11 BAB II TINJAUAN TEORI PADA BAB INI DIURAIKAN TENTANG

Download pemberian imunisasi, Program imunisasi nasional, Vaksin, Jenis vaksin dan Sifat vaksin. 1. ... Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan...

0 downloads 502 Views 388KB Size
 

11

BAB II TINJAUAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang landasan terori penelitian yang akan dilakukan yang meliputi kunjungan imunisasi dan penyuluhan.

A. IMUNISASI Pada sub bab ini akan diuraikan yang melandasi tentang teori Definisi imunisasi, Tujuan imunisasi, Manfaat imunisasi, Jenis-jenis imunisasi, Sasaran imunisasi, Pokok-pokok kegiatan imunisasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan (imunisasi), Tujuan program imunisasi, Tempat pelayanan imunisasi, Kegiatan pelayanan imunisasi, Acuan persiapan pelayanan imunisasi, Kontraindikasi pemberian imunisasi, Program imunisasi nasional, Vaksin, Jenis vaksin dan Sifat vaksin. 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. (Mulyani, 2013).

Imunisasi merupakan pencegahan yang telah berhasil menurunkan mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak (Anik, 2010). Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan

11

12 kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, Sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak menjadi sakit. (Hadinegoro, 2011).

Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan tuberculosis (Notoatmodjo, 2003).

Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anakanak karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan pada usia 60 tahun terjadi penuaan sistem imun nonspesifik seperti perubahan fungsi sel sistem imun, dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi penyakit auto imun dan keganasan. (Mulyani, 2013).

Menurut penulis imunisasi adalah Suatu proses pemberian imunisasi dasar : BCG, Campak, Polio, DPT/HB, DT, TT yang diberikan kepada balita Untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit Sehingga jika terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak akan menjadi sakit.

13 2. Tujuan Imunisasi Menurut Maryuani, (2010) tujuan pemberian imunisasi antara lain : a. Tujuan/manfaat imunisasi adalah sebagai mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia. b. Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. c. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. d. Tujuan diberikan imunisasi adalah mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikan imunisasi yaitu untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak–anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul.

Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi sehingga bisa mencegah penyaikt dan kematian serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Secara umum tujuan imunisasi menurut (Mulyani, 2013) antara lain : a) Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita. b) Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular c) Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular.

14 3. Manfaat Imunisasi Menurut Mulyani, (2013) manfaat imunisasi adalah : a) Bagi keluarga : dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat psikologi pengobatan bila anak jatuh sakit, mendukung pembentukan keluarga bila orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani anak anaknya di masa kanak-kanak dengan tenang. b) Bagi anak : dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan oleh penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau kematian. c) Bagi keluarga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu menciptakan

bangsa

yang

kuat

dan

berakal

untuk

melanjutkan

pembangunan nasional.

4. Jenis-jenis Imunisasi Berdasarkan proses dan mekanisme pertahanan tubuh imunisasi dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif (Aziz, 2008). a. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan cell memory, sehingga apabila benar–benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. b. Imunisasi pasif Imunisasi pasif adalah pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma

15 manusia atau binatang yang digunakan untuk mngatasi mikroba yang di duga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

5. Jenis imunisasi dasar 1. BCG (Bacille Calmette-Guerin), Perlindungan penyakit : TBC / Tuberkulosis. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya atau tuberkulosis berat. a. Kandungan : Mycobacterium bovis yang dilemahkan, b. Waktu pemberian : Umur : usia < 2 bulan, apabila BCG diberikan di atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. c. Kontraindikasi : Reaksi uji tuberkulin > 5 mm.Menderita inveksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau dengan resiko tinggi infeksi HIV Menderita gizi buruk Menderita demam tinggi. d. Efek samping Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah, atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan imunisasi tidak perlu diulang. Jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan.

16 2. POLIO a. Perlindungan Penyakit : Poliomielitis/Polio (lumpuh layuh). b. Waktu Pemberian : Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir sebagai Dosis awal, kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis terpisah berturutturut dengan interval waktu 6-8 minggu. c. Kontraindikasi Demam (>38.5 0C) Muntah atau diare Keganasan, HIV (Human Immunodeficiency Virus) Efek samping Diperkirakan terdapat 1 kasus poliomyelitis paralitik yang berkaitan dengan vaksin terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV (Oral Polio Vaksin) yang diberikan. Resiko terjadi paling sering pada pemberian pertama dibandingkan dengan dosis-dosis berikutnya. Setelah vaksinasi sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot.

3. Campak a. Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ditemukan spesifik enantem (Koplik’s

spot)

diikuti

dengan

erupsi

mukopapular

yang

menyeluruh. b. Penyebab : campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk dalam family Paramyxovirus. Virus ini sensitif terhadap panas, dan sangat mudah rusak pada suhu 370c. c. Waktu pemberian : pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular.

17 d. Efek samping Efek samping pemberian imunisasi campak berupa demam > 39,5oC yang terjadi pada 5-15% kasus dijumpai pada hari ke 5-6 setelah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 berlangsung selama 2-4 hari. e. Reaksi yang berat dapat ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati timbul pada 30 hari setelah imunisasi.

4. Hepatitis B a. Perlindungan Penyakit : Hepatitis B b. Waktu dan dosis pemberian : Minimal diberikan sebanyak 3 kali Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir Interval antara dosis pertama dan kedua minimal 1 bulan.Dosis ketiga merupakan penentu respons antibodi karena merupakan dosis booster (3-6 bulan). c. Efek samping Kejadian pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orang tua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, boleh mandi atau cukup disekdar dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter.

18 5. Measles, Mumps, Rubella (MMR) Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, parotitis,dan campak Jerman (Rubella). a. Parotitis menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Parotitis bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Campak Jerman (Rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. b. Perlindungan penyakit : Campak, Parotitisdan Rubella c. Waktu dan dosis pemberian : diberikan dosis tunggal 0.5 ml subkutan, dan diberikan pada umur 12-18 bulan. d. Kontra Indikasi Keganasan Demam akut, defisiensi imun Efek samping. Pada penelitian yang mencakup 6000 anak yang berusia 12 tahun, dilaporkan setelah vaksinasi MMR dapat terjadi malaise, demam, atau ruam yang terjadi 1 minggu setelah imunisasi. Dalam masa 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0.1

%

anak

ensefalitis

pasca

imunisasi

<1/1000.000

dan

pembengkakan kelenjar parotis pad 1 % anak berusia sampai 4 tahun, biasanya terjadi pada minggu ketiga dan kadang-kadang lebih. Trombositopenia biasanya akan sembuh sendiri, kadang- kadang dihubungkan dengan komponen rubella dari MMR.

19 6. Hepatitis A a. Perlindungan Penyakit : Hepatitis A b. Penyebab : Virus hepatitis A c. Waktu Pemberian : dibuat dari virus yang dimatikan Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster bervariasi antara 6-18 bulan setelah dosis pertama,tergantung produk (IDAI, 2008).Vaksin diberikan pada usia > 2 tahun. d. Jarang menimbulkan efek samping. Reaksi lokal merupakan efek samping tersering (21% -54%) tetapi umumnya ringan.

7. Typhoid & Parathypoid a. Perlindungan Penyakit : Demam typhoid b. Dibuat dari kuman Salmonella typhi yang telah dilemahkan Penyebab penyakit typhoid : Bakteri Salmonella typhi c. Cara pemberian : oral dan parenteral Dosis : Kemasan dalam bentuk kapsul, untuk anak umur > 6 tahun atau lebih. Suntikan : untuk anak > 2 tahun. d. Waktu Pemberian : imunisasi diulang setiap 3 tahun.

8. VAricella a. Perlindungan Penyakit : cacar air Penyebab penyakit varicella :

Virus Varicella-Zoster b. Waktu Pemberian : Vaksin varicella dapat diberikan setelah umur 12

bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila

20 diberikan pada umur >12 tahun, diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. c. Kontra indikasi Demam tinggi, Defisiensi imun, Pasien dengan

pengobatan kortiko steroid dosis tinggi.

9. Hib (Haemophillus Influenza b) a. Perlindungan penyakit : Meningitis b. Bagian kapsul Hib yang disebut polyribosyribitol phosphate (PRP) menentukan virulensi dari Hib.Vaksin Hib yang beredar di Indonesia adalah vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria meningitides yang disebut sebagai PRP-OMP dan konjugasi dengan protein tetanus yang disebut sebagai PRP-T.Kedua vaksin tersebut menunjukan efikasi dan keamanan yang sangat tinggi. Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan PRP-OMP diberikan 2 kali sedangkan PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibody.

10. Pneumokokus a. Penyebab penyakit : Pnemonia b. Waktu pemberian : diberikan pada bayi berumur 2, 4, 6, bulan dan diulang pada umur 12-15 bulan.Interval antara dua dosis 4-8 minggu c. Efek samping : Eritema, bengkak, indurasi dan nyeri di bekas tempat suntikanEfek sistemik : demam, pusing, gelisah Reaksi berat seperti reaksi anafilaktik jarang ditemukan Efek samping biasanya terjadi

21 setelah dosis kedua namun tidak berlangsung lama, akan menghilang dalam 3 hari.

11. Influenza a. Penyebab penyakit : Influenza b. Vaksin Influenza mengandung virus yang tidak aktif, diproduksi dari virus yang tumbuh pada embrio ayam. Terdapat dua macam vaksin, yaitu whole-virus vaccine dan split-virus vaccine. c. Jadwal pemberian : diberikan pada anak sehat usia 6-23 bulan. Dosis: untuk < 3 tahun 0. 25 ml dan untuk > 3tahun 0.5 ml. d. Efek samping : efek samping minimal berupa ruam makula/papula, 9% menunjukan reaksi lokal ringan dan transien serta 28% reaksi sistemik ringan. e. Kontra indikasi: Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian vaksin influenza sebelumnya dan komponen vaksin seperti telur. Individu yang sedang menderita penyakit demam akut yang berat Ibu hamil dan menyusui.

12. HPV ( Human Papilloma Virus) a. Penyebab penyakit : Kanker serviks b. Terdapat 2 jenis vaksin HPV: vaaksin bivalen dan quadrivalen diberikan pada anak perempuan sejak usia > 10 tahun Dosis 0.5 ml diberikan intramuskular pada daerah deltoid. c. Efek samping : Nyeri, reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan, Reaksi sistemik : demam, nyeri kepala, dan mual.

22 6. Sasaran imunisasi Seseorang yang beresiko untuk terkena penyakit dapat dicegah dengan pemberian imunisasi diantaranya: 1) bayi dan anak balita, anak sekolah, dan remaja. 2) calon jemaah haji/ umroh. 3) orang tua, manula. 4) orang yang berpergian keluar negeri.

7. Pokok – pokok kegiatan imunisasi. Menurut Mulyani (2013) pokok-pokok kegiatan imunisasi digolongkan 3 diantaranya : 1. Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap) : 1)Imunisasi BCG; 2)Imunisasi DPT 3 x; 3)Imunisasi polio 3 x; 4)Imunisasi campak 1 x. 2. Pencegahan penyakit untuk anak sekolah dasar : 1) Imunisasi DT; 2) Imunisasi TT. 3. Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/calon mempelai wanita : 1) imunisasi TT 2 x.

8. Faktor – faktor yang mempengaruhi kekebalan (imunisasi) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekebalan Menurut Mulyani (2013) diantaranya adalah sebagai berikut : a. Umur Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita) dan orang tua lebih mudah terserang. Sedangkan pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tertentu. Hal ini

23 mungkin disebabkan karena kedua kelompok unsur tersebut daya tahan tubuhnya rendah. b. Seks Untuk penyaki-penyakit menular tertentu seperti polio dan diphteria lebih parah terjadi pada wanita dari pada pria. c. Kehamilan Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap penyakitpenyakit menular tertentu misalnya penyakit polio, pnemonia, malaria serta amebiosis. Sebaliknya untuk penyakit typhoid dan meningitis jarang terjadi pada wanita hamil. d. Gizi Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, sebaliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit infeksi. e. Trauma Stres, salah satu bentuk trauma merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.

9. Tujuan program imunisasi Menurut Notoatmojo, (2011 hal; 48) tujuan program imunisasi adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah Disentri, tetanus, bentuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, tuberkulosis.

24 Imunisasi penting untuk diberikan hal ini karena kira-kira 3-100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak. Sebanyak 2 dari 100 kelahiran akan mati karena batuk rejan. Dari setiap 200.000 anak, akan menderita penyakit polio. Satu dari 100 anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Imunisasi yang dilakukan akan melindungi anak terhadap penyakit. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia dimasyrakat, akan tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap.

10. Tempat Pelayanan Imunisasi Sekarang ini, untuk mengoptimalkan pelayanan imunisasi, dan mencapai keberhasilan program imunisasi telah tersedia tempat yang digunakan sebagai tempat pemberian imunisasi.

Imunisasi dapat dilakuakan di posyandu, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter, polindes, dan tempat lain yang sudah disediakan. dibawah ini tempat pelayanan kesehatan yang dapat melayani imunisasi (Mulyani, 2013) : 1) Praktek dokter/tim kesehatan atau rumah sakit swasta 2) Pos pelayanan terpadu 3) Rumahsakit bersalin, BKIA, atau rumah sakit pemerintah, dan Puskesmas.

11. Kegiatan Pelayanan Imunisasi Menurut Mulyani, (2013 hal; 12) Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan oprasional rutin dan khusus. kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : A. Kegiatan imunisasi rutin

25 Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin dan terus menerus yang harus dilakukan pada priode waktu yang telah ditentukan. Kegiatan ini telah terbukti efektif dan efisien, kegiatan ini meliputi : (1) Imunisasi pada bayi Yaitu imunisasi yang dilakukan pada bayi yang berumur 0 - 11 bulan, meliputi BCG, DPT, Polio, Hepatitis dan Campak. Idealnya bayi ini harus mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 4 kali, hepatitis 3 kali, campak 1 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bayi, dapat dilihat distatus imunisasi campak, karena pemberian imunisasi campak yang dilakukan paling akhir setelah keempat imunisasi dasar pada bayi yang lain yang telah diberikan. (2) Imunisasi pada wanita usia subur (WUS) (3) Imunisasi pada anak usia sekolah.

B. Imunisasi Tambahan Merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukanya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi.

Kegiatan ini tidak rutin dilakukan karena hanya ditunjukan untuk mengulangi penyakit tertentu. Beberapa kegiatan imunisasi tambahan yaitu menurut Mulyani, (2013) adalah sebagai berikut : a. Backlog fighting adalah upaya aktif dalam melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berumur 1 – 3 tahun. Sasaran utama dari backlog fighting adalah desa atau kelurahan yang belum mencapai UCI selama dua tahun berturut-turut. Universal Child Immunization (UCI) adalah

26 tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0 – 11 bulan), ibu hamil, wanita usia subur dan anak sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis hepatitis, 1 dosis campak. Pada ibu hamil dan wanita subur meliputi 2 dosis TT. Untuk anak sekolah tingkat dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak dan 2 dosis TT. b. Cras program Yaitu ditunjukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara tepat untuk mencegah terjadinya KLB (kejadian luar biasa). Pemilihan lokasi crash program didasarkan atas beberapa kriteria yaitu : angka kematian bayi tinggi dan angka PD3I (penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi) tinggi, infrastruktur (tenaga sarana dan dana kurang) dan desa yang selama 3 tahun berturut-turut tidak tercapai target UCI.

12. Acuan Persiapan Pelayanan Imunisasi Walaupun imunisasi merupakan suatu hal yang lazim dilakukan akan tetapi perlu kehati-hatian dalam menjalankanya. Untuk menyampaikan pelayanan imunisasi menurut Mulyani, (2013) ada beberapa acuan yang harus dilakukan yaitu : a) Logistik Agar dapat memenuhi kebutuhan logistik di posyandu petugas kesehatan dapat menyampaikan jadwal sasaran imunisasi per antigen kepada koordinator imunisasi. Dimana koordinasi imunisasi akan menyampaikan kebutuhan vaksin, alat suntik oplos dan kotak pengaman untuk posyandu.

27 Jenis alat yang diperlukan untuk pelayanan yaitu : a) Termos atau vaksin carier Alat ini digunakan untuk menyimpan atau membawa vaksin dari suatu tempat ketempat lainya; b) Cool pack kotak dingin cair Yang digunakan sebagai pendingin yaitu wadah plastik yang berbentuk segi empat yang diisi dengan air kemudian di dinginkan dalam lemari es dengan suhu 2 derajat celsius – 8 derajat celsius.selama minimal 24 jam; c) Vaksin, pelarut dan penetes Jumlah vaksin yang diperlukan dalam pelayanan imunisasi harus sama dengan jumlah pelarutnya begitu juga dengan penetesnya; d) Alat suntik (ADS); e) Safety box (kotak pengaman); f) Kapas basah dan wadah; g) Bahan penyuluh (poster, leaflet); h) Alat tulis; i) Kartu imunisasi (KMS, kartu TT, buku ibu dan anak); j) Kohort atau register; k) Plastik sampah atau tempat sampah; l) Sabun.

b). Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari lemari es : d. Sebelum membuka lemari es, tentukan dulu berapa banyak botolvaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan. e. Catat suhu didalam lemari es. Jangan terlalu sering membuka lemari es dan meningalkan dalam keadaan terbuka. Memilih vaksin sesuai urutan yaitu sebagai berikut : a) Vial vaksin yang sudah terpakai tetap tersimpan dalam lemari es; b) ampul atau botol vaksin tertutup yang telah dibawa ke pelayanan keluar dan telah berada diluar lemari es; c) vaksin dengan WM kondisi B atau mulai berubah A menjadi B; d) vaksin-vaksin paling lama yang belum melewati tanggal kadaluarsa.

28 c). Memeriksa apakah vaksin aman diberikan. d). Menyiapkan termos. e). Menyiapkan tempat kerja.

13. Kontra Indikasi Pemberian Imunisasi Menurut Mulyani, (2013) Ada tiga macam kontra indikasi pemberian imunisasi yaitu: 1. Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukan tanda-tanda dan gejala AIDS sedangkan vaksin yang lain sebaliknya diberikan 2. anafilaksis atau reaksi hipersentivitas yang hebat merupakan kontra indikasi yang mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dari panas > 38 derajat celsius merupakan kontra indikasi pemberian DPT atau HB1 dan campak. 3. jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang sakit lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi sudah sehat.

14. Program Imunisasi Nasional Menurut Hadinegoro, (2011) Program imunisasi nasional dikenal sebagai pengembangan

program

imunisasi

(PPI)

atau

expanded

program

on

immunisation (EPI). dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1977. Program PPI merupakan program pemerintah dalam bidang imunisasi guna mencapai komitmen internasional yaitu universal child immunization pada akhir 1982. UCI secara nasional dicapai pada tahun 1990, yaitu cakupan DTP, polio 3, dan campak minimal 80% sebelum umur satu tahun. Sedangkan untuk cakupan DTP,

29 polio 1 BCG minimal 90%. Imunisasi yang termaksuk dalam PPI adalah BCG, polio, DPT, campak dan hepatitis B.

Program imunisasi melalui PPI mempunyai tujuan akhir (ultimate goal) sesuai dengan komitmen internasional yaitu : (a) eradikasi polio; (b) eliminasi tetanus material dan neonatal (maternal and neonataltetanus elimination-MNTE); (c) reduksi campak (RECAM); (d) peningkatan mutu pelayanan imunisasi; (e) menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (save injection parcties); (f) keamanan pengelolaan limbah tajam (safe waste disposal management).

15. Vaksinasi Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang, ( Maryuani, 2010).

Menurut Mulyani, (2013) Vaksinasi adalah merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan antigen yang berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit maupun mereproduksi lomfosit yang peka sebagai antibody dan sel memori. Cara ini cukup memberikan kekebalan. Tujuanya adalah memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun cukup untuk merespon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibody dan mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut.

30 Berbagai Keuntungan Vaksinasi Mulyani, (2013 ) antara lain : (1) Pertahanan tubuh yang dibentuk oleh beberapa vaksin akan dibawa seumur hidupnya. (2) vaksinasi adalah “cost-effective” karena murah dan efektif. (3) vaksinasi tidak berbahaya. Reaksi yang serius sangat jarang terjadi, jauh lebih jarang dari komplikasi yang timbul apabila terserang penyakit tersebut secara alami.

16. Jenis Vaksin Menurut Hadinegoro, (2011) Beberapa jenis vaksin yang dibuat berdasarkan proses produksinya antara lain : 1. Vaksin hidup (live attenuated vacine ) Yaitu vaksin yang terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenic akan tetapi tidak fatogenik. Contohnya yaitu virus polio oral. Oleh karena vaksin yang di berikan sesuai infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang baik diepitel saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan local. Sekresi antibody igA lokal yang ditingkatkan akan mencegah virus liar masuk kedalam sel tubuh.

Imunitas aktif dari vaksin hidup tidak dapat berkembang karena pengaruh dari antibody yang beredar. Antibody yang masuk melalui plasenta atau transfuse dapat mempengaruhi perkembangan vaksin mikroorganisme dan menyebabkan

tidak

ada

respon.

Vaksinasi

campak

merupakan

mikroorganisme yang paling sensitif terhadap antibody yang beredar dalam tubuh. Virus vaksin polio dan rotavirus paling sedikit terkena, vaksin hidup

31 dapat menyebabkan penyakit, umumnya bersifat ringan disbanding dengan penyakit alamiah atau dianggap sebagai kejadian ikutan. Respon imun terhadap vaksin hidup attenuated pada umumnya sama dengan yang diakibatkan oleh infeksi alamiah. (Mulyani, 2013). 2. Vaksin Mati (Klied Vaccine/ Inactiveted Vaccine)Vaksin mati ini tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh karena itu diperlukan pemberian beberapa kali. Vaksin ini selalu membutuhkan dosis multiple. Pada umumnya protektif, tetapi hanya memacu atau menyiapkan sistem imun. Respon imun protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga hal ini berbeda dengan vaksin hidup, yang memunyai respon imun mirip atau sama dengan vaksin hidup, yang mempunyai respon imun terhadap vaksin mati sebagian besar humoral, hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas selulartiter antibody terhadap antigen inactivated menurun setelah beberapa waktu. Sebagian hasilnya maka vaksin inactiveted membutuhkan dosis suplemen (tambahan) secara priodik. 3. Rekombinan. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitoporganisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin. Terdapat 3 jenis vaksin yang dihasilkan dengan rekayasa genetik yang saat ini tersedia. a. Vaksin hepatitis B dihasilkan dengan cara memasukan suatu segmen gen virus hepatitis B ke dalam sel ragi. Sel ragi yang telah berubah ini menghasilkan antigen permukaan hepatitis B murni. b. Vaksin tifoid (Ty21a) adalah bacteria samonella typhy yang genetik diubah (modified) sehingga tidak menyebabkan sakit.

32 c. Tiga dari 4 virus yang berada dalam vaksin rotavirus hidup adalah rotavirus kera rhesus yang menghasilkan antigen rotavirus manusia apabila mengalami replikasi. 4. Vaksin polisakarida Vaksin polisakarida adalah sub-unit yang inactiveted dengan bentuknya yang unik terdiri dari atas rantai panjang molekul-molekul gula yang membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu. vaksin polisakarida murni tersedia untuk 3 macam penyakit yaitu pneumokokus, meningkokus, dan heamophillus influenza tipe B. 5. Taksoid Bahan yang bersifat imunogenik dibuat dari toksin kuman.pemanasan dan penambahan pormalin biasanya digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil dari pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai Natural Plain Toxoid, dan merangsang terbentuknya antibody antitoksin. Imunisasi bakterial toksoid efektif selama satu tahun. Bahan adjuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigen dan meningkatkan imunogenestasinya. 6. Vaksin DNA Plasma (Plasmid DNA Vaccine) Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang patogen dan ssat ini dalam pengembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang percoban menunjukan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon hormonal dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian ini klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.Berdasarkan Fungsinya Vaksin terbagi menjadi 8 menurut (Mulyani, 2013) yaitu : Vaksin BCG (bacillus calmette guerine) yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.Vaksin DPT (Difteri

33 Partusis Tetanus) untuk pemberian kekebalan secara stimulan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus. a. Vaksin TT (Tetanus Toksoit) yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus. b. Vaksin DT (Diefteri Dan Tetanus) untuk pemberian kekebalan stimulan terhadap difteri dan tetanus. c. Vaksin polio yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. d. Vaksin campak yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. e. Vaksin hepatitis B untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. f. Vaksin DPT/HB untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit diefteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

17. Sifat-sifat vaksin Berdasarkan kepekaan atau sensivitasnya terhadap suhu dibedakan menjadi 2 yaitu antara lain : 1. Vaksin yang bersifat sensitive terhadap panas (heatsensitive) merupakan golongan vaksin yang akan rusak jika terpapar dengan suhu yang berlebihan. Vaksin Polio, BCG, dan Campak. a. Polio yaitu pada suhu beberapa derajat celsius diatas udara luar (ambient temperatur < 34 derajat celsius) dan dapat bertahan selama 2 hari.

34 b. Campak dan BCG yang akan rusak pada suhu berapa derajat celsius diatas suhu udara luar (ambient temperatur < 34 derajat celsius) dan dapat bertahan selama 7 hari. 2. Vaksin yang sensitive terhadap beku ( freeze sensitive) Merupakan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan golongan dalam sifat ini antara lain suhu dingin atau pembekuan. Vaksin yang tergolong dalam sifat ini antara lain hepatitis B, B-PID, DPT-HB, DT dan TT. a. Hepatitis B dan DPT-HB pada suhu -0,5 derajat c. Dapat bertahan selama maksimal setengah jam. b. DPT, DT, dan TT pada suhu -5 derajat c – 10 derajat c dapat bertahan selama maksimal 1,5 – 2 jam. c. DPT, DPT-HB, DT berapa derajat celsius diatas suhu udara luar (ambient tempratur < 34 derajat celsius) dan bertahan selama 14 hari. d. Hepatitis B dan TT beberapa derajat celsius diatas suhu udara luar (ambient tempratur < 34 derajat celsius) bertahan selama 30 hari.

35 B. PENYULUHAN Pada sub bab ini akan diuraikan teori tentang penyuluhan yang meliputi definisi penyuluhan, sasaran penyuluhan kesehatan, jenis-jenis penyuluhan, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan, tinjauan umum tentang balita, tinjauan umum tentang hubungan penyuluhan ibu dengan anak usia balita terhadap kunjungan imunisasi. 1. Definisi Penyuluhan. Kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan (Anwar, 2010).

Gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandasan prinsipprinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan dimana individu, keluarga, kelompok masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun kelompok dalam meminta pertolongan jika perlu. (Depkes, 2010).

Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara penyuluh dan yang disuluh agar terbangun proses perubahan “Perilaku” (Behaviour) yang merupakan perwujudan dari Pengetahuan , Sikap dan Keterampilan seseorang yang dapat diamati oleh orang/pihak lain , baik secara langsung atau tidak langsung. (Persagi. 2010).

36 Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003).

Menurut penulis penyuluhan adalah Sebagai proses aktif atau interaksi antara penyuluh dan penerima atau yang disuluh sehingga terjadi suatu keadaan interaksi Peatback antara penyuluh dan yang disuluh.

2. Macam-macam metode penyuluhan a. Metode diktatik. Proses penyuluhan bersifat satu arah (one way method), yang termasuk dalam metode ini adalah ceramah, poster, media cetak (majalah, buletin, surat kabar), media elektronik (radio,televisi). b. Metode sokratik. Proses penyuluhan yang bersifat dua arah (two way method), termasuk dalam metode ini adalah diskusi, curah pendapat, demonstrasi, simulasi, bermain peran. (role playing), sosiodrama, simposium, seminar, studi kasus, penyuluhan kesehatan melalui telepon, satelit komunikasi.

37 3. Jenis-Jenis Penyuluhan Menurut teori Suharjo, (2003) ada berbagai jenis-jenis penyuluhan yang dilakukan diposyandu diantaranya adalah : Penyuluhan diposyandu Tentang Balita yaitu : 1) Penyuluhan kesehatan Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menamkan keyaninan. Dengan demikian, masyarakat tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan. Terkait dengan definisi tersebut, maka petugas peyuluh kesehatan

harus

menguasai

ilmu

komunikasi

dan

menguasai

pemahaman yang lengkap tentang pesan yang akan disampaikan. Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan antara lain : a. Metode Ceramah Suatu cara dalam menerangkan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang imunisasi. b. Metode Diskusi Kelompok Pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk. c. Metode Curah Pendapat Suatu bentuk pemecahan

masalah dimana setiap anggota

mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang

38 terpikirkan oleh masing-masing peserta dan evaluasi atas pendapatpendapat tadi dilakukan. d. Metode Panel. Pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih penulis dengan seorang pemimpin. e. Metode Bermain peran. Memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok. f. Metode Demonstrasi Suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga. Metode ini digunakan terhadap kelompok yang tidak terlalu besar jumlahnya. g. Metode Simposium Serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2 sampai 5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat. h. Metode Seminar Suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasai bidangnya. Suatu penyuluhan yang bertujuan mengubah perilaku hidup masyarakat tidak mudah dilakukan. Mengubah perilaku memerlukan kesadaran, dan memerlukan proses panjang. Oleh

39 karena itu, tenaga penyuluh di lapangan tidak boleh bosan apalagi putus asa melakukan kegiatan penyuluhan.

Penyuluhan kesehatan, dalam hal ini tentang imunisasi, berdampak akan menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat, sehingga mereka akan berperan-serta dalam proses pembangunan kesehatan, terutama dukungan terhadap pelaksanaan program imunisasi.

Tugas pokok penyuluhan kesehatan masyarakat adalah melaksanakan kegiatan advokasi, pembinaan suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat, melakukan penyebarluasan informasi, membuat rancangan media, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, serta merencanakan intervensi dalam rangka pengembangan perilaku masyarakat yang mendukung

2) Penyuluhan Imunisasi Penyuluhan imunisasi adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan Imunisasi. Penyuluhan merupakan gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan.

40 Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar Penyuluhan dapat mencapai sasaran yaitu : a. Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya. b. Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru. c. Adat Istiadat Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan. d. Kepercayaan Masyarakat Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi. e. Ketersediaan Waktu di Masyarakat Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan kesehatan. Selain itu petugas penyuluh kesehatan masyarakat juga mempunyai peran, fungsi dan kompetensi (Fitriani, 2011).

41 3) Penyuluhan Gizi Penyuluhan gizi menurut Suharjo, (2003) adalah pendekatan dukatif yang menghasilkan perilaku individu/masyrakat yang diperlukan dalam peningkatan/pertahankan gizi baik. a. Tujuan Penyuluhan Gizi Tujuan Penyuluhan Gizi adalah sebagai berikut : a) Terciptanya sikap positif terhadap gizi; b) Terbentuknya pengetahuan & kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan; c) Timbulnya kebiasaan makan yg baik; d) Adanya motivasi mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yg berhubungan dengan gizi. b. Ciri-ciri Penyuluhangizi Ciri-ciri penyuluhan gizi adalah sebagai berikut : a) Penyuluhan kesehatan perlu direncanakan dimulai dari penemuan data atau masalah yg dihadapi, penetapan tujuan, hingga evaluasi dan pengembangan; b) Penyuluhan merupakan suatu proses merupakan suatu rangkaian kegiatan. Satu kegiatan disusul kegiatan lain. Yg berarti juga lebih dari satu kegiatan; c) Penyuluhan menggunakan kombinasi pengalaman belajar. Hal ini berarti bukan hanya satu metode; d) Penyuluhan disampaikan kepada individu, kelompok maupun massa; e) Tujuan perubahan perilaku hidup sehat. Perubahan

perilaku

yang

berarti

pengetahuan,

sikap

dan

ketrampilan. Perilaku hidup sehat meliputi promotive, preventive, kurative dan rehabilitative.

42 c. Alasan Pentingnya Penyuluhan Gizi Bahwa masalah-masalah kesehatan dan gizi disamping disebabkan oleh bibit penyakit (faktor biologis) juga diakibatkan oleh perilaku manusia yg bersangkutan. d. Pelaku Penyuluhan Gizi : a) Penyuluhan dapat dilakukan oleh perorangan sebagai anggota masyarakat (ahli gizi) ataupun sebagai petugas suatu lembaga (Puskesmas, RS, lembaga swasta/ LSM); b) Seluruh petugas kesehatan / gizi, maupun institusi kesehatan / gizi formal

maupun

lembaga

swadaya

masyarakat

mempunyai

kewajiban moral untuk melakukan penyuluhan kesehatan / gizi baik secara individu, kelompok maupun massa.

4. Sasaran penyuluhan kesehatan Menurut Effendy, (2003) Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas, masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003).

43 Menurut Notoatmodjo, (2007) metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain : a. Metode penyuluhan perorangan (individual) Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual. Bentuk dari pendekatan ini antara lain : a). Bimbingan dan penyuluhan Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut. b). Wawancara Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan. b. Metode penyuluhan kelompok Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.

44 Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup : a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. 1) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah : a). Persiapan Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. b). Pelaksanaan, Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran

penceramah

dapat

menunjukkan

sikap

dan

penampilan yang meyakinkan.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyuluhan Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan. a) Faktor penyuluh, misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran,

45 bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran, suara terlalu kecil dankurang dapat

didengar serta penyampaian materi

penyuluhan terlalu monoton sehingga membosankan. b) Faktor sasaran, misalnya tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin terjadi perubahan perilaku. c) Faktor proses dalam penyuluhan, misalnya waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak, alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat sehingga membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang dimengerti oleh sasaran.

6. Tinjauan Umum Tentang Balita Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orang tua anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Saat balita tumbuh dan berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan bangga kepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orang tua yang belum menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri balita terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga sebagai sumber daya manusia (Kresno, 2009).

46

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu kewaktu. Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, kecerdasan, tanggung jawab dan lain-lain. Anda juga harus tahu bahwa setiap anak memiliki garis pertumbuhan yang berbeda-bedah, anak tersebut akan tumbuh mengikuti pola pertumbuhan normalnya. Demikian pula dengan perkembangan fungsi tubuh, setiap anak memiliki tahapan perkembangan

menujuh ke fungsi

yang lebih baik.

Cirinya adalah dapat diukur secara kuantitatif, mengikuti perjalanan waktu dan dalam keadaan normal setiap anak memiliki jalur pertumbuhan tertentu (Soetjiningsih, 2012).

Bayi usia di Bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai balita merupakan salah satu periode usia manusia setelah bayi sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun (Kresno, 2008). Ciri khas perkembangan balita : 1) Perkembangan fisik Pertumbuhan berat badan menurun, terutama di awal balita. Hal ini terjadi karena balita banyak menggunakan energi untuk bergerak. a. Pengembanganpsikologis 1) Psikomotor Terjadi perubahan yang cukup drastis dari kemampuan psikomotor balita yang mulai terampil dalam pergerakannya. Mulai melatih kemampuan motorik kasar misalnya berlari, memanjat, melompat, berguling, berjinjit, menggenggam,

47 melempar yang berguna untuk mengelola keseimbangan tubuh dan mempertahankan rentang atensi.

Pada akhir periode balita kemampuan motorik halus anak juga mulai terlatih seperti menulis, menggambar, memegang benda dengan hanya menggunakan jari telunjuk dan ibu jari seperti memegang alat tulis atau mencubit serta memegang sendok dan menyuapkan makanan ke mulutnya, serta mengikat tali sepatu (Kresno, 2008). 2) Aturan. Pada

masa

balita

adalah

saatnya

dilakukan

latihan

mengendalikan diri atau biasa disebut sebagai toilet training. Freud mengatakan bahwa pada usia ini individu mulai berlatih untuk mengikuti aturan melalui proses penahanan keinginan untuk membuang kotoran (Kresno, 2008). 3) Kognitif Pada periode usia ini pemahaman terhadap objek telah lebih baik. Balita memahami bahwa objek yang disembunyikan masih tetap Ada dan akan mengetahui keberadaan objek jika proses penyembunyian terlihat oleh mereka. Akan tetapi jika proses penghilangan objek tidak terlihat, balita tersebutmengetahui bahwa benda tersebut masih ada namun tidak mengetahui dengan tepat letak objek tersebut. Balita akan mencari pada tempat terakhir ia melihat objek tersebut. (Kresno, 2008).

48 4) Sosial dan individu Pada periode usia ini, balita mulai belajar berinteraksi dengan lingkungan sosial di luar keluarga, pada awal masa balita, bermain bersama berarti bersama-sama berada pada suatu temapt dengan teman sebaya, namun tidak bersama-sama dalam satu permainan interaktif. Pada akhir masa balita, bermain bersama berarti melakukan kegiatan bersama-sama dengan melibatkan aturan permainan dan pembagian peran (Kresno, 2008). 5) Pendidikan dan pengembangan Cara belajar yang diberikan pada anak balita adalah melalui bermain

serta

rangsang

lingkungan rumah.

dari

lingkungannya,

terutama

49 C. Kerangka Teori (Kerangka Berpikir ) Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka teori penelitian ini adalah sebagai berikut Hubungan penyuluhan ibu tentang anak usia balita dengan kunjungan imunisasi di Posyandu Kelurahan Kebun Jeruk Jakarta Barat.

BALITA

IMUNISASI :

1. imunisasi pasif : (Anti Tetanus Serum) 2. Imunisasi Aktif : (Imunisasi Polio Dan Campak) 3. Imunisasi Dasar : (BCG, CAMPAK, POLIO, DPT, D, TT) KUNJUNGAN IMUNISASI 

PENYULUHAN  

Aktif

Faktor yang mempengaruhi penyuluhan : a. Faktor penyuluh b. Faktor sasaran c. Faktor proses dalam penyuluhan Keterangan :

tidak diteliti Diteliti

Gambar : 2.1 kerangka teori modifikasi teori Effendy, 2003.

Tidak aktif