ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
SWISS BALL EXERCISE DAN KOREKSI POSTUR TDAK TERBUKTI LEBIH BAIK DALAM MEMPERKECIL DERAJAT SKOLIOSIS IDIOPHATIK DARIPADA KLAPP EXERCISE DAN KOREKSI POSTUR PADA ANAK USIA 11 – 13 TAHUN
Suriani Sari1, Ketut Tirtayasa2, Sugijanto3 1. 2. 3.
Fakultas Fisiologi Olahraga, Universitas Udayana, Bali Ilmu Faal, Universitas Udayana, Bali Fakultas Fisioterapi, Universitas Esa Unggul, Jakarta
ABSTRAK Skoliosis adalah kelainan-kelainan pada rangka tubuh berupa kelengkungan tulang belakang, dimana terjadi pembengkokan tulang belakang kearah samping kiri atau kanan atau kelainana tulang belakang pada bentuk C atau S. Tanda umum skoliosis antara lain tulang bahu yang berbeda, tulang belikat yang menonjol, lengkungan tulang belakang yang nyata, panggul yang miring, perbedaan antara ruang lengan dan tubuh. Derajat skoliosis dapat di ketahui dengan test adam forward Bending dan inclinometer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar efektifnya pelatihan swiss ball exercise dan koreksi postur dan efektifitas pelatihan klapp exercise dan koreksi postur dalam memperkecil derajat scoliosis pada anak usia 11- 13 tahun. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain pre and post with contol group. Dalam penelitian ini, 15 responden diberikan pelatihan swiss ball exercise dan 15 responden diberikan pelatihan klapp exercise. Masing – masing perlakuan di berikan koreksi postur setiap melakukan aktivitas. Latihan dilakukan dengan durasi 45 menit frekuensi 3 kali seminggu selama 12 minggu data berupa pre test dan post test. Didapat dengan menurunnya derajat scoliosis. Hasil dari penelitian ini adalah pada kelompok perlakuan pelatihan swiss ball exercise terjadi perbedaan rerata derajat skoliosis debgan nilai p<0,05 dan menunjukan adanya perbedaan yang signifikan. Sedangkan pada kelompok pelakuan pelatihan klapp exercise terjadi perbedaan rerata derajat scoliosis dengan nilai p<0,05 dan menunjukan perbedaan yang signifikan. Kesimpulan penelitian ini adalah menunjukkan bahwa kombinasi swiss ball exercise dan koreksi postur sama efektifitas dalam memperkecil derajat skoliosis dengan kombinasi klapp exercise dan koreksi postur pada anak usia 11 – 13 tahun. Kata kunci : Swiss Ball Exercise, Klapp Exercise, Derajat Skoliosis
APPLICATIO OF SWISS BALL EXERCISE AND POSTURE CORRECTION WAS NOT PROVED BETTER IN REDUCING THE DEGREE OF SCOLIOSIS IDIOPHATIC THAN KLAPP EXERCISE AND POSTURE CORRECTION IN CHILDREN AGED 11 – 13 YEARS Suriani Sari1, Ketut Tirtayasa2, Sugijanto3 1. 2. 3.
Faculty of Sport Physiology, Udayana University, Bali Science of Physiology, Udayana University, Bali Faculty of Physiotherapy, Esa Unggul University, Jakarta
27
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
ABSTRACT Scoliosis is abnormalities in skeletal form of the curvature of the spine , where the spine bending occurs towards the left or right side or abnormalities spine in the form of C or S. Common Signs of scoliosis include different shoulder bone , protruding shoulder blades , spine curvature real , pelvic tilt, the difference between arm and body space. Degree of scoliosis can be known with adam forward Bending and inclinometer test. The purpose of this study was to determine effectivity of swiss ball exercise training and posture correction and training effectiveness Klapp and posture correction exercise in reducing the scoliosis degree in children aged 11-13 years . This type of research was experimental design with pre and post contol group . In this study , 15 respondents were given swiss ball exercise training and 15 respondents were given Klapp excercise training . Each posture correction treatment was given every activity . Exercises performed with 45-minute frequency of 3 times a week for 12 weeks of data in the form of pre test and post test . Obtained by decreasing the degree of scoliosis. The results of this study are in the treatment group swiss ball exercise training the degree of scoliosis occurs with mean difference value of p < 0.05 and showed a significant difference . While in the commission of exercise training occurs Klapp mean difference degrees of scoliosis with a value of p < 0.05 and showed a significant difference. The conclusion of this study is the combination of swiss ball exercises and posture correction equally effective in reducing the degree of scoliosis with Klapp combination of exercise and posture correction in children aged 11-13 years. Keywords : Swiss Ball Exercise , Klapp Exercise, The Degree of Scoliosis
piramida kependudukan di Indonesia pada saat
PENDAHULUAN Kesehatan menurut Undang-Undang RI
ini menunjukkan besarnya jumlah anak-anak
no 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat baik
umur 0 – 15 tahun yaitu 28,9% dari jumlah
secara fisik, mental dan spiritual maupun sosial
seluruh penduduk.2
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
Dilain pihak perkembangan teknologi
produktif secara sosial dan ekonomi. Sehat
dan pendidikan pada sekolah–sekolah yang
berarti seseorang harus diberi kesempatan
bergerak maju yang menuntut anak didik
seluas-luasnya
mengembangkan
mereka untuk selalu aktif dan kreatif. Sering
kemampuan yang dibawa sejak lahir (potensial
kali keaktifan mereka di sekolah dengan
genetic) menjadi realitas fenotipik (phenotypic
mengikuti
ralities). Hal ini sangat terkait dengan pola
ekstrakulikuler, dapat berakibat buruk yang
kependudukan
yang
dapat menimbulkan cidera pada jaringan lunak
dilihat,
tulang maupun syaraf jika tidak terorganisir
untuk
serta
mempengaruhinya.
lingkungan
Sebagaimana
bimbingan
belajar
atau
dengan baik. Tulang Belakang adalah bagian
28
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
tubuh kita yang sering kali kita abaikan.
yang duduk membungkuk kerja otot lebih
Padahal di tulang belakang inilah tersimpan dan
ringan namun tekanan pada bantalan saraf lebih
terlindung dengan baik syaraf-syaraf yang
besar. Orang yang duduk pada posisi miring
sangat
tulang
atau menyandarkan tubuh atau salah satu sisi
belakang. Rangka atau tulang dapat mengalami
tubuh akan menyebabkan ketidakseimbangan
kelainan.
tonus otot yang menyebabkan skoliosis.1
penting
terutama
Kelainan
sumsum
ini
dapat
bentuk
tulang.
Skoliosis merupakan kelainan-kelainan
Kelainan pada tulang belakang disebabkan oleh
pada rangka tubuh berupa kelengkungan tulang
kebiasaan duduk dengan posisi yang salah.
belakang, dimana terjadi pembengkokan tulang
Akibat kesalahan postur dan sikap antara lain
belakang kearah samping kiri atau kanan atau
menyebabkan trauma pada tulang belakang,
kelainana tulang belakang pada bentuk C atau
seperti
S. Tanda umum skoliosis antara lain tulang
mengakibatkan perubahan
terjadinya
deformitas
misalnya
skoliosis, kiposis maupun lordosis.
bahu yang berbeda, tulang belikat yang
Kebiasaan duduk dapat menimbulkan
menonjol, lengkungan tulang belakang yang
nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama
nyata, panggul yang miring, perbedaan antara
dengan posisi yang salah, hal ini akan
ruang lengan dan tubuh.
menyebabkan otot punggung akan menjadi
Duduk dengan sikap miring ke samping akan
tegang dan dapat merusak jaringan disekitarnya
mengkibatkan suatu mekanisme proteksi dari
terutama bila duduk dengan posisi terus
otot-otot tulang belakang untuk
membungkuk atau menyandarkan tubuh pada
keseimbangan, manifestasi yang terjadi justru
salah satu sisi tubuh. Posisi itu menimbulkan
overuse pada salah satu sisi otot yang dalam
tekanan tinggi pada saraf tulang setelah duduk
waktu terus menerus dan hal yang sama yang
selama 15 sampai 20 menit otot punggung
terjadi adalah ketidakseimbangan postur tubuh
biasanya mulai letih maka mulai dirasakan
ke salah satu sisi. Jika hal ini berlangsung terus
nyeri punggung bawah namun orang yang
menerus pada sistem muskulosketal tulang
duduk tegak lebih cepat letih, karena otot-otot
belakang akan mengalami bermacam-macam
punggungnya lebih tegang sementara orang
keluhan antara lain: nyeri otot, keterbatasan
29
menjaga
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
gerak (range of motion) dari tulang belakang
derajat skoliosis. Pravelensi terjadinya skoliosis
atau
dan
yang terjadi di pontianak kota sebesar 5,4 %
menumpukan problematik akan berakibat pada
dan yang mengalami derajat skoliosis diatas 10
terganggunya aktivitas kehidupan sehari-hari
derajat adalah 0,3% dan perbandingan antara
bagi penderita, seperti halnya gangguan pada
laki - laki dan perempuan yaitu 1 : 9.
back
pain,
kontraktur
otot,
sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem
Banyak tindakan yang dapat dilakukan
saraf dan sistem kardiovaskuler 8,11
untuk memperbaiki derajat skoliosis berupa gips,
bracing
(bingkai
penguat
tulang
Pertumbuhan merupakan faktor risiko punggung), traksi (penarikan), latihan, atau terbesar
terhadap
memburuknya oprasi untuk derajat skoliosis yang derajat
pembengkokan tulang belakang. Lengkungan pembengkokannya besar lebih dari 40 derajat. skoliosis
idiopatik
kemungkinan
akan Latihan yang di berikan pada kasus skoliosis
berkembang seiring pertumbuhan. Biasanya, adalah swiss ball exercise dan klapp exercise. semakin muda waktu kejadian pada anak yang Swiss Ball exercise merupakan metode latihan struktur lengkungannya sedang berkembang menggunakan bola karena dengan bola akan maka semakin serius porgnosisnya. Pada menciptakan kestabilan antar tulang belakang umumnya struktur lengkungan mempunyai dan membuat otot punggung dan bahu menjadi kecendrungan yang kuat untuk berkembang lebih fleksibel. Sedangkan klapp exercise hanya secara pesat pada saat pertumbuhan dewasa., untuk penguluran dan penguatan otot antar dimana lengkungan kecil non struktur masih vertebra. Tujuan utama dari latihan adalah fleksibel untuk jangka waktu yang lama dan menghentikan
peningkatan
kurva
dan
tidak menjadi semakin parah, tetapi skoliosis memperkecil derajat skoliosis.1,7,9 tidak akan memburuk dalam waktu yang Swiss ball exercise merupakan suatu singkat.
Skoliosis
dapat
menyebabkan latihan yang meningkatkan kekuatan yang
berkurangnya tinggi badan jika tidak diobati. 1
mana lebih efektif untuk melatih sistem Di Pontianak dari 825 anak Setelah muskuloskeletal. Latihan kekuatan dengan bola dilakukan pengukuran dengan menggunakan sebagai penyangga dipercaya pada permukaan inclinometer terdapat 45 anak yang mengalami
30
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
yang labil akan membuat tulang belakang
Untuk mengukur derajat skoliosis yaitu dengan
mempunyai
untuk
menggunakan inclinometer sehingga dapat
dan
diketahui besar derajat skoliosis pada rib hump
dan
anak tersebut. Ini disebabkan karna adanya
tantanganyang
besar
menstabilkan
otot
meningkatkan
keseimbangan
melatih
stabilitas
antar
tulang
vertebra dinamis
belakang
untuk
rotasi pada daerah thorakal.
mencegah stabilitas berulang. sehingga pada penderita
skoliosis
masalah
peneliti
adalah
dapat
“Apakah kombinasi swiss ball exercise dan
mempengaruhi derajat kurvanya menjadi lebih
koreksi postur lebih memperkecil derajat
kecil. Selain itu latihan dengan menngnakan
skoliosis idiopatik daripada kombinasi klapp
bola memberkan daya tarik tersendiri buat
exercise dan koreksi postur pada anak usia 11 -
terutama pada anak – anak.
13 tahun?”
Klapp
exercise
idiopatik
Rumusan
latihan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
dengan posisi merangkak yang mana juga dapat
mengetahui “kombinasi swiss ball exercise dan
memperbaiki skoliosis. Pada klapp exercise
koreksi postur lebih memperkecil derajat
lebih
dan
skoliosis daripada kombinasi klapp exercise
penguatan otot antar vertebra yang mana pada
dan koreksi postur pada anak usia 11 - 13
penderita skoliosis idiopatik terjadi ketegangan
tahun”.
ditekankan
merupakan
pada
penguluran
otot sehingga pada latihan ini otot menjadi
Manfaat yang dapat di ambil dari
rileks dan memperkecil derjat skoliosis.
penelitian ini adalah Bagi Dunia Pendidikan
pemeriksaan yang paling sederhana
(1) Memberikan informasi ilmiah tentang
adalah Adam Forward Bending Test dan
skoliosis idiopatik perihal cara mencegah
memiliki sensitifitas dan spesifisitas yang baik
terjadinya skoliosis
untuk skrining skoliosis. Cara melakukannya
memberikan informasi kepada tenaga kesehatan
cukup
untuk
dan masyarakat, sehingga lebih mengenal dan
menyentuh ujung jari kaki dari posisi berdiri.
mengetahui tentang gambaran dari penyakit
Tetapi dengan tes ini tidak dapat melihat
skoliosis idiopatik baik mulai dari gejala dan
dengan
menyuruh
pasien
seberapa besar derajat skoliosis yang terjadi.
31
lebih lanjut (2) Dapat
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
tanda sampai pada tahap bagaimana cara
Sebelum di berikan perlakuan baik
memberikan penyelesaiannya.
pada kelompok swiss ball exercise dan klapp exercise dilakukan foward bending test untuk
MATERI DAN METODE
melihat skoliosis atau tidak. Kemudian diukur
A. Ruang Lingkup Penelitian
nilai derajat skoliosis dengan menggunakan
Penelitian di lakukan di SDN 12, SDN
inclinometer. Setelah dilakukan latihan pada
42 dan SD Kartika V yang meruapakan SD
masing – masing kelompok setelah 12 minggu
yang masih dalam satu gugus di Pontianak
di ukut kembali nilai derajat skoliosis dengan
Kota. Penelitian ini dilaksanakan selama 12
menggunakan inclinometer.
minggu yang di lakukan sebanyak 3 kali dalam
Prosedur Pengukuran Inclinometer
seminggu yang berlangsung dari tanggal Maret Pertama pasien melakukan Test Adam – Mei 2013. Metode yang digunakan dalam ini Forward bending adalah responden diminta adalah eksperimen. Desain penelitian ini adalah untuk tidak menggunakan pakaian, kemudian pre and post with contol group desain. responden diminta untuk membungkukkan Penelitian
ini
dilakukan
untuk
melihat badan dengan posisi kaki lurus , kemudian
pengaruh swiss ball exercise dengan klapp amati daerang punggung responden apabila exercise untuk memperkecil derajat skoliosis. mengalami skoliosis maka punggung kanan dan Nilai penurunan derajat skoliosis di ukur kiri asimetris.kemudian Inclinometer adalah dengan incinometer. untuk mengetahui derajat skoliosis dengan cara B. Populasi dan Sampel
pasien diminta untuk membuka baju dan
Populasi dalam penelitian ini adalah
kemudian di minta untuk membungkukkan
siswa SDN 12, SDN 42 dan SD Kartika V Di
badan dan inclinometer di letakkan pada
Pontianak Kota dengan rentangan usia 11 – 13
vertebra yang lebih menonjol, kemudian lihat
tahun.
derajat
skoliosis
responden.
inclinometer adalah derajat. C. Cara Pengumpulan Data D. Analisis Data
32
Satuan
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
Data yang diperoleh dianalisa dengan
3.
Uji homogenitas data (derajat skoliosis )
langkah-langkah sebagai berikut :
dengan uji Levene’s test, bertujuan untuk
1.
Statistik Diskriptif digunakan untuk
mengetahui apakah varian kedua data
menggambarkan
fisik
yang akan dianalisa bersifat homogen
jenis
atau tidak. Batas kemaknaan atau tingkat
kelamin, derajat skoliosis sebelum tes
kepercayaan yang digunakan adalah α =
awal dimulai.
0,05, Jika hasilnya
sampel
yang
karakteristik meliputi
umur,
p > 0,05 maka
dikatakan data homogen dan apabila p < Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian Klapp Karakteristik Swiss subjek
0,05 ini berarti data tidak homogen. 4.
exercise
Ball
Uji Beda I memperkecil derajat skoliosis setelah di lakukan swiss ball exercise
Exercise
Umur (thn)
Rerata
SB
Rerata
SB
11,93
0,7
11,93
0,70
0 TB (cm)
133,33
4,4
31,53
7,1
berdistribusi tidak normal dan tidak homogen
138,93
33,20
5,85
uji
5.
Sign Rank Test). Uji Beda 2 data memperkecil derajat skoliosis
Uji normalitas data (skor derajat skoliosis)
setelah
di
lakukan
klapp
exercise pada kelompok perlakuan II
dengan Saphiro Wilk Test, bertujuan
karena
untuk mengetahui distribusi data masing-
data
normal
dan
homogen
keduanya maka menggunakan uji beda
masing kelompok perlakuan. Tingkat Kepercayaan adalah
menggunakan
komparasi non parametrik (Wilcoxon
7
2.
maka
6,31
8 BB (kg)
pada kelompok perlakuan I karena data
parametrik (pairet t sampel).
95% (α = 0,05).
6.
Jika hasilnya p > 0,05 maka dikatakan
Uji Beda data (selisih derajat skoliosis) pada pada ke dua kelompok perlakuan
data berdistribusi normal dan apabila p ≤
karena data berdistribusi tidak normal
0,05 ini berarti data tidak berdistribusi
dan tidak homogen maka menggunakan
normal.
33
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
uji beda non parametrik (Mann Whitney
derajat skoliosis pada kelompok swiss ball
U Test).
exercise memiliki rerata selisis derajat skoliosis
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5,00° ± 2,390º dan pada kelompok klapp
Karakteristik Sampel
exercise memiliki rerata selisis derajat skoliosis 3,87° ± 1,506º.
Penelitian ini diikuti 30 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok sampel
Beberapa skoliosis
sampel pada penelitian ini terdiri deskripsi
perempuan dari pada laki – laki dengan usia
berdasarkan umur, jenis kelamin,tinggi badan,
dewasa dengan pravelensi delapan berbanding
berat badan serta derajat skoliosis. Berdasarkan
satu (Rakasiwi, 2008). Skoliosis lebih sering
umur di peroleh data bahwa kelompok swiss
terjadi pada perempuan dan muncul pada usia
ball exercise memiliki rerata umur 11,93±0,704
10 – 11 tahun. Hal ini disebabkan tulang
dan kelompok klapp exercise memiliki rerata
belakang perempuan lebih lentur daripada laki–
umur 11,93±0,704. Berdasarkan jenis kelamin
laki. Sebaliknya, laki–laki memiliki tulang
menujukan bahwa sampel laki – laki sebanyak
punggung yang lebih tebal.
2 orang (13,3%) dan perempuan sebanyak 13
skoliosis
orang (86,7%) pada disetiap kelompok baik
berkembang seiring pertumbuhan. Biasanya,
pada swiss ball exercise
semakin muda waktu kejadian pada anak yang
exercise.
Berdasarkan
tinngi
badan
pada
banyak
menyebutkan,
masing masing kelompok 15 orang. Deskripsi
maupun klapp
lebih
Penelitian
idiopatik
ditemukan
pada
Lengkungan
kemungkinan
akan
struktur lengkungannya sedang berkembang
kelompok swiss ball exercise memiliki rerata
maka semakin serius porgnosisnya.
tinggi badan 113,33±4,483 dan kelompok klapp Distribusi dan Varian Hasil Nilai Derajat exercise
memiliki
rerata
tinngi
badan Skoliosis
138,93±6,319. Berdasrkan berat badan pada Tabel 2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
kelompok swiss ball exercise memiliki rerata berat badan 31,53°±7,710º dan kelompok klapp exercise
memiliki
rerata
tinngi
badan
33,20°±5,858º. Kemudian berdasarkan selisih
34
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
Probabilitas Uji Normalitas (Shapiro Wilk-Test)
Sebelum
Swiss Ball Exercise
Klapp Exercise
0,001
0,090
swiss ball exercise dapat memperkecil derajat Probabilitas Homogenitas (Levene-Test)
skoliosis yang bermakna pada kondisi skoliosis idiopatik.
0,077 Sesudah 0,003 0,297 0,733 Selisih 0,001 0,025 0,587 Tabel 2 menunjukkan derajat skoliosis
diperoleh hasil uji Shapiro-Wilk Test pada swiss ball exercise sebelum latihan yaitu nilai p < 0,05,
hal
ini
menunjukkan
bahwa
Tabel 4
data Uji Beda Rerata Klapp Exercise dan Koreksi Postur
berdistribusi tidak normal dan pada klapp exercise sebelum latihan yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi
Rerata
SB
7,73º
1,223º
t
sebelum
normal.
sesudah
P
9,947 0,001 3,87º
1,187°
Uji Beda Hasil Nilai Hasil derajat Skoliosis Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian Tabel 3 Uji Beda Rerata Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Rerata SB z p
hipotesis menggunakan uji paired t sample untuk klapp exercise. Dilihat dari derajat skoliosis diperoleh nilai p<0,05 yang berarti
Sebelu m
8,67°
3,559º
bahwa ada perbedaan rerata nilai derajat
-3,49 0,001 Sesudah 3,67° 1,496° Tabel 3 menunjukkan hasil pengujian
skoliosis yang bermakna sebelum dan sesudah latihan. Hal ini menunjukkan bahwa klapp
hipotesis menggunakan wilcoxon sign rank test
exercise dapat memperkecil derajat skoliosis
untuk kelompok swiss ball exercise. Dilihat
yang
dari derajat skoliosis diperoleh nilai p < 0,05
idiopatik.
yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai derajat skoliosis yang bermakna sebelum dan sesudah latihan. Hal ini menunjukkan bahwa
35
bermakna
pada
kondisi
skoliosis
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
memperkecil derajat skoliosis pada klapp exercise. Latihan Swiss Ball exercise dalam memperkecil derajat skoliosis idiopatik Skoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari spine (tulang belakang). Spine mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika dilihat
Tabel 5 Uji Beda Rerata ± Simpangan Baku Antara Swiss Ball Exercise dan Klapp Exercise Swiss Ball Exercise Sebelum 8,67º
Sesudah
Selisih
Klapp exercise 7,73º ±
± 3,559°
1,187°
3,67°
3,87º ±
± 1,496º
1,187°
5,00º
3,87º ±
± 2,390°
1,506°
u
dari samping, namun harus nampak lurus ketika dilihat dari depan. Skoliosis dapat bersifat non
p
struktural (postural). Pada skoliosis postural, 110,500 0,931
deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar
93,001
0,401 tulang belakang, misalnya dengan kaki yang
89,500
0,326
pendek,
atau
kemiringan
pelvis
akibat
kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang. 4
Tabel 5 menunjukkan hasil uji mann whitney
u test untuk pengujian hipotesis di Pengunaan
swiss
ball
dapat
atas, antara kedua kelompok yaitu swiss ball meningkatkan keseimbangan otot abdominal exercise dan klapp exercise. Dilihat dari derajat dan otot – otot pernapasan. Karena dengan skoliosis diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti berada di atas swiss ball tubuh selalu bahwa
tidak ada perbedaan rerata yang diposisikan dalam keadaan seimbang (muscle
bermakna antara rerata sebelum,sesudah dan imbalance) dapat meningkatkan otot yang selisih latihan dalam memperkecil derajat lemah terutama daerah yang konvek. Selain skoliosis pada swiss ball exercise dan rerata imbalace untuk meningkatkan kekuatan otot sebelum,sesudah dan selisih latihan dalam serta dijumpai adanya pemendekan otot serta
36
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
soft tissue lainnya pada daerah konkaf. Latihan
lebih
ini juga memungkinkan otot-otot yang lain
rangsangan pada serabut otot secara efektif. dan
seperti, punggung, dan pinggul mendapatkan
serabut
latihan yang sama baiknya, dan jika dilakukan
keseluruhan. Klapp exercise masih sering di
dengan
meningkatkan
lakukan dengan tujuan stabilitas dan simetris
keseimbangan tubuh dan menjaga postur tubuh
pada tulang belakang latihan berdampak besar
menjadi lebih baik.
untuk memperkuat tulang dan membangun
benar
dapat
lebih Swiss
ball
exercise
juga
kuat
otot
banyak
yaitu
dapat
dengan
di
kekuatan,
memperkuat
aktivasi
secara
daya
tahan,
dapat ketangkasan
serta
koordinasi
sehinnga
meningkatkan kekuatan otot dan fleksibitas lengkungan tulang belakang berkurang hingga pada sendi dan meningkatlan ROM pada tulang di bawah dua puluh derajat, dan harus terbiasa belakang. Sehingga dengan latihan yang di dengan rutinitas dalam program latihan.5
berikan pada penelitian ini dengan riwayat skoliosis
terjadi
memeperkecil
perbaikan
derajat
menyebabkan
otot
dengan
Latihan swiss ball exercise dan koreksi
yang
postur sama baiknya dengan klapp exercise
terileksasi
dan koreksi postur dalam memperkecil
skoliosis
punggung
sehingga rib hump kembali ke posisi semula
derajat scoliosis idiopatik
dan diharapkan tidak terjadi peningkatan. Berdasarkan Dengan
latihan
ini
dapat
tabel 5 selisih hasil
meningkatkan latihan pada swiss ball exercise dan klapp
propriocetion dan juga terjadi penyesuaian pada exercise keduanya sama efektifnya dalam vestibular sehingga merubah perasaan lurus, menunkan derajat skoliosis. Hali ini dibuktikan bertujuan untuk merubah kalibrasi titik nol dengan hasil perhitungan statistik berdasakan pada vestibular.
3
hasil uji mann whitney u test untuk pengujian hipotesis diatas, antara kedua kelompok yaitu
Latihan klapp exercise dalam memperkecil derajat scoliosis idiopatik
kelompok 1 dan kelompok 2. Dilihat dari Seperti yang jelaskan di atas tentang derajat skoliosis idiopatik diperoleh nilai p > skoliosis
idiopatik
pada
kelompok
klapp 0,05 yang berarti bahwa ada tidak perbedaan
exercise pada latihan ini membuat otot menjadi
37
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
rerata yang bermakna antara rerata sesudah
Prinsip terapi latihan pada skoliosis
latihan dalam memperkecil derajat skoliosis
adalah mengembalikan mobilitas sendi-sendi
idiopatik pada swiss ball exercise dan rerata
yang telah hilang, meregangkan otot yang
sesudah latihan dalam memperkecil derajat
kontraktur,
scoliosis idiopatik klapp exercise.
memutar balik dari rotasi deformitas vertebra,
meningkatkan
kekuatan
otot,
Skoliosis merupakan kelekungan dari
mengembangkan musculatur seluruh badan
tulang belakang yang tidak simetris sehingga
supaya mampu memelihara curve yang telah di
berdampak pada postur baik secara anatomi
koreksi,
maupun kosmetika. Pada penelitian ini koreksi
keindahan
postur hanya sebagai kontol bagi ke dua
semaksimal
kelompok sehingga
kompensasi apabila koreksi tidak mungkin.10
di sini
peliti
hanya
memberikan edukasi pada orang tua, guru dan
memelihara sikap
yang
keseimbangan telah
mungkin,
dan
di
dan
koreksi membuat
SIMPULAN DAN SARAN
siswa untuk selalu melakuan koreksi postur Berdasarka hasil analisis data dan selama melakukan aktivitas. Koreksi postur pembahasan
maka
dapat
disimpulkan
bertujuan untuk memposisikan tubuh tetap kombinasi swiss ball exercise dan koreksi dalam keadaan yang benar (Anatomis) karena postur
tidak
terbukti
lebih
baik
dalam
pada penderita skoliosis postur tubuh berubah memperkecil sesuai
dengan
kebengkokan
dan
derajat
skoliosis
dibanding
derajat kombinasi klapp exercise dan koreksi postur
kelengkungan yang abnormal. Sehingga pada pada anak usia 11 – 13 tahun. Oleh karena itu penderita skoliosis dengan melakukan koreksi peneliti menyarankan (1) Perlu penelitian postur berarti tubuh memposisikan pada posisi lanjutan terkait jumlah sampel dengan derajat anatomis dan apabila terjadi deformitas pada skoliosis yang lebih besar dan interfensi tulang
belakang
dengan
sendirinya
akan tambahan lain yang diberikan pada penderita
melakuan perbaikan secara bekesimabungan skoliosis
idiopatik
(2)
Diperlukan
setelah di berikan swiss ball exercise maupun pengembanagan penelitian selanjutnya pada klapp exercise. penderita skoliosis idiophatik dengan melihat
38
ISSN : 2302-688X
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
efektifitas antara swiss ball exercise dan klapp
http:/12/13/gangguan.bentuk-tulang-
exercise dengan latihan yang lain.
punggung.scoliosis/html
Daftar Pustaka 5. 1.
Anonim.
2008.
Asuhan
Keperawatan
Lau. K. Dr. 2012. Program Pencegahan Dan Penyembuhan Skoliosis. Kesehatan di
Aspek Scoliosis Jumat 3 okt 2008.
tangan anda.
(cited: 1 Februari 2013). Available from: URL:
2.
6.
http/www.Fprote/orth/exam/scls/exmint.ht
et al. 2010. Quantitative Photogrammetic
m
analysis
Badan Pusat Statistik. 2012. Available
idiophatic scoliosis. (cited: 29 januari
from
2013).
:
URL:
http
:
7.
Buyks D, Clough J, Jaspersen L, et
the
Klaap
for
treating
Available
from:
Rahayu,S.U.
2007.
Tulang
Bengkok
al.2010. Axemanation Of The Physical
Akibat Salah Posisi. (serial online) 6
Therapy
november(cited:
Objective
Treatmens
And
7 from
februari
2013).
:
URL:
Outcome Use For Patient’s In Adolecent
Available
Idiophatic Scoliosis. September. Phisycal
http:/www.aisyiyahdea.wordpress.com//20
Therapy. University Of Alberta.
07/II/page/2/
8. 4.
of
URL:http/www.ptjournal.org.html
//wikipedia.org/wiki/Daftar-Negara.
3.
Lusen, D.H, Cecilio, M.B.B, Dozza, M.A
Rahayusalim. Dr. Sp.Ot(k).2011. Kelainan
Judaryanto, W. 2009. “Gangguan Bentuk Pada Tulang Belakang Anak. Scoliosis. Tulang Punggung : Scoliosis”. Koran selasa,12 juli 2011. Http//www.TumbuhAnak
Indonesia.
13
Desember Kembang.com
2009.available
from
:
URL: 12/articel/17
39
/pages/index/id/
ISSN : 2302-688X
9.
Sport and Fitness Journal Volume 1, No. 2 : 27 – 40, Nopember 2013
Rakasiwi ,A.M. 2008 “ Hubungan Sikap Duduk Dengan Terjadinya Scoliosis dini pada anak usia 10 – 12 Di Sekolah Dasar Negeri Jentis 1 Juring” (skripsi). Surkarta . Universitas Muhammadiyah Surakarta
10. Seo B.D, Yun Y.D, Kim H.R. 2012. Effect of 12 weeks Swiss Ball Exercise Program on Physical Fitness and Balance Ability of Elderly Women. 24;11-15 Available from: URL : http/www.ptjournal.org.HML
11. Tarwaka
Bahri,
Sudiajeng.
2004.
Ergonomi Untuk Keselamatan Kerja dan Produktivitas.Uniba Press. (cited : 3 Feb 2013).
Available
from
:URL:http://www.pustaka.unhuru.ac.ic/ind ex.php?p:show-detail&id:660
40