1 INDIKATOR KEPATUHAN ODHA DALAM MENGKONSUMSI ANTI

Download Agar kuisioner kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV dapat diisi dengan baik oleh ..... Hubungan interpersonal ... Self Efficacy dalam fung...

0 downloads 346 Views 195KB Size
INDIKATOR KEPATUHAN ODHA DALAM MENGKONSUMSI ANTI RETROVIRAL VIRUS 1)

Anita Wulandari, 2)Anita Istiningtyas, 3)Galih Priambodo Abstrak

Kasus HIV/AIDS di jawa tengah cukup besar yaitu berada diposisi ke 5 di Indonesia. Berdasarkan data terdapat 6.61 kasus yang menderita HIV dan sebanyak 5.530 kasus yang menderita AIDS dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Kota Surakarta menduduki peringkat ke 3 ditinjau dari kasus HIV/AIDS bulan januari sampai juni 2015, yaitu 131kasus HIV dan 197 kasus AIDS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV. Penelitian ini menggunakan mix metods dengan exploratory design dimana exploratory design adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu hipotesis atau teori guna memperkuat atau menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, dokumen, observasi dan kuisoner. Fenomena yang didapat dari hasil penelitian adalah bahwa sebelum pembagian kuisioner penjelasan dalam bentuk narasi sangatlah penting. Agar kuisioner kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV dapat diisi dengan baik oleh informan maka pemberian penjelasan yang terletak di depan kuisioner sangatlah diperluhkan. Kata kunci: ARV, Indikator, Tema, Kepatuhan, ODHA.

Abstract Cases of HIV / AIDS in Central Java is large enough that is positioned to rank 5 in Indonesia.Based on the data, there are 6.61 cases suffering from HIV and as many as 5,530 cases of AIDS suffer from various regions in Central Java Province.Surakarta City was ranked third in terms of HIV / AIDS cases in January to June 2015, with 131 HIV cases and 197 AIDS cases. The purpose of this study was to determine the compliance indicator of PLWHA in consuming antiretroviral virus. This study uses a mix metods with exploratory design where the exploratory research that aims to test a hypothesis or theory in order to reinforce or reject the theory or hypothesis of the research that already exists. Data were collected by interviews, documents, observation and questionnaire.The phenomenon that is obtained from the research is that before the distribution of questionnaires explanation in narrative form is very important. In order for questionnaires compliance of PLWHA in consuming antiretroviral virus can be filled with either by informants, giving explanations in front of the questionnaire is required. Keywords: ARV, indicators, themes, Compliance, PLWHA ( ODHA).

1

PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) pertama kali ditemukan oleh Dr. Luc Montagnier dkk dari institusi pasteur Perancis pada Januari 1983. Virus diambil dari kelenjar getah bening yang membengkak pada tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. HIV/AIDS sebenarnya belum diketahui secara pasti dari mana dan kapan tepatnya muncul. HIV/AIDS sudah berkembang meluas di daerah sub Sahara Afrika pada tahun 1970. (Jopeng A, dkk. 2005) Jawa Tengah merupakan salah satu propinsi dengan jumlah kasus HIV/AIDSyang cukup besar yaitu berada pada posisi ke 5 di Indonesia. Berdasarkan data terdapat 6.671 kasus yang menderita HIV dan sebanyak 5.530 orang yang menderita AIDS dari berbagai wilayah di Jawa Tengah. Kota Surakarta menduduki peringkat ke 3 ditinjau dari kasus HIV/AIDS bulan Januari sampai Juni 2015, yaitu 131 kasus HIV dan 197 kasus AIDS. (KPA Jawa Tengah, 2015) AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV yang ditandai dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan pasien AIDS mudah diserang oleh infeksi opurtunistik dan kanker. (Padila, 2012). Upaya untuk mengurangi infeksi HIV/AIDS dapat dilakukan dengan mengkonsumsi obat Anti Retroviral Virus ( ARV ) secara rutin. Fungsi dari obat ARV tersebut tidak untuk membunuh virus akan tetapi hanya dapat memperlambat pertumbuhan virus sehingga penyakit HIV/AIDS dapat diperlambat pertumbuhannya juga. Penggunaan obat ARV memerlukan tingkat kepatuhan yang tinggi untuk mendapat keberhasilan terapi dan

mencegah resistensi. Apabila seseorang tidak mengonsumsi ARV maka akan dapat menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun dan mengakibatkan akan mudah terserang penyakit. (Wildra Martoni dkk, 2012) LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Solo Plus ini dikenal juga sebagai Lentera Hati. Lembaga ini berfungsi sebagai rumah singgah anak yatim piatu dan juga progam pindampingan HIV dan AIDS. Berdasarkan data persebaran HIV/AIDS di Jawa Tengah khususnya di Kota Surakarta dan data penelitian yang telah dilakukan mengenai kepatuhan klien HIV/AIDS dalam mengkonsumsi obat ARV maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengembangan alat ukur kepatuhan ODHA dalam mengonsumsi ARV. METODE Penelitian ini menggunakan mix methods dengan exploratory design dimana exploratory design adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya (Leedy, 2005). Mix methods adalah suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk pendekatan dalam penelitian, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan tehnik campuran bertahap. Menurut Creswell (2010), strategi ini merupakan strategi dimana peneliti menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview terlebih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif lalu diikuti dengan data kuantitatif, dalam hal ini menggunakan survey. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitaif dalam tingkat sepadan untuk

2

memahami sebuah fenomena yang sedang dikaji (Sugiono, 2016). Dalam penelitian ini menggunakan strategi metode campuran bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi eksploratoris sekuensial dimana pada tahap pertama peneliti mengumpulkan data dan menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan data kuantitatif dan menganalisisnya pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil tahap pertama. Bobot utama strategi ini adalah pada data kualitaif. Jadi pada tahap pertama melakukan wawancara lalu menganalisis data kualitatif. Yaitu, mengetahui indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus untuk menjawab rumusan masalah, selanjutnya akan dilakukan penyebaran skala atau instrumen penelitian dan menganalisis data kuantitaif untuk mengetahui penerapan indikator ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. Jadi pada tahap pertama peneliti menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan tehnik analisa datanya miles and huberman, pada tahap kedua peneliti menggunakan metode kuantitatif untuk menguji validitas data menggunakan produk moment dan alpha croncbach, dan yang terakhir pada tahap ketiga peneliti menggunakan action research . 1. Analisa data a. Kualitatif Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisa terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel.

Miles and huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. 2. Kuantitatif a. Uji validitas Uji validitas ini dilaksanakan terhadap 30 responden diluar sampel dalam populasi dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson, dan bertempat di LSM lentera hati didapatkan hasil alpha > 0,05 dengan r tabel > 0,361. b. Uji reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus cronbachalpha didapatkan hasil bahwa alpha > 0,05 dengan r tabel >0,7 maka dapat dikatakan bahwa kuioner tersebut reliabel. 3.Action research Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian action research ini merujuk pada model yang dikembangkan oleh Elliot (1982). Menurut John Elliot (1982) (Sunyono, 2007) bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya. Penelitian tindakan kelas model John Elliott, lebih kompleks dan detail. Dikatakan demikian, karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi(tindakan). Maksud penyususnan secara terinci PTK Model John Elliot ini, supaya dapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar mengajar. Selanjutnya, terincinya setiap aksi atau tindakan menjadi beberapa subpokok bahasan atau materi

3

pelajaran. Karena dalam kenyataan di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi dalam beberapa langkah. Mengacu pada pemikiran Elliot, dalam penelitian initerdapat empat siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Sehingga keseluruhan terdapat delapan pertemuan. Penelitian Tindakan Kelas model Elliot (Hopkins,1993: 49) yang di gambarkan pada siklus di atas, sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan (Planning) Tahap ini merupakan langkah awal dalam penelitian. Terdapat beberapa langkah sebelum kegiatan penerapan proses pembelajaran dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) Melakukan survey awal untuk mendiagnosis permasalahan yang terjadi di lapangan, yakni melakukan survey tentang indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. 2) Merencanakan langkah-langkah proses indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. Langkah-langkah perencanaan itu, meliputi: perumusan tujuan pembelajaran, penentuan indikator yang ingin diraih, dan penentuan instrumen yang digunakan. Dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipenuhinya. 3) Melihat apakah indikator tersebut sesuai atau tidak. Dengan demikian dapat dilihat apakah indikator dengan aplikasi yang diterapkan sesuai atau tidak. b. Tahap pelaksanaan Merupakan tahap implementasi dari indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan tindakan ini dimaksudkan untuk

memperbaiki apakah indikator yang didapat sesuai dan dapat diterapkan. Apabila tujuan pembelajaran belum tercapai, maka akan dilakukan proses berikutnya untuk mengembangkan atau meningkatkan indikator sebelumnya. Pada pelaksanaannya, peneliti dibantu oleh pembimbing. c. Tahap Pengamatan (Observing) Dalam penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan pembimbing. Peneliti melakukan pengamatan untuk mengamati dan mengevaluasi setiap tindakan yang diberikan ketika indikator ini diaplikasikan atau diterapkan. Pengamatan tersebut meliputi proses pengaplikasian indikator yang didapat, situasi (keadaan), interaksi responden dan hasil yang diperoleh selama tindakan berlangsung sehingga dapat diketahui hasil pencapaian dari indikator tersebut. Apabila belum mencapai hasil yang diharapkan, maka dilakukan koreksi untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil indikator secara optimal. d. Tahap Refleksi (Reflecting) Tahap ini merupakan tahap pengkajian ulang dari pelaksanaan indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. Setiap tindakan dilihat ulang untuk melihat kelebihan, kekurangan, dan tingkat pencapaian hasil. Untuk itu, indikator menjadi tolok ukur keberhasilan. Pada tahap ini, peneliti melakukan diskusi bersama pembimbing dan peneliti yang merangkap sebagai observer untuk mengetahui kekurangan dan kendala yang terjadi pada suatu pertemuan. Peneliti dan pembimbing kemudian merancang dan menetapkan tindakan untuk dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Dalam penelitian ini dirancang dalam sebuah siklus, sebagai siklus awal untuk mengatasi suatu masalah. Dalam pelaksanaannya dihasilkan empat siklus

4

dengan dua kali pertemuan, sehingga pelaksanaan proses indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus mencapai delapan kali pertemuan. siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Pertemuan kedelapan pelaksanaan indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. HASIL 1. Kualitatif (mencari indikator) a. Peraturan minum obat Jam 07.00 WIB dan jam 19.00 WIB. ....dulu pas pertama kali minum mual, pusing,terus kalau lihat makanan bawaannya pengen muntah, kepalanya kalau buat duduk kepala sakit,kulitnya jadi merah-merah kayak gabakan (alergi) tapi nanti terus jadi ruam dan membekas hitam.(I.1) Kalau saya jam 08.00 pagi dan jam 08.00 malam. Ya secara fisik menonjol banget kelihatan banget. (I.2) ....jam 6 pagi sama jam 6 sore. .....eeee biar badan itu tidak ngedropngedrop lagi (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa waktu minum obat dua kali sehari, terdapat efek samping, kegunaan dari obat tersebut. Dari hasil observasi realitas informan membawa obat yang diletakkan dalam wadahnya. b. Ketidakpatuhan minum obat ...lupa tapi tidak sampai sehari, hanya lupa jamnya dan ketika ingat langsung minum obatnya. (I.1) Ya manusiawi ya kadang tidur ketelatan gitu ya pernah(I.2) Ya namanya orang manusia ya pernah lupa to mbak (I.3) Analisa dari ketigainforman menghasilkan bahwa informan pernah lupa minum obatnya tetapi hanya lupa jamnya dan tidak sampai lupa untuk meminum obatnya. c. Mengenal obat (alasan minum obat)

.....semakin lama semakin ngedrop..... (I.1) .....buat menekan virus .....(I.2) ....dulu sebelum minum sich sempat ngedrop(I.3) Analisa dari ketigainforman menghasilkan bahwa alasan dari dua informan badan mereka merasa ngedrop sedangkan satu informan menyatakan untuk menekan virusnya. d. Pemberi informasi Kalau pertama kalinya pastinya dari petugas rumah sakit, dari petugas VCT nya (I1) Ya sosialisasi teman-teman juga dari komunitas juga.... (I.2) ......dari petugas rumah sakit ya dari petugas VCTnya itu (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan dua informan menyatakan bahwa yang memberikan informasi pertama kali adalah petugas rumah sakitnya sedangkan satu informan menyatakan bahwa yang memberikan informasi adalah dari sosialisasi atau komunitas. e. Hubungan interpersonal ...kalau saya biasa datang jam 10.00 an terus ngobrol-ngobrol paling sampai jam 12.00 kayak gitu terus pulang.(I.1) ..... dulu waktu di Mowardi khan ya sampai lama di Mowardi ya sampai seperempat jam 30 menit ya gitu sambil ngobrol-ngobrol sama petugas yang lain gitu bisa. Setelah saya dipindah kepukesmas manahan itu ya cuman ambil obat cuman sebentar aja cuman sekilas-sekilas gitu aja..... (I.2) ......saya basa ambil obat mbak khan biasanya sebulan sekali ya paling ya konsultasi ya pas ngambil obatnya itu (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa informan dekat dengan petugas kesehatan walaupun informan hanya beretemu petugas kesehatan saat mengambil obat

5

dipelayanan kesehatan tempat mereka mengambil obat tersebut. f. Bentuk dukungan keluarga. Malah biasa waktu jam minum obat diingatin sama ibu udah jam.(I.1) ....itu khan tidak apaya tidak masuk status untuk positif atau ngak itu tidak ada kaitannya keluarga karena memang sudah diterima. (I.2) ....ibu sich yang nelpon, ngingetin obatnya diminum apa belum(I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa informan mendapat dukungan sepenuhnya dari keluarga mereka, keluarga informan memberikan dukungan dengan mengingatkan jadwal minum obat dan melibatkan informan dalam pengambilan keputusan jika ada masalah. g. Sosialisasi Masih biasa aja, masih seperti biasanya. Ya sama aja, tidak ada perbedaan . (I.1) ....Sebulan sekali kalau untuk kegiatan Voly seminggu 3 kali, untuk pertemuan rutin rapat bulanan itu sebulan sekali .... Ya sosialisasi biasa saja, ngumpul dimasyarakat kalau ada orang yang punya kerja ya ngumpul kerja bakti ya kalau ada kerja bakti....(I.2) Dimasyarakat sich baik-baik saja mbak selama ini saya aktif juga kok dimasyarakat (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa alasan dari dua informan menyatakan informan masih aktif dalam kegiatan dilingkungan mereka tinggal dan juga masyakat disekitar informan tetap melibatkan informan jika ada acara dilingkungan informan.

h. Self Efficacy dalam fungsi kegiatan sosial Kalau saya ya ibu-ibu PKK. ....Sampai sekarang masih aktif 1 bulan sekali. (I.1)

....di IWASO itu ada ya dikomunitas himpunan waria solo terus tau plus masuk di KDS gabung di KDS....(I.2) ....kalau ada acara sich saya tetap dipanggil (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa informan masih aktif dilingkungan masyarakat. j. Self Efficacy dalam pengambilan keputusan .....Semua keputusan saya yang ambil sendiri.... (I.1) Iya tetap saya sendiri(I.2) .....selama saya bisa sendiri yach yach putusin sendiri....(I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa informan masih dapat mengambil keputusan sendiri dengan kondisi mereka saat ini jika ada masalah yang informan hadapi baik masalah dari dalam atau dari luar. k. Kondisi psikologis dalam hal keyakinan ......terus lama-lama mungkin dia berpikir kalau dulu mungkin saya seperti itu.. ....sebenarnya mungkin sudah tahu, cuman mereka pura-pura tidak tahu....(I.1) .....Kalau saya fine-fine (baik-baik) saja.(I.2) ....ada sih beberapa yang dukung, paling ngomongnya yang sabar (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa informan memiliki pikiran yang positif terhadap diri mereka dan juga lingkungan disekitarnya, sehingga informan masih berperan aktif dalam kegiatan masyarakat dilingkungan sekitanya. l. Kondisi psikologis dalam hal sikap ...ya pemikiran saya, ada salah satu warga yang tau status saya cuman dianya tidak pernah coment apa-apa ya masih biasa ajapura-pura tidak tahumungkin..... (I.1) .....kalau dimasyarakat khan tidak perluh tau juga ya....

6

Nanyanya itu untuk apa kalau untuk sekedar basa basi ya kita khan tersinggung (I.2) ......yach ikhlas aja udah (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan bahwa setiap informan memiliki pemikiran yang berbeda tetapi setiap informan menyatakan perkataan yang positif walaupun ada dilingkungan sekitar informan yang kurang suka atau nyaman dengan keadaan informan sekarang. m. Kondisi psikologis dalam isolasi sosial ....terus bilang positif aku bilang kayak gitu terus tapi tidak ada yang percaya, positif opo yo? positif HIV mosok to ? hoo yo ra percoyo yo wes.... (I.1) .....Soalnya dari untuk status dari masyarakat khan tidak perluh tau, jadinya khan mereka juga taunya ya biasa aja gitu(I.2) Yach percaya diri aja mbak,namanya kerjaan yach harus di lakuin sepenuh hati (I.3) Analisa dari ketiga informan menghasilkan informan tidak merasakan adanya isolasi sosial baik dari keluarga atau dari lingkungan disekitarnnya. 2. Kuantitatif (uji validitas dan reabilitas) Setelah mendapat hasil dari wawancara yang dilakukan kepada 3 informan, didapat 17 pertanyaan dari 12 tema yang ada. Kemudian kuisioner itu dibagikan kepada 30 informan dan setelah didapat hasilnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas dari 17 pertanyaan. 17 pertanyaan dilakukan uji validitas dengan r tabel > 0,361 dan reliabilitas dengan r tabel > 0,7 dinyatakan valid didapatkan hasil bahwa yang valid hanya 14 pertanyaan dan 3 pertanyaan yang tidak valid dengan nilai r tabel > 0,361 dan > 0,7, kemudian pertanyaan yang valid diolah kembali untuk mencari nilai reliabilitas dan didapat nilai alpha > 0,7.

Setelah didapatkan nilai reliabiltasnya kemudian akan dilanjutkan ketahapan berikutnya yaitu melakukan Action Reseacrh. Dan pertanyaan yang tidak valid dihapuskan tanpa ,emguramgi maksud atau tujuan kuisoner ini. 3. Action Research Dalam melakukan tahapan action research terlebih dahulu dilakukan tahapan sebagai berikut : a. Siklus kedua 1) Tahap Perencanaan Tahapan ini peneliti menentukan tujuan dengan melihat kembali tujuan khusus dari penelitian ini, kemudian penentuan indikator dilihat dari jumlah kuisoner yang sudah valid dan terdapat 14 indikator dari setiap point pernyataan. Setelah itu dilihat apakah instrumen itu dapat diisi oleh semua orang. Setelah itu kuisioner dibagikan tanpa melakukan penjelasan terlebih dahulu bagaiman cara mengisi kuisionernya, dan menjelaskan tiap point pernyataan yang ada pada kuisioner serta menanyakan kepada informana apakah ada pertanyaan mengenai kuisioner atau tidak, jika ada maka peneliti akan menjawab tetapi jika tidak ada maka peneliti akan membagi kuisionernya. 2) Tahap Pelaksanaan Kemudian kuisoner disebar kepada 3 responden yang sama untuk melihat apakah kuisoner itu sesuai atau tidak. Dan dari hasil penelitian bahwa didapat kuisioner yang sudah disusun itu sesuai. 3) Tahap Pengamatan Dari hasil penelitian dilakukan evaluasi dan didapatkan hasil bahwa informan menyatakan kuisoner ini gampang atau mudah dikarenakan ada penjelasan yang terdapat didepan kuisonernya. 4) Tahap Refleksi Setelah didapatkan hasil penelitian, peneliti melakukan evaluasi dan didapatkan hasil bahwa kuisoner indikator kepatuhan ODHA dalam

7

mengkonsumsi ARV dihentikan karena sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dan apa yang menjadi tujuan penelitian dan dapat digunakan. PEMBAHASAN 1.Pembahasan hasil penelitian kualitatif a.Peraturan minum obat Peraturan minum obat adalah petunjuk yang dibuat untuk mengatur seseorang dalam mengkonsumsi obat. Tujuan khususs yang pertama pada penelitian ini, tergambar dengan tema peraturan minum obat ARV. 1) Jenis obat Tedapat 4 jenis obat yaitu obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, dan obat narkotika dan ARV termasuk kedalam golongan narkotika. (Chaerinisaa dkk, 2009) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa jenis obat merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yangdibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Jenis obat yang dikonsumsi setiap ODHA berbeda-beda, yang membedakan pemberian obat tersebut adalah disesuaikan dengan kondisi ODHA sendiri. Pada tahap awal obat yang diberikan adalah katergorik 1 yaitu nuviral dan duviral, tetapi jika ODHA mengalami komplikasi maka obat itu diganti dengan kategorik 2 dan seterusnya. 2) Waktu minum obat Setiap obat memiliki aturan waktu minum yang berbeda-beda. Hal ini karena sifat kimia fisika dari masingmasing obat yang berbeda-beda. Ada obat yang diminum 1x sehari, 2x sehari, 3x sehari bahkan bisa lebih tergantung dari jenis obat dan kondisi penyakit pasien. Penggunaan obat 1x sehari bisa

diminum pagi hari, siang hari atau malam hari. (Rizki Ardiansyah, 2015) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa waktu minum obat dua kali sehari merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Waktu minum obat ODHA adalah dua kali sehari dan setiap ODHA harus mematuhi jadwal tersebut, biasanya banyak ODHA yang mempunyai jam minum obat yang bervariasi tergantung kesanggupan ODHA. ODHA biasanya melupakan jam minumnnya tetapi tidak melupakan jadwal minum obanya. 3) Efek samping Efek samping yang ditimbulkan obat ARV ini dapat menurunkan kondisi kesehatan. (Nursalam, 2007) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa efek samping merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Efek samping yang timbul jika mengkonsumsi obat bermacam-macam. Contohnya ODHA, efek samping yang timbul atau terjadi jika mengkonsumsi ARV bermacam-macam antara lain mual, pusing, kulit kemerahan dan masih banyak lainnya. Efek samping tersebut dapat dikurangi dengan memberikan pengobatan sesuai dengan efek samping yang terjadi pada ODHA. 4) Manfaat obat Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dalam pelayanan kesehatan. Obat berbeda dengan komoditas perdagangan, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. (Faradillah dkk, 2007)

8

Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa manfaat obat merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Manfaat dari obat akan dirasakan jika individu/ODHA mengkonsumsi obat tersebut dengan teratur. Jika individu/ODHA tidak mengkonsumsi obat secara teratur akan memperparah atau memburuk keadaanya, dan perkembangan penyakitnya akan semakin memburuk. b. Ketidakpatuhan minum obat Jenis-jenis ketidakpatuhan meliputi ketidakpatuhan yang disengaja dan ketidakpatuhan yang tidak disengaja. Ketidakpatuhan yang disengaja disebabkan karena keterbatasan biaya pengobatan, sikap apatis pasien dan ketidakpercayaan pasien akan efektivitas obat. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja karena pasien lupa minum obat, ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan, kesalahan dalam hal pembacaan etiket. ( Siti, 2012) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa ketidakpatuhan minum obat merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. ODHA sering melupakan jam minum obatnya tetapi tidak melupakan jadwad minumnya, tetapi tidak semua ODHA melupakan jadwal minumnnya ada juga ODHA yang patuh terhadap peraturan minum obat dikarenakan kesadaran dari dalam diri mereka sendiri bahwa obat tersebut sangan penting bagi mereka. c. Alasan minum obat Alasan minum adalah pengaruh internal yang mencakup kebutuhan dan motivasi

dimana seseorang selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakannya dan usaha atau dorongan untuk memenuhi kebutuhan ini disebut motivasi. (Notoadmojo, 2010) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa alasan minum obat dua kali sehari merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Yang mana setiap alasan ODHA untuk minum obat itu berbeda-beda, sebagian mempunyai alasan minum obat karena mereka itu merasa badan mereka ngedrop sehingga mereka memutuskan untuk mengkonsumsi ARV tetapi sebagian mempunyai alasan lain mereka mengatakan untuk kebaikan diri mereka sendiri jadi sebelum badan mereka ngedrop mereka sudah mengkonsumsi ARV. d. Pemberi informasi Pemberi informasi menurut Moleong (2006) adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan inforamsi tentang situasi da kondisi latar penelitian. Jadi dia harus mempunyai banyak pengelaman dalam latar penelitian. Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa pemberi informasi merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus mengenai pemahaman intruksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Pemberian informasi tentang ARV didapat ODHA dari berbagai pihak, yang mana meraka bisa memperoleh informasi misalnya dari petugas rumah sakit, sosialisasi atau dari komunitas yang mereka masuk kedalamnnya. Pemberi informasi juga merupakan item terpenting karena hal ini berhubungan dengan bagaimana cara menyampaikan

9

suatu pesan. Ada kalanya satu pesan artinya sama, namun karena cara menyampaikannya berbeda, pesan tersebut dimaknakan berbeda pula. e. Hubungan interpersonal Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kitaberkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi jugamenentukankadar hubungan interpersonalnya.Jadi ketika kita berkomunikasi kitatidak hanya menentukancontent melainkan juga menentukan relationship. (Anisa Fahmi dkk, 2010) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa hubungan interpersonal merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus kualitas interaksi, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,361. Hubungan interpersonal ODHA dengan petugas kesehatan mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV, jika petugas kesehatan memberikan waktu yang cukup untuk mendengarkan ODHA maka akan ada hubungan yang baik antara ODHA dengan petugas kesehatan. Karena dengan waktu yang cukup, ODHA bisa lebih dekat dengn petugas ksesehatan dan akan lebih terbuka jika ada masalah yang mempengaruhi kepatuhan ODHA dalam . f. Dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan bagian dari penderita yang paling dekat dan tidak dapat dipisahkan. Penderita akan merasa senang dan tentram apabila mendapat perhatian dan dukungan dari keluarganya, karena bentuk dukungan keluarga tersebut akan menimbulkan kepercayaan dirinya untuk menghadapi atau mengelolah penyakitnya dengan lebih baik, serta penderita mau menuruti saran-saran yang diberikan oleh keluarga

untuk menunjang pengelolaan penyakitnya. (Sugiarti, 2012) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa dukungan merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus dukungan keluarga, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,361. Dukungan keluarga menimbulkan kepercayaan diri ODHA dan memberikan motivasi ODHA agar patuh dalam mengkonsumsi ARV, dimana ARV tersebut dikonsumsi ODHA seumur hidupnya. Dari dukungan keluarga tersebut ODHA mempunyai semangat untuk mengkonsumsi ARV tanpa melihat lamanya ODHA mengkonsumsi ARV tersebut. g. Sosialisasi Sosialisasi menurut Charlotte Bucher adalah suatu proses membantu individuindividubelajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompokknya agar ia dapat berperandan berfungsi dalam kelompokknya. Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa dukungan merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus dukungan keluarga dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,361. Sosialisasi ODHA dengan lingkungan sekitanya akan mempengaruhi kondisi psikologisnya dimana jika sosialisasi ODHA dengan lingkungan sekitanya baik maka tidak akan terjadi isolasi sosial. ODHA juga bisa melakukan kegiatan sebelum ODHA positif HIV, dengan sosialisasi yang baik maka ODHA akan tetap berpartisipasi dalam kegiatan dimasyarakat sekitanya. h. Self effecacy (Fungsi kegiatan sosial) Self effecacy meruapakan variabel kunci yang mempengaruhi self-regulated

10

learning dalam mendukung asumso ini, persepsi ini ditemukan melalui hubungan dengan 2 aspek kunci pengulangan timbal balik pada umpan balik yang diajukan, yaitu evaluasi diri. (Retno, 2011) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa keyakinan merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus kepribadian dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,361. Jika fungsi ODHA dimasyarakat baik akan terjadi timbal balik dan umpan balik antara ODHA dan masyarakat disekitarnya. ODHA akan aktif dalam kegiatan dilingkungan masyarakat. i. Self Efficacy (pengambilan keputusan) Diduga pengambilan keputusan berhubungan dengan kematangan emosi dan self efficacy, sehingga secara garis besar ada dua faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan yaitudari luar dandari dalam diri individu. ( Florence, 2012) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan indikator ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus keyakinan, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,361. Jika ODHA dapat mengambil keputusan sendiri terhadap masalah-masalah yang dihadapinnya maka ODHA masih menghargai hidupnya. Karena setiap individu pasti memiliki masalah yang harus dia selesaikan sendiri tanpa sempat meminta bantuan atau saran dari orang lain, jadi akan lebih baik jika individu mampu mengambil keputusan sendiri menurut pemikirannya sendiri dengan

segala resiko yang akan terjadi pada dirinya. j. Kondisi psikologis (Keyakinan) Kondisi psikologis adalah suatu keadaan yang ada dalam diri sendiri seorang individu yang dapat dipengaruhi sikap dan prilaku individu tersebut. Sedangkan keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran. (Teori kepatuhan, 2010) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa keyakinan merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus keyakinan dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Keyakinan ODHA ditunjukkan dengan sikap yang baik. Jika ODHA yakin akan dirinya maka ODHA dapat menjalani kehidupannya dengan baik walaupun ODHA harus mengkonsumsi ARV. l. Kondisi psikologis (Sikap) Kondisi psikologis adalah suatu keadaan yang ada dalam diri sendiri seorang individu yang dapat dipengaruhi sikap dan prilaku individu tersebut. Sedangkan sikap menurut Eagle dan Chaike mengemukakan bahwa sikpa dapat diposisikan sebagai hasil dari evaluasi terhadao objek sikap yang diekpresikan kedalam proses-proses kognitif, efektif dan perilaku. (A. Wawan dan Dewi M, 2010) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa isolasi sosial merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khususs sikap, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Dengan sikap yang baik akan ada kondisi psikologis yang baik juga dimana akan timbul pikiran yang positif terhadap diri sendiri atau lingkungan

11

sekitarnya. ODHA dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat buat dirinya sendiri, lingkungan sekitarnya ataupun dengan sesama ODHA. m. Kondisi psikologis (Isolasi sosial) Kondisi psikologis diuraikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seorang individu yang dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu tersebut (Hening,2013). Sedangkan isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang disekitarnya. (Purba dkk, 2008) Pada penelitian ini tiga informan yang diwawancarai mengatakan bahwa isolasi sosial merupakan indikator kepatuhan ODHA yang sesuai dengan tujuan khusus isolasi sosial, dan secara validitas yang dibuat pertanyaan, dikatakan valid dengan nilai r tabel > 0,3611. Jika ada isolasi sosial maka akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis ODHA, ODHA bisa saja putus asa atau bahkan sampai bunuh diri. Tetapi dengan mekanisme koping ODHA yang sudah baik maka ODHA tidak akan merasa ada isolasi sosial terhadapnya. Dan ODHA bisa melakukan kegiatan seperti biasannya. 2. Pembahasan hasil penelitian action research a. Tahap perencanaan Tahap ini merupakan langkah awal dalam penelitian. Terdapat beberapa langkah sebelum kegiatan penerapan proses pembelajaran dilakukan. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) Melakukan survey awal untuk mendiagnosis permasalahan yang terjadi di lapangan, yakni melakukan survey tentang indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus.

Peneliti melakukan survey dengan melakukan wawancara kepada informan dan didapatkan hasil bahwa terdapat empat belas indikator yang pada ODHA. 2) Merencanakan langkah-langkah proses indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. Langkah-langkah perencanaan itu, meliputi: perumusan tujuan , penentuan indikator yang ingin diraih, dan penentuan instrumen yang digunakan. Dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipenuhinya. Perumusan tujuan dilakukan pada tahap awal dimana tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV. Penentuan indikator dilakukan dengan membagi kuisoner kepada 30 informan dan didapatkan hasil bahwa terdapat empat belas indikator yang dikatakan valid dengan nilai alpha > 0,05 dengan r tabel >0,3611. 3) Melihat apakah indikator tersebut sesuai atau tidak. Dengan demikian dapat dilihat apakah indikator dengan aplikasi yang diterapkan sesuai atau tidak. Melihat apakah indikator itu sesuaiatau tidak dengan membagikan kuisoner responden tanpa memberikan penjelasan secara langsung kepada informan tetapi penjelasan diberikan dalam bentuk narasi dan diletakkan didepan kuisioner. b. Tahap pelaksanaan Merupakan tahap implementasi dari indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Peneliti kemudian membagi kuisoner dengan maksud untuk memperbaiki apakah indikator yang didapat sesuai dan dapat diterapkan. c. Tahap evaluasi

12

Dalam penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan pembimbing. Peneliti melakukan pengamatan untuk mengamati dan mengevaluasi setiap tindakan yang diberikan ketika indikator ini diaplikasikan atau diterapkan. Pengamatan tersebut meliputi proses pengaplikasian indikator yang didapat, situasi (keadaan), interaksi responden dan hasil yang diperoleh selama tindakan berlangsung sehingga dapat diketahui hasil pencapaian dari indikator tersebut. Apabila belum mencapai hasil yang diharapkan, maka dilakukan koreksi untuk mengembangkan dan meningkatkan hasil indikator secara optimal. Hasil dari evaluasi setelah dilakukan siklus kedua adalah didapatkan hasil bahwa pentingnya dilakukan penjelasan sebelum kuisoner dibagikan. d. Tahap refleksi Tahap ini merupakan tahap pengkajian ulang dari pelaksanaan indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus. Setiap tindakan dilihat ulang untuk melihat kelebihan, kekurangan, dan tingkat pencapaian hasil. Untuk itu, indikator menjadi tolok ukur keberhasilan. Pada tahap ini, peneliti melakukan diskusi bersama pembimbing dan peneliti yang merangkap sebagai observer untuk mengetahui kekurangan dan kendala yang terjadi pada suatu pertemuan. Peneliti dan pembimbing kemudian merancang dan menetapkan tindakan untuk dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Dalam penelitian ini dirancang dalam sebuah siklus,sebagai siklus awal untuk mengatasi suatu masalah. Dalam pelaksanaannya dihasilkan empat siklus dengan dua kali pertemuan, sehingga pelaksanaan proses indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus mencapai delapan kali pertemuan. siklus-siklus tersebut saling terkait dan

berkelanjutan. Pertemuan kedelapan pelaksanaan indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi antiretroviral virus diberhentikan karena tujuan dari indikator tersebut sesaui dengan apa yang diharapkan dan apa menjadi tujuan penelitian. Tahapan terakhir dari action research dengan hasil bahwa penjelasan yang diberikan baik secara langsung atau dalam bentuk narasi sangatlah penting. Dan setelah dilihat bahwa kuisoner indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan dan menjadi tujuan penelitian maka kuisoner tersebut dapat dipergunakan. Dan fenomena yang ditemukan adalah penjelasan dalam bentuk narasi sangat diperluhkan agar informan dapat mengisi kuisioner tersebut dengan mudah. KESIMPULAN 1. Kualitatif a. Pemahaman informan tentang pemahaman instruksi didapatkan tema ketidakpatuhan, manfaat minum obat, pemberi informasi dan peraturan minum obat mengenai jenis obat, waktu minum obat, efek samping dan manfaat minum obat. Hal ini disebabkan bahwa informan beranggapan pemahaman instruksi dipengaruhi dari faktor diatas. b. Pemahaman informan tentang kualitas interaksi didapatkan tema hubungan interpersonal. c. Pemahaman informan tentang dukungan keluarga didapatkan tema bentuk bentuk dukungan keluarganya, sosialisai, dan self efficacy hal tersebut diberikan keluarga dan lingkungan masyarakat sekitarnya baik dalam bentuk bantuan finansial atau material (instrumental support material support. d. Pemahaman informan tentang kepribadian didapatkan tema self efficacy hal ini dikarenakan informan merasa mamapu unutk melakukan

13

sesuatu dengan baik yang mempengaruhi kehidupan mereka. e. Pemahaman informan tentang keyakinan didapatkan tema kondisi psikologis mengenai respons emosi hal ini dikarenakan bahwa informan merasa bahwa respons emosi mempengaruhi keyakinan mereka. f. Pemahaman informan tentang sikap didapatkan tema kondisi psikologis mengenai perasaan postif hal ini dikarenakan bahwa informan merasa bahwa sikap yang mereka lakukan dipengaruhi oleh perasaan positif dalam diri informan. g. Pemahaman informan tentang isolasi sosial didapatkan tema kondisi psikologis mengenai perasaan positif hal ini dikarenakan perasaan positif yang timbul dalam diri informan sehingga informan merasa tidak ada isoslasi sosial yang terjadi baik dikeluarga, masyarakat ataupun lungkungan sekitarnya. 2. Kuantitaif Bahwa dari 17 pertanyaan yang dibuat berdasarkan indikator yang ditemukan, hanya 14 pertanyaan yang dikatakan valid dengan nilai r tabel untuk validitasnya > 0,361 dan untuk reliabilitasnya > 0,7. 3. Action Research Penjelasan dalam bentuk narasi yang diletakkan sebelum kuisioner tersebut dibagikan sangat membantu informan dalam pengisian kusioner tersebut. SARAN 1. Bagi ODHA Sebagai sumber informasi untuk meningkatkan kemampuan ODHA agar dapat memelihara kesehatan secara mandiri dan memahami pentingnya menjalani terapi ARV secara rutin. 2. Bagi Profesi keperawatan Sebagai literatur bagi tenaga perawat lainnya, khususnya untuk mengetahui

indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV. 3. Bagi Pendidikan Sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang indikator kepatuhan ODHA dalam mengkonsumsi ARV. 4. Bagi Peneliti Sebagai salah satu acuan untuk mengetahui indikator kepatuhan ODHA dalam mengonsumsi ARV. DAFTAR PUSTAKA Annisa Fahmi dkk. (2010). Hubungan Interpersonal. Diakses Tanggal 29 Agustus 2016 https://www.Jurnalhubunganinterp ersonalpdf Arikunto Suharsimi, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Grafika Offest Chaerunnisaa, A.Y. (2009). Farmasetika Dasar. Bandung: Widya Padjadjaran. Creswell W. John. (2016) Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, Dan Mixed.Yogyakarta: Pustaka Belajar Dachlan A. I. H. 2012. Kurikulum Dan Modul Pelatihan Manajemen HIV/AIDS Bagi Dosen Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta : Pusat Pendidikan Kesehatan Tenaga kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dalami, Ermawati, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media Ditjen P2PL Kemenkes RI. 2014. Laporan Kasus HIV/AIDS. Faraddillah Sari, Endah Kumala Dewi & Y. F. La Kahija. (2014). Makna Prilaku Minum Obat Pasien HIV/AIDS Rawat Jalan Di VCT RSUP dr. Kariadi Semarang. Jurnal Psikologi Undip. Volume 13. No 2. 190-195

14

Florence J. Peilouw & M. Nursalim. (2012). Hubungan Antara Pengambilan Keputusan Dengan Kematangan Emosi Dan Self Efficacy Pada Remaja. Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya

15