1 STUDI TERAPI EKSTRAK AIR DAUN SUKUN (ARTOCARPUS ALTILIS) TERHADAP

Download hiperkolesterolemia, terapi ekstrak air daun sukun dosis 500 mg/kg BB, 1000 ..... Dua Flavonoid. Tergeranilasi dari Daun Sukun. (Artocarpus...

0 downloads 411 Views 563KB Size
Studi Terapi Ekstrak Air Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Kadar malondyaldehide (MDA) dan Gambaran Histopatologi Jejunum Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia Study of Breadfruit Leaf Extract (Artocarpus altilis) Therapeutic Effect to Malondyaldehide (MDA) Level and Jejunum Histopathology on Hypercholesterolemic Rat (Rattus norvegicus) Wanda Abrianto, Aulanni’am, Dyah Kinasih Wuragil Program Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya Email: [email protected]

ABSTRAK Hiperkolesterolemia merupakan gangguan metabolisme yang disebabkan tingginya kolesterol didalam darah. Peningkatan metabolisme lipid menyebabkan timbulnya peroksidasi lipid yang mengakibatkan kerusakan sel, sehingga dibutuhkan antioksidan pada flavonoid ekstrak air daun sukun (Artocarpus altilis) yang berfungsi membantu sintesis kolesterol berlebih di dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi ekstrak air daun sukun terhadap penurunan kadar MDA dan perbaikan gambaran histopatologi tunika mukosa jejunum tikus hiperkolesterolemia. Penelitian ini menggunakan hewan model tikus dengan 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol, hiperkolesterolemia, terapi ekstrak air daun sukun dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB. Pengukuran kadar MDA menggunakan metode uji Thioarbituric Acid Reactive Substance (TBARC), dianalisa secara kuantitatif menggunakan one way ANOVA dan uji lanjutan tukey. Pengamatan histopatologi dilakukan dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) diamati menggunaan miskroskop dan dianalisa secara kualitatif deskripstif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian terapi ekstrak air daun sukun dengan dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB menurunan kadar MDA organ jejunum tikus hiperkolesterolemia secara signifikan (p<0,05). Dosis terapi 2000 mg/kg BB menurunkan kadar MDA sebesar 43,57% dan menunjukan perbaikan gambaran histopatologi tunika mukosa jejunum tikus hiperkolesterolemia. Kesimpulan penelitian ini yaitu ekstrak air daun sukun dapat menurunkan kadar MDA dan memperbaiki gambaran histopatologi tunika mukosa jejunum tikus hiperkolesterolemia. Kata kunci : hiperkolesterolemia, daun sukun, MDA, jejunum, Thioarbituric Acid Reactive Substance (TBRAC) ABSTRACT Hypercholesterolemia is a metabolic disorder due to high cholesterol in the blood. Increasing of lipid metabolism causes damaged cell by high lipid peroxidase. Breadfruit leaf extract as antioxidant is needed to reduce high cholesterol level in the blood. The purpose of this research was to know the effect of breadfruit leaf extract therapy toward MDA level and jejunum histopathology on hypercholesterolemia. This research used rats which were divided into five groups: control, hypercholesterolemia, hypercholesterolemia treated with breadfruit leaf extract dosage of 500 mg/Kg BW, 1000 mg/Kg BW and 2000 mg/Kg BW group. Malondyaldehide (MDA) level was measured by Thioarbituric Acid Reactive Substances (TBARC) test and analyzed quantitatively by oneway ANOVA and continued by tukey test. Jejunum histopathology was staining by Hematoksilin-eosin (HE) and analyzed qualitatively. The result showed that breadfruit leaf extract therapy dosage of 500 mg/kg BW, 1000 mg/kg BW and 2000 mg/kg BW decreased MDA level of jejunum hypercholesterolemia rats significantly (p<0.05). The dose 2000 mg/kg BW therapy was best dosage that decreasing MDA level of 43.57% and repairing of jejunum histopathologycal appearance noticed by cell proliferation in tunica mucosa. The conclusion of this research was breadfruit leaf extract could reduce MDA level and repair the jejunum histopathology of tunica mucosa on hypercholesterolemic rats. Keywords: hypercholesterolemia, breadfruit leaf, MDA, jejunum, Thioarbituric Acid Reactive Substances (TBRAC)

1

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak air Daun Sukun terhadap penurunan kadar MDA dan perbaikan gambaran histopatologi jejunum tikus hiperkolesterolemia, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif terapi pada hiperkolesterolemia pada hewan kesayangan.

PENDAHULUAN Hiperkolesterolemia adalah kejadian peningkatan kadar kolesterol dalam darah yang diakibatkan oleh sintesis kolesterol didalam usus dan hati secara berlebihan (Sufiati dan Muryati, 2010; Metwally et al., 2009). Pola pemberian pakan yang berlebihan dengan kadar kolesterol tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam tubuh. Pada hewan kesayangan, kasus terjadinya hiperkolesterolemia sebanyak 45% pada anjing dan 58% pada kucing (German, 2006; Xenoulis and Steiner, 2010). Hiperkolesterolemia disebabkan peningkatan metabolisme kolesterol dalam usus dan hati (Metwally et al., 2009). Kolesterol merupakan bagian dari lipid, peningkatan kolesterol dalam tubuh akan mengakibatkan oksidatif disertai peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid secara menerus berikatan dengan radikal bebas akan memicu terbentuknya (Malondyaldehide) MDA. Peningkatan Peroksidasi lipid pada jejunum akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada mukosa jejunum (Rosyid, 2009; Sunil dan Dinesh, 2009; Girotti, 1998). Radikal bebas merupakan atom elektron tidak berpasangan dan bersifat reaktif, sehingga radikal bebas mudah berikatan dengan Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA) (Susi dkk., 2012 dan Sholichah dkk., 2012). Obat sintetik hiperkolesterolemia banyak digunakan tetapi berdampak pada hepatotoksik dan nephritis, sehingga digunakan bahan alami sebagai sumber antioksidan yang terdapat pada daun sukun. Antioksidan alami pada tumbuhan merupakan senyawa fenolik seperti flavanoid (Sarastani, dkk., 2002 dan Giorgio, 2000). Daun sukun memiliki kandungan kuersetin, champorol dan artoindonesianin (Umar dkk., 2007 dan Syah dkk., 2006). Menurut Giorgio (2000) bahwa antioksidan merupakan senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas dan mencegah terbentukan peroksidasi lipid.

MATERI DAN METODE Materi Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kandang tikus, botol minum tikus, penjepit (block holder), sonde lambung, spuit, timbangan, gelas ukur, gelas kimia, spuit, tabung eppendrof, pipet mikrohematocrit, alat titrasi, scapel, gunting, pinset, sarung tangan, kertas saring, objek glass, mikroskop cahaya Olympus BX51, tabung mikrosentrifugasi poliprolena, mikrokuvet, spektrofotometer UV-Vis, vortex, magnetic stirrer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi daun sukun (Artocarpus altilis), pakan standar AIN93M, minyak babi, asam kolat (Sigma, Nomer katalog: M5M5306), PFA 4%, formalin buffer 10%, alkohol bertingkat 30%, 50%, 70%, 80%, 90%, alkohol absolute, alkohol xylol, larutan xylol murni, parafin cair, polyelisin, pewarna hematoksilin eosin (HE), balsam canada, organ jejunum, NaCl fisiologis, Aquades, Tri Chloro Acetic (TCA), HCl 1N, NaThio 1%, Waterbath. Tikus yang digunakan yaitu tikus jantan (Rattus norvegicus) strain Wistar (umur 10-12 minggu dan berat badan 130180 gram) yang diperoleh dari Unit Pengembangan Hewan Penelitian (UPHP) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan telah mendapatkan persetujuan Laik Etik dari Komisi Etik Penelitian Universitas Brawijaya (KEP UB) dengan no. 219KEP-UB. Daun Sukun (Artocarpus altilis) diperoleh dari Balai Materina Medica Kota Batu. Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok Kontrol (A), kelopok Hiperkolesterolemia (B), terapi 2

dosis 500 mg/Kg BB (C), dosis 1000 mg/Kg BB (D) dan 2000 mg/Kg BB (E).

pewarnaan Hemaktosilin-Eosin (HE). Pengamatan dilakukkan dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus BX51. Perubahan yang diamati adalah villi dan lamina propia pada bagian Tunica Mucosa yang mengalami degenerasi sel oleh radikal bebas.

Metode Pembuatan Tikus Hiperkolesterolemia Tikus B, C, D dan E diberikan diet hiperkkolesterolemia secara oral. Diet hiperkolesterolemia dibuat dari minyak babi sebanyak 2 gram, asam kolat 0,02 gram, dan kuning telur puyuh rebus 1 gram. Bahan-bahan tersebut ditambah aquades hingga 2 ml diberikan dengan sonde lambung dan ditambah pakan standar selama 14 hari (Gani, 2013 dan Aulanni’am, 1993).

Pengukuran MDA • Pengukuran kurva standar MDA Pengukuran kurva standar MDA dilakukan sesuai dengan metode yang digunakan Agnes dkk., (2013) dan Shofia dkk., (2013). Larutan stok kit MDA konsentrasi 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6. 7 dan 8 μg/mL diambil 100 μL, dimasukan dalam ependrof yang berbeda, ditambahkan aquades 550 μL, 100 μL TCA 10%, 250 μL HCl 1 N, 100 μL Na-Thio 1 % dan dihomogenkan. Kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit. Supernatan diambil, dipanaskan dalam waterbath suhu 100°C selama 30 menit, dibiarkan dalam suhu ruangan, diukur absorbansinya mengunakan spektofotometer UV-Vis pada λ maks (532 nm). Hasil absorbsi kemudian dibuat kurva standar MDA dan dihasilkan persamaan linear.

Persiapan Ekstrak Air Daun Sukun Simplisia daun sukun kering diberikan untuk tikus kelompok C sebanyak 500mg/kg BB dikalikan 5 tikus, untuk kelompok D sebanyak 1000mg/kg BB dikalikan 5 tikus dan untuk kelompok E sebanyak 2000mg/kg BB dikalikan 5 tikus. Masing-masing ditambahkan dengan aquades hingga volume 50 mL pada beaker glass kemudian dipanaskan diatas waterbath (70°C) hingga volume tinggal 10 mL, disaring dan didinginkan. Ekstrak diberikan 2ml/tikus selama 14 hari (Fita, 2008).

•Pengukuran kadar MDA dengan uji TBA Pengukuran kadar MDA dilakukan sesuai dengan metode yang digunakan Agnes dkk., (2013) dan Shofia dkk., (2013). jejunum dengan berat 0,5 gram dimasukkan ke dalam mortar dingin dan digerus hingga halus. Kemudian 500 μl NaCl 0,9% ditambahkan dan dilakukan homogenasi. Homogenat diambil dan dipindahkan ke dalam tabung ependorf. Selanjutnya dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 8000 rpm selama 20 menit dan diambil supernatannya. Supernatan sebanyak 100 μL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 550 μl,100 μl TCA, 100 μL HCL 1 N ,100 μL Na-Thio 1 % dan dihomogenkan kembali. Setelah itu disentrifugasi 500 rpm selama 10 menit, dipanaskan dalam water bath 1000C

Pengambilan Jaringan Jejunum Tikus didislokasi pada bagian leher dan dilakukan pembedahan. Jejunum diambil dan dicuci dengan NaCl-fisiologis 0,9% serta dipotong menjadi dua bagian secara melintang, setengah bagian dimasukkan dalam larutan PBS-azida untuk pengukuran kadar MDA dan setengah bagian ke dalam PFA untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan HE. Pewarnaan Hemaktosilin-Eosin (HE) Jejunum tikus dilakukan perlakuan preparat histopatologi dengan metode 3

selama 30 menit. Sampel kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum ( λ maks = 532 nm ).

Windows serta analisis gambaran histopatologi jejunum dilakukan secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Data Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Kadar Malondyaldehide (MDA)

Penelitian ini mengunakan Rancangan acak lengkap (RAL) dengan hewan tikus terbagi menjadi lima perlakuan dengan lima kali ulangan. Analisis kadar MDA mengunakan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey (p<0,05) mengunakan SPSS 16.0 For

Hasil penelitian kadar MDA Jejunum dianalisis statistika mengunakan uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.1 Kadar Rata-rata Malondyaldehide (MDA) Rata-rata Kadar Kelompok MDA (μg/ml) P1(Kontrol) 2,86 + 0,07a P2 (Hiperkolesterolemia) 4,59+ 0,26c P3 (Terapi dosis 500 mg/Kg BB) 3,70+ 0,16b P4 (Terapi dosis 1000 mg/Kg BB) 3,67+ 0,11b P5 (Terapi dosis 2000 mg/Kg BB) 2,59+ 0,20a

(%) Kadar MDA Peningkatan Penurunan 60,48 19,38 20,04 43,57

Ket: Notasi a, b dan c menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0.05) antar perlakuan

Prosentase peningkatan kadar ratarata MDA kelompok tikus kontrol terhadap kelompok hiperklesterolemia sebanyak 60,48 %, sedangkan prosentase penurunan kadar rata-rata MDA kelompok tikus hiperkolesterolemia terhadap kelompok tikus terapi ekstrak air daun sukun dosis 500 mg/Kg BB sebanyak 19,38%, dosis 1000 mg/Kg BB sebanyak 20,04% dan dosis 2000 mg/Kg BB sebanyak 43,57%. Hasil penurunan kadar MDA menunjukkan adanya perbedaan secara nyata (p<0,05) setelah pemberian terapi ekstrak air daun sukun dibandingkan dengan kondisi hiperkolesterolemia. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan tinggi lemak pada tikus mengakibatkan terjadinya kondisi hiperkolesterolemia dan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Hasil tersebut sesuai dengan Aulanni’am (1993) bahwa pemberian komsumsi pakan dengan tinggi kolesterol dan asam lemak jenuh akan menyebabkan kondisi hiperkolesterolemia.

Kolesterol merupakan bagian dari lemak dan target dari radikal bebas sehingga tingginya kadar kolesterol dalam tubuh memicu terjadinya peroksidasi lipid. Radikal bebas yang berikatan dengan senyawa Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) mengakibatkan terjadinya peroksidasi lipid. Polyunsaturated Fatty Acid adalah asam lipid tak jenuh rantai panjang yang merupakan bagian dari kolesterol. Peroksidasi secara menerus akan menghasilkan senyawa MDA yang berlebih, sehingga diperlukan senyawa flavanoid yang berfungsi menghambat dan menghentikan reaktif ikatan radikal bebas (Sholichah dkk., 2012). Terapi ekstrak air daun sukun pada kelompok C, D dan E menurunkan kadar rata-rata MDA, pemberian dosis terapi yang semakin tinggi memberikan hasil penurunan kadar MDA melebihi tikus kontrol. Berdasarkan hal tersebut, senyawa turunan flavanoid yang terdapat pada Daun Sukun mampu menghambat peroksidasi 4

lipid dan mencegah oksidasi. Flavanoid merupakan senyawa fenolik alam yang bersifat antioksidan (Metwally et a.l, 2009 dan Terao et al., 2008). Antioksidan berfungsi mereduksi radikal bebas, sehingga kandungan flavanoid daun sukun mampu menekan terbentuknya radikal bebas berlebih dalam tubuh (Giorgio, 2000).

Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Sukun (Artocarpus altilis) Terhadap Gambaran Histopatologi Jejunum tikus (Rattus norvegicus) Hiperkolesterolemia Hasil gambaran Histopatologi Jejunum menggunakan pewarnaa Hematoksilin-Eosin (HE) disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran histopatologi jejunum tikus dengan pewarnan HE pembesaran (400X). Keterangan (A) sehat; (B) hiperkolesterolemia; (C) terapi dosis 500 mg/kg BB; (D) terapi dosis 1000 mg/kg BB; (E) terapi dosis 2000 mg/kg BB; tanda panah hitam menunjukan keadaan sel goblet yang membesar, tanda panah putih menunjukkan keadaan sel epetil silindris sebaris, tanda panah hitam tebal menunjukkan bagian tunika mukosa jejunum, tanda panah merah menunjukkan bagian sel epitel silindris sebaris yang mengalami proliferasi sel, tanda panah biru putus-putus menunjukkan sel yang mengalami erosi dan tanda panah biru menunjukkan sel epitel silindris sebaris yang mengalami ruptur.

5

Histopatologi jejunum kelompok tikus kontrol terlihat pada tunika mukosa yaitu sel epitel silindris sebaris tidak mengalami ruptur, erosi dan proliferasi sel, sedangkan kelompok tikus hiperkolesterolemia terlihat kerusakan pada tunika mukosa yaitu sel epitel silindris sebaris mengalami proliferasi dan erosi. Perbandingan kelompok tikus kontrol terhadap kelompok tikus hiperkolesterolemia yaitu terjadinya perubahan kerusakan sel epitel silindris sebaris mengalami erosi dan proliferasi sel. Gambaran histopatologi jejunum kelompok tikus terapi ekstrak air daun sukun dengan dosis 500 mg/Kg BB terlihat adanya kerusakan sel pada tunika mukosa jejunum yaitu sel epitel silindris sebaris mengalami ruptur, erosi, proliferasi sel dan sel goblet yang membesar. Kelompok tikus terapi ekstrak air daun sukun dosis 1000 mg/Kg BB terlihat keadaan tunika mukosa yaitu sel epitel silindris sebaris tidak mengalami ruptur, erosi dan proliferasi sel, sedangkan kelompok tikus terapi ekstrak air daun sukun dosis 2000 mg/Kg BB terlihat keadaan tunika mukosa yaitu sel epitel silindris sebaris mengalami proliferasi sel. Kerusakan pada tunika mukosa jejunum tikus hiperkolesterolemia disebabkan oleh peningkatan metabolisme kolesterol pada usus. Kolesterol merupakan bagian dari lipid yang dapat memicu terjadinya oksidasi radikal bebas dan menyebabkan kerusakan sel (Sholilah dan Mohammad, 2008; Xenolius and steiner, 2010). Proses oksidatif oleh radikal bebas dan kolesterol yang mengakibatkan kerusakan sel melaui proses pembentukan radikal bebas dengan oksigen reaktif sehingga terjadinya reaksi pada bagian sel seperti reticulum mengalami oksidasi, mitokondria terjadi oksidasi rantai respirasi, didalam membran plasma plasma NADH dioksidasi dan didalam lisosom yang berfungsi sebagai fagositosis membentuk sintesis NO. Sel jaringan yang

tidak bekerja secara normal menyebabkan keseimbangan metabolisme terganggu, sel yang megalami perubahan fungsi menyebabkan kerusakan DNA yang berefek pada lesi atau nekrosis (Sunil dan Dinesh. 2009). Flavanoid dalam ekstrak air daun sukun mampu memperbaiki gambaran histopatolgi jaringan jejunum yang mengalami kerusakan dengan menekan sifat reaktif radikal bebas dan mencegah kerusakan sel oleh radikal bebas melalui menunjang kerja sel didalam jaringan tubuh (Giorgio, 2000). KESIMPULAN 1. Terapi ekstrak air daun sukun (Artocarpus altilis) dosis 500 mg/kg BB, 1000 mg/kg BB dan 2000 mg/kg BB menurunkan kadar Malondyaldehide (MDA) jejunum serta penurunan terbaik pada dosis 2000 mg/kg BB sebesar 43,57%. 2. Terapi ekstrak air daun sukun (Artocarpus altilis) memperbaiki gambaran histopatologi tunika mukosa jejunum tikus hiperkolesterolemia dengan semakin tinggi pemberian dosis memberikan hasil yang semakin baik. UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Molekuler FMIPA Universitas Brawijaya serta staf laboratorium yang telah membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTKA Aulanni’am. 1993. Effect Des Fibres duriz Sur Le Profil Lipidique Du Rat Comparison Entre Le Riz Cargo Et Les Fibres du Son. These USTL. Montpellier. France. Agnes, R. Y, Aulanni’am dan P. Sasangka. 2013. Kadar Malondialdehid (MDA) dan Gambaran Histologi Pada Ginjal Tikus Putih (Rattus Norvegicus) 6

Pasca Induksi Cylosporine-A.1. Kimia Student Journal. (2):222-228. Fita, D. A. 2008. Uji toksisitas Akut Bahan Obat Herbal “X” Ditinjau Dari Nilai LD50 Serta Fungsi Ginjal pada Mencit Putih [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Gani, N, L. I Momuat dan M. M. Pitoi. 2013. Profil Lipida Plasma Tikus Wistar yang Hiperkolesterolemia pada Pemberian Gedi Merah (Abelmoschus manihot L.). Jurnal Mipa Unsrat, 2 (1): 44-49. German, A. J. 2006. The Growing Problem of Obesity in Dogs and Cats. The Journal of Nutrition, 136: 1940S-1946S. Girotti, A.W. 1998. Lipid hydroperoxide generation, turnover, and effector action in biological systems. The Journal of Lipid Research, 39:15291542. Giorgio, P. 2000. Flavonoid Antioxidant. Journal National Product, 63: 10351045. Metwally, M. A. A, A. M. El-Gellal and S. M. El-Sawaisi. 2009. Effects of silymarin on lipid metabolism in rats. World App Sci J, 12: 16341637. Rosyid, F. N. 2009. Peranan Lipoprotein Terhadap Terjadinya Aterosklerosis Pada Arteriokoronaria. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(4): 1979-3812. Sarastani, D, S. T. Soekarto, T. R. Muchtadi, D. Fardiaz dan A. Apriyanto. 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Biji Atung. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 8(2):149-156. Sholilah, Q dan A. W. Muhammad. 2008. Pembentukan Radikal Bebas Akibat Gangguan Ritme Sirkadian dan Paparan Debu Batubara. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 4(2): 89100. Sholichah, N. A, Aulanni’am dan C. Mahdi. 2012. Efek Terapi Ekstrak Air Daun Kedondong (Lannea

coromandelica) terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) dan Aktivitas Protease pada Ileum Tikus Putih (Rattus norvegicus) Inflammatory Bowel Disease (IBD) Akibat Paparan Indometasin. Veterinaria medika, 5(3);187-194. Sufiati, B dan Muryati. 2010. Hubungan Komsumsi Lemak dengan Kejadian Hiperkolesterolemia pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Jantung Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan. Jurnal kesehatan masyarakat Indonesia, 6(1): 85-90. Susi, D, Rimbawan, Faisal, Winarto dan Adi. 2012. Efek Bubuk Tempe Instan Terhadap Kadar Malonaldehid (MDA) Serum Tikus Hiperglikemik. Jurnal Kedokteran Hewan, 6(2): 72-74. Sunil, K and K. Dinesh. 2009. Antioxidant dan free radical scavenging activities of edible weeds. Afjand Online 9: 117. Syah, Y. M, S. A. Achmad, E. Bakhriar, E. H. Hakim, L. D. Juliawaty dan J. Latip. 2006. Dua Flavonoid Tergeranilasi dari Daun Sukun (Artocarpus altilis). Jurnal Matematika dan Sains, 11(3) :100104. Terao, J, K. Yoshichika and M. Kaeko. 2008. Vegetable flavonoids and cardiovascular disease. Asia Pac J Clin Nutr, 17: 291-293. Umar, A, Jenie, L. B. S. Kardono, T. Mozef, C. Jiaan, Z. Xiaoxiang dan P. Yuanjiang. 2007. Ekstrak Total Flavonoid dan Fitosterol Daun Sukun (Artocarpus altilis) sebagai Obat Kardiovaskular dan Teknik Produksinya. Paten Indonesia terdaftar No. P00200700707. Xenoulis, P. G and J. M. Steiner. 2010. Lipid Metabolism and Hyperlipidemia in Dog. Veterinary Journal, 183: 12-21.

7