PERUBAHAN PERILAKU PADATOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN Sumita SMP Pontianak Abstrak Novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan, peneliti berusaha untuk mengkaji perubahan perilaku tokoh utama, yang dari cerita awal perempuan tersebut seorang muslimah hingga menjadi seorang pelacur. Penelitian ini bermaksud agar perilaku dan perubahan perilaku yang terkandung dalam novel “ Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” dapat terungkap jelas. Berdasarkan hal tersebut masalah yang diteliti adalah sebagai berikut 1) bagaimanakah perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur”karya Muhidin M dahlan, 2) bagaimanakah perubahan perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan, 3) bagaimanakah dampak perubahan perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan. Metode yang sesuai untuk metode penelitian ini adalah metode deskripstif yang bersifat eksploratif. Metode deskripif digunakan untuk pemecahan masalah yang pada masa sekarang, sedangkan metode eksploratif digunakan untuk menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menghasilkan datadata tertulis atau lisan dan menafsirkan data sesuai dengan teori psikologi behaviorisme menurut Skinner. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam novel ”Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” Karya Muhidin M Dahlan 1) perilaku tokoh utama yang, patuh, cerdik, berdedikasi, tegar, berani, bertanggung jawab dan peka, 2) perubahan perilaku tokoh utama yang merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan, 3) dampak perubahan perilaku tokoh utama adalah dampak yang terjadi pada diri sendiri, dan keluarganya. Kata kunci: Analisis, Psikologi Behaviorisme, Novel.
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|623
I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sastra merupakan ungkapan manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona. Sedangkan karya sastra adalah sebuah usaha merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Penyebab utama lahirnya karya sastra adalah penciptaannya sendiri yaitu sang pengarang. Seorang pengarang dalam menciptakan karya sastra berpatokan pada suatu kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat (realitas objektif). Realitas objektif itu dapat berupa peristiwaperistiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup dan realitas objektif yang ada dalam masyarakat dan kemudian diungkapkan dalam bentuk karya sastra dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Dilihat dari penggunaan bahasa, bentuk karya sastra dapat dikelompokan menjadi tiga yakni (1) prosa yakni karya sastra yang bahasanya digunakan secara bebas, dan dapat dibedakan menjadi roman, novel serta cerita pendek (cerpen); (2) puisi yakni karya sastra yang penggunaan bahasanya secara ketat dan relatif; (3) drama yakni karya sastra yang penggunaan bahsanya dalam bentuk dialog. Dari ketiga bentuk karya sastra tersebut, bentuk karya sastra prosa berupa novel yang banyak diminati oleh pembaca. Hal ini dikarenakan novel selalu berisikan pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, semangat, keyakinan dan kepercayaan dari pengarang yang dirangkai menjadi sebuah tulisan yang
menyerupai kisah nyata (Arsyad, , dkk 1986:1.9-10). Menurut Sukada (1987: 48) dalam rangka analisis karya sastra ada dua aspek yang harus dibicarakan, yakni aspek ekstrinsik dan aspek instrinsik. Kedua aspek ini saling menjelaskan persoalan yang dibahas oleh pengarang dalam karyanya. Aspek intirinsik merupakan aspek yang membangun karya sastra itu sendiri, aspek tersebut meliputi : (1) tema; (2) plot/alur; (3) tokoh dan perwatakan; (4) setting/latar; (5) gaya bahasa; (6) sudut pandang (point of view); (7) amanat, sedangkan aspek ektrinsik merupakan aspek-aspek yang berada di luar karya sastra, yang meliputi (1) psikologi, (2) ekonomi, sosial budaya, politik; (3) subjektivitas individu pengarang; (4) unsur biografi pengarang. Kedua aspek tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, tanpa analisis aspek ekstrinsik sebuah kajian akan memberikan kesimpulan yang hanya berupa kemungkinan belaka pada analisis aspek instrinsiknya. Sebaliknya tanpa analisis aspek ekstrinsiknya susunan struktur karya sastra tidak mungkin dijelaskan. Aspek instrinsik sering disebut dengan pendekatan instrinsik, yaitu pendekatan yang mengangap karya sastra sebagai karya yang otonom yang dapat berbicara dari dalam karya itu sendiri. Aspek ekstrinsik sering juga disebut dengan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan ekstrinsik merupakan pendekatan yang menganggap karya sastra dapat dikaji dari berbagai disiplin ilmu, karena karya sastra terbentuk dari hasil perenungan pengarang yang dilatarbelakangi oleh suatu ilmu tertentu. Salah satu pendekatan ekstrinsik karya Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|624
sastra yang didasarkan pada ilmu kejiwaan atau psikologi disebut psikologi sastra (Saraswati, 2003: 1). Adapun yang menjadi objek penelitian psikologi sastra adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan perilaku nyata (psikologis) tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca, maupun psikologis penulis ketika melakukan kreatif (saat mencipta karya sastra). Sebagai sastrawan muslim, Muhidin M Dahlan termasuk salah satu pengarang baru yang kreatif khususnya dalam bidang religius. Salah satu novel karyanya adalah “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur”. Peneliti memilih novel tersebut karena dalam novel tersebut banyak menunjukkan perilaku dan perubahan perilaku pada tokoh utama dari perilaku yang taat pada agama sehingga perilaku yang melanggar agama. Dengan segala kontroversinya, Muhidin M Dahlan hadir dengan tulisannya yang dapat dipakai untuk berkaca dan mengkritisi diri mengenai nilai-nilai kehidupan terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai agama. Novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” ini menceritakan bagaimana kehidupan seorang perempuan yang digambarkan sebagai tokoh utama yang merupakan seorang muslimah yang sebelumnya beriman, karena berbagai persoalan dan kekecewaan, perempuan tersebut lebih memilih untuk menjadi seorang pelacur. Kehidupan pelacur yang dijalani bukan seperti kehidupan para pelacur pada umumnya yang selalu melacurkan diri di tempat-tempat pelacuran. Tokoh aku tersebut menjadikan para lelaki yang merupakan aktivis Islam sebagai mangsanya, karena disisi lain ia adalah seorang mahasiswi. Pada novel ini,
ditampilkan sisi kemunafikan dari seorang manusia atau seorang mahluk ciptaan Tuhan. Hal yang menarik dari novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” ini adalah ketika tokoh perempuan tersebut melakukan perbuatan zina dalam keadaan sadar. Walaupun demikian, sebenarnya ia juga jenuh melakukan hal-hal tersebut, karena ia tahu Tuhan meyaksikan apa yang ia lakukan dan ia tahu apa yang dilakukannya adalah perbuatan yang dilarang oleh Tuhannya. Dari novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan, peneliti berusaha untuk mengkaji perubahan perilaku tokoh utama, yang dari cerita awal perempuan tersebut seorang muslimah hingga menjadi seorang pelacur. Penelitian ini bermaksud agar perilaku dan perubahan perilaku yang terkandung dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” dapat terungkap jelas. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian sekarang lebih memfokuskan “Perubahan Perilaku Pada Tokoh Utama dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” Karya Muhidin M Dahlan yang lebih dispesifikasi pada persoalan perilaku, perubahan perilaku dan dampak perubahan perilaku. Novel ini merupakan sebuah memoar, yaitu novel yang berisikan catatancatatan peristiwa masa lampau tentang pengalaman hidup seseorang. 1.2 MASALAH PENELITIAN 1.2.1 JANGKAUAN MASALAH Novel merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki cerita yang sangat panjang. Serta terbagun atas dua aspek yakni aspek intrinsik dan ektrinsik. Novel yang berjudul “Tuhan Izinkan Aku Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|625
Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan dapat dikaji atau dianalisis dengan menggunakan beberapa pendekatan antara lain: sosiologi sastra, dan psikologi sastra, selain itu juga dapat dikaji atau dianalisis dari aspek intrinsik dan ektrinsik. Aspek intrinsik merupakan aspek yang membangun karya sastra dari dalam karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, plot/alur, tokoh dan perwatakan, setting/latar, gaya bahasa, sudut pandang (point of view), amanat, sedangkan aspek ektrinsik merupakan aspek yang membangun karya sastra dari luar tubuh karya sastra seperti psikologi baik psikologi pengarang, pembaca, ekonomi, sosial budaya, politik, subjektivitas individu pengarang, dan bahkan unsur biografi pengarang. Psikologi behaviorisme merupakan aliran psikologi yang menekankan pada perilaku yang diakibatkan oleh adanya suatu rangsangan tertentu. Rangsangan itu sendiri dapat disadari diciptakan atau tanpa sadar, yang disadari seperti halnya kegiatan belajar-mengajar, latihan-latihan atau organisasi. Adapun yang tidak disadari seperti negara tempat dilahirkan, keadaan orang tua, agama dan sebagainya (Ekarini, 2003: 13). Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon. Perilaku tersebut dibagi dalam tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Tingkat kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap dan psikomotor dari tindakan (keterampilan). Konsep dasarnya sangat sederhana yakni bahwa semua tingkah laku dapat dikontrol oleh kosekuensi (dampak yang mengikuti) tingkah laku itu. Sedangkan untuk perubahan perilaku yang
terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya.adapun yang mempengaruhi dalam perubahan perilaku dapat disebabkan oleh fakor lingkungan, keluarga, kebudayaan,dan sekolah dan sebaginnya. Sedangkan untuk dampak dari perubahan perilaku tersebut dapat berdampak pada dirinya sendiri atau pun pada keluarga sekitatnya. Dari perubahan perilaku tersebut akan ada dampak yang bermacam-macam pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. 1.2.2 BATASAN MASALAH Berdasarkan jangkauan masalah di atas, pembahasan dalam penelitian ini perlu dibatasi pada beberapa hal yang relevan dengan orientasi penelitian. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan kajian sastra yang lebih teliti dan jelas, sehingga pembahasan masalah menjadi mendalam dan terperinci. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Perilaku tokoh utama b) Perubahan perilaku Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|626
c) Dampak perubahan perilaku Peneliti membatasi permasalahan pada ketiga aspek di atas dikarenakan oleh anggapan bahwa perilaku merupakan sesuatu yang mendasar yang dimiliki oleh manusia dan mencakup segala pernyataan hidup serta dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan atau genetika. Perilaku yang dimilki oleh tokoh utama pada novel tersebut mengalami suatu perubahan yang sagat signifikan.
1.2.3 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebgai berikut: 1) Bagaimanakah perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur”karya Muhidin M dahlan? 2) Bagaimanakah perubahan perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan? 3) Bagimanakah dampak perubahan perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan? 1.3 1.3.1
TUJUAN PENELITIAN TUJUAN UMUM Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang perubahan perilaku pada tokoh utama yang terdapat dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” Karya Muhidin M Dahlan. 1.3.2 TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang hal-hal sebagai berikut: 1. Perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan. 2. Perubahan perilaku pada tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan. 3. Dampak perubahan perilaku pada tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat diadakannya penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yakni: 1.4.1 MANFAAT TEORITIS Secara teroritis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: a. Memberikan gambaran yang konkrit tentang teori psikologi behaviorisme dan penerapannya dalam pengkajian karya sastra, dapat dianalisis dengan teori psikologi behaviorisme. b. Memberikan pemahaman bahwa kajian psikologi behaviorimse akan memberikan konstribusi pada perkuliahan sastra. c. Memperkaya kajian interdisipliner sastra dengan ilmu psikologi. 1.4.2 MANFAAT PRAKTIS Secara praktis penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: a. Memberikan wawasan kepada pembaca tentang bermacam-macam perilaku perempuan dalam kehidupan masyarakat. Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|627
b. Sebagai bahan masukan pemikiran, bagi peneliti yang lain untuk melakukan penelitian yang sejenis dengan fokus yang lebih luas. 1.5 DEFINISI OPERASIONAL 1. Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya (Esten, 1990: 12). 2. Psikologi sastra adalah kajian terhadap karya sastra yang berhubungan dengan psikologi pengarang, pembaca, dan tokoh dalam karya sastra. 3. Prilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (http://www.infoskripsi.com/FreeResource/Konsep-PerilakuPengertian-Perilaku-Bentuk-Perilakudan-Domain-Perilaku.html. Diakses 18 Januari 2010). 4. Psikologi Behaviorisme adalah merupakan aliran psikologi yang menekankan pada perilaku yang diakibatkan oleh adanya suatu rangsangan terentu. Rangsangan itu sendiri dapat disadari diciptakan atau tanpa sadar (Ekarini, 2003: 13). 5. Perubahan perilaku adalah perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa
dalam dirinya telah terjadi perubahan, (http://www.infoskripsi.com/FreeResource/Konsep-PerilakuPengertian-Perilaku-Bentuk-Perilakudan-Domain-Perilaku.html. Diakses 18 januari 2010). II. LANDASAN TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Adapun peneliti terdahulu yang telah menganalis novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan adalah oleh Hayati Gani 2008 dengan judul “Telaah Makna Ketuhanan Dalam Novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur karya Muhidin M. Dahlan” dari analisis terdahulu penelitian lebih fokus pada makna ketuhanan yang diwujudkan dalam pengakuan tokoh aku terhadap keesaan Tuhan, makna Ketuhanan dalam pengakuan tokoh aku terhadap kekuasaan dan kehendak Tuhan, makna Ketuhanan dalam pengakuan tokoh aku terhadap keadilan Tuhan. Novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M. Dahlan mendapat berbagai komentar dari para pembaca dan pengamat sastra. Komentar yang diberikan beragam ada yang memuji dan ada yang mencela. Seoranng ibu dosen yang mengajarkan mata kuliah agama di sebuah perguruan tinggi berbasis Islam mengatakan bahwa penulisan dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” dengan kecanggihannya berusaha merusak akidah Islam. Selain itu seorang da’i (ulama) terpelajar dan terkemuka menyebut novel ini sebagai novel sampah yang tidak layak dibaca. Novel ini ditulis dengan kekerasan bahasa yang luar biasa dan tidak mengenal sopan santun dan pendidikan, buku yang Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|628
ditulis oleh orang yang berpikir atheis dan isinya fitnah belaka (Dahlan 2009:256-258). Seorang psikolog (dalam Dahlan, 2009: 259) yang turut membedah buku “Tuhan Iznikan Aku Menjadi Pelacur” ini mengatakan bahwa buku ini telah memperkaya khasanah dunia psikologi ihwal kejiwaan seorang manusia ketika bersentuhan dengan agama. Namun disisi lain ada juga yang berkaiatan kritik yang proporsional dan tidak disertai dengan kemarahan yang meluap-luap sebab buku ini tidak ada apa-apanya ketimbang kenyataan yang terjadi disekeliling kita. Adapun beberapa hasil penelitian dan berbagai komentar tentang novel Tuhan Izinkan Au Menjadi Pelacur karya Muhidin M Dahlan maka peneliti bermaksud untuk melakukan kajian yang difokuskan pada persoalan yang dikaji dan dibatasi pada persoalan perilaku, perubahan perilaku dan dampak perubahan perilaku. 2.2 LANDASAN TEORI 2.2.1 PENGERTIAN NOVEL Kata novel berasal dari kata latin “novellus” yang berarti baru. Novel dapat dikatan sebagai salah satu jenis karya sastra baru jika dibandingkan dengan jenis-jenis sastra yang lain seperti puisi dan drama. Hal ini dikarenakan novel ini muncul kemudian. Berkaiatan dengan itu, The American College Dictionary (dalam Tarigan, 1985: 164) mengatakan bahwa novel adalah suatu cerita prosa fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Sedangkan Sugiarti (2001: 114-115) menyatakan bahwa novel
merupakan suatu cerita prosa fiktif dengan panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata dengan repsentatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Sementara itu Virginia Wolf (dalam Tarigan, 1985: 164) mengatakan bahwa sebuah roman atau novel ialah sebuah eksplorasi atau sebuah kronik kehidupan, perenungan, dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, hasil, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik manusia. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang diungkapkan oleh pengarang untuk menceritakan atau menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat imajinatif melalui gerak gerik manusia atau tokohtokohnya. 2.2.2 UNSUR PEMBANGUN NOVEL Dalam rangka menganalisis karya sastra, ada dua aspek yang harus dibicarakan, masing-masing aspek instrinsik dan aspek ekstrinsik. Kedua aspek ini saling membantu dan saling menjelaskan persoalan yang terdapat pada novel tersebut (Sugiarti, 2001: 20). Segi instrinsik ialah segi yang membangun cipta sastra itu dari dalam, misalnya hal-hal yang berhubungan dengan struktur, seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan pengungkapan tema dan amanat, termasuk ke dalamnya juga hal-hal yang berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Segi ekstrinsik ialah segi yang mempengaruh cipta sastra itu dari luar atau latar belakang dari penciptaan sastra itu. Misalnya faktor-faktor politik, ekonomi, Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|629
sosiologi, sejarah, ilmu jiwa atau pendidikan. Tujuan ekstrinsik sifatnya hanyalah membantu penelitian dan melengkapi tinjauan yang bersifat instrinsik. Sejalan dengan uraian di atas, Aminuddin (2004: 67-93) membagi unsur pembangun novel menjadi enam bagian, di antaranya (1) setting, (2) gaya, (3) penokohan dan perwatakan, (4) alur atau plot, (5) titik pandang dan (6) tema. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur pembangun novel atau sastra terdiri atas (1) unsur instrinsik, yang mencakup setting atau latar, gaya atau style, penokohan dan perwatakan, alur atau plot, titik pandang, tema, (2) unsur ekstrinsik, yang mencakup faktor historis, faktor sosiologis, faktor psikologi, faktor politik dan faktor filosofis atau seringkali muncul sebagai faktor religius. 2.2.2.1 PENOKOHAN Penokohan menurut Esten (1990:27) adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Ada beberapa cara dalam menggambarkan tokoh-tokoh, di antaranya: (1) secara analitik, yaitu pengarang langsung menceritakan bagaimana watak tokoh-tokohnya; (2) secara dramatik, yaitu pengarang tidak langsung menceritakan bagaimana watak tokoh-tokoh ceritanya, misalnya melalui pengambaran tempat dan lingkungan tokoh, bentuk-bentuk lahir dan melalui perbuatan sang tokoh. Perwatakan atau penokohan dalam suatu cerita adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita. Sifat-sifat yang diberikan pada pelaku cerita akan tercermin pada pikiran atau perbuatannya,
pandangan hidupnya, keyakinan, adat istiadat dan sebagainya. Cara menggambarkan watak tokoh bermacammacam, sehingga kesan imajinasi yang ditimbulkan wataknya berbeda-beda, kualitas nalar dan jiwanya. Watak inilah yang membedakan tokoh satu dengan yang lain. Tiap-tiap tokoh diberi watak dan kepribadian yang sesuai. Menurut Sugiarti (2001: 95) penggambaran watak tokoh, seorang pengarang dapat melakukan empat cara : (1) cara analitik, (2) dramatik, (3) gabungan analitik dan dramatik, (4) metode kontekstual. 2.2.2.2 TEMA Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita. Tema terbentuk dari sejumlah ide, tendens, motif, atau amanat yang sama, yang tidak bertentangan satu dengan yang lainnya. Tema dinyatakan secara tidak terus terang, meskipun ada dan dirasakan oleh pembaca. Tema tidak lain merupakan ide pokok, ide sentral atau ide yang dominan dalam karya sastra (Sugiarti, 2001: 38). Pernyataan tersebut mengimplikasikan dua macam acuan pengertian, yakni arti tema bagi pengarang dan pembaca. Makna tema bagi pengarang adalah konsep atau gagasan sentral yang akan dikembangkan pengarang menjadi suatu cerita atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita yang diciptakan. Sesuatu itu dapat berupa pendapat, pandangan hidup, pengalaman pengarang dalam mengamati sesuatu masalah kehidupan, cita-cita dan idealisme dan sebagainnya. Adapun tema bagi pembaca merupakan gagasan sentral atau makna dalam sebuah prosa yang ditemukan oleh pembaca. Pengertian ini Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|630
mengisyaratkan bahwa tema bagi pembaca meupakan hasil atau temuan melalui proses penafsiran terhadap prosa fiksi yang dibaca. Tema dalam sebuah prosa fiksi, dapat mengandung banyak persoalan, misalnya; masalah moral, masalah sosial, masalah individual, masalah spiritual, masalah politik, dan sebagainya. Perwujudan dalam sebuah cerita ada yang secara ekspilisit tergambar dalam judul, ada yang secara eksplisit tertuang dalam dialog tokoh (tokoh tematis) dan adegan-adegan tokoh, ada yang diturunkan melalui topik atau pokok masalah, namun banyak juga yang secara implisit tergambar melalui seluruh unsur dalam suatu cerita. Secara hakiki tema merupakan pendalaman dari hasil kontemplasi pengarang yang berkaitan dengan masalah hidup dan kehidupan, masalah kemanusiaan dan masalah-masalah lain yang bersifat universal. Karena itu bagi pembaca sastra untuk dapat memahami tema dengan baik maka perlu memahami ilmu humanitas. Menurut Sudjaman (Sugiarti, 2001: 40) bahwa karya sastra yang dengan pasti memiliki tema sesungguhnya merupakan suatu penafsiran atau pemikiran tentang kehidupan. Secara garis besar tema dapat diperinci menjadi dua macam yaitu; (1) tema tradisional yakni tema berpangkal pada pola-pola lama, misalnya tentang baik dan buruk, tentang salah-benar, tentang pengabdian kepada masyarakat tentang kesulitan-lari ke Tuhan dan segainnya, (2) tema modern yaitu tema yang berpangkal pada pola berpikir modern, misalnya tentang kenyataan, tentang perlawanan terhadap nasib, tentang perjuangan batin, tentang
problema kehidupan manusia beserta kompleksitasnya (dalam Sugiarti, 2001: 41). 2.2.3 RUANG LINGKUP PSIKOLOGI Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1988: 704) dijelaskan, psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa. Psikologi adalah ilmu tentang roh atau jiwa. Ada dua pendapat yang paling populer tentang hakikat jiwa, pertama jiwa adalah substansi yang bebas dari benda dan sifat-sifatnya, jadi ia bukanlah tubuh atau bertempat di tubuh, tetapi ia berhubungan dengannya secara pengurusan dan perlakuan. Dengan berlakunya maut putuslah perhubungan itu. Pendapat ini didukung oleh sebagian besar filosof-filosof teologi, golongan-golongan sifi terkemuka, dan golongan-golongan ahli ilmu kalam seperti Al-Tusi, Al-Ghazali, dan Al-Razi. Pendapat kedua, jiwa adalah subtansi materialis, ini didukung oleh golongan dari Muktazilah dan banyak pengikut-pengikut ahli kalam ( Siswanto, 1993: 5). Dalam Ensiklopedi Indonesia 5 ( 1984: 286) diterangkan psikologi mula-mula cabang filsafat yang mempelajari psyche (Yunani: kegiatan alam sadar: pikiran, jiwa), kemudian ilmu pengetahuan tentang pikiran, dan sekarang, dipandang dalam konteksnya yang lebih luas, ilmu pengetahuan tentang tingkah laku baik pada manusia maupun binatang. Erat hubungannya dengan antropologi (ilmu pengetahuan tentang manusia) dan somatologi (ilmu pengetahuan tentang tubuh). Jelas, pada satu pihak psikologi berhubungan erat dengan ilmu kedokteran dan di lain pihak dengan sosiologi. Terdapat sejumlah cabang psikologi manusia yang saling berhubungan erat. Psikologi eksperimental, meliputi Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|631
semua penyelidikan psikologi yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi. Eksperimen-eksperimennya dapat bersasaran pada individu atau kelompok. Pada penyelidikan yang bersasaran pada kelompok, statistik akan banyak berperan, dalam psikologi klinis khususnya, informasi diperoleh melalui perawatan terhadap mereka yang menderita penyakit jiwa. Pendekatan psikologi sastra dapat berupa psikologi pengarang, psikologi karya sastra dan psikologi pembaca. Psikologi sastra memiliki empat kemungkinan pengertian: (1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pribadi (2) studi proses kratif, (3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, (4) dampak sastra pada pembaca. Dari keempat kajian tersebut yang paling berkaitan dengan bidang sastra adalah aspek ketiga yaitu tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Oleh karena itu, jelaslah bahwa antara psikologi dan sastra memiliki kaitan yang erat ( Ekarini, 2003: 6).
2.2.5 PSIKOLOGI BEHAVIORISME DAN KAJIAN SASTRA Skinner sebagai pelopor behaviorisme menolak semua teori kepribadian. Menurutnya, psikologi belum siap (belum memiliki data faktual yang cukup) untuk membagun teori kepribadian yang mencakup segala hal. Dia tidak membahas topik kepribadian secara khusus, kecuali sekedar menjadikannya sebagai label dari aspek tingkah laku tertentu. Skinner (1966: 6) Behavior is what an organism is doing or more accuratelly
what it is observed by another organism to be doing. Behavior adalah apa yang dilakukan atau lebih akuratnya adalah apa yang diamati oleh organisme yang lain dan reaksinya terhadap rangsangan tersebut. Psikologi behaviorisme merupakan aliran psikologi yang menekankan pada perilaku yang diakibatkan oleh adanya suatu rangsangan tertentu. Rangsangan itu sendiri dapat disadari diciptakan atau tanpa sadar. Yang disadari seperti halnya kegiatan belajar-mengajar,latihan-latihan atau organisasi. Adapun yang tidak disadari seperti negara tempat dilahirkan, keadaan orang tua, agama dan sebagainya (Ekarini, 2003: 13). Pendekatan behavior berpinjak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat Ia berada. Hal ini tidak seperti anggapan psikologi kognitif yang menggangap sebaliknya, yakni kepribadian manusia dianggap bentuk oleh faktor pembawaannya (agen internal). Dengan anggapan ini, pendekatan behavior mengabaikan faktor pembawaan manusia yang dibawa sejak lahir, seperti perasaan, insting, kecerdasan, bakat, dan lain-lain. Dengan anggapan itu manusia dianggap sebagai produk lingkungan sehingga manusia menjadi jahat, beriman, penurut, berpandang kolot, serta ekstrim sebagai bentukan lingkungannya (Endaswara, 2008: 56-57). Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai adaptasi terhadap stimulus lingkungan. Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme mempelajari adaptasi Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|632
perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip asosiasi. Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristik yang secara umum mengikuti pendapat para filsuf Inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan. Berdasarkan anggapan di atas, perilaku manusia disikapi sebagai respon yang akan muncul kalau ada stimulus tertentu yang berupa lingkungan. Akibtanya perilaku manusia dipandang selalu dalam bentuk hubungan karena suatu stimulus tertentu akan memunculkan perilaku yang tertentu pula pada manusia. Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk kreatif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan,
mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan (http://jurusan komuniksai blogspot.com/2009/teori behaviorisme.html,18 Januari 2010). Skinner bekerja dengan tiga tipe asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada dasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan menjadi asumsi semua pendekatan ilmiah. 2.2.6 PERILAKU DAN PERUBAHAN PERILAKU Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner. Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (keterampilan). Masalah perilaku merupakan masalah yang urgen dalam bidang psikologi. Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang perilaku. Menurut Sherif dan Sherif (dalam Hudaniah, Tri Dayakisni, 2009: 89) perilaku menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Perilaku merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Dari pengertian di atas bahwa perilaku merupakan kecenderungan untuk bertindak untuk Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|633
bereaksi terhadap rangsangan.dengan demikian perilaku dapat dilihat langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Pada hakikatnya perilaku adalah merupakan suatu interelansi dari berbagai komponen, menurut Allport (Hudaniah, Tri Dayakisni, 2009: 90) memiliki tiga komponen yaitu; (1) komponen kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek perilakunya, dari pengetahuan teresebut kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek perilaku tertentu; (2) komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang, jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem yang dimilikinya; (3) komponen kognitif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan obyek perilaku. Dengan demikian perilaku seseorang pada suatu obyek perilaku merupakan manifestasi dari konstelasi ketiga komponen tersebut yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan dan berperilaku terhadap obyek perilaku. Ketiga komponen itu saling berintegrasi dari konsisten satu dengan lainnya. Adapun fungsi perilaku menurut Karz (Hudaniah, Tri Dyakisni, 2009: 91) yaitu; (1) Utilitarian Funcation yaitu perilaku memungkinkan seseorang untuk memperoleh atau memaksimalkan ganjaran (reward) atau persetujuan dan meminimalkan hukuman, dengan kata lain perilaku adalah fungsi sebagai penyesuaian sosial; (2) Knowledge Funcation yaitu
perilaku membantu dalam memahami lingkungan (sebagai skema) dengan melengkapi ringkasan evaluasi tentang obyek dan kelompok obyek atau segala sesuatu yang dijumpai di dunia; (3) ValueExpressive Funcation yaitu perilaku yang mengkomunikasikan nilai dan identitas yang dimiliki seseorang terhadap orang lain; (4) Ego Defensive Funcation yaitu perilaku melindungi diri, menutupi kesalahan, agresi, dan sebagainya dalam rangka mempertahankan diri. Perilaku ini mencerminkan kepribadian individu yang bersangkutan dalam masalah-masalah yang belum mendapatkan penyelesaian secara tuntas, sehingga individu berusaha mempertahankan dirinya secara tidak wajar karena ia merasa takut kehilangan statusnya. Menurut Bimo Walgito (Hudaniah, Tri Dayakisni, 2009:92) bahwa pembentukan dan perubahan perilaku akan ditentukkan oleh dua faktor yaitu; (1) faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak; (2) faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah perilaku. Sementara menurut mednick, Higgins dan Kirchenbaum (Hudaniah, Tri Dyakisni, 2009:92) menyebutkan bahwa pembentukkan perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu; (1) pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan, (2) karakter kepribadian individu, (3) informasi yang selama ini diterima individu. Ketiga faktor ini akan berinteraksi dalam pembentukkan perilaku.
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|634
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukkan dan perubahan perilaku pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri individu dan faktor di luar diri indvidu yang keduanya saling berinteraksi. IV. ANALISIS DATA 4.1 PERILAKU PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR 4.1.1 PATUH Tokoh perempuan dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” digambarkan sebagai perempuan yang sangat patuh pada agama dan tidak mau menyia-nyiakan waktu dengan percuma. Hal itu terlihat dalam kutipan berikut: “Tanpa pikir panjang aku langsung menyanggupi untuk ikut di pengajian itu karena hidupku ingin berubah. Aku ingin membersihkan jiwaku dari segala kekotoran dunia ini sebagaimana sebelumnya. Aku ingin mendekatkan diri sedekatdekatnya kepada Tuhan. Tidak, aku tidak mau membiarkan hidupku berjalan tanpa arti. Aku ingin berubah. Aku tidak ingin hatiku terpenjara oleh banyaknya urusan yang tak ada maknanya” (TIAMP/PT/24/2009). Kutipan tersebut menggambarkan tentang perilaku yang dimiliki oleh tokoh utama perempuan dalam novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur yang bernama Nidah Kirana yakni tentang kepatuhan dan ketaatan. Kepatuhan dan ketaatan tersebut ditujukkan kepada Tuhan Yang maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta
isinya, yang diwujudkan dengan mengakui bahwa pada akhirnya manusia akan kembali kepada Tuhan. Pada Kutipan tersebut tokoh Aku mengatakan bahwa ia ingin mendekatkan dirinya sedekat-dekatnya kepada Tuhan tanpa menyia-nyiakan waktu sedikitpun tanpa arti, ia menginginkan hidupnya berubah dan ingin membersihkan jiwanya dari segala perbuatan-perbuatan dosa yang dapat membawanya pada suatu keadaan yang dapat menjauhkan dia dari Tuhannya, selain itu juga Ia ingin selalu bertafakur dan berdoa kepada Tuhannya sehingga dengan hal tersebut akan timbul kesadaran bahwa hanya Dialah, Tuhan satusatunya yang patut disembah. Tuhan adalah satu-satunya tempat untuk memohon perlindungan agar selalu dijaga dan diberi petunjuk agar hatinya tetap terjaga dari perbuatan-perbuatan dosa. Hal tersebut dapat terlihat pada kutipan berikut. 4.2 PERUBAHAN PERILAKU PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR KARYA MUHIDIN M DAHLAN Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|635
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Adapun yang mempengaruhi dalam perubahan perilaku dapat disebabkan oleh fakor lingkungan, keluarga, kebudayaan, dan sekolah. 4.2.1 PERUBAHAN PERILAKU TOKOH UTAMA YANG TAAT AGAMA MENJADI MELANGGAR AGAMA “Sepertinya aku semakin menjauh saja dari tradisi sufi yang kubangun dengan sangat payah dan sendiri kala aku masih tinggal di Pondok Ki Ageng” (TIAMP/PP/62/2009). Kutipan tersebut merupakan gambaran perubahan perilaku yang terjadi pada tokoh Aku. Perubahan itu tergambar jelas dari perilakunya yang taat beribadah dan mengikuti tradisi sufi yang ia bangun dengan susah payah. Kehidupan seorang sufi yang sangat sederhana dan selalu menjalankan perintah Allah yang kemudian berubah menjadi sosok yang menjauh dari perilaku dan kehidupan sufi tersebut, serta untuk melakukan diskusi tentang berbagai macam persoalan agama pun tidak ia lakukan serajin dulu. Semua itu ia rasakan dan dikarenakan oleh faktor lingkungan yang tidak mendukung. lingkungan tersebut membawa dia untuk tidak mengikuti kehidupan sufi itu lagi. Ia sadar akan perubahan perilakunya yang terjadi saat ini, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, semangat seorang Nidah Kirana yang dulu sudah tidak ada lagi pada dirinya.
4.3 DAMPAK PERUBAHAN PERILAKU PADA TOKOH UTAMA DALAM NOVEL “TUHAN IZINKAN AKU MENJADI PELACUR” KARYA MUHIDIN M DAHLAN. Dampak perubahan perilaku tokoh Aku pada novel Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan, terjadi pada keluarga dan pada lingkungan sekitar bahkan dampak perubahan perilaku tokoh Aku juga berdampak pada diriya sendiri. 4.3.1 DAMPAK PERUBAHAN PERILAKU YANG BERPENGARUH PADA TOKOH UTAMA “Tapi sialnya, teror ini mula-mula sekali Kutipanngnya, ketika usia masuk mereka dalam hitungan hari, mereka langsung dihadang teror. Padahal aku tahu persis, emosi geraka mereka belum mantap betul letak duduknya ketika aparat keamanan dan pemerintahan desa mencium gelagat itu ketika tiap kali aku Kutipanng ke mesjid, orang-orang pada menyingkir dan tak mau berdiri di sampingku untuk salat berjamaah” (TAMP/DPP/78/2009). Kutipan di atas menunjukan dampak dari perubahan perilaku tokoh Aku, yang memberanikan diri untuk ternjun dan berkecimbung di jalan Allah serta mengabdikan diri secara kaffah, sesuai dengan keinginnan Allah SWT dan Rasullah SAW. Perubahan perilakunya itu berdampak bagi dirinya sendiri. Ia menginginkan masyarakat kampungnya mengetahui syariat-syariat agama Islam dan tidak mempercayai pada dukun karena dalam ajaran Islam, perbuatan tersebut merupakan Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|636
suatu kemusyirikan. Ia tidak menginginkan masyarakat disekitar lingkungannya menjadi masyarakat yang tidak disenangi oleh Allah SWT. Maka ia bertekad ingin membantu masyarakat kampung dan mengajarinya syariat Islam yang di dapatnya dari pondok, akan tetapi pada saat ajaran yang yang dibawanya belum selesai diajarkan, ia sudah mendapatkan teror dari aparat dan sebagian warga kampung karena menurut warga kampung apa yang ia ajarkan adalah ajaran sesat. Dikatakan demikian karena pada setiap acara pengajian ia meminta uang dari warga sekitar dengan alasn untuk kepentingan agama, dan dampak yang sangat menonjol tokoh Aku dijauhi oleh masyarakat sekitarnya, bahkan pada saat berada di mesjid orang-orang menyingkir dan tidak mau berdiri disampingnya ketika melaksanakan salat 4.3.2 DAMPAK PERUBAHAN PERILAKU YANG BERPENGARUH PADA LINGKUNGAN KELUARGA “Puncak dari kemarahan warga itu adalah ketika Riana, seorang yang baru saja direkrut oleh asisten wilayah dakwahku di Komandemen Desa, pingsan ketika di kelasnya, seorang guru bercerita tentang sejarah Jemaah kami” (TIAMP/DPP/78-79/2009). Kutipan di atas menunjukkan dampak perubahan perilaku tokoh Aku. Yakni perubahan dari sosok tokoh Nidah Kirana yang merupakan manuasia biasa, dan memilki tingkat pengetahuan keagamaan yang relativ rendah, menjadi sosok yang memilki tingkatatn kegamaan yang sangat tinggi dan bahkabn ia menjadi salah satu pendakwah yang memeluk Islam secara kaffah. Dari perubahan perilakunya tersebut
ia menjadi seseorang yang dapat membimbing dan mengajarkan tentang Islam secra kaffah utnuk mastyarakat di sekitarnya. Akan tetapi sebagian masyarakat desa beranggapan bahwa ajaran yang dibawa olehnya merupakan ajaran yang sesat, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan puncak kemarahan warga tersebut ketika ada seorang warga yang menjadi asistennya pingsan yang dikarenakan adanya ketakutan yang timbul ketika gurunya bercerita tentang sejarah jamaah mereka. Akhirnya salah satu asisten tokoh Aku dibawa polisi. Karena itu dampaknya pada tokoh Aku Ia menjadi pemicu rusaknya otak warga kampung. V. PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data pada pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1) Perilaku tokoh utama pada novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan adalah (1) patuh; (2) cerdik; (3) berdedikasi; (4) tegar; (5) berani; (6) bertanggung jawab; dan (7) peka. 2) Perubahan perilaku tokoh utama pada novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan, merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Adapun perubahan perilaku tokoh Aku pada novel tersebut yakni tokoh aku yang pada awalnya merupakan tokoh yang taat beribadah, patuh dan selalu melaksanakan perintah agama, berubah menjadi perilaku yang kasar, tidak dapat menerima kenyataan hidup, serta tidak memilki rasa syukur yang diberikan Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|637
Tuhan dan selalu melakukan perbuatan yang melanggar dari ajaran Agama. Keseluruhan perubahan perilaku itu terjadi karena faktor lingkungan dan kekecawaan terhadap Tuhannya. 3) Dampak perubahan perilaku tokoh Utama pada novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan adalah dampak yang terjadi pada diri sendiri, dan keluarganya. Dampak terhadap diri sendiri terlihat ketika tokoh aku melanggar ajaran agamanya sehingga hidupnya menjadi bimbang tanpa arah tujuan yang pasti, dan akibat perebuatannya tersebut ia terjerumus ke dalam dunia hitam yang merupakan dunia yang sangat dibenci oleh Allah akhirnya ia menjadi seorang pelacur. Dampak perubahan peilakunya kepada kehidupan kelurga adalah keluarganya tidak dihargai dan diacuhkan oleh masyarakat sekitar bahkan ayahnya meninggal karena perubahan perilakunya yang sanagt signifikan dari seorang perempuan muslimah menjadi seorang perempuan yang hina dimata Tuhan dan masyarakat. Selain itu juga dampak perubahan perilaku tokoh utma terhadap keluarganya adalah kakaknya sudah dikucilkan di kalangan masyarakat, Ia sudah dianggap kotor seperti Nidah Kirana. 5.2 SARAN Penelitian terhadap novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan ini merupakan penelitian yang pertama bagi peneliti. Peneliti menyadari akan segala kekurangan atau kelemahan yang terdapat di dalamnya. Oleh
sebab itu, peneliti mengharapkan perlunya saran dan kritik dari pemabaca yang bersifat membangun sebagai upaya penyempurnaan hasil penelitian ini. Berkenaan denga hal tersebut, penelitian menyampaikan beberapa saran di antaranya sebagai berikut. 1. Bagi pengajaran Sastra Hasil penelitian ini berupa deskripsi tentang perubahan perilaku pada tokoh utama dalam novel” Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengajaran apresiasi sastra oleh para guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, sehingga para siswa dapat mengenal nilai-nilai yang ada pada karya sastra khususnya novel. 2. Bagi pembaca. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan renungan terhadap persoalan perempuan yang terpuruk tingkat keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, serta dapat dijadikan sebagai pengetahuan dalam apresiasi sastra. Novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M Dahlan nilai-nilai estetika juga mengandung makna yang berupa nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, untuk memahami sebuah karya sastra, sebaiknnya para pembaca pada umumnya dan para pecinta sastra khususnya untuk dapat mengkaji novel sehingga dapat memperkaya khazanahh tentang masalahmasalah kehidupan. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah perilaku tokoh utama, perubahan perilaku tokoh utama serta dampak perubahan perilaku tokoh utama dalam novel “Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur” karya Muhidin M. Oleh sebab itu, alangkah Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|638
baiknya perlu diadakan penelitian lanjutan yang ruang lingkup kajiannya diperluas atau dilakukan penelitian yang ditinjau dari sudut yang berbeda. Dengan demikian akan
diperoleh hasil dan informasi yang terbaru dan menyeluruh.
Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|639
DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru. Alwisol .2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dahlan, M Muhidin. 2005. Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur. Yogjakarta: ScriPtaManent. Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dyakisni, Tri dan Hudaniah. 2009. Psikologi Sosial. UMM Press. Endaswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra. Jakarta:PT Buku Kita Esten, Mursal. 1990. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Sadily, Hasan. 1984. Ensiklopedi Indonesia 5. Jakarta: Ichriar Baru Van Hoeve. Saraswati, Ekarini. 2003. Psikologi Sastra. UMM Press Semi, Atar. 1989. Kritik sastra. Bandung: Angkasa Skinner, B. F. 1966. The Behavior Of Organisme. Amerika: Prentice Hall Sukada, Made. 1987. Pembinaan Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Sugiarti. 2001. Pengetahuan dan Kajian prosa Fiksi. Program studi bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiya Malang. Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Kepribadian. Yogjakarta: Rajawali Press. Siswanto, Wahyudi. 1993. Psikologi Sastra. Malang: IKIP Malang. Tarigan, Henri Guntur. 1985. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Bandung. Wellek, Reana dan Werren, Austin. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. http://www.infoskripsi.com/Free-Resource/Konsep-Perilaku-Pengertian-Perilaku-BentukPerilaku-dan-Domain-Perilaku.html. Diakses 18 Januari 2010. http://n.stigma Islam.blogspot.com. Diakses 02 Maret 2010 http://Indahparmalia.wordpress.com/2009/01/29/Tuhan Ijinkan aku menjadi pelacur. Diakses 02 Maret 2010 Jurnal Artikulasi Vol.9 No.1 Februari 2010|640