33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. VARIABEL PENELITIAN DAN

Download Variabel-variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1.1. Variabel Penelitian. Da...

0 downloads 779 Views 513KB Size
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1.1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, terdapat empat variabel yang terdiri dari tiga variabel independen dan satu variabel dependen. Variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan. Kemudian, variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Seluruh variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala interval. Untuk memenuhi asumsi dalam penggunaan regresi berganda, data diubah ke skala interval dengan menggunakan bantuan Microsoft Excel, yaitu dengan penghitungan succesive interval. Ringkasan variabel penelitian, indikator, dan skala pengukuran ditunjukkan dalam Tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Ringkasan Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran Variabel

Indikator

Skala Pengukuran Data

Tingkat kepatuhan wajib 1. Wajib pajak memahami Skala Interval semua ketentuan pajak pajak (Y) 2. Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak 3. Informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak

33

34

Variabel

Kesadaran Perpajakan (X1)

Pelayanan Fiskus (X2)

Sanksi Pajak (X3)

Indikator

Skala Pengukuran Data

4. Informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak 1. Memberikan kontribusi Skala Interval dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan 2. Kesadaran masyarakat sebagai pembayar pajak 3. Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar 4. Membayar pajak merupakan kewajiban saya sebagai warga negara 1. Fiskus telah memberikan Skala Interval pelayanan pajak dengan baik 2. Anda merasa bahwa penyuluhan yang dilakukan oleh Fiskus dapat membantu pemahaman Anda mengenai hak dan kewajiban Anda selaku WP 3. Fiskus senantiasa memperhatikan keberatan WP atas pajak yang dikenakan 4. Cara membayar dan melunasi pajak adalah mudah dan efisien 1. Sanksi diperlukan untuk Skala Interval menciptakan kedisiplinan WP dalam membayar pajak 2. Sanksi dilaksanakan dengan tegas kepada WP yang melanggar 3. Sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan 4. Penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku

3.1.2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel didasarkan pada beberapa sumber atau referensi yang digunakan dalam penelitian ini.

35

3.1.2.1.Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.

Kesadaran Perpajakan Kesadaran perpajakan merupakan kondisi dimana seorang wajib pajak

mengetahui dan memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara sehingga dapat secara sukarela melaksanakan ketentuan perpajakan. Variabel kesadaran perpajakan diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala interval, yakni skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Pengukuran variabel dependen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin, dengan arti sebagai berikut: Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju ( TS) Angka 3 = Kurang Setuju (KS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesadaran perpajakan wajib pajak dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang merupakan replikasi dari kuesioner Mutia (2014), yaitu: 1. Memberikan kontribusi dana untuk pelaksanaan fungsi perpajakan 2. Kesadaran masyarakat sebagai pembayar pajak 3. Pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar 4. Membayar pajak merupakan kewajiban saya sebagai warga negara

36

2.

Pelayanan Fiskus Fiskus merupakan petugas pajak. Pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai

cara para petugas pajak dalam membantu wajib pajak untuk memenuhi segala sesuatu mengenai keperluan pajaknya serta bagaimana sikap dari petugas pajak dipandang oleh wajib pajak. Variabel pelayanan fiskus diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala interval, yakni skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Pengukuran variabel dependen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin, dengan arti sebagai berikut: Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju ( TS) Angka 3 = Kurang Setuju (KS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pelayanan fiskus dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang merupakan replikasi dari kuesioner Mutia (2014), yaitu: 1. Fiskus telah memberikan pelayanan pajak dengan baik 2. Anda merasa bahwa penyulyhan yang dilakukan oleh Fiskus dapat membantu pemahaman Anda mengenai hak dan kewajiban Anda selaku WP 3. Fiskus senantiasa memperhatikan keberatan WP atas pajak yang dikenakan 4. Cara membayar dan melunasi pajak adalah mudah dan efisien

37

3.

Sanksi Perpajakan Sanksi pajak merupakan jaminan ketentuan peraturan perpajakan akan

dituruti dengan kata lain, idealnya sanksi perpajakan merupakan alat pencegah supaya wajib pajak tidak melanggar ketentuan perpajakan. Semakin tinggi atau beratnya sanksi maka wajib pajak akan semakin merasakan kerugian, sehingga harapannya wajib pajak tidak melakukan tindakan ilegal yang melanggar aturan perpajakan (Jatmiko, 2006). Variabel sanksi pajak diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala interval, yakni skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju). Indikator sanksi pajak dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang merupakan replikasi dari kuesioner Mutia (2014), yaitu: 1. Sanksi diperlukan untuk menciptakan kedisiplinan WP dalam membayar pajak 2. Sanksi dilaksanakan dengan tegas kepada WP yang melanggar 3. Sanksi diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan 4. Penerapan sanksi harus sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku Pengukuran variabel dependen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin, dengan arti sebagai berikut: Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju ( TS) Angka 3 = Kurang Setuju (KS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS)

38

3.1.2.2.Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan Wajib Pajak merupakan ketaatan, tunduk, dan patuh serta melaksanakan ketentuan perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak ( Mutia, 2014). Peran serta wajib pajak dalam sistem pemungutan pajak sangat menentukan tercapainya rencana penerimaan pajak. Untuk meningkatkan penerimaan pajak, usaha yang dilakukan pemerintah antara lain dengan ekstensifikasi dan intensifikasi penerimaan pajak. Ekstensifikasi ditempuh dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang aktif, sedangkan intensifikasi dapat ditempuh melalui meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, peningkatan kualitas aparatur perpajakan, pelayanan prima terhadap Wajib Pajak dan pembinaan kepada para Wajib Pajak, pengawasan administratif, pemeriksaan, penyidikan dan penagihan pasif dan aktif, serta penegakan hukum (Maria, 2011 dalam Alfian, 2013). Sistem pemungutan perpajakan yang diterapkan di Indonesia bersandar pada sistem self assessment dimana wajib pajak memiliki kewajiban perpajakan menjadi tanggung jawab si wajib pajak sendiri sehingga faktor kepatuhan yang tinggi sangatlah diperlukan dari wajib pajak tersebut (Hasan, 2008). Syarat agar penerimaan pajak dapat meningkat dari tahun ke tahun adalah dengan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak (Alfian, 2013). Variabel tingkat kepatuhan wajib pajak diukur dengan menggunakan skala interval dengan teknik pengukuran skala likert. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala interval, yakni skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

39

Indikator penelitian yang digunakan dalam variabel tingkat kepatuhan wajib pajak menurut Apriliyani (2016) antara lain : 1. Wajib pajak memahami semua ketentuan pajak 2. Dokumen yang diperlukan dalam membayar pajak 3. Informasi mengenai cara dan tempat pembayaran pajak 4. Informasi mengenai batas waktu pembayaran pajak Pengukuran variabel independen menggunakan teknik pengukuran skala likert 5 poin, dengan arti sebagai berikut: Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju ( TS) Angka 3 = Kurang Setuju (KS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) 3.2.

Populasi dan Sampel Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal

minat yang ingin diinvestigasi (Sekaran, 2006 dalam Fikriningrum, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari dan tergolong sebagai wajib pajak yang wajib melaporkan SPT. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang memiliki jumlah wajib pajak terbesar ketiga di Kota Semarang setelah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Candisari dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Barat. Dari sekian ribu jumlah wajib pajak yang terdaftar, tidak

40

semua wajib pajak tersebut menjadi obyek dalam penelitian ini. Oleh karena itu dilakukanlah pengambilan sampel. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, seperti berikut: 𝑛=

𝑁 1 + 𝑁𝑒 2

Dimana: n = Jumlah Sampel N = Populasi e = Batas kesalahan yang ditoleransi (5-10%) Berdasarkan data dari KPP Pratama Semarang Gayamsari hingga tahun 2016 tercatat sebanyak 49.811 Wajib Pajak. Oleh karena itu, jumlah sample untuk penelitian ini dengan e sebesar 10% adalah: 49.811

n= 1+49.811(10%)2 49.811

n= 499,11

n= 99,80 Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah sampel adalah 99,80 dan untuk memudahkan perhitungan selanjutnya dibulatkan menjadi 100. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 orang WP di KPP Pratama Semarang Gayamsari. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling. Teknik incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Amirin, 2009 dalam Fikriningrum, 2012). Alasan pemilihan teknik

41

pengambilan sampel ini adalah untuk mempermudah proses pengambilan sampel (Fikriningrum, 2012). Alasan lain digunakannya teknik incidental sampling oleh peneliti adalah karena faktor keterbatasan waktu serta untuk menghemat biaya. 3.3.

Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, digunakan dua jenis data yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory, 1996 dalam Jatmiko, 2006). Data primer ini diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden sebagai sumber data dalam penelitian ini yaitu wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. Peneliti juga turut menggunakan data sekunder sebagai pendukung dalam penulisan hasil penelitian ini. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung yaitu dari studi kepustakaan atau dari pihak lain yang berkaitan dengan obyek yang sedang diteliti (Effendi, 1989: 147 dalam Alfian, 2013). Untuk melengkapi dan menunjang data yang diperoleh dari penelitian lapangan dilakukan juga penelitian kepustakaan untuk memperoleh data sekunder (Hasan, 2008). Dalam penelitian ini, sumber data sekunder yang digunakan oleh peneliti berasal dari internet, studi kepustakaan dan pihak-pihak yang terkait oleh penelitian ini. Data sekunder dalam penelitian ini berupa : 1. Data jumlah Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. 2. Buku teks, artikel dan literatur perpajakan.

42

3.4.

Metode Pengumpulan Data Pada bidang ilmu keperilakuan yang diangkat dalam penelitian ini, umumnya

variabel-variabel dalam penelitian diamati dengan menggunakan kuesioner atau angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat responden tentang suatu hal. Berdasarkan hal tersebut, metode pengumpulan data yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer yang diperoleh melalui metode survey menggunakan kuesioner kepada sejumlah wajib pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari yang akan dijadikan sampel penelitian. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, kuesioner berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, kesadaran perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan ketegasan sanksi perpajakan. Kuesioner terdiri atas 24 pertanyaan yang mewakili 7 pertanyaan kepatuhan wajib pajak, 5 pertanyaan kesadaran perpajakan, 7 pertanyaan pelayanan fiskus, dan 5 pertanyaan sanksi perpajakan. Sedangkan metode pengumpulan data sekunder akan dilakukan dengan wawancara langsung dengan pihak-pihak yang terkait untuk mendapatkan gambaran umum mengenai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari serta mengumpulkan sejumlah literatur.

43

Skala yang sering dipakai dalam penyusunan kuesioner serta pengukuran pendapat responden adalah skala ordinal atau sering disebut skala likert, yaitu skala yang berisi lima tingkat preferensi jawaban dengan pilihan sebagai berikut: Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju (TS) Angka 3 = Kurang Setuju (KS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) Skala likert dikatakan ordinal karena pernyataan Sangat Setuju mempunyai tingkat preferensi yang lebih tinggi dari Setuju, dan Setuju lebih tinggi dari Kurang Setuju. 3.5.

Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi dengan cara mengkategorikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih hal-hal yang penting, lalu membuat kesimpulan agar mudah dipahami (Sugiyono, 2013). Penelitian

kualitatif

merupakan

penelitian

yang

didasarkan

pada

pengumpulan, analisis, dan interpretasi data bebentuk narasi visual (bukan angka) untuk memperoleh pemahaman mendalam dari fenomena tertentu yang diminati (Leo, 2013). Analisis data kualitatif merupakan analisis yang bersifat induktif,

44

artinya analisis dilakukan dengan mengembangkan data yang diperoleh menjadi sebuah hipotesis (Sugiyono, 2013). Dengan menggunakan analisis data kualitatif ini didapatkan gambaran mengenai bagaimana intrepretasi Wajib Pajak terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini pada kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian ini, data didapatkan melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan wawancara dan menyebarkan sejumlah kuesioner. Selanjutnya, dalam kuesioner digunakan sebuah skala untuk melakukan pengukuran data. Data tersebut selanjutnya akan dianalisis dengan langkah-langkah menggunakan metode analisis data kuantitatif yaitu statistik deskriptif, uji kualitas data, uji model (F), uji hipotesis (T), dan koefisien determinasi. 3.5.1 Metode Analisis Data Kuantitatif 3.5.1.1.Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang diteliti, yang mencakup nilai rata-rata (mean), nilai minimum, nilai maksimum, dan nilai standar deviasi dari data penelitian. 3.5.2 Uji Kualitas Data 3.5.2.1 Uji Validitas Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Untuk mengetahui apakah suatu item valid atau tidak maka dilakukan pembandingan antara koefisien r hitung dengan koefisien r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel berarti item valid. Sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel berarti item tidak valid.

45

3.5.2.2 Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya dan dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda apabila dilakukan kembali kepada subyek yang sama. Suatu kostruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Ghozali 2011). 3.5.2.3 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji normalitas data, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. 3.5.2.3.1 Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah memiliki data yang terdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Jika nilai signifikan pada Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal. Namun jika nilai signifikan yang dihasilkan < 0,05, maka data tidak terdistribusi normal. 3.5.2.3.2 Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

46

Jika terjadi gejala multikolonieritas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin lebar, dengan demikian terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, menerima hipotesis yang salah. Uji asumsi klasik seperti multikolonieritas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independent variable dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance value kurang dari 0,1 maka terjadi multikolonieritas. 3.5.2.3.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan beberapa macam cara, antara lain dengan menggunakan uji glejser. Dalam uji glejser, model regresi linear yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk mendapatkan nilai residualnya. Kemudian nilai residual tersebut diabsolutkan dan dilakukan regresi dengan semua variabel bebas. Jika probabilitas signifikansinya diatas 0,05 atau 5%, maka model regresi yang digunakan tidak mengandung heterokedastisitas (Ghozali, 2011). 3.5.3 Uji Model / Uji F (ANOVA) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F ddengan kriteria pengambilan keputusan (Ghozali, 2011) sebagai berikut:

47

1. Jika nilai signifikansi F < 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima yang berarti koefisien regresi signifikan, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai signifikansi F > 0,05, maka H0 diterima atau Ha ditolak yang berarti koefisien regresi tidak signifikan. Hal ini berarti semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 3.5.4. Uji Hipotesis (Uji T) Pengujian hipotesis digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Pengujian hipotesis merupakan suatu prosedur yang didasarkan kepada bukti sampel dan teori probabilitas yang dipakai untuk menentukan apakah hipotesis yang bersangkutan merupakan pernyataan yang wajar dan oleh karenanya tidak ditolak, atau hipotesis tersebut tidak wajar dan oleh karena itu harus ditolak (Mason dan Lind, 1996 dalam Yogatama, 2014). Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji adanya pengaruh kesadaran perpajakan, pelayanan fiskus serta sanksi perpajakan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Semarang Gayamsari. Uji statistik t-test pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial. Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial digunakan uji t dengan tingkat signifikansi 5%. Pada penelitian ini hipotesis 1 sampai dengan hipotesis 3 diuji dengan menggunakan

48

uji t. Pada uji t, nilai t hitung akan dibandingkan dengan nilai t tabel, apabila nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, demikian pula sebaliknya. Jika hasil pengujian menunjukkan nilai signifikan < alpha (α=5%), maka Ho ditolak dan Hα diterima, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). 3.5.4.1.Analisis Regresi Linear Berganda Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Analisis ini digunakan untuk penelitian yang memiliki lebih dari satu variabel independen, digunakan juga untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh, serta untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis regresi linear berganda dipilih karena dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun secara bersama-sama (Yogatama, 2014). Sementara itu, model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + e Dimana : Y

= Tingkat kepatuhan wajib pajak (variabel dependen)

α

= Konstanta

β1, β2, β3

= Koefisien Regresi

X1

= Kesadaran Perpajakan

X2

= Pelayanan Fiskus

X3

= Sanksi Perpajakan

49

e

= Tingkat kesalahan

3.5.5. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) pada intinya menjelaskan seberapa besar kontribusi dari variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi antara nol sampai dengan 1 (0≤R2≥1). Semakin besar nilai R2 maka semakin bagus model regresi yang digunakan. Sedangkan semakin kecil nilai R2 artinya variabel bebas yang digunakan terhadap variabel terikat semakin kecil.