisulfida, dialildisulfida, aliin, alisin, enzim alinase, tioglikosida (skornidin), vitamin A dan B, hormon kelamin, belerang, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, dan vitamin (A1, B1, dan C) (Sulistiarini et al. 1999). Elephantopin, molephantin, molephatinin, phantomolin, deoxyelephantopin, isodeoxyelephantopin (Teik 1999). Physalin D, withaphysalin D dan E, dihydroxyphysalin B, pyrolidin, alkaloid phygrin (Rahayu 2002). Minyak atsiri, zingiberen, zingiberol, felndren, kamfer, limonen, borneol, sitral, sineol, etilmetikketon, zingeton, karbohidrat, minyak damar zingeron, asam-asam organik (malat, eksalat), oleoresin, dan gingerin, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, mangan (Purwaningsih et al. 1999). Minyak atsiri, zingiberen, zingiberol, felndren, kamfer, limonen, borneol, sitral, sineol, etilmetikketon, zingeton, karbohidrat, minyak damar zingeron, asam-asam organik (malat, eksalat), oleoresin, dan gingerin, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalium, fosfor, kalsium, magnesium, mangan (Van Dzu 1999).
95
Lampiran 4 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No 10
Nama Lokal Gandul lanang
Nama Ilmiah Carica papaya L.
Famili Caricaceae
Kegunaan Pegel linu, sakit perut, tonikum, nafsu makan
11
Jahe
Zingiber officinale Roxb.
Zingiberaceae
Penghangat badan
12
Kayu manis
Lauraceae
Penghangat badan
13
Krangean
Leeaceae
Obat nyamuk
14
Kunyit
Cinnamomum burmanniI (Nees&Th.) Leea rubra Bl. ex Spreng. Curcuma domestica Val.
Zingiberaceae
Menambah empedu
15
Petai cina
Leucana glauca (L.) Benth.
Fabaceae
Obat luka
nafsu
Kandungan kimia* Getah caouthouc, damar, papain, papayotin, papayasin, enzim papain, pseudo-karpain, glikosid, karposida, saponin, sakarosa, dekstrosa, levulosa, alkaloid karpain, vitamin A, senyawa karikaksantin, violaksantin, kemopapain, lisosim, lipase, glutamin, siklotransferase, kalium mironat, mirosin (Van Balgooy 1992). Minyak atsiri, zingiberen, zingiberol, felandren, kamfen, limonen, borneol, sitral, sineol, gingerol, zingeton, karbohidrat, minyak damar, asam-asam organik, oleoresin, gingerin, air, protein, lemak, karbohidrat, serat, abu (Sutarno et al. 1999). Minyak atsiri, tanin, damar, lendir (Dao et al. 1999).
makan,
Minyak esensial, phenylpropanoid, terpenoid, flavonoid (Uji 2002). Minyak atsiri, karbohidrat, damar, bisakumol, bisakuron, bisdemetoksikurkumin, kamfer kariofilen, kloroform, sineol, kurkumen, kurkumenol, kurkumin, bis (4-hidro-ksisinamoil) metan, 1,7-bis-(4 hidroksifenil)-1,4,6-heptatrin-3-one, borneol, sam-pen, kurkumenon, kurkuminoid, kurdion, kurlon, kurzerenon, dehidro-kurdion, disinamoilmetan, didemetoksikurkumin, epirokurkumenol, eugenol, feruloksimetan, iso-borneol, isoprokurmenol, limonen, linalol, monodemetoksikurkumin, oleoresin, prokurkumenol, seskuiterpenses, interpen, terpinen, zedoarondol, turmeronol A dan B (Wardini et al. 1999). Mimosin, leukanin, protein, leukanol, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C nitrogen, kalium, magnesium, lignin, selulosa, hemiselulosa, polyphenol (Jones et al. 1997).
96
Lampiran 4 Kandungan Kimia Tumbuhan Obat yang Digunakan oleh Masyarakat di Sekitar Kawasan Hutan Lindung RPH Guci (Lanjutan) No 16
Nama Lokal Pinang
Nama Ilmiah Areca catechu L.
Famili Arecaceae
Kegunaan Obat pegel linu, sakit perut, nafsu makan, tonikum
17
Pisang
Musa paradisiaca L.
Musaceae
Obat luka
18
Salam
Myrtaceae
Kencing manis
19 20
Simbukan Sirih merah
Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Piper decumanum L.
Piperaceae
Perut kembung Sesak nafas, asma, liver
21
Sontak
Asteraceae
Prostat, pelancar air seni
22 23
Sorosoti Talas
Araceae
Prostat, pelancar air seni Obat luka
24
Temulawak
Mikania scandens Willd. Colocasia esculenta L. Schoot. Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Zingiberaceae
Nafsu makan, empedu
25
Tikil balung
Euphorbia tirucalli L.
Euphorbiaceae
Pegel linu, keseleo
26
Tumpangan
Hedyotis uncinella Rubiaceae Obat luka Hook. Et. Arn. Ket: *: informasi kandungan kimia diperoleh melalui studi pustaka (PROSEA dan Zuhud et al., 2003).
Kandungan kimia* Alkaloid, redtanin, lemak, kanji, resin, arekolin, air, protein, karbohidrat, lemak, serat, polyphenol, alkaloid (Brotonegoro et al. 2000) Protein, karbohidrat, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C, asam-asam amino (triptofan,lisin), dan belerang (Espino et al. 1992). Tanin, flavonoid, dan minyak atsiri, selulosa, lignin, pentosa, abu, alkohol-benze (Sardjono 1999). Asam kubesik, kristalin kubebin, minyak esensial, piperin, kadinen (Utami et al. 1999). Kalsium, fosfor, penolik, flavonoid (Ipor et al. 1997). Polifenol, saponin, air, protein, karbohidrat, serat, vitamin C (Wilson et al. 1996). Sesquiterpen, sineol, borneol, minyak atsiri, sikloi-sopren, mirsen, d-kamir, P-tolil, metilkarbinol, ksantorisol, kurkumin (Wardini et al. 1999). Polifenol, glikosida, sapogenin, asam elaf, saponin, sapogenin, euforbon, taraksasterol, tirukarol, eufol, senyawa damar, getah perca, isouforol, asam amino, zat pahit (Thin et al. 1999). Alkaloid, hedyotine, auricularine alkaloid (Zuhud et al. 2003).