PENGARUH PEMBERIAN KARBOL FUCHSIN DAN PEMANASAN SPUTUM SEBELUM PEMBUATAN SEDIAAN TERHADAP HASIL PEWARNAAN BTA Mega Mirawati, Estu Lestari Poltekkes Kemenkes Jakarta III Email:
[email protected]
ABSTRACT Tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis. This disease is a health problem in the community. Minimal checks that need to be done to confirm pulmonary tuberculosis diagnostics are smear examinations. ZiehlNelseen method is an inspection method recommended by WHO. Sputum used to make preparations is a mucopurulent sputum. This can lead to infected laboratory workers if inhaled droplets containing Mycobacterium tuberculosis. This study aims to determine the effect of fuchsin carbolic acid and sputum heating before the preparation of the smear result. Temperature used 60oC, 70oC, 80oC and 90oC and control is sputum staining with Ziehl Neelsen method. The samples used positive smear sputum. The experimental research design and data were analyzed with Kruskal Wallis test. The research was conducted at the Bacteriology Laboratory of Medical Laboratory Technology Poltekkes Kemenkes Jakarta III in February to October 2016. The result of statistical test showed p> 0,301 which means there was no significant difference between the dyeing result by using sputum which has been given carbolic fuchsin and heating before the preparation with the result staining method ZiehlNeelsen. The conclusion of this method can coloring Mycobacterium tuberculosis bacteria. Keywords: Mycobacterium tuberculosis, BTA staining, sputum ABSTRAK Tuberculosis adalah penyakit infeksi disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan di masyarakat. Pemeriksaan minimal yang perlu dilakukan untuk memastikan diagnostik TB paru adalah pemeriksaan BTA. Metode Ziehl Nelseen merupakan metode pemeriksaan yang direkomendasikan oleh WHO.Sputum yang digunakan untuk membuat preparat adalah sputum yang mucopurulen.Hal ini dapat menyebabkan terinfeksinya petugas laboratorium bila terhirup droplet yang mengandung Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian karbol fuchsin dan pemanasan sputum sebelum pembuatan sediaan terhadap hasil pewarnaan BTA. Suhu yang digunakan 60oC, 70oC,80oC dan 90oC dan kontrol adalah pewarnaan sputum dengan metode Ziehl Neelsen.Sampel yang digunakan adalah sputum BTA positif. Desain penelitian eksperimen dan data dianalisis dengan uji Kruskal Wallis. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan TeknologiLaboratoriumMedis Poltekkes Kemenkes Jakarta III pada bulan Februari sampai Oktober 2016. Hasil uji statistik menunjukkan p>0,301 yang berarti tidak ditemukan perbedaan bermakna antara hasil pewarnaan dengan menggunakan sputum yang telah diberikan karbol fuksin dan pemanasan sebelum pembuatan sediaan dengan hasil pewarnaan metode Ziehl Neelsen.Kesimpulan metode ini dapat mewarnai bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kata Kunci: Mycobacterium tuberculosis, pewarnaan BTA, sputum
23
24
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 1, September 2017, hlm : 23 - 33
tuberculosis.Percikan dahak yang terhirup
PENDAHULUAN Tuberculosis disebabkan
adalah
penyakit
infeksi
Mycobacterium
oleh
sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem
pertahanan
tuberculosis (Buntuan V,2014; Silvani H
mukosilierbronkus,
danSureskiarti E, 2016). Penyakit ini
sehingga sampai di alveolus dan menetap
merupakan
di
disana. Infeksi dimulai saat bakteri berhasil
masyarakat, baik dari sisi angka kematian
berkembang biak dengan cara membelah
(mortalitas),
angkakejadian
diri
(morbiditas),
maupun
masalah
kesehatan
penyakit
paru,
yang
terus
berjalan
mengakibatkan
dan
peradangan di dalam paru. Saluran limfe
terapinya(Depkes RI, 2007, Eddin GM
akan membawa bakteri ke kelenjar limfe
dkk,2015).Tuberkulosis paru menempati
disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai
peringkat ke empat sebagai penyakit
kompleks primer. Waktu antara terjadinya
pembunuh
jantung
infeksi sampai pembentukan kompleks
koroner, stroke, diabetes melitus dan
primer adalah sekitar 4-6 minggu(Jawetz,
hipertensi di wilayah perkotaan.
E, Melnick.JL., Adelberg.E.A., 2013).
Indonesia menempati urutan ketiga di
Pemeriksaan minimal yang perlu dilakukan
dunia setelah India dan China dalam
untuk memastikan diagnostik TB paru
hal jumlah
adalah
setelah
diagnosis
di
dan
penyakit
penderita
TB
paru..Di
pemeriksaan
BTA.Pemeriksaan
Indonesia ditemukan penderita baru sekitar
mikroskopik BTA dari sputum memegang
583 ribu orang dan diperkirakan sekitar
peran dalam men diagnosis awal atau
140
pemantauan
ribu
orangmeningal
dunia
tiap
pengobatan
tuberculosis
tahunnya (Depkes RI, 2007). Indonesia
(Susanti D, Kountul C dan Buntuan V,
sebagai negara berkembang masih menjadi
2013). Pemeriksaan BTA metode Ziehl
salah
kasus
Nelseen merupakan metode pemeriksaan
dunia
yang
satu
tuberkulosis
negara paru
dengan
tertinggi
di
direkomendasikan
oleh
WHO.
(WHO,2011)
Sampel yang dibutuhkan untuk melakukan
Mycobacterium tuberculosis dapat menular
pemeriksaan ini adalah sputum. Sputum
dari individu satu ke individu lainnya
yang purulen akan dibuat coiling lalu
melalui percikan droplet yang terbawa oleh
setelah kering ditambahkan karbol fuksin
udara seperti batuk, dahak atau percikan
dan
ludah (Susanto AD, 2010).Infeksi primer
menguap.Pemanasan
terjadi saat seseorang terpapar pertama kali
membuka dinding sel bakteri sehingga
Mycobacterium
memudahkan dalam penyerapan zat warna.
dengan
bakteri
dipanaskan bertujuan
sampai untuk
Mega, Pengaruh Pemberian Karbol Fuchsin Dan Pemanasan Sputum Sebelum Pembuatan Sediaan Terhadap Hasil Pewarnaan BTA
25
Hal ini disebabkan karena dinding sel M
bahwa pewarnaan spora dengan metode
tuberkulosis mengandung lapisan lemak
Klein dilakukan dengan menambahkan
yang sukar ditembus oleh zat warna.
suspensi bakteri dengan solutio fuchsin
Kekurangan
dari
cara
ini
adalah
lalu
dipanaskan
menyebabkan
penggunaan sputum yang mengandung
mengembangnya
Mycobacterium tuberculosis yang masih
sehingga zat warna utama dapat masuk ke
hidup untuk membuat pereparat langsung.
dalam spora sehingga berwarna merah.
Hal ini dapat menyebabkan terinfeksinya
Pada penelitian ini pembuatan sediaan
petugas laboratorium bila terhirup droplet
dilakukan setelah sputum ditambahkan
yang mengandung kuman M tuberculosis
karbol fuchsin dan dipanaskan sampai
yang berasal dari sputum tersebut. Aditama
menguap.
TY dan Luthni E tahun 2012 menyatakan
pemanasan
bahwa tindakan tindakan yang sering
Mycobacterium tuberculosis dan membuka
menimbulkan
dinding sel agar dapat menyerap zat warna.
pencemaran
udara
di
laboratorium adalah pada saat membuka
Kelebihan
tempat
pembuatan
sputum,
membuat
preparat
lapisan
luar
spora
Penambahan zat warna dan dapat mematikan bakteri
dari
penelitian
sediaan
ini
adalah
dilakukan
setelah
langsung dan pada saat memanaskan
bakteri yang terdapat di dalam sputum
sengkelit (ose).
sudah mati sehingga dapat
mengurangi
Mycobacterium
penyebab terjadinya infeksi bagi petugas
tuberculosis mengandung lemak dalam
laboratorium mikrobiologi. . Aditama TY
konsentrasi
sukar
dan Luthni E (2012) menyatakan bahwa
menyerap zat warna, namun jika bakteri
resiko untuk terkena infeksi pada petugas
diberi
misalnya
laboratorium mikrobiologi 3-5 kali lebih
karbolfukhsin melalui proses pemanasan,
tinggi daripada pekerja pekerja lain seperti
maka akan menyerap zat warna dan akan
petugas kantor dan lain lain.
tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh
Berdasarkan
hal
peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-
berkeinginan
untuk
alkohol (Kumala W, 2006, Utji R, Harun
pengaruh penambahan karbol fuchsin dan
H. 2015). Hal ini sama dengan sifat dari
pemanasan
pada
endospora yang tidak mudah diwarnai
pembuatan
sediaan
dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi
pewarnaan BTA.
Dinding
sel
zat
bakteri
tinggi
warna
sehingga
khusus
sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Kumala W (2006) menyatakan
tersebut meneliti
sputum terhadap
peneliti tentang
sebelum hasil
26
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 1, September 2017, hlm : 23 - 33
suhu 70oC, tabung ke 3 dipanaskan pada
METODE desain
suhu 80oC dantabung ke 4 dipanaskan pada
penelitian eksperimen, dimana sampel
suhu 90oC sampai menguap. Lalu dibuat
sputum
kelompok
hapusan pada sebuah kaca objek.Setelah
percobaan yaitu pemanasan dengan suhu
pengeringan di udara, hapusan difiksasi
60oC, 70oC, 80oC dan 90oC serta kontrol.
lalu ditambahkan asam alkohol sampai
Sampel yang digunakan adalah sputum
warna merah karbol fuksin hilang.Setelah
BTA
dicuci
Penelitian
ini
dibagi
positif
Penelitian
menggunakan
menjadi
sebanyak
dilakukan
4
50
sampel
dengan
air
mengalir,
sediaan
di
Laboratorium
digenangi dengan metilenbiru selama 10-
Jurusan
Teknologi
20 detik lalu dibilas dengan air mengalir
Laboratorium Medis pada bulan Agustus
dan dikeringkan.Kontrol adalah pewarnaan
sampai Oktober 2016.
sputum dengan metode Ziehl Neelsen.
Bakteriologi
Pada penelitian ini pembuatan preparat langsung dilakukan dengan cara masing-
HASIL DAN PEMBAHASAN
masing sampel sputum dibagi menjadi 4
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 10
tabung
lalu
pada
setiap
tabung
sampel sputum dengan BTA positip
karbol
fuksin
dengan
dengan perlakuan sputum terlebih dahulu
perbandingan 1:1. Masing-masing tabung
diberi karbol fuchsin dan dipanaskan
dipanaskan dalam waterbath dengan suhu
dengan beberapa suhu didapat hasil seperti
berbeda yaitu tabung 1 dipanaskan pada
tertera pada tabel 1.
ditambahkan
suhu 60oC, tabung ke 2 dipanaskan pada Tabel 1. Hasil pewarnaan dengan menggunakan beberapa suhu pemanasan. NO
REPLIKASI
1
I
2
II
3
III
60oC BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
HASIL PEWARNAAN 70oC 80oC BTA merah BTA merah jelas, BTTA jelas, BTTA dan lekosit jelas dan lekosit jelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah BTA merah tipis, BTTA dan jelas, BTTA lekosit biru dan lekosit jelas jelas
90oC BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas BTA merah tipis, BTTA dan lekosit biru jelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
Mega, Pengaruh Pemberian Karbol Fuchsin Dan Pemanasan Sputum Sebelum Pembuatan Sediaan Terhadap Hasil Pewarnaan BTA
4
IV
5
V
6
VI
7
VII
8
VIII
9
IX
10
X
BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
27
BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas BTA merah tipis, BTTA dan lekosit
BTA merah tipis, BTTA dan lekosit biru jelas BTA merah tipis, BTTA dan lekositbiru
BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah tipis, BTTA dan lekosit biru jelas BTA merah tipis, BTTA dan lekosit biru
birujelas BTA merah tipis, BTTA dan lekositbirujelas BTA merah tipis, BTTA dan lekositbirujelas BTA merah tipis, BTTA dan lekositbirujelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas Tidakterwarnai , BTTA dan lekositbirujelas
jelas BTA merah BTA merah tipis, BTTA dan jelas, BTTA lekositbirujelas dan lekosit jelas
Jelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah BTA merah BTA merah tipis, BTTA dan tipis, BTTA dan tipis, BTTA dan lekositbirujelas lekositbirujelas lekositbirujelas BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah jelas, BTTA dan lekosit jelas
BTA merah tipis, BTTA dan lekosit biru jelas Tidakterwarnai, BTTA dan lekositbirujelas
BTA merah BTA merah tipis, BTTA dan jelas, BTTA lekosit biru dan lekosit jelas jelas Tidakterwarnai, Tidakterwarnai, BTTA dan BTTA dan lekositbirujelas lekositbirujelas
Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa didapat
Hasil pewarnaan juga menunjukkan bahwa
15 sediaan dengan hasil pewarnaan tipis, 4
penambahan
sediaan dengan tidak terwarnai dan 21
sputum sebelum pembuatan sediaan dapat
terwarnai dengan jelas.Kontrol sebanyak
mewarnai bakteri M tuberculosis.Warna
10 sampel dengan hasil pewarnaan baik
bakteri merah dan latar belakang biru,
dan
seperti tampak pada gambar 1 dibawah ini
jelas.Untuk
sediaan
yang
tidak
terwarnai adalah sampel nomor 10 dengan karakteristik
sampel
agak
bercampur banyak darah.
encer
dan
;
fuchsin
dan
pemanasan
28
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 1, September 2017, hlm : 23 - 33
Gambar 1.Hasil pewarnaan menggunakan suhu 60oC
Gambar 2.Hasil pewarnaan menggunakan suhu 70oC
Gambar 3.Hasil pewarnaan menggunakan suhu 80oC
Mega, Pengaruh Pemberian Karbol Fuchsin Dan Pemanasan Sputum Sebelum Pembuatan Sediaan Terhadap Hasil Pewarnaan BTA
29
Gambar 4.Hasil pewarnaan menggunakan suhu 90oC
Gambar 5.Hasil pewarnaan ZiehlNeelsen (Kontrol) Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil
tolak
pewarnaan antara beberapa suhu yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
digunakan (60oC, 70oC, 80oC, 90oC)
yang bermakna antara hasil pewarnaan
terhadap hasil pewarnaan BTA metode
BTA dengan menggunakan sputum yang
Ziehl Neelsen (kontrol) dilakukan uji
telah
Kruskal Wallis pada confident interval
dipanaskan menggunakan beberapa suhu
95% (alpha =0,05) didapat hasil uji
dengan hasil pewarnaan BTA metode
kruskal Wallis menunjukkan nilai P>0.05 (
Ziehl Neelsen.
p = 0,301) yang berarti terima H0 dan
Ha
(tabel
diberikan
2).
karbol
Hal
tersebut
fuchsin
dan
30
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 1, September 2017, hlm : 23 - 33
Tabel 2. Hasil uji Kruskal Wallis Suhu Kontrol 60C 70C 80C 90C Total
Hasil
N 10 10 10 10 10 50
Mean Rank 31.40 25.75 21.15 28.05 21.15
Hasil Chi-Square Df Asymp. Sig.
4.871 4 .301
Pada tabel 1 dapat terlihat
sangat tipis atau tidak
bahwa dari 40 preparat hasil pewarnaan
terwarnai. Selain itu banyaknya darah pada
BTA
sputum bila dipanaskan akan padat dan
yang dipanaskan menggunakan
beberapa
suhu
pemanasan
ditemukan
berwarna kehitaman sehingga sehingga
sebanyak 36 preparat (90%) menunjukkan
pada saat dibuat sediaan tidak mendapat
hasil bakteri Mycobacterium tuberculosis
hasil yang baik.
dapat diwarnai
dan 4 preparat (10%)
Bila dibandingkan dengan dengan gambar
menunjukkan hasil bakteri Mycobacterium
1,2 dan 4 tampak hasil pewarnaan gambar
tuberculosis tidak terwarnai. Hal ini berarti
3 adalah yang paling baik dan hasilnya
bahwa
dengan
sama dengan kontrol (gambar 5), dengan
menggunakan metode ini dapat mewarnai
demikian menunjukkan bahwa pemanasan
sel bakteri Mycobacterium tuberculosis.
dengan suhu 80oC merupakan suhu yang
Sedangkan adanya preparat BTA yang sel
paling
bakterinya
baikkarenabakteriberwarnamerahjelas,
pewarnaan
tidak
BTA
terwarnai
mungkin
disebabkan karena sputum no 10 memiliki
leukosit dan latar belakang berwarna biru.
karakteristik sputum yang
Hasil
encer (tidak
ini
sesuai
dengan
pernyataan
purulen) dan mengandung banyak darah.
Lumb.R, Bastian.I, danYamin.Gtahun 2007
Sputum yang encer pada saat ditambahkan
menyatakan
karbol fuchsin dan dihomogenkan menjadi
Mycobacterium tuberculosis mengandung
semakin encer yang bila dibuat sediaan
lemak sehingga sukar diwarnai. Agar
akan didapat hasil yang kurang baik dan
dapat
sangat tipis sehingga bila telah melalui
pemanasan
proses pewarnaan akan didapat hasil yang
bahwa
menyerap sampai
dinding
zatwarna menguap
sel
maka dapat
Mega, Pengaruh Pemberian Karbol Fuchsin Dan Pemanasan Sputum Sebelum Pembuatan Sediaan Terhadap Hasil Pewarnaan BTA
membuka lapisan lilin pada dinding sel
menangani
sehingga zat warna dapat masuk.
laboratorium.
Hal
Hasil uji statistik terhadap hasil penelitian
berkurangnya
waktu
diperoleh hasil tidak ditemukan perbedaan
dengan sputum segar. Coilling yang
yang bermakna antara masing masing suhu
dilakukan menggunakan sputum segar
pemanasan
hasil
membutuhkan waktu yang cukup lama
pewarnaan BTA (p=0,301). Hasil ini
sehingga kontak petugas menjadi lebih
menunjukkan bahwa hasil pewarnaan pada
lama , namun dengan metode ini, coiling
masing
kontrol
dilakukan pada saat bakteri dalam sputum
mempunyai hasil pewarnaan yang sama
sudah mati karena penambahan karbol
sehingga
pewarnaan
fuksin dan pemanasan sehingga petugas
dengan cara ini dapat menggunakan suhu
sama sekali tidak kontak dengan sputum
60oC, 70oC, 80oC atau 90oC. Hal ini dapat
segar
terjadi karena pemanasan merupakan cara
pewarnaan BTA.
yang digunakan untuk membuka dinding
Selain itu apabila dibutuhkan pengulangan
sel
pembuatan
sputum
masing
suhu
untuk
bakteri.
terhadap
dan
membuat
Batas
waktu
pemanasan
pada
pemeriksaan
saat
BTA
31
ini
disebabkan
kontak
pembuatan
pewarnaan
di
petugas
preparat
maka
bila
ditandai dengan menguap dan tidak boleh
menggunakan metode ini memerlukan
sampai mendidih bertujuan agar tidak
waktu yang lebih cepat. Hal ini disebabkan
Mycobacterium
karena petugas tidak harus menunggu
tuberculosis. Sesuai dengan pernyataan
pemanasan ditempat pewarnaan sampai
Jawetz, dkk (2013) bahwa Mycobacterium
menguap dan menunggunya menyerap
tuberculosis
pewarnaan selama 5 menit karena setelah
merusak
sel
bakteri
merupakan
bakteri
tahan
asam yang mempunyai dinding sel yang
sputum
kaya
dimasukkan
akan
peptidoglikan
dan
lipid
diberi ke
karbol
fuksin
waterbath
dan untuk
sehingga tidak dapat menyerap zat warna.
dipanaskan lagi. Petugas cukup memulai
Pemanasan sangat dibutuhkan agar BTA
pekerjaan dari membuat sediaan lalu
dapat menyerap zat warna.
memberi metilenbiru yang hanya 10-30
Hasil
penelitian
juga
menunjukkan
detik.
kelebihan dan kelemahan dari pembuatan
Selain kelebihan ditemukan pula beberapa
sediaan menggunakan sputum yang telah
kelemahan dari penelitian ini yang harus
ditambahkan
diteliti
karbol
fuchsin
dan
lebih
lanjut
dipanaskan terlebih dahulu. Kelebihan dari
penyempurnaannya yaitu :
cara
1. Warna merah lebih tipis
ini
penularan
adalah TB
dapat
pada
mengurangi
petugas
yang
untuk
32
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol 5 Nomor 1, September 2017, hlm : 23 - 33
Pada penelitian ini ditemukan beberapa hasil pewarnaan dengan warna sel bakteri
menggunakan mikroskop ditemukan 5000 bakteri/ml.
yang tipis. Hal ini dapat disebabkan karena perbandingan antara zat warna dengan
SIMPULAN
sputum belum sesuai atau konsentrasi
Berdasarkan
karbol fuksin yang digunakan kurang
diperoleh
pekat.
sputum yang telah ditambahkan karbol
Menurut Utjie R dan Harun H
tahun2015
bahwa
merupakan
zat
karbol
warna
fuhsin
dasar
yang
fuksin
hasil
penelitian
dengan
dengan
cara
beberapa
yang
memanaskan
suhu
dapat
disimpulkan bahwa :
mengandung fenol yang berfungsi untuk
1.
melarutkan dinding sel sehingga kepekatan
pemanasan sputum sebelum pembuatan
karbol
sediaan
fuksin
sangat
mempengaruhi
Penambahan
dapat
karbol
fuchsin
mewarnai
dan
bakteri
kejelasan warna sel bakteri. Konsentrasi
Mycobacterium tuberculosis.
karbol
pada
2. Tidak ditemukan perbedaan yang
penelitian ini 0,3 % sama dengan untuk
bermakna antara beberapa suhu yang
metode Ziehl Neelsen.
digunakan untuk pemanasan sputum yang
2. Sputum menjadi lebih encer
telah ditambahkan karbol fuksin terhadap
fuksin
yang
Penambahan
digunakan
Karbol
fuksin
hasil pewarnaan BTA.
menyebabkan encernya sputum bila telah
Hasil penelitian ini masih memiliki banyak
dihomogenisasi sehingga menyebabkan
kekurangan dan untuk menyempurnakan
kesukaran dalam melakukan coilling. Bila
nya
digunakan sputum yang purulen masih
penelitian lebih lanjut.
disarankan
untuk
melakukan
mendapatkan hasil yang baik karena setelah
dipanaskan
sputum
berwarna
DAFTAR RUJUKAN
merah dan masih kental sehingga lebih mudah di coilling namun kesukaran lebih besar terjadi bila sputum yang digunakan tidak purulen. Kumala W tahun 2006 menyatakan
bahwa
sputum
yang
digunakan untuk pemeriksaan BTA adalah sputum yang kental dan berwarna hijau kekuningan. Banyaknya
sputum
yang
dikumpulkan untuk pemeriksaan BTA adalah
3-5
ml
dan
bila
Aditama TY dan Luthni E, 2012. Buku petunjuk Teknik Pemeriksaan laboratorium Tuberculosis, Edisi II, Laboratorium Mikobakteriologi RS Persahabatan Jakarta, h:3
diamati
Buntuan V, 2014. Gambaran basil TahanAsam (BTA) Positif Pada Penderita Diagnosa Klinis Tuberculosis Paru Di Rumah Sakit Islam Siti Maryam Manado Periode Januari 2014 S/D Juni 2014.Jurnal eBiomedik (eBM), Vol 2(2):593
Mega, Pengaruh Pemberian Karbol Fuchsin Dan Pemanasan Sputum Sebelum Pembuatan Sediaan Terhadap Hasil Pewarnaan BTA
Depkes RI. 2007. Pedoman Nasional Penangulangan Tuberkulosis. Jakarta. EddinMG,Khairsyal o, Usman E. 2015. Profil kasus Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Inap Paru RSUP Dr. M. djamil padangPeriode 1 januari 2010 – 1 Desember 2011. Jurnal kesehatan Andalas ,Vol 4(3):888 Jawetz, E, Melnick.JL., Adelberg.E.A., 2013, Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, Edisi 22, EGC, Jakarta Kumala.W, 2006. Diagnosis Laboratorium Mikrobiologi Klinik, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta Lumb.R, Bastian.I, Yamin.G, 2007, Panduan Bagi Petugas Laboratorium. Pemeriksaan Mikroskopis Tuberculosis, Cetakan 2, Departemen kesehatan, Jakarta Misnadiarly,2006.Mycobacterium tuberculosis atipik, Jakarta, h: 81 Silvani H, Sureskiarti E, 2016. Hubungan Peran Aktif Keluarga
33
SebagaiPengawas Minum Obat (PMO DenganAngka Kekambuhan TB Paru Di Ruang Seruni RSUD Abdul WahabSjahranie Samarinda. Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 4(2):66 Susanti D, Kountul C, Buntuan V, 2013. Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) Pada Sputum Penderita Batuk > 2 Minggu Di Poliklinik PenyakitDalam BLU RSUP Prof Dr.R.D Kandou Manado.Jurnal eClinik (eCl), Vol 1(1) Susanto AD. 2010. Analisis Kadar Interferon Gamma Pada Penderita Tuberkulosis Paru Dan Orang Sehat.Jurnal Respirologi Indonesia, Vol30 : 119 Utji R, Harun H. 2015, Kuman Tahan Asam dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta. www.surveyland-dinkesdki Pencapaian MDG’S 20/02/2016
21/02/2012. meningkat.