54 ANALISIS ISI PEMBERITAAN POLITIK DI MEDIA MASSA CETAK

Download Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat. (Iim Nurhayati dkk.) 54 ... 1. frekuensi pemuatan berita ...

0 downloads 310 Views 132KB Size
Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat (Iim Nurhayati dkk.)

ANALISIS ISI PEMBERITAAN POLITIK DI MEDIA MASSA CETAK DAN UMPAN BALIK MASYARAKAT Iim Nurhayati, Elvinaro Ardianto, dan Kokom Komariah Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 ABSTRAK Penelitian yang berjudul Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa dan Umpan Balik Masyarakat bertujuan untuk: 1. mengetahui frekuensi pemuatan berita politik di haria Republika sebelum dan sesudah reformasi. 2. mengetahui bentuk tulisan berita politik di harian Republika. 3. mengetahui umpan balik dari masyarakat tentang berita politik. Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan analisa isi dari penelitian ini diperoleh kesimpulan: 1. frekuensi pemuatan berita politik di harian Republika mengalami peningkatan setelah terjadinya reformasi. 2. bentuk berita politik di harian Republika yang mengalami peningkatan setelah terjadinya repormasi adalah yang berbentuk “Straight News” (berita langsung), feature/artikel dan profile. 3. frekuensi pemuatan berita politik dari top down (pemerintah) dan bottom up (rakyat) mengalami peningkatan setelah terjadinya reformasi. 4. frekuensi pemuatan berita politik yang bersifat informative mengalami peningkatan setelah terjadinya reformasi. 5. frekuensi pemuatan berita politik yang bersifat edukatif mengalami penurunan sesudah terjadinya reformasi. 6. umpan balik masyarakat dalam bentuk surat pembaca mengalami peningkatan sesudah terjadinya reformasi. CONTENT ANALYSIS OF POLITICAL NEWS IN PRINTED MASS MEDIA AND FEEDBACK OF SOCIETY ABSTRACT The research entitled Content Analysis of Political News in Printed Mass Media and Feedback of Society is aimed: 1. to know the frequency of political news published in Republika daily before and after the reformation. 2. to know the writing form of political news in Republika daily. 3. to know the feedback from society on political news. 54

Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2, No. 2, September 2000 : 54 - 64

The method used is descriptive and content analysis method. The conclusions are: the frequency of political news published in Republika daily after the reformation is higher than before. 1. the news writing from printed in Republika daily are straight news, feature article, and profile and their frequency of being printed after the reformation is increasing. 2. The news writing printed in Republika daily are straight news, feature article, and profile and their frequency of being printed after the reformation is increasing 3. the frequency of top down and bottom up political news is multiplying also higher than before the reformation. 4. the frequency of informative political news being published after the reformation era is increasing. 5. the frequency of educative political news being published after the reformation era is decreasing. 6. society’s feedback in since of after the reformation is increasing. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sejak berkiprahnya Orde Baru, kehidupan bernegara bagi Republik Indonesia diwarnai dengan berbagai pembangunan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, soscial, budaya, politik dan sektor lainnya. Kendati lebih banyak diwarnai dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi selama pembangunan Jangka Panjang Pertama (enam Pelita) menjadi “primadona” tapi dalam kegiatan politik pun tetap dilakukan pendewasaan politik bagi bangsa Indonesia. Setidaknya melalui pesta demokrasi Pemilihan Umum yang diadakan setiap lima tahun sekali. Ada yang berpendapat bahwa terdapat kesan kuat, sejak berlakunya demokrasi terpimpin hingga saat ini , semakin terasa bahwa tidak terciptanya lagi ruang gerak untuk berlatih berbeda pendapat, tapi tetap menjalin kerjasama untuk tujuan bersama, tujuan bangsa, negara dan kemanusiaan. Kini timbul semacam kerinduan untuk menghidupkan kembali budaya politik yang dipraktekkan para pendiri (founding fathers) negara ini. Dengan visi yang berjangkauan jauh kedepan, mereka berbeda dalam hal berpendapat dan perjuangan politik, tapi tetap menjaga hubungan persahabatan dan memiliki komitmen yang jelas untuk kepentingan seluruh bangsa. Budaya politik yang sehat itu kiranya perlu dikembalikan antara lain melalui upaya pemberdayaan kembali hak sipil, termasuk hak politik rakyat. Selama budaya politik yang sehat tidak diciptakan hak sipil akan sulit diwujudkan. Kendala dalam menciptakan budaya politik yang sehat, bukan hanya datang dari suprastruktur, tapi dari infrastruktur atau masyarakat sendiri. Kombinasi dari 55

Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat (Iim Nurhayati dkk.)

dua tantangan ini telah mengakibatkan hak sipil dan hak politik rakyat belum terjamin. Kedudukan dan peranan negara/pemerintah yang begitu kuat dan dominan membuat hak sipil dan partisipasi politik masyarakat menjadi terdesak. Bagaimana jangkauan hak sipil dan hak politik rakyat antara lain meliputi hak memberi suara dalam pemilu yang bebas, jujur dan adil. Termasuk disini hak mengeluarkan pendapat secara bebas, tidak terkecuali hak mengajukan kritik, saran dan usul untuk mempengaruhi kebijaksanaan publik. Terjaminnya hak sipil dan hak politik rakyat akan tercermin terutama setelah reformasi pada kebebasan membentuk asosiasi politik, kebebasan pers dan bebas dari tindakan sewenang-wenang (intimidasi,penganiayaan, teror, oleh siapapun, termasuk dari aparat negara). Setiap orang pun diberi peluang yang sama untuk bersaing dalam meraih posisi di berbagai lembaga negara dan organisasi politik. Adanya pemuatan pemberitaan politik di media massa sedikitnya telah membuka hak sipil dan hak politik rakyat dalam mengeluarkan pendapat. Melalui pemuatan pemberitaan politik sebelum dan sesudah reformasi, sedikitnya telah memberikan pendewasaan politik rakyat termasuk terdapatnya umpan balik masyarakat terhadap pemberitaan politik. Perumusan masalah Berapas banyak frekuensi pemberitaan Politik di harian Republika dan umpan balik masyarakat pada sebelum dan sesudah terjadinya reformasi? Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan berita “Straight News” yang bernuansa politik sebelum dan sesudah reformasi. 2. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan berita “feature/artikel/profile” yang bernuansa politik sebelum dan sudah reformasi. 3. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan berita “Straight News” yang bersifat “top down” yang bernuansa politik sebelum dan sesudah reformasi. 4. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan berita “Straight News” yang bersifat “bottom up” yang bernuansa politik sebelum dan sesudah reformasi. 5. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan berita yang bersifat informatif yang bernuansa politik sebelum dan sesudah reformasi. 6. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan berita yang bersifat edukatif yang bernuansa politik sebelum dan sesudah reformasi. 7. Untuk mengetahui frekuensi pemuatan umpan balik masyarakat dalam bentuk surat pembaca yang bernuansa politik sebelum dan sesudah reformasi. Mamfaat peneltian 1. Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah tentang efektifitas pemberitaan politik di media massa. 56

Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2, No. 2, September 2000 : 54 - 64

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat tentang perlunya pendewasaan politik. 3. Sebagai bahan masukan bagi pengelola media massa dalam menyajikan pemberitaan yang seimbang dan menopang pendewasaan berfikir hak politik rakyat. 4. sebagai data empiris bagi pengembangan Ilmu Komunikasi. Tinjauan pustaka Model agenda setting Model agenda setting untuk pertama kalinya ditampilkan oleh M.E. Mc. Combs dan DL. Shaw dalam “Public Opinion Quaterly” yang terbit pada tahun 1972, yang menyatakan bahwa “jika media jika memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggap itu penting” kemudian David H. Heaver dalam karyanya berjudul “Media agenda setting and Media Manipulation” menyatakan bahwa “Pers sebagai media komunikasi massa tidak mereflesikan hal-hal, peristiwa-peristiwa atau argumenargumen, melainkan menyeleksi dan membentuknya menjadi bernilai berita (news value) dan hanya sedikit yang tidak bernilai berita (Effendy. 1993: 288). Model ini dimulai dengan satu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel atau tulisan yang disajikan, secara selektif “gate keeper” seperti penyunting, redaksi bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas untuk diinformasikan. Setiap isu diberi bobot melalui panjang penyajian dan cara penampilan. Media massa terbukti sanggup membentuk citra orang tentang lingkungan dengan menyampaikan informasi, sehingga media massa juga berperan dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang baik (Rakhmat. 1989: 261). Model agenda setting seperti yang dikemukakan Agel, Ault dan Enery (1988) mengacu kepada kemampuan media untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian khalayak pada gagasan atau peristiwa tertentu (Deveto. 1996: 528). Menurut manchein, yang dikutif Effendy, dalam bukunya “Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi” (1993), menyebutkan Agenda setting potensial meliputi tiga agenda yaitu: agenda media, agenda khalayak dan agenda kebijaksanaan yang mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut : 1) Agenda media meliputi dimensi : visibility, yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita, audience yaitu tingkat menonjol bagi khalayak dan valence yaitu menyenangkan atau tidaknya cara pemberitaan terhadap suatu peristiwa. 2) Agenda khalayak dimensinya adalah : familiarity yaitu derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu, personal sailence yaitu penonjolan pribadi (relevansi) kepentingan dengan ciri pribadi dan favorability yaitu kesenangan.

57

Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat (Iim Nurhayati dkk.)

3) Agenda kebijaksanaan, meliputi dimensi support yaitu dukungan (kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu) likehood of action, yaitu kemungkinan kegiatan (kemungkinan pemerintah) melaksanakan apa yang diibaratkan serta freedom of action, yaitu kebebasan bertindak (nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah). (Effendy. 1993: 288). Ketiga agenda setting tersebut menjadi dasar yang kuat dalam mendukung perkembangan kebijaksanaan redaksional suatu surat kabar. Kebijaksanaan redaksional surat kabar berperan dalam proses pemilahan informasi yang disajikan. Pengelola surat kabar berusaha menyeleksi dan mengarahkan perhatian khalayak pembacanya pada informasi yang disajikannya.

Model Uses and Gratification Model ini menekankan bahwa yang menjadi permasalahan utama adalah bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Intinya terletak pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media massa untuk mencapai suatu tujuan khusus. Asumsi utama dari model ini adalah anggota khalayak secara sadar dan aktif mengaitkan diri mereka dengan media massa tertentu untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan. Secara teoritis Tan (1981) menjelaskan konsep dasar model ini: • Mengapa kita menggunakan media massa? • Apakah kebutuhan individu telah mendorong kita untuk lebih sering menggunakan salah satu media massa daripada media massa lainnya, atau memilih beberapa macam isi media massa di samping yang lainnya? • Sejauhmana keberhasilan media dalam memenuhi kebutuhan kita? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan di antara sekian banyak pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian uses and gratification. (Tan. 1981: 297). Media massa digunakan karena didorang oleh motif-motif tertentu. Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa berguna (utility) bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif (Intentionallity); bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan preferensi (selectivity) dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu (stubbon) (Rakhmat; 1995: 65). Merujuk pada Katz, Gurenitch,dan Haas, mekanisme model ini bermula dari lingkungan sosial yang akan menentukan kebutuhan-kebutuhan individu. Lingkungan sosial ini terdiri dari faktor-faktor demografis, afiliasi kelompok, dan karakteristik kepribadian. Kebutuhan atau motif individu dapat dikelompokan ke dalam berbagai jenis tergantung dasar pengelompokan yang digunakan. Secara garis besar, pembagian dibedakan atas motif kognotif, afektif, integrasi personal, integrasi sosial dan kompensasi. Motif-motif inilah yang menentukan penggunaan media massa dan isinya (Effendy. 1993; 294).

58

Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2, No. 2, September 2000 : 54 - 64

Surat Kabar sebagai sumber Informasi Surat kabar merupakan jenis media massa yang tertua dibandingkan dengan media massa lainnya. Surat kabar juga merupakan media massa yang paling banyak dan paling luas penyebarannya, serta paling dalam daya mampunya dalam merekam kejadian sehari-hari sepanjang sejarah di negara manapun di dunia. Surat kabar pada awalnya ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas); bertujuan banyak; bersifat umum dan terbuka. Surat kabar memiliki kadar inovasi yang lebih tinggi daripada buku cetak, penemuan bentuk karya tulis, sosial dan budaya yang baru meskipun pada masa itu pandangan yang muncul tidaklah demikian adanya. Kekhususan surat kabar bila dibandingkan media massa lainnya terletak pada individualisme, orientasi, pada kenyataan, kegunaan sekularitas dan kecocokan dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru yaitu para pengusaha dan para professional. Kualitas kebaruannya bukan terletak pada teknologi atau cara distribusinya, melainkan pada fungsinya yang tepat bagi kelas sosial tetentu yang berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan suasana secara sosial dan politisi lebih bersifat persuasif (Mc Quail. 1991; 10). METODE PENELITIAN Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi (content analysis) yaitu melakukan deskripsi tentang berbagai variabel yang diteliti dari isi pesan yang dimuat di media massa cetak (surat kabar). Prosedur Penelitian Cara melakukan analisis isi melalui empat masalah analisis : 1. 2. 3. 4.

Pemilihan satuan analisis Konstruksi katagori Penarikan sampel Reliabilitas koding

Pemilihan Satuan Analisis Satuan analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah : 1. Judul berita untuk berita “Straight News”, Feature/artikel/profile, surat pembaca. 2. Isi berita untuk berita yang bersifat “Top Down”, “bottom up”, informasi dan edukatif.

59

Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat (Iim Nurhayati dkk.)

Berita ini diukur dengan prekwensi dari judul berita dari jumlah keseluruhan isi berita yang cenderung mencrerminkan sifat berita seperti top down, bottom up, informatif dan edukatif.

Kontruksi katagori 1. Berita “Straight News” 2. Berita “future/artikel/profile” 3. Berita “Straight News” yang cenderung Top Down 4. Berita “Straight News” yang cenderung Bottom Up 5. Berita “Straight News” yang cenderung informatif 6. Berita “Straight News” yang cenderung edukatif 7. Berita “Straight News” yang cenderung umpan balik masyarakat. Semua konstruksi katagori ini adalah berita-berita yang dinilai bernuansa politik yakni bukan berita ekonomi, hukum, olahraga, agama, bisnis dan komunitas dan lainnya.

Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah surat kabar Republika yang terbit pada bulan April, dan Mei (sebelum repormasi) dan Juni, Juli (sesudah repormasi), keseluruhannya berjumlah 120 eksemplar. 2. Sampel diambil sebanyak 16% dan populasi secara acak sederhana, keseluruhan sampel yang diteliti 20 eksemplar.

Reliabilitas koding Karena analisis ini didepinisikan bersifat sistematis dan objektif, maka peneliti harus memperhatikan reliabilitas. Reliabilitas berarti konsistensi, klasifikasi. Untuk terjaganya reliabilitas itu, maka terlebih dahulu dilakukan pengkodingan oleh dua orang pelaku koding terhadap dua eksemplar surat kabar. Jawaban (hasil pengkodingan) dalam penelitian percobaan oleh dua orang pelaku terhadap dua eksemplar surat kabar itu harus dibandingkan satu demi satu dan dihitung persentase kesepakatan di antara pelaku koding. Untuk mengukur tingkat kesepakatan itu digunakan rumus koofisiensi kontingensi pearson (c) yaitu :

C=

X2 N +X 2

X = nilai Chi kwadrat hitung table b X k N = ukuran sampel dalam tabel Untuk mengetahui tingkat kesepakatan pelaku koding, digunakan rumus: (1 – C) X 100%

60

Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2, No. 2, September 2000 : 54 - 64

Pelaku koding dalam penelitian ini sebanyak dua orang, semakin tinggi prosentase yang didapat, maka semakin tinggi kesepakatan pelaku koding dalam pengumpulan data. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini diuraikan perolehan data hasil pengkodingan berikut analisanya. Masalah utama adalah frekuensi pemuatan berita bernuansa politik di harian umum Republika sebelum dan sesudah reformasi. Sebagaimana kelaziman penelitian kuantitatif, paparan hasil penelitian ini akan dimulai dengan uji reliabilitas (kehandalan) ketegori-ketegori yang digunakan. Setiap kategori-kategori akan dihitung reliabilitasnya dengan menggunakan koefisien kontingensi Pearson (C). Uji reliabilitas pelaku koding Penelitian yang reliable (handal) mengandung kemampuan replikabilitas (dapat diulang). Sebagaimana diungkapkan Kaplan dan Goldsten data yang handal adalah data yang tetap konstan dalam seluruh variasi proses pengukuran (Krippendorff. 1993; 205). Menurut Krippendorff, sekurang-kurangnya dibutuhkan dua orang pengkode untuk mendiskripsikan serangkaian unit pencatatan secara independen. Dengan demikian “kehandalan” diekspresikan sebagai fungsi dari kecocokan yang dicapai dikalangan para pengkode (1993; 211-212). Berikut ini dikemukakan hasil uji kehandalan di antara dua pelaku pengkoding berdasarkan rumus koefisien kontigensi Pearson (C). TABEL I. Korelasi Pelaku Koding KETEGORI BERITA Straight news bernuansa politik Feature/artikel/profil

Straight news top down Straight news Bottom Up Isi berita Informatif Isi berita Edukatif Umpan balik Jumlah

PELAKU KODING IIM N TRIE 19 19 8 8 7 7 11 11 14 13 4 6 0 0 63 64

JUMLAH 38 116 14 22 27 10 0 1127

61

Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat (Iim Nurhayati dkk.)

TABEL II. Tabel Kerja CHI- KUADRAT Kamar Oij Eij 1 19 18,85 2 19 19,15 3 8 7,94 4 8 8,06 5 7 6,94 6 7 7,05 7 11 10,90 8 11 15,09 9 14 13,39 10 13 13,61 11 4 4,96 12 6 5,04

C=

C=

(Oij-Eij) 0,15 -0,15 0,06 -0,06 0,06 -0,05 -0,04 -0,09 0,61 -0,61 -0,96 0,96 X2 =

(Oij-Eij)2/Eij 0.00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,001 0,00 0,03 0,03 0,18 0,18 0,421

X2 N +X 2

0,42 127 + 0,42

C = 0,06 Maka tingkat kesepakatan koding:

(1-C) X 100% (1-0,06) X 100% = 94%

TABEL III. Frekuensi pemuatan berita politik sebelum dan sesudah reformasi Berita Politik

Straight News Bernuansa Politik Feature/Artikel/Profile Straight News Top Down Straight News Bottom Up Berita Informasi Berita Edukatif Umpan Balik

Sebelum Reformasi f % 76 35,35 29 45,31 13 19,12 33 28,20 50 27,62 14 73,69 9 39,13

Setelah Reformasi f % 139 64,65 35 54,69 55 80,88 84 71,80 131 72,38 5 26,31 14 60,87

Jumlah f 215 64 68 117 181 19 23

% 100 100 100 100 100 100 100

Tebel di atas menunjukkan bahwa straight News yang bernuansa politk sebelum dan sesudah reformasi mengalami peningkatan 76 (35,34%) menjadi 62

Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2, No. 2, September 2000 : 54 - 64

139 (64,64%). Hal ini menggambarkan bahwa pers mengalami kebebasan untuk memuat berita politik nasional yang selama Orde Baru agak segan. Kerena trauma dengan pencabutan SIUPP beberapa media massa yang berani memuat berita politik seperti majalah Tempo, majalah Detik dan Editor. Pemuatan feature/artikel dan profile tentang politik sebelum dan sesudah reformasi mengalami peningkatan dan 29 (45,31%) menjadi 35 (54,69%). Data tersebut mencerminkan keberanian pers memuat feature/artikel dan profile tentang politik mulai meningkat dikarenakan adanya keberanian pers untuk mengemukakan pendapatnya. Berita “Straight News” yang mencerminkan informasi dari atas (top down) juga sebelum dan sesudah reformasi mengalami peningkatan dari 13 (19,11) menjadi 55 (80,89). Hal ini menandakan keberanian pers memuat berita politik dari top managemen (pemerintah) di negara ini. Berita “Straight News” yang mencerminkan informasi dari bawah (bottom up) sebelum dan sesudah reformasi mengalami peningkatan dari 33 (28,20%) menjadi 84 (71,80%). Selama ini para vokalis (non pemerintah) jarang dimuat sudah berani memuatnya. Pemuatan berita yang bersifat informatif juga mengalami peningkatan sebelum dan sesudah reformasi dari 50 (27,62%) menjadi 131 (72,38%). Pemuatan berita yang bersifat edukatif mengalami penurunan dari sebelum ke sesudah reformasi yaitu 14 (73,68%) menurun menjadi 5 (26,32%). Umpan balik masyarakat tentang politik diukur dari surat pembaca halaman enam dari rubrik umpan balik halaman 8. Data ini menunjukkan peningkatan dari 9 (39,13%) sebelum reformasi, menjadi 14 (60,87%) sesudah reformasi. Rubrik umpan balik dan komentar pembaca dalam surat kabar masih diminati pembaca, walaupun bersaing dengan tabloid. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Mengacu kepada perumusan masalah dan tujuan penelitian dari hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. frekuensi pemuatan berita politik di Harian Republika mengalami peningkatan sesudah terjadinya reformasi 2. bentuk berita politik di Harian Republika yang mengalami peningkatan frekuensi pemuatannya sesudah terjadi reformasi adalah bentuk tulisan Straight News (berita langsung), feature/artikel dan profile 3. frekuensi pemuatan berita politik top down (pemerintah) dan bottom up (rakyat) mengalami peningkatan sesudah terjadinya reformasi 4. frekuensi pemuatan berita politik yang bersifat informatif mengalami peningkatan sesudah terjadinya reformasi 5. frekuensi pemuatan berita politik yang bersifat edukatif mengalami penurunan sesudah terjadinya reformasi 63

Analisis Isi Pemberitaan Politik di Media Massa Cetak dan Umpan Balik Masyarakat (Iim Nurhayati dkk.)

6. umpan balik masyarakat dalam bentuk surat pembaca sebagai wujud partisipasi politik rakyat dalam politik mengalami peningkatan sesudah terjadinya reformasi. Saran Merujuk hasil penelitian ini, maka akan dikemukakan beberapa saran : 1. penelitian ini baru menyentuh tentang analisis isi pesan berita politik, perlu follow up research (penelitian lebih lanjut) tentang efek pesan media terhadap khalayak dalam bentuk survai 2. penelitian ini pun baru bersifat kuantitatif, perlu penelitian lebuh lanjut tentang asfek kualitatif 3. frekuensi pemuatan berita politik sesudah reformasi mengalami peningkatan telah mencerminkan adanya upaya media massa untuk memberikan pendewasaan politik bagi segenap komponen bangsa, tetapi perlu penelitian lanjut tentang efek pesan terhadap khalayak 4. perlu juga penelitian lanjutan setelah efek pesan media yakni interaksi antara khalayak dalam bentuk komunikasi antar pesona dan komunikasi antar kelompok dalam upaya pendewasaan dan peningkatan partisipasi politik rakyat. DAFTAR PUSTAKA Alfian., 1991. Komunikasi Politik dan Sistim Politik Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Arko Sukatendel dan Jalaludin Rakhmat R., 1990. Analisis Isi, Arai Komunikasi, Bandng. Bottomore, Tom., 1983. Sosiologi Politik (terjemahan), Bina Akasara, Jakarta. Dan Nimmo., 1989. Komunikasi Politik, Komunikator, Pesan dan Media, Remaja Karya, Bandung. …., 1989. Komunikasi politik, dan Efek, Remaja Karya, Bandung. De Vetto, Joseph A., 1996. Human Communication, Harper Collens, New York. Effendy, Onong Uchyana., 1993. Ilmu Teori dan Filsafat komunikasi, Remaja Karya, Bandung. Rachmat, Jalaludin., 1989. Psikologi Komunikasi, Remaja Karya, Bandung. …., 1995. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung. Krippendorff, Klaus., 1993. Analisis Isi; Pengantar Teori dan Metogdologi. Penterjemah: Farid Wajidi, Rajawali Press, Bandung. Mc Quail, Denis. 1991. Theories of Mass Communication, Collier Macmilan Limited, London. Tan, Alexis, W. 1991. Mass Communications Theories and Research, Grid Publishing Inc. Colombus, Ohio. 64

Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 2, No. 2, September 2000 : 54 - 64

65