138 EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN BALITA

Download Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014. EVALUASI ... dilakukannya penilaian/evaluasi program pelayanan ke...

0 downloads 434 Views 115KB Size
138

EVALUASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN BALITA PARIPURNA DI KOTA MALANG EVALUATION OF TODDLER COMPREHENSIVE HEALTHCARE IN MALANG CITY Sinta Dewi Lestyoningrum, Setya Haksama Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: [email protected]

ABSTRACT Health services of toddlers program is to degrade the number of child mortality. Unfortunately, coverage number of this program in Malang city was below of target, there was founded 3 casses of child mortality in 2012. The issue of inaccurate on recording and reporting at the primary healthcare level was a problem of unacquired of the program coverage. This research was a descriptive evaluative research which for evaluated the implementation of this program, within used SWOT analysis methods. Based on analisys, that result was in quadrant I. It was indicated that good evaluation results, but it was required concentration strategy through horizontal integration (among the enforcement officers of health services of toddler program). The conclusion is the implementation of health services of toddler program was good evaluation result, but it was required concentration strategy through horizontal integration. Keywords: evaluation, health services of toddlers program’s, SWOT analysis

PENDAHULUAN Anak

(AKABA) adalah salah satunya dengan pelayanan

balita

adalah

anak

yang

telah

kesehatan balita paripurna.

menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular

Berdasarkan data laporan angka cakupan

dengan pengertian usia anak di bawah lima

program pelayanan kesehatan balita paripurna di

tahun (Muaris. H, 2006). Vitamin dan mineral dalam

Kota

jumlah yang tinggi dibutuhkan untuk pertumbuhan

berturutturut

fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta

45,83%

daya tahan tubuh terhadap penyakit. (Muh, Khidri A.,

Sedangkan

et al, 2013) . Membutuhkan stimulasi yang sangat

PWS LB3 tahun 2012 di

penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ

terdapat 3 kasus kematian anak balita per tahun

tubuh dan

2012. Rendahnya

rangsangan

pengembangan

otak.

Malang

dalam adalah

kurun

waktu

48,48%

(tahun 2011);

57,78%

3

(tahun

tahun 2010);

(tahun

2012).

Angka Kematian Balita (AKABA) dari

angka

Kota

Malang

kematian

hanya

anak

balita

Upaya deteksi dini gangguan pertumbuhan dan

seharusnya sebanding dengan tingginya cakupan

perkembangan

menjadi

pelayanan kesehatan balita paripurna. Munculnya

sedini

isu bahwa adanya ketidakakuratan pencatatan dan

dan atau mencegah gangguan ke arah

pelaporan data dari bawah menunjukkan perlu

sangat penting mungkin

pada

anak

agar

usia

dapat

dini

dikoreksi

yang lebih berat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

dilakukannya

Timur, 2012). Angka

pelayanan kesehatan pada balita baik di tingkat

merupakan kesehatan

salah

Kematian satu

(AKABA)

indikator

guna

pelaksanaan program pelayanan kesehatan balita

mempercepat penurunan Angka Kematian Balita

paripurna di Kota Malang. Dilakukan pada dua

oleh

upaya

Provinsi maupun daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

dilakukan

Langkah

status

program

yang

telah

masyarakat.

dari

Balita

penilaian/evaluasi

pemerintah

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014

139

Puskesmas yakni Puskesmas yang dapat mencapai

mayarakat dari masyarakat, oleh masyarakat dan

target

SPM

Provinsi

Puskesmas yang

Jawa

tidak

dapat

Timur,

dan

untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan

mencapai

target

serta pembinaan tehnis dari petugas kesehatan dan

SPM Provinsi Jawa Timur.

keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis

PUSTAKA

untuk

Program

Pelayanan

Paripurna Program

Kesehatan

pelayanan

Balita

kesehatan

pengembangan

sumber

daya

manusia

sejak dini (Sembiring, 2004).

balita

Menurut

Kementerian

Kesehatan

tahun

paripurna merupakan upaya untuk mempercepat

2006, menyebutkan bahwa pelaksanaan program

penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) oleh

pelayanan kesehatan balita paripurna dilakukan

pemerintah

di

yang

tercantum

dalam

rancangan

Posyandu

sejalan

dengan

tujuan

Child Survival (CS) sejak tahun 1985. Pelayanan

penyelenggaraan Posyandu,

kesehatan anak balita adalah jumlah balita anak

penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), AKABA,

balita (12-59 bulan) yang memperoleh pelayanan

AKI; mempercepat diterimanya Norma Keluarga

sesuai standar, meliputi pelayanan pemantauan

Kecil

pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang tercatat

meningkatkan

dalam

dan

mengembangkan

(SDIDTK)

kegiatan-kegiatan

buku

Intervensi

KIA/KMS, Stimulasi

Dini

Deteksi

Tumbuh Kembang

Bahagia

dan

yaitu

mempercepat

Sejahtera

(NKKBS);

kemampuan masyarakat kegiatan lain

untuk

kesehatan

dan

yang menunjang

sesuai

minimal 2 kali dalam setahun, pemberian vitamin

kebutuhan; meningkatkan daya jangkau pelayanan

A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun,

kesehatan.

kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap

Dalam

proses

pelaksanaan

program

anak balita, pelayanan anak balita sakit sesuai

pelayanan kesehatan balita paripurna, pencatatan

standar dengan menggunakan pendekatan MTBS

hingga saat ini masih dilakukan secara manual oleh

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012).

kader

Pelaksanaan pergerakan dalam kerja sama tim

untuk

kegiatan

kegiatan yang

Puskesmas

dilakukan

setelah

merupakan tahapan

Posyandu

dikumpulan

Damayanti,

dan

program

setiap

kegiatan pelaksanaan pelayanan balita

Pemantauan

Pelaksanaan

mencatat

hasil

yang didapatkan selama pelayanan. Pelaporan

perencanaan selesai dilakukan (Supriyanto dan 2007).

untuk

Anak

dalam

satu

Wilayah (PWS

paripurna

alat manajemen

Setempat Kesehatan

KIA)

yang merupakan

yakni Ibu alat

pelayanan kesehatan balita paripurna dilakukan

manajemen untuk melakukan pemantauan progam

secara

dan

KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus,

yang

agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat

rutin setiap

Puskesmas

bulan

bila memerlukan

di

Posyandu

penanganan

lebih lanjut (Kementerian Kesehatan RI, 2006). Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih

teknologi

dalam

pelayanan

dan tepat (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2012).

kesehatan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014

140

Evaluasi atau kegiatan penilaian adalah merupakan

bagian

integral

fungsi

evaluasi proses atau monitoring. Evaluasi sumatif,

manajemen dan didasarkan pada sistem informasi

adalah evaluasi yang dilakukan untuk emlihat hasil

manajemen. Evaluasi dilaksanakan karena adanya

keseluruhan dari suatu program yang telah selesai

dorongan atau

dilakukan.

keinginan

dari

dihadapi. Evaluasi formatif disebut juga sebagai

untuk

mengukur

Evaluasi

ini dilakukan pada akhir

pencapaian hasil kerja atau kegiatan pelaksanaan

kegiatan atau beberapa kurun waktu

program terhadap tujuan yang ditetapkan. Evaluasi

program,

dimaksudkan untuk mendapatkan informasi yang

Hasil evaluasi dapat memberikan jawaban

relevan guna pengambilan keputusan (Supriyanto

pertanyaan,

dan Damayanti (2007).

tercapai atau tidak dan alasan-alasan mengapa

Menurut

Roswati,

secara

umum

istilah

guna

menilai

apakah

pertimbangan

dampak sangat diperlukan.

yang dipertimbangkan.

dan

Sesuatu

arti sesuatu

tersebut

atas

program

dapat

demikian. Karena itu, keluaran (output) program berupa

nilai

keberhasilan program.

tujuan

evaluasi dapat diartikan suatu proses pemberian mengenai

setelah

dapat

efek

Secara

hasil

keluaran

umum

proses

(outcome)

evaluasi

dan

dapat

berupa orang, benda, kegiatan, keadaan, atau

dilakukan dengan melalui empat tahapan, yaitu

suatu kesatuan atau kelompok tertentu seperti

membuat formulasi criteria dan informasi yang

materi pelajaran, kurikulum, proyek, program itu

diperlukan untuk menilai kesuksesan suatu kegiatan.

sendiri. Proses

Kemudian melakukan pengolahan dan analisis

evaluasi

judgement (penilaian

atau

selalu

mengandung

penentuan)

yang

evaluasi

yang

pada

kegiatan

adalah

didasarkan oleh kriteria tertentu. Kriteria dapat

membandingkan

ditentukan oleh evaluator sendiri atau dari pemberi

kegiatan

tugas.

melakukan penilaian keberhasilan suatu kegiatan,

melalui

hasil

dasarnya

kriteria

dengan

tertentu.

tujuan

Setelah

itu,

Evaluasi dapat dibedakan atas dua jenis

hal ini merupakan suatu tindakan yang sulit dan kritis

yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi

sekali karena pada tahap ini seorang evaluator

formatif

dituntut untuk dinilai keberhasilan suatu kegiatan

adalah evaluasi yang dilakukan pada

tahap pelaksanaan program dengan tujuan untuk

dari

mengubah atau memperbaiki program. Evaluasi

menyampaikan hasil evaluasi kepada pihak-pihak

ini dilakukan untuk memperbaiki program yang

yang memerlukannya (Umar, 2002).

sedang berjalan dan didasarkan atas kegiatan

METODE

sehari-hari, minggu, bulan bahkan

tahun, atau

berbagai

Penelitian

aspek.

ini

Dan

merupakan

akhirnya

penelitian

waktu relatif pendek. Manfaat evaluasi formatif

deskriptif evaluatif dengan rancang bangun cross

terutama untuk memberikan umpan balik kepada

sectional.

manajer

Mei 2014 di Kota Malang pada populasi seluruh

dicapai

program tentang kemajuan hasil yang beserta

hambatan-hambatan

yang

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Puskesmas yang berada di daerah kerja Dinas

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014

141

Kesehatan Kota Malang. sampel

menggunakan

Dengan penghitungan

multistage sampling yang

kuesioner dan wawancara mendalam. Instrumen yang

digunakan

terdiri dari dua tahap. Tahap pertama dalam

lembar

penentuan

Panduan

random

sampel

adalah

sampling

dengan

terpilih

stratified

Puskesmas

adalah

kuesioner,

terkait

serta

lembar observasi.

berisi

pertanyaan terbuka

wawancara program

panduan wawancara,

pelayanan

Daftar

kesehatan

pertanyaan

balita

Arjowinangun (cakupan pelayanan kesehatan balita

paripurna.

wawancara

juga

paripurna tidak tercapai), dan Puskesmas Rampal

memuat pertanyaan kelengkapan data pencatatan

Celaket (cakupan pelayanan

kesehatan

balita

dan pelaporan program pelayanan kesehatan balita

Puskesmas

terpilih

paripurna yang terdiri dari kolom list kelengkapan

dilakukan wawancara terhadap pemegang

data. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

program pelayanan kesehatan balita paripurna.

adalah data primer dan dilakukan analisis deskriptif.

Tahap kedua (cluster random sampling) adalah

Hasil analisis data dipergunakan untuk bahan

perhitungan jumlah unit sampel dengan nilai P (nilai

evalusi

probabilitas

faktor

paripurna akan

tercapai). Setiap

0,5).

Berdasarkan

perhitungan

menggunakan dalam

analisis

analisis

SWOT.

SWOT

Faktor-

didapatkan

didapatkan jumlah unit sampel Posyandu untuk

berdasarkan variabel yang didapatkan di lapangan.

Pukesmas Arjowinangun adalah 43 Posyandu,

Penetuan bobot dan rating dalam analisis SWOT

sedangkan

untuk

dilakukan dengan wawancara terhadap pemegang

adalah

Posyandu.

21

Puskesmas Setiap

dilakukan observasi, dan

Rampal

Celaket

Posyandu

wawancara

akan

terhadap

program

pelayanan

kesehatan

balita paripurna

pada Puskesmas terpilih. HASIL DAN PEMBAHASAN

kader Posyandu satu orang, ibu balita satu orang. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini

Karakteristik

pengetahuan.

diukur

menggunakan analisis SWOT. Pada Puskesmas

merupakan keseluruhan waktu yang dipakai atau

Arwinangun, terdapat 46.557 jiwa penduduk yang

jumlah aktivitas

tersebar

yang

yang

dilakukan.

Beban

kerja

dalam

kemudian

disajikan

dalam

kerja

untuk

responden

adalah usia, masa kerja, beban kerja, tingkat Beban

tabel

setiap

tiga kelurahan.

dianalisis

Jumlah

tenaga

subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang

kesehatan di Puskesmas Arjowinangun adalah 28

terhadap pertanyaan tentang beban kerja yang

orang. Hanya satu orang petugas yang menjadi

diajukan, tentang perasaan kelebihan beban kerja,

penanggung jawab program pelayanan kesehatan

ukuran dari tekanan

pekerjaan

balita paripurna. Sedangkan

kerja (Grounewegen,

1991

dan

untuk

Puskesmas

Pudjirahardjo

Rampal Celaket, terdapat 21.895 jiwa penduduk di

dkk, 2003). Selain karakteristik dari pelaksana

wilayah kerja Puskesmas. Jumlah Posyandu 22,

program, adapun

dengan jumlah kader yang memadai. Perbedaan

hambatan

variabel

dalam

kepuasan

yang

diteliti

yakni

atau kendala pelaksanaan program.

Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian

karakteristik

wilayah

kedua Puskesmas

terpilih,

dapat menggambarkan bahwa kondisi karakteristik

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014

142

dari

setiap

Puskesmas

akan mempengaruhi

lengkap. Serta kerjasama lintas sektoral yang

ketercapaian hasil cakupan program pelayanan

kurang solid. Sedangkan

kesehatan balita paripurna.

Rampal Celaket diketahui bahwa sebesar 80,95%

Hambatan

Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Rampal

Puskesmas Arjowinangun adalah sebesar 95,35%

Celaket tidak mengalami hambatan atau kendala.

Posyandu mengalami hambatan atau kendala.

Untuk

Sedangkan 69,77% Posyandu telah memiliki sarana

mempunyai sarana dan prasarana lengkap yang

dan prasarana yang lengkap, namun dengan

termasuk dalam kategori lengkap.

termasuk

kendala

dalam

yang

Puskesmas

di

nilai tersebut

atau

untuk

kategori

sarana dan

prasarana

sebesar

80,95%

kurang

Tabel 1 Karakteristik Puskesmas No. 1 2 3 4 5 6

Karakteristik Puskesmas Luas wilayah kerja Jumlah penduduk di wilayah kerja Jumlah tenaga kesehatan Jumlah sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja (non pemerintah atau swasta) Jumlah Posyandu Jumlah Kader Posyandu

Faktor

22 Posyandu ± 176 orang

berdasarkan seluruh variabel dalam penelitian.

Posyandu yang sedikit (22 Posyandu). Jumlah

Jumlah faktor internal kekuatan (S) Puskesmas

faktor internal kelemahan (W) adalah 6, dengan

Arjowinangun adalah sejumlah 6 faktor, dengan

bobot

terendah

bobot tertinggi adalah pada jumlah kader Posyandu

kader

ada

yang

petugas

eksternal peluang (O) adalah 5, dengan bobot

kesehatan yang baik. Sedangkan untuk jumlah

tertinggi adalah pada faktor lintas sektoral (TK

faktor internal (W) pada Puskesmas Arjowinangun

dan PAUD) kooperatif dalam memberikan laporan

adalah 8 dengan bobot tertinggi adalah pada

setiap 6 bulan. Jumlah faktor eksternal ancaman (T)

faktor 95,35% Posyandu mengalami hambatan atau

adalah 4, dengan bobot terendah adalah faktor

kendala. Untuk faktor ekternal peluang (O) pada

banyak fasilitas kesehatan yang ada di wilayah

Puskesmas Arjowinangun adalah 3 dengan bobot

kerja Puskesmas.

tertinggi adalah

pada

SWOT

44 Posyandu ±352 orang

dengan bobot tertinggi adalah pada faktor jumlah

dan

analisis

Puskesmas Rampal 183 km2 21.895 jiwa 28 orang 13 sarana

diambil

banyak

dalam

Puskesmas Arjowinangun 1.115 km2 46.557 jiwa 28 orang 18 sarana

pengetahuan

faktor

tokoh

masyarakat

adalah

yang

faktor

belum

solid.

kerjasama antar Jumlah

faktor

Dalam analisis SWOT, penentuan posisi

yang kooperatif. Untuk faktor eksternal ancaman

adalah

(T) terdapat 5 faktor, dengan bobot terrendah

masingmasing

adalah pada kerjasama lintas sektoral dan jumlah

Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa posisi

sasaran balita yang banyak.

Puskesmas Arjowinangun dan Puskesmas Rampal

Sedangkan jumlah faktor internal kekuatan (S) untuk Puskesmas Rampal Celaket adalah 10,

Celaket

dengan

adalah

menghitung faktor

berada

merupakan situasi yang

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014

jumlah

setiap

di

Puskesmas.

kuadran

sangat

dari

I

yang

menguntungkan.

139

Pada

kuadran

peluang

dan

I, perusahaan tersebut memiliki

pelayanan

kekuatan

Berdasarkan

sehingga

dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi kondisi

yang

ini

adalah

pertumbuhan

yang

harus

mendukung

strategy) (Rangkuti, 2013). analisis,

menggunakan

dalam

kebijakan

(growth

paripurna.

wawancara,

didapatkan

terbesar adalah dari ibu balita, karena masih banyak

dari

ibu

balita tersebut

yang

kurang

oriented

kooperatif. Bentuk dari ketidakkooperatifan tersebut

Guna mempertajam

adalah dengan ketidakdatangan ibu balita untuk

model

analisis

Internal-Eksternal

(IE

Arjowinangun

Puskesmas

dan

hasil

balita

keterangan bahwa hambatan atau kendala yang

diterapkan

agresif

kesehatan

Matrix)

Matriks

Puskesmas

Rampal Celaket

mengikuti jadwal Posyandu. Selain hambatan dari ibu

balita,

adapun hambatan

berdasarkan

yang

hasil wawancara

didapatkan

adalah

dengan

berada di matriks ke II yang berarti strategi yang

jumlah kader yang kurang. Hal ini karena dalam

tepat untuk diterapkan adalah strategi konsentrasi

1 (satu) Posyandu terdapat Posyandu balita dan

melalui

Posyandu lansia.

integrasi

horizontal

(antar petugas

pelaksana pelayanan kesehatan balita paripurna). Hasil

tidak

melaksanakan kedua jadwal Posyandu tersebut. Hal

mengindikasikan bahwa dalam pelaksanaannya,

tersebut diakui oleh kader Posyandu membuat kerja

program

dari

dengan

evaluasi

pelayanan rencana

yang

balita

yang

paripurna

telah

Pemerintah yang tercantum Sistem

baik

Sehingga jumlah kader dibagi untuk dapat

ditentukan dalam

Informasi Manajemen

pelaksanaan

di

sesuai

pelayanan

oleh

menjadi tidak

Indikator

melaksanakan

KIA.

Dalam

lapangan, berdasarkan

hasil

kesehatan maksimal,

balita

khususnya

pemantauan

(SDIDTK).

Untuk

termasuk

dalam

sarana

paripurna untuk

perkembangan

dan

kategori

prasarna kurang

yang

lengkap

penelitian diketahui bahwa pelaksanaan pelayanan

sebagian besar adalah pada sarana penunjang dari

kesehatan

salah satu indikator

balita

paripurna

belum

optimal

SDIDTK.

dikarenakan masih adanya hambatan atau kendala

pelaksanaan pemantauan

yang ada di lapangan.

hasil

Hambatan

atau

kendala

yang

di

Puskesmas Arjowinangun adalah sebesar 95,35%

Selain

sarana

perkembangan,

wawancara didapatkan

bahwa

dari

prasarana

berupa bangunan tempat pelaksanaan pelayanan balita paripurna kurang memadai.

Posyandu mengalami hambatan atau kendala.

Sedangkan

untuk

Puskesmas

Rampal

Sedangkan 69,77% Posyandu telah memiliki sarana

Celaket diketahui bahwa sebesar 80,95% Posyandu

dan prasarana yang lengkap, namun dengan

di

nilai tersebut

tidak mengalami hambatan atau kendala. Untuk

termasuk

dalam

kategori

kurang

wilayah

Puskesmas

Posyandu wilayah kerja Puskesmas Arjowinangun

mempunyai sarana dan prasarana lengkap yang

akan

termasuk dalam kategori lengkap. Dengan tidak

program

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014

sebesar

Celaket

sarana

pelaksanaan

prasarana

Rampal

lengkap. Hambatan atau kendala yang ada di

mempengaruhi

dan

kerja

80,95%

140

adanya hambatan atau kendala serta ditunjang

perkembangan dengan SDIDTK. Hal ini membuat

dengan sarana dan prasarana yang lengkap, hal ini

pencatatan dan pelaporan ke pihak Puskesmas

akan mempengaruhi kelancaran dari pelaksanaan

menjadi lebih mudah dievaluasi baik oleh kader

pelayanan kesehatan balita paripurna. Walaupun

maupun oleh tenaga kesehatan.

sebesar 80,95% tidak mengalami hambatan atau

SIMPULAN

kendala,

namun

didapatkan

Metode analisis SWOT menyatakan bahwa

informasi bahwa hambatan atau kendala yang

kedua Puskesmas terpilih, berada di kuadran I atau

ada di Posyandu adalah kurang solidnya kader

situasi yang menguntungkan untuk melaksanakan

Posyandu untuk melakukan pelayanan kesehatan

program pelayanan kesehatan balita paripurna. Dua

balita

Puskesmas

paripurna.

dari wawancara

Namun,

hal tersebut

tidak

terpilih,

memiliki

peluang

dan

membuat pelaksanaan pelayanan kesehatan balita

kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Strategi

paripurna menjadi terhambat.

yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah

Sarana dan prasarana yang ada Posyandu

mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

wilayah kerja Puskesmas Rampal Celaket termasuk

(growth oriented strategy). Dan untuk mendukung

dalam kategori lengkap, berdasarkan hasil observasi

pertumbuhan

diketahui

bahwa

(80,95%) melakukan

(perkembangan)

ke

arah

positif

sebanyak

17

Posyandu

diperlukan sebuah langkah strategis di tingkat

inisiatif

untuk

membuat

horisontal (sesama pelaksana pelayanan kesehatan

dokumen tersendiri untuk pelayanan pemantauan

balita paripurna).

DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2012. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Surabaya. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timut tahun 2012. Surabaya. Kementerian Kesehatan RI, 2006. Buku Pedoman Petugas Lapangan. Jakarta: Komite Nasional Posyandu. Muh. Khidri A., Nursyamsi, A. Razak Thaha, Nurhaedar Jafar, Veni Hadju, 2013. Efektifitas Taburia terhadap Kadar Haemoglobin dan Ferritin pada Balita di Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.2, No.2, Februari 2013:71-77. Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Anak Balita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pudjirahardjo, W., J, Hargono., R, dan Rivai., F., 2003 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatandi Ruang Rawat Inap RSUD Haji Surabaya. Jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, I (3) September, Hal 167-168. Surabaya. Rangkuti, F, 2013. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.

Roswati, 2008. Evaluasi Program/Proyek (Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Format Usulan). Jurnal Pendidikan Penabur- No. 11/Tahun ke-7. Jakarta. Sembiring, N, 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. http://library.usu.ac.id/download/fkm/biostatist ik-nasap.pdf Supriyanto, S dan Damayanti, N. A., 2007. Perencanaan dan Evaluasi. Surabaya: Airlangga University Press. Umar, H, 2002. Evaluasi Kinerja Perusahaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 2 April-Juni 2014