1 PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR

Download audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big. Four, terdapat ... Penelitian mengenai ukuran Kantor Akuntan P...

0 downloads 596 Views 736KB Size
PERBEDAAN AUDIT REPORT LAG BERDASARKAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, OPINI AUDIT DAN JENIS INDUSTRI Harini Antika Puspa Lensa Rustiana Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 43 – 44, Yogyakarta Abstrak Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2012. Berdasarkan kriteria sampel penelitian diperoleh 362 perusahaan. Alat analisis yang digunakan adalah independent sample t-test dan one way anova. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan audit report lag antara perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four, terdapat perbedaan audit report lag antara perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dengan perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian dan tidak terdapat perbedaan audit report lag antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur. Kata kunci: Audit report lag, Ukuran Kantor Akuntan Publik, Opini audit, Jenis industri I. A.

Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia berdampak peningkatan permintaan akan audit laporan keuangan. Setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal. Hasil audit atas perusahaan publik mempunyai konsekuensi dan tanggungjawab yang besar. Adanya tanggungjawab yang besar ini memacu audit untuk bekerja secara lebih profesional. Salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan keuangan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya (Subeki dan Widiyanti, 2004). Rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai tanggal yang tertera

1

pada laporan auditor independen (Halim, 2000 dalam Lianto dan Kusuma, 2010). Faktor yang mempengaruhi lama waktu penyelesaian audit antara lain ukuran Kantor Akuntan Publik. Audit report lag akan lebih pendek bagi perusahaan yang diaudit oleh KAP yang tergolong besar. Hal ini diasumsikan karena KAP besar memiliki karyawan dalam jumlah yang besar, dapat mengaudit lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu, dan memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya (Utami, 2006). Ashton et al. (1987) dalam Utami (2006) menyatakan bahwa perusahaan sektor non manufaktur yaitu perusahaan keuangan mempunyai audit report lag lebih pendek daripada perusahaan manufaktur. Hal ini disebabkan perusahaan keuangan tidak memiliki saldo persediaan yang cukup signifikan sehingga audit yang diperlukan tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, aset yang dimiliki mempunyai nilai moneter sehingga mudah dalam pengukurannya dibandingkan dengan aset yang bersifat fisik seperti persediaan, aset tetap dan aset berwujud. Selain itu, penelitian ini menguji perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur karena perusahaan manufaktur melakukan kegiatan mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Adanya kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan manufaktur menyebabkan kebutuhan informasi bertambah pula sehingga diperlukan sarana pencatatan yang lebih banyak. Dengan kata lain, pos-pos atau akun-akun sebagai tempat untuk mencatat transaksi akan menjadi semakin banyak dibanding perusahaan non manufaktur seperti perusahaan perdagangan (Suwardjono, 2003). Banyaknya akun-akun akan memperngaruhi lama waktu penyelesaian laporan keuangan. Elliot (1982) dalam Trisnawati dan Charistine (2008) menyatakan bahwa jika opini auditor yang dietrima adalah wajar tanpa pengecualian maka audit report lag lebih singkat. Hal ini terjadi karena untuk menyatakan pendapat selain wajar tanpa pengecualian membutuhkan negosiasi yang panjang dengan klien, konsultasi dengan rekan auditor yang lebih senior atau staf teknis lainnya serta mengharuskan ruang lingkup audit yang lebih luas pula. Artinya, semakin baik opini yang dikeluarkan auditor maka semakin pendek pula audit report lag. Penelitian mengenai ukuran Kantor Akuntan Publik, opini audit, jenis industri dan audit report lag telah banyak dilakukan. Hasil penelitian Aryati dan Theresia (2005) menunjukkan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian Utami (2006) menunjukkan bahwa jenis industri dan ukuran Kantor Akuntan Publik tidak berpengaruh terhadap audit report lag sedangkan opini audit berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian Kartika (2009) menunjukkan bahwa opini audit berpengaruh positif terhadap audit report lag sedangkan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian yang dilakukan Sumiadji (2009) menunjukkan tidak terdapat perbedaan audit report lag berdasarkan ukuran Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian Rachmawati

2

(2008), Trisnawati dan Alvin (2010) serta penelitian Shulthoni (2012) menunjukkan bahwa ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian Trisnawati dan Charistine (2008) menunjukkan bahwa opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag dan ukuran Kantor Akuntan Publik beprengaruh negatif terhadap audit report lag. Hasil penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010) menunjukkan bahwa jenis industri dan ukuran Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit report lag sedangkan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil penelitian yang berbeda-beda tersebut memotivasi peneliti untuk meneliti kembali perbedaan audit report lag berdasarkan ukuran Kantor Akuntan Publik Big Four dan Kantor Akuntan Publik Non Big Four, perbedaan audit report lag berdasarkan opini audit dan perbedaan audit report lag berdasarkan jenis industri. antara perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur. Motivasi lain dari penelitian ini adalah salah satu kriteria profesionalisme dari auditor adalah ketepatan waktu penyampaian laporan auditnya. Informasi dapat bermanfaat bila disajikan secara akurat dan tepat pada saat dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan, namun informasi tidak akan bermanfaat bila tidak disajikan secara akurat dan tepat waktu (Aryati dan Theresia, 2005). Ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM juga tergantung dari ketepatan waktu auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu ini terkait dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri (Kartika, 2009). B.

Rumusan Masalah 1. Apakah audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four? 2. Apakah audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian? 3. Apakah audit report lag perusahaan non manufaktur lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan manufaktur?

C.

Batasan Masalah 1. Audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Halim, 2000 dalam Lianto dan Kusuma, 2010). 2. Tanggal penyelesaian audit laporan keuangan adalah tanggal dari pekerjaan lapangan.

3

D.

Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four. 2. Untuk menguji audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian. 3. Untuk menguji audit report lag perusahaan non manufaktur dengan audit report lag perusahaan manufaktur.

II. A.

Tinjauan Pustaka Audit Report Lag Audit report lag merupakan aspek penting dalam menjaga relevansi dari informasi yang dibutuhkan para pengguna laporan keuangan. Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk menjaga tingkat relevansi dari laporan keuangan, maka laporan keuangan harus disampaikan tepat waktu agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan (Wijaya dan Raharja, 2012).

B.

Ukuran Kantor Akuntan Publik Faktor auditor (ukuran KAP) yang mengaudit diperkirakan akan berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian Gilling (1977) dalam Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Six membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. KAP yang besar biasanya juga didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan (Hossain, 1998 dalam Subekti dan Widiyanti, 2004). Penelitian yang dilakukan Trisnawati dan Alvin (2010) menunjukkan ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap audit report lag. Penelitian Shulthoni (2012) juga menunjukkan bahwa ukuran Kantor Akuntan publik berpengaruh terhadap audit report lag. KAP besar yaitu KAP big four mampu menyelesaikan audit lebih cepat untuk mempertahankan reputasi.

4

C.

Opini Audit Menurut Perdhana (2009) dalam Lucyandra dan Nura’ni (2013) opini audit menggambarkan kewajaran laporan keuangan perusahaan, sehingga opini audit turut berperan dalam membentuk citra manajemen di mata stakeholder. Opini audit terdiri dari 5 jenis, yaitu wajar tanpa pengecualian, wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas, wajar dengan pengecualian, tidak wajar dan tidak memberikan pendapat. Opini yang diberikan terhadap laporan keuangan perusahaan disebut wajar, bukan benar karena proses audit bertujuan untuk mencari alat bukti yang kompeten sesuai dengan laporan keuangan yang telah dibuat oleh perusahaan, apakah telah memenuhi standar tertentu sehingga laporan keuangan dapat dikatakan wajar. Hasil penelitian Whittred (1980) dalam Lucyandra dan Nura’ni (2013) membuktikan bahwa audit report lag yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified opinion. Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negoisasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit. Shukeri dan Nelson (2011) dalam Lucyandra dan Nura’ni (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang mendapatkan opini qualified cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melaksankan proses audit karena auditor harus memberikan perhatian lebih terhadap akun-akun tertentu.

D.

Jenis Industri Karakteristik industri yang berbeda dapat menyebabkan perbedaan rentang waktu dalam proses pelaksanaan audit. Perusahaan non manufaktur memiliki rentang waktu dalam proses pelaksanaan audit yang lebih pendek dibandingkan dengan perusahaan manufaktur. Hal ini dikarenakan perusahaan non manufaktur tidak memiliki aset persediaan dalam jumlah yang signifikan. Sementara perusahaan manufaktur memiliki persediaan fisik yang harus diaudit (Trisnawati dan Alvin, 2010). Persediaan tersebut dalam bentuk persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi.

E.

Hipotesis Ha1: Audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four. Ha2: Audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian. Ha3: Audit report lag perusahaan non manufaktur lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan manufaktur.

5

III. Metode Penelitia A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2012. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah: 1. Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai tahun 2012. 2. Tersedia laporan auditor independen tahun 2010 sampai tahun 2012. 3. Tersedia laporan keuangan perusahaan tahun 2010 sampai tahun 2012. Berdasarkan kriteria sampel penelitian, berikut ini proses pemilihan sampel: Tabel 1 Sampel Penelitian Keterangan Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010 430 2012 Tidak tersedia laporan keuangan tahun 2010 (48) sampai tahun 2012 Tidak tersedia laporan auditor independen tahun (20) 2010 sampai tahun 2012 Jumlah Sampel 362 B. Data dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan tahun 2010 - 2012. Laporan keuangan perusahaan diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id. C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel penelitian ini adalah audit report lag, ukuran Kantor Akuntan Publik dan opini audit. a. Audit report lag Audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen (Halim, 2000 dalam Lianto dan Kusuma, 2010). Audit report lag dalam penelitian ini diproksikan dengan lama waktu dari tanggal penutupan tahun buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan audit. b. Ukuran Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik yang selanjutnya disebut KAP, adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya (Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tahun 2002). Ukuran Kantor Akuntan Publik dikategorikan menjadi dua yaitu KAP Big Four diberi kode 1 dan KAP Non Big Four diberi diberi kode 0.

6

c. Opini Audit Opini audit merupakan pendapat yang diberikan auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Opini dalam penelitian ini dikategorikan menjadi lima yaitu: a. Opini wajar tanpa pengecualian diberi nilai 1. b. Opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas diberi nilai 2. c. Opini wajar dengan pengecualian diberi nilai 3. d. Opini tidak menyatakan pendapat diberi nilai 4. e. Opini tidak wajar diberi nilai 5. d. Jenis Industri Jenis industri dikategorikan menjadi dua yaitu perusahaan non manufaktur diberi kode 0 dan perusahaan manufaktur diberi diberi kode 1. IV.

Analisis Data A. Statistik Deskriptif Berikut ini disajikan hasil analisis statistik deskriptif variabel-variabel penelitian: Tabel 2 Hasil Statistik Deskriptif Audit Report Lag Audit Report Lag Valid N (listwise)

N 1086 1086

Minimum 12.00

Maximum 310.00

Mean 77.1446

Std. Deviation 21.24226

Tabel 3 Hasil Statistik Deskriptif Ukuran Kantor Akuntan Publik

Valid

Non Big Four Big Four Total

Frequency 664 422 1086

Percent 61.1 38.9 100.0

Valid Percent 61.1 38.9 100.0

Cumulative Percent 61.1 100.0

7

Tabel 4 Hasil Statistik Deskriptif Opini Audit Frequency Valid

Wajar Tanpa Pengecualian Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelas Wajar dengan Pengecualian Tidak Menyatakan pendapat Total

Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

370

34.1

34.1

34.1

684

63.0

63.0

97.1

25

2.3

2.3

99.4

7

.6

.6

100.0

1086

100.0

100.0

Tabel 5 Hasil Statistik Deskriptif Jenis Industri

Valid

Non Manufaktur Manufaktur Total

Frequency 750 336 1086

Percent 69.1 30.9 100.0

Valid Percent 69.1 30.9 100.0

Cumulative Percent 69.1 100.0

B. Analisis Perbedaan Audit Report Lag Antara KAP Big Four dan KAP Non Big Four Pengujian perbedaan audit report lag antara KAP Big Four dengan audit report lag KAP Non Big Four menggunakan analisis Independent Sample t-test. Hasil analisis Independent Sample t-test adalah sebagai berikut: Tabel 6 Perbedaan Audit Report Lag Antara KAP Big Four dan KAP Non Big Four Variabel N Mean thitung Prob Keterangan KAP Non Big 664 79,7334 Audit Four Report 5,096 0,000 Signifikan 422 73,0711 Lag KAP Big Four Hasil analisis Independent Sample T-test menunjukkan D/2 sebesar 0,000. Berdasarkan ketentuan analisis Independent Sample t-Test dimana D/2 < 0,05 maka hipotesis 1 diterima. Hipotesis 1 diterima menunjukkan bahwa Audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four. Audit report lag KAP Non Big Four adalah 79,7334 hari dan audit report lag KAP Big Four adalah 73,0711.

8

C. Analisis Perbedaan Audit Report Lag Berdasarkan Opini Audit Pengujian perbedaan audit report lag berdasarkan opini audit menggunakan analisis Oneway Anova. Hasil analisis Oneway Anova adalah sebagai berikut: Tabel 7 Perbedaan Audit Report Lag Berdasarkan Opini Audit Variabel N Mean Fhitung Prob Keterangan Wajar tanpa 370 74,1811 pengecualian Wajar tanpa 684 77,5000 pengecualian dengan Opini paragraf penjelas 22,314 0,000 Signifikan Audit Wajar dengan 25 99,2000 pengecualian Tidak menyatakan 7 120,2857 pendapat Hasil analisis Oneway Anova menunjukkan D/2 sebesar 0,000. Nilai D/2 < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan audit report lag berdasarkan opini audit. Audit report lag perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian adalah 74,1811. Audit report lag perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas adalah 77,5000. Audit report lag perusahaan yang menerima opini wajar dengan pengecualian adalah 99,2000. Audit report lag perusahaan yang menerima opini tidak menyatakan pendapat adalah 120,2857. Hal tersebut menunjukkan bahwa audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian. D. Analisis Perbedaan Audit Report Lag Antara Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Non Manufaktur Pengujian perbedaan audit report lag perusahaan maufaktur dan perusahaan non manufaktur menggunakan analisis Independent Sample ttest. Hasil analisis Independent Sample t-test adalah sebagai berikut: Tabel 8 Perbedaan Audit Report Lag Antara Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Non Manufaktur Variabel N Mean thitung Prob Keterangan Perusahaan Non 750 77,0573 Audit Manufaktur Report -0,227 0,820 Tidak Signifikan Perusahaan 336 77,3393 Lag Manufaktur Berdasarkan hasil analisis Independent Sample T-test diperoleh D/2 sebesar 0,410. Nilai D/2 > 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis 3 tidak diterima, artinya tidak terdapat perbedaan audit report lag antara 9

perusahaan manufaktur dengan audit report lag antara perusahaan non manufaktur. Audit report lag perusahaan non manufaktur adalah 77,0573 dan nilai audit report lag perusahaan manufaktur adalah 77,3393. E. Pembahasan 1. Perbedaan Audit Report Lag Antara KAP Big Four dan KAP Non Big Four Hasil analisis menunjukkan bahwa audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four. Penelitian Gilling (1977) dalam Subekti dan Widiyanti (2004) menunjukkan bahwa kantor akuntan publik internasional atau yang lebih dikenal di Indonesia sebagai The Big Six membutuhkan waktu yang lebih singkat dalam menyelesaikan audit, karena KAP tersebut dianggap dapat melaksanakan audit secara lebih efisien dan memiliki tingkat fleksibilitas jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Di samping itu KAP besar memperoleh insentif yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan cara KAP besar untuk mempertahankan reputasi mereka. Jika tidak maka untuk tahun yang akan datang mereka akan kehilangan kliennya. KAP yang besar biasanya juga didukung oleh kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik sehingga akan berpengaruh pada kualitas jasa yang dihasilkan (Hossain, 1998 dalam Subekti dan Widiyanti, 2004). 2. Perbedaan Audit Report Lag Berdasarkan Opini Audit Hasil analisis menunjukkan bahwa audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian. Whittred (1980) dalam Lucyandra dan Nura’ni (2013) membuktikan bahwa audit report lag yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat qualified opinion. Hal ini terjadi karena proses pemberian pendapat qualified tersebut melibatkan negoisasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis dan perluasan lingkup audit. Shukeri dan Nelson (2011) dalam Lucyandra dan Nura’ni (2013) menyatakan bahwa perusahaan yang mendapatkan opini qualified cenderung membutuhkan waktu yang lebih lama dalam melaksankan proses audit karena auditor harus memberikan perhatian lebih terhadap akun-akun tertentu.

10

3. Perbedaan Audit Report Lag Antara Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Non Manufaktur Hasil analisis menujukkan tidak terdapat perbedaan audit report lag antara perusahaan manufaktur dengan audit report lag antara perusahaan non manufaktur. Karakteristik perusahaan yang berbeda-beda ternyata tidak mempengaruhi rentang waktu dalam proses pelaksanaan audit. Hal ini dapat disebabkan karena staff profesional yang ditugaskan untuk melakukan audit perusahaan memiliki kompetensi dan berpengalaman. Standar pengendalian mutu Kantor Akuntan Publik mengenai pemekerjaan memberikan keyakinan memadai bahwa semua orang yang diperkerjakan dalam Kantor Akuntan Publik memiliki karakteristik semestinya sehingga memungkinkan mereka dapat melakukan penugasan secara kompeten ditambah dengan adanya pengendalian mutu dalam hal penugasan personel sehingga mampu memberikan keyakinan memadai kepada kliennya bahwa setiap staf profesional yang ditugaskan telah memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan tersebut. Hal ini mengakibatkan jenis industri tampaknya tidak menjadi masalah dan tidak mempengaruh audit report lag (Lianto dan Kusuma, 2010). Perusahaan manufaktur dan perusahaan non manufaktur membutuhkan waktu audit yang relatif sama. Perusahaan manufaktur membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan audit persediaan. Auditor akan melakukan audit mulai dari bahan baku sampai produk jadi. Sedangkan pada perusahaan non manufaktur juga membutuhkan waktu yang cukup lama. Misalkan untuk akun kredit yang diberikan, auditor harus melakukan audit berapa jumlah pinjaman yang diberikan, jangka waktu kredit yang diberikan, kolektibitas serta segmen operasi. Selain itu jumlah nasabah perusahaan perbankan yang banyak menyebabkan waktu pelaksanaan audit yang cukup lama. V.

Kesimpulan 1. Audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Non Big Four. 2. Audit report lag perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian lebih pendek dibandingkan dengan audit report lag perusahaan yang memperoleh selain wajar tanpa pengecualian. 3. Audit report lag perusahaan non manufaktur sama dengan audit report lag perusahaan manufaktur.

VI.

Implikasi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Kantor Akuntan Publik (KAP) Big Four dan perusahaan yang memperoleh opini wajar tanpa pengecualian memiliki audit report lag lebih pendek dibandingkan dengan Kantor Akuntan

11

Publik Non Big Four. Berdasarkan hal tersebut maka pihak Kantor Akuntan Publik Non Big Four diharapkan melakukan perencanaan audit yang baik sehingga mampu menyelesaikan pekerjaan audit dengan cepat. Bagi pihak manajemen perusahaan diharapkan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU) sehingga perusahaan akan dapat memperoleh opini wajar tanpa pengecualian. Hal tersebut dapat menyebabkan perusahaan memiliki audit report lag yang pendek. Bagi pihak investor diharapkan dalam melakukan pembelian saham perusahaan memperhatikan audit report lag. Perusahaan dengan audit report lag yang pendek menunjukkan bahwa perusahaan cenderung memperoleh opini audit wajar tanpa pengecualian dan menggunakan KAP Big Four. VII. Keterbatasan Penelitian dan Saran 1. Terdapat 48 laporan keuangan yang tidak diperoleh dan terdapat 20 laporan auditor independen yang tidak diperoleh peneliti. Peneliti selanjutnya diharapkan tidak hanya mencari data dari website perusahaan dan website Bursa Efek Indonesia sehingga memperoleh seluruh laporan keuangan dan laporan auditor independen. 2. Penelitian ini melakukan analisis audit report lag berdasarkan jenis industri manufaktur dan non manufaktur. Penelitian selanjutnya dapat melakukan analisis berdasarkan beberapa jenis industri misalnya perusahaan pertambangan, perusahaan keuangan, atau perusahaan jasa. DAFTAR PUSTAKA Aryanti, Titik dan Maria Theresia. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay dan Timeliness. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Volume 5. Nomor 3. Halaman 271 – 288 Iskandar, Meylisa Januar dan Estralita Trisnawati. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Report Lad Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Volume 12. Nomor 3 Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Volume 16. Nomor 1. Halaman 1 – 17 Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. 2010. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Volume 12. Nomor 2 Lucyandra, Jurica dan Sabrina Paramitha Nura’ni. 2013. Pengujian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay. Jurnal Akuntansi dan Auditing. Volume 9. Nomor 2. Halaman 128 – 149

12

Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tahun 2002. Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Subekti, Imam dan Novi Wulandari Widiyanti. 2004. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi 7 Sulthoni, Moch. 2012. Determinan Audit Delay dan Pengaruhnya Terhadap Reaksi Investor (Studi Empiris Perusahaan yang Listing di BEI Tahun 2007- 2008). Jurnal Akuntansi dan Ekonomi Bisnis. Volume 1. Nomor 1 Sumiadji. 2009. Hubungan Antara Audit Delay dan Kantor Akuntan Publik yang Memiliki Kerjasama Internasional. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Volume 7. Nomor 1 Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem. Edisi Ketiga. BPFE Yogyakarta. Trisnawati, Estralita dan Aloysius Alvin. 2010. Pengaruh Total Assets, Jenis Industri, Ukuran KAP dan Jenis Pendapat Akuntan Publik Terhadap Rentan Waktu Penyelesaian Proses Audit (Audit Delay) pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006 – 2007. Jurnal Akuntansi. Volume 10. Nomor 2. Halaman 113 – 134 Trisnawati, Estralita dan Charistine. 2008. Pengaruh Opini Audit, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas dan Ukuran KAP Terhadap Audit Delay. Jurnal Akuntansi. Volume 8. Nomor 1. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay (Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta). http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/93061933.pdf. Diakses tanggal 11 November 2013. Wijaya, Aditya Taruna dan Surya Raharja. 2012. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag (Kajian Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010). http://eprints.undip.ac.id/35700/1/Jurnal_Aditya_T.W._C2C309003.pdf. Diakses Tanggal 2 Maret 2014

13