1 PERAN ORGANISASI TERHADAP PERILAKU NURSING SAFETY

Download hubungan peran organisasi dengan perilaku nursing safety pada perawat di ruang ... dan Keselamatan Kerja (K3) dan Pelayanan .... Precaution...

0 downloads 370 Views 49KB Size
PERAN ORGANISASI TERHADAP PERILAKU NURSING SAFETY DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN THE ROLE OF THE ORGANIZATION TO NURSING SAFETY BEHAVIORS OF dr. ZAINOEL ABIDIN HOSPITAL 2

Deviana1; Rachmah 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Manajemen Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK Pelayanan keperawatan yang berlangsung secara terus-menerus dapat berdampak negatif pada perawat karena selalu terpapar dengan resiko bahaya. Nursing safety berfungsi melindungi perawat selama bekerja, akan tetapi perilaku aman yang dipraktikkan masih belum optimal. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan peran organisasi dengan perilaku nursing safety pada perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional study dan menggunakan alat pengumpulan data berbentuk kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di 14 ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan teknik pengambilan sampel berupa stratified random sampling, sehingga diperoleh sampel sebanyak 65 orang. Hasil analisis data dengan chi square menunjukkan ada hubungan antara peran organisasi (p=0,003) dengan perilaku nursing safety perawat. Manajemen rumah sakit diharapkan dapat mengupayakan pendidikan lanjut bagi perawat minimal sampai dengan S1 Keperawatan. Kata Kunci : Organisasi, Perilaku Nursing Safety

ABSTRACT Perpetual nursing care may impose negative impacts on nurses due to exposure to the risk of danger. Nursing safety serves to protect the safety of nurses during the work but such practices have not been optimal. This study aims to determine correlation of the role of organization to nursing safety behaviors at inpatient unit of dr. Zainoel Abidin public hospital, Banda Aceh. The type the study is descriptive correlative with cross sectional approach. The data were collected through questionnaires. The population was all nurses in 14 inpatient units in the hospital, from which 65 respondents were drawn using stratified random sampling. The results of chi-square showed that the correlation was apparent between role of organization (p = 0.003) with nursing safety behaviors. It is suggested that hospital management facilitate further education for the nurses at least to undergraduate level. Keywords : Organization, Nursing Safety Behaviors

1

PENDAHULUAN Perawatan merupakan pemberian bantuan pada individu dengan kelemahan fisik dan mental, serta keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari (Asmadi, 2008, p.8). Selama ini pelayanan keperawatan khususnya di rumah sakit lebih berfokus pada pemenuhan kebutuhan pasien, seharusnya perhatian penting juga diberikan untuk menjamin keselamatan kerja perawat. Peran perawat yang setiap hari berinteraksi dengan pasien membuat mereka terus terpapar dengan resiko bahaya yang sangat rentan mengancam kesehatan dan keselamatan perawat itu sendiri (Priharjo, 2008, p.19). Resiko bahaya tersebut berupa infeksi penyakit, paparan bahan kimia berbahaya, radiasi, luka akibat benda tajam serta cidera muskuloskeletal yang diakibatkan oleh posisi tubuh yang tidak ergonomis saat bekerja (Weis, Whitehead & Tappen, 2010, p. 173). Nursing safety merupakan upaya agar perawat dapat berperilaku aman dalam bekerja (Priharjo, 2008, p. 38). Berbanding terbalik dengan berbagai upaya tersebut, realitanya masih saja ada perawat yang kurang peduli terhadap bahaya di tempat kerja meskipun mereka tahu hal tersebut dapat membahayakan keselamatan nyawanya. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kecelakaan kerja perawat yang selalu menduduki angka tertinggi dalam semua kasus kecelakaan kerja tenaga kesehatan di dunia (Ellis & Hartley, 2008). Studi pada 1.441 tenaga kesehatan di Serbia menemukan bahwa prevalensi tertinggi tenaga kesehatan yang terpapar darah dan cairan tubuh pasien adalah perawat (68,6%), dengan 76 diantaranya terpapar saat menutup jarum infus (Markovic, et al., 2014). Penelitian Phillipo, Jeremiah, et al., (2015), pada 436 petugas kesehatan di Tanzania, juga melaporkan bahwa 70,1% dari 138 (65,1%) insiden luka jarum suntik terjadi pada perawat (Phillipo, Jeremiah, et al., 2015, p.1). Insiden kerja perawat juga terjadi di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jawa Timur

pada bulan Januari sampai Maret tahun 2010, yang mencatat 9 kasus tertusuk jarum suntik pada perawat dengan 1 diantaranya terjadi pasca menyuntik pasien dengan suspect Typus dan Hepatitis B (Prakasiwi, 2010). Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin pun, insiden kerja perawat cukup menyita perhatian. Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Pelayanan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin mendata 18 jenis insiden yang terjadi pada perawat sampai akhir 2015 lalu, diantaranya terdapat 13 kasus tertusuk jarum, 2 terpapar cairan, 1 terpapar cairan B3 (obat kemoterapi), dan 2 insiden perawat terpeleset (di kamar mandi dan di koridor rumah sakit) (Komite K3 dan PPI Rumah Sakit Umum dr.Zainoel Abidin, 2016). Kecelakaan kerja pada perawat dapat menimbulkan dampak paling serius, seperti beresiko terinfeksi dengan penyakit menular seperti Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS, Hepatitis B dan C, serta penyakit lainnya melalui paparan darah, cairan tubuh, dan akibat tusukan jarum atau terkontaminasi dengan luka terbuka pada perawat. Berdasarkan paparan tersebut sangat penting mengetahui dan mempertimbangkan organisasi sebagai pendorong keselamatan kerja, sehingga sedari dini dapat dilakukan pencegahan dan penanganan lebih cepat terhadap kecelakaan kerja dalam upaya memberikan kesehatan dan keamanan kerja pada perawat. METODE Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif yang dilakukan sejak tanggal 18 Februari sampai 27 Juni 2016 di 14 ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dengan cara membagikan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling dari total populasi berjumlah 142 orang, sehingga diperoleh sampel sebanyak 65 orang perawat.

2

HASIL Data demografi yang diperoleh dari 65 responden adalah sebagai berikut. Tabel 1. Karakteristik Perawat Pelaksana No

Kategori

1

Usia a. 20-30 (Dewasa Awal) b. 31-40 (Dewasa Tengah) c. 41-65 (Dewasa Akhir) Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan

2

3

4

Frekuensi (f)

Persentase (%)

33

50,8 %

28

43,1 %

4

6,2 %

9 56

13,8 % 86,2 %

43 13 9

66,2 % 20 % 13,8 %

17 48

26,2 % 73, 8 %

65

100 %

Pendidikan a. DIII b. S1 c. Ners Lama Bekerja a. < 2 tahun b. ≥ 2 tahun Total

Berdasarkan tabel1. dapat disimpulkan bahwa frekuensi perawat pelaksana terbanyak berusia 20-30 tahun (50,8%), berjenis kelamin perempuan (86,2%), memiliki tingkat pendidikan pada jenjang DIII keperawatan (66,2 %), dan bekerja selama ≥ 2 tahun (26,2 ). Tabel 2. Hubungan peran Organisasi dengan Perilaku Nursing Safety Perawat Peran Organisasi

Mendukung Kurang Mendukung Total

Perilaku Nursing safety Baik Kurang f % f % 31 70,5 6 28,6 13 29,5 15 71,4

α = 0,05 p = 0,003 Total f % 37 56,9 28 43,1

44

65

100

21

100

100

Berdasarkan tabel 2. dapat disimpulkan bahwa perilaku nursing safety dengan kategori baik menunjukkan angka lebih tinggi (70,5%) pada perawat yang menyatakan

bahwa peran organisasi mendukung dengan nilai p value (0,003) yang bermakna bahwa ada hubungan peran organisasi dengan perilaku nursing safety perawat. PEMBAHASAN Karakteristik Perawat Perawat merupakan salah satu peran integral yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Asmadi, 2008, p. 9). Peran dan fungsi seorang perawat akan lebih optimal bila turut dibekali dengan disiplin ilmu dan etika keperawatan yang mendasari fleksibilitas perawat dalam memberikan perawatan kepada pasien (Sudarma, 2008, p.68), serta juga di dukung oleh karakteristik perawat yang menjadi faktor internal dalam perubahan perilakunya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar perawat berada dalam kategori produktif dan memiliki pengalaman kerja yang cukup baik, sehingga perkembangan perilaku aman dalam bekerja akan lebih mudah untuk ditingkatkan. Perilaku Nursing Safety Perilaku nursing safety didefinisikan dengan kemampuan mengenal resiko bahaya dan tindakan tidak aman, memahami dan bekerja dengan cara yang aman, serta selalu mengutamakan keselamatan dirinya dalam melakukan tugas kerja dan pelayanan keperawatan (Tweedy, 2014, p.6). Hasil studi menggambarkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana sudah memiliki memiliki perilaku nursing safety yang baik (67,7%) selama bekerja. Hal ini menggambarkan bahwa sebagaian besar perawat sudah cukup baik mempraktikkan perilaku aman selama bekerja. Peran Organisasi terhadap Perilaku Nursing Safety Organisasi merupakan inti sebuah institusi yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilaku staf ke arah lebih produktif dalam bekerja. Peran organisasi dapat ditunjukkan melalui budaya keselamatan yang dibentuk, kepemimpinan

3

dan fungsi manajemen yang dijalankan serta komunikasi yang terbentuk di dalam organisasi tersebut (Hughes dan Ferret, 2015, p.70). Studi McGoven, et al, (2000, p.163). menyebutkan bahwa perawat yang merasa budaya keselamatan ditempat kerjanya sudah baik memiliki kecenderungan 2,9 kali lebih patuh terhadap penerapan perilaku safety, seperti penerapan kewaspadaan umum. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian bahwa frekuensi terbanyak perilaku nursing safety dengan kategori baik (70,5%) terdapat pada perawat yang menyatakan peran organisasi mendukung. Hasil ini diperkuat dengan distribusi jawaban perawat bahwa “pimpinan rumah sakit selalu menetapkan semua standar umum prosedur kerja” (sebanyak 55 responden), “selalu mengawasi perawat agar bekerja mengikuti standar operasional yang ditetapkan” (sebanyak 51 orang) dan “pimpinan rumah sakit selalu menyediakan alat pelindung diri untuk perawat dalam dalam bekerja” (sebanyak 57 responden). Terkait model kepemimpinan yang diterapkan juga berpengaruh positif dengan tingkat kedisiplinan perawat dalam menerapkan budaya keselamatan seperti pelaksanaan kewaspadaan universal (p value= 0,0026) (Jayanti, 2010). Adapun pada fungsi manajemen kepala ruang, studi Candra (2011, p.120), membuktikan bahwa manajemen kepala ruang dengan perencanaan baik (berpeluang 3,063 kali); pengaturan staf baik (berpeluang 3,83 kali); pengarahan baik (berpeluang 4,3 kali) dan pengawasan praktik kerja dengan baik (berpeluang 3,04 kali) terhadap penerapan keselamatan perawat (Candra, 2011, p.120). Begitu juga dengan komunikasi yang terbentuk dalam organisasi, menurut Riyanto (2016), faktor komunikasi berpeluang 4,8 kali mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD seperti kepatuhan perawat akan meningkat bila didukung dengan adanya komunikasi yang baik seperti sosialisasi yang berkaitan dengan prosedur penggunaan alat

pelindung diri yang baik dan benar sehingga tercipta budaya safety dalam lingkungan kerja perawat (Sari, Suprapti dan Solechan, 2014). Berdasarkan hal tersebut, penulis menyimpulkan bahwa semakin kuatdukungan dan peran yang diberikan oleh organisasi terhadap keselamatan perawat, semakin baik pula perilaku nursing safety yang diterapkan oleh perawat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan peran organisasi (p value 0,003) dengan perilaku nursing safety pada perawat dan peran organisasi yang mendukung perawat selama bekerja memberikan dampak pada perilaku nursing safety sebanyak 70,5%. Bagi pihak manajemen rumah sakit, hendaknya dapat mengupayakan pendidikan lanjut perawat minimal sampai dengan S1 Keperawatan, karena semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi pula kemampuan perawat dalam menerapkan perilaku safety selama bekerja. REFERENSI Asmadi. (2005). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC. Candra, D.S. (2011). Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruang dan Karakteristik Perawat dengan Penerapan Keselamatan Pasien dan Perawat Di Irna I Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis. Ellis, J. R., & Hartley, C. L. (2008). Nursing in today’s world: trends, issues and management. 9th edition. Philadelphia: LippincottWilliams & Wilkins. Hughes, Phil., & Ed Ferrett. (2015). Introduction to Health and Safety At Work: for The NEBOSH National General Certificate In Occupational Health and Safety. Sixth Edition. New York: Routledge. Jayanti, E. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kedisiplinan

4

Perawat dalam Pelaksanaan Universal Precaution di Instalasi Rawat Inap RS William Booth Surabaya. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.Volume 4. No. 2. Hal 4-8. Markovic, Denic L.a., Maksimovic N.a., Marusic V.a., Vucicevic J.b., Ostric I.a., & Djuric D.c. (2014). Occupational Exposure to Blood and Body Fluids among Health-Care Workers in Serbia. Article of The Ministri of Education, Science & Technological Development Republic of Serbia. McGoven, P.M,. Vesley, D., Kochevar, L.,. Gershon, R.R.M,. Rhame, F.S., & Anderson, E. (2000). Factor affecting universal precautions compliance. Journal of businness and psychology, 15(1):149-161. doi: 10.1023/A:1007727104284. Phillipo L.C., Jeremiah S., Martha, F.M., Mariam, M.M., Hyasinta, J., Peter, F.R., et al. (2015). Needle-Stick Injuries and Splash Exposures Among Health-Care Workers At A Tertiary Care Hospital In North-Western Tanzania. Tanzania Journal of Health Research. Vol.17. No.2. Dari www.bioline.org.br/pdf?th15016.

Soewondo. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). Akademi Keperawatan Kesdam Semarang.

Sudarma, M. (2008). Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Tweedy, James.T. (2014). Healthcare Safety For Nursing Personel: An Organizational Guide To Achieving Result. New York: CRC Press. Varleni, R. (2015). Hubungan Faktor Organisasi dengan Kepatuhan Perawat dalam Penerapan Kewaspadaan Universal di Rsi Ibnu Sina Padang Tahun 2015. Skripsi. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Weis, S.A., Whitehead, D.K., & Tappen, R.T. (2010). Essential of Nursing Leadership and Management: Fifth Edition. Philadelphia: F.A. Davis. WHO. (2009). Human Factor In Patient Safety: Review of Topic & Tools: Report For Methods And Measures Working.

Prakasiwi, R.F. (2010). Hubungan Faktor Penentu Perilaku Keselamatan Kerja Perawat dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Tertusuk Jarum Suntik pada Perawat di RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember. Priharjo, Robert. (2008). Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC. Riyanto, D.A. (2016). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit Sari Asih Serang Provinsi Banten. Sari, R.Y., Suprapti, E., Solechan, A., (2014). Pengaruh Sosialisasi SOP APD dengan Perilaku Perawat dalam Penggunaan APD (Handscoon, masker, gown) Di RSUD Dr. H.

5