11 PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI MODIFIKASI

Download Pelajaran 2016/2017. KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan jasmani adalah sebuah proses pendidikan yang menitik beratkan pada kegiatan aktivitas fisik...

0 downloads 422 Views 630KB Size
Wisnu Aditya Kurniawan | 11

PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI MODIFIKASI PERMAINAN LARI “KASVOL” DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN Oleh Wisnu Aditya Kurniawan, S.Or SMK Negeri 1 Brondong Lamongan E-mail : [email protected]

Abstrak Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong Tahun Pelajaran 2016/2017. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan penelitan tindakan kelas. Subjek penelitan yang dipakai dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil, tepatnya pada bulan September 2016sampai dengan oktober 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 anak yang telah diberikan tindakan pada siklus I, siklus II dan siklus III menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Kebugaran jasmani melalui modifikasi permainan lari membuat suasana belajar lebih aktif, siswa lebih mampu menampilkan karakternya masing-masing dengan tetap mengindahkah rasa percaya diri, kerjasama, keberanian dan sportivitas secara baik. 2) Penerapan modifikasi permainan lari dapat meningkatkan kebugaran jasmani, ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III, 3) Penerapan modifikasi permainan lari dapat meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani, dengan prosentase ketuntasan kelas mencapai 78,12 %. Kata Kunci: Kebugaran Jasmani, Modifikasi Permainan Lari “Kasvol”, Pendidikan Jasmani PENDAHULUAN Dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah pada umumnya menekankan peserta didik agar aktif bergerak dengan tujuan untuk menjaga kebugaran peserta didik. Akan tetapi kebanyakan metode-metode pembelajaran yang dipraktikkan di lapangan kurang begitu menarik, sehingga anak merasa jenuh, kurang bergairah dan cenderung kurang aktif dalam melakukan aktivitas gerak. Oleh karena itu didapatkan ide untuk meningkatkan kebugaran jasmani pada anak-anak di sekolah, dengan metode yang dibuat sedemikian rupa sehingga peserta didik lebih tertarik untuk melakukannya. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas gerak untuk menghasilkan perubahan kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental dan emosional. Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang sangat populer diminati oleh siswa. Maka dari itu guru pendidikan

12 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

jasmani hendaknya memanfaatkan hal itu dengan memberikan yang terbaik untuk peserta didik. Ketika pembelajaran kebugaran jasmani siswa cenderung lebih memilih bermain daripada mengikuti materi. Ketika guru memberikan materi tentang peningkatan kebugaran jasmani, kebanyakan siswa sering mengeluh kecapekan dan akhirnya pada pertemuan berikutnya cenderung tidak mengikuti kegiatan olahraga di lapangan. Guru harus bisa berpikir bagaimana caranya agar peserta didik lebih tertarik dalam materi peningkatan kebugaran jasmani. Oleh sebab itu, muncul suatu gagasan dari masalah tersebut tentang permainan yang dianggap bisa meningkatkan kebugaran jasmani tentunya menarik dan mudah dipahami. Permainan merupakan suatu alat untuk menarik minat anak-anak untuk melakukannya. Slavon berpendapat bahwa permainan adalah khayalan seorang anak dalam mengenal situasi atau keadaan nyata. Selanjutnya Havigurst menerangkan bahwa permainan merupakan aktivitas memanjakan diri sendiri dan tidak memperdulikan kepentingan hidupnya. Sementara itu, Ellis menerangkan bahwa permainan pada umumnya dianggap sebagai perilaku yang ditunjukkan individu yang tidak dimotivasi oleh hasil akhir perilaku. (Mahendra Agus, 2005:3) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, suka rela tanpa paksaan dan tak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan peraturan. Namun bersamaan dengan bermain tetap diperlukan ikhtiar yang sungguh-sungguh dari pemainnya disertai dengan ketegangan dan kesukaan untuk mencapai tujuan yang berada dalam kegiatan itu sendiri dan tak berkaitan dengan perolehan material. Permainan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah permainan sejenis softball atau kasti yang dimodifikasi dengan tujuan utama yaitu anak terus berlari tanpa merasa bosan. Modifikasi permainan ini dinamakan “kasti voli”, yaitu suatu modifikasi permainan lari. Dalam penelitian dapat dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai berikut, yaitu apakah modifikasi permainan lari dapat meningkatkan kebugaran jasmani pada siswa kelas XI Multimedia Tahun Pelajaran 2016/2017?. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan kebugaran jasmani melalui modifikasi permainan lari pada siswa kelas XI Multimedia Tahun Pelajaran 2016/2017. KAJIAN PUSTAKA Pendidikan jasmani adalah sebuah proses pendidikan yang menitik beratkan pada kegiatan aktivitas fisik sehingga pendidikan tersebut dapat berguna untuk perbaikan kualitas hidup suatu individu, baik itu dalam hal fisik, mental, sertaemosional. SMK Negeri 1 Brondong Lamongan pada semeter ganjil tahun pelajaran 2016/2017 sudah menggunakan kurikulum 2013. Yang mana pada kurikulum tersebut, mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan mata pelajaran wajib kelompok B dengan alokasi waktu 3 jam pelajaran per minggu. Merujuk dari National Association for Sport and Physical Education (NASPE) dalam Marlyn M. Buck (2007:19) menguraikan lima area pernyataan

Wisnu Aditya Kurniawan | 13

keluaran (aoutcome statements) yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya mencetak anak yang terdidik secara pendidikan jasmani sekaligus sebagai makna pembelajaran PJOK, yaitu keterampilan fisik, kebugaran jasmani, berpartisipasi secara reguler dalam aktivitas fisik, pengetahuan, serta sikap dan perilaku terkait dengan aktivitas yang dilakukan. Kebugaran jasmani berarti bagaimana kemampuan jasmani seseorang dalam melakukan tugas kejasmanian sehari-hari secara optimal bahkan masih dapat melakukan kegiatan jasmani tambahan lainnya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kebugaran adalah kondisi seseorang dimana ia sanggup beradaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan kelelahan berlebihan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran adalah keturunan, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisik. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada pengembangan aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran pada peserta didik kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong Tahun Pelajaran 2016/2017. Pengertian jasmani cenderung pada bentuk fisik dan kemampuan seseorang. Jasmani adalah badan lahiriah atau tubuh seseorang. Yang dibutuhkan jasmani contohnya seperti sandang, pangan, papandan lain sebagainya.Namun kebanyakan manusia selalu merasa tidak puas dengan jasmaninya yang telah di beri oleh sang maha kuasa yang bisanya berdampak kepada kesehatan manusia itu sendiri jika mereka salah merawat dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Soedjatmo Soemowedojo, ahli fisiologi, berpendapat bahwa kebugaran jasmani yaitu kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya dalam batas-batas fisiologis terhadap keadaan lingkungan dan atau kerja fisik dengan cara yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan, sehingga masih dapat melakukan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat rekreatif dan telah mengalami pemulihan yang sempurna sebelum datangnya tugas yang sama esok harinya (Ismaryati, 2008:39). Dari beberapa pengertian tentang kebugaran jasmani menurut ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerak dasar atau aktivitas gerak yang dilakukan sehari-hari tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Manfaat kebugaran jasmani bagi tubuh antara lain dapat mencegah berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah, dan paruparu sehingga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dengan jasmani yang bugar, hidup menjadi semangat dan menyenangkan. Kebugaran jasmani tidak hanya menggambarkan kesehatan, tetapi lebih merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari-hari. Komponen-komponen yang terdapat pada kebugaran jasmani terdiri dari kekuatan (strength), kelentukan (flexibility), daya tahan (endurance), kecepatan (speed), dan kelincahan (agility). Berikut ini adalah gambar unsur-unsur kebugaran jasmani:

14 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

Gambar 1: Unsur-Unsur Kebugaran Jasmani UNSUR-UNSUR KEBUGARAN JASMANI

Berkaitan dengan Kesehatan:     

Daya tahan aerobik Komposisi tubuh Kelentukan Kekuatan otot Daya tahan otot

Berkaitan dengan Keterampilan Olahraga: A. Kelincahan B. Keseimbangan C. Koordinasi D. Kecepatan E. Power F. Waktu reaksi

Sumber : Nieman DC, 1993 Ada dua prinsip utama dalam pendidikan jasmani, yakni mengutamakan partisipasi semua siswa dan upaya pendidikan itu harus dapat membentuk kebiasaan hidup aktif di sepanjang hayat. Prinsip kedua berkaitan dengan usaha mencapai kualitas hidup sehat dan sejahtera paripurna. Bagian penting kualitas hidup itu adalah kebugaran jasmani (Ismaryati, 2008:37). Dalam permainan ini mengadopsi permainan softball dan kasti yang dimodifikasi dan disebut dengan “kasti voli/Kasvol”. Disebut demikian karena permainan ini seperti kasti dan menggunakan bola voli. Pemukulnya adalah tangan dari siswa itu sendiri. Peraturan permainan kasti voli 1) Ada 4 base (termasuk home base dan 3 base) jarak dari base ke base 15 meter. 2) Terdiri dari 2 tim, yaitu tim pemukul dan tim penjaga, masing-masing berjumlah 8 anak. Tidak membedakan putra maupun putri. 3) Permainannya seperti softball akan tetapi lebih sederhana. Selain lapangan dan garis pembatas peralatan yang dibutuhkan ialah bola voli. 4) Tim pemukul melakukan pukulan bola (seperti servis bola voli) secara bergantian sesuai giliran satu per satu. Setelah memukul bola langsung berlari ke base 1, atau kemudian ke base 2, dan base 3, bahkan bisa juga langsung ke home base. 5) Home base harus dihuni oleh minimal 1 pemain. Jika kosong maka tim penjaga akan membakar. 6) Tim penjaga berusaha mematikan lawan dengan cara melemparkan bola ke arah pemain pemukul yang sedang berlari. 7) Perolehan poin Tim pemukul: jika ada anggota pemainnya yang bisa lolos melewati semua base sampai kembali lagi ke home base, 1 pemain 1 poin. Tim penjaga: jika bisa mematikan lawan, bisa mematikan 1 pemain berarti 1 poin.

Wisnu Aditya Kurniawan | 15

Bila bisa membakar home base, maka poin yang diperoleh sejumlah pemain pemukul yang masih dalam permainan. 8) Lama permainan 15 menit atau juga bisa dengan 4 babak (4 kali pergantian).

15 m

Gambar 2. Lapangan Permainan Kasti Voli

15 m

15 m

15 m

Papan Skor

Sumber : Kajian Pustaka (Diolah) Keterangan: 0 : home base 1, 2, 3 : base : pemain pemukul : pemain penjaga Peraturan dalam peramainan ini bisa berubah menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Dan juga adanya perlakuan-perlakuan khusus yang berbeda dari pertemuan pertama sampai pertemuan berikutnya. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah (Arikunto, 2006:90).

16 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

Gambar 3. Rancangan Penelitian Tindakan Kelas

Sumber: Winarno, (2011:73) Berdasarkan konsep di atas konsep bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: 1) Perencanaan, Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah mengetahui masalah dalam pembelajaran, lalu merencanakan tindakan yang harus dilakukan sebagai suatu solusi dari masalah yang ada. Melaksanakan sosialisasi tentang materi yang akan dipraktikkan, pengenalan permainan, memotivasi siswa dan memberi gambarangambaran tentang penting kebugaran jasmani. Selain itu juga dilakukan pengecekan tentang data siswa mengenai riwayat kesehatan setiap siswa. Jika ada yang mempunyai sakit tertentu diberi kebebasan untuk tidak ikut kegitaan ini. 2) Tindakan atau bisa dikatakan sebagai pelaksanaan (action), yaitu wujud atau implementasi dari tindakan yang telah dirancang sebelumnya. Tahap ini merupakan solusi dari masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Permainan volley kasti merupakan solusi yang diterapkan dan diamati dalam penelitian ini.3) Pengamatan dan Tes, Pengamatan merupakan kegiatan mengamati dari awal dari proses sampai hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan. Tes diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keberhasilan daripada perlakuan yang diberikan kepada siswa. Adanya hasil yang signifikan sangat diharapkan dalam penelitian ini. Tes kebugaran jasmani merupakan bentuk ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat kebugaran setelah siswa melakukan tindakan yang diberikan. Dalam tes ini memakai multistage fitness test (bleep test), yaitu lari bolak-balik pada jarak 20 meter dengan mengikuti irama “tut’ yang terdengar dari pemutar suara. 4) Refleksi, Refleksi merupakan tindakan memikirkan suatu upaya evaluasi. Dari refleksi ini akan ditentukan suatu perbaikan tindakan selanjutnya. Maka rencana tindakan selanjutnya adalah mengulang tindakan dengan terus diperbaiki dari suatu tindakan ke tindakan berikutnya sampai target yang telah ditetapkan tercapai.

Wisnu Aditya Kurniawan | 17

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Brondong. Penelitian ini dilaksanaan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017. Dimulai pada tanggal 3 september 2016sampai dengan 24 september 2016 setiap hari rabu, dengan jumlah pertemuan keselurahan adalah 4 pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran (2x45 menit). Terdiri dari 2 siklus pada penelitian ini, setiap Siklus 2 pertemuan.Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017, yang berjumlah 32 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mengukur tingkat kebugaran jasmani setiap sampel menggunakan multistage fitness test (MFT) yaitu, lari bolak-balik dengan irama yang ditentukan pada jarak 20 meter. Tes ini diadakan pada akhir dari setiap siklus. Setelah diberikan tindakan yaitu dengan permainan volley kasti, hasilnya akan dibandingkan dengan hasil tes berikutnya. Disitu akan dihitung seberapa jauh perubahannya, dengan menggunakan metode yang standar. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kuantitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknikan alisis deskriptif dengan menggunakan prosentase dari skor pengamatan terhadap siswa oleh pengamat.Rumus yang digunakan untuk menganalisis merujuk pendapat Elifson (dalam Nanang Martono, 2010:13) sebagai berikut: Persentase

f x100% N

Keterangan : f : frekuensi, jumlah kasus pada suatu kategori N : frekuensi total Pelaksanaan tes ini pada pertemuan terakhir pada setiap siklus. Multistage Fitness Test (bleep test) merupakan salah satu bentuk tes kebugaran jasmani. MFT yang dikembangkan oleh Leger&Lambert (1982), bertujuan untuk memantau perkembangan pengambilan oksigen maksimal (VO2max), dan selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel normba kebugaran jasmani pada kelompok umur (BrianMac Sports Coach, 2014). Prosedur pelaksanaannya sangat sederhana, bisa menggunakan lapangan voli dan membutuhkan alat pemutar suara untuk bisa didengarkan oleh siswa. Bleep test adalah lari bolak-balik dengan jarak tertentu dengan mengikuti irama “tut” dari pemutar suara. Jarak yang ditentukan dalam tes ini adalah 20 meter. Ada tingkatan-tingkatan yang dilalui dalam melakukan tes ini, mulai dari level 1 sampai 20. Setiap level ada beberapa kali balikan. Semakin banyak level irama atau temponya semakin cepat. Siswa harus mengikuti irama tersebut, sehingga siswa semakin merasa lelah. Untuk mengetahui tingkat kebugaran dilihat berdasarkan tabel berikut.

18 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

Tabel 1. Pedoman Multistage Fitness Test Level 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 8

Balikan 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1

VO2max 23,0 23,6 23,9 24,3 24,6 25,0 25,3 25,7 26,2 26,8 27,2 27,6 27,9 28,3 28,9 29,5 29,7 29,9 30,2 30,6 31,0 31,4 31,8 32,1 32,5 32,9 33,2 33,6 33,9 34,4 34,6 35,0 35,3 35,7 36,0 36,4 36,7 37,1 37,4 37,8 38,1 38,5 38,8 39,2 39,5 39,9 40,2

Sumber: I Made S.H, (2010:283)

Level 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 12 12 12

Balikan 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

VO2max 40,5 40,8 41,1 41,4 41,8 42,1 42,4 42,7 43,0 43,3 43,6 43,9 44,2 44,5 44,8 45,2 45,5 45,9 46,2 46,5 46,8 47,1 47,4 47,9 48,4 48,5 48,7 49,0 49,3 49,6 49,9 50,2 50,3 50,4 50,8 51,4 51,6 51,9 52,2 52,5 52,9 53,3 53,7 53,9 54,1 54,3 54,5

Level 12 12 12 12 12 12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15

Balikan 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

VO2max 54,8 55,1 55,4 55,7 56,0 56,2 56,5 57,1 57,3 57,5 57,6 57,9 58,2 58,4 58,7 59,0 59,3 59,5 59,8 60,2 60,6 60,8 61,0 61,1 61,3 61,6 61,9 62,2 62,4 62,7 63,0 63,3 63,6 64,0 64,2 64,4 64,6 64,8 65,1 65,4 65,6 65,9 66,2 66,4 66,7 67,0 67,4 67,6

Wisnu Aditya Kurniawan | 19

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Setelah diketahui hasil dari tingkat kebugaran jasmani, kemudian diolah menjadi nilai yang nantinya digunakan guru pendidikan jasmani untuk dimasukkan ke raport. Penilaian ini adalah sebagai tujuan dari penelitian ini. Penentuan bobot nilai berdasarkan pemikiran peneliti yang dibantu oleh pengamat. Setelah ditentukan rentang nilai dengan menggunakan standar sembilan, selanjutnya bisa diketahui bobot nilai siswa, dengan batas ketuntasan 7,5. Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Penilaian Hasil Penelitian No

1

Angka Kebugaran 40,2

2 3

Siklus I Nilai

Ket

Siklus II Angka Nilai Ket Kebugaran 44,2 7,50 Tuntas

Siklus III Angka Nilai Kebugaran 44,2 7,50

Ket

7,00

Belum

Tuntas

54,1

8,50

Tuntas

53,3

8,50

Tuntas

52,9

8,50

Tuntas

41,1

7,50

Tuntas

42,1

7,50

Tuntas

43,0

7,50

Tuntas

4

27,2

6,00

Belum

39,9

7,00

Belum

44,2

7,50

Tuntas

5

26,2

5,50

Belum

23,9

5,00

Belum

24,3

5,00

Belum

6

23,0

5,50

Belum

25,0

5,50

Belum

25,0

5,50

Belum

7

51,9

8,50

Tuntas

49,9

8,00

Tuntas

50,2

8,00

Tuntas

8

41,4

7,50

Tuntas

43,0

7,50

Tuntas

43,0

7,50

Tuntas

9

44,8

7,50

Tuntas

45,2

7,50

Tuntas

45,2

7,50

Tuntas

10

30,2

6,00

Belum

31,0

6,00

Belum

31,0

6,00

Belum

11

25,0

5,50

Belum

23,9

5,00

Belum

24,3

5,00

Belum

12

42,4

7,50

Tuntas

42,1

7,50

Tuntas

43,0

7,50

Tuntas

13

41,1

7,50

Tuntas

42,1

7,50

Tuntas

44,2

7,50

Tuntas

14

41,8

7,50

Tuntas

42,1

7,50

Tuntas

43,0

7,50

Tuntas

15

43,0

7,50

Tuntas

44,2

7,50

Tuntas

44,2

7,50

Tuntas

16

45,2

7,50

Tuntas

46,2

7,50

Tuntas

46,2

7,50

Tuntas

17

35,3

8,00

Tuntas

36,0

8,00

Tuntas

37,1

7,50

Tuntas

18

33,9

7,50

Tuntas

35,3

7,50

Tuntas

36,4

7,50

Tuntas

19

29,9

6,50

Belum

33,9

7,50

Tuntas

36,0

7,50

Tuntas

20

31,4

7,00

Belum

33,9

7,50

Tuntas

37,1

7,50

Tuntas

21

33,2

7,50

Tuntas

34,3

7,50

Tuntas

36,0

7,50

Tuntas

22

35,0

8,00

Tuntas

33,9

7,50

Tuntas

36,0

7,50

Tuntas

23

33,2

7,50

Tuntas

32,9

7,00

Belum

37,1

7,50

Tuntas

24

36,7

8,00

Tuntas

36,7

8,00

Tuntas

37,8

7,50

Tuntas

25

22,5

5,00

Belum

26,2

5,00

Belum

26,2

5,00

Belum

26

26,2

6,00

Belum

28,3

5,50

Belum

29,5

5,50

Belum

27

33,6

7,50

Tuntas

33,9

7,50

Tuntas

38,1

8,00

Tuntas

28

27,2

6,00

Belum

30,2

6,00

Belum

36,0

7,50

Tuntas

29

22,1

5,00

Belum

26,8

5,00

Belum

28,3

5,00

Belum

20 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

Lanjutan Tabel 2. 30 35,7 8,00 31 33,2 7,50 32 34,3 7,50 Jumlah Belum Tuntas Presentase (%) Jumlah Tuntas Presentase (%)

Tuntas Tuntas Tuntas 12 37,5% 20 62,5%

37,1 33,9 36,7

8,00 7,50 8,00

Tuntas Tuntas Tuntas 10 31,25% 22 68,75%

37,1 36,0 37,8

7,50 7,50 7,50

Tuntas Tuntas Tuntas 7 21,88% 25 78,12%

Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) PEMBAHASAN Siklus I Dari hasil penelitian diketahui bahwa ada 20 siswa yang mampu melampui ketuntasan minimal, sisanya 12 siswa belum mampu melampaui ketuntasan minimal dan ketuntasan kelas mencapai 62,5 %. Berdasarkan tindakan dan hasil yang diperoleh pada siklus I, yang dilakukan oleh peneliti dibantu oleh pengamat ada beberapa temuan yang perlu diperhatikan sebagai upaya perbaikan diantaranya: 1) Siswa yang menunggu giliran untuk bermain cenderung pasif memperhatikan jalannya permainan. Solusi pada siklus berikutnya adalah siswa yang tidak terlibat permainan diberi tugas untuk menjadi wasit, mencatat skor dan membantu jalannya permainan. 2) Peraturan permainan kurang membuat siswa untuk bergerak, sehingga pada siklus berikutnya diupayakan untuk mengubah sedikit peraturan dalam jumlah siswa yang dalam permainan dikurangi, sisanya menjadi pemain cadangan, waktu permainan terlalu singkat. Siklus II Dari hasil penelitian pada siklus II diketahui bahwa ada 22 siswa yang mampu melampaui ketuntasan minimal, sisanya 10 siswa belum mampu melampaui ketuntasan minimal dan ketuntasan kelas mencapai 68,75 %. Berdasarkan tindakan dan hasil yang diperoleh pada siklus II, yang dilakukan oleh peneliti dibantu oleh pengamat ada beberapa temuan yang perlu diperhatikan sebagai upaya perbaikan pada siklus berikutnya sebagai berikut: 1) Waktu yang dipakai dalam permainan dirasakan siswa terlalu singkat. 2) Masih ada siswa yang tidak membantu jalannya permainan, hanya duduk-duduk saja. 3) Pada permainan, siswa putri cenderung mudah terkena serangan. Pada permainan di siklus berikutnya akan diubah peraturannya. 4) Ada beberapa siswa yang hanya bertahan dibase saja, tidak berani untuk mengambil tindakan berlari. 5) Pemain putri mudah terkena serangan. 6) Jangkauan arah bola terlalu jauh karena tidak dibatasi. Siklus III Berdasarkan hasil penelitian pada siklus III dapat diketahui bahwa ada 25 siswa yang mampu melampaui ketuntasan minimal, sisanya 7 siswa belum mampu melampaui ketuntasan minimal dan ketuntasan kelas mencapai 78,12 %. Berdasarkan tindakan dan hasil yang diperoleh pada siklus III, yang dilakukan oleh peneliti dan dibantu pengamat dirasakan sudah terjadi peningkatan yang signifikan pada tingkat kebugaran dan juga peningkatan pada pencapaian

Wisnu Aditya Kurniawan | 21

ketuntasan minimal 7,5. Oleh karena itu peneliti yang dibantu oleh pengamat mengambil keputusan untuk menghentikan perbaikan perencanaan pembelajaran, meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam pembelajaran. Selama penerapan modifikasi permainan lari pada penelitian ini ada peningkatan hasil belajar. Dari jumlah siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017, yang berjumlah 32 anak, pada siklus I ada 20 siswa dan pada siklus III ada 25 siswa yang mampu mencapai KKM, jadi terdapat peningkatan 15,63 %. Berdasarkan analisa dan pemikiran peneliti yang dibantu oleh pengamat meskipun motivasi, pendekatan dan pengarahan sudah diberikan kepada siswa, akan tetapi masih ada siswa yang belum mampu mencapai KKM. Ada beberapa faktor siswa belum mampu mencapai ketuntasan minimal. Hal ini menjadi masalah yang harus diperhatikan dan ditangani lebih lanjut, yaitu: 1) Siswa mempunyai gejala penyakit tifus, sehingga ketika siswa tersebut melakukan aktivitas olahraga mengakibatkan pingsan. 2) Ketidakhadiran siswa pada waktu penelitian, dikarenakan latar belakang lingkungan siswa. 3) Ada siswa yang mengalami cedera sebelum pelaksanaan penelitian, sehingga menghambat kebebasan siswa tersebut untuk melakukan permainan. 4) Faktor gizi, sebagian siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017 mempunyai latar belakang ekonomi keluarga yang kurang mampu. Sehingga sering terjadi siswa tersebut tidak pernah makan pagi, yang berpengaruh pada tingkat kebugaran siswa ketika di sekolah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam peningkatan kebugaran jasmani melalui modifikasi permainan lari pada siswa kelas XI Multimedia SMK Negeri 1 Brondong Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2016/2017, yang berjumlah 32 anak yang telah dilakukan dengan menggunakan siklus I, siklus II dan siklus III menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1) Kebugaran jasmani melalui modifikasi permainan lari membuat suasana belajar lebih aktif, siswa lebih mampu menampilkan karakternya masingmasing dengan tetap mengindahkah rasa percaya diri, kerjasama, keberanian dan sportivitas secara baik. 2) Penerapan modifikasi permainan lari dapat meningkatkan kebugaran jasmani, ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis siklus I ke siklus II dan siklus II ke siklus III. 3) Penerapan modifikasi permainan lari dapat meningkatkan hasil belajar kebugaran jasmani, dengan prosentas ketuntasan kelas mencapai 78,12 %. Saran Sesuai dengan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan sebagai tindak lanjut dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) Untuk mencapai keberhasilan dalam meningkatkan pembelajaran terhadap anak didik guru dituntut membuat persiapan yang matang dan bersungguh-sungguh dalam menangani siswa. 2) Guru diharapkan mempunyai kemampuan untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi anak didik sehingga anak didik tidak mengalami kejenuhan di dalam

22 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 3, Mei 2017

belajar, karena itu guru dituntut kreatif didalam membuat model dan strategi pembelajaran sehingga akan tercapai tujuan yang ada di dalam kurikulum pendidikan. 3) Kekayaan gerak siswa akan tercapai bila guru kreatif membuat permainan-permainan baru yang sesuai dengan materi yang disampaikan, agar siswa berkembang dengan kemampuan alami tanpa ada paksaan. 4) Guru diharapkan menggunakan atau membuat media pembelajaran yang unik dan mudah digunakan serta diterima siswa. 5) Karena keterbatasan waktu, penelitian ini masih membahas sebagian faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran jasmani, diharapkan ada penelitan selanjutnyayang mengkaji materi kebugaran jasmani lebih dalam agar mendapatkan hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Adi Mahasatya. Bahagia, Y. Fasilitas Dan Perlengkapan Penjas. Jakarta: Fakultas Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. Universitas Pendidikan Jakarta. BrianMac Sports Coach. 2014. www.brianmac.co.uk/vo2max.htm, diakases Selasa, 13 Mei 2014. 23.50 WIB. Ismaryati. 2008. Tes dan Pengukuran Olahraga. Solo: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahendra, A. 2005. Permainan Anak Dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Jakarta. Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyanto. 1989. Belajar Gerak. Solo: Sebelas Maret University Press. Sukintaka. 2011. Teori Pendidikan Jasmani. Solo: EsaGrafika. Topend Sports The Ultimate Sport & Science Resource. 2014. Multistage Fitness Test (Beep Test) Instructions, Online),(http:// www.topendsports.com/testing/beepcalc.htm.20 diakses Selasa, 13 Mei 2014. 09.50 WIB. Usman, H & Akbar, S. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Winarno, M, E. 2011. Metodologi Penelitian Dalam Pendidikan Jasmani. Malang: Cakrawala Utama Press.