1 PENERAPAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN

Download logi untuk meningkatkan produkti- vitas ternak, baik teknologi pakan maupun teknologi reproduksi. Me- reka belum mengenal Inseminasi. Buata...

0 downloads 450 Views 188KB Size
PENERAPAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK DOMBA Oleh: Setyo Utomo dan Nur Rasminati Program Studi Peternakan, Universitas Mercu Buana Yogyakarta [email protected]; [email protected]

Abstract The application of AI technology was aimed to improve the quality of sheep in the village Tanjungharjo within the framework of community economic empowerment. The activities centered in the hamlet Klajuran and Tanjunggunung, which has biggest number of sheep population. This activity was began with the selection of candidates for ewes and superior males. 32 ewes and 2 males were used in this activity. Prior to the AI, the ewes synchronized using PGF2α with a dose of 0.2 and 0.5 ml / IM / head and part of the ewes fed flushing. The results showed that the synchronization of applied technology for both flushing and non flushing indicate the occurrence of estrus with estrous intensity the average of 2.8. It could be concluded that almost all ewes synchronized shows estrous with near maximal intensity (3), which is swollen, red and slimy. Analysis of variance of flushing treatment showed significant different to estrous intensity (3 vs 2.6). Synchronization using different doses of PGF2α treatment and flushing yielded an average pregnancy rate is different too. The average pregnancy in the treatment flushing was 100%, while the nonflushing was 70%. While for the treatment of PGF2α dose, to 0.5 ml / head pregnancy rate reached 95% and to 0.2 ml / head pregnancy rate reached 80%. It can be concluded that the flushing and different doses of PGF2α have effect on the intensity of estrus and achievements AI. Keywords :

artificial insemination, estrous, Sheep

feed

flushing,

synchronization

yah Tanjungharjo, khususnya pada dua Pedukuhan Demplot, yaitu Klajuran dan Tanjunggunung. Kegiatan dilaksanakan selama delapan bulan efektif di lapangan yang terbagi dalam dua kegiatan, yaitu: penyuluhan motivasi, manajemen reproduksi,

A. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam skim kegiatan mono tahun Ipteks bagi Masyarakat (IbM) benar-benar langsung menyentuh kebutuhan masyarakat di wila1

2 dan teknologi Inseminasi Buatan (IB), serta budidaya ternak domba sebagai suatu kegiatan bisnis dan aplikasi teknologi IB di masyarakat. Populasi ternak di desa Tanjungharjo adalah sapi yang berjumlah 776 ekor, 441 ekor kambing, 428 ekor domba; rata-rata kepemilikan ternak sapi potong 1,46 ekor/ KK, kambing 0,98 ekor/KK dan domba 2,09 ekor/KK (Rasminati, 2009). Khusus untuk ternak domba, sebagian besar (67%) domba yang ada di desa Tanjungharjo adalah Domba Ekor Gemuk (DEG). Namun secara kualitas genetik, ternak domba yang ada masih belum baik, selain itu, pertambahan populasinya masih lambat. Hanya terdapat beberapa peternak domba yang mempunyai DEG kualitas unggul. Pada umumnya, jarak kelahiran ternak domba di wilayah Tanjungharjo masih relatif panjang (9 – 10 bulan) dengan jumlah anak rata-rata 1 – 2 ekor setiap kelahiran. Peternak di wilayah Tanjungharjo belum terbiasa dengan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak, baik teknologi pakan maupun teknologi reproduksi. Mereka belum mengenal Inseminasi Buatan (IB) untuk ternak domba, dan belum menerapkan teknologi flushing pakan untuk memperbaiki kualitas pakan domba. Selama ini, teknik perkawinan domba masih secara alami, dengan membiarkan ternak kawin ketika betina domba birahi dengan pejantan yang ada.

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

Melalui teknologi IB menggunakan pejantan unggul terpilih dari bangsa domba lokal, memungkinkan penyebaran kualitas genetik domba akan segera terwujud di masyarakat. Penerapan sinkronisasi dimungkinkan akan lahir dombadomba yang mengalami peningkatan kualitas secara bersamaan sehingga dapat mempercepat penyebaran kualitas genetik domba lokal. Kebiasaan peternak yang membiarkan ternaknya menyapih sendiri, kemudian baru dikawinkan lagi dapat mempengaruhi interval kelahiran. Selain itu, pemberian pakan yang kurang memenuhi kebutuhan ternak juga akan memperpanjang interval kelahiran. Interval kelahiran dipengaruhi oleh perkawinan kembali setelah melahirkan, lama bunting, waktu penyapihan cempe, dan produksi pakan di desa Tanjungharjo. Upaya peningkatan kualitas reproduksi juga dapat ditempuh melalui pemberian pakan (penguat) tambahan yang dinamakan flushing. Dengan flushing, diharapkan akan mempercepat waktu terjadinya estrus/ birahi bagi domba-domba calon induk (hasil penelitian umur pertama kawin domba di wilayah tersebut adalah 13 bulan) menjadi sekitar 10 bulan. Estrus kembali setelah beranak hasil penelitian daerah tersebut (Utomo, 2009) rata-rata 6 bulan, sehingga dalam 1 tahun hanya diperoleh 1 kali beranak. Penelitian flushing pakan dengan penambahan kuning telur pada induk-induk domba

3 menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap timbulnya birahi dan angka kebuntingan domba ekor gemuk di wilayah tersebut (Utomo, 2009). Melalui teknologi flushing akan terjadi estrus yang lebih cepat (menjadi 3 bulan pasca beranak) sehingga akan dihasilkan 3 kali beranak dalam 2 tahun. Pakan flushing juga meningkatkan lamb crop 10 – 20%, sehingga akan mempercepat pertambahan populasi domba dengan kualitas yang baik. Peningkatan kemampuan reproduksi ternak domba akibat pemberian pakan flushing pada akhirnya akan mampu meningkatkan populasi ternak domba secara lebih cepat karena domba akan efisien dalam aktivitas reproduksinya. Peningkatan efisiensi reproduksi ini jelas akan meningkatkan populasi ternak di suatu wilayah, sekaligus peningkatan pendapatan masyarakat. Keberadaan mitra akan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan model dan teknologi yang akan diterapkan di masyarakat. Di samping itu, mitra juga memandang teknologi ini akan sangat bermanfaat, terutama untuk meningkatkan kualitas genetik serta meningkatkan efisiensi reproduksi domba lokal yang dipelihara peternak. Hal lain yang mendukung pemanfaatan teknologi ini adalah bahwa melalui mitra dapat disampaikan perlunya perbaikan manajemen dalam pemeliharaan ternak domba, terutama dalam pemberian pakan dan manajemen reproduksi. Melalui

mitra, teknologi IB dan pemberian pakan flushing dapat diterapkan oleh masyarakat secara langsung sehingga diharapkan Desa Tanjungharjo akan mempunyai domba dengan kualitas genetik yang baik dengan tingkat pertumbuhan (ADG) yang tinggi dan kemampuan reproduksi yang baik juga. 2. Permasalahan Mitra Secara kualitas genetik, ternak domba yang ada saat ini di Desa Tanjungharjo masih belum baik. Selain itu, pertambahan populasinya masih lambat, yang ditunjukkan dengan rendahnya angka ADG, yaitu 30 – 45 g/hari (Rasminati, 2009) dan angka reproduksi hanya 1 kali beranak dalam 1 tahun. Hanya terdapat beberapa peternak domba yang mempunyai DEG kualitas genetik unggul (baik). Selain itu, pada umumnya jarak kelahiran ternak domba di wilayah Tanjungharjo saat ini masih relatif panjang (9 – 10 bulan) dengan jumlah anak rata-rata 1 – 2 ekor setiap kelahiran. Permasalahan lain adalah umur beranak pertama yang relatif panjang, yaitu rata-rata 13 bulan dan kembalinya estrus (birahi) setelah beranak yang terlalu lama, rata-rata 6 bulan (Utomo, 2009). Peternak di wilayah Tanjungharjo belum terbiasa dengan teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak, baik teknologi pakan maupun teknologi reproduksi. Mereka belum mengenal Inseminasi Buatan (IB) untuk ternak domba,

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba

4 serta belum menerapkan teknologi flushing pakan untuk memperbaiki kualitas pakan domba. Selama ini, teknik perkawinan domba dilakukan secara alami, dengan membiarkan ternak kawin ketika betina domba birahi dengan pejantan yang ada. Berdasarkan fakta-fakta capaian produktivitas domba di Tanjungharjo, permasalahan manajemen baik manajemen pemberian pakan, manajemen reproduksi maupun permasalahan bibit menjadi kendala utama usaha ternak domba di wilayah tersebut. 3. Solusi yang Dilaksanakan Solusi dilaksanakan melalui penggunaan teknologi yang benarbenar dapat dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan potensi yang tersedia, murah, dan mudah. Metode pendekatan yang ditawarkan untuk mendukung realisasi program ini adalah dengan mengajak masyarakat melaksanakan perhitungan usaha ternak domba yang sudah dijalankan sampai dengan capaian hasil yang sudah dirasakan. Kemudian, melakukan perhitungan dan analisis ekonomi pada domba yang dipelihara secara intensif, yaitu beranak 3 kali dalam 2 tahun dengan kualitas ternak yang relatif lebih baik. Diharapkan peternak akan timbul kesadaran berusaha dan secara sukarela akan melaksanakan penerapan Iptek yang ditawarkan. Kegiatan ini dilakukan melalui pertemuan dengan kelompok ternak yang ada

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

di Desa Tanjungharjo dalam bentuk kegiatan diklat. Kegiatan selanjutnya adalah perbaikan kualitas keturunan domba melalui penerapan teknologi flushing pakan, baik bagi calon induk (domba yang berumur 9 – 10 bulan) maupun bagi induk (2 – 3 bulan) pasca beranak. Terapan teknologi selanjutnya adalah melalui sinkronisasi birahi (estrus) menggunakan perlakuan hormonal PGF2α secara IM, kemudian penerapan perkawinan dengan teknologi IB semen segar (dengan pengencer citrat kuning telur) menggunakan pejantan domba lokal (DEG) terpilih yang memiliki keunggulan secara fenotipik. 4. Maksud dan Tujuan a. Penyadaran pemeliharaan ternak domba dari pola tradisional mengarah ke sistem intensif. b. Pemanfaatan hasil persilangan dengan teknologi IB sehingga dihasilkan keturunan yang memiliki phenotipik baik. c. Peningkatan pendapatan masyarakat karena domba yang dipelihara memiliki kualitas baik sehingga meningkatkan nilai jual. d. Terwujud sentra bibit domba berkualitas di Tanjungharjo. 5. Partisipasi Mitra Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program ditunjukkan melalui dukungan dan kesanggupan kerjasama sebagai mitra dengan tim dari Universitas Mercu Buana Yogyakarta dalam penerapan Ipteks bagi

5 masyarakat. Partisipasi mitra ini ditunjukkan melalui pelaksanaan kegiatan secara bersama-sama dalam hal pemilihan dan penyiapan calon induk maupun induk, melaksanakan pemberian flushing, memilih pejantan yang baik dan disukai peternak, serta memelihara domba sesuai petunjuk pelaksanaan sebagaimana penerapan teknologi flushing, sinkronisasi estrus, dan merawat kebuntingan sampai beranak. 6. Target Luaran Berdasarkan kegiatan penerapan teknologi ini, dihasilkan luaran berupa hal seperti berikut. 1. Perubahan mindset peternak dalam memelihara domba yang berorientasi pada keuntungan (profit oriented). 2. Umur beranak pertama yang tepat (15 bulan) dari umur beranak pertama 20 bulan. 3. Peningkatan jarak beranak (lambing interval) dari 2kali/2 tahun menjadi 3 kali/2 tahun serta adanya peningkatan kualitas genetik domba yang ada di wilayah mitra. 4. Peningkatan lamb crop 10 – 20%

B. METODE PENGABDIAN 1. Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan dilaksanakan dari bulan April 2011 s/d bulan Desember 2011 (8 bulan efektif) di Dusun Klajuran dan Dusun Tanjunggunung.

2. Materi Bahan yang digunakan dalam kegiatan dari semenjak persiapan hingga pelaksanaan teknologi IB adalah peternak, ternak domba calon induk, teser, pejantan DEG. Alat yang digunakan meliputi peralatan kandang domba, alat ukur vital statistik, alat tulis, quisener, peralatan uji mikroskopis, seperangkat alat penampungan termasuk seperangkat alat Vagina Buatan, thermos, air hangat, handuk kecil, seperangkat alat IB (spuit 5 ml dan kateternya). 3. Metode Pelaksanaan kegiatan PPM yang langsung berkaitan dengan terapan aplikasi Inseminasi Buatan meliputi hal-hal seperti berikut. a. Persiapan calon induk, melibatkan 21 orang mahasiswa yang diterjunkan di dua pedukuhan, yaitu Klajuran dan Tanjunggunung dengan pertimbangan di dua dusun tersebut populasi domba terbanyak. Mahasiswa mencari calon induk dengan syarat umur minimal sudah di atas 10 bulan, dan sedang tidak bunting. Dari observasi ini, diperoleh 20 ekor calon induk/induk di Dusun Klajuran (domba ekor kurus) dan 12 ekor calon induk/induk domba (domba ekor kurus) di Dusun Tanjunggunung. b. Calon induk yang ada di Klajuran selanjutnya diberi pakan tambahan menjelang estrus (Utomo, 2009) dengan kadar ekstra pro-

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba

6

c.

d.

e.

f.

g.

tein dan ekstra energi selama 10 hari. Pakan flushing diberikan sebanyak 2 kg/ekor/hari dengan komposisi protein (%) yang berasal dari bekatul 10% sebanyak 1 kg, tepung jagung 2 – 3% sebanyak 0,5 kg, nasi aking 1 – 2% sebanyak 0,5 kg; kuning telur 18 – 19% sebanyak 22,4 g/ekor. Calon induk yang ada di Klajuran maupun di Tanjunggunung dilakukan sinkronisasi menggunakan PGF2α dengan dosis 0,2 dan 0,5 ml/IM/ekor. Selama 48 jam pasca penyuntikan sinkronisasi birahi, dilakukan pengamatan birahi, yaitu adanya perubahan-perubahan pada tubuh induk yang meliputi vulva bengkak, memerah, berlendir. Sinkronisasi kedua dilaksanakan 10 hari berikutnya, dan semua calon induk/induk dilakukan IB. Pelaksanaan IB yang diawali dengan penampungan semen DEG milik 2 peternak di Dusun Wijimulyo yang terpilih sebagai pemacek, kemudian pemeriksaan sperma, pengenceran dan pelaksanaan IB. Dosis yang digunakan berdasarkan volume semen yang diencerkan, yaitu 1 ml/ekor dengan dosis IB sekitar 100 juta sel/IB/ ekor. Pelaksanaan IB menggunakan metoda vaginal dengan deposisi semen pada daerah portio vaginalis services. Deteksi kebuntingan dilakukan dengan menandai kembali tidak-

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

nya birahi pada hari ke 18 – 20 pasca IB. h. Evaluasi kebuntingan (Non Return = NR) dilakukan setiap bulan hingga bulan ke – 4 yang tingkat kebuntingannya dinyatakan dalam persentase. 4. Data yang Diambil Data kegiatan yang diambil dalam penerapan ipteks ini adalah intensitas birahi dan nonreturn karena pengaruh pemberian flushing dan dosis PGF2α. Data Intensitas Berahi dan NR (kebuntingan) selanjutnya diuji beda nyata dan Dianalisis secara deskriptif. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh Flushing dan Dosis PGF 2 α terhadap Estrus/Birahi Penerapan teknologi IB diawali dengan kegitan sinkronisasi birahi terhadap calon-calon induk yang terpilih sesuai dengan persyaratan. Sebelum dilakukan sinkronisasi birahi, sebagian domba diperlakukan dengan pemberian pakan tambahan (flushing) selama 10 hari. Sinkronisasi dilakukan terhadap induk atau calon induk menggunakan metoda IM (intra muscular) di daerah femur dengan dosis 0,2 dan 0,5 ml/ekor. Pengaruh pemberian flushing dan dosis PGF2α yang berbeda terhadap angka intensitas berahi secara rata-rata menunjukkan perbedaan yang nyata, sebagaimana tertera pada Tabel 1.

7 Tabel 1. Angka Intensitas Berahi Domba Berdasarkan Perlakuan Perlakuan ml/ekor Perlakuan Ulangan Rata-rata 0,20 0,50 Flushing 1 3 3 2 3 3 3 3 3 Rata-rata 3 3 3a Non flushing 1 3 2 2 3 3 3 1 3 4 2 3 5 3 Rata-rata (ns) 2,5 2,7 2,6b Hasil sinkronisasi baik untuk flushing maupun nonflushing menunjukkan terjadinya estrus dengan Angka Intensitas Birahi (AIB) ratarata total 2,8 atau dapat dinyatakan hampir semua calon induk yang disinkronisasi menunjukkan birahi dengan intensitas mendekati maksimal (3), yaitu bengkak, merah dan berlendir. Jika dilakukan analisis variansi terhadap perlakuan flushing menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap AIB, yaitu flushing 3 dan nonflushing 2,6. Kondisi ternak domba secara umum di Tanjungharjo dengan pola pemberian pakan digembalakan dengan sesekali diberikan pakan konsentrat limbah rumah tangga menunjukkan tingkat kecukupan pakan yang relatif baik sehingga perlakuan pakan flushing dan dosis PGF2α dalam sinkronisasi estrus tidak memberikan efek yang nyata timbulnya

birahi namun secara nyata berpengaruh terhadap intensitas/kekuatan birahi/ sex desire (Godfry, 2003). 2. Pengaruh Flushing dan Dosis PGF2α terhadap NR (Kebuntingan) Pemberian flushing dan PGF2α yang berbeda akan berpengaruh terhadap kebuntingan berdasarkan nonreturn (tidak kembalinya birahi), selengkapnya tertera pada Tabel 2. Sinkronisasi menggunakan dosis PGF2α berbeda dan perlakuan flushing menghasilkan rata-rata angka kebuntingan yang berbeda. Ratarata kebuntingan pada perlakuan flushing 100%, sedangkan nonflushing 70%. Sementara untuk perlakuan dosis PGF2α, untuk 0,5 ml/ekor dicapai angka kebuntingan 95% dan untuk 0,2 ml/ekor dicapai angka kebuntingan 80%.

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba

8 Table 2. Angka Kebuntingan Domba Ekor Gemuk yang di IB pada Perlakuan yang Berbeda (%) Perlakuan Flushing Non flushing Rata-rata

Level hormone PGF2α (ml/ekor) 0,2 0,5 100 100 60 80 80 90

Secara deskriptif perlakuan flushing memberikan angka kebuntingan paling tinggi (100%). hAl ini disebabkan tambahan nutrient akan memberikan pengaruh positif terhadap fungsi dan peranan kelenjar endokrin sebagai penghasil hormone (Partodihardjo, 1987). Fluktuasi hormon reproduksi baik yang mengikuti mekanisme umpan balik negatif maupun positif akan mengakibatkan fluktuasi level hormon reproduksi dalam darah semakin tajam. Akibatnya, proses reproduksi dan kesiapan lingkungan internal benar-benar mendukung proses kebuntingan (Utomo, 2009). Hal yang sama juga terjadi pada penambahan level PGF2α yang menyebabkan penambahan level prostaglandin sehingga menyebabkan lisisnya Corpus lutheum yang berakibat menurunnya hormon progesterone dan meningkatnya level hormone FSH. Hormon FSH berperan dalam stimulasai pertumbuhan dan perkembangan folikel dan oocyt. Akibatnya, tingkat ovulasi juga akan terjadi secara sempurna dan memungkinkan kesempatan fertilisasi meningkat karena kemungkinan folikel de graff

Inotek, Volume 16, Nomor 1, Februari 2012

Rata-rata 100 70

yang mengalami ovulasi juga meningkat (Utomo, 2004). E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Pemberian flushing pakan dan dosis PGF2α berpengaruh terhadap angka intensitas estrus dan capaian hasil IB. 2. Saran Aplikasi flushing pakan perlu dilakukan dan untuk tujuan efisiensi sinkronisasi estrus sebaiknya menggunakan dosis PGF2α sebanyak 0,5 ml/IM/ekor. Namun, untuk tujuan ekonomis penggunaan 0,2 ml/ekor/ IM tetap dianjurkan. F. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan setinggi-tingginya kepada: 1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada masyarakat (Dit. Litabmab, Kemdikbud) atas fasilitas pendanaan kegiatan Ipteks bagi Masyarakat tahun 2011. 2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UMB Yogyakarta, yang mengawal terselesaikannya kegiatan ini dengan baik di lapangan

9 DAFTAR PUSTAKA Obst,J.M. T. Boyes and T Chaniago, 1980. “Reproductive Performance of Indonesian Sheep and Goat”. Procc. Aust. Soc Anim. Prod. 13 : 321-324.

Tillman A.D., Hari Hartadi, Soedomo R, Soeharto P dan Soekamto L, 1984. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Partodihardjo,S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta.

Utomo, S. 2004. Capaian Tingkat Reproduksi Kambing dan Domba Lokal di Tingkat Petani di Kabupaten Bantul. Laporan Penelitian, Prodi Peternakan, Fak. Pertanian, UWM, Yogyakarta.

Rasminati, N. 2009. “Efektivitas Penerapan Model Ketahanan Pangan di Desa Tanjungjarjo, Kecamatan Nanggulan dengan Pola Integrated Farming Tanaman – Ternak”. Jurnal Caraka Tani Fakultas Pertanian UNS. Vol XXIV No. 2, Oktober 2009. ISSN: 08543984 R.W. Godfry I. A.J. Weis and R.E. Dodson, 2003. Journal of Animal and Veterinary Advances 2 (3): 184-190. Grace Publications Network. 2003. Agryculture Experiment Station, University of The Virgin Island.

______. 2009. “Pengaruh Pemberian Flushing Pakan terhadap Capaian Hasil IB dan Kajian Ekonominya pada Domba untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Desa Tanjungharjo”. Jurnal Caraka Tani Fak. Pertanian UNS. Vol XXIV No. 2, Oktober 2009. ISSN : 0854-3984.

Penerapan Teknologi Inseminasi Buatan pada Ternak Domba