Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal
Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal (Studi Fenomenologi Pengalaman Muzakki di Kota Kendari) Gamsir Bachmid Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari Ubud Salim Armanu Djumahir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Abstract: The purpose of this research are: 1) to reveal and give meaning towards muzakki belief on mal zakah as obligation, 2) to find out and give meaning towards muzakki behavior in fulfilling mal zakah, and 3) give meaning towards phenomenon perceived by muzakki as feedback or impact of obeying mal zakah payment. The method of analysis used qualitative approach, by using Schultz phenomenological analysis. By exploring this approach, phenomenon was given wide space to reveal its own, through analytical knife ’ because of motives’ and ’ order to motives’. Based on phenomenon and the meaning, it is stated major proposition as follow: 1) the forms of values that are expected to bring into reality by muzakki are spiritual, economic, humanity and moral/psychological value; 2) expand the zakah benefit (mashlahah) is the main purpose of muzakki behavior, and it is determined by existence of trusted management institution; and 3) zakah fulfilled consistently is alternative strategy to develop wealth, maintain healthy, keep the safety and create smart descent. Keywords: behavior, mal zakah, muzakki and zakah impact Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengungkap dan memaknai keyakinan muzakki terhadap kewajiban zakat mal, 2) mengetahui dan memaknai perilaku muzakki dalam menunaikan zakat mal, dan 3) memaknai fenomena yang dirasakan oleh muzakki sebagai balasan atau dampak ketaatan membayar zakat. Metode analisis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode analisis fenomenologi Schultz. Dengan pendekatan ini maka fenomena diberi ruang seluas-luasnya untuk menceritakan dirinya sendiri, melalui pisau analisis ’because of motives’ dan ’order to motives’. Berdasarkan fenomena dan pemaknaannya, maka dikemukakan proposisi mayor sebagai berikut: 1) nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh muzakki dalam membayar zakat mal adalah nilai spiritual, nilai ekonomi, nilai humanistis, dan nilai moral/psikologis; 2) memperluas kemanfaatan (mashlahah) zakat adalah tujuan utama dari perilaku muzakki, dan ditentukan oleh keberadaan lembaga pengelola yang dipercaya; dan 3) zakat yang ditunaikan secara konsisten adalah strategi alternatif untuk mengembangkan harta, memelihara kesehatan, menjaga keamanan, dan mewujudkan keturunan yang cerdas. Kata Kunci: perilaku, zakat mal, muzakki, dampak zakat
Alamat Korespondensi: Gamsir Bachmid, Fakultas Ekonomi Universitas Haluoleo Kendari Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari Sulawesi Tenggara e-mail:
[email protected] TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 425
ISSN: 1693-5241
425
Gamsir Bachmid, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang memiliki dimensi ibadah dan muamalah sekaligus. Menunaikan zakat adalah kewajiban ibadah yang merupakan konsekwensi ketaatan kepada perintah Allah SWT, dan pemanfaatannya dapat membantu menyelesaikan permasalahan ekonomi (muamalah) yang dihadapi oleh masyarakat. Salah satu jenis zakat yang menurut tuntunan syariat dapat dimanfaatkan sebagai instrumen dalam pembangunan perekonomian masyarakat adalah zakat mal atau zakat harta. Walaupun disadari bahwa potensi zakat harta cukup besar dan selalu berbanding lurus dengan tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah dan masyarakat, namun pada sisi lain, umat Islam pada umumnya baru mengenal dan menunaikan kewajiban zakat fitrah, sementara zakat harta masih sangat sedikit yang memahami dan menyadarinya secara baik sebagai suatu kewajiban, khususnya bagi mereka (pemilik harta) yang telah memenuhi persyaratan syar’i (nishab dan haul) sebagai wajib zakat (muzakki). Sebagai suatu kewajiban, zakat haruslah ditunaikan sesuai dengan aturan syariat, bukan berdasarkan kemauan dan selera wajib zakat sendiri. Karena itu, syarat yang sudah diatur oleh syariat Islam dalam hubungannya dengan jenis harta yang wajib dizakati, nishab, haul, cara pembayaran dan pola pengelolaannya, haruslah berpedoman pada ketentuan syariat yang sudah diatur secara jelas dan lengkap. Kesadaran membayar zakat mal sesuai dengan ketentuan syariat, seperti nishab, haul, serta cara mengeluarkannya secara benar (melalui amil) merupakan bentuk dan perwujudan kepatuhan muzakki terhadap perintah zakat. Bentuk dan perwujudan kepatuhan merupakan penggambaran dari perilaku muzakki dalam membayar zakat mal, yang banyak dipengaruhi oleh tingkat keyakinan, pemahaman, dan kecenderungankecenderungan yang dimiliki oleh muzakki. Fatah, D.A. (2008) mengemukakan bahwa preferensi karyawan muslim dalam membayar zakat profesi (studi kasus di Pertamina) dipengaruhi oleh pengetahuan agama dan kualitas manajemen Badan Amil Zakat (BAZ)/Lembaga Amil Zakat (LAZ). Sementara, Nadjat, DH. (2001) menyimpulkan bahwa perilaku muzakki dalam membayar zakat mal dipengaruhi oleh faktor: persepsi terhadap kewajiban
426
zakat, sikap terhadap BAZIS, kepribadian muzakki, motivasi, dan kadar religiusitas muzakki. Data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang mengacu pada hasil kajian Asian Devolepment Bank (ADB) menunjukkan bahwa potensi zakat Indonesia bisa mencapai Rp.100 Trilyun per tahun. Penelitian terbaru dari Baznas, bahkan menunjukkan bahwa potensi zakat nasional tahun 2011 adalah Rp 217 trilliun. Potensi yang cukup besar ini terdiri dari potensi zakat rumah tangga sebesar Rp 82,7 trilliun, potensi zakat industri swasta Rp Rp 114,89 trilliun, potensi zakat BUMN Rp 2,4 trilliun, dan potensi zakat tabungan Rp 17 trilliun. Sedangkan jumlah zakat yang mampu dihimpun oleh BAZNAZ dari seluruh Unit Pengelola Zakat (UPZ) yang ada di seluruh wilayah tanah air, walau pun terus meningkat dari tahun ke tahun, namun jumlah absolutnya masih sangat kecil, yakni pada tahun 2007 sebesar Rp450 M, kemudian meningkat menjadi Rp920 M pada tahun 2008, dan sebesar Rp1,2 T pada tahun 2009, selanjutnya menurut perkiraan pada tahun 2010 sebesar Rp1,5 T. Artinya, dibandingkan dengan potensi, jumlah zakat yang berhasil dihimpun oleh BAZNAZ baru kurang lebih 1% per tahun. Suatu jumlah yang sangat kecil. Pengelolaan zakat mal di Sulawesi Tenggara pada umumnya, dan khususnya di Kota Kendari masih sangat memprihatinkan, baik dilihat dari tingkat kepatuhan wajib zakat, profesionalitas pengelola (badan amil), maupun peran berbagai lembaga terkait lainnya. Dan sebagai konsekwensinya, pemanfaatannya bagi upaya peningkatan perekonomian masyarakat dan pembangunan ekonomi secara umum juga masih sangat minim. Menurut hasil perhitungan yang dilakukan oleh Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) bahwa potensi zakat di Kota Kendari sebesar Rp16 Milyar per tahun, sedangkan yang mampu dihimpun melalui PKPU untuk seluruh wilayah Sultra pada tahun 2009 hanya sekitar 700 juta rupiah. Dalam upaya meningkatkan pengelolaan zakat mal, sejak tahun 2008 telah diterbitkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Kendari Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Zakat. Perda ini diterbitkan dengan tujuan: (1) mengefektifkan pengelolaan zakat secara profesional dan bertanggungjawab; (2) meningkatkan kesadaran kolektif umat Islam untuk
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012
Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal
memanfaatkan sebagian dari hartanya bagi kepentingan sesama umat; (3) memperbaiki dan meningkatkan taraf kehidupan kaum dhuafa; dan (4) meningkatkan kepercayaan publik kepada lembaga/organisasi pengelola zakat. Sayang sekali, Perda yang pada dasarnya memiliki kekuatan mengikat tersebut, nampaknya tidak atau belum berjalan sesuai yang diharapkan. Bahkan BAZDA (Badan Amil Zakat Daerah) yang oleh Perda tersebut ditunjuk sebagai organisasi pengelola zakat bentukan pemerintah daerah, kelihatannya belum dikenal oleh para wajib zakat di Kota Kendari. BAZCA (Badan Amil Zakat Kecamatan) yang seharusnya lebih operasional dan dikoordinir oleh BAZDA, juga belum terbentuk pada masing-masing kecamatan. Sementara itu, UPZ (Unit Pengelola Zakat) yang terbentuk pada masing-masing kelurahan sejauh ini hanya mengurusi zakat fitrah. Fenomena masih besarnya gap antara potensi zakat mal dengan jumlah zakat mal yang benar-benar ditunaikan oleh wajib zakat merupakan konsekwensi dari berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat dominan adalah masih sangat sedikitnya wajib zakat yang telah menunaikan kewajibannya tersebut secara baik (membayar secara teratur dan melalui BAZ/ LAZ) dibandingkan mereka yang masih enggan atau tidak perduli terhadap kewajiban yang melekat pada harta mereka. Di antara mereka yang dapat dibilang ”masih sangat langka” tersebut, menarik untuk digali, didalami, dan dimaknai berbagai bentuk kepatuhan, perilaku, dan nilai-nilai yang mereka miliki, yang tentu saja dapat menjadi informasi yang berharga dalam upaya mengoptimalkan potensi zakat mal, khususnya di Kota Kendari. Mengenali dan memahami secara mendalam berbagai aspek yang menentukan kepatuhan para muzakki tersebut bisa menjadi referensi bagi lembaga dan badan pengelola zakat, pemerintah, stakeholder lain, dan bahkan oleh para pemilik harta yang selama ini masih belum tergerak hatinya untuk menunaikan kewajiban atas hartanya tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, maka pertanyaan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: ”bagaimana sesungguhnya keyakinan masyarakat muslim terhadap kewajiban zakat mal, bagaimana perilaku mereka dalam menunaikan kewajiban tersebut, serta bagaimana fenomena yang dirasakan oleh muzakki sebagai balasan atau dampak ketaatan
membayar zakat.” Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengungkap dan memaknai keyakinan, perilaku muzakki, dan fenomena yang dirasakan oleh muzakki sebagai balasan atau dampak ketaatan membayar zakat mal.
METODE Sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian yang ingin mengungkap perilaku wajib zakat yang meliputi aspek-aspek keyakinan tentang kewajiban zakat, perilaku/praktek penunaian terhadap kewajiban zakat, dan dampak yang dirasakan muzakki sebagai balasan zakat, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yang dimaksud adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Pendekatan kualitatif ini dipilih dalam rangka menghindari proses pengisolasian individu atau organisasi yang diteliti ke dalam variabel atau hipotesis. Paradigma kualitatif atau positivist paradigm yang dipilih dalam penelitian ini menggunakan ’ pisau analisis’ fenomenologis Schultz, seperti yang dikemukakan oleh Alfred Schultz (1970) dalam Floyd (2007), yang menjelaskan bagaimana kita secara sosial membangun obyek dan pengetahuan dari kejadiankejadian yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan metode analisis fenomenologi Schultz dalam penelitian ini disebabkan karena obyek yang ingin diungkap sesuai dengan kata kunci yang menjadi sasaran pengungkapan Schultz, yakni ’because motives’ (motif-motif yang menyebabkan perilaku subyek/informan) dan ’ in order to motives (motifmotif yang diinginkan oleh perilaku subyek/informan). Dalam penelitian ini dilakukan upaya untuk menggali dan mengungkap pengalaman-pengalaman para informan yang terkait dengan nilai-nilai yang ingin diwujudkan, perilaku, dan balasan yang dirasakan atas ketaatan membayar zakat mal. Sebagaimana dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif, informan atau sampel (dikenal sebagai internal sampling), digunakan bukan dalam rangka untuk melakukan generalisasi secara statistik atau sekedar mewakili populasinya, tetapi lebih mengarah kepada generalisasi teoritis. Sumber data yang
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
427
Gamsir Bachmid, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir
dipergunakan di sini tidak untuk mewakili populasinya, tetapi cenderung mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya (Bikeln dalam Sutikno, 2011). Sehingga, banyak sedikitnya informan tidak menentukan akurat tidaknya penelitian, bahkan bisa jadi jumlah informan/sample hanya satu. Dalam penelitian ini, karena penentuan sample atau informan juga mengacu kepada kedalaman informasinya, maka metode penentuan informan yang digunakan adalah purposive sampling (metode penentuan sample yang dilakukan secara sengaja atau metode sampling dengan berbagai alasan atau tujuan). Alasan/dasar pertimbangan utama dalam penentuan informan adalah tingkat konsistensi (keistiqomah-an) muzakki dalam menunaikan kewajiban zakatnya secara terus menerus selama bertahuntahun. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif dengan teknik komparasi dan interaktif. Analisa interaksi dilakukan dengan proses membentuk siklus yang berujung pada simpulan dan verifikasi, seperti dikemukakan oleh Huberman dan Miles dalam Bungin (2012), dengan bentuk skema sebagai berikut:
pengalaman informan. Perumusan tema ini diurut berdasarkan pada fokus penelitian, yang dimulai dari tema-tema yang terkait dengan keyakinan/nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh muzakki, dilanjutkan dengan tema yang berkenaan dengan perilaku muzakki, dan terakhir tema-tema yang terkait dengan dampak zakat yang dirasakan oleh informan muzakki.
Sintesa Tema Dalam rangka memperoleh gambaran yang lebih dekat dan jelas mengenai pengalaman berzakat sampai pada proses terjadinya balasan-balasan yang dirasakan oleh informan, maka pada bagian yang kami sebut sebagai Sintesa Tema ini, kami mengelompokkan masing-masing tema tersebut, menjadi tiga kelompok tema. Setiap kelompok tema merupakan sintesa dari beberapa fenomena yang agak berbeda tetapi dapat dikategorikan ke dalam kelompok tema yang sama. Kelompok tema pertama dinamakan ”Keyakinan Muzakki” yang mencakup nilai-nilai dasar yang ingin dicapai oleh masing-masing informan dalam ketaatannya membayar zakat sejak dulu hingga sekarang. Kelompok tema kedua dikategorikan sebagai ”Perilaku Muzakki”. Kelompok tema ini berhubungan
Pengumpulan Data
Sajian Data
Reduksi Data Simpula n dan verifikasi Gambar 1. Model Analisis Interaktif
HASIL DAN PEMBAHASAN Perumusan dan Sintesa Tema Perumusan Tema Mengacu pada fenomena pengalaman informan dalam membayar zakat mal, maka berikut ini (Tabel 1) dikemukakan rangkuman tema yang berhasil dirumuskan dari pengalaman masing-masing informan. Tema yang dimaksud adalah ”topik” atau ”label” yang menunjukkan esensi/inti dari fenomena 428
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012
Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal
Tabel 1. Rangkuman Tema yang Dirumuskan Dari Pengalaman Masing Masing Informan INFORMAN I T 1.1.Rezeki dibagi
INFORMAN II
INFORMAN III
harus
selalu T2.1.Dalam Harta Kita Ada T3.1.Zakat Sama Den gan Hak Oran g Lain Rukun Islam yan g Lain T 1.2.Kalau Tidak Bayar Zakat, T2.2.Menghadirkan T3.2.Ada Kegembiraan Akan Ada yan g Hilang Ketenangan Bath in Saat Memberi Ada T 1.3.Bayar Zakat, Ingin T2.3.Berharap Harta T3.3.Berharap Keberkahan Harta Rezeki Tambah Berkemban g dan berkah T 1.4.Mendidik Anak untuk T2.4.Menjaga Keamanan T3.4.Lingkungan Keluarga Selalu Berbagi Harta Berkah dan Pendidikan Membentuk Kebiasaan T 1.5.Selektif Memilih Tempat T2.5.Batin Puas dengan T3.5.Diversifikasi Model Penyaluran Zakat Membantu Orang Lain Penyaluran untuk Memperluas Manfaat T 1.6.Sedikit Zakat/Infak, T2.6.Sadar Zakat, In gat T3.6.Prinsip Penyaluran Kompensasi Dengan Pesan Orang Tua dan Zakat: Kelola Sendiri, Ibadah Lainnya Kiyai Selektif, Bina, dan Dakwah T 1.7.Zakat Bayar Di Sini, T2.7.Zakat Harian, Bulanan, T3.7.Selalu Lebih Besar Salurkan Di sini dan T ahunan Beli Tunai, T3.8.Usaha Langgeng, T 1.8.Zakat Menciptakan T2.8.Setiap Keseimbangan T unaikan Zakat Anak pada Berhasil T 1.9.Hati Tenan g, Disiplin, T2.9.Makin Banyak, Makin T3.9.Optimis Pekerjaan Lan car Merasa Kurang T2.10.Dengan Zakat Usaha Lancar, Anak Pintar… T2.11.Zakat Men olak Penyakit Keterangan: T1.1 – T4.8: Kode berbagai tema masing-masing informan
dengan praktek/kebiasaan yang melekat pada diri informan dalam menunaikan zakat, yang meliputi proses tumbuhnya kesadaran membayar zakat, cara mereka membayar/menyalurkan zakat, besaran zakat, dan lain-lain. Kemudian kelompok tema yang ketiga yakni ”Balasan Zakat”, yang meliputi berbagai hal yang dimaknai oleh informan sebagai manfaat, hikmah, atau balasan yang diterima atas ketaatannya membayar zakat. Termasuk dalam kelompok tema ini juga adalah mekanisme atau proses alamiah yang terjadi pada aktivitas keseharian informan sampai mereka mengalami kemajuan/peningkatan usaha dan keberkahan rezeki. Secara sederhana, proses sintesa tema untuk masing-masing informan ini ditunjukkan dalam skema Gambar 2. Keyakinan muzakki yang dibahas berdasarkan pengalaman para informan di atas menghasilkan beberapa sintesa berikut:
INFORMAN IV T4.1.Keluarkan Zak at Mengharap Pahala T4.2.Perasaan Senang Berbagi T4.3.T aat Zakat Biar Rezeki Tambah T4.4.Sadar Zakat Karena Faktor Lingkungan T4.5.Bayar Lebih Besar dari Seh arusnya T4.6.Pilih Lembaga Profesional
yang
T4.7.Rezeki Tidak Pernah Kuran g T4.8.Dipercaya Di Kantor -
-
(1) nilai utama yang ingin diwujudkan dari ketaatan membayar zakat adalah nilai ibadah atau ketundukan kepada perintah Allah (nilai transenden-ubudiyah-spiritual); (2) sebagai wujud dari keyakinan para informan terhadap janji Allah, maka nilai yang berhubungan dengan tambahan harta atau keberkahan rezeki juga merupakan salah satu nilai yang ingin dicapai oleh informan (nilai materiil-ekonomis); keinginan yang kuat untuk menolong dan saling berbagi yang selanjutnya menghasilkan kepuasan, rasa senang, dan kegembiraan saat bisa membantu orang lain, merupakan bentuk kemanfaatan diri muzakki terhadap sesama (nilai sosial-humanistis) yang juga ingin diwujudkan oleh informan dari ketaatannya membayar zakat; (3) menunaikan zakat secara konsisten melahirkan ketenangan jiwa atas kepemilikan harta, dan juga mendorong informan untuk mendidik/mewariskan
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
429
Gamsir Bachmid, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir
I nfor man PN S 1: T e m a 1.1: R e zeki H aru s Se lal u D i ba gi T e m a 1.2: K ala u T i da k B a yar Z ak at, A kan Ad a ya ng H ilan g…
Ke yakina n M uza kki
T e m a 1.3: B aya r Z a kat, In gi n R e zeki T a m b ah T e m a 1.4: M e nd id ik An ak u ntu k S e lal u B er ba gi T e m a 1.5: S ele k tif M em ili h T em pa t P e nya lu ran Z aka t T e m a 1.6: S ed ik it Z aka t/In fak, Ko m p en s asi D en ga n Iba da h L ai nn ya
P er ilaku M uz akki
T e m a 1.7 : Z ak a t B a y ar D i Si ni, Sa lu rka n Di sin i T e m a 1.8: Z a kat M e ncip taka n K ese im ba ng an T e m a 1.9: H a ti T en an g, Di si pli n, Pe ker ja an La nca r
B ala sa n Zakat
Info rm a n P ed a g an g -P en g u s ah a: T e m a 2.1: D a lam H ar ta Ki ta A da H ak O ra ng Lai n T e m a 2.2: M e ng ha di rka n K ete na ng an Ba thi n T e m a 2.3: B er ha rap H a rta B er kem ba ng d a n B erk ah
K eyaki nan M uza kki
T e m a 2.5: B atin P u as de ng an M e m b an tu O ra ng La in T e m a 2.6:S ad ar Z aka t, Ing at P esa n O ra n g T ua da n K iyai T e m a 2.7: Z a kat H a ria n, B ula na n, d an T a h un an T e m a 2.9: M a kin B an yak, M a kin M er asa K u ra ng
P eril aku M uza kki
T e m a 2.10 : D en ga n Z a k at Us a ha La nc a r, A na k P in tar… T e m a 2.11 : Z aka t M en ol ak P en yak it da n M en in gka tkan O p ti m ism e T e m a 2.4: M e nj ag a K ea m a na n H a rta
B alas a n Zakat
Info rm a n P en g u s ah a-Ko n tra kto r T e m a 3.1: Z a kat S am a D en ga n R u ku n Islam yan g L ain T e m a 3.2: A da Ke ge m b ira an Sa at M e m b er i T e m a 3.3: B er ha rap A da Ke be rka ha n H a rta
Ke ya kina n M uzakk i
T e m a 3.4: Li ng kun g an K el ua rg a d an Pe nd id ikan M e m be ntu k Ke b iasa an T e m a 3.5: D ive rsifik asi M od el P en yal ura n u ntu k M em pe rl ua s M an faa t T e m a 3.6: P rin sip P e nyal ur an Z aka t: K el ola Se nd ir i, S el ektif, Bin a , d an Dakw a h
Pe rila ku M uzakk i
T e m a 3.7: S ela lu Le bih B esar T e m a 3.8: U sah a L an gg e ng , A n ak pa d a B erh a si l T e m a 3.9: O ptim is
B alas a n Zaka t
Info rm a n P NS 2 : T e m a 4.1: K elu ar kan Z ak at M en gh a rap P ah ala T e m a 4.2: P er asaa n S e na ng B e rb ag i
K eyaki nan M uz akki
T e m a 4.3: T a at Z a kat Bia r Re z eki T am b a h T e m a 4.4: S ad ar Z a ka t K ar en a F a ktor L in gku ng an T e m a 4.5: B aya r L ebi h B esa r da ri S e ha rusn ya T e m a 4.6: Pi lih Lem b ag a yan g P ro fesi on al T e m a 4.7: R e zeki T i da k P e rn ah K u ra ng T e m a 4.8 : D ip er caya D i K anto r
Pe rilaku M uzakki B al asa n Za kat
Gambar 2. Skema Ringkasan Proses Pengelompokan Tema 430
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012
Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal
nilai-nilai luhur itu kepada orang lain (nilai moralpsikologis). Sedangkan fenomena yang terjadi pada informan terkait dengan perilaku dalam membayar zakat (perilaku muzakki) seperti diulas di atas, menghasilkan beberapa sintesa berikut: • tumbuhnya kesadaran membayar zakat dari para informan banyak ditentukan oleh kebiasaan orang tua, suasana beragama dalam lingkungan keluarga, nasehat para ustadz/da’i, kebiasaan mengikuti kajian/membaca artikel/menyaksikan hikmah zakat, dan latar belakang pendidikan formal; keberadaan lembaga/badan pengelola zakat yang dapat dipercaya merupakan faktor utama yang menentukan informan untuk memilih menyalurkan zakat melalui lembaga atau tidak; • ada kebiasaan membayar zakat mal melebihi kadar/besaran zakat yang ditentukan oleh syariat sebagai wujud kesyukuran informan atas rezeki harta yang diberikan, keinginan berbagi lebih besar kepada sesama, dan sebagai wujud ketidakpuasan informan atas jumlah zakatnya yang selalu dirasakan masih kurang; • untuk meningkatkan efektivitas dan memperluas kemanfaatan zakat maka diversifikasi sasaran zakat sesuai dengan delapan kelompok yang berhak menerima zakat (8 asnaf) harus memperhatikan skala prioritas, dan zakat yang dipungut dari muzakki di suatu wilayah sebaiknya disalurkan kepada mustahik di wilayah itu juga. Kemudian sintesa yang terkait dengan balasan zakat adalah: pertama, balasan zakat dirasakan dalam bentuk kelancaran pelaksanaan tugas dan dipercaya oleh atasan dan rekan kerja di kantor. Hal ini terbentuk karena perasaan informan selalu senang, bathin puas dan tenang ketika bisa menyenangkan orang lain, yang kemudian melahirkan semangat kerja dan kedisiplinan yang tinggi. Itulah yang dialami oleh Si PNS 1 dan Si PNS 2. Sintesa kedua, balasan zakat dirasakan dalam bentuk kesuksesan dan kelanggengan usaha (dirasakan oleh Si Pedagang-Pengusaha dan Si PengusahaKontraktor), dan rezeki yang tidak pernah putus atau tambahan pendapatan yang selalu dinikmati (dirasakan oleh semua informan). Sintesa ketiga, balasan zakat dirasakan dalam bentuk anak-anak yang patuh, pintar, dan berhasil dalam pendidikan, seperti yang dirasakan
oleh informan Pedagang-Pengusaha dan PengusahaKontraktor. Sintesa keempat, balasan zakat dirasakan dalam bentuk anugerah kesehatan diri dan keluarga yang selalu diperoleh. Balasan ini dirasakan oleh semua informan. Informan Pedagang-Pengusaha misalnya selalu menyikapi seandainya ada gangguan kesehatan yang dialaminya sebagai ’signal’ bahwa mungkin jumlah zakat atau sedekahnya harus ditambah. Informan Pengusaha-Kontraktor juga menyadari bahwa kesehatan dan kebugaran yang senantiasa dirasakannya, di samping karena beliau sangat menjaga rutinitas berolahraga (jalan pagi), namun juga tidak bisa dilepaskan dari hati dan perasaan beliau yang selalu tenang, jauh dari beban pikiran; dan hal ini secara langsung maupun tidak langsung disadarinya sebagai balasan non materi (berupa ketenangan) karena selalu memperhatikan kewajiban terhadap harta yang dititipkan oleh Allah kepadanya. Sintesa kelima, para informan merasakan bahwa balasan atas ketaatan membayar zakat adalah dalam bentuk keamanan. Informan Pedagang-Pengusaha misalnya berulang kali mengatakan dengan sangat yakin bahwa apabila di lokasi usahanya sering ada pencurian ayam atau telur, itu sebagai pertanda bahwa zakat yang dikeluarkannya mungkin kurang, dan untuk itu beliau akan segera menambah jumlah zakatnya, termasuk dalam bentuk infak. Informan PNS 1 juga menyadari bahwa apabila zakat yang dikeluarkannya agak kurang, maka pasti ada saja yang hilang, baik uang yang dimilkinya maupun potensi pendapatannya yang hilang. Ini juga menurutnya merupakan bagian dari balasan tidak/kurang berzakat, yang berarti bahwa bila zakat kita perhatikan maka keamanan harta kita akan terjaga.
PROPOSISI DAN KONTRIBUSI TEMUAN Berdasarkan fenomena, yang dilanjutkan dengan membahas dan memaknai hasil temuan-temuan fenomena berzakat para informan menurut dalil, teori serta hasil-hasil penelitian terdahulu yang dianggap bisa memaknai hasil temuan, seperti telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian ini akan dirumuskan proposisi hasil penelitian. Tujuan dari uraian adalah menghadirkan konstruksi teori yang dibangun berdasarkan realitas empirik informan (emic), dan perspektif teoritis (ethic), yakni teori/konsep yang telah
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
431
Gamsir Bachmid, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir
baku, hasil penelitian yang relevan, serta nash-nash Al-Qur’an dan hadits. Dari proses konstruksi tersebut juga bisa dipetik pelajaran, tentang kebenaran substansial pandangan ekonomi Islam yang hasilnya tidak semuanya menunjukkan kesamaan dengan pandangan ekonomi konvensional.
Proposisi Keyakinan Muzakki Fenomena keyakinan informan muzakki dalam membayar zakat yang didorong oleh kekuatan spiritual, humanistis, ekonomi, dan moral (yang semuanya berpangkal pada motivasi ketundukan kepada perintah agama), memberikan pembuktian bahwa tidak semua aktivitas mengkonsumsi barang/jasa yang dilakukan oleh seseorang ditentukan oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya, seperti dikemukakan dalam ekonomi konvensional, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ketaatan terhadap agama. Informan yang kami teliti, melakukan aktivitas konsumsi (pengalokasian pendapatan) selain dimotivasi oleh kekuatan sosial, ekonomi, dan budaya, juga dimotivasi oleh kekuatan ketaatan terhadap agama. Mengacu pada sintesa yang dibangun dari fenomena keyakinan informan (muzakki) dalam membayar zakat mal, dan teori pola konsumsi yang menyatakan faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan budaya, maka dirumuskan empat proposisi dari keyakinan muzakki sebagai berikut:
Proposisi Minor I P1
: Ketaatan membayar zakat didorong oleh keinginan muzakki untuk mewujudkan ketundukan kepada perintah Allah. P2 : Ketaatan membayar zakat dipengaruhi oleh keinginan muzakki untuk memperoleh keberkahan dan tambahan harta P3 : Ketaatan membayar zakat dipengaruhi oleh keinginan muzakki untuk mewujudkan nilai kemanfaatan atau belas kasihan kepada sesama manusia P4 : Ketaatan membayar zakat dipengaruhi oleh keinginan muzakki untuk memperoleh nilainilai ketenangan atas kepemilikan harta. Berdasarkan keempat Proposisi Minor yang terkait dengan keyakinan muzakki tersebut, maka 432
dirumuskan Proposisi Mayor I, yakni sebagai berikut:
Proposisi Mayor I PI
: nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh muzakki dalam membayar zakat mal adalah nilai spiritual, nilai ekonomi, nilai humanistis, dan nilai moral/psikologis.
Proposisi Perilaku Muzakki Berdasarkan sintesa yang dibangun dari fenomena perilaku muzakki dan pemaknaan perilaku muzakki dengan teori perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional tersebut, maka dirumuskan proposisi yang berkenaan dengan perilaku muzakki sebagai berikut: P5 : Keseimbangan konsumen tidak hanya ditentukan oleh tingkat utility akibat konsumsi sejumlah barang/jasa, tetapi juga oleh mashlahah akibat penggunaan pendapatan untuk membantu orang lain melalui zakat dan infaq. P6 : Prinsip selektif dalam memilih lembaga pengelola zakat diterapkan untuk memastikan dan memperluas manfaat zakat. P7 : Muzakki mengelola zakatnya sendiri karena tidak ada lembaga pengelola yang dipercaya. P8 : Muzakki membayar zakat lebih besar sebagai wujud kesyukuran, perasaan tidak puas atas jumlah zakat yang sudah ditunaikan, dan keinginan untuk memperluas manfaat zakat. Mengacu pada proposisi minor (P5, P6, P7, P8), maka dapat dirumuskan proposisi mayor yang terkait dengan perilaku muzakki sebagai berikut: P II : Memperluas kemanfaatan (mashlahah) zakat adalah tujuan utama dari perilaku muzakki, dan ditentukan oleh keberadaan lembaga pengelola yang dipercaya.
Proposisi Balasan Zakat Berdasarkan sintesa yang dibangun dari fenomena pengalaman informan mengenai balasan zakat dalam bentuk kesuksesan usaha dan tambahan rezeki yang terus menerus, maka dapat dirumuskan proposisi sebagai berikut: P9 : Zakat merupakan strategi investasi alternatif dalam upaya peningkatan pendapatan.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012
Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal
P10 : Zakat yang ditunaikan secara konsisten adalah alternatif terbaik dalam upaya menjaga kesehatan fisik dan pshikis. P11 : Zakat yang ditunaikan secara konsisten adalah prasyarat bagi tercapainya upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa. P12 : Stabilitas keamanan di suatu negeri akan terjamin jika penduduknya taat membayar zakat. Mengacu pada proposisi minor yang terkait dengan balasan zakat (P9, P10, P11, P12), maka dapat dikemukakan proposisi mayor yang berhubungan dengan dampak/balasan zakat sebagai berikut: P III : Zakat yang ditunaikan secara konsisten adalah strategi alternatif untuk mengembangkan harta, memelihara kesehatan, menjaga keamanan, dan mewujudkan keturunan yang cerdas.
Kontribusi Temuan Kontribusi Temuan Keyakinan Muzakki Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para informan menempatkan faktor ketundukan terhadap perintah Allah (nilai-nilai spiritual) sebagai bagian penting yang turut menentukan pola pengalokasian pendapatan untuk kegiatan konsumsi. Temuan ini memberikan kontribusi bahwa pola konsumsi masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh tiga faktor yakni ekonomi, sosial, dan budaya, tetapi dipengaruhi pula oleh faktor ketaatan seseorang terhadap perintah agama. Karena dalam konteks informan yang menjadi obyek penelitian ini ditemukan fenomena bahwa, para informan dalam membelanjakan hartanya dipengaruhi pula oleh motif spiritual (ketundukan terhadap perintah agama) ketika membelanjakan pendapatannya, khususnya untuk membayar zakat mal. Fenomena tentang keyakinan/nilai-nilai yang ingin diwujudkan oleh para informan dalam ketaatan membayar zakat seperti tersebut di atas juga memberikan kontribusi dalam bentuk mengkonfirmasi dan sekaligus memperkaya konsep yang dikemukakan oleh Abdullah (2002) yang menyebutkan bahwa ada empat bentuk nilai yang ingin diraih dari berbagai aktivitas manusia, yakni: nilai materiil (qimah madiyah), nilai spiritual (qimah ruhiyah), nilai humanistis (qimah insaniyah), dan nilai moral (qimah khuluqiyah). Sejauh ini konsep tersebut belum banyak diuji dengan kondisi empirik dalam berbagai bentuk aktivitas
manusia, apalagi diuji dengan fenomena empirik dalam aktivitas zakat. Hasil penelitian ini juga melengkapi temuan Sutikno (2011) yang menyimpulkan bahwa motivasi sedekah dari informan yang ditelitinya terdiri dari tiga, yakni motivasi emosional (empati), motivasi spiritual (akidah), dan motivasi empirik (pengalaman). Motivasi ini secara berturut-turut dapat diidentikkan dengan keinginan untuk mewujudkan nilai-nilai humanistis, nilai-nilai spiritual, dan nilai-nilai materil dalam penelitian ini. Penelitian ini menemukan satu nilai tambahan yang tidak ditemukan dalam penelitian sebelumnya, yakni adanya nilai moral-psikologis (qimah khuluqiyah) yang ingin diwujudkan oleh informan dalam ketaatan membayar zakat, berupa hadirnya kepuasan, rasa senang, dan kegembiraan yang selanjutnya menghasilkan ketenangan jiwa atas kepemilikan harta, dan juga mendorong informan untuk mendidik/mewariskan nilai-nilai luhur itu kepada orang lain.
Kontribusi Temuan Perilaku Muzakki Fenomena dan proposisi penelitian ini mengkonstruksi teori perilaku konsumen dalam ekonomi konvensional, dengan memberikan penekanan bahwa: • Tujuan konsumen muzakki dalam alokasi pendapatan bukanlah maksimisasi utility tetapi adalah optimalisasi mashlahah; Kepuasan (keseimbangan) konsumen muzakki tidak semata-mata ditentukan oleh jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi (utility), tetapi juga sangat ditentukan oleh seberapa besar kemanfaatan (mashlahah) yang diberikan untuk membantu sesama melalui zakat dan infaq. • Pengeluaran untuk zakat (jumlah zakat) tidak mengenal penurunan, sehingga tidak mungkin zakat dikurangi untuk meningkatkan konsumsi barang atau jasa (tidak ada MRS barang atau jasa terhadap zakat). Artinya, dalam rangka mempertahankan keseimbangan konsumen pada garis anggaran tertentu, tidak mungkin mengorbankan mashlahah untuk meningkatkan utilitas. Bahkan dalam batas-batas tertentu, yakni dikaitkan dengan prinsip keseimbangan dalam konsumsi Islami, seperti terkandung dalam Al Qur’an Surah Al-Furqon: 67 ”Dan (termasuk hambahamba Tuhan yang maha pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan harta, mereka tidak
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
433
Gamsir Bachmid, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir
berlebihan dan tidak pula kikir, tetapi di antara keduanya secara wajar”, dimungkinkan adanya substitusi dari konsumsi barang dan jasa ke pengeluaran zakat. Artinya ada kemungkinan konsumen mengorbankan utilitas dari mengkonsumsi barang/jasa untuk tujuan meningkatkan mashlahah. Hal ini terjadi misalnya pada informan PNS 2 yang terkadang ingin mengeluarkan sampai separuh dari pendapatannya (mengurangi konsumsinya), atau ingin menghabiskan tabungannya untuk menambah jumlah zakat dan infaknya yang selalu dirasakannya masih kurang. • Berdasarkan pemaknaan bahwa jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi tidak hanya ditentukan oleh besarnya anggaran yang dimiliki oleh konsumen dan tingkat harga barang atau jasa (seperti diyakini dalam ekonomi konvensional), maka mengacu dari pengalaman perilaku konsumsi informan, secara sederhana dapat dirumuskan persamaan fungsi permintaan barang oleh informan muzakki sebagai, Qdx = f (M, Px %Z), di mana Qdx adalah jumlah barang x yang diminta; M adalah jumlah pendapatan, Px adalah harga barang x; dan Z adalah jumlah zakat yang dibayarkan. Proposisi perilaku konsumen yang dibentuk dari pengalaman informan muzakki dalam penelitian ini, juga mengkonstruksi pemikiran Monzer Kahf (1981) mengenai Konsumsi Intertemporal Islami, yang menempatkan pilihan untuk pengalokasian pendapatan ke dalam dua bentuk yakni final spending, FS (konsumsi + zakat/infak) dan tabungan. Dengan alasan bahwa tabungan tidak dipandang sebagai bagian dari konsumsi, tetapi pendapatan yang dicadangkan, yang dalam makna hadits yang artinya: ”sesungguhnya hartanya adalah yang telah dia berikan (sedekahkan), dan yang tersisa adalah harta ahli warisnya” (HR Bukhari), tidak bisa dipastikan sebagai milik individu. Hadits lain yang semakna diriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Aisyah tentang apa yang masih tersisa dari kambing yang disembelih, Aisyah menjawab, ”Tidak ada yang tersisa kecuali kakinya,” Maksudnya semuanya sudah diinfakkan, tidak tersisa kecuali kakinya. Tetapi Rasulullah justru bersabda: ”Semuanya masih tetap ada kecuali kakinya.” Karena itu, konsumen Islam yang cerdas tentu akan lebih memilih sesuatu yang pasti dan 434
bersifat jangka panjang (infak di jalan Allah), dibanding sesuatu yang belum pasti dan bersifat jangka pendek (harta yang masih tertinggal, tabungan, deposito, dan seterusnya).
Kontribusi Temuan Balasan Zakat Mengacu pada proposisi pertama tentang balasan zakat yang menyatakan bahwa: ”zakat dapat dijadikan sebagai strategi investasi alternatif dalam upaya peningkatan pendapatan,” maka zakat yang dikeluarkan oleh seorang muslim dapat dipandang sebagai bentuk pengalokasian pendapatan (konsumtif) yang berdampak produktif. Temuan ini membawa kontribusi bagi kontruksi teori konsumsi ekonomi konvensional, khususnya anggapan atau definisi dasar yang mengatakan bahwa konsumsi adalah aktivitas yang bertujuan menghabiskan atau mengurangi nilai guna suatu barang. Dengan zakat sebagai salah satu bentuk aktivitas konsumsi, justru barang atau pendapatan yang dikeluarkan menjadi bertambah nilainya di kemudian hari, bukan berkurang apalagi habis! Berangkat dari proposisi kedua tentang balasan zakat yang menyebutkan bahwa: ”zakat yang ditunaikan secara konsisten adalah alternatif terbaik dalam upaya menjaga kesehatan fisik dan pshikis,” maka zakat dapat menjadi instrumen kebijakan alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama dari aspek kesehatan. Dengan demikian proposisi ini memberikan kontribusi terhadap teori ekonomi kesejahteraan (welfare economics) khususnya dalam aspek ekonomi terapan (applied economics) yaitu zakat dapat dijadikan sebagai instrumen alternatif dalam teori kebijakan ekonomi (theory of economic policy) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khusus dalam aspek kesehatan dan peningkatan angka harapan hidup, yang menjadi salah satu indikator pengukuran kesejahteraan masyarakat yang biasa disebut dengan istilah Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI). Bertolak dari proposisi ketiga yakni: ”zakat yang ditunaikan secara konsisten merupakan prasyarat bagi tercapainya upaya mencerdaskan kehidupan anak bangsa,” maka gerakan peningkatan kesadaran membayar zakat dapat menjadi gerakan yang melengkapi dan lebih mengefektifkan berbagai program atau gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan tingkat penguasaan iptek
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012
Perilaku Muzakki dalam Membayar Zakat Mal
masyarakat Indonesia. Dengan demikian proposisi ini juga memberikan kontribusi terhadap bidang ekonomi sumberdaya manusia (Human Resources Economics) khususnya dalam aspek pengembangan kualitas sumberdaya manusia, yaitu zakat dapat dijadikan sebagai instrumen alternatif dalam teori kebijakan ekonomi (theory of economic policy) untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya dalam aspek peningkatan kualitas penguasaan iptek, yang menjadi salah satu indikator pengukuran kesejahteraan masyarakat dalam terminologi Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Sedangkan proposisi keempat tentang balasan zakat yang mengatakan: ”stabilitas keamanan di suatu negeri akan terjamin jika penduduknya taat membayar zakat,” menunjukkan bahwa upaya untuk menjaga stabilitas keamanan tidak hanya harus digantungkan pada ketersediaan inpra dan supra struktur keamanan, tetapi lebih penting dari itu adalah menghadirkan/ mengundang pertolongan Allah untuk ’menjaga’ keamanan kita melalui ketaatan membayar zakat. Proposisi ini, dengan demikian, membawa kontribusi berharga bagi strategi dan pendekatan penciptaan rasa aman yang selama ini terus ditingkatkan, tetapi rasa amannya sendiri tidak berubah secara proporsional, atau malah mengalami penurunan?
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan deskripsi, sintesa, dan pemaknaan berbagai fenomena yang berkaitan dengan keyakinan, perilaku, dan balasan zakat yang dirasakan oleh informan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Nilai-nilai yang ingin diwujudkan (keyakinan) dari ketaatan membayar zakat mal oleh muzakki meliputi empat bentuk, yang utama adalah nilai ketaatan terhadap perintah Allah (nilai transenden-spiritual), nilai saling berbagi dan membantu orang lain (nilai sosialhumanistis), nilai keberkahan dan tambahan harta (nilai ekonomi-material), dan nilai kepuasan dan ketenangan jiwa atas kepemilikan harta (nilai moral-psikologis). Proposisi yang dirumuskan terkait dengan nilai-nilai yang ingin diwujudkan dalam ketaatan membayar zakat mal adalah sebagai berikut: ”nilai-nilai yang ingin
diwujudkan oleh muzakki dalam membayar zakat mal adalah nilai spiritual, nilai ekonomi, nilai humanistis, dan nilai moral/psikologis.” Fenomena perilaku muzakki dalam mengalokasikan pendapatan untuk konsumsi menunjukkan halhal sebagai berikut: (1)Tujuan konsumen muzakki dalam alokasi pendapatan bukanlah maksimisasi utility saja tetapi juga optimalisasi mashlahah; (2) Kepuasan (keseimbangan) konsumen muzakki tidak sematamata ditentukan oleh jumlah barang dan jasa yang dikonsumsi (utility), tetapi juga sangat ditentukan oleh seberapa besar kemanfaatan (mashlahah) yang diberikan untuk membantu sesama melalui zakat dan infaq; dan (3) Pengeluaran untuk zakat (jumlah zakat) tidak mengenal penurunan, sehingga tidak mungkin zakat dikurangi untuk meningkatkan konsumsi barang atau jasa (tidak ada Marginal Rate Substitution, MRS, barang atau jasa terhadap zakat). Proposisi yang dirumuskan terkait dengan perilaku muzakki adalah: ”memperluas kemanfaatan (mashlahah) zakat adalah tujuan utama dari perilaku muzakki, dan ditentukan oleh keberadaan lembaga pengelola yang dipercaya.” Ketaatan menunaikan kewajiban zakat secara istiqomah yang dilakukan oleh informan mengantarkan pemaknaan yang berbeda-beda terhadap bentuk balasan zakat, yakni: (1) balasan zakat dirasakan dalam bentuk kesuksesan dan kelanggengan usaha (dirasakan oleh Si Pedagang-Pengusaha dan Si Pengusaha-Kontraktor), dan rezeki yang tidak pernah putus atau tambahan pendapatan yang selalu dinikmati (dirasakan oleh semua informan); (2) balasan zakat dirasakan dalam bentuk anugerah kesehatan diri dan keluarga yang selalu diperoleh (dirasakan oleh semua informan); (3) balasan zakat dirasakan dalam bentuk anak-anak yang patuh, pintar, dan berhasil dalam pendidikan (dirasakan oleh informan PedagangPengusaha dan Pengusaha-Kontraktor); dan (4) para informan merasakan bahwa balasan atas ketaatan membayar zakat adalah dalam bentuk keamanan (dirasakan oleh informan PNS 1 dan informan Pedagang-Pengusaha). Proposisi yang dirumuskan dari pemaknaan terhadap dampak zakat adalah: ”zakat yang ditunaikan secara konsisten adalah strategi alternatif untuk mengembangkan harta, memelihara kesehatan, menjaga keamanan, dan mewujudkan keturunan yang cerdas.”
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
435
Gamsir Bachmid, Ubud Salim, Armanu dan Djumahir
Saran Mengacu pada kesimpulan seperti dikemukakan di atas, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut: Disarankan kepada para wajib zakat agar senantiasa memperhatikan kewajiban zakat atas harta yang dimilikinya, karena mengeluarkan zakat atas harta adalah cara yang paling ampuh untuk menjaga dan mengembangkan harta; Salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan dalam pemilihan lembaga tempat penyetoran zakat oleh informan adalah profesionalitas lembaga pengelola, maka disarankan kepada lembaga atau badan pengelola zakat agar terus berupaya meningkatkan profesionalitasnya, terutama dalam pemanfaatan dana zakat untuk aktivitas pemberdayaan ekonomi umat; Bertolak dari balasan zakat yang dirasakan oleh informan dalam bentuk kesehatan, keamanan, tambahan rezeki (kesejahteraan), dan pendidikan anak, maka disarankan kepada pemerintah agar terus menggalakkan upaya optimalisasi sadar zakat, antara lain melalui berbagai program/gerakan: ”Program Indonesia Aman Melalui Zakat”, ”Program Indonesia Sehat Melalui Zakat”, ”Program Indonesia Sejahtera Melalui Zakat”, dan ”Program Indonesia Cerdas Melalui Zakat.” Disarankan kepada para peneliti, khususnya dalam bidang zakat, agar dapat melakukan kajian, terutama yang berkaitan dengan bukti empirik kemanfaatan zakat bagi peningkatan kesejahteraan pembayar zakat (muzakki) dan penerima zakat (mustahik), aspek-aspek yang menentukan rendahnya kesadaran wajib zakat dalam membayar zakat mal, aspek yang terkait dengan peningkatan profesionalitas lembaga pengelola zakat, maupun aspek yang berkaitan dengan proses mendapatkan harta yang kemudian dikeluarkan zakatnya.
DAFTAR RUJUKAN Abdullah, M.H.. 2002. Mafahim Islamiyah (Diterjemahkan: Menajamkan Pemahaman Islam, oleh: M. Romli), Al Izzah, Bangil - Jawa Timur. Abidin, Z. 2009. Filsafat Manusia, Memahami Manusia Melalui Filsafat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Afifi, A.T., dan Shabira, I. 2010. Zakat, Hidup Berkah Rezeki Berlimpah. Yogyakarta: Pustaka Albana.
436
Al Jaza’iri, A.B.J.. 2006. Tafsir Al-Qur’an AL-AISAR. Jakarta: Darus Sunnah Press. Bungin, B. 2012. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Creswell, J.W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions, Sage Publication, London. Fatah, D.A. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Karyawan Pertamina dalam Membayar Zakat Pofesi Melalui Baituzzakah Pertamina, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis, PSTTI, Universitas Indonesia. Floyd, R.A. 2007. A Phenomenological Study of The Achievement Gap in A Midwestern Suburb. Dissertation, Miami University The Graduate School Hafidhuddin, D. 2003. Islam Aplikatif. Jakarta: Gema Insani. —————. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press. Hamidiyah, E. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengumpulan Zakat, Infaq, Seekah, Wakaf, dn Qurban pada Lembaga Pengelola Zakat, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis, PSTTI, Universitas Indonesia. Ibnu, H., Al Asqalani, Al Imam Al Hafizh. 2002. Fathul Baari Syarah: Shahih Bukhari (penerjemah: Gazirah Abdi Ummah). Jakarta: Pustaka Azzam. Indrijatiningrum, M. 2005. Zakat Sebagai Alternatif Penggalangan Dana Masyarakat untuk Pembangunan, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis, PSTTI, Universitas Indonesia, Jakarta. Koutsoyiannis, A. 1993. Modern Microeconomics Second Edition, Macmillan Education Ltd, London. Kahf, M. 1981. Al Iqtisad al Islami (The Islamic Economics). Second Edition.Kuwait: Dar al Qalam. Nadjat, Dadang Hylman, 2001. Identifikasi Faktor yang Mempengaruhi Prilaku Muzakki dalam Mengeluarkan Zakat Mal Melalui Lembaga Pengelola Zakat Di Kota Bandung, http//otomasi.lib.itb. Qardawi, Y. 2011. Hukum Zakat: Studi Komparatif mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis, Cetakan Keduabelas. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa. Strauss, A., dan Juliet, C. 2009. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutikno. 2011. Memaknai Perilaku Muslim dalam Bersedekah (Studi Fenomenologi Pengalaman Muzakki LAGZIS Sabilit Taqwa Bululawang), Disertasi FEB UB, Tidak Dipublikasi. Tim PPPA Daarul Qur’an; Editor: Nurbowo. 2009. Dahsyatnya Sedekah. Jakarta: Zikrul Hakim.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 2 | JUNI 2012