1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG SEMUT

Download ekosistem diantaranya ekosistem hutan pantai, savana, hutan musim, hutan mangrove ... Data mengenai kajian aspek-aspek ekologis semut dapat...

0 downloads 358 Views 27KB Size
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semut adalah serangga yang memiliki keanekaragaman cukup tinggi. Seluruh anggota semut masuk dalam anggota Famili Formicidae. Keberadaan serangga ini sangat melimpah serta memiliki peranan penting dalam ekosistem (Ryder et al., 2010) baik secara langsung maupun tidak langsung. Semut berfungsi sebagai ecosystem engineer (Keller & Gordon, 2009) atau juga soil engineer (Hӧ ldobler & Wilson, 1990 dalam Asyifa et al., 2008). Peran sebagai soil engineer atau ecosystem engineer terjadi selama proses pembuatan sarang dalam tanah. Dalam proses tersebut, semut pekerja membuat rongga-rongga tanah yang secara tidak langsung dapat merubah struktur fisik tanah. Hal tersebut dapat meningkatkan porositas dan drainase tanah sehingga tanah menjadi gembur dan subur. Selain itu, aktifitas semut mencari makan dan mengakumulasikan bahan makanan disarang, ikut memicu bertambahnya kesuburan didaerah sekitar sarang semut. Pada umumnya lapisan tanah disekitar sarang semut memiliki lapisan humus dan kesuburan yang lebih tinggi dibandingkan daerah yang jauh dari sarang semut (Keller & Gordon, 2009). Semut sebagai predator sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem (Ito et al., 2001). Hal tersebut dikarenakan semut ikut membantu menekan populasi serangga herbivor atau konsumen tingkat pertama. Semut merupakan salah satu anggota kelompok invertebrata yang banyak diaplikasikan sebagai bioindikator ekosistem (Wang et al., 2000; Anderson &

1

2

Majer, 2004). Penggunaan semut sebagai bioindikator dilakukan dengan membandingkan komposisi jenis, serta jumlah dari setiap jenis semut yang terdapat pada dua wilayah yang dikaji, misalnya antara wilayah yang masih alami dengan wilayah yang sudah mengalami gangguan. Penggunaan semut sebagai bioindikator dikarenakan semut memiliki sensitivitas yang relatif tinggi terhadap gangguan dan perubahan pada ekosistem. Beberapa spesies semut memiliki preferensi habitat dan respon yang relatif lebih cepat terhadap adanya gangguan lingkungan. Gangguan dan perubahan tersebut dapat berupa banjir, kebakaran, alih fungsi lahan, pertambangan. Gangguan atau perubahan lingkungan dapat berpengaruh pada berkurangnya keragaman semut, perubahan komposisi jenis, serta berkurangnya fungsi ekologis yang diperankan oleh semut (Phillpott et al., 2010; Hill et al., 2008) Taman Nasional Baluran (TNB) merupakan taman nasional yang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. TNB merupakan perwakilan ekosistem hutan spesifik kering di Pulau Jawa. TNB memiliki berbagai tipe ekosistem diantaranya ekosistem hutan pantai, savana, hutan musim, hutan mangrove dan hutan hijau sepanjang tahun. Potensi keanekaragaman serangga di TNB belum dikaji secara optimal khususnya mengenai keanekaragaman semut. Berdasarkan hasil diskusi kami dengan pihak Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) di TNB tgl 7 Februari 2013, sampai saat ini belum ada data keanekaragaman jenis serangga di TNB, kalaupun ada hanya pada beberapa jenis dari Ordo Lepidoptera dan Odonata.

3

Savana di TNB merupakan ciri khas dan identitas dari TNB. Keberadaan savana memiliki arti penting sebagai pendukung kestabilan dan kelestarian ekosistem yang lain. Padang rumput di savana TNB menjadi tempat mencari makan berbagai hewan di TNB seperti banteng dan rusa. Vegetasi yang banyak dijumpai di savana antara lain rumput jenis Dichtantium coricosum, Heteropogon contortus, Themeda sp., Sclerachne punctata dan Polytrias amaura. Sedangkan tumbuhan berhabitus pohon yang terdapat di savanna antara lain Acacia leucophloea, Scheichera oleosa, Azadirachta indica dan Ziziphus rotundifolia. Mengingat pentingnya keberadan savana di TNB maka kelestariannya perlu terus di jaga. Vegetasi savana TNB sering mengalami banyak gangguan baik yang bersifat alami maupun karena aktifitas manusia (Sabarno, 2001). Fenomena lain yang menjadi permasalahan di TNB adalah adanya invasi Acacia nilotica. Tumbuhan ini di introduksi ke TNB sekitar 40 tahun yang lalu oleh pihak Taman Nasional. Keberadaan A. nilotica itu sendiri pada awalnya bertujuan untuk mengurangi kebakaran. Saat ini, keberadaan

A. nilotica tersebut justru

mengurangi keaslian savana TNB karena sifatnya yang agresif sehingga mengalahkan tumbuhan asli savana TNB. Sekitar 80% dari seluruh kawasan savanna di TNB terinvasi A. nilotica. Pihak TNB saat ini juga telah melakukan upaya merehabilitasi kembali savana yang telah terinvasi A. nilotica tersebut. (Wahono, 2011). Apabila dikaitkan kerusakan savana oleh invasi A. nilotica dengan potensi semut sebagai bioindikator, penelitian tentang keanekaragam semut di savana TNB akan diperoleh beberapa keuntungan. Selain diperoleh database komposisi jenis semut di TNB, database juga dapat digunakan sebagai

4

monitoring sejauh mana proses rehabilitasi savana dengan membandingkan antara komposisi jenis semut di savana yang masih asli dan belum pernah terjadi invasi A. nilotica dengan savana yang telah terinvasi A. nilotica dan savana yang telah direhabilitasi. Hal tersebut berdasarkan asumsi bahwa beberapa semut memiliki spesialisasi relung dan habitat. Perubahan kondisi habitat akan menunjukan perbedaan komposisi jenis semut (King et al., 1998; Wang et al., 2000). Hutan musim juga merupakan salah satu karakter TNB sebagai perwakilan ekosistem hutan spesifik kering di Pulau Jawa. Pada ekosistem ini, kondisi vegetasinya sangat dipengaruhi oleh musim. Pada musim kemarau, tumbuhan akan menggugurkan daunya untuk mengurangi laju transpirasi. Sedangkan pada musim hujan, banyak dedaunan yang bersemi sehingga seluruh kawasan ini tampak hijau. Beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di Hutan musim antara lain Grewia eriocarpa, Schouthenia ovate, Tamarindus indica, Randia spp., dan Xymenia Americana. Jika diperhatikan, antara hutan musim dan savana secara kualitatif memiliki respon yang sama terhadap perubahan musim. Akan tetapi, vegetasi penyusun kedua ekosistem ini sangat berbeda. Pada savana didominasi oleh rumput dan herba sedangkan pada hutan masim terdapat banyak tumbuhan berhabitus pohon. Hal ini sangat menarik untuk dikaji mengenai keanekaragaman jenis semut di savana dan hutan musim dikaitkan dengan perbedaan vegetasi penyusun kedua ekosistem tersebut.

5

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana keanekaragaman dan distribusi semut di savana dan hutan musim TNB ? 2. Bagaimana dominansi semut di ekosistem savana dan hutan musim TNB? 3. Bagaimanakah keanekaragaman dan komposisi jenis semut pada savana yang belum terjadi invasi A.

nilotica, savana yang telah terinvasi A.

nilotica dan savana yang telah direhabilitasi ? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui keanekaragaman dan distribusi semut di savana dan hutan musim TNB 2. Mengetahui dominansi semut di ekosistem savana dan hutan musim TNB 3. Mengetahui keanekaragaman dan komposisi jenis semut pada savana yang belum terjadi invasi A. nilotica, savana yang telah terinvasi A. nilotica dan savana yang telah direhabilitasi ? D. Manfaat Penelitian 1. Data keanekaragaman jenis semut dapat sebagai tambahan database keanekaragaman hayati khususnya di TNB 2. Database komposisi jenis semut di savana dapat sebagai bioindikator untuk monitoring kegiatan rehabilitasi savana dari invasi A. nilotica 3. Data mengenai kajian aspek-aspek ekologis semut dapat dijadikan tambahan rujukan atau referensi dan sebagai model pembelajaran khususnya bidang konservasi, sistematika dan ekologi serangga