Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR LAUNDRYSEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN KARBON AKTIF TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinuscarpio L) Yuli Pratiwi1, Sri Sunarsih1,Winda Febria Windi2 1
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Sains Terapan,Institut Sains & Teknologiakprind Yogyakarta E-mail:
[email protected]
INTISARI Limbah cair laundry mengandung deterjen yang dapat menyebabkan pencemaran air dan bersifat toksik bagi bioindikator (Cyprinus carpio L). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kualitas limbah cair laundry dan toksisitas limbah cair laundry terhadap Lethal Concentration 50%(LC50) bioindikator, sebelum dan sesudah diolah dengan tawas dan karbon aktif.Limbah diambil dari salah satu usaha laundry yang berada di wilayah Kelurahan Demangan Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dalam lima tahap yaitu : 1) uji toksisitas limbah sebelum pengolahan; 2) menentukan volume tawas (80, 100, 120, 140, dan 160 mL) serta tinggi karbon aktif (10, 20, 30, 40, dan 50 cm) yang optimum. 3) proses pengolahan limbah cair laundry dengan tawas dan karbon aktif optimum; 4) uji toksisitas limbah sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif; 5) analisis limbah cair sebelum dan sesudah pengolahan (deterjen, COD, TSS, dan fosfat dengan spektrofotometer DR -2000 “HACH”, pH dengan kertas indikator pH, temperatur dengan thermometer, konduktivitas dan TDS dengan Conductivity/TDS meter “HACH”, serta BOD dengan titrasi).Data penelitian menunjukkan volume tawas optimum 140 mL dan karbon aktif optimum 50 cm. Efisiensi penurunan: ph 5,52%; konduktivitas 58,90%; BOD 82,00%; COD 81,39%; TSS 92,25%; TDS 55,56%; deterjen 57,72%; fosfat 92,28%. Toksisitas limbah cair laundry terhadap bioindikator sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif berdasarkan LC500-96 jam adalah 10,93 % (0 jam) sampai 8,06 % (96 jam). Sedangkan nilai LC500-96 jam setelah pengolahan adalah 75,40 % (0 jam) sampai 45,49 % (96 jam). Prosentase peningkatan kualitas limbah cair laundry terhadap bioindikator berdasarkan LC500-96 jam adalah 82,23 % - 85,50 %. Kata kunci: limbah cair laundry, uji toksisitas, tawas, karbon aktif, bioindikator(Cyprinuscarpio L)
PENDAHULUAN Laundry adalah salah satu kegiatan rumah tangga yang menggunakan deterjen sebagai bahan pembantu untuk membersihkan pakaian, karpet, dan alat-alat rumah tangga lainnya. Kehadiranjasa laundry ini dapat membawa manfaat yang cukup besar bagi perekonomian dengan megurangi jumlah pengangguran serta meningkatkan taraf hidup manusia. Namun limbah laundry juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan terutama adanya deterjen, jika limbah yang dihasilkan tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Deterjen mengandung zat surface active (surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik. Surfaktan yang digunakan dalam deterjen adalah jenis anionik dalam bentuk sulfat dan sulfonat. Surfaktan sulfonat yang dipergunakan adalah Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) dan Linier Alkyl Sulfonate (LAS). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut (Prihessy, 1999). Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap biota yang adayaitu dalam bentuk Lethal Concentration (LC50 ).Jadi uji toksisitas digunakan untuk mengevaluasi besarnya konsentrasi toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan biologis. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi; memenuhi syarat umur, berat, dan panjang; serta sesuai dengan ikan yang hidup diperairan yang tercemar. Ikan mas (Cyprinus carpio L) adalah salah satu jenis ikan yang memenuhi persyaratan tersebut karena ikan ini sangat peka, mudah dipelihara, penyebarannya merata, mudah ditemukan, dan memenuhi syarat untuk uji toksisitas (Pararaja, 2008). Karakteristik limbah cair laundryadalah kandungan yang melebihi baku mutu pada parameter: deterjen, pH, temperatur, konduktivitas, BOD, COD, TSS, dan TDS (BakuMutuKegiatan Industri A-298
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Laundry ) serta fosfat (BakuMutuKegiatan Industri Lainnya) menurut PeraturanGubernur DIY No.7 Tahun 2010. Untuk menghilangkan efek toksik dari limbah cair laundry diperlukan suatu pengolahan limbah secara sederhana dan mudah diterapkan yaitu dengan cara koagulasi flokulasi menggunakan tawas dan adsorpsi karbon aktif yang diharapkan dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek toksik limbah cair laundry terhadap bioindikator (Cyprinuscarpio L) dan menentukan nilai LC50, serta mengetahui efektivitas penurunan hasil pengolahan limbah cair laundry dengan menggunakan tawas dan karbon aktif yang diharapkan dapat sesuai dengan baku mutu lingkungan. METODE
Persiapan alat dan bahan
Pengambilan sampel limbah cair laundry
Uji toksisitas sebelum pengolahan dengan menggunakan tawas dan karbon aktif dengan konsentrasi 0-100% pada uji pendahuluan dan 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 % pada uji sesungguhnya.
Proses pengolahan dengan menggunakan tawas 1 % 140 mL dan karbon aktif 50 cm
Uji toksisitas sesudah pengolahan dengan menggunakan tawas dan karbon aktif dengan konsentrasi 0-100% pada uji pendahuluan dan 0, 40, 42, 44, 46, 48, dan 50 % pad uji sesungguhnya.
Analisis data : 1. Kualitas limbah cair laundry sebelum dan sesudah pengolahandengan parameter pH, temperatur, konduktivitas, TSS, dan TDS, deterjen, BOD, COD, dan fosfat. Kemudian dibandingkan baku mutu limbah cair industri laundry menurut Peraturan Gubernur DIY no.7 tahun 2010 2. Penentuan volume tawas dan tinggi karbon aktif optimum. 3. Nilai LC limbah cair laundry pada bioindikator (Cyprinuscarpio L) sebelum dan 50
sesudah diolah dengan tawas dan karbon aktif yaitu dengan analisis probit dan regresi linier.
Gambar 1. Tahap penelitian Sampel limbah cair laundryuntuk penelitian adalah dari salah satu usahalaundry yang berada Kelurahan Demangan Yogyakarta dan berasaldari proses pencucian utama sampai pembilasan sebelum dibuang di selokan. Sampel ditampung di jerigen, kemudian dicampur sampai homogen sebelum dipakai untuk uji toksisitas, serta proses pengolahan limbah dengan tawas dan karbon aktif. Pengambilan sampel dengan metode sampel sesaat (grab samples) yaitu sampel diambil sesaat/ satu kali saja.Variabel penelitian meliputi variabel bebas yaitu: variasi konsentrasi limbah cair laundry untuk menentukan LC50 pada uji pendahuluan ( 0, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, dan 100 %) dan uji sesungguhnya; volume penambahan koagulan tawas 1% pada proses pengolahan limbah (80, 100, A-299
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
120, 140, 160 mL) dengan jar test; tinggi karbon aktif (10, 20, 30, 40, 50 cm). Variabel terikat meliputi parameter: LC50, deterjen, pH, temperatur, konduktivitas, BOD, COD, TSS, TDS, dan fosfat. PEMBAHASAN Hasil analisis limbah cair laundrysebelum dan sesudah diolah menggunakan tawas dan karbon aktif disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis limbah lair laundry sebelum dan sesudah pengolahan Parameter pH* Temperatur*
Satuan
Efisiensi penurunan (%) 5,52
Baku Mutu
6,0 – 9,0 ± 3oC thd suhu udara Konduktivitas* µmhos/cm 610 179,28 70,60 1562,5 BOD* mg/L 150 27 82,00 50 COD* mg/L 231 43 81,39 125 TSS* mg/L 120 9,3 92,25 50 TDS* mg/L 309 71,94 76,72 1000 Deterjen* mg/L 4,21 1,78 57,72 5 Fosfat ** mg/L 5,31 0,41 92,28 3 (*) Baku mutu menurut Peraturan Gubernur DIY No. 7 Thn 2010 kegiatan industri laundry (**) Baku mutu menurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun 2010 untuk kegiatan lainnya o
C
Hasil Analisis Sebelum Sesudah 6,0 6,5 29,0 27,4
Berdasarkan analisis limbah cair laundrysebelum dan sesudah pengolahan (Tabel 1), parameter yang melampaui baku mutu untuk kegiatan industrilaundrymenurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun 2010 sebelum pengolahan meliputi: BOD, COD, TSS, dan deterjen serta fosfat berdasarkan baku mutu untuk kegiatan lainnya. Sedangkan pH, temperatur, konduktivitas, TDS, dan deterjen masih di bawah baku mutu. Kadar pencemaran setiap parameter sebelum dan sesudah pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif mengalami perbaikan. Temperatur dan pH mengalami perbaikan terlihat dengan sesudah pengolahan mendekati standar baku mutu yang ditetapkan. Konduktivitas mengalami perbaikan sebesar 70,60 %, BOD = 82,00%, COD = 81,39%, TSS 92,25%, TDS =76,72 %, deterjen 57,72%, fosfat 92,28 %. Berdasarkan hasil jar test(Tabel2)untuk parameter:1) temperatur limbah cair laundry mengalami penurunan dan mendekati temperatur ruangan pada tawas 120 mL yaitu 28,00oC; 2) COD pada penambahan tawas 1% 140 mL turun menjadi 71,67 mg/L dengan efisiensi penurunan 63,79%, sedangkan pada 140 mL dianggap optimum karena pada tawas 160 mL terjadi peningkatan berarti bahwa kadar tawas sudah jenuh dan menimbulkan pencemaran. Kadar COD pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah COD menjadi 99,67 mg/L dalam limbah cair laundry.Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 3) BOD pada penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi 32,33 mg/L dengan efisiensi penurunan 73,79 %. Kadar BOD pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah BOD menjadi 57,33 mg/L dalam limbah cair laundry. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 4) kadar deterjen pada penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi 2,32 mg/L dengan efisiensi penurunan 46,17%. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar deterjen pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah deterjen menjadi 2,79 mg/L dalam limbah cair laundry. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 5) kadar fosfat pada penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi1,42 mg/L dengan efisiensi penurunan 73,85%. Penambahan tawas pada limbah cair laundry akan menurunkan kadar fosfat. Hal ini karena tawas akan mengendapkan kadar fosfatnya. Dengan reaksi sebagai berikut: Al2(SO4)3 + 2HPO4–22AlPO4 + 3SO4-2 + 2H+ A-300
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Hal ini menunjukkan bahwa kadar fosfat pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah fosfat dalam limbah cair laundry. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas. Tabel 2. Hasil analisis Jar Test Parameter
Temperatur* Efisiensi Temperatur COD* Efisiensi COD BOD* Efisiensi BOD Deterjen* Efisiensi Deterjen Fosfat** Efisiensi Fosfat TSS* Efisiensi TSS pH* Efisiensi pH TDS*
Limbah cair baku 29,00 0,00
Tawas 1% 80 80 100mL mL/L /L 28,50 28,30 3,37 3,37
120 mL/L 28,00 4,71
140 mL/L 28,00 4,71
160 mL/L 28,00 4,71
Baku mutu
197,67 0,00
116,33 41,15
102,0 48,40
78,00 60,54
71,67 63,74
99,67 49,58
125 mg/L
123,33 0,00
72,00 41,62
60,67 50,81
40,67 67,02
32,33 73,79
57,33 53,51
50 mg/L
4,31 0,00
3,03 29,70
2,77 35,73
2,43 43,62
2,32 46,17
2,79 35,27
5 mg/L
5,43 0,00
2,85 47,51
2,09 61,51
1,61 70,35
1,42 73,85
2,49 54,14
3 mg/L
99,67 0,00
72,33 27,43
55,67 44,15
37,67 62,21
30,67 69,23
53,67 46,15
50 mg/L
8,00 0,00 307,67
8,00 0,00 264,67
7,60 5,00 237,00
7,60 5,00 172,67
7,50 6,25 166,0 0 46,05
5,80 27,50 179,67
6,0-9,0
± 3oC thd suhu
1000 mg/L
Efisiensi 0,00 13,98 22,97 43,88 41,60 TDS Konduktivits 603,33 473,33 413,7 385,00 371,3 401,33 1562,5 * 3 µmhos/cm Efisiensi 0,00 21,55 31,44 36,19 38,45 33,48 konduktivita s (*) Baku mutu menurut Peraturan Gub.DIY No. 7 Tahun 2010 untuk kegiatan industrilLaundry
(**) Baku mutu menurut Peraturan Gub.DIY No.7 Tahun 2010 untuk kegiatan lainnya 6) TSS pada penambahan tawas 1% 140 mL turun menjadi30,67 mg/L dengan efisiensi penurunan 69,23%. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa kadar TSS pada tawas 160 mL menyebabkan meningkatnya jumlah TSS dalam limbah cair laundry menjadi 53,67 mg/L. Hal ini disebabkan oleh larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 7) jar testdengan tawas dapat menurunkan pH. Ion Al3+ dari tawas (Al2 (SO4)3) yang terhidrolisis dalam air akan mengikat senyawa OH- dari air dan membentuk endapan Al(OH3), sehingga air menjadi kelebihan H+ dan kemudian berikatan dengan senyawa sulfat membentu asam sulfat. Pembentukan asam sulfat tersebut menyebabkan turunnya pH air; 8) TDS pada penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi166,00 mg/L dengan efisiensi penurunan 46,05 % pada tawas 1% 140 mL. Tawas mampu menurunkan jumlah padatan terlarut dalam limbah cair. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada penambahan tawas 160 mL terjadi peningkatan nilai TDS-nya menjadi 179,67 mg/L, hal ini disebabkan larutnya kembali ion-ion Al3+ dan juga terbentuknya garam-garam sulfat terlarut yang dihasilkan oleh hidrolisis tawas; 9)konduktivitas penambahan tawas 1% 140 mL dapat turun menjadi371,33 µmhos/cm dengan efisiensi penurunan sebesar 38,45 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada penambahan tawas 160 mL terjadi peningkatan nilai konduktivitasnya menjadi 401,33 µmhos/cm. A-301
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Dari hasil pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif yang optimum (Tabel 3) kadar tawas 1% 140 mL dan tinggi karbon aktif 50 cm. Hal ini dilihat dari besarnya persentase penurunan parameter yang dianalisis mencapai kadar optimum yang meliputi: temperatur dapat diturunkan sampai 27,50o C; kadar COD dapat diturunkan sampai 42,67 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 81,50%; kadar BOD dapat diturunkan sampai 26,33 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 82,45%; kadar deterjen dapat diturunkan sampai 1,78 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 57,72%; kadar fosfat dapat diturunkan sampai 0,41 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 92,23%; pH dapat diturunkan sampai 7,50 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 6,25 %; kadar TDS dapat diturunkan sampai 71,94 mg/L dengan efisiensi penurunan sebesar 76,72 %; konduktivitas dapat diturunkan sampai 179,33 µmhos/cm dengan efisiensi penurunan sebesar 70,60%. Tabel 3. Hasil analisis karbon aktif Parameter Temperatur* Efisiensi Temperatur COD* Efisiensi COD BOD* Efisiensi BOD Deterjen* Efisiensi Deterjen Fosfat** Efisiensi Fosfat TSS* Efisiensi TSS pH* Efisiensi pH TDS* Efisiensi TDS Konduktivits* Efisiensi konduktivitas
Limbah cair baku 29,00
10 cm 28,00
20 cm 28,00
Karbon aktif 30 cm 40 cm 27,50 27.50
Baku mutu
0,00
3,45
3,45
5,17
5,17
5,17
230,67 0,00 150,00 0,00 4,21 0,00
91,33 60,41 58,33 61,11 2,20 47,74
79,00 65,75 48,67 67,55 2,10 50,12
63,00 72,69 37,33 75,11 1,93 54,16
51,00 77,89 31,67 78,89 1,91 54,63
42,67 81,50 26,33 82,45 1,78 57,72
125 mg/L
5,28 0,00
1,18 77,65
0,93 82,39
0,71 86,55
0,54 89,77
0,41 92,23
3 mg/L
119,67 0,00 8,00 0,00 309,00 0,00 610,00
38,67 67,69 8,00 0,00 240,33 22,22 500,33
27 77,44 7,60 5,00 179,33 41,96 351,00
21,67 81,89 7,60 5,00 135,67 56,09 271,33
15,67 86,91 7,50 6,25 109,0 64,72 207,67
9,33 92,20 5,80 27,50 71,94 76,72 179,33
50 mg/L
0,00
17,98
42,46
55,51
65,91
70,60
50 cm 27.50
± 3oC thd suhu
50 mg/L 5 mg/L
6,0-9,0 1000 mg/L 1562,5 µmhos/cm
(*) Baku mutu menurut Peraturan Gubernur DIY No. 7 Tahun 2010 untuk Kegiatan industri laundry (**)Baku mutu menurut PeraturanGubernur DIY No.7 Tahun 2010 untuk kegiatan lainnya
Berdasarkan Tabel 4 dan Gambar 2, kelompok sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif LC50–96 jam = 0,1 % jadi terletak pada interval konsentrasi limbah cair laundry 0–10 %. Pada kelompok sesudah pengolahan (Tabel 4 dan Gambar 3) diperoleh bahwa LC50–96 jam = 49,91% dan terletak pada interval konsentrasi 40–50 %. Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundrydan jumlah mortalitas bioindikator pada uji pendahuluan ini dapat diketahui berdasarkan nilai koefisien korelasi yang diberi simbol r dengan kisaran nilai antara -1 sampai 1. Nilai r dapat dilihat pada hasil analisis regresi linier dengan SPSS. Nilai koefisien korelasi pada kelompok sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r = 0,270 , sedangkan pada kelompok sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif r = 0,913. Berdasarkan besarnya nilai koefisien korelasi dapat diartikan bahwa ada hubungan korelasi positif antara konsentrasi limbah cair laundrydan jumlah mortalitasbioindikator , artinya semakin tinggi konsentrasi limbah cair laundry maka akan semakin banyak bioindikator yang mati
A-302
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Tabel 4. Mortalitas bioindikator pada uji pendahuluan ∑ Bioindikator (Ekor)
Kadar limbah cair laundry (%)
Mortalitas bioindikator (%) pada pengamatan ke 0 jam S
SP
24 jam S
SP
48 jam S
10 0 0 0 0 0 0 10 10 0 0 80 0 80 10 20 80 0 80 0 100 10 30 100 0 100 0 100 10 40 100 10 100 20 100 10 50 100 20 100 30 100 10 60 100 20 100 40 100 10 70 100 30 100 40 100 10 80 100 40 100 50 100 10 90 100 50 100 70 100 10 100 100 50 100 70 100 Keterangan: S : Sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif SP: Sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif
72 jam
96 jam
SP
S
SP
S
SP
0 0 0 10 20 30 50 60 70 80 90
0 80 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 10 10 10 30 40 50 80 80 90 100
10 80 100 100 100 100 100 100 100 100 100
0 10 10 20 30 60 70 90 90 100 100
Gambar 2. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji pendahuluan sebelum dilakukan pengolahan
Gambar 3. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji pendahuluan sesudah dilakukan pengolahan Pada Tabel 5 dan Gambar 4, terlihat mortalitas rata-rata bioindikator yang hidup di limbah cari laundry sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif pada pengamatan 0 jam yaitu A = 0,0 %, B = 0,0 %, C = 0,0 %, D = 0,0 %, E = 3,3 %, F = 16,7 %, dan G = 23,3 %. Pada pengamatan24 jam yaitu : A = 0,0 %, B = 0,0 %, C = 0,0 %,
A-303
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Tabel 5. Mortalitas bioindikator pada uji sesungguhnya Perlakuan
A
B
C
D
E
F
G
∑ bioindi kator (Ekor) 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Kadar limbah cair laundry (%) S SP 0
0
0
40
2
42
4
44
6
46
8
48
10
50
Mortalitas bioindikator (%) pada pengamatan ke0 jam S 10 10 20 20 20 30 20
SP 10 10 10 10 10 20 10 20 30 20 40
24 jam S 10 10 10 20 20 30 30 30 30
SP 10 10 10 10 20 20 20 30 20 30 30 40 40 40 50
48 jam S 10 10 20 10 20 20 30 30 40 40 60 50
SP 10 10 10 20 20 30 40 30 40 40 40 50 40 50 50 50 60
72 jam S 10 20 20 20 20 30 30 40 40 40 60 60 60
SP 10 10 10 10 30 20 40 40 40 50 40 50 50 50 60 60 60 70
96 jam S 10 10 10 10 10 20 30 20 30 30 30 40 40 50 70 60 80
SP 10 10 20 20 30 30 30 40 50 50 60 50 60 60 60 70 70 70 80
Keterangan: S:Sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif SP:Sesudah pengolahan dengan tawas dan karbon aktif
Gambar 4. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji sesungguhnya sebelum dilakukan pengolahan D = 0.0 %, E = 10 %, F = 23,3 %, dan G = 30,0 %. Pada pengamatan 48 jam yaitu: A = 0,0 %, B = 0,0 %, C = 0,0 %, D = 13,3 %, E = 16,7 %, F = 33,3 %, dan G = 50 %. Pada pengamatan 72 jam yaitu: A = 0,0 %, B = 0,0 %, C = 3,3 %, D = 20 %, E = 26,7 %, F = 40,0 %, dan G = 60,0 %. Pada pengamatan 96 jam yaitu: A = 3,3 %, B = 3,3 %, C = 10 %, D = 23,3 %, E = 30,0 %, F = 43,3 %, dan G = 70 %.
Gambar 5. Grafik mortalitas bioindikator (Cyprinus carpio L) di limbah cair laundry pada uji sesungguhnya sesudah dilakukan pengolahan A-304
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
Mortalitas rata-ratabioindikator yang hidup di limbah cai laundry sesudah pengolahan (Tabel 5 dan Gambar 5) dengan tawas dan karbon aktif pada pengamatan 0 jam yaitu A = 0,0 %, B = 0,0 %, C = 0,0 %, D = 6,7 %, E = 10,0 %, F = 16,7 %, dan G = 30,0 %. Pada pengamatan 24 jam yaitu: A = 0,0 %, B = 0,0 %, C = 10,0 %, D = 16,7 %, E = 23,3 %, F = 33,3 %, dan G = 43,3 %. Pada pengamatan 48 jam yaitu: A = 0,0 %, B = 6,7 %, C = 16,7 %, D = 33,3 %, E = 40,0 %, F = 46,7 %, dan G = 53,3 %. Pada pengamatan 72 jam yaitu: A = 0,0 %, B = 10,0 %, C = 23,3 %, D = 40,0 %, E = 46,7 %, F = 53,3 %, dan G = 63,3 %. Pada pengamatan 96 jam yaitu A = 3,3 %, B = 16,7 %, C = 30,0 %, D = 46,7 %, E = 56,7 %, F = 63,3 %, dan G = 73,33 %. Berdasarkan jumlah rata-rata mortalitas bioindikator padaTabel 5, nampak bahwa semakin tinggi konsentrasi limbah cair laundry dan lamanya persentuhan antara bioindikator dan limbah cair laundry, akan semakin banyak jumlah bioindikator yang mati. Hal ini berlaku pada limbah cair laundry sebelum dilakukan pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi 0–10 %) maupun sesudah pengolahan (limbah cair laundry konsentrasi 40–50 %). Perhitungan LC50 0-96 jam menggunakan analisis probit (Finney, 1971) dan regresi linier dengan program SPSS (Santoso, 2001). Analisis probit adalah merupakan analisis yang menggunakan prosedur transformasi statistik dari prosentase data kematian bioindikator (dalam penelitian ini yang dipakaiCyprinus carpio L) ke dalam variasi yang disebut probit, yang selanjutnya beserta data konsentrasi pencemar (dalam penelitian ini yang dipakai limbah cair laundry) digunakan untuk menentukan LC50 berdasarkan persamaan regresi linier. (Pratiwi, 2004).Nilai LC50 0-72 jam lebih besar dari nilai LC50-96 jam (Tabel 6), baik pada uji toksisitas limbah cair laundry sebelum pengolahan maupun sesudah pengolahan dengan tawas dan akrbon aktif terhadap bioindikator. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu persentuhan limbah cair laundry dengan Cyprinus carpio L, makajumlah rata-rata kematiannya akan meningkat pada konsentrasi limbah cair laundry yang lebih rendah. Hal ini di karenakan daya tahan Cyprinus carpio L semakin lama semakin menurun. Tabel 6. Nilai LC50 dari 0 – 96 jam Limbah cair laundry Sebelum pengolahan
LC50 0 jam = 10,93 % LC50 24 jam = 10,25 % LC50 48 jam = 8,76 % LC50 72 jam = 8,10 % LC50 96 jam = 8,06 %
Sesudah pengolahan
LC50 0 jam = 75,40 % LC50 24 jam = 59,95 % LC50 48 jam = 49,78 % LC50 72 jam = 47,86 % LC50 96 jam = 45,49 %
Perbaikan toksisitas cair laundry berdasarkan LC50 0 – 96 jam
85,50 % 82,90 % 82,40 % 83,08 % 82,23 %
Toksisitas limbah cair laundry terhadap Cyprinus carpio L berdasarkan LC50 0-96 jam adalah relatif lebih tinggi sebelum pengolahan (0-10 %) dibandingkan dengan sesudah pengolahan (40–50%). Penurunan toksisitas pada limbah cair laundry berdasarkan LC500–96 jam sebesar 85,50–82,23 %. Batas aman bagi limbah cair laundry bagi kehidupan Cyprinus carpio L sebelum pengolahan adalah pada konsentrasi 0,876% (10% x LC50-48 jam sebelum pengolahan), sedangkan batas aman sesudah pengolahan pada konsentrasi 4,978% (10% x LC 50-48 jam sesudah pengolahan). Berdasarkan data LC50 0–96 maupun batas aman limbah cair laundry dapat membuktikan bahwa pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif dapat menurunkan daya toksisitas limbah cair laundry. Hubungan korelasi antara konsentrasi limbah cair laundry dan jumlah mortalitas Cyprinus carpio L pada uji sesungguhnya berdasarkan nilai koefisiensi korelasi (r) sebelum dan sesudah pengolahan pada pengamatan 0 – 96 jam menunjukkan bahwa ada hubungan korelasi positif, artinya semakin tinggi konsentrasi dan lama waktu kontak maka semakin banyak bioindikator yang mati. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisiensi korelasi pada kelompok sebelum diolah pengamatan 0 – 96 jam berkisar antara 0,921 – 0,989, sedangkan pada kelompok yang sesudah pengolahan berkisar antara 0,615 – 0,993.
A-305
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III Yogyakarta, 3 November 2012
ISSN: 1979-911X
KESIMPULAN Data hasil analisis limbah cair laundry sebelum pengolahan menggunakan tawas dan karbon aktif, parameter yang melebihi baku mutu untuk kegiatan industri laundry menurut Peraturan Gub. DIY No.7 Tahun 2010 yaitu BOD, COD, TSS, dan deterjenserta fosfat berdasarkan baku mutu untuk kegiatan lainnya.Kualitas limbah cair laundry setelah diolah dengan tawas dan karbon aktif mengalami perbaikan dan memenuhi standar baku mutu lingkungan.Efisiensi penurunan: pH (5,52%), konduktivitas (58,90%), BOD (82,00%), COD (81,39%), TSS (92,25%), TDS (55,56%), deterjen (57,72%), fosfat (92,28%). Volume tawas dan tinggi karbon aktif optimum yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas limbah cair laundry adalah pada tawas 1% 140 mL dan karbon aktif 50 cm. Toksisitas limbah cair laundry sebelum pengolahan dengan tawas dan karbon aktif terhadap bioindikator (Cyprinus carpio L) berdasarkan LC500-96 jam adalah 10,93 % (0 jam); 10,25 % (24 jam); 8,76 % (48 Jam); 8,10 % (72 jam); dan 8,06 % (96 jam). Toksisitas limbah cair laundry setelah pengolahan adalah 75,40 % (0 jam); 59,95 % (24jam); 49,78 % (48 Jam); 47,86 % (72 jam); dan 45,49 % (96 jam). Persentase peningkatan kualitas limbah cair laundry terhadapCyprinus carpioL., berdasarkan LC50 0-96 jam adalah sekitar 82,23 % - 85,50 %. DAFTAR PUSTAKA Finney, D.J. 1971. Assay Based on Quantal Responses. Probit Methods, IRRI. Los Banos, Philipines. Halang. B., 2004, Toksisitas Air Limbah deterjen terhadap Ikan Mas (Cyprinus carprio), dalam BIOSCIENTIAE, Volume 1, Nomor 1,hal 39-49. Pararaja, 2008, “Ikan Mas (Cyprinuscaprio L.) sebagai Early Warning System Pencemaran Lingkungan”.http://smk3ae.wordpress.com, 16 April 2011. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No.7 Tahun 2010 tentang Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, pelayanan kesehatan, dan jasa pariwisata. Prihessy. Y., 1999, Penurunan Kadar Deterjen limbah Laundry dengan Cara Adsorpsi menggunakan Karbon Aktif pada Merpati Laundry Mancasan Lor Depok Sleman, Tugas Akhir Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan. Pratiwi. Y, 2004, Uji Toksisitas dan Pengaruh Patologi Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Piyungan Bantul Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L) serta Penurunan Toksisitasnya dengan PAC, Thesis Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Santoso, S. 2001. SPSS Versi 10: Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
A-306