1. JUDUL 1.1.Judul Penelitian “PENERAPAN
METODOLOGI
WATERFALL
DALAM
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA (Studi Kasus PT Sentra Vidya Utama Surabaya) “. 1.2.Peneliti Nama
: M.Nur Hidayatullah
NIM
: 04213027
Program Studi
: Sistem Informasi
2. ABSTRAKSI .
Seiring semakin berkembangnya teknologi web, diperlukan adanya
perubahan pula terhadap suatu sistem yang dibuat pada beberapa tahun yang lalu untuk mengikuti perkembangan yang ada dan menyesuaikan kebutuhan pengguna yang semakin kompleks. Hal ini terjadi pula pada Sistem Informasi Akademik (SIAKAD) Universitas Negeri Surabaya. Dalam pengembangan sistem tersebut digunakan sebuah starategi yang disebut dengan istilah waterfall dimana pengerjaan dari sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear, mulai dari requirement hinggga implementation. Kata kunci : SIAKAD, waterfall. 3. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sistem informasi akademik merupakan salah satu sistem berbasis komputer yang sangat membantu dalam proses pengolahan data proses akademik dalam suuatu instansi pendidikan. Salah satunya pada Universitas Negeri Surabaya dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak dan pengolahan data yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan suatu sistem yang mampu menangani pengolahan data dengan jumlah besar yang melibatkan puluhan proses. Disamping itu, perkembangan dunia IT yang semakin pesat menuntut perkembangan pula dalam hal sistem berbasis web. Saat ini telah banyak ditemukan teknologi – teknologi baru sebagai pengembangan dari teknologi sebelumnya untuk menjawab tantangan dan kebutuhan pengguna yang semakin
1
interaktif. Oleh sebab itu, rasanya perlu juga adanya pengembangan dalam SIAKAD UNESA untuk memudahakan pengguna dalam memanfaatkan sistem sekaligus menambahkan fitur – fitur baru yang dulunya belum ada dan dibutuhkan oleh pihak pengguna sistem. Dalam pengembangan tersebut, tim developer menggunakan suatu strategi yang merupakan metodologi yang dirasa cukup efektif dalam pengembangan SIAKAD tersebut. Model yang dipilih adalah waterfall dimana pengerjaan dari sistem dilakukan secara berurutan atau secara linear, mulai dari requirement hinggga implementation. Walaupun waterfall merupakan model lama, namun dianggap cukup efektif ketika melihat kondisi dari segi sistem maupun dari segi interaksi antara developer dengan client. 4. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan beberapa permasalahan yang diantaranya adalah : - Bagaimanakah penerpan metodologi waterfall dalam pengembangan SIAKAD UNESA. - Bagaimanakah efektifitas metedologi waterfall. - Apa hasil akhir yang didapat setelah sistem dikembangkan dengan metodologi waterfall.
5. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan tentang teori-teori dasar untuk memecahkan persoalan yang dibahas pada penelitian. 5.1.Metodologi Waterfall Waterfall Model adalah sebuah metode pengembangan software yang bersifat sekuensial.Metode ini dikenalkan oleh Royce pada tahun 1970 dan pada saat itu disebut sebaga isi klus klasik dan sekarang ini lebih dikenal dengan sekuensial linier.Selain itu Model ini merupakan model yang paling banyak dipakai oleh para pengembang software.Inti dari metodewaterfall adalah pengerjaan dari suatu system dilakukan secara berurutan atau secara linear.Jadi jika langkah satu belum dikerjakan maka
2
tidak akan bisa melakukan pengerjaan langkah 2, 3 dan seterusnya. Secara otomatis tahapan ke-3 akan bisa dilakukan jika tahap ke-1 dan ke-2 sudah dilakukan. Ada dua gambaran dari Waterfall Model, biarpun berbeda dalam menggunakan fase tapi intinya sama.
Keterkaitan dan pengaruh antar tahap ini ada karena output sebuah tahap dalam Waterfall Model merupakan input bagi tahap berikutnya, dengan demikian ketidak sempurnaan hasil pelaksanaan tahap sebelumnya adalah awal ketidak sempurnaan tahap berikutnya. Memperhatikan karakteristik ini, sangat penting bagi tim pengembang dan perusahaan untuk secara bersama-sama
melakukan
analisa
kebutuhan
dan
desain
system
sesempurna mungkin sebelum masuk kedalam tahap penulisan kode program. Secara garis besar Berikut penjelasan mengenai fase fase dalam waterfall. 1. Analisa kebutuhan (Requirement Analysis)/(Requirements analysis and definition) Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.Pengumpulan data dalam tahap ini bisa malakukan sebuah penelitian, wawancara atau study literatur.Seorang system analis akan menggali informasi sebanyakbanyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah system komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirement atau bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user dalam pembuatan sistem. Dokumen inilah yang akan menjadi acuan system analis untuk menterjemahkan kedalam bahasa pemprogram.
3
2. Design sistem (System Design) Proses desain akan menerjemahkan syarat kebutuhan kesebuah perancangan perangkat lunak yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada :struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi interface, dan detail (algoritma) prosedural. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software requirment. Dokumen inilah yang akan digunakan programmer untuk melakukan aktivitas pembuatan sistemnya. 3. Coding / penulisankode Program (Implementation) Coding merupakan penerjemahan design dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer.Dilakukan oleh programmer yang akan meterjemahkan transaksi yang diminta olehuser. Tahapan inilah yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu sistem.Dalam artian penggunaan computer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap system tersebut dan kemudian bisa diperbaiki. 4. Penerapan / pengujian program (Integration & Testing) Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah sistem.Setelah melakukan analisa, design dan pengkodean maka sistem yang sudah jadiakan digunakan oleh user. KeuntunganMetode Waterfall Kualitas dari sistem yang dihasilkan akan baik. Ini dikarenakan oleh pelaksanaannya secara bertahap. Sehingga tidak terfokus pada tahapan tertentu. Document pengembangan system sangat terorganisir, karena setiap fase harus terselesaikan dengan lengkap sebelum melangkah ke fase berikutnya. Jadi setiap fase atau tahapan akan mempunyai dokumen tertentu. Metode ini masih lebih baik digunakan walaupun sudah tergolong kuno, daripada menggunakan pendekatan asal-asalan. Selain itu, metode ini juga masih masuk akal jika kebutuhan sudah diketahui dengan baik. Kelemahan waterfall Diperlukan majemen yang baik, karena proses pengembangan tidak dapat dilakukan secara berulang sebelum terjadinya suatu produk. Kesalahan kecil akan menjadi masalah besar jika tidak diketahui sejak awal pengembangan yang berakibat pada tahapan selanjutnya. Pelanggan sulit menyatakan kebutuhan secara eksplisit sehingga tidak dapat mengakomodasi ketidak pastian pada saat awal pengembangan.
4
Pelanggan harus sabar, karena pembuatan perangkat lunak akan dimulai ketika tahap desain sudah selesai. Sedangkan pada tahap sebelum desain bisa memakan waktu yang lama. Pada kenyataannya, jarang mengikuti urutan sekuensial seperti pada teori. Iterasi sering terjadi menyebabkan masalah baru.
5.2.Jquery Ajax Asynchronous JavaScript and XMLHTTP, atau disingkat AJaX, adalah suatu teknik pemrograman berbasis web untuk menciptakan aplikasi web interaktif. Tujuannya adalah untuk memindahkan sebagian besar interaksi pada komputer web surfer, melakukan pertukaran data dengan server di belakang layar, sehingga halaman web tidak harus dibaca ulang secara keseluruhan setiap kali seorang pengguna melakukan perubahan. Hal ini akan meningkatkan interaktivitas, kecepatan, dan usability. Ajax merupakan kombinasi dari:
DOM yang diakses dengan client side scripting language, seperti VBScript dan implementasi ECMAScript seperti JavaScript dan JScript, untuk menampilkan secara dinamis dan berinteraksi dengan informasi yang ditampilkan Objek XMLHTTP dari Microsoft atau XMLHttpRequest yang lebih umum di implementasikan pada beberapa browser. Objek ini berguna sebagai kendaraan pertukaran data asinkronus denganweb server. Pada beberapa framework AJAX, element HTML IFrame lebih dipilih daripada XMLHTTP atau XMLHttpRequest untuk melakukan pertukaran data dengan web server. XML umumnya digunakan sebagai dokumen transfer, walaupun format lain juga memungkinkan, seperti HTML, plain text. XML dianjurkan dalam pemakaian teknik AJaX karena kemudahan akses penanganannya dengan memakai DOM JSON dapat menjadi pilihan alternatif sebagai dokumen transfer, mengingat JSON adalah JavaScript itu sendiri sehingga penanganannya lebih mudah Seperti halnya DHTML, LAMP, atau SPA, Ajax bukanlah teknologi spesifik, melainkan merupakan gabungan dari teknologi yang dipakai bersamaan. Bahkan, teknologi turunan/komposit yang berdasarkan Ajax, seperti AFLAX sudah mulai bermunculan. 6. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penjelasan pada poin sebelumnya telah dijelaskan bebrapa tahap dari metodologi waterfall atau yang disebut juga skuensial linear sebagai salah satu strategi dalam mengembangkan sistem informasi akademik UNESA. Namun dalam prakteknya, tidak semua tahap dari waterfall diterapkan dalam project 5
tersebut. Hal itu dikarenakan proses yang terjadi hanyalah pengembangan sistem berdasarkan sistem yang usdah jadi, sehingga tidak diperlukan lagi untuk mendesain ulang kerangka sistem. Hanya perlu menambahkan beberapa hal pada basis data dan beberapa fitur tambahan pada sistem yang ada. Berikut detail langkahnya berdasarkan analisis yang dilakukan penulis. Dalam prakteknya, terdapat satu orang pimpinan proyek (pimpro)dan dua anggota yang bekerja dimana selain kontrol terhadapa pengerjaan, pimpro juga bertugas untuk melakukan analisis ke pihak client. Proyek memang dikerjakan secara tim dengan pertimbangan mempersingkat waktu pengerjaan dan fungsionalitas sistem. Secara detail, berikut langkah fase – fase pengerjaan proyek pengembangan Sistem Informasi Akademik UNESA : 1. Analisis kebutuhan Pada tahap ini, pihak sevima melalui pimpinan proyek mengajukan form request kepada client tentang apa saja point tambahan yang diperlukan dalam sistem yang sudah berjalan sebelumnya. Melalui form tersebut client memasukkan semua permintaan baik dari segi perubahan bais data maupun perubahan dari segi aplikasi. Perubahan yang ada akan dianalisa oleh pimpro untuk dikordinasikan kembali dengan pihak client terkait perubahan yang dibutuhkan dan relevansi permintaan dari pihak client. Jika semua poin perubahan telah jelas dan relevan, maka poin tersebut selanjutnya dipetakan dalam sebuah dokumen untuk menentukan jadwal dan target penyelesaian, sekaligus pebagian tugas masing-maing anggota team. 2. Coding / penulisan program Dalam tahap ini, setiap anggota tim (programmer) akan mengerjakan poin yang telah menjadi tanggung jawabnya. Tidak hanya penulisan program, setiap programmer juga mempunyai tanggung jawab untuk melalukan test pada hasil kerjanya sendiri. Test yang dimaksud adalah pencarian eror dan efektifitas dari poin tersebut. Dengan tes tersebut, maka poin tersebut siap untuk dites pada tahap berikutnya dengan cara di integrasikan dengan poin – poin yang lain.
6
3. Penerapan program (tes dan implementasi) Tahap ini adalah tahap dimana proyek yang dibuat akan dipasang pada server milik client untuk menggantikan aplikasi sebelumnya. Sebelum diimplementasikan, biasanya sistem akan diuji coba terlebih dahulu dengan data asli yang diambil dari server milik client. Hal tersebut untuk memastikan program berjalan dengan baik dan efektif. Jika proses ini berjalan lancar, maka barulah dilakukan pemasangan di sisi server milik client. Setelah dilakukan pemasangan, sistem akan dites sekali lagi untuk memastikan tidak ada masalah yang muncul. Setelah semua tes selesai, barulah sistem siap untuk digunakan dalam kondisi yang sebenarnya.
7