4 BAB II KAJIAN PUSTAKA B. PEMBELAJARAN GAMBAR BENTUK 1

Download B. Pembelajaran Gambar Bentuk. 1. Pengertian Pembelajaran. Menurut Mulyasa (2004: 100) pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu proses int...

0 downloads 288 Views 2MB Size
BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pembelajaran Gambar Bentuk 1. Pengertian Pembelajaran Menurut Mulyasa (2004: 100) pada hakekatnya pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (1995:14) pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Sesuai dengan arti tersebut dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Hakikat belajar adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behaviora change) pada diri individu yang belajar (Muhammad, 2004: 3). Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok: yaitu adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanen) serta perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya (Mukminan, 1998: 1). Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Istilah pembelajaran, merupakan padanan dari kata instuction yang berarti proses membuat orang belajar. Tujuannya adalah membantu orang belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang yang belajar. Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian kejadian (events) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Joyce, Weil, dan Showers (1992) menyatakan bahwa hakikat mengajar

(teaching) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya dan cara-cara bagaimana 4

5

belajar. Dengan demikian hakikat mengajar adalah memfasilitasi siswa dalam belajar agar mereka mendapatkan kemudahan dalam belajar. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran batik merupakan proses interaksi antara perserta didik dan pendidik baik di luar kelas maupun di luar kelas sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu peserta pelatihan dapat mengetahui teknik kerajinan batik untuk diterapkan dalam proses pembelajaran keterampilan kerajinan di sekolah mereka masing-masing. Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serentetan perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat sejumlah tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran dalam hal ini merupakan suatu kumpulan yang terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang saling berinteraksi, berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu komponen tidak dapat terinteraksi,maka proses dalam pembelajaran akan menghadapi banyak kendala yang mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi timbal-balik antara guru dan murid, guru memberi materi atau bahan sedangkan murid yang menerima. Bisa dikatakan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara murid belajar dan guru mengajar. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya. 2. Metode Pembelajaran

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan

6

mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya. Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran. Disini saya akan memaparkan beberapa metode pembelajaran menurut Ns. Roymond H. Simamora, M. Kep yang dapat digunakan. a. Metode Ceramah Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan. Dengan metode

ceramah,

guru

dapat

mendorong

timbulnya

inspirasi

bagi

pendengarnya. Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan. b. Metode Diskusi Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251). Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

7

c. Metode Demonstrasi Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaanpertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya. 3. Evaluasi Pembelajaran

Kata evaluasi merupakan pengindonesiaan dari kata evaluation dalam bahasa Inggris, yang lazim diartikan dengan penaksiran atau penilaian. Kata kerjanya adalah evaluate yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan orang yang menilai atau menaksir disebut sebagai evaluator (Echols, 1975). Sejumlah ahli mengemukakan pemahaman evaluasi secara etimologis, seperti Grounlund, Nurkancana, dan Raka Joni. Menurut Grounlund (1976) ” a system atic process of determining the extent to which instructional objectives are achieved by pupil ”. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi dilakukan berkenaan dengan proses kegiatan untuk menentukan nilai sesuatu. Sementara Raka Joni ( 1975) mengartikan evaluasi sebagai suatu proses dimana kita mempertimbangkan sesuatu barang atau gejala dengan mempertimbangkan patokan-patokan tertentu, patokan tersebut mengandung pengertian baik-tidak baik, memadai tidak memadai, memenuhi syarat tidak memenuhi syarat, dengan perkataan lain menggunakan value judgment. Dengan pengertian di atas maka dapat dikemukakan bahwa evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokanpatokan tertentu untuk mencapai tujuan. Sementara evaluasi hasil belajar pembelajaran adalah suatu proses menentukan nilai prestasi belajar pembelajar dengan menggunakan patokan-patokan tertentu guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Richard H. Lindeman (1967) ada bermacam-macam evaluasi antara lain:

8

a. Evaluasi diagnostik Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. b. Evaluasi selektif Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu. c. Evaluasi penempatan Eva;uasi

penempatan

adalah

evaluasi

yang digunakan untuk

menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa. d. Evaluasi formatif Evaluasi

formatif

adalah

evaluasi

yang

dilaksanakan

untuk

memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar. e. Evaluasi sumatif Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan bekajra siswa. f. Evaluasi program pembelajaran Evaluais yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain. g. Evaluasi proses pembelajaran Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. h. Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

9 4. Hasil Belajar

Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Menurut W. James Popham (1995), telah terjadi pergeseran terhadap alas an pemberian penilaian. Alasan tradisional tentang mengapa guru menilai siswa adalah untuk : a.

Mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa

b. Memonitor kemajuan siswa c.

Menetapkan tingkatan siswa

d. Menentukan keefektifan instruksional Terdapat beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengumpulkan buktibukti kemajuan belajar siswa, yaitu : a. Penilaian portofolio (portfolio) Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang sistematis dalam satu periode. Kumpulan hasil kerja ini memperlihatkan prestasi dan ketrampilan siswa. Hal penting yang menjadi ciri dari portofolio adalah hasil kerja tersebut harus diperbaharui sebagaimana prestasi dan ketrampilan siswa mengalami perkembangan. Dalam dunia pengajaran, portofolio merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. b. Penilaian melalui unjuk kerja (performance) Penilaian untuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamtan penilai terhadap aktivitas siwa sebagaimana yang terjadi. Penilaian dilakukan terhadap unujk kerja, tingkah laku, atau interaksi siswa. Cara penilaian ini lebih otentik daripada tes tertulis karena bentuk tugasnya lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Semakin banyak kesempatan guru mengamati unjuk kerja siswa, semakin reliable hasil penilaian tersebut. Penilaian dengan cara ini, lebih tepat digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam penyajian lisan (keterampilan berbicara, berpidato). Pemecahan masalah dalam suatu kelompok, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok kecil, dan sebagainya. c. Penilaian melalui penugasan (project)

10

Penilaian melalui

proyek dilakukan terhadap suatu tugas

atau

penyelidikan yang dilakukan siswa secara individual atau kelompok untuk periode tertentu. Penyelidikan meliputi pengumpulan dan pengorganisasian data, analisa data, dan penyajian data dalam bentuk laporan. Proyek seringkali melibatkan pencarian data primer dan sekunder, mengevaluasi secara kritis hasil penyelidikan, dan kerjasama dengan orang lain. Oleh karena itu, proyek sangat bermanfaat bila digunakan untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum untuk segala bidang pembelajaran. Di samping itu, proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam bidang tertentu dan mengetahui kemampuan siswa dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas. d. Penilaian melalui hasil kerja (product) Penilaian hasil kerja adalah penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni seperti makanan, pahatan, dan barang logam. Cara ini tidak hanya untuk melihat hasil akhirnya saja tetapi tugas dari proses pembuatannya. Contohnya kemampuan siswa menggunakan berbagai teknik menggambar, menggunkana alat dengan aman dan sebagainya. e. Penilaian melalui tes tertulis (pencil and paper) Tes tertulis biasanya diadakan untuk waktu yang terbatas dan dalam kondisi tertentu Secara umum bentuk-bentuk tes tertulis adalah benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, isian singkat maupun uraian /esai. Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat

11

perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. B. Tinjauan Gambar Bentuk 1. Pengertian Menggambar. Muharam E dan Warti Sundaryati dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Kesenian II Seni Rupa” mengungkapkan bahwa menggambar adalah penyajian ilusi optik atau manipulasi ruang dalam bidang datar dua dimensi (1991: 95). Berbeda dengan pendapat D.K. Ching di dalam bukunya yang berjudul “Menggambar Suatu Proses Kreatif” menyatakan bahwa, menggambar adalah membuat guratan di atas sebuah permukaan yang secara grafis menyajikan kemiripan mengenai sesuatu (2002:9). Kata menggambar atau kegiatan menggambar menurut Dharmawan dapat diartikan sebagai memindahkan satu atau beberapa objek ke atas bidang gambar tanpa melibatkan emosi, perasaan dan karakter penggambarnya. Pemindahan ini dalam pengertian pemindahan bentuk atau rupa dengan memperkecil atau memperbesar ukuran keseluruhan yang untuk kepentingan tertentu dapat juga mempergunakan skala perbandingan (perbandingan ukuran) secara akurat (1988: 195). Berbeda

dengan

Robins

yang menyatakan

bahwa

menggambar

merupakan aktivitas melihat dan meniru. Menurutnya manusia sering tertipu akan pikirannya sehingga mereka hanya menggambar apa yang diinginkannya, bukan apa yang ada di depannya. (2007: 3). Pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menggambar itu sendiri merupakan suatu bentuk ekspresi jiwa yang dituangkan seseorang dalam upaya mewujudkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada dalam

12

bentuk karya dwi matra, yang dimaksud menggambar dalam hal ini yaitu menggambar dengan menggunakan model sebagai objek untuk digambar. Menurut Jauhari ada beberapa metode dalam menggambar yang tujuannya untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak. Berikut beberapa metode yang dimaksudkan, antara lain : a. Menggambar dengan cara mengamati (observasi). Anak bisa menggambar dan mewarnai gambarnya sendiri tanpa menjiplak atau dengan contoh pola. Dengan demikian anak dapat melupakan observasi dengan cara menciptakan, bereksperimen, dan melampaui kemampuannya. b. Menggambar berdasarkan pengalaman/ kenangan. Menggambar dengan metode ini lebih memotivasi anak untuk menggambarkan sesuatu berdasarkan pengalaman dan kenangannya. Saat latihan, guru harus banyak menggunakan pertanyaan untuk membantu mereka mengingat detail yang berarti dari pengalaman mereka. c. Menggambar berdasarkan imajinasi. Kejadian mendorong kita untuk keluar dan bisa diekspresikan dalam bentuk gambar, lukisan, dan model. Menggambar dengan imajinasi menjadi lebih efektif dengan latihan yang rutin. (lihat [email protected] diunduh 11 Januari 1999).

2. Pengertian Menggambar Bentuk Harry Sulastianto menyatakan bahwa gambar bentuk merupakan gambar yang meniru objek gambar nyata yang ada di alam atau buatan. Menurutnya objek gambar bentuk sangat beragam, mulai dari benda yang dipakai sehari-hari, manusia, tumbuhan, hewan, ataupun alam pemandangan. Ukuran objekpun bermacam-macam, mulai dari yang ukuran besar seperti gajah, gunung, dan pemandangan alam, sampai yang berukuran kecil, seperti sel, tumbuhan, akar, dan kuman. Gambar bentuk dapat dibuat berwarna atau hitam putih. (2006: 20) Wido Ratmono mengungkapkan bahwa menggambar bentuk adalah memindahkan objek/ benda-benda yang ada disekitar kita dengan tepat seperti keadaan benda yang sebenarnya, menurut arah pandang dan cahaya yang ada. (1984: 44).

13

Sedangkan menurut

Asim

Sulistyo

menggambar bentuk

adalah

memindahkan benda-benda yang diamati ke dalam bidang gambar (2 demensi) sesuai dengan apa adanya. Gambar di ciptakan tanpa memberikan rasa/ ekspresi/ kejiwaan pada gambar tersebut (2006: 4). Menurut

Cut

Kamaril

menggambar

bentuk

merupakan

usaha

mengungkapkan dan mengkomunikasikan ide/ gagasan, perasaan dalam wujud dwi matra yang bernilai artistik dengan menggunakan garis dan warna. Ungkapan tersebut sesuai dengan bentuk benda yang digambar, hasil gambarnya menunjukkan

keterampilan

maupun

keterampilan

penggambar

dalam

menampilkan ketepatan bentuk maupun jenis benda yang digambar (1998: 49). Lebih lanjut disebutkan bahwa proses dalam menggambar bentuk sangat dituntut ketepatan bentuk benda yang digambar, oleh sebab itu diperlukan pengetahuan tentang dasar-dasar ketepatan bentuk yakni proporsi atau ukuran perbandingan dan ketepatan garis maupun tekstur yang menunjukkan ketepatan jenis benda tersebut. Menurut Sudarsono ada tiga tahapan dalam menggambar model (1) tahapan yang paling awal adalah sketsa awal, dimana garis-garis sketsa digoreskan untuk menangkap bentuk dari model dengan global.Dengan garis-garis sketsa awal ini pendekatan bentuk harus telah terkuasai (2) sketsa paripurna. Dalam sketsa paripurna ini kita dituntut untuk menyelesaikan detail-detail dari sketsa awal tadi (3) gambar model paripurna, dimana setelah sketsa awal maupun paripurna terselesaikan dengan baik, maka giliran gambar model paripurna itu dilakukan, yaitu mulai membuat detai-detail yang telah dibuat di sketsa paripurna lebih ditegaskan dan mengarah pada finishing. Bagi orang yang pandai menggambar dapat menggambar langsung dengan tepat apa yang digambar. Bagi orang yang masih belajar perlu mengetahui dasar-dasar proporsi tersebut, dengan menggunakan garis-garis pertolongan untuk membagi-bagi bentuk benda dalam ukuran perbandingan tertentu supaya gambarnya tepat. Model yang biasanya digunakan dalam menggambar bentuk adalah makhluk hidup maupun benda-benda yang tidak bernyawa. Kemampuan untuk menggambar bentuk ini sangat diperlukan sekali dalam kesenirupaan, karena menggambar bentuk merupakan salah satu hal yang

14

mendasari dalam semua bidang seni rupa, seperti; seni lukis, seni patung, desain kriya, desain tekstil, desain interior maupun grafis yang suatu ketika membutuhkan keterampilan dalam hal menggambar. 3. Prinsip Menggambar Bentuk Menurut Harry ada beberapa syarat yang harus diikuti agar hasil gambar baik yaitu: hasil gambar memiliki kemiripan dengan benda aslinya, ukuran perbandingan atau proporsi antar benda yang tepat, selanjutnya kesan cahaya, gelap terang, tekstur, dan komposisi yang bagus, serta penerapan perspektif, dan pemakaian teknik maupun media yang tepat. (2006: 64) Soepratno juga menegaskan bahwa dalam menggambar bentuk tidak boleh meninggalkan beberapa aspek seperti proporsi, komposisi, perspektif, dan terjemahan benda dalam hal ini maksud dari terjemahan benda yakni mewujudkan suatu sifat-sifat benda yang digambar sesuai dengan sifat bahannya (1985: 100) Sedangkan prinsip-prinsip dalam menggambar bentuk juga disebutkan oleh Jauhari yang meliputi beberapa aspek seperti; perspektif, proporsi, komposisi, gelap-terang, bayang-bayang. ([email protected]. Diakses 15 Februari 2009). Adapun pengertian dari beberapa ahli mengenai aspek tersebut di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut: a. Perspektif Asim Sulistyo menyatakan bahwa perspektif merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang menggambar benda-benda yang bervolume, berisi, beruang/ berongga (Tiga Demensi) pada bidang gambar. Gambar terlihat seperti benda yang sebenarnya sehingga benda mempunyai kesan besar-kecil, jauhdekat, dalam-dangkal, terang-gelap, tinggi-pendek dan lainnya. (2006: 5). Sedangkan menurut Soepratno perspektif merupakan gambar dari suatu benda yang merupakan suatu pandangan kedalaman yang serasi dari ujud benda tersebut (1985: 100).

15

Gambar: 1 Contoh Gambar Perspektif (Dok. Sigit 2015) b. Proporsi Soepratno menyatakan bahwa proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan antara bagian-bagian yang satu dengan yang lain pada benda tersebut (1985: 100). Selanjutnya Tjahjo Prabowo menjelaskan bahwa proporsi merupakan hubungan perbandingan antara bagian dengan bagian dan atau antara bagian dengan keseluruhan. Lebih lanjut dijelaskan mengenai hal-hal yang perlu diperbandingkan yaitu; antara unsur dengan unsur yang terdapat dalam bidang gambar, antara unsur visual dengan bidang gambar, serta antara bidang gambar dengan kertas gambar (1999: 17). Sedangkan Jauhari juga mengungkapkan bahwa proporsi atau perbandingan adalah keselarasan atau keserasian perbandingan ukuran antara satu bagian dengan keseluruhan bentuk. ([email protected]. Diakses 15 Februari 2009).

Gambar: 1.1 Contoh Gambar Proporsi (Sumber: www.gambarbentuk.com)

16

c. Komposisi Komposisi menurut Sudarsono adalah suatu usaha di dalam menyusun unsur-unsur yang menjadi objek gambar sehingga objek tersebut dapat menjadi enak untuk dilihat/ dipandang (1995: 21). Tjahjo Prabowo mengungkapkan bahwa komposisi merupakan suatu realisasi dari suatu aktiva pencipta dalam mewujudkan idenya; merupakan suatu bentuk pernyataan yang dapat ditanggapi oleh pengamatnya atas suatu bentuk ciptaan tersebut. Lebih lanjut dijelaskan bahwa komposisi pada dasarnya menyangkut hal pengorganisasian unsur visual, dimana prinsipprinsip desain merupakan hakekat utamanya, terutama prinsip kesatuan dan harmoni (1999: 22). Sedangkan

menurut

Muharam

E

dan

Warti

Sundaryati

menjelaskan bahwa komposisi merupakan penataan gambar pada bidang gambar dengan menggunakan prinsip-prinsip desain (1991: 97).Sama halnya dengan Soepratno yang menyatakan bahwa komposisi merupakan suatu susunan keseluruhan yaitu antara benda yang digambar dengan ruang yang digambari (1985: 100).

Gambar: 1.2 Contoh Gambar Komposisi (Sumber: www.gambarbentuk.com) d. Gelap Terang Muharam E dan Warti Sundaryati mengemukakan bahwa gelap terang merupakan suatu upaya untuk dapat digunakan dalam menyajikan ruang untuk menggambar bentuk yang lebih mendekati kenyataan visual (1991: 96). Sedangkan menurut Jauhari gelap terang adalah unsur rupa yang berkenaan dengan cahaya, baik secara nyata seperti dalam patung atau ilusi

17

sebagaimana dalam gambar atau lukis. ([email protected]. Diakses 15 Februari 2009).

Gambar: 1.3 Contoh Gelap Terang (Sumber: www.gambarbentuk.com) 4. Teknik dalam menggambar bentuk Teknik-teknik yang digunakan dalam menggambar benda menurut Sunarto ditegaskan antara lain: teknik pointilis, dussel, dan arsir. Teknik pointilis. yaitu menggambar dengan titik-titik atau noda-noda yang diulang-ulang, sedangkan teknik dussel atau teknik gosok adalah menggambar dengan cara menggosok-gosokkan tangan atau kertas yang sudah diberi atau dibubuhi dengan pensil. Teknik Aquarel yaitu teknik dengan menggunakan cat cair dengan goresan yang tipis sehingga menghasilkan warna transparan. Teknik ketiga adalah arsir yaitu teknik untuk menyampaikan kesan bentuk tiga dimensi yang tidak dapat terwakili hanya dengan garis kontur saja. Garis-garis arsir mengacu pada serangkaian garis sejajar dengan jarak berdekatan atau rapat. (1985: 3) Adapun jenis-jenis arsir menurutnya meliputi tiga jenis yaitu arsir biasa, arsir silang, teknik scribbling. Arsir biasa, yaitu garis-garis arsir yang mengacu pada serangkaian garis rapat sejajar, seirama sesuai dengan bentuk benda yang digambar. Arsir silang, ialah arsir yang melibatkan penggunaan dua lapis garis arsir untuk mendapatkan kepadatan yang lebih tinggi dan menghasilkan nada gelap terang. Teknik berikutnya adalah scribbling, dimaksudkan sebagai suatu jenis arsiran jaringan yang terdiri dari garis-garis berbagai arah yang dibuat secara acak, sehingga tekstur visualnya akan bervariasi dengan teknik garis yang digunakan (1985: 3). Fungsi arsir menurut Veri Apriyanto dalam bukunya yang berjudul "Cara Mudah Menggambar dengan Pensil" adalah untuk memberikan karakter objek

18

gambar, memberikan kesan bentuk dan volume benda, memberikan kesan jarak dan kedalaman pada gambar, mengisi bidang kosong, dan Finishing touch gambar (Tth: 6).

Teknik Arsir Teknik Blok (silhouette) Gambar: 1.4 Contoh Teknik Arsir dan Teknik Blok (Sumber: www.gambarbentuk.com)

Teknik Pointilis Teknik Aquarel Gambar: 1.5 Contoh Teknik Pointilis dan Teknik Aquarel (Sumber: www.gambarbentuk.com) 5. Media dan alat gambar Adjid Saputra mengemukakan bahwa media adalah bahan yang diperlukan untuk memvisualisasikan prinsip-prinsip seni rupa pada bidang datar dalam mencipta atau membuat bentuk/ wujud (rupa). (1998: 37). Sementara pengertian media atau bahan dasar menurut Ahamad adalah bahan sebagai perantara bagi seorang seniman untuk mewujudkan sebuah karya seni rupa (1984: 36) Menurut Harry, dalam menggambar kita memerlukan media dan peralatan. Media yang biasa dipakai menggambar adalah kertas, bisa juga dengan kain. Adapun alat yang digunakan untuk menorehkan gambar yaitu pensil, cat air, cat minyak, crayon, dan sebagainya. Selanjutnya dijelaskan media gambar kertas

19

merupakan bahan yang paling umum dan paling sering digunakan sebagai media gambar. (2006: 21) Selanjutnya dijelaskan mengenai beberapa perlengkapan yang digunakan dalam menggambar sesuai dengan penggunaannya, antara lain; pensil biasa dengan batang kayu relatif murah. Pensil ini dapat dipakai untuk membuat berbagai macam goresan, dan dapat digunakan untuk menutup bidang gambar dan membuat bayangan. Walaupun pensil biasa sudah cukup cocok untuk dipergunakan menggambar, namun dalam pengunaannya harus diperhatikan mutu dan jenis pensilnya. Pensil Keras (Hard/ H). Pensil jenis ini memiliki tingkat dan kwalitas kekerasan mulai dari 9 H (sangat keras) sampai F. Pensil jenis ini biasanya banyak dipakai untuk menggambar mistar, karena jenisnya yang keras tersebut. Semakin keras tingkatan isi pensil, semakin dapat digunakan untuk menghasilkan garis-garis yang padat, halus dan tipis. Pensil Sedang (Medium Hard/ HB). Pensil ini dipakai untuk membuat desain/ sket/ gambar rencana, baik untuk gambar dekorasi maupun gambar reklame. Pensil Lunak (Soft/ B) Isi pensil yang lunak dapat menghasilkan garis-garis yang padat, gelap dan nada gelap terang. Untuk hampir semua gambar tangan bebas, pensil jenis B merupakan jenis pensil yang banyak manfaatnya. Jenis pensil ini banyak dipakai untuk menggambar potret, benda atau pemandangan alam dalam warna hitam putih. Konte memiliki warna hitam arang dan berbeda dengan pensil biasa karena mempunyai goresan yang tebal dan lebar. Dibedakan pula menjadi: Hard/ H/ keras, Medium/ HB/ sedang, dan Soft/ B/ Lunak, biasanya konte dipakai untuk menggambar potret, pemandangan alam dan benda. Pensil berwarna, Pensil ini mengandung lilin yang tersedia dalam 12 macam warna. Selanjutnya media terakhir

untuk

pengoreksian

gambar

adalah

penghapus,

yaitu

untuk

menghilangkan bagian gambar yang tidak diperlukan. (2006: 22) Dengan pengetahuan yang cukup mengenai sifat bahan dan fungsi alat, siswa dapat mengembangkan kekuatan menggambarnya tanpa kendala yang bersifat teknis. Menggambar merupakan soal rasa, pikiran, keterampilan, ide dan teknik yang tidak terpisah-pisahkan. 1. Aspek komposisi dimana dalam latihan ini siswa dituntut untuk dapat menyususun dari beberapa gambar buah-buahan agar terlihat selaras dan

20

seimbang untuk mencapai suatu kesatuan yang harmonis sehingga enak dilihat/ dipandang. 2. Aspek gelap terang dimana siswa perlu mendapatkan latihan-latihan dalam teknik mengarsir untuk bisa menentukan gelap terang dari suatu gambar buahbuahan yang terkena sinar, selain itu pada latihan tersebut juga ditekankan untuk

mempertegas

karakter dari digambar

tersebut

sehingga dapat

memunculkan kesan tiga dimensi.

B. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Widiyanto (2010) yang berjudul "Penggunaan Metode Drill Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menggambar Bentuk BuahBuahan Pada Mata Pelajaran Seni Budaya Kelas VII A Di MTs Yasin Gemolong Tahun Pelajaran 2009/2010". Dalam penelitian ini, menerapkan kemampuan siswa dalam menggambar bentuk buah-buahan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa menggambar bentuk dapat meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran Seni Budaya Kelas VII A Di MTs Yasin Gemolong Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian lain yang berkaitan dengan penggunaan gambar bentuk adalah penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ambar Paluvy dalam penelitian yang berjudul "Penerapan Metode Drill (latihan) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menggambar Bentuk Tahun Ajaran 2011/2012". Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan keterampilan menggambar siswa. Dalam mengekspresikan karya seni rupa, dibutuhkan latihan - latihan yang berkelanjutan supaya siswa dapat menguasai dan memahami pengetahuan dan keterampilan dari materi yang diajarkan. C. Kerangka Berpikir Kurikulum (KTSP) Silabus Proses Pelaksanaan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran

21

3. Metode Pembelajaran 4. Media dan Alat Pembelajaran 5. Evaluasi Pembelajaran Keberhasilan Pembelajaran Gambar Bentuk Siswa Kelas VII D SMP Negeri 1 Purwokerto dapat dilihat dari kerangka berpikir sebagai berikut: Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Kurikulum (KTSP)

Silabus

RPP

Guru Seni Rupa RRRRupaRupa

1. 2. 3. 4. 5.

Proses Pelaksanaan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran Materi Pembelajaran Metode Pembelaran Media dan alat Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran

Keberhasilan Pembelajaran Praktik Menggambar Bentuk KelasVII D SMP Negeri 1 Purwokerto

Gambar: 2 Bagan Kerangka Berpikir

Siswa