4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAPI SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE

Download Sapi hasil persilangan mempunyai pertumbuhan yang cepat dan tubuh yang besar. Berat badan sapi SIMPO lebih besar daripada PO yaitu 450 kg u...

0 downloads 490 Views 318KB Size
4

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) merupakan sapi hasil persilangan induk sapi PO dengan menggunakan straw pejantan sapi Simmental melalui metode IB. Ciri eksterior sapi SIMPO antara lain warna bulu penutup badan bervariasi mulai dari putih sampai coklat kemerahan, warna kipas ekor, ujung hidung, lingkar mata, dan tanduk ada yang berwarna hitam dan coklat kemerahan, profil kepala datar, panjang dan lebar, dahi berwarna putih, tidak memiliki kalasa, ada gelambir kecil, pertulangan besar, postur tubuh panjang dan besar, warna teracak bervariasi dari hitam dan coklat kemerahan (Triyono, 2003). Perbedaan yang lain yaitu adanya punuk pada sapi PO, sedangkan untuk sapi SIMPO tidak memiliki punuk (Hastuti, 2007). Sapi hasil persilangan mempunyai pertumbuhan yang cepat dan tubuh yang besar. Berat badan sapi SIMPO lebih besar daripada PO yaitu 450 kg untuk sapi SIMPO dan 350 kg untuk sapi PO. Konsekuensi tubuh yang lebih besar maka kebutuhan pakan untuk hidup pokok akan meningkat. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi, walaupun mutu genetiknya telah diperbaiki dengan persilangan maka potensinya tidak dapat muncul. Hal ini disebabkan pakan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi bagi normalnya semua proses biologis ternak, termasuk proses-proses reproduksi (Christoffor, 2004).

B. Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran tubuh yang meliputi perubahan bobot hidup, bentuk dan komposisi tubuh, termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia termasuk air, lemak, protein dan abu (Soeparno, 1998). Pertumbuhan tubuh secara keseluruhan adalah hasil dari pertumbuhan bagian-bagian tubuh yang 4

5

berbeda. Rangka atau tulang tumbuh cepat dalam waktu yang singkat sesudah hewan dilahirkan. Setelah itu baru diikuti pertumbuhan otot-otot dan terakhir adalah lemak. Penimbunan lemak terjadi sesudah hewan mencapai dewasa tubuh, yakni sesudah pertumbuhan jaringan tulang dan otot selesai, kemudian diikuti pertumbuhan lemak. Oleh karena itu, sapi yang dipotong pada usia muda 1,5 tahun – 2,5 tahun persentase dagingnya lebih tinggi sebab belum banyak tertimbun lemak (Sugeng, 2003). Pertumbuhan ternak biasanya dinyatakan dengan adanya perubahan bobot hidup, perubahan tinggi atau panjang badan. Pengukuran secara praktis adalah dengan melakukan penimbangan bobot badan. Kenaikan bobot badan yang semakin berat perharinya, maka pertumbuhannya akan semakin baik. Secara genetis pertumbuhan dibatasi sampai pada dewasa tubuh. Hal yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai bobot optimal sangat ditentukan oleh manajemen pada saat periode pertumbuhan adalah genetis, lingkungan, manajemen dan pemberian pakan (Dilaga, 1989). Laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana bobot badan awal fase penggemukan berhubungan dengan bobot badan dewasa. Pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia, kesehatan dan iklim. Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan, yaitu dengan penimbangan berulang-ulang dan dibuat dalam pertambahan bobot badan harian, mingguan atau persatuan waktu lain (Tillman et al., 1991). Sapi lokal Indonesia pada umumnya menunjukkan kurva kenaikan dan penurunan berat tubuh setelah mencapai berat dewasa sekitar 3 sampai 4 tahun. Hal ini disebabkan oleh cara pemeliharaan yang masih tradisional dan pemberian pakan yang kadang terpenuhi atau tidak. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan adalah keseimbangan antara suhu lingkungan dan suhu tubuh. Ternak di daerah tropis cenderung mencerna lebih banyak serat kasar dan pada akhirnya menuntut perlunya panas tambahan untuk metabolisme tubuh ternak.

6

Bilamana proses ini berlangsung cukup panjang dapat tercerna, maka pertumbuhan dan pertambahan berat tubuh ternak berjalan lamban (Murtidjo, 1990). Usaha penggemukan feedlot didasarkan pada prinsip penggemukan dengan pemberian pakan secara penuh dengan ransum konsentrat dalam jumlah besar. Pedet yang kurus dengan berat 150 kg sampai 300 kg dapat diselesaikan penggemukannya dalam waktu 180 hari atau kurang. Konversi pakan dengan cara ini dapat mencapai sekitar 7 kg pakan untuk tiap kilogram tambahan berat badan dengan rata-rata pertambahan bobot tiap hari sebesar 0,9 kg atau lebih dan menghasilkan karkas yang disukai oleh konsumen. Penggemukan dapat diberikan 3% bobot badan suatu ransum. Penggemukan cepat adalah bahwa pakan konsentrat dalam jumlah besar diperlukan dengan hijauan atau jerami dalam jumlah sedikit. Pedet yang lebih muda akan lebih efisien, tetapi pertambahannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan sapi yang lebih tua. Membeli pedet yang beratnya sekitar 175 kg pada musim dingin pertambahan bobot badannya 0,5 kg atau kurang. Setiap harinya sapi yang bertambah berat dengan tingkat ini akan bertambah lebih cepat, bila diberi ransum dengan tingkat konsentrat tinggi (Srigandono, 1991).

Gambar 1. Kurva Pertumbuhan (Tulloh, 1978) Mulai usia pubertas hingga usia untuk dijual, laju pertumbuhannya mulai menurun dan akan terus menurun hingga umur dewasa. Garis pertumbuhannya

7

yang semakin menurun harus diperhatikan bahwa hewan tersebut jika diperhitungkan secara ekonomis, pemeliharaannya lebih lanjut sudah tidak menguntungkan lagi karena laju pertumbuhannya yang relatif semakin kecil sebagaimana grafik pertumbuhan berat badan setiap pertambahan umur (Gambar 1). Setiap peternak harus mengetahui dan dapat menentukan berapa sebaiknya ternaknya dijual agar memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Hal ini dapat dilakukan pada ternak yang khusus dipelihara untuk tujuan ternak potong dan mutu daging menjadi salah satu faktor penentu harga (Pane, 1993).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pada sapi, antara lain yaitu : Bangsa Sapi Pemilihan bangsa sapi berkaitan erat dengan produk yang akan dihasilkan. Bangsa sapi yang mempunyai bobot badan yang tinggi akan menghasilkan pedet yang bobot lahirnya tinggi dan pertumbuhan absolutnya (pertambahan bobot badan dalam kg perhari) yang tinggi pula (Santoso, 2003). Umur Sapi Pertumbuhan pada umur muda berlangsung lebih cepat dibandingkan umur dewasa, bahkan pada umur dewasa pertumbuhan relatif konstan. Pertumbuhan paling cepat pada waktu pedet lahir sampai umur 2 tahun, kemudian mulai umur 2 sampai 4 tahun kecepatan pertumbuhan mulai berkurang dan setelah berumur 4 tahun pertumbuhan mulai tetap. Laju pertumbuhan masih bertahan pesat dari usia penyapihan hingga usia pubertas, tetapi pada usia pubertas hingga usia jual laju pertumbuhannya mulai menurun dan akan terus menerus hingga usia dewasa. Hal tersebut akan dapat mempengaruhi pada berat badan ternak (Sugeng, 2003).

8

Jenis Kelamin Pertumbuhan sapi jantan cenderung lebih cepat dalam pencapaian bobot badan saat pubertas, namun perkembangan terhadap kemasakan kelamin cenderung lebih lambat dibandingkan dengan sapi betina. Saat pencapaian muda ke dewasa kandungan daging dalam tubuhnya lebih banyak dibandingkan dengan kandungan lemak dalam tubuhnya. Pertumbuhan pada sapi betina lambat dalam pencapaian bobot badan saat pubertas, namun kemasakan kelamin lebih cepat dibandingkan pada sapi jantan. Pertumbuhan saat muda ke dewasa pertumbuhan lemak pada tubuhnya cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan pertumbuhan dagingnya. Sapi akan mengalami pertumbuhan yang cepat saat pubertas dan pertumbuhan mulai menurun pada saat kedewasaan tubuh telah tercapai. Semakin tua usia sapi, maka terjadi penurunan kadar air dalam pertambahan berat tubuh, tetapi sebaliknya terjadi penambahan lemak yang diikuti sedikit penurunan protein dan abu. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut menyebabkan kenaikan energi bila ternak sapi bertambah tua (Murtidjo, 1990). Pakan Pertumbuhan ternak secara optimum dapat tercapai apabila faktor makanan mengandung semua zat gizi (nutrisi) yang diperlukan oleh tubuh (protein, energi, vitamin, mineral) serta diberikan dalam jumlah yang cukup dan seimbang sesuai dengan jenis ternak, periode pertumbuhannya (umur, berat) dan tujuan pemeliharaan. Perbedaan tingkat pemberian nutrisi pada semua umur sejak fase foetus bukan hanya mengubah pertumbuhan secara umum, tetapi juga mempengaruhi jaringan dan berbagai organ. Ternak dengan tingkat pemberian nutrisi yang berbeda walaupun bangsa, umur dan beratnya sama akan sangat berbeda dalam bentuk dan konformasinya. Ternak yang diberi makanan dibawah tingkatan kebutuhan hidup pokoknya (submaintenance) maka berbagai jaringan dalam tubuh akan dipakai untuk mensuplai energi dan protein untuk hidup pokoknya (Sugeng, 2003).

9

Genetik Bangsa ternak yang dikategorikan sebagai bangsa yang besar maka akan memiliki kecepatan tumbuh yang lebih besar dibandingkan dengan bangsa ternak yang tergolong kecil. Perbedaan dalam tingkat sel antara embrio dari bangsa kecil (lokal) dengan bangsa besar (unggul) sudah terjadi 48 jam setelah fertilisasi. Beberapa contoh bangsa sapi yang dikategorikan sebagai bangsa sapi unggul yang terdapat di Indonesia, antara lain sapi Simmental, Hereford, Angus, Limousin, Brahman dan Persilangannya (Sutardi, 1981). Performa induk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan pedet, sedangkan faktor genetik yang turut mempengaruhi adalah performa dan prestasi genetik dari pejantan yang digunakan. Bobot lahir pedet yang berbeda diduga erat kaitanya dengan sifat genetik induk yang memiliki mothering ability yang berbeda dalam memelihara kebuntingan. Menurut bahwa sapi induk yang sedang bunting akan mendahulukan pemanfaatan nutrien yang ada di dalam tubuhnya untuk pedetnya dan akan mengakhirkan pembongkaran nutrien yang ada di tubuh pedet untuk kebutuhan tubuh induk saat mengalami kekurangan nutrien. Pertumbuhan sapi potong pra sapih sangat dipengaruhi oleh sifat mothering ability induknya (Tillman et al., 1991). Lingkungan Suhu lingkungan yang secara normal dapat ditoleransi oleh organisme berkisar antara 0 sampai 400 C, tetapi kisaran suhu lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ternak secara optimal adalah 18 sampai 220 C. Persoalan regulasi panas pada ternak mempunyai kepentingan ekonomis, dimana sapi cenderung mempertahankan suhu tubuhnya pada level konstan yang optimum untuk aktivitas biologisnya. Ternak pada suhu panas atau dingin dalam waktu yang lama akan melibatkan perubahan hormon yang spesifik terhadap kedua stress tersebut, tetapi ternak secara mendadak terhadap suhu panas dan dingin sangat berbahaya karena akan menimbulkan reaksi yang kompleks dari sistem endokrin yang disebut general adaptation syndrome. Ternak sapi yang tinggal di daerah beriklim dingin

10

pada umumnya akan memiliki tubuh yang kompak dengan kaki dan leher yang pendek dan ditutupi oleh bulu yang panjang. Ternak sapi yang dipelihara di daerah beriklim sedang akan mempunyai kerangka yang relatif kurang kompak. Ternak sapi yang berasal dari daerah panas (tropis) akan mempunyai kerangka persegi, anggota badan yang lebih besar dan terdapat lipatan kulit yang menggantung antara kerongkongan dan dada serta memiliki bulu yang sangat pendek (Williamson dan Payne, 1993).

D. Pendugaan Umur Ternak Menduga usia sapi merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dikuasai oleh peternak. Pengetahuan itu bisa dipergunakan untuk mengadakan seleksi sapi yang akan dibeli dan dipelihara, baik sebagai bibit atau digemukkan. Taksiran dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan pertumbuhan, pergantian dan keausan gigi sapi. Pertumbuhan gigi sapi sendiri terbagi tiga periode, yakni periode gigi susu, periode pergantian gigi susu menjadi gigi tetap, serta periode keausan gigi tetap (Murtidjo, 1990). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menentukan umur pada ternak, yaitu dengan mencatat tanggal lahir ternak tersebut maka umur ternak dapat diketahui, oleh karena itu peternak sebaiknya mencatat tanggal lahir ternak pada buku catatan ataupun pada dinding kandang untuk dapat mengetahui identitas dari masing masing ternak. Cara berikutnya dapat dilakukan dengan melihat keadaan gigi seri, ternak ruminansia salah satunya sapi tidak mempunyai gigi taring, gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah dan rahang atas hanya berupa bantalan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang, jumlah gigi seri terdapat 4 pasang (8 buah). Gigi seri susu hanya bersifat sementara, karena pada suatu saat akan rontok dan digantikan dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini dapat digunakan untuk menaksir umur ternak dapat dilihat pada Gambar 2 (Sugeng, 1992).

11

Gambar 2. Pendugaan umur ternak sapi berdasarkan kondisi dan pergantian gigi (Santoso, 2003)

Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya. Cara yang paling tepat adalah dengan melihat catatan kelahiran, tetapi hal itu sulit dilakukan dalam praktek, lebih-lebih terhadap ternak rakyat, hanya untuk sapi perah perusahaan dan babi sebagian besar ada catatan kelahiran itu. Melihat pertumbuhan tanduk lebih sukar dilakukan dan sulit untuk percaya hasilnya, yang paling umum digunakan sebagai alat untuk menentukan umur pada kuda, sapi, kerbau dan domba atau kambing adalah keadaan dan pertumbuhan gigi, karena pertumbuhan, pergantian dan pergeseran dari gigi terjadi pada umur-umur tertentu dan tiap jenis ternak agak

12

serupa sehingga mudah diikuti dan hampir dapat dipercaya kebenarannya (Santoso, 2003). Kriteria pemilihan sapi potong yang baik adalah sapi dengan jenis kelamin jantan atau jantan kastrasi, umur sebaiknya 1,5 - 2 tahun atau giginya sudah poel satu, mata bersinar, kulit lentur, sehat, nafsu makan baik, bentuk badan persegi panjang, dada lebar dan dalam, temperamen tenang, dari bangsa yang mudah beradaptasi dan berasal dari keturunan genetik yang baik (Ngadiyono, 2007).

E. Pendugaan Bobot Badan Berdasarkan korelasi antara ukuran tubuh dengan bobot badan maka ukuran tubuh dapat digunakan untuk memperkiraan bobot badan. Penafsiran berat badan dihitung berdasarkan panjang badan dan lingkar dada dengan menggunakan rumus Schoorl, Sceiffer dan Lambourne (Sugeng, 2003). Rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :

G  22

2

W (kg) =

100

Keterangan : W = Berat badan (kg) G = Lingkar dada (cm) Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut : W(pound) =

LxG 300

2

Keterangan : W = Berat badan (Pound) G = Lingkar dada (Inchi) L = Panjang badan (Inchi)

13

Rumus ini kemudian disesuaikan oleh Lambourne dengan mengkonversinya ke dalam satuan berat yang lebih cocok untuk masyarakat Indonesia, yaitu : 2

W(kg) = LxG 10840 Keterangan : W = Berat badan (kg) G = Lingkar dada (cm) L = Panjang badan (cm) Penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3 - 4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak atau neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam teknik-teknik pengukuran. Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya mendekati berat sebenarnya. Metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan (Hasnudi, 1997). Bertambahnya ukuran-ukuran tubuh seekor ternak maka makin bertambah bobot hidupnya. Menurut Winters (1961) menyatakan bahwa koefisien korelasi antara lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak dengan bobot hidup sangat tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya. Ternak yang sedang tumbuh setiap pertumbuhan 1% lingkar dada diikuti oleh kenaikan bobot hidup sebesar 3kg. Penafsiran yang paling tepat dalam pendugaan bobot hidup ternak sapi adalah melalui ukuran lingkar dada (Kidwell, 1965).

14

Ukuran tubuh ternak yang digunakan dalam pendugaan bobot badan ternak sapi biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Adapun rumus yang digunakan untuk memprediksi berat badan yaitu menggunakan pengukuran panjang badan dan lingkar dada sebagai penafsiran bobot badan. Berdasarkan fisiologis lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru. Organ-organ tersebut akan tumbuh dan mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh penimbunan lemak (Yusuf, 2004). Pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan pada kenaikan berat tubuh persatuan waktu tertentu yang dinyatakan sebagai rata-rata pertambahan bobot badan perhari (PBBH). Ukuran-ukuran vital bagian tubuh ternak dapat menggambarkan kemampuan untuk berproduksi bagi seekor ternak. Secara kualitatif ukuran-ukuran badan bermanfaat untuk menetukan bobot badan dan seleksi ternak. Pengukuran untuk ternak perlu dipersiapkan alat tertentu seperti halnya timbangan. Berbagai rumus menentukan bobot badan berdasarkan ukuranukuran tubuh telah banyak diketahui, bahkan berbagai penelitian telah mengoreksi rumus tersebut disesuaikan dengan keadaan lingkungan, pengaruh genetik dan waktu. Ukuran tubuh ternak yang dilakukan dalam pendugaan bobot badan ternak sapi biasanya adalah lingkar dada dan panjang badan (Santoso, 2003).

F. Bobot Karkas Bobot karkas penting digunakan dalam sistem evaluasi karkas. Penggunaan bobot karkas perlu dikombinasikan dengan indikator-indikator lainnya agar evaluasi karkas menghasilkan penilaian yang akurat. Hal tersebut dikarenakan bobot karkas dipengaruhi oleh variasi tipe bangsa, nutrisi dan pertumbuhan jaringan. Keragaman tersebut dapat diperkecil dengan mengkombinasikan bobot

15

karkas dengan tebal lemak punggung dan luas urat daging mata rusuk dalam mengevaluasi karkas (Johnson et al., 1992). Proporsi bagian-bagian karkas ini dipengaruhi oleh proporsi jaringan tulang, daging dan lemak. Kenaikan persentase bagian karkas ini sejalan dengan kenaikan persentase karkas. Meskipun demikian secara umum dapat dilihat bahwa rataan persentase bagian-bagian karkas pada persentase daging paha belakang, punggung, leher dada dan perut jantan lebih tinggi dari betina, namun pada rataan persentase daging paha depan jantan lebih rendah dari betina (Hafid, 2005). Karkas adalah bagian penting dari tubuh hewan setelah dibersihkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah dari sendi karpal untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang, kulit, organ-organ internal seperti paru-paru, tenggorokan, saluran pencernaan, saluran urin, jantung, limpa, hati, dan jaringan jaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut (Lawrie, 2003). Menurut Berg dan Butterfield (1976) persentase karkas dipengaruhi oleh bobot hidup, bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, dan jenis kelamin. Beberapa faktor yang mempengaruhi produksi karkas seekor hewan adalah bangsa, jenis kelamin, laju pertumbuhan, bobot hidup dan nutrisi. Bangsa ternak yang mempunyai bobot hidup besar menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian karkas yang besar juga (Soeparno, 2005). Bobot hidup yang semakin meningkat menghasilkan karkas yang semakin meningkat pula, sehingga dapat diharapkan bagian karkas yang berupa daging menjadi lebih besar (Soeparno, 2005). Hal yang sama dikemukakan oleh Sugana dan Duldjaman (1983) mengenai perbandingan lurus antara bobot hidup dan bobot karkas. Penelitian Triatmodjo (1998) juga mengemukakan bahwa bobot hidup mempunyai pengaruh yang nyata terhadap bobot karkas dan komponenkomponen lainnya.

16

Bertambahnya umur hewan yang sejalan dengan penambahan bobot hidupnya, maka bobot karkas akan bertambah. Secara umum bobot hidup dipengaruhi oleh umur. Semakin bertambahnya umur hewan maka semakin besar bobot badannya (Yurmiati, 1991). Hewan jantan biasanya tumbuh lebih cepat daripada hewan betina pada umur yang sama, sehingga jenis kelamin menyebabkan perbedaan laju pertumbuhan (Soeparno, 2005). Nilai komersial karkas pada umumnya tergantung pada ukuran, struktur dan komposisinya. Sifatsifat struktural karkas yang utama untuk kepentingan komersial tersebut meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas dan kualitas dagingnya (Kempster et al.,1982).

G. Korelasi dan Regresi Secara umum terdapat 2 macam hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Keeratan hubungan tersebut dapat diketahui dengan melakukan analisis korelasi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh satu variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel tidak bebas, terutama untuk menelusuri pola hubungan yang modelnya belum diketahui dengan sempurna atau berbagai variasi dari beberapa variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen dalam suatu fenomena yang kompleks. X1, X2, X3,….., Xi merupakan variabel independen dan Y adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan fungsional antara X dan Y, dimana variasi X akan diiringi oleh variasi Y. Hubungan diatas secara matematika dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = f (X1, X2, X3, …., Xi, e), dimana Y sebagai variabel dependen, X adalah variabel independen dan e adalah variabel residu (disturbance term). Hubungan antara dua ubahan secara statistik dapat dinyatakan secara korelasi dan regresi (Hardjosubroto, 1994). Uji korelasi adalah metode pengujian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang datanya kuntitatif. Selain dapat mengetahui derajat keeratan hubungan korelasi juga dapat digunakan untuk mengetahui arah

17

hubungan dua variabel numerik, misalnya apakah hubungan berat badan dan tinggi badan mempunyai derajat yang kuat atau lemah dan juga apakah kedua variabel tersebut berpola positif atau negatif (Hardjosubroto, 1994). Korelasi (r) adalah hubungan timbal balik atau asosiasi yang saling bergantungnya dua variabel misalnya Y1 dan Y2. Adanya dua hubungan antara 2 varibel, yaitu hubungan negatif pada Gambar 3 (-) dan hubungan positif pada Gambar 4 (+), bila variabel tersebut memiliki hubungan negatif maka hubungannya tidak searah, yaitu semakin tinggi variabel Y1 maka semakin rendah variabel Y2. Dua variabel apabila berhubungan positif maka hubungan diantara keduanya bersifat searah yaitu semakin tinggi Y1 maka akan semakin tinggi pula Y2 (Kustituanto, 1984).

Gambar 3. Jenis Kurva Korelasi Negatif (Kustituanto, 1984)

Gambar 4. Jenis Kurva Korelasi Positif (Kustituanto, 1984)

18

Regresi merupakan bentuk hubungan fungsional antara kedudukan rata-rata populasi nilai peubah dapat dianggap sebagai Y dan untuk peubah nilai yang lain dianggap sebagai X. Kedudukan rata-rata (median atau rata-rata geometrik) dapat dibayangkan berupa garis lurus atau kurva tertentu lainnya yang disebut garis regresi X dan Y. Garis regresi tersebut dapat dirumuskan berupa fungsi linier, kuadratik, logaritmik dan lain-lain. Persamaan

yang digunakan

untuk

mendapatkan garis regresi pada data diagram pencar disebut persamaan regresi (Hasan, 2010). Koefisien korelasi antara X dan Y bertanda positif, begitupun tanda positif untuk koefisien arah regresi menyatakan adanya hubungan linier positif atau langsung dan hubungan linier negatif atau berlawanan. Khusus untuk r = +1 maka dikatakan terdapat hubungan linier positif sempurna dan r = -1 maka hubungan itu linier negatif antara X dan Y (Sudjana, 1996). Analisis regresi komponen utama merupakan kombinasi teknik analisis regresi dengan analisis komponen utama, yang pada dasarnya merupakan teknik analisis regresi yang dikombinasikan dengan teknik analisis komponen utama. Komponen utama dijadikan sebagai tahap analisis untuk memperoleh hasil akhir dalam analisis regresi. Penggunaan analisis regresi komponen utama biasa dilakukan dalam studi penelitian yang melibatkan peubah bebas dan saling ketergantungan satu dengan yang lain (Gaspersz, 1992). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan dua tujuan sekaligus. Pertama, meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada (Tabachnick and Fidell, 1996). Nilai r berada diantara -1 dan +1 dengan nilai yang ekstrem menunjukkan hubungan linier yang sempurna dan nilai tengah nol menunjukkan tidak ada hubungan diantara kedua peubah. Nilai r diantaranya menunjukkan bagian

19

keragaman dalam satu peubah yang dapat diperhitungkan sebagai fungsi linier peubah lainnya. Tanda positif atau negatif pada nilai r menunjukkan arah perubahan pada suatu peubah secara nisbi terhadap perubahan yang lainnya. Nilai r negatif apabila perubahan positif pada suatu peubah berhubungan dengan perubahan negatif pada peubah lainnya dan positif apabila kedua peubah berubah ke arah yang sama. Beda nyata garis regresi berarti bahwa sebagian keragaman Y dapat diterangkan oleh fungsi linier peubah bebasnya dan ukuran nilai R 2 memberikan keterangan besarnya nilai tersebut. Cukup jelas bahwa nilai R2 yang lebih besar akan lebih penting dalam persamaan regresi yang menerangkan Y. Disisi lain nilai R2 yang rendah sekalipun uji F nya nyata, pendugaan persamaan regresi mungkin tidak berarti. Taraf pengaruh yang begitu rendah, persamaan regresi tidak akan berguna dalam pendugaan nilai Y (Gomes dan Arturo, 1995).

20

HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara ukuran-ukuran tubuh (panjang badan dan lingkar dada), bobot badan dan bobot karkas sapi SIMPO jantan pada kelompok umur tertentu.