STUDI ISLAM DAN LINGKUP KAJIANNYA
Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Pendekatan Studi Islam Dosen Pengampu : Dr. H. Yasin, M.Ag
Oleh : 1. UMMI BARIROH, S.KM
: MP-16001
2. AHMAD KUSAINI
: MP-16002
PROGRAM PASCA SARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2016
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan Tuhan melalui proses setingkat demi setingkat. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian berlangsung di atas hukum alam yang ditetapkan oleh Allah sebagai sunnatullah. Islam merupakan agama yang terakhir sebagai penutup semua agama yang telah ada, islam merupakan agama rahmatal lil a’lamin untuk semua umat.Islam itu dibawakan oleh nabi Muhammad SAW yang mendapat wahyu dari Allah. Untuk mengetahui islam lebih mendalam maka muncullah ilmu yang dinamakan Studi Islam akan tetapi Studi Islam itu sendiri merupakan bidang kajian yang cukup lama. Ia telah ada bersama dengan adanya agama islam maka dari itu Studi Islam menimbulkan berbagai permasalahn yang umum diantaranya : apa penertian Studi Islam, apa ruang lingkup, atau objek Studi Islam, apa tujuan Studi Islam, bagaimana pendekatan dan metodologi dalam Studi Islam. Seiring dinamika dan
perkembangan zaman, kesempatan untuk
mempelajari Studi Islam dapat melalui segala hal, berkaitan dengan persoalan tentang mempelajari Studi Islam, islam memberikan kesempatan secara luas kepada manusia untuk menggunakan akal pikirannya secara maksimal untuk mempelajarinya, namun jangan sampai penggunaannya melampaui batas dan keluar dari rambu-rambu ajaran Allah SWT. Oleh karena itu, islam sebagai ajaran menjadi sebuah topik yang menarik untuk dikaji baik dari kalangan intelektual muslim sendiri maupun sarjanasarjana barat, mulai tradisi orientalis sampai pada sebutan islamisist. Kajian keislaman (Islamic studies) merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas islam baik ajaran, kelembagaan, sejarah maupun kehidupan umatnya. Dalam prosesnya, usaha kajian itu mencerminkan suatu transmisi doktrin-doktrin
2
keagamaan dari generasi ke generasi, dengan menjadikan tokoh-tokoh agama, mulai dari Rasulullah sampai dengan ustad dan para dai sebagai perantara sentral yang hidup. Dari ustad maupun guru kita dapat mengetahui apa itu studi islam, baik pengertian, ruang lingkup, obyek, pendekatan, metodologi. Banyak sekali pendapat-pendapat yang menjelaskan tentang itu semua yang perlu kita kaji bersama dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat kita simpulkan dua permasalahan pokok yang akan penulis bahas dalam makalah ini, yaitu : 1. Apakah pengertian Studi Islam? 2. Bagaimanakah ruang lingkup kajian Studi Islam? 3. Apakah tujuan Studi Islam? 4. Bagaimanakah pendekatan dan metodologi Studi Islam?
3
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Studi Islam Kata Studi Islam secara Etimologi (bahasa) merupakan gabungan dari dua kata yaitu Studi dan Islam. Dan kata studi sendiri memiliki banyak makna, diantaranya Studi berasal dari bahasa Inggris yaitu Study, yang berarti mempelajari atau mengkaji. Dan menurut Lester Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa studi adalah kegiatan yang secara sengaja diusahakan dengan maksud untuk memperoleh keterangan, mencapai pemahaman yang lebih besar atau meningkatkan suatu keterampilan. Kemudian menurut Muhammad Hatta Studi adalah mempelajari sesuatu untuk mengerti kedudukan masalahnya, mencari pengetahuan tentang sesuatu dalam hubungan sebab akibatnya, ditinjau dari jurusan tertentu dan dengan metode tertentu pula. Sedangkan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima dan aslama. Salima mengandung arti selamat, tunduk, dan berserah. Sedangkan aslama juga mengandung arti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Yang disebut dengan muslim adalah orang yang tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada ajaran Islam dan akan selamat dunia dan akhirat.1 Dan Secara Terminologi (Istilah) Kajian Islam atau di Barat terkenal dengan istilah Islamic Studies adalah usaha mendasar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaran-ajarannya, maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarah.2 Pengertian Studi Islam menurut Muhammad Nur Hakim kegunaan istilah Studi Islam bertujuan untuk mengungkapkan beberapa maksud, yaitu :
1
Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk Beluk Pemahaman Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013, hlm. 19-20 2 Ibid, hlm. 21
4
1. Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan programprogram pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai objeknya. 2. Studi Islam yang dikonotasikan dengan materi, subjek, bidang, dan kurikulum atas semua kajian Islam. 3. Studi Islam yang dikonotasikan dengan institusi-institusi pengkajian Islam, baik dilakukan secara formal seperti perguruan tinggi, maupun yang non formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.3
B. Ruang Lingkup Kajian Studi Islam Pada dasarnya pengkajian keislaman mengikuti
pada wawasan dan
keahlian para pengkajinya, sehingga terkesan nuansa kajian mengikuti selera pengkajinya. Secara material, ruang lingkup kajian Islam dalam tradisi Barat (orientalism sscholar) meliputi pembahasan mengenai ajaran, doktrin, pemikiran, teks, sejarah dan institusi keislaman. Pada awalnya ketertarikan sarjana Barat terhadap pemikiran Islam lebih karena kebutuhan atas penguasaan daerah koloni. Mengingat daerah koloni pada umumnya adalah negara-negara yang banyak di domisili warga negara yang beragama Islam, sehingga mau tidak mau mereka harus paham tentang budaya lokal. Kasus ini dapat dilihat pada pada perang Aceh, Snouck Hurgronje (sarjana Belanda) telah mempelajari Islam terlebih dahulu sebelum diterjunkan dilokasi dengan asumsi ia telah memahami budaya dan peradaban masyarakat Aceh yang mayoritas beragama Islam. Islam dipelajari oleh Snock Hurgronje dari sisi landasan normatif maupun praktik bagi para pemeluknya, kemudian dibuatlah rekomendasi kepada para penguasa kolonial untuk membuat kebajikan yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam. Islam dipahami dari sisi ajaran, doktrin dan pemahaman masyarakat dengan asumsi dapat diketahui tradisi dan kekuatan masyarakat setempat. Setelah itu, pemahaman yang telah menjadi input bagi kaum orientalis diambil sebagai dasar kebajikan oleh para penguasa kolonial yang tentunya lebih menguntungkan mereka dibandingkan dengan rakyat banyak di wilayah 3
Muhammad Mustahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011, hlm. 1
5
jajahannya.
Hasil
studi
ini
sesungguhnya
lebih
menguntungkan
kaumpenjajah. Atas dasar masukan ini para penguasa kolonial dapat mengambil kebijakan daerah koloni dengan mempertimbangkan budaya lokal. Atas masukan ini, para penjajah mampu membuat peta kekuatan sosial masyarakat terjajah sesuai dengan kepentingan dan keuntungannya.4 Menurut Muhammad Nurhakim, memang tidak semua aspek agama, khususnya Islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi Islam, ada beberapa aspek tertentu dari Islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu : 1. Islam sebagai Doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya. 2. Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agama. 3. Interaksi sosial yaitu realitas umat Islam. 5 Sementara menurut Muhammmad Amin Abdullah terdapat tiga wilayah keilmuan agama Islam yang dapat menjadi Objek Studi Islam, yaitu : 1. Wilayah praktik keyakinan dan pemahaman terhadap wahyu yang telah diintrepretasikan sedemikian rupa oleh para ulama, tokoh panutan masyarakat pada umumnya. Wilayah praktik ini umumnya tanpa melalui klarifikasi dan penjernihan teoritik keilmuan yang dipentingkan disini adalah pengalaman. 2. Wilayah-wilayah teori keilmuan yang dirancang dan disusun sistematika dan metodologinya oleh para ilmuan, para ahli, dan para ulama sesuai bidang kajiannya masing-masing. Apayang ada pada wilayah ini sebenarnya tidak lain dan tidak bukan adalah “teori-teori” keilmuan agama Islam, baik secara deduktif dari nash-nash atau teks-teks wahyu, maupun secara induktif dari praktik-praktik keagamaan yang hidup 4 5
hlm. 13
Jamali Sahordi, Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011, hlm. 57 M. Nur Hakim, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004,
6
dalam masyarakat era kenabian, sahabat, tabi’in maupun sepanjang sejarah perkembangan asyarakat muslim dimanapin mereka berada. 3. Telaah kritis yang lebih populer disebut metadiscourse, terhadap sejarah perkembangan jatuh bangunnya teori-teori yang disusun oleh kalangan ilmuan dan ulama pada lapis kedua. Wilayah pada lapis ketiga yang kompleks dan sophisticated inilah yang sesungguhnya dibidangi oleh filsafat ilmu-ilmu keislaman.6 Sedangkan menurut M. Atho’ Mudzhar menyatakan bahwa objek kajian Islam adalah substansi ajaran-ajaran Islam, seperti kalam, fiqih dan tasawuf. Dalam aspek ini agama lebih bersifat penelitianbudaya, hal ini mengingat bahwa ilmu-ilmu keislaman semacam ini merupakan salah satu bentuk doktrin yang dirumuskan oleh penganutnya yang bersumber dari wahyu Allah melalui proses penawaran dan perenungan. Ketika seseorang mempelajari bagaimana ajaran Islam tentang sholat, haji, zakat, haji, tentang konsep keEsa-an Allah, tentang argumen adanya Tuhan, tentang aturan etika dan nilai moral dalam Islam, berarti sedang mempelajari Islam sebagai gejala Budaya.7
C. Tujuan Studi Islam Dalam adagium ushuliyah dinyatakan bahwa al-umur bi maqashidiyah, bahwa setiap tindakan dan aktifitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Adagium ini menunjukkan bahwa pendidikan serharusnya berorientasi pada tujuan yang ingin dicapai, bukan semata –mata berorientasi pada sederetan materi. Sehingga tujuan study Islam terlebih dahulu harus dirumuskan, sebelum komponen-komponen lainnya.8 Sesuai perkembangan masyarakat yang semakin dinamis sebagai konsekuensi dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka aktualisasi nilai-nilai al-Qur’an menjadi sangat penting. Karena tanpa aktualisasi kitab suci ini, umat Islam akan menghadapi kendala dalam upaya internalisasi nilainilai al-Qur’ani sebagai upaya pembentukan pribadi umat Islam yang 6
Ngainun Naim, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009, hlm. 8-9 Muhammad Mustahibun Nafis, Opcit, hlm. 9 8 Ibid, hlm. 57 7
7
bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, maju, dan mandiri , atau disebut dengan insane kamil. Pribadi semacam inilah yang menjadi tujuan study Islam sebagaimana dirumuskan oleh al-Ghazali. Dalam mewujudkan Islam kamil, pendidikan Islam ditujukan sebagai proses transfer pengetahuan (transfer of knowledge), transfer metode (transfer of methodology), dan transfer nilainiilai (transfer of values). Study Islam sebagai media transfer pengetahuan dapat ditinjau dari perspektif perspektif human capital, pendidikan tidak dipandang sebagai barang konsumsi saja tetapi juga sebagai sebuah investasi. Hasil investasi ini berupa tenaga kerja yang mempunyai pengetahuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilannnya dalam proses produksi dan pembangunan pada umumnya. Secara normative tujuan yang ingin dicapai pendidikan Islam meliputi tiga dimensi yaitu: 1. Dimensi spiritual, yaitu iman, takwa, dan akhlak mulia (yang tercermin dalam ibadah dan muamalah). Dimensi spiritual ini tersimpul dalam satu kata yaitu akhlak mulia, yang menurut M. Athiyah Al-Abrasyi sebagai tujuan utama study Islam. Sementara menurut Said Aqil Husein al-Munawar, akhlak merupakan alat control psikis dan sosial bagi individu dan masyarakat. Tanpa akhlak, manusia akan berada dalam kumpulan binatang yang tidak memliliki tata nilai dalam kehidupannya. Rasulullah saw. Merupakan sumber akhlak yang hendaknya diteladani oleh orang mukmin, seperti tercermin dalam sabdanya: “Sesungguhnya aku diutus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. 2. Dimensi budaya, yaitu kepribadian yang mantap dan mandiri, tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Dimensi ini secara universal
menitikberatkan pada pembentukan kepribadian muslim sebagai individu yang diarahkan kepada peningkatan dan pengembangan factor dasar
8
(bawaan) dan factor ajar (lingkungan) dengan berpedoman kepada nilainilai keislaman. 3. Dimensi kecerdasan yang membawa kemajuan, yaitu cerdas, aktif, disiplin, inovatif, produktif, dan sebagainya. Dimensi kecerdasan dalam pandangan psikologi merupakan sebuah proses yang mencakup tiga hal: analisis, kreatifitas, dan praksis. Upaya yang dilakukan dalam study Islam tentunya tidak cukupn di ruang kelas atau disekolah saja. Sebab lembaga yang mempunyai peran sesungguhnya adalah keluarga. Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga memiliki dampak langsung terhadap kehidupan peserta didik dan masyarakat itu sendiri. Disinilah anak mendapatkan imu pengetahuan pertama kalinya sebelum mendapatkan dari lembaga lain.9 Studi islam sebagai sebuah kajian secara sistematis terhadap islam memiliki sebuah tujuan kegiatan apapun, apalagi studi islam, akan lebih mudah tercapai manakala ditetapkan tujuannya secara konkret. Secara garis besar tujuan studi islam adalah: 1. Mempelajari secara mendalam tentang hakikat islam, bagaimana posisinya dengan agama lain, dan bagaimana hubungannya dengan dinamika oerkembangan yang terus berlangsung. 2. Mempelajari secara mendalam terhadap sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis serta aktualisasinya sepanjang sejarah. 3. Mempelajari secara mendalam terhadap pokok isi ajaran islam yang asli, dan bagaimana operasionalisasinya dalam pertumbuhan budaya dan peradaban islam sepanjang sejarah. 4. Mempelajari secara mendalam terhadap prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar ajaran islam dan bagaimana perwujudannya dalam membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern ini.
9
Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustakan Rizki Putra, 2008 hlm. 21-24
9
Dengan menyimak terhadap 4 tujuan ini studi islam diharapkan akan lebih jelas arahnya. Tujuan ini menjadi semacam titik yang akan dituju dengan berbagai sarana dan metode untuk mencapainya. Dengan kerangka tujuan semacam ini, studi islam diharapkan tidak sekedar sebagai sebuah wawasan normatif, tetapi juga konstektual, aplikatif, dan memberikan kontribusi konkret terhadap dinamika dan perkembangan yang ada.
D. Pendekatan dan Metodologi Studi Islam Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri. Setiap disiplin ilmu memiliki kekhususan metodologi sebab tidak ada sebuah metode yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang pengkaji telah menentukan pendekatan yang digunakannya, akan dengan mudah terbaca langkah-langkah metodologis yang digunakan. Jika seorang pengkaji keislaman telah menentukan pendekatan yang digunakannya, pembaca dapat melihat, bahkan menguji kelurusan logika dan langkah metodologis yang harus dilakukan. Kalaupun terjadi perbedaan, mungkin diperbolehkan hanya pada aspek pengembangannya saja, namun tidak diperbolehkan melenceng dari metode dan prinsip-prinsipnya yang berlaku dalam disiplin ilmu itu. Sesungguhnya di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini., perkembangan ilmu harus dibarengi pula dengan perkembangan metodologi dan semakin mendalamnya kajian akan ditentukan berdasarkan pendekatan dan disiplin ilmunya.10 Menurut Marylin R. Waldman, sejarah agama dapat diajarkan melalui dua pendekatan:
10
Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008, hlm. 64-66
10
Teologis yaitu mengenai tindakan realitas tertinggi dan mutlak didunia ini. Humanis yaitu mengenai respons manusia terhadap kehadiran realitas tertinggi tersebut. Disamping itu, sejarah agama juga dapat disampaikan dalam bahasa agama yang plural, yang menekankan pemisahan berbagai tradisi dan dalam bahasa agama yang tunggal yang menekankan religiolitas sebagai satu-satu nya dimensi pengalaman manusia.Pendekatan humanistis digunakan untuk mengkaji bahasa agama yang plural maupun yang tunggal, namun ia seringkali dipakai untuk yang tersebut terakhir. Salah satu pendekatan humanistis adalah pendekatan antropologis yang dapat digunakan untuk mengkaji sejarah islam oleh pengamat luar yang berusaha secara mendalam untuk melihat islam secara simpatik. Berkaitan dengan penggunakan pendekatan,
Waldmand
memberikan
dua
catatan
penting.
Pertama,
pemahaman manusia tentang tradisi agama, baik miliknya sendiri maupun milik orang lain, bersifat terbatas.Demikian pula, kualitas pemahaman orang luar dan orang dalam adalah bertingkat-tingkat, bahkan terkadang pemahaman org luar lebih baik. Kedua, keunikan sebuah tradisi hanya tampak jika agama adalah subbeknya, yakni hanya ketika tradisi yang ada diletakan dalam konteks keberagaman manusia.Karena itu pendekatan humanitis tidak menolak pendekatan teologis, ia hanya mengurunginya ( ephoche) sehingga membuat pemahaman timbal balik. Pendekatan humanitis bahwa ada sesuatu pada banyak level yang harus kita pelajari dari orang lain. Jadi pendekatan teologis harus ditambahkan agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Pendekatan antropologis dapat membantu non muslim memahami aspekaspek tertentu dari kecenderungan bahwa agama harus ditumbuhkan dan disakukan dalam kehidupan koimunitas secara keseluruhan dan bahwa sekularisasi oleh teknologi modern bukan merupakan kemajuan. Menurut Adams, dia mengemukakan ada dua pendekatan dalam kajian studi islam yaitu:
11
1. Pendekatan normatif adalah pendekatan yang di jiwai oleh motifasi dan tujuan keagamaan. 2. Pendekatan deskriptif muncul sebagai jawaban terhadap motifasi keingintauan intelektual atau akademis.11 Untuk melakukan studi islam, ada beberapa istilah yang perlu dipahami dengan baik. Pemahaman terhadap istilah-istilah ini akan memudahkan untuk memasuki bidang studi islam. Istilah-istilah tersebut adalah ; Pendekatan, metode, dan metodologi. Tetapi jika kita melakukan telaah secara mendalam dan kritis, antara keduanya terdapat perbedaan, walaupun perbedaannya sangat tipis. Metode merupakan cara mengerjakan sesuatu ( a way of doing something). Sementara pendekatan adalah cara memperlakukan sesuatu ( a way of dealing with something). Dengan mencermati pengertian ini, dapat kita pahami bahwa perbedaan antara keduanya tertetak pada perlakuan atas objek. Metoode cenderung menganggap sebuah objek sebagai entitas pasif.Sementara pendekatan cenderung mengaanggap sebuah objek yang aktif. Ketika seseorang akan memperlakukan sesuatu, misalnya saja, kuda sebagai objek yang aktif, maka ia berarti sedang melakukan pendekatan tehadap kuda.Sementara ketika ia memperlakukan perawatan terhadapnya, kuda dianggap sebagai benda pasif, maka sesungguhnya ia sedang melakukan metode perawatan kuda. Dalam konteks kajian islam, ketika seseorang ingin mengkaji islam, dan menganggapnya sebagai sebagai entitas yang aktif dan dinamis, maka sesungguhnya ia sedang melakukan pendekatan atas Islam. Sementara metodologi berasal dari tiga kata yunani yaitu, meta, hetodos, dan logos . Meta berarti menuju, melaui, dan mengikuti. Hetodos berarti jalan atau cara. Maka kata metodos ( metode) berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu.Ketika kata metode digabung dengan kata logos maka maknanya berubah. Logos berarti ‘’ studi tentang” atau “teori tentang” . Metodologi disebut pula sebagai ‘ science of methods’ yaitu ilmu 11
Tholhatul Choir, Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer, Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 254
12
yang membicarakan cara, jalan atau petunjuk praktis dalam penelitian, sehingga metodologi penelitian membahas tentang konsep teoritik berbagai metode. Dalam islam, kajian tentang metode-metode studi islam merupakan metodologi. Oleh karena itu, metodologi dalam studi islam bersifat teoritis.12
12
Ngainun Naim, Opcit, hlm. 10
13
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari sisi pengertian studi islam secara sederhana adalah usaha mendasar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk yang berhubungan dengan agama Islam, baik ajaranajarannya, maupun praktek-praktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarah. Dalam konteks khusus studi islam, ada beberapa aspek tertentu dari islam yang dapat menjadi objek studi, yaitu : o Islam sebagai doktrin dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final, dalam arti absolut, dan diterima secara apa adanya. o Sebagai gejala budaya yang berarti seluruh apa yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya. o Interaksi sosial yaitu realitas umat islam. Istilah “pendekatan” merupakan kata terjemahan dari bahasa inggris, approach. Maksudnya adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah study atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena tujuan disiplin ilmmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau penelitian itu sendiri. Metode merupakan cara mengerjakan sesuatu ( a way of doing something). Sementara pendekatan adalah cara memperlakukan sesuatu ( a way of dealing with something).
B. Kritik dan Saran Demikian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan kita. Kritik dan Saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan penyusunan makalah ini.
14
Daftar Pustaka
Choir Tholhatul, Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer, Pustaka Pelajar, 2009. Hakim M. Nur, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004. Khoiriyah, Memahami Metodologi Studi Islam (Suatu Konsep tentang Seluk Beluk Pemahaman Ajaran Islam Studi Islam dan Isu-isu Kontemporer dalam Studi Islam), Yogyakarta: Teras, 2013. Nafis Muhammad Mustahibun, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras, 2011. Naim Ngainun, Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: Teras, 2009. Sahordi Jamali, Metodologi Studi Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011. Sahrodi Jamali, Metodologi Studi Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008. Tantowi Ahmad, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, Semarang : Pustakan Rizki Putra, 2008.
15