1 HUBUNGAN ANTARA FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE

Download rumah tangga maupun sarana kesehatan. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Buruknya sanitasi seperti mnim...

0 downloads 477 Views 360KB Size
HUBUNGAN ANTARA FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGGAI KABUPATEN BANGGAI LAUT RELATIONSHIP BETWEEN BASIC SANITATION FACILITIES AND PERSONAL HYGIENE GENESIS WITH DIARRHEA IN TODDLER IN PUSKESMAS BANGGAI KABUPATEN BANGGAI LAUT Zamrudin Hi. Abdul Rahim*, Odi R. Pinontoan*, R. Wilar* * Program Pascasarjana Universitas Samratulangi Manado ABSTRAK Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan masih menjadi penyebab utama kematian pada balita di Indonesia, dikarenakan tata laksana yang tidak tepat baik di rumah tangga maupun sarana kesehatan. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Buruknya sanitasi seperti mnimnya akses air bersih, keberadaan pembuangan tinja manusia yang tidak baik serta hygiene personal yang buruk sangat mempengaruhi peningkatan kasus diare, terlebih pada pulau-pulau kecil bahwa sanitasi dasar merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian khusus dan perlu ditinjau lebih dalam sebab pada wilayah terpencil seperti di pulau-pulau, fasilitas sanitasi yang dimiliki masih buruk dan sangat terbatas dengan kualitas yang jauh dari standar kesehatan. Proporsi diare sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita (25,2%). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan Antara Sanitasi Dasar dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei dengan desain cross sectional. Tempat penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut dan dilaksanakan mulai bulan Mei 2016 sampai dengan bulan Oktober 2016. Populasinya adalah anak balita dan ibu balita, sampelnya adalah anak balita (umur 12 bulan - 5 tahun) dan Ibu Balita serta bertempat tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai dengan jumlah sampel sebesar 90 responden. Setelah informasi data responden di peroleh, selanjutnya data tersebut dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil uji bivariat dengan uji ChiSquare menyatakan bahwa hasil sarana air bersih yakni dengan nilai p = 0.034 < 0.05. Sarana Pembuangan Sampah yakni dengan nilai p = 0.000< 0.05. Keberadaan Jamban yakni dengan nilai p = 0.002< 0.05. Saluran Pembuangan Air Limbah dengan nilai p = 0.000< 0.05. Personal hygiene dengan nilai p = 0,000< 0.05. Dari kelima variabel yang diuji berdasarkan hasil uji bivariat menyatakan bahwa semuanya mempunyai hubungan yang bermakna dan nyata dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Banggai. Dalam pengujian regresi logistik menyatakan bahwa variabel sarana pembuangan sampah merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian diare pada balita dengan nilai wald 13,339. Artinya sarana pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat lebih berpeluang 13 kali bagi balita untuk terkena diare. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang nyata antara sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, keberadaan jamban, saluran pembuangan air limbah dan personal hygiene dengan kejadian diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Faktor yang paling dominan dengan kejadian diare pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut adalah sarana pembuangan sampah. ABSTRACT Diarrheal disease is still a public health problem and still the leading cause of death in children under five in Indonesia, due to improper governance both at household and health facility. Diarrheal disease is one disease that is based on environment. Poor sanitation such as mnimnya access to clean water, where disposal of human faeces which is not good as well as hygiene personal bad influence an increase in cases of diarrhea, especially in small islands that basic sanitation is an issue that needs special attention and need to be looked into because the region such remote islands, sanitary facilities owned still bad and very limited with much quality of health standards. The proportion of diarrhea as the number one cause of death in infants postneonatal (31.4%) and in children under five (25.2%). The purpose of this study was to determine the relationship Basic Sanitation Facilities and Personal Hygiene Genesis Against

1

Diarrhea In Toddler in the Work Area Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut. This research uses survey research with cross sectional design. The place of research in Puskesmas Banggai, kabupaten Banggai Laut and implemented starting in May 2016 to October, 2016. Its population is children under five and mothers, the sample was a toddler (aged 12 months - 5 years) and Mrs. Toddlers and reside in Puskesmas Banggai with a sample of 90 respondents. The research data was obtained using a questionnaire and direct observation of the clean water facilities, waste disposal facilities, where latrines, sewerage and personal hygiene (washing hands with soap after defecating, and wash hands with soap before eating). Once the respondent data information obtained, then the data were analyzed using univariate, bivariate, and multivariate analyzes.Test results bivariate with Chi-square test that all variables have a significant relationship with the occurrence of diarrhea in infants. The results of the clean water facilities with a value of p = 0.034< 0.05. Results of the Solid Waste Disposal Facility with p = 0.000< 0.05. The result of the existence of latrines with p = 0.002< 0.05. Results Means Disposal of Wastewater with p = 0.000< 0.05. Results Personal hygiene with a value of p = 0.000< 0.05. Of the five variables tested based on the results of the bivariate states that all have a significant relationship with the occurrence of diarrhea in infants in Puskesmas Banggai. While in the logistic regression testing states that the variable means of waste disposal is more at risk of diarrhea in infants with influential 13.339 times. The conclusion is that there is a relationship between the clean water supply, garbage disposal facilities, where latrines, sewerage and personal hygiene with the incidence of diarrhea in Toddlers in Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut. The most dominant factor in the incidence of diarrhea in infants in Puskesmas Banggai, Kabupaten Banggai Laut is garbage disposal facilities.

Riset

PENDAHULUAN Anak

balita

di

Asia

Kesehatan

Dasar

Tenggara

(Riskesdas) tahun 2013 dalam profil

mengalami rata-rata 3-4 kali kejadian

kesehatan Indonesia 2014 bahwa Insiden

diare per tahun atau hampir 15-20

dan period prevalence diare untuk

persen waktu hidup anak dihabiskan

seluruh kelompok umur di Indonesia

untuk diare (Anonim, 2008). Penyakit

adalah 3,5 persen dan 7,0 persen. Lima

diare masih menjadi salah satu masalah

provinsi dengan insiden maupun period

kesehatan masyarakat yang penting

prevalen diare tertinggi adalah Papua,

karena merupakan penyumbang utama

Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat,

ketiga angka kesakitan dan kematian

dan Sulawesi Tengah. Insiden diare pada

anak di berbagai negara belahan dunia

kelompok usia balita di Indonesia adalah

termasuk Indonesia (Anonim, 2011).

10,2 persen. Lima provinsi dengan

Diare masih menjadi penyebab

insiden diare tertinggi adalah Aceh,

utama kematian balita di Indonesia.

Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan,

Penyebab utama kematian akibat diare

dan Banten. Insiden diare (≤ 2 minggu

adalah tata laksana yang tidak tepat baik

terakhir

di rumah tangga maupun di sarana

berdasarkan

kesehatan. Untuk menurunkan kematian

(kisaran

karena diare perlu tata laksana yang

insiden diare pada balita sebesar 6,7%

cepat dan tepat (Anonim, 2011).

(kisaran

sebelum gejala

provinsi

provinsi

wawancara) sebesar

1,6%-6,3%)

3,5% dan

3,3%-10,2%).

Sedangkan period prevalence diare (>2

2

minggu-1

bulan

terakhir

sebelum

masyarakat,

meningkatnya

jumlah

wawancara) berdasarkan gejala sebesar

kejadian diare dan munculnya beberapa

7% (Anonim, 2015).

penyakit. Data hasil Susenas 2014

Buletin

Jendela

Data

dan

mengenai persentase rumah tangga yang

Informasi Kesehatan Triwulan II (2011)

memiliki akses terhadap sanitasi layak

menerangkan bahwa prevalensi diare

Secara nasional, terdapat 61,06% rumah

klinis adalah 9,0% (rentang: 4,2% -

tangga yang memiliki akses sanitasi

18,9%), tertinggi di Provinsi NAD

layak. Hasil ini belum memenuhi target

(18,9%) dan terendah di DI Yogyakarta

Renstra Kementerian Kesehatan tahun

(4,2%). Beberapa provinsi mempunyai

2014 yaitu 75% (Anonim, 2015).

prevalensi diare klinis >9%

adalah

Sanitasi

dasar

sarana

diperlukan

untuk

NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa

minimum

Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa

menyediakan lingkungan pemukiman

Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur,

sehat yang memenuhi syarat kesehatan

Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah,

meliputi penyediaan air bersih, sarana

Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua

jamban,

Barat dan Papua (Anonim, 2011).

pembuangan air limbah (Badu, 2012).

Kondisi Indonesia

sanitasi

dasar

menggambarkan

yang

adalah

pembuangan

sampah

dan

di

Sarana sanitasi dasar yang memenuhi

akses

syarat merupakan sarana pendukung

terhadap sanitasi dasar mencapai 90,5%

untuk meningkatkan kesehatan.

diperkotaan dan 67% di pedesaan,

Penyakit

diare

merupakan

namum akses terhadap sanitasi yang

penyakit endemis di Sulawesi Tengah

aman (menggunakan septik tank) baru

dan sering menimbulkan Kejadian Luar

mencapai

dan

Biasa (KLB). Hasil pengumpulan data

32,47% (pedesaan). Kondisi sanitasi

dari kabupaten/ kota selama tahun 2010

Indonesia berada di peringkat 6 dari 9

menunjukkan

negara ASEAN dibawah Vietnam dan di

penyakit diare yang ditemukan di sarana

atas Myanmar (Anonim, 2011).

kesehatan

71,06%

(perkotaan)

Profil Kesehatan Indonesia pada tahun

2014

Buruknya

menerangkan

sejumlah

kasus

59.468

penderita sedangkan pada tahun 2014

bahwa

jumlah

penderita

diare

mengalami

peningkatan dengan estimasi jumlah

berdampak negatif di banyak aspek

kasus diare untuk golongan semua umur

kehidupan, mulai dari turunnya kualitas

± 605.895 kasus (Anonim, 2014).

hidup

sanitasi

adalah

jumlah

akan

lingkungan

kondisi

bahwa

masyarakat,

Hasil

tercemarnya sumber air minum bagi

rekapitulasi

Dinas

Kesehatan dan Keluarga Berencana

3

Kabupaten Banggai Laut Tahun 2015,

dinyatakan

penyakit diare secara umum (semua

1.000

jenjang usia) masih merupakan salah

pembuangan air limbah pada tahun

satu penyakit yang termasuk dalam

2015, dari 5.088 jumlah rumah tangga

sepuluh

dengan

yang ada di wilayah UPTD Puskesmas

peringkat kelima yakni dengan 711

Banggai, 4.053 (80%) yang memiliki

jumlah penderita. Kasus diare pada

saluran pembuangan air limbah yang

balita merupakan penyumbang terbesar

sehat (Anonim, 2016).

yakni 465 kasus (65%),dan tersebar di 6

Buruknya

penyakit

terbesar

memenuhi

(24.7%).

syarat

Untuk

sanitasi

yakni saluran

seperti

wilayah kerja puskesmas di Kabupaten

minimnya akses air bersih, keberadaan

Banggai

di

pembuangan tinja manusia yang tidak

puskesmas banggai yakni sebesar 933

baik serta hygiene personal yang buruk

jiwa dan tersebar di 18 kelurahan/ desa.

sangat

Jumlah penderita diare pada balita yakni

kasus diare (Kumar et al, 2011). Sanitasi

sebesar 165 jiwa balita (Anonim, 2015) .

dasar khususnya pada wilayah pulau-

Laut.

Kajian

Jumlah

peningkatan

pulau kecil merupakan masalah yang

UPTD Puskesmas Banggai tahun 2015,

perlu mendapat perhatian khusus dan

bahwa masyarakat di wilayah kerja

perlu ditinjau lebih dalam sebab pada

Puskesmas Banggai yang menggunakan

wilayah terpencil seperti di pulau-pulau,

sumber air bersih sebanyak 21.982

fasilitas sanitasi yang dimiliki masih

sedangkan yang tidak menggunakan

buruk dan

sarana air bersih atau tidak terdeteksi

kualitas

sebanyak 4.605 (21%)

kesehatan (Maria, 2012).

sarana

hasi

mempengaruhi

rekapitulasi

Untuk

dan

balita

penduduk.

yang

terbatas

dengan

dari

standar

jauh

sampah

Masyarakat yang tinggal dalam

menurut hasil rekapitulasi tahun 2015,

kawasan tertutup atau terisolasi maka

dari 5.088 jumlah rumah yang ada di

akan menghadapi berbagai masalah

wilayah UPTD Puskesmas Banggai,

kesehatan yang lebih berakar terutama

yang

yang

memiliki

pembuangan

sangat

sarana

pembuangan

sampah yang menangani sampahnya

berhubungan

dengan

kondisi

lingkungan (Achmadi, 2008).

secara sehat yakni hanya 2.201 (43%)

Dari data tersebut terlihat bahwa

rumah. Sementara warga yang memiliki

masih tingginya angka insiden diare

jamban keluarga hanya 4048 rumah dari

baik

5.088 jumlah rumah yang ada di wilayah

dalam lingkup nasional, terlebih lagi

UPTD Puskesmas Banggai, dan rumah

dalam lingkup provinsi serta kabupaten

yang memiliki jamban keluarga yang

dimana kejadian diare masih sangat

4

dalam lingkup dunia maupun

dipengaruhi oleh lingkungan terutama

balita (umur 12 bulan - 5 tahun) dan Ibu

pada sanitasi dasar dan kebersihan

Balita

perseorangan.

Wilayah

serta

bertempat

Kerja

tinggal

Puskesmas

di

Banggai

Kabupaten Banggai Laut sebanyak 90 METODOLOGI PENELITIAN

responden. Sebagai unit analisis adalah

Jenis penelitian ini adalah penelitan

anak

survei analitik dengan desain penelitian

responden adalah ibu balita karena

cross sectional yang dilaksanakan di

merupakan orang terdekat dengan balita

wilayah

serta

Kabupaten

kerja

Puskesmas

Banggai

Laut.

Banggai Waktu

balita,

sedangkan

berkaitan

dengan

sebagai

aktifitas

kesehatan lingkungan rumah tangga.

penelitian dilaksanakan pada bulan Mei

Analisis

2016 sampai dengan bulan April 2017.

univariat,

data

mulai

bivariat

dan

dari

analisis

multivariat.

Sampel dalam penelitian ini yaitu anak

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai Kategori Umur Balita 1. <13 Bulan 2. 13-24 Bulan 3. 25-36 Bulan 4. 37-48 Bulan 5. 49-60 Bulan Jenis Kelamin Balita 1. Laki-laki 2. Perempuan Umur ibu 1. Remaja Akhir (17 - 25 tahun) 2. Dewasa Awal (26 - 35 tahun) 3. Dewasa Akhir (36 - 45 tahun) Pendidikan Ibu 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. Sarjana Pekerjaan ibu 1. PNS 2. Wiraswasta 3. Petani 4. IRT Penghasilan 1. Kurang Dari UMP 2. Lebih Dari UMP

Frekuensi n

%

0 21 30 25 14

0 23.3 33.3 27.8 15.6

46 44

51.1 48.9

17 50 23

18.9 55.6 25.6

1 18 18 46 7

1.1 20.0 20.0 51.1 7.8

6 20 20 44

6.7 22.2 22.2 48.9

73 17

81.1 18.9

5

Tabel di atas menunjukkan bahwa

penghasilan

keluarga

balita

paling

karakteristik responden umur balita

banyak yakni kurang dari UMP dengan

diperoleh paling banyak yakni dengan

81.1%.

umur 25-36 Bulan yakni 33.3 %, jenis kelamin paling banyak yaitu laki-laki

Hasil Analisis Univariat

dengan 51.1%, umur ibu balita paling

Tabel 2. Hasil Univariat Variabel Sarana

banyak yakni dewasa awal dengan 55.6

Air

%, pendidikan ibu balita paling banyak

Sampah, Keberadaan Jamban, Sarana

yakni SMA dengan 51.1 %, pekerjaan

Pembuangan Air Limbah dan Personal

ibu balita paling banyak yakni ibu

hygiene di Wilayah Kerja Puskesmas

rumah tangga dengan 48.9 % dan

Banggai

Bersih,

Frekuensi n

Variabel Sarana Air Bersih 1. Memenuhi Syarat 2. Tidak Memenuhi Syarat Sarana Pembuangan Sampah 1. Memenuhi Syarat 2. Tidak Memenuhi Syarat Keberadaan Jamban 1. Memenuhi Syarat 2. Tidak Memenuhi Syarat Saluran Pembuangan Air Limbah 1. Memenuhi Syarat 2. Tidak Memenuhi Syarat Personal Hygiene 1. Memenuhi Syarat 2. Tidak Memenuhi Syarat Diare Balita 1. Diare 2. Tidak Diare

Sarana

%

12 78

13,3 86,7

14 76

15,6 84,4

29 61

32,2 67,8

13 77

14,4 85,6

22 68

24,4 75,6

64 26

71,1 28,9

Tabel di atas menunjukkan bahwa

Pembuangan

sebanyak 67,8%. Saluran pembuangan

sarana air bersih yang memenuhi syarat

air limbah

sebanyak 13,3% sedangkan yang tidak

sebanyak 14,4% sedangkan yang tidak

memenuhi

memenuhi

Sarana

syarat

sebanyak

pembuangan

memenuhi

syarat

sampah

sebanyak

86,7%.

yang

syarat

memenuhi syarat

sebanyak

85,6%.

yang

Personal hygiene yang memenuhi syarat

15,6%

sebanyak 24,4% sedangkan yang tidak

sedangkan yang tidak memenuhi syarat

memenuhi

sebanyak 84,4%. Keberadaan

jamban

Balita yang terkena diare sebanyak

yang memenuhi syarat sebanyak 32,2%

71,1% sedangkan balita yang tidak

sedangkan yang tidak memenuhi syarat

terkena diare sebanyak 28,9%.

6

syarat

sebanyak

75,6%.

Hasil Analisis Bivariat a. Hubungan Antara Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita Tabel 3. Hubungan Antara Sarana Air Bersih Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai

Tidak Memenuhi Syarat

Kejadian Diare Menderita % n 59 65,6

Tidak Menderita n % 19 21,1

Memenuhi Syarat Total

5 64

7 26

Sarana Air Bersih

5,6 71,1

7,8 28,9

Tabulasi silang yang dilakukan

Nilai p

Total 78

86,7 %

12 90

13,3 % 100 %

0.034

sumber air sumur gali masih ada sumur-

antara sarana air bersih dengan kejadian

sumur

diare diperoleh data bahwa jumlah

disekitar sumur, bibir sumur yang masih

responden yang kategori sarana air

belum sempurna, dan masih adanya

bersih tidak memenuhi syarat dengan

genangan air disekitar sumur sehingga

menderita diare sebanyak 59 responden

dapat memungkinkan air merembes

dengan persentase 65,6% dan sarana air

kedalam sumur yang kemudian sumur

bersih yang tidak memenuhi syarat

tersebut digunakan oleh warga sebagai

dengan tidak menderita diare sebanyak

kebutuhan air sehari-hari.

19 responden dengan persentase 21,1%, sedangkan

air

keretakan

Penelitian menurut Irawan (2012) yakni didapatkan nilai p value yaitu

memenuhi syarat dengan menderita

sebesar 0,019 lebih kecil dari 0,05. Dari

diare sebanyak 5 responden dengan

hasil perhitungan tersebut adalah ada

persentase 5,6% dan sarana air bersih

hubungan antara penggunaan air bersih

yang memenuhi syarat dengan tidak

dengan

menderita diare sebanyak 7 reponden

Koefisien Kontingensi (CC) sebesar

dengan persentase 7,8%. Berdasarkan

0,286 menunjukkan hubungan yang

hasil

hasil

rendah atau lemah antara penggunaan

dengan nilai p = 0.034 < 0.05 yang

air bersih dengan kejadian penyakit.

menunjukan bahwa terdapat hubungan

Sebagian

besar

yang bermakna antara sarana air bersih

mengalami

kejadian

dengan kejadian diare.

adalah

Chi-Square

bersih

mengalami

yang

uji

sarana

yang

didapat

Penelitian menunjukkan bahwa

kejadian

responden

penyakit

diare.

responden

yang

penyakit

diare

yang

tidak

menggunakan air bersih. Hal tersebut

ketersediaan sarana air bersih yang tidak

dapat

memenuhi syarat sangat berdampak

kandungan bakteri patogen penyebab

pada terjadinya kejadian diare pada

diare di dalam air yang tidak bersih.

balita, hal ini karena disebabkan pada

7

disebabkan

karena

adanya

Penelitian

yang

dilakukan

di

(42,9%) dengan balita tanpa riwayat

wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo

diare. Diantara 32 responden yang

Kabupaten

Pemalang

memiliki sarana air bersih, terdapat 7

berdasarkan

hasil

bahwasanya

tabulasi

silang

orang (21,9%) yang memiliki balita

ketersediaan sarana air bersih dengan

dengan riwayat diare dan 25 orang

kejadian diare pada balita diketahui

(78,1%) dengan balita tanpa riwayat

bahwa diantara 63 responden yang tidak

diare.

memiliki sarana air bersih, terdapat 36

menggunakan uji chi square, diperoleh

orang (57,14%) yang memiliki balita

nilai p=0,001<0,05 (Mafazah, 2012).

Hasil

analisis

dengan

dengan riwayat diare dan 27 orang b. Hubungan Antara Sarana Pembuangan Sampah Dengan Kejadian Diare Pada Balita Tabel 4. Hubungan Antara Sarana Pembuangan Sampah Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Banggai Sarana Sampah

Kejadian Diare Tidak Menderita Menderita n % n % 61 67,8 15 16,7 3 3,3 11 12,2 64 71,1 26 28,9

Pembuangan

Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total

Tabulasi silang yang dilakukan antara

sarana

pembuangan

Nilai p

Total 76 14 90

Berdasarkan

84,4 % 15,6 % 100 %

hasil

uji

0.000

Chi-Square

sampah

didapat hasil dengan nilai p = 0.000<

dengan kejadian diare diperoleh data

0.05 yang menunjukan bahwa terdapat

bahwa jumlah responden yang kategori

hubungan yang bermakna antara sarana

sarana pembuangan sampah yang tidak

pembuangan sampah dengan kejadian

memenuhi syarat dengan menderita

diare.

diare sebanyak 61 responden dengan persentase pembuangan

67,8%

dan

sarana

pembuangan

sampah

yang

tidak

yang

tidak

memenuhi syarat sangat berdampak

dengan

tidak

pada terjadinya kejadian diare pada

menderita diare sebanyak 15 responden

balita, hal ini dikarenakan sebagian

dengan persentase 16,7% sedangkan

besar sarana pembuangan sampah yang

sarana

digunakan masyarakat masih ada yang

memenuhi

sampah

Penelitian ini menunjukkan bahwa

syarat

pembuangan

sampah

yang

memenuhi syarat dengan menderita

belum

diare sebanyak 3

responden dengan

sampah sementara dalam rumah, tempat

persentase 3,3% dan sarana pembuangan

pembuangan sampah masih ada yang

sampah yang memenuhi syarat dengan

belum mempunyai tutup dan dapat

tidak menderita diare sebanyak 11

menimbulkan bau sehingga bisa saja

responden dengan persentase 12,2%.

menyebabkan

8

menyediakan

pembuangan

munculnya

vektor

pencetus diare seperti lalat, juga masih

memenuhi syarat sebesar 84,2%. Dari

adanya sampah yang sudah melewati

hasil

satu hari yang belum dimusnahkan atau

pembuangan sampah responden di Desa

diangkat petugas.

Ngunut

Penelitian yang dilakukan oleh

observasi

terhadap

sebagian

membuang

besar

sampah

sarana

responden

dengan

cara

Dini, dkk (2013) di wilayah kerja

dipendam dalam lubang dan dibakar.

puskesmas

Kecamatan

Sedangkan untuk konstruksi tempat

Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan,

sampah, hampir semua responden tidak

bahwasanya proporsi kejadian diare

memiliki tempat sampah yang permanen

balita lebih tinggi pada pengelolaan

karena

sampah

(69,4%)

menggunakan tas plastik (tas kresek)

dibandingkan pengelolaan sampah yang

untuk tempat sampah dan langsung

baik 11 (40,7%). Hasil uji statistik

dibuang. Selain kebiasaan masyarakat

dengan chi square didapatkan p= 0,043

membuang sampah di kebun (lahan

(p < 0,05) yang dapat disimpulkan ada

kosong)

hubungan

pembuangan

Kambang

yang

buruk

yang

25

signifikan

antara

kebanyakan

dan

mereka

dibakar

sebagai

akhir,

juga

ditemukan

diare balita Hasil analisis menunjukkan

begitu saja di belakang rumah mereka.

nilai OR = 3,3 dan 95% CI (1,2-9,4)

Dari

artinya pengelolaan sampah merupakan

diketahui bahwa p = 0,004 (p < α)

faktor risiko terjadinya diare balita.

berarti ada hubungan antara sarana

Responden dengan pengelolaan sampah

pembuangan sampah dengan kejadian

yang buruk mempunyai risiko 3,3 kali

diare pada balita.

mengalami

kejadian

dibandingkan

diare

responden

statistik

yang

masih

pengelolaan sampah dengan kejadian

hasil

sampah

cara

uji

dibiarkan

chi-square

balita dengan

c. Hubungan Antara Sarana Keberadaan

pengelolaan sampah yang baik.

Jamban Dengan Kejadian Diare Pada

Sama halnya dengan penelitian

Balita

Lindayani dan Azizah (2013) di Desa

Tabel 5. Hubungan Antara Sarana

Ngunut Kecamatan Ngunut Kabupaten

Keberadaan Jamban Dengan Kejadian

Tulungagung,

Diare Pada Balita di Wilayah Kerja

pembuangan

bahwa sampah

Keberadaan Jamban Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total

sarana yang

Kejadian Diare Menderita n % 50 55,6 14 15,6 64 71,1

tidak

Puskesmas Banggai

Tidak Menderita n % 11 12,2 15 16,7 26 28,9

9

Nilai p

Total 76 29 90

67,8 % 32,2 % 100 %

0.002

Tabulasi silang yang dilakukan

maka warga yang mengantri lebih

antara sarana keberadaan jamban dengan

memilih

kejadian diare diperoleh data bahwa

cemplung yang ada di pesisir pantai

jumlah responden yang kategori sarana

sehingga dapat mengundang bakteri-

keberadaan

bakteri pencetus terjadinya penyakit

jamban

yang

tidak

memenuhi syarat dengan menderita

menggunakan

jamban

diare.

diare sebanyak 50 responden dengan

Penelitian yang dilakukan oleh

persentase 55,6% dan sarana keberadaan

Wijaya (2012), diketahui bahwa ada

jamban yang tidak memenuhi syarat

hubungan antara jenis jamban keluarga

dengan tidak menderita diare sebanyak

dengan kejadian diare pada balita yang

11 responden dengan persentase 12,2%

tinggal di sekitar TPS Banaran Kampus

sedangkan sarana keberadaan jamban

UNNES. Dengan nilai OR sebesar 17

yang

dengan

maka diketahui bahwa risiko terkena

menderita diare sebanyak 14 responden

diare pada balita yang memiliki jamban

dengan persentase 15,6% dan sarana

keluarga kategori tidak sehat 17 kali

sarana

memenuhi

syarat

keberadaan

memenuhi

syarat

jamban

yang

lebih besar dibandingkan yang memiliki

dengan

tidak

jamban keluarga kategori sehat, 95% CI:

menderita diare sebanyak 15 responden

3,46-83,45.

dengan persentase 16,7%. Berdasarkan

dengan

hasil

uji

dengan

Chi-Square

nilai

p=

Berdasarkan

responden

wawancara

diketahui

bahwa

didapat

hasil

masih ada masyarakat yang belum

0.002<0.05

yang

memiliki

jamban

pribadi,

sehingga

menunjukan bahwa terdapat hubungan

apabila mereka BAB masih menumpang

yang

di jamban tetangga.

bermakna

antara

sarana

keberadaan jamban dengan kejadian

Sama halnya seperti penelitian

diare.

yang dilakukan oleh Siregar, dkk (2016) Penelitian ini menunjukkan bahwa

keberadaan

jamban

yang

di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan

tidak

Sibolga Utara Kota Sibolga bahwa pada

memenuhi syarat sangat berdampak

variabel sarana jamban keluarga terdapat

pada terjadinya kejadian diare pada

nilai PR=0,064, yaitu CI 95% [(0,005),

balita, ini disebabkan karena masih

(0,748)]

adanya warga tidak memiliki jamban

responden dengan jamban keluarga yang

sendiri melainkan jamban umum yang

tidak memenuhi syarat memiliki peluang

digunakan bersama-sama yang apabila

kejadian diare pada balitanya 0,064 kali

pada saat bersamaan jamban tersebut

lebih besar dibandingkan responden

telah digunakan oleh yang lebih dahulu

dengan

10

yang

menunjukkan

jamban

keluarga

bahwa

yang

memenuhi syarat. Hal ini disebabkan karena

kurangnya

pengetahuan responden

kepedulian

responden, sangat

membersihkan

d. Hubungan Antara Saluran Pembuangan

dan

Air Limbah Dengan Kejadian Diare

sehingga

jarang

untuk

jambannya

dan

Pada Balita Tabel 6. Hubungan Antara Saluran Pembuangan

Air

Limbah

Dengan

menyebabkan jamban mengeluarkan bau

Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah

yang tidak sedap dan dapat dijamah oleh

Kerja Puskesmas Banggai

serangga maupun tikus. Saluran Pembuangan Air Limbah Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total

Kejadian Diare Menderita n % 61 67,8 3 3,3 64 71,1

Tidak Menderita n % 16 17,8 10 11,1 26 28,9

Tabulasi silang yang dilakukan

Nilai p

Total 77 13 90

85,6 % 14,4 % 100 %

0.000

antara saluran pembuangan air limbah

antara saluran pembuangan air limbah

dengan kejadian diare.

dengan kejadian diare diperoleh data

Penelitian ini menunjukkan bahwa

bahwa jumlah responden yang kategori

saluran pembuangan air limbah yang

saluran pembuangan air limbah yang

tidak

tidak

dengan

berdampak pada terjadinya kejadian

menderita diare sebanyak 61 responden

diare pada balita, hal ini disebabkan

dengan persentase 67,8% dan saluran

karena sebagian besar warga memiliki

pembuangan air limbah yang tidak

saluran pembuangan air limbah terbuka

memenuhi

tidak

yang dapat menyebabkan pencemaran

menderita diare sebanyak 16 responden

sumber air, berbau, dan genangan air

dengan persentase 17,8% sedangkan

dan juga air limbah tersebut tidak

saluran pembuangan air limbah yang

dibuang ke parit resapan akan tetapi

memenuhi syarat dengan menderita

dibiarkan mengalir begitu saja, sehingga

diare sebanyak 3 responden dengan

bisa mengundang datangnya vektor

persentase

pencetus penyakit diare.

memenuhi

syarat

3,3%

syarat

dengan

dan

saluran

memenuhi

syarat

sangat

pembuangan air limbah yang memenuhi

Penelitian Kamilla, dkk (2012)

syarat dengan tidak menderita diare

yang menyatakan ada hubungan antara

sebanyak

dengan

kondisi SPAL dengan kejadian diare

persentase 11,1%. Berdasarkan hasil uji

pada balita di Puskesmas Kampung

Chi-Square didapat hasil dengan nilai p

Dalam Kecamatan Pontianak Timur

= 0.000< 0.05 yang menunjukan bahwa

dimana hasil analisa bivariat yakni p =

terdapat

0,025 (p < 0.05) ; RP = 4,840 ; CI 95%

10

responden

hubungan

yang

bermakna

11

(0,767-30,527).

Responden

paling

Secara umum sarana pembuangan air

banyak memiliki SPAL yang tidak

limbah responden di Desa Ngunut

memenuhi syarat karena kebanyakan

termasuk dalam kriteria yang tidak

SPAL terbuka pada kelompok kasus ada

memenuhi syarat. Dari hasil observasi

27 responden (88,1%) sedangkan pada

terhadap saluran pembuangan air limbah

kelompok

banyak

responden didapatkan banyak responden

memiliki SPAL yang memenuhi syarat

yang masih menggunakan galian tanah

kesehatan/ tertutup yaitu 19 responden

untuk pembuangan air limbah mereka

(61,2%).

antara

dan saluran pembuangan air limbah

kepemilikan SPAL dengan kejadian

mereka juga banyak yang tidak lancar,

diare pada balita dengan hasil OR =

terbuka, dan menimbulkan bau. Dari

0,094; dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05).

hasil statistik uji chi-square diketahui

Nilai OR yang diperoleh 0,094 artinya

bahwa p = 0,048 (p < α) yang dapat

kepemilikan

disimpulkan sarana pembuangan air

kontrol

Ada

paling

hubungan

SPAL

yang

tidak

memenuhi syarat kesehatan/ terbuka

limbah

berpengaruh nyata terhadap

akan berisiko 0,094 kali lebih tinggi

kejadian diare pada balita.

dibandingkan dengan yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat kesehatan/

e. Hubungan Personal Hygiene (perilaku

tertutup.

cuci tangan) Dengan Kejadian Diare

Sejalan dengan penelitian yang

Pada Balita

dilakukan oleh Lindayani dan Azizah

Tabel 7. Hubungan Personal Hygiene

(2013) bahwa sarana pembuangan air

(perilaku cuci tangan) Dengan Kejadian

limbah di Desa Ngunut Kecamatan

Diare Pada Balita di Wilayah Kerja

Ngunut Kabupaten Tulungagung yang

Puskesmas Banggai

tidak memenuhi syarat sebesar 69,5%. Personal Hygiene Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat Total

Kejadian Diare Menderita n % 56 62,2 8 8,9 64 71,1

Tidak Menderita n % 12 13,3 14 15,6 26 28,9

Tabulasi silang yang dilakukan

dan

Nilai p

Total 68 22 90

Personal

75,6 % 24,4 % 100 %

Hygiene

yang

memenuhi

tangan) dengan kejadian diare diperoleh

menderita diare sebanyak 12 responden

data bahwa jumlah responden yang

dengan persentase 13,3%, sedangkan

personal hygiene yang tidak memenuhi

Personal

syarat dengan menderita diare sebanyak

syarat dengan menderita diare sebanyak

56 responden dengan persentase 62,2%

8 responden dengan persentase 8,9%

Hygiene

dengan

tidak

antara personal hygiene (perilaku cuci

12

syarat

0,000

yang

tidak

memenuhi

dan Personal Hygiene yang memenuhi

yang kadang-kadang atau tidak pernah

syarat dengan tidak menderita diare

mencuci tangan sebelum makan yaitu

sebanyak

sebesar 39 orang (76,4%). Hasil uji

26

responden

dengan

persentase 28,9%. Berdasarkan hasil uji

statistik

Chi-Square didapat hasil dengan nilai p

hubungan

= 0,000< 0.05 yang menunjukan bahwa

kebiasaan

terdapat

bermakna

makan dengan kejadian diare pada balita

antara perilaku cuci tangan dengan

di Desa Bena. Sedangkan responden

kejadian diare.

yang

hubungan

Hasil

yang

penelitian

menunjukkan

menyatakan yang

bermakna

mencuci

memiliki

bahwa

tangan

kebiasaan

ada antara

sebelum

mencuci

tangan setelah buang air besar sebanyak

bahwa personal hygiene (perilaku cuci

23

tangan) sangat bermakna pada kejadian

dibandingkan dengan yang kadang-

diare pada balita. Perilaku cuci tangan

kadang atau tidak pernah mencuci

yang tidak memenuhi syarat sangat

tangan setelah buang air besar yaitu

berdampak pada kejadian diare pada

sebesar 55 orang (70,6%). Bila dilihat

balita,

karena

dari angka kejadian diare, responden

kelalaian dari ibu yang sebagian besar

yang mencuci tangan setelah buang air

masih

tangan

besar lebih rendah yaitu 1 orang (2%)

menggunakan air mengalir pada saat

dibandingkan dengan yang tidak pernah

memberi makan pada balita dan masih

mencuci tangan setelah buang air besar

jarangnya perilaku cuci tangan pakai

yaitu sebesar 50 orang (98%). Hasil uji

sabun sebelum menyiapkan makanan.

statistik

hal

ini

jarang

disebabkan

mencuci

Penelitian ini juga sejalan dengan

orang

hubungan

(29,4%)

lebih

menyatakan yang

bahwa

bermakna

rendah

ada antara

penelitian yang dilakukan oleh Taosu

kebiasaan mencuci tangan setelah buang

dan Azizah (2013) di Desa Bena Nusa

air besar dengan kejadian diare pada

Tenggara Timur, bahwa Responden

balita di Desa Bena.

yang biasa mencuci tangan sebelum

4. Hasil Analisis Multivariat

makan sebanyak 27 orang (34,6%) dan

Pemodelan

multivariat

1

responden yang kadang-kadang atau

menunjukkan hasil dimana terdapat tiga

tidak biasa mencuci tangan sebelum

variabel yang tidak signifikan yaitu

makan sebanyak 51 orang (65,4%).

sarana air bersih (p value = 0.467),

Responden yang memiliki kebiasaan

keberadaan jamban (p value = 0.194)

mencuci tangan sebelum makan yang

dan personal hygiene (p value = 0.055).

menderita diare lebih rendah yaitu 12

Terdapat dua variabel yang signifikan

orang (23,6%) dibandingkan dengan

yaitu sarana pembuangan sampah (p

13

value = 0.009) dan saluran pembuangan

menjadidat

air limbah (p value = 0.002), sehingga

multivariat ke 2.

pemodelan ini masih harus dilanjutkan

Tabel 8. Hasil Pemodelan Multivariat 2

pada

2,

Variabel Bebas dengan Kejadian Diare

dimana saluran pembuangan air limbah

Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

dan sarana pembuangan sampah yang

Banggai

pemodelan

multivariat

B Sarana Pembuangan Sampah 2.780 Saluran Pembuangan Air 2.629 Limbah

ke

kandidat

pemodelan

S.E. .761

Wald 13.339

df 1

Sig. .000

Exp(B) 16.119

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper 3.626 71.656

.774

11.524

1

.001

13.853

3.037

Tabel di atas menunjukkan hasil

63.188

Kerja Puskesmas Banggai Kabupaten

pemodelan multivariat 2, variabel sarana

Banggai Laut.

pembuangan sampah mempunyai nilai

4. Terdapat hubungan yang bermakna dan

Wald (13,339) dengan p value = 0,000

nyata antara saluran pembuangan air

lebih

besar

pembuangan

dari

variabel

saluran

limbah dengan kejadian diare pada

air

limbah,

dengan

balita di Wilayah Kerja Puskesmas

demikian variabel sarana pembuangan

Banggai Kabupaten Banggai Laut.

sampah merupakan faktor yang paling

5. Terdapat hubungan yang bermakna dan

dominan berhubungan dengan kejadian

nyata antara personal hygiene dengan

diare pada balita di Wilayah Kerja

kejadian diare pada Balita di Wilayah

Puskesmas Banggai.

Kerja Puskesmas Banggai Kabupaten Banggai Laut. 6. Faktor yang paling dominan antara

KESIMPULAN 1. Terdapat hubungan yang bermakna dan

sarana air bersih, sarana pembuangan

nyata antara sarana air bersih dengan

sampah, keberadaan jamban, saluran

kejadian diare pada Balita di Wilayah

pembuangan air limbah dan personal

Kerja Puskesmas Banggai Kabupaten

hygiene dengan kejadian diare pada

Banggai Laut.

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

2. Terdapat hubungan yang bermakna dan

Banggai

nyata antara sarana pembuangan sampah

Kabupaten

Banggai

Laut

adalah sarana pembuangan sampah.

dengan kejadian diare pada balita di Wilayah

Kerja

Puskesmas

Banggai

Kabupaten Banggai Laut.

SARAN 1. Bagi Puskesmas Banggai

3. Terdapat hubungan yang bermakna dan

Perlu peningkatan penyuluhan kepada

nyata antara keberadaan jamban dengan

masyarakat

kejadian diare pada balita di Wilayah

lingkungan dan kebersihan diri serta

14

mengenai

kesehatan

pengetahuan tentang penyakit diare di

b. Menggalang dana atau arisan ditiap

masing-masing kelurahan/ desa.

lingkungan guna membuat sanitasi yang

2. Bagi Pemerintah Daerah Mengupayakan

sehat seperti pembuatan jamban umum

program

penyehatan

yang menggunakan septik tank agar

lingkungan dan membuat kebijakan

mengurangi

untuk

sanitasi

menggunakan kakus/ jamban cemplung

lingkungan juga perlu adanya perhatian

atau bahkan sampai tidak lagi ditemukan

khusus untuk bantuan penyediaan sarana

sama sekali.

peningkatan

kondisi

air bersih, keberadaan jamban, sarana pembuangan

sampah

dan

kebiasaan

warga

BAB

c. Sarana pembuangan sampah di Wilayah

saluran

Kerja

pembuangan air limbah.

Puskesmas

Banggai

perlu

diperhatikan oleh pemerintah dan warga

3. Bagi Institusi Pendidikan

setempat.

Menjadi peneliti lanjutan dan

Sesuai

observasi

yang

dilakukan peneliti bahwa salah satu

pembanding apabila ingin melakukan

faktor

penelitian yang sama dengan penelitian

sampah sembarangan adalah karena

hubungan fasilitas sanitasi dasar dan

kurang

personal hygiene dengan kejadian diare.

pembuangan

4. Saran Akademis

warga

setempat

tersedianya

membuang

sarana

sampah

tempat

sementara

sehingga sampah rumah tangga dibuang

Adanya penelitian ini maka perlu

disembarang

tempat

menjadi

sanitasi dasar dan personal hygiene

Untuk itu perlu penambahan sarana

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas

pembuangan sampah sementara disetiap

Banggai

lingkungan.

menurunkan

angka

kejadian diare, seperti: a. Pemerintah bekerjasama

daerah guna

d. Membuat dan

pembuangan

laut

dilakukan intervensi terhadap faktor

untuk

tempat

bahkan

saluran

akhir.

pembuangan

air

masyarakat

limbah yang memenuhi syarat baik

meningkatkan

melalui program pemerintah maupun

penyediaan sarana air bersih sebab air

dengan

swadaya

merupakan sumber kehidupan paling

saluran

air

utama.

permanen, kedap air, tertutup dan tidak

menggunakan

Apabila air

masyarakat bersih

untuk

pemenuhan kebutuhannya seperti untuk

masyarakat

limbah

dibuat

agar secara

lembab. e. Memperhatikan

dan

meningkatkan

minum, memasak, mandi dan mencuci

personal hygiene khususnya dalam hal

maka tingkat kesehatan masyarakat akan

mencuci tangan dengan sabun serta

semakin baik.

menggosok tangan di sela-sela jari dan kuku ketika sedang mencuci tangan,

15

memanfaatkan setiap kesempatan di

II

desa/

Indonesia. Jakarta.

kelurahan

arahan

untuk

atau

memberikan

penyuluhan

tentang

2011,

Situasi

Diare

di

----------. 2011 d. Kelompok Kerja Air

pentingnya perilaku cuci tangan melalui

Minum

dan

Penyehatan

penyuluhan kelompok di posyandu,

Lingkungan

arisan, pengajian, pertemuan kelompok

Sumedang, 2011. Buku Putih

dasa wisma dan kunjungan rumah.

Sanitasi Sumedang. Sumedang.

Kabupaten

----------. 2008. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit pedoman bagi

DAFTAR PUSTAKA Achmadi,

U.

2008.

Kesehatan

Horison

Masyarakat.

Baru

rumah

Rineka

Tahunan

Profil

UPTD

Jakarta.

Banggai:

Laporan

Badu, A. 2012. Gambaran Sanitasi

Puskesmas

Banggai.

Dasar pada Masyarakat Nelayan

Tahun 2015; 2016.

di Kelurahan Pohe Kecamatan

----------. 2015 a. Profil Kesehatan

Hulonthalangi Kota Gorontalo.

Indonesia Tahun 2014. Jakarta

Jurnal

----------. 2015 b. Dinas Kesehatan dan KB

Kabupaten

2015.

Banggai

Surveilans,

data

Kesehatan

Masyarakat.

1(1): 2012.

Laut

Dini, F., Rizandi dan Roslaili. 2013.

dan

Hubungan

informasi. ----------.

tingkat

dan Departemen Kesehatan RI,

2016.

Puskesmas

rujukan

pertama di kabupaten/ kota. WHO

Cipta. Jakarta. Anonimous.

sakit

Faktor

Lingkungan

Dengan Kejadian Diare Balita

2014.

Profil

Kesehatan

diWilayah

Kerja

Puskesmas

Provinsi Sulawesi Tengah 2014.

Kambang Kecamatan Lengayang

UPT

Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal

Surveilans,

Data

dan

Informasi.

Kesehatan Andalas. 4 (2): 453-

----------. 2011 a. Departemen Kesehatan

461.

RI 2011. Tatalaksana diare pada

Irawan, A.F. 2012. Hubungan antara

balita, Dijen P2 dan PL. Jakarta. ----------.

2011

b.

Pengendalian

Buku Penyakit

Aspek

Kesehatan

Lingkungan

Pedoman

Dalam PHBS Rumah Tangga

Diare.

Dengan Kejadian Penyakit Diare

Jakarta.

Di Kecamatan Karangreja. Unnes

----------. 2011 c. Buletin Jendela Data

Journal of Public Health. 2 (4): 1-

dan Informasi Kesehatan Triwulan

9.

16

Kamilla, L., Suhartono., N. Endah.

tahun 2012. KEMAS. 8 (2) 167-

2012. Hubungan Praktik Personal

173.

Hygiene Ibu dan Kondisi Sanitasi Lingkungan

dengan

Hubungan Sanitasi Lingkungan

Kejadian diare pada Balita di

Dan Personal Hygiene Ibu Dengan

Puskesmas

Kampung

Dalam

Kejadian Diare Pada Balita Di

Kecamatan

Pontianak

Timur.

Lingkungan

Jurnal

Rumah

Siregar, W., C. Indra, E. Naria. 2016.

Kesehatan

Lingkungan

Pintu

Angin

Kelurahan Sibolga Utara Kota

Indonesia. 11 (2): 138-143.

Sibolga. Jurnal.

Kumar., K. Ganesh., S. Sitanshu., Jain

Taosu S.A dan R. Azizah. 2013.

and Animesh. 2011. Health and

Hubungan Sanitasi Dasar Rumah

environmental sanitation in India:

Dan Perilaku Ibu Rumah Tangga

Issues

Dengan

for prioritizing control

strategies.

Indian

Journal

of

Balita

Kejadian Di

Desa

Diare

Pada

Bena

Nusa

Occupational and Environmental

Tenggara Timur. Jurnal Kesehatan

Medicine, Volume 15 - Issue 3,

Lingkungan. 7 (1): 1-6.

Mangalore, India.

Wijaya,

Y.

2012.

Faktor

Resiko

Lindayani S dan R. Azizah. 2013.

Kejadian Diare Balita Di Sekitar

Hubungan Sarana Sanitasi Dasar

TPS Banaran Kampus Unnes.

Rumah Dengan Kejadian Diare

Unnes Journal of Public Health. 1

Pada Balita Di Desa Ngunut

(2): 1-8.

Kabupaten Tulungagung. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 7 (1): 32– 37. Maria.

2012.

Analisis

Sanitasi

Lingkungan Terminal Kendaraan Bermotor di Kota Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Mafazah, L. 2012. hubungan antara ketersediaan sarana sanitasi dasar lingkungan dan personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo Kabupaten Pemalang

17