1 PENGARUH SINETRON TELEVISI TERHADAP POLA HIDUP MASYARAKAT

Download hidupnya, sementara ada 7% masyarakat menyatakan bahwa tanyangan sinetron televisi tidak mempengaruhi pola ... Televisi Swasta Terhadap Sik...

0 downloads 387 Views 121KB Size
Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

PENGARUH SINETRON TELEVISI TERHADAP POLA HIDUP MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN BOYOLALI Edy Susena Manajemen Informatika, Politeknik Indonusa Surakarta email: [email protected]

Abstract Untuk dapat menarik perhatian khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Ketika melihat merebaknya berbagai sinetron saat ini, secara tidak disadari kita sedang mengarah kepada pembentukan sistem nilai sesuai dengan apa yang ditampilkan di dalam sinetron tersebut. Masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali yang banyak memiliki waktu luang, karena masyarakat desa bekerja di ladang dan sawah seharian penuh mulai dari pagi sampai menjelang malam hari. Pada malam harinya mereka beristirahat dan menghibur diri dengan menonton televisi. Televisi disini memang merupakan media hiburan bagi masyarakat desa di malam hari saat mereka bersantai. Metode penelitian yang digunakan adalah naratif diskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, kuisioner, studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa tayangan sinetron di televisi terbukti mempengaruhi pola hidup masyarakat desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali, tingkat kepengaruhannya bervasiasi yaitu 22% sangat mempengaruhi, 42% mempengaruhi, 29% cukup mempengaruhi pada pola hidupnya, sementara ada 7% masyarakat menyatakan bahwa tanyangan sinetron televisi tidak mempengaruhi pola hidup masyarakat. Kata kunci : Sinetron, Televisi, Pola Hidup actual dalam negeri maupun luar negeri. Banyaknya stasiun-stasiun televisi yang menyajikan acara dengan format yang berbeda-beda, maka semakin terasa televisi sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat. Hadirnya banyak stasiun televisi di Indonesia dengan berbagai macam acara yang bervariasi telah membawa hal baru dalam dunia hiburan. Banyak sekali acara televisi dengan format yang lebih bagus dan dapat menarik perhatian masyarakat, tidak hanya sekedar musik, olahraga, masak ataupun talkshow tetapi juga sinetron yang semakin mendominasi hampir semua stasiun televisi di Indonesia. Semua stasiun-stasiun televisi berlomba menayangkan acara yang terbaik agar ditonton banyak orang sehingga rating meningkat dan akhirnya pemasukan pendapata dari iklan pun mengalir deras. Masyarakat indonesia khususnya yang tinggal di desa yang banyak memiliki waktu luang, karena masyarakat desa bekerja di ladang dan sawah seharian penuh mulai dari pagi sampai menjelang malam hari. Pada malam harinya mereka beristirahat dan menghibur diri dengan menonton televisi. Televisi disini memang merupakan media

1. PENDAHULUAN Ketika melihat merebaknya berbagai sinetron saat ini, secara tidak disadari kita sedang mengarah kepada pembentukan sistem nilai sesuai fdengan apa yang ditampilkan di dalam sinetron tersebut. Ketika ditampilkan konflik si kaya dan si miskin, seorang kaya dikesankan dengan kemewahan dan kekuasaan yang diukur dari banyaknya harta dan tingginya jabatan. Sedangkan si miskin ini hidup dengan seadanya dan kekurangan secara materi. Padahal kemiskinan itu tidak semata diukur dengan hal materi saja. Hal tersebut seperti menampilkan sistem nilai yang dibawa oleh kapitalisme bahwa siapa yang kaya dia adalah orang yang memiliki banyak harta. Dan faktanya di Indonesia hanya sedikit sinetron yang mengajarkan kekayaan hati Semaraknya sinetron di Indonesia saat ini dikarenakan perkembangan jumlah stasiun televisi swasta yang bermunculan. Tayangan sinetron dapat dijumpai pada stasiun RCTI, SCTV, MNCTV dan Indosiar. Sedangkan stasiun televisi yang menayangkan musik pop atau dangdut dapat kita jumpai pada stasiun MNCTV dan Global TV, Trans 7 dan Trans TV lebih seringf menayangkan berita-berita

1

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

hiburan bagi masyarakat desa di malam hari saat mereka bersantai. Dan semua tahu dengan jelas bahwa setiap hari mulai pukul 18.00 WIB sampai menjelang tengah malam semua program stasiun televisi menayangkan yang dijadikan solusi bagi masyarakat Indonesia untuk menghibur diri. Masyarakat pedesaan yang pada umumnya berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang dan sebagainya. Dengan berbagai keterbatasan materi karena mata pencaharian yang dikerjakan hanya mampu memenuhi kebutuhan makanan saja, maka sering kali masyarakat pedesaan memaksa kehendaknya untuk dapat meniru penampilan dan gaya hidup pemeran di televisi seperti yang ditayangkan. Selain itu dengan keterbatasan mereka dapat menyebabkan kegagalan proses komunikasi contohnya mereka bisasaja mengurangi, mengubah, memperbesar pesanpesan yang disampaikan dalam tayangan televisi tersebut sehingga pesan yang sederhana akan disampaikan tidak dapat tersampaikan dengan benar.

1. James A.F Stoner, dalam bukunya yang berjudul : Manajemen , menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. 2. John R. Schemerhorn cs. Dalam bukunya yang berjudul : Managing Organizational Behaviour, menyatakan bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirimkan dan menerima simbol-simbol yang berati bagi kepentingan mereka. 3. William F. Glueck, dalam bukunya yang berjudul : Manajemen menyatakan bahwa komunikasi dapat dibagi dalam dua bagian utama, yaitu: a. Interpersonal Communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara dua orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia. b. Organizational Comunications, yaitu dimana pembicara secara sistematis memberikan informasi dan memindahkan pengertian informasi kepada orang banyak didalam organisasi dan kepada pribadi-pribadi dan lembaga-lembaga di luar yang ada hubungan (Widjaja, 1997:8).

2. KAJIAN LITERATUR DAN PEGEMBANGAN HIPOTESIS Menurut penelitian yang dilakukan oleh C. Suprapti Dwi Takariani (2013) berjudul Pengaruh Sinetron Remaja Di Televisi Swasta Terhadap Sikap Mengenai Gaya Hidup Hedonis, yang dimuat dalam jurnal Penelitian Komunikasi Balai pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Bandung menjelaskan bahwa tayangan sinetron saat ini hampir mendominasi program acara di televisi swasta. Tema – tema cerita sebagai besar berisi gaya hidup remaja yang glamor dan kemewahan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa tayangan sinetron remaja di televisi swasta berpengaruh secara signifikan terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis. Menurut Carl I. Hovland, pengertian komunikasi adalah “Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap” (Effendy, 2002:10). Sementara menurut Stewart L. Lubis dan Sylvia Moss komunikasi adalah “proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih”. (Mulyana, 2001:69). Untuk lebih jelasnya, para ahli memberikan batasanbatasan dan pengertian dari pengertian komunikasi, yaitu:

Sinetron adalah singkata dari Sinema Elektronika, dsalah satu acara televisi yang disukai masyarakat secara umum. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan sehari-hari manusia yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memilioki karakter masingmasing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario. Hampir setiap stasiun televisi swasta di Indonesia menayangkan berbagai judul sinetron andalannya. Namun pada umumnya sinetron di negara Indonesia sebagian besar hanya menonjolkan pada sisi cerita dan ranting saja tanpa mempedulikan efek yang ditimbulkan oleh sinetron-sinetron tersebut. Akhirnya membuat sinetron tidak lagi mendidik, tetapi hanya menyajikan hal-hal yang bersifat menghibur. Hal ini banyak terjadi

2

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

di indonesia yang pada umumnya bercerita seputar kehidupan remaja, percintaan,persahabatan dan kekayaan. Dibawah ini adalah beberapa ciri sinetron khas indonesia yang kurang mendidik dikutip dari (http://forum.kompas.com) 1. Bercerita tentang seseorang yang penuh penderitaan lahir batin (lemah daya) 2. Ada tokoh antagonis yang sadis dengan akting yang berlebihan dan tidak wajar selayaknya penjahat normal 3. Biasanya bahagia di akhir cerita (happy ending) 4. Semakin tokohnya menderita penuh derita semakin bagus 5. Kadang kalau ceritanya habis, dibuat cerita tambahan yang kesannya seperti memaksa 6. Tokoh utamanya dipilih yang ganteng dan cantik saja 7. Tidak sesuai dengan perilaku dan gaya hidup didaerah maupun di Indonesia 8. Memperlihatkan dan mengumbar kemewahan duniawi 9. Kurang isi pesan / makna positif dibalik cerita 10. Cerita dibuat berseri dengan akhir yang ngambang supaya yang nonton jadi gemes dan penasaran 11. Cerita selanjutnya bersambung minggu depan terasa sangat lama sekali sehingga yang ketagihan nonton sering teringat jenius.

Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal mulai menyesuaikan hal-hal yang diterimanya dengan realitas sosial. Sehingga pengaruhnya akan cepat diterima terutama pada aspek kognitif yang meliputi pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan tayangan kekerasan bahkan aspek behavioral yang meliputi tindakan untuk meniru adegan kekerasan. Selain itu dapat kita rasakan bahwa program-program media masa televisi Indonesia pada saat ini tidak hannya berkutat pada masalah kekerasan, bahkan motif dan modus tindak kejahatan terkadang ditayangkan. Program-program tayangan TV gaya hidup dan gaya berpakaianpun sudah lagi tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang lebih cenderung “tertutup dan sopan”, sehingga hal ini memberikan demonstration effect pada pemuda-pemudi kita yang dapat melihat nilai-nilai pergaulan Barat yang sangat bebas. Dalam film-film yang ditayangkan TV sering kita melihat adegan-adegan seks bebas yang dilakukan laki-laki dengan perempuan yang belum menikah. Menurut Wahyudi (1994:17) televisi berasal dari dua kata yang berbeda asalnya, yaitu tele yang berarti jauh, dan visi (vision) yang berarti penglihatan. Dengan demikian televisi, yang dalam bahasa Inggrisnya television, diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh di sini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi disuatu tempat (studio televisi). Setyobudi (2005: 2) mengenai televisi secara harfiah artinya “melihat dari jauh”. Namun demikian, dalam pengertian sederhana ini sebenarnya meliputi dua bagian utama yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (view) bersama-sama dengan sinyal suara sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua, televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal tersebut dan mengubanhya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi tidak dapat dilihat dan didengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan pesawat televisi adalah alat yang dapat digunakan untuk melihat mendengar dari tempat jauh.

Sinetron di televisi merupakan salah satu bentuk untuk mendidik masyarakat dalam bersikap, berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Masyarakat yang menonton sinetron mungkin secara tidak sadar akan meniru pengaruh buruk apa yang ditonton ditelevisi. Kehidupan yang ideal tersebut sebagian besar ditampilkan padatayangan sinetron ditelevisi setiap hari. Padahal tayangan sinetron yang ditayangkan ditelevisi sekarang ini banyak menunjukkan hal-hal yang tidak santun dalam berpakaian, dan perilaku berinteraksinya. Akibatnya muncul perilaku hedonis, materialistis, egois dan perilaku seenaknya pada diri masyarakat. Menurut Hurlock (Suharto, 2006) tahap perkembangan anak-anak hingga remaja, pada fase inilah remaja mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan sosial yang tinggi. Khalayak remaja mulai menyesuaikan pola perilaku sosial sesuai tuntutan sosial.

Fungsi Televisi

3

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan (Effendi, 1984: 27-28) 1. Fungsi penerangan (the information function) Dalam melaksanakan fungsinya sebagi sarana penerangan, stasiun televisi, selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi gambargambar yang sudah tentu faktual. 2. Fungsi pendidikan (the educational function) Sesuai dengan makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, dan lain-lain. 3. Fungsi hiburan (the entertainment function) Fungsi hiburan yang melekat pada siaran televisi sangat dominan. Sebagian besar dari alokasi waktu siaran diisi oleh acaraacara hiburan. Hal ini dapat dimengerti, oleh karena pada layer televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati di rumah oleh seluruh keluarga.

Kekuatan media televisi Kekuatan media televisi menurut Kuswandi (1999:23) antara lain: 1. Menguasai ruang, hal ini dikarenakan teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel, dan fiber yang dipancarkan melalui satelit. 2. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. 3. Nilai aktualisasi terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. 4. Daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif). 5. Informasi yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi. Program televisi Kata “program” berasal dari bahasa Inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemprograman (Soenarto, 2007:1). Sedangkan menurut Rukmananda (2004: 213), programming adalah teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan.

Karakteristik televisi Menurut Riswandi, (2009:5), televisi memiliki karakteristik, antara lain: 1. Audiovisual: televisi memiliki kelebihan dapat di dengar (audio) dan di lihat (visual), karena sifat audiovisual ini, selain kata-kata televisi juga menampilkan informasi-informasi yang disertai gambar, baik gambar diam seperti foto, gambar peta, maupun film berita, yakni rekaman peristiwa. 2. Berpikir dalam gambar: ada 2 tahap yang dilakukan dalam proses ini, pertama: visualisasi, yaitu menterjemahkan katakata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar-gambar. Kedua: penggambaran, yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoprasian atau cara kerja yang kompleks: dibandingkan dengan media radio, pengoprasian atau cara kerja yang kompleks karena lebih banyak melibatkan orang.

Pengertian Masyarakat “Masyarakat” yang berarti pergaulan hidup manusia sehimpun orang yang hidup bersama dalam sesuatu tempat dengan ikatan aturan tertentu, juga berarti orang, khalayak ramai”. Menurut Hasan Sadily memberi pengertian bahwa masyarakat ialah “Kesatuan yang selalu berubah, yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan terjadi proses perubahan itu”. Sedangkan menurut Plato masyarakat ialah “merupakan refleksi dari manusia perorangan”. Suatu masyarakat akan mengalami keguncangan sebagaimana halnya manusia perorangan yang terganggu keseimbangan jiwanya yang terdiri dari tiga unsur yaitu nafsu, semangat dan intelegensia.

4

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Pola Hidup Masyarakat Dalam sub bab ini yang penulis maksudkan ialah pola hidup yang dilakukan berupa kebiasaan untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dalam kehidupan sehari-hari, seperti pertanian, perkebunan perdagangan dan lain-lain semacamnya, serta akibatnya bagi kelanjutan pendidikan anak-anak mereka. Dapat kita pula ketahui bahwa mayoritas penduduk masyarakat di suatu desa diduduki oleh kaum petani yang merupakan pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sebagian untuk kepentingan sosial. Lainnya, perlu juga di ketahui pula bahwa biasanya dalam suatu desa pola hidup mereka selain dari petani tambak, petani sayur mayur, perkebunan dan sebagian sebagai seorang nelayan, pedagang, tukang kayu, tukang batu, buruh tani, dan pegawai. Dalam suatu desa dimana terlihat pada masyarakat masih banyak membedakan nilainilai budaya antara orang kaya dengan orang miskin, antara masyarakat yang masih keturunan raja dengan masyarakat biasa. Perbedaan ini masih terdapatnya sistem perburuan bagi masyarakat jelata, misalnya bagi seorang kaya (mampu) masih banyak yang mempunyai buruh tani untuk mengerjakan sawah atau ladangnya, kemudian setelah berhasil di beri upah sebagai imbalan yang belum memadai jerih payah seorang petani dan lain-lain.

3.2. Metodologi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada masyarakat Pedesaan di Kabupaten Boyolali adalah metode deskriptif naratif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut : 1. Data Primer 1) Metode interview Penulis melakukan tanya jawab langsung kepada masyarakat di desa 2) Metode observasi Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi di Pedesaan Kabupaten Boyolali. Yaitu di Desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali. 3) Metode kepustakaan Penulis menggunakan berbagai buku literatur yang relevan, artikel-artikel/ebook yang resmi serta jurnal ilmiah resmi dari internet. 2. Data Sekunder Data sekunder didapat dengan cara melakukan penyebaran kuisioner langsung ke masyarakat Pedesaan di Kabupaten Boyolali.

Bentuk Pola Hidup Masyarakat Pola hidup masyarakat tidak hanya menyangkut lapangan pekerjaan pendidikan dan kehidupan keluarga belaka, tetapi jauh dari itu meliputi keorganisasian masyarakat sosial, upacara dan adat istiadat yang berlaku serta kehidupan keragamaan, namun dalam suatu masyarakat atau desa terdapat beberapa pola hidup, tapi dalam pembahasan ini penulis hanya mengambil salah satu diantaranya adalah masalah sosial.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Penulis melakukan pengumpulan data terhadap 100 responden pada masyarakat di Desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali dengan berbagai cara antara lain: 1. Data Primer 1) Metode interview Hasil pengumpulan data dengan metode ini penulis mendapatkan data tentang sinetron yang ditayangkan di

3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian yang direncanakan secara garis besar dapat digambarkan dengan bagan sebagai berikut :

5

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

televisi. Sinetron yang sering dilihat oleh masyarakat antara lain: Tabel 1. Daftar Sinetron No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Judul Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Raden Kian Santang Putri yang Ditukar Suami Suami Takut Istri Islam KTP Emak Ijah Pengen Ke Mekah Tendangan Si Madun Ganteng Ganteng Serigala

Siswodipuran, Boyolali. Kuisioner yang disebarkan ada 2 yaitu: 1. Kuisioner pertama untuk mencari sinetron apa yang paling sering ditonton oleh masyarakat 2. Kuisioner kedua untuk mengetahui pengaruh sinetron yang sering ditonton terhadap pola hidup masyarakat.

Televisi

Ketika melihat merebaknya berbagai sinetron saat ini, secara tidak disadari masyarakat yang menonton sedang mengarah kepada pembentukan sistem nilai sesuai dengan apa yang ditampilkan di dalam sinetron tersebut. Berdasarkan kusioner yang dibagikan kepada masyarakat desa Desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali didapat data bahwa masyarakat senang sekali melihat sinetron yang ditayangkan di televisi nasional. Berikut data hasil pengolahan kuisioner 100 responden untuk mencari 5 (lima) sinetron yang disukai oleh masyarakat. Tabel 2. Daftar Sinetron yang Disukai oleh Masyarakat

Muslimah Kasih dan Amara Manusia Harimau Bawang Merah Bawang Putih Samson Dan Dahlia Bajaj Bajuri 7 Manusia Harimau

2) Metode observasi Penulis melakukan observasi langsung ke lokasi di Desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali. Metode observasi penulis mendapatkan data antara lain: 1. Kehidupan masyarakat Mata pencaharian masyarakat desa Tegalsari RT.4/6 sebagian besar sebagai petani, pedagang, butuh dan sebagian lagi ada yang PNS 2. Hiburan yang sering ditonton adalah tayangan televisi, khususnya tayangan sinetron sangat disukai 3) Metode Kepustakaan Penulis menggunakan berbagai buku literatur yang relevan, artikel-artikel/ebook yang resmi serta jurnal ilmiah. Jurnal yang digunakan oleh penulis se bagai referensi adalah: 1. Pengaruh Tayangan Sinetron Remaja di Televisi Terhadap Anak yang ditulis oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S.Kom, M.Si 2. Pengaruh Sinetron Remaja di Televisi Swasta Terhadap Sikap Mengenai Gaya Hidup Hedonis yang ditulis oleh C. Suprapti Dwi Takariani 2. Data Sekunder Data sekunder didapat dengan cara melakukan penyebaran kuisioner langsung ke masyarakat Desa Tegalsari RT.4/6,

No.

Judul Sinetron

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Tukang Bubur Naik Haji Raden Kian Santang Putri yang Ditukar Suami Suami Takut Istri Islam KTP Emak Ijah Pengen Ke Mekah Tendangan Si Madun Ganteng Ganteng Serigala Muslimah Kasih dan Amara Manusia Harimau Bawang Merah Bawang Putih Samson Dan Dahlia Bajaj Bajuri 7 Manusia Harimau

Jumlah Penonton 16 9 11 3 6 8 15 3 4 1 1 4 3 13 3

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diambil data bahwa ada 5 (lima) sinetron yang disukai oleh masyarakat yaitu: 1. Tukang Bubur Naik Haji yang ditayangkan RCTI 2. Suami – Suami Takut Istri yang ditayangkan Trans TV 3. Manusia Harimau yang ditayangkan MNC TV 4. Ganteng Ganteng Serigala yang ditayangkan SCTV 5. Muslimah yang ditayangkan INDOSIAR Kelima sinetron yang disukai oleh masyarakat akan dijadikan obyek penelitian berikutnya, yaitu untuk mengetahui berapa prosen pengaruh dalam kehidupan sehari – hari

6

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

masyarakat desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali. Variabel yang digunakan adalah: 1. Pola hidup dibidang perumahan 2. Pola hidup di bidang fashion 3. Pola hidup dibidang teknologi 4. Pola hidup dibidang makanan 5. Pola hidup dibidang pergaulan Hasil kuisioner tentang pengaruh sinetron terhadap pola hidup masyarakat Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali disajikan pada tabel sebagai berikut: Tabel 3. Data Hasil Pengolahan Kuisioner Pengaruh Sinetron No 1 2 3 4

5

Pernyataan Pola hidup di bidang perumahan Pola hidup di bidang fashion Pola hidup di bidang teknologi Pola hidup di bidang makanan Pola hidup dibidang pergaulan

SM

M

CM

TM

10

33

47

10

42

32

18

8

7

54

34

5

14

53

22

11

36

37

25

2

Gambar 2. Grafik Pengaruh Tayangan Sinetron Terhadap Pola Hidup Masyarakat pada Bidang Kehidupan Berdasarkan data diatas diketahui bahwa menurut masyarakat desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali tayangan sinetron di televisi 47% menyatakan cukup mempengaruhi pola hidup dibidang perumahan, 42% menyatakan sangat mempengaruhi pola hidup di bidang fashion, 54% menyatakan mempengaruhi pola hidup dibidang teknologi, 53% menyatakan mempengaruhi pola hidup dibidang makanan dan 37% menyatakan mempengaruhi Pola hidup dibidang pergaulan. Sedangkan sebagian kecil menyatakan bahwa tayangan sinetron di televisi 10% menyatakan tidak mempengaruhi pola hidup dibidang perumahan, 8% menyatakan tidak mempengaruhi pola hidup di bidang fashion, 5% menyatakan tidak mempengaruhi pola hidup dibidang teknologi, 11% menyatakan tidak mempengaruhi pola hidup dibidang makanan dan 2% menyatakan tidak mempengaruhi pola hidup dibidang pergaulan. Secara rata-rata dari hasil pengolahan kuisioner diatas dapat disajikan informasi bahwa 21.8 masyarakat menyatakan sangat mempengaruhi, 41.8 masyarakat menyatakan mempengaruhi, 29.2 masyarakat menyatakan cukup mempengaruhi, sedangkan 7.2 masyarakat menyatakan tidak mempengaruhi. Data tersebut dapat disajikan dalam grafik sebagai berikut:

Data tabel diatas dapat dijadikan prosentase sebagai berikut: Tabel 4. Prosentase Hasil Pengolahan Kuisioner Pengaruh Sinetron No 1 2 3 4 5

Pernyataan Pola hidup di bidang perumahan Pola hidup di bidang fashion Pola hidup di bidang teknologi Pola hidup di bidang makanan Pola hidup di bidang pergaulan

SM 10 % 42 % 7% 14 % 36 %

M

CM

TM

33%

47%

10%

32%

18%

8%

54%

34%

5%

53%

22%

11%

37%

25%

2%

Keterangan: SM = Sangat Mempengaruhi` M = Mempengaruhi CM = Cukup Mempengaruhi TM = Tidak Mempengaruhi Dari data tersebut diatas dapat pula disajikan dalam grafik sebagai berikut:

7

Jurnal Sainstech Politeknik Indonusa Surakarta ISSN : 2355-5009 Volume. 1 Nomor 4 Desember Tahun 2015

Wiliam L. Rivers dkk “media massa & masyarakat modern”, Kencana, Jakarta:2003 Michael dkk, “hubungan Media Yng Efektif”, Erlangga, Jakarta:2001 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, LkiS, Yogyakarta, 2001 Antar Venus, Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan kampanye komunikasi, Simbiosa RekatamaMedia, . Bandung: Bandung,2009

Gambar 3. Grafik Pengaruh tayangan Sinetron Televisi Terhadap Pola Hidup Masyarakat

Akhmad Danial, Iklan Politik TV:Modernisasi Kampanye Politik Pasca Orde Baru. LkiS, Yogyakarta, 2009

5. KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan 1. Tayangan sinetron di televisi terbukti mempengaruhi pola hidup masyarakat desa Tegalsari RT.4/6, Siswodipuran, Boyolali 2. Tingkat kepengaruhannya bervasiasi yaitu 22% sangat mempengaruhi, 42% mempengaruhi, 29% cukup mempengaruhi pada pola hidupnya 3. Sementara ada 7% masyarakat menyatakan bahwa tanyangan sinetron televisi tidak mempengaruhi pola hidup masyarakat

Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: Teori, Paradigma, dan DiskursusTeknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group,2005 Dan

Nimmo, Komunikasi Politik. Komunikator, Pesan, dan Media, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005

Dan Nimmo, Komunikasi Politik. Khalayak dan Efek , Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006

5.2.

Saran Perlunya penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda untuk mengukur tingkat kecerdasan mahasiswa 2. Perlunya peningkatan kualitas kepenyiaran televisi yang .lebih mendidik dan meningkatkan kecerdasan masyarakat 3. Perlunya penelitian yang lebih mendalam agar hasil penelitian lebih berguna bagi perkembangan ilmu pengertahuan dan teknologi

C. Suprapti Dwi Takariani, Pengaruh Sinetron Remaja Di Televisi Swasta Terhadap Sikap Mengenai Gaya Hidup Hedonis, Jurnal Penelitian Komunikasi Balai pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Vol. 16 No. 1 Juli 2013, ISSN 14108291, Bandung, 2013

1.

Pengaruh Tayangan Sinetron Remaja di Televisi Terhadap Anak yang ditulis oleh R. Koesmaryanto Oetomo, S.Kom, M.Si

6. REFERENSI DR. Dedi Mulyana, M.A “Nuansa-Nuansa Komunikasi”, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005

Pengaruh Sinetron Remaja di Televisi Swasta Terhadap Sikap Mengenai Gaya Hidup Hedonis yang ditulis oleh C. Suprapti Dwi Takariani

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya, Roda, 2011)

8