“MAKNA” DALAM KOMUNIKASI

Download Kata Kunci: bahasa, simbol komunikasi, makna. A. Pendahuluan. Makalah ini merupakan suatu kajian teoritis mengenai aktivitas komunikasi, di...

0 downloads 394 Views 331KB Size
“MAKNA” DALAM KOMUNIKASI Ibrahim

ABSTRAK

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia sememangnya mempunyai kemampuan dasar berkomunikasi antar sesama. Akan tetapi setiap manusia akan senantiasa memiliki perbedaan kemampuan dalam berkomunikasi, terutama menyangkut bahasa sebagai pilihan simbol dalam menyampaikan pesan, dan makna pesan yang hendak dipertukarkan melalui simbol-simbol komunikasi. Hal ini menyebabkan tidak semua komunikasi yang dibangun memperoleh hasil yang sama efektif. Dalam banyak contoh, kita gagal membangun komunikasi dengan baik, sesuai harapan dan maksud yang diinginkan. Bahkan tidak jarang kita terjebak dalam perangkap perbedaan simbol/lambang komunikasinya saja, substansi yang hendak dipertukarkan justru terlupakan. Substansi inilah sebenarnya yang disebut dengan makna (mean-meaning), yakni suatu pesan yang diperoleh dari proses interaksi, dan itulah sesungguhnya yang dicari sebagai “makna” dalam komunikasi.

Kata Kunci: bahasa, simbol komunikasi, makna. A. Pendahuluan Makalah kajian

teoritis

sebagai suatu aktivitas yang dilakukan ini

merupakan

mengenai

suatu

aktivitas

komunikasi, di mana setiap hari, setiap waktu dari bangun tidur hingga tidur lagi aktivitas ini senantiasa dilakukan oleh manusia. Sebagai suatu aktivitas rutinitas

secara sadar untuk membangun relasi dan pemahaman bersama. Dengan posisi ini,

pada dua posisi yang saling berlainan. Satu sisi komunikasi yang dipahami

aktivitas

komunikasi

yang

dilakukan akan senantiasa mengalami kemajuan

dan

perkembangan

kemampuan yang semakin baik. Pada

dalam hidup dan kehidupan manusia, komunikasi mungkin dapat ditempatkan

maka

sisi

lain,

komunikasi

ditempatkan sebagai aktivitas keseharian dalam rutinitas hidup manusia sebagai makhluk sosial, di mana setiap manusia telah dibekali kemampuan dasar untuk

﴾ 18 ﴿

aktivitas ini. Dengan posisi ini, maka komunikasi itu tidak lain adalah hidup dan

B. Konsepsi Dasar Mengenai Komunikasi Ketika

kehidupan sosial manusia itu sendiri

mendengar

kata

(Ibrahim, 2010). Karena itu, komunikasi

komunikasi,

secara

dalam posisi ini dapat dilakukan secara

memahami

bahwa

sadar dan terencana (begitulah teori ini

pertukaran

informasi,

gagasan,

ide,

dipelopori oleh Gerald L. Miller) maupun

pemikiran,

kehendak,

harapan

dan

tidak disengaja atau tidak direncanakan

sebagainya (Devito, 1997; Dedy Mulyana,

(dengan pelopornya Alek Gode) untuk

2002; Liliweri, 2003; Littejohn, 2009), dan

membangun

dan

lain-lain. Hal itu tampak dengan beberapa

pemahaman bersama (dikutif dalam Dedi

istilah yang kerap digunakan kita dalam

Mulyana, 2002).

hubungan

relasi

sosial

Penempatan komunikasi ke dalam

kamu

sosial

sederhana ada

seperti,

komunikasikan

kita

aktivitas

”hendaklah

dengan

baik

dua posisi inilah yang memunculkan

mengenai persoalan itu”; ”dia mampu

berbagai perdebatan dalam sejarah ilmu

berkomunikasi

komunikasi,

”agaknya anak itu mengalami masalah

terutama

menyangkut

pertanyaan ”apa sebenarnya komunikasi itu”,

dan

”apa

pula

yang

dalam

dua

bahasa”;

dalam komunikasi”, dan sebagainya. Secara umum, ketika mendengar

kita

komunikasikan”. Lalu, ”apa sebenarnya

kata

yang disebut ”makna” sebagai substansi

dalam

dari komunikasi”, bagaimana ”makna” itu

aktivitas bicara, perbincangan bahasa

dikomunikasikan”, ”apa yang membentuk

verbal dan semacamnya. Karena itu,

”makna” dalam komunikasi”, ”apa yang

untuk

harus

mampu

”makna”

dipahami dalam

untuk

menemukan

komunikasi”.

Itulah

komunikasi, benak

kita

komunikasi, berbicara

yang

terbayangkan

umumnya

setiap dan

kita

adalah

mesti

berbahasa.

Kecendrungan umum ini juga dapat kita

sederet pertanyaan penting yang selalu

buktikan

muncul dalam kajian komunikasi, dan

keseharian kita di mana ketika kita

pada kenyataannya tidak mudah untuk

merasa tidak tertarik dengan seseorang,

memberikan jawaban yang memuaskan.

maka kita menghindar dari berbicara

Karena

ini

kepadanya (tidak berkomunikasi). Sebut

beberapa

saja ungkapan yang muncul misalnya,

pertanyaan tersebut, terutama mengenai

”saya tidak mau menemuinya karena

”makna” dalam komunikasi.

saya lagi malas berkomunikasi”.

itu,

dikemukakan

melalui jawaban

tulisan

﴾ 19 ﴿

dalam

kebiasan

hidup

Contoh lain misalnya, seorang

bahasa yang dilakukan melalui gerakan

pejabat negara yang sedang dikejar oleh

isyarat atau gesture dan bahasa tubuh

wartawan untuk meminta komentarnya

atau

mengenai

Karena

suatu

kasus,

pejabat

itu

body itu,

language

komunikasi

menghindar dengan tidak mengucapkan

selanjutnya

sepatah katapun. Sikap ini selalunya

komunikasi

dianggap sebagai sedang tidak mau

communication).

berkomunikasi.

Benarkah?

Apakah

Dalam

(Cohen,

lebih

hal

bentuk

dikenal

nonverbal

2009).

dengan

(nonverbal

substansi,

ini

of

bahasa

komunikasi itu harus bicara, atau mesti

hanyalah merupakan suatu simbol atau

dengan kata-kata? Bukankah diam itu

lambang yang digunakan dalam proses

juga adalah komunikasi dalam bentuk

komunikasi. Sebagai sebuah simbol atau

lain? Bukankah pada orang yang diam

lambang, maka bahasa bersifat arbitrer1

dan tidak berbicara sepatah kata pun kita

dan irreversibel2 (lihat dalam Ibrahim,

“makna”

2005). Dengan kata lain, pilihan bahasa

(paham)? Lalu, di mana bahasa dan

sangat ditentukan dengan apa yang ingin

makna dalam komunikasi itu sebenarnya?

disimbolkan dengan bahasa itu sendiri

Mari kita diskusikan lebih lanjut.

(Ibrahim, 2013). Dan untuk konteks ini,

dapat

menemukan

suatu

simbol dan yang disimbolkan merupakan C. Bahasa dan Makna Dalam Komunikasi

rumusan sepadan yang dibuat konkrit dalam proses komunikasi.

Bahasa dan makna sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda, baik menyangkut istilah maupun substansi

1

keduanya. Dalam komunikasi, bahasa lebih dekat dengan kata-kata, baik yang bersipat lisan (verbal), maupun

bukan

lisan (nonverbal). Bahasa lisan inilah selanjutnya dalam kamus Yunani dikenal

2

dengan verb, verbum, verbal (Ibrahim, 2005). Karena itu, komunikasi dengan bahasa lisan ini dalam ilmu komunikasi disebut komunikasi verbal (verbal of communication). Sementara bahasa non lisan

merupakan

bentuk

komunikasi

﴾ 20 ﴿

Arbitrer merupakan ciri bahasa sebagai sesuatu yang bersifat sebarang, manasuka dan beragam sesuai dengan kesepakatan orang yang menggunakannya untuk makna apa yang dikehendakinya. Oleh karena itu kita mendapati banyak perkataan atau istilah bahasa yang sama akan tetapi membawa makna yang saling berbeda. Irreversible merupakan ciri bahasa sebagai sesuatu yang senantiasa memiliki pengaruh tertentu dalam setiap komunikasi. Artinya bahwa setiap bahasa dan perilaku komunikasi yang kita lakukan senantiasa membawa pengaruh (efek) terhadap orang lain. Oleh karena itu, kita mesti berhati-hati dalam berkomunikasi, sebab sekali kita membuat orang marah (dengan komunikasi kita), selamanya marah tersebut akan membekas dan menjadi sejarah dalam hubungan social kita, meskipun pernyataan maaf sudah diberikan. Lihat dalam Deddy Mulyana (2002: 112-114)

Lain

halnya

bahasa

komunikasi. Dengan kata lain, bicara

(simbol) yang bersifat kongkrit, ”makna”

makna berarti juga bicara pesan di dalam.

justru bersifat abstrak. Karena itu ”makna”

Sebaliknya,

nyaris

didapati

tak

manafsirkan hanyalah bersifat

dengan

terdefinisikan. ”makna”

pada

berdasarkan kongkrit

komunikasi, merupakan

itu.

dasarnya

bahasa

yang

melalui

pesan

proses

sejatinya pemaknaan

(meaning). Dalam konteks ini, simbol komunikasi

yang

baik

dan

tepat,

Dalam

proses

ukurannya adalah bagaimana partisipan

dan

makna

dapat memberikan fungsi dan maksud

bahasa satu

Sebab,

bicara

kesatuan

yang

tak

yang sama terhadap simbol tersebut.

terpisahkan. Keduanya senantiasa ada.

Menyadari bahasa hanya sebatas

Persoalannya yang selalu muncul adalah,

simbol yang digunakan dalam proses

tidak jarang dalam komunikasi kita hanya

komunikasi

(transmision

mampu memahami bahasa (simbol) nya

communication),

maka

saja,

tak

simbol itu bukanlah sesungguhnya yang

didapatkan. Atau, kalaupun didapatkan,

hendak dipertukarkan dalam komunikasi.

itu adalah makna yang baru, bahkan

Akan tetapi, substansi yang dipertukarkan

berbeda

sesungguhnya

sementara

makna

antarpartisipan

justru

komunikasi.

Disinilah komunikasi yang dibangun tidak

of

bahasa

adalah

makna

atau

dibalik

simbol/lambang tersebut.

jarang mengalami masalah, kebuntuan dan

kesalah-pengertian

(mis-

D. Makna Sebagai Substansi Komunikasi

communication). Dengan

kata

lain,

Jika

bahasa

hanyalah sebuah simbol atau lambang yang digunakan untuk membawa pesanpesan tertentu dalam proses komunikasi. Karena itu, semakin dekat pemahaman bersama terhadap simbol komunikasi yang digunakan, akan semakin mirip makna (meaning) dan pesan (message)

substansi

Karena

dalam

maka

itu,

untuk

keberhasilan

komunikasi yang kita bangun, kita mesti memahami beberapa pertanyaan dalam kajian berikut ini. Di mana letak “Makna” dalam komunikasi

maksud dan arti sebuah pesan, maka

dimaksud

komunikasi,

proses komunikasi yang kita lakukan.

dipahami sebagai proses menemukan

dipahami,

dalam

merupakan

maknalah yang harus diperoleh dari

komunikasi yang didapatkan. Jika makna

pesan itu sendiri adalah sesuatu yang

”makna”

Words

don`t

mean

people`s

means, demikian adagium komunikasi

suatu

﴾ 21 ﴿

yang diungkapkan untuk mengingatkan

misalnya.

kita mengenai bahasa dan makna dalam

didengarkan kepada umumnya orang

komunikasi (dikutif dalam Ibrahim, 2005;

Indonesia, maka ia akan memaknai kata

2010). Adagium di atas mengingatkan kita

itu dengan aktivitas mengambil sampai ke

bahwa kata-kata (bahasa) sesungguhnya

tempatnya. Sementara ketika ”jemput’

tidak mempunyai makna, akan tetapi

didengarkan

manusia atau oranglah yang memberikan

Malaysia, maka yang akan dipahaminya

makna terhadap bahasa atau kata-kata

sebagai

yang

dibunyikan

Ketika

kata

kepada

makna

”jemput”

orang

kata

Melayu

itu

adalah

(Devito,

1997:490).

mengundang atau undangan. Kesalahan

ketika

komunikasi

memberikan

makna

dilangsungkan, paling tidak ada dua

simbol/bahasa

yang

orang yang memberikan makna dalam

berakibat patal terhadap sebuah perilaku

komunikasi

dan sikap komunikasi kita.

Dengan

demikian,

itu,

yakni

sender

atau

komunikator/pengirim pesan dan reciever

Contoh

pada sama

lain

satu

ini

misalnya

bisa

adalah

penyebutan meja dengan ”meja”, ”mejo”,

atau komunikan/penerima pesan. yang

”meje”, ”maktab”, ”table”, atau apapun

bukan lagi pada bahasa atau kata–kata,

sebutannya pada dasarnya sah-sah saja,

melainkan

yang

dan tidak ada yang salah. Persoalannya

menggunakan bahasa atau kata-kata itu,

adalah sebutan mana yang menjadi

baik sebagai pengirim maupun penerima,

kesepakatan bersama antar partisipan.

maka sepatutnya kita mampu memilih

Seberapa

bahasa atau kata-kata yang paling dekat

bahasa

dengan

Sebab

perasaan dan maksud untuk kemudian

setiap orang pada prinsipnya dilahirkan

memunculkan makna yang sama pada

dalam

masing-masing

Menyadari

letak

pada

pemaknaan

perbedaan

makna

siapa

bersama.

pengatahuan

dan

mampu tersebut

simbol/lambang mewakili

orang

pikiran,

yang

berbeda.

pengalamannya. Dan setiap perbedaan

Lagi-lagi, pengetahuan dan pengalaman

ini

masing-masing itulah yang sebenarnya

senantiasa

menafsirkan

berpengaruh sesuatu,

dalam termasuk

memberikan

makna

memberikan makna dengan suatu bahasa

simbol/lambang

atau kata-kata yang diucapkan.

disebut

Beberapa istilah yang selalu saya contohkan

kepada

mahasiswa

dengan

terhadap

tersebut. frame

Inilah of

semua yang

reference

(kerangka pengetahuan yang menjadi

ketika

rujukan) dan field of eksperience (latar

perkuliahan di kelas mengenai perbedaan

belakang pengalaman dalam hidupnya)

bahasa dan makna ini, kata ”jemput”

yang

﴾ 22 ﴿

memberikan

panduan

dalam

memaknai suatu simbol/lambang menjadi

contoh, seringkali ketika kita ada masalah

sebuah pesan yang dipertukarkan dalam

komunikasi, di mana terjadinya ketidak-

komunikasi

pahaman

(Ibrahim,

2009;

Liliweri,

2003).

dengan

bahkan apa

ketersinggungan

yang

kita

ucapkan.

Dengan demikian, jelas bahwa

Pernyataan itu antara lain: ”sungguh saya

makna bukan terletak pada bahasa atau

tidak bermaksud demikian”, ”bukan itu

kata-kata

yang saya maksudkan dengan...”, dan

proses

yang

diungkapkan

komunikasi,

dalam

melainkan

pada

seterusnya.

orang atau manusia yang menggunakan

Realitasnya memang, seringkali

bahasa atau kata-kata tersebut. Karena

kita tidak memaksudkan sesuatu yang

itu, sikap yang harus dilakukan adalah;

orang lain pahami dari bahasa/perkataan

pertama, pilihlah bahasa atau kata-kata

kita. Sebaliknya juga tidak jarang kita

yang sama-sama dimengerti berdasarkan

tidak

pengetahuan dan pengalaman budaya

mengatakan

partisipan yang terlibat dalam komunikasi;

sebenarnya kita maksudkan. Ungkapan

kedua, jangan abaikan perbedaan latar

ini

belakang pengetahuan dan pengalaman

”maksudku bukan demikian”, ”yang saya

setiap individu partisipan dalam memilih

maksudkan bukan seperti itu”, ”maksud

bahasa atau kata sebagai simbol atau

saya begini..”, dan sebagainya.

lambang berkomunikasi; ketiga, sadarilah bahwa

yang

biasa

dengan

kita

membahasakan/ baik

dengar

apa

dengan

Pada realitas pertama,

yang

kata

pilihan

dalam

bahasa/kata-kata yang digunakan dalam

komunikasi kita sesungguhnya bukanlah

komunikasi memungkinkan pada setiap

bahasa atau kata-kata, melainkan makna

partisipan memberikan makna lebih dari

yang

satu alias samar. Ini mungkin disebabkan

ada

di

dipertukarkan

mampu

kepala

masing-masing kata-kata

kosa katanya yang ambigu3 atau mungkin

hanyalah berfungsi untuk mendekatkan

juga ketidak-tahuan kita dengan latar

partisipan.

Bahasa

atau

makna yang hendak dipertukarkan di antara partisipan komunikasi.

3

Bagaimana “makna” dikomunikasi Pertanyaan, bagaimana ”makna” dikomunikasikan, mengingatkan kita pada pengalaman

komunikasi

yang

sering

terjadi dalam realitas sosial kita. Sebagai

﴾ 23 ﴿

Ambigu adalah satu istilah yang digunakan untuk sesuatu yang bersifat ganda dan mendua. Jika dalam bahasa atau kata, ambigu itu bermakna mempunyai makna ganda atau lebih dari satu kemungkinan. Karena itu, sesuatu yang ambigu umumnya membawa makna yang tidak tunggal dank arena tidak jelas maksudnya. Tetapi pada kenyataannya, kita akan banyak ketemu dengan sesuatu yang ambigu dalam hubungan sosial, yang bukan saja kata/bahasa, melainkan juga sikap dan perilaku hidup.

belakang

partisipan

komunikasinya, pemberian

dan

sehingga

makna

yang

bahasa munculnya

lain,

yang

perspektif mana yang hendak digunakan bersama

dalam

menafsirkan

dan

memberikan

makna

membuat seseorang tersinggung dan

komunikasi

itu;

sebagainya.

keseluruhan proses itulah makna akan

Sementara pada realitas kedua,

terus

bersama

dalam

keempat,

dipertukarkan

dalam

melalui

aktivitas

kita tidak mampu memilih bahasa/kata-

komunikasi sosial manusia, yang disebut

kata yang dapat mewakili makna yang

makna yang dikomunikasikan.

ingin disampaikan kepada orang lain, Apa yang membentuk “makna” dalam Komunikasi

sehingga reduksi makna terjadi begitu besar,

bahkan

menghilangkan

sama Pada bagian di muka, sedikit telah

sekali makna dari pilihan bahasa/kata-

penulis diskusikan bahwa makna bukan

kata yang dijadikan simbolnya. Terhadap persoalan dalam dua realitas komunikasi di atas, ada beberapa sikap yang penting diperhatikan; pertama, perluas

wawasan,

pengetahuan

dan

pengalaman lintas budaya partisipan, baik menyangkut

perbedaan

antaragama,

antarras,

antarprofesi setiap

dan

orang

antaretnik,

antargolongan,

sebagainya.

senantiasa

Sebeb

hidup

dan

berkomunikasi sesuai dengan apa yang diajarkan

oleh

lingkungan

dan

budayanya, terutama pengetahuan dan

terletak pada bahasa atau kata-kata yang ucapkan, melainkan pada orang atau siapa

mendengarkannya.

hal bahasa dan penggunaannya. Dan jika diperlukan, jangan pernah sungkan untuk bertanya

apakah

bahasa

yang

kita

gunakan dipahami dengan baik dan secara sama oleh lawan komunikasi kita; ketiga, tidak ada makna tafsiran tunggal dalam

bahasa/kata-kata,

kecuali

mengucapkan/ Karena

itu,

jika

ditanyakan apa yang membentuk makna dalam komunikasi? Maka jawabannya ada pada keseluruhan latar belakang partisipan yang terlibat dalam komunikasi itu, baik latar belakang pengetahuan (frame

of

reference)

belakang

pengalaman

maupun

latar

(field

of

eksperience). Dalam kajian komunikasi, latar

pengalamannya (Ibrahim, 2009); kedua, perbaiki sekecil apapun kesalahan dalam

yang

belakang

pengetahuan

reference)

adalah

(frame

segala

of

bentuk

pengetahuan kognitif yang dimiliki oleh seseorang

selama

mempengaruhi

hidupnya,

yang

kemampuan

berkomunikasi. Secara sederhana, ini adalah

proses

penambahan

ilmu

pengetahuan dan wawasan manusia dari

﴾ 24 ﴿

sejak pertama kali dilahirkan ke dunia

Walaupun dalam waktu yang sama, cara

hingga ia kembali meninggalkan dunia.

berkomunikasi manusia juga membentuk

Bentuk ini layaknya proses seorang anak

budaya, sebagaimana dalam pernyataan

bayi yang baru dilahirkan, dari hari ke

Hall bahwa communication is culture and

hari, bulan ke bulan hingga tahun ke

culture is communication. Sementara itu,

tahun,

budaya memberikan pengaruh dalam

ia

memperolah

pengetahuan,

mendapat tambahan kosa kata bahasa

segenap

aspek

misalnya, hingga ia menjadi dewasa,

termasuk

cara

berpendidikan

digunakan. Karena itu Edward T. Hall

dan

kaya

akan

pengetahuan (bahasa) komunikasinya. Perbedaan

latar

memberikan

kehidupan

manusia,

komunikasi

defenisi

budaya

yang

dalam

belakang

konteks komunikasi sebagai, The total

pengetahuan kognitif itulah yang kita lihat

way of life of a people, composed of their

pada perbedaan cara dan kemampuan

learned and shared behavior patterns,

komunikasi anak-anak, kalangan remaja,

values, norms, and material objeks (dikutif

dewasa, orang tua, kelompok bermain,

dalam Ibrahim, 2009)

profesional, gender dan sebagainya. Sementara

itu,

latar

Mengingat

belakang

dalam

membentuk

pentingnya cara

budaya

komunikasi

pengalaman (field of eksperience) adalah

seseorang, maka dapat dipastikan bahwa

kemampuan komunikasi yang diperoleh

orang yang kurang pengalaman dalam

seseorang melalui sejarah hidup dan

sejarah hidupnya, atau hanya mempunyai

interaksinya dengan lingkungan sosial,

pengalaman

budaya dan alam sekitar. Setiap orang

kelompok sosial budaya yang sama atau

yang hidup dalam lingkungan sosial,

persis sama,

budaya dan lingkungan yang berbeda

persoalan ketika berkomunikasi dengan

senantiasa mempunyai cara/kemampuan

kelompok lain yang berbeda jauh latar

komunikasi

satu

belakang sosial budayanya. Orang yang

yang

demikian tidak jauh beda dengan apa

orang

yang diistilahkan ’bagai katak dalam

mengenai apa yang dianggap baik dan

tempurung”, yang hanya tau dengan

tidak baik, apa yang dianggap patut dan

dunianya sendiri, sehingga ia menjadi

tidak patut, apa yang boleh dan tidak

gagap budaya (culture sock) ketika keluar

boleh

dengan

yang lainnya.

mengajarkan

hidup

yang

dan

pula

Budayalah

kepada

dilakukan.

budayalah

berbeda

setiap

Dengan

berkomunikasi

dengan

tentu akan mengalami

kata

lain,

dan melihat dunia/budaya hidup orang

mempengaruhi

cara

lain yang begitu luas dan konpleks.

manusia.

Karena itu, mempelajari berbagai cara

komunikasi

﴾ 25 ﴿

hidup orang lain tentu akan sangat membantu

kita

dalam

membangun

komunikasi yang baik.

Ketiga,

makna

senantiasa

membutuhkan acuan, karena itu makna tidak

pernah

bisa

dilepaskan

dari

keterkaitannya dengan dunia nyata dan Apa saja teori-teori ”makna” yang penting dipahami Untuk memahami makna dalam

lingkungan eksternal yang dialami oleh setiap diri dalam hubungan sosial dan

sebuah proses komunikasi, ada beberapa

komunikasi.

teori makna yang mesti dipahami dengan

persoalan

baik. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh

semacamnya) yang senantiasa dimaknai

Wendel

dengan analogis dalam kehidupan nyata.

Johnson

(1951)

sepertimana

dapat dirujuk dalam Devito (1997: 123125), menurutnya;

Termasuklah ghaib

persoalan-

(eskatologis

dan

Keempat, penyingkatan kata yang berlebihan justru akan mengubah makna.

Pertama, makna bukan terletak

Sebagai

contoh,

perkataan

cinta,

pada kata-kata melainkan ada dalam diri

persahabatan, kebahagiaan, kebaikan,

manusia (words don`t mean people`s

kejahatan dan sebagainya tidak akan

means). Kata-kata yang kita gunakan

mampu memberi makna yang jelas ketika

dalam

tidak dikaitkan dengan sesuatu yang

berkomunikasi

hanyalah

sebagai

sesungguhnya sarana/alat/media

konkrit

dan

spesifik

tentang

cinta,

untuk mengantarkan makna tertentu yang

sahabat,baik dan jahat itu. Hal ini juga

ingin dipertukarkan. Karena itu kita akan

merupakan kelanjutan dari prinsip makna

senantiasa berusaha memilih kata-kata

membutuhkan acuan.

yang tepat untuk mendekatkan makna

Kelima,

makna

tidak

terbatas

yang kita maksudkan kepada lawan

jumlahnya, sedangkan kata dalam suatu

bicara kita (pendengar).

bahasa sangat terbatas. Oleh sebab itu,

Kedua,

senantiasa

ada beribu-ribu makna yang dapat orang

kata-kata

berikan terhadap kata/perkataan yang

relatif statis. Oleh karena itu kita bisa

terbatas itu, tergantung kemauan dan

melihat perbedaan makna pada suatu

konsepsi diri atau budaya orang yang

kata (istilah) yang sama pada waktu dan

memaknainya.

berubah-ubah,

makna sedangkan

tempat yang berbeda. Apalagi jika suatu perkataan

(istilah)

tersebut

Keenam, makna dikomunikasikan

dikaitkan

hanya sebagian saja. Hal ini disebabkan

dengan konteks komunikasi, maka akan

ada multiaspek dan multikompleks yang

banyak makna yang saling berbeda.

menyertai dalam proses komunikasi yang berlangsung.

﴾ 26 ﴿

Hampir

senada

dengan

teori

prasyarat yang harus dipenuhi untuk

makna di atas, Alston (1964), Musytansir

dapat

(2001) dan Pateda (2001) merumuskan

komunikasi. Prasyarat itu adalah:

tiga

teori

makna

yang

penting

memahami

Pertama,

makna

dalam

bangunlah kesadaran

diperhatikan dalam keseluruhan proses

bahwa berkomunikasi itu bukan hanya

komunikasi yang meliputi: teori acuan

sekedar keterampilan alamiah sebagai

(referensial

theory)4,

teori

ideasi

5

(ideasional theory) dan teori tingkah laku 6

makhluk

sosial,

keterampilan

melainkan

yang

suatu

harus

selalu

(behavioral theory) . Penjelasan lanjut

ditingkatkan,

diperbaiki dan dibangun

dapat dilihat dalam Alek Sobur (2004:

sebagai suatu konsekuensi logis yang

259-262).

dinamis. Apalagi dalam konteks sosial budaya yang majemuk dan plural, yang

Beberapa prasyarat memahami “makna” dalam Komunikasi

memungkinkan setiap orang

berbeda

dalam berkomunikasi dan memberikan Dari berbagai uraian yang telah

maknanya.

didiskusikan dalam tulisan di muka, kini saatnya untuk kita melihat beberapa 4

5

6

Menurut teori ini, makna dapat dikenali dengan mengidentifikasi apa-apa yang menjadi acuan (referensi) nya atau ditunjukkan oleh lambang/simbol/kata, baik benda, peristiwa, proses, atau kenyataan. Inilah yang dijelaskan oleh Falmer (1976) sebagai “reference deala with the relationship between the linguistic element, words, sentences, etc, and the nonlinguistic world of experience” (hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman yang nonlinguistic). Menurut teori ini, makna dapat dikenali dengan menempatkan ide (gagasan) sebagai titik sentral yang menentukan makna suatu ungkapan, dimana bahasa/kata menjadi alat atau instrument dan gambaran lahiriah dari pikiran atau gagasan manusia. Lihat Mansoer Pateda (2001). Menurut teori ini, makna dapat dikenali dengan memperhatikan keterkaitannya dengan ransangan (stimuli) yang menimbulkan lahirnya ucapan/perkataan/bahasa tersebut. Teori ini mempercayai bahwa bahasa/kata merupakan respon terhadap ransangan (stimuli) yang diterimanya. Karena itu, makna akan dapat ditemukan dengan mengenali keterkaitan antara stimuli dan respon tersebut.

Kedua,

terbukalah

terhadap

kemungkinan pemberian makna yang berbeda

dari

partisipan

terhadap

simbol/lambang yang digunakan dalam berkomunikasi,

meskipun

kita

harus

berupaya segenap kemampuan untuk mampu melahirkan makna yang sama dalam berkomunikasi. Sebaliknya, kita juga mesti memberikan peluang kepada orang lain memberikan makna tertentu berdasarkan perspektif sosial dan budaya yang dimilikinya, sebagaimana kita juga pasti selalu memberikan makna tertentu pada

simbol/lambang

komunikasi

berdasarkan perspektif yang kita punyai. Ketiga,

sadarilah bahwa makna

bukan terletak pada kata-kata, melainkan pada siapa yang menggunakan kata-kata itu (word don`t mean people means).

﴾ 27 ﴿

Karena itu jangan terjebak hanya dengan

ekslusif)

dan pada perbedaan bahasa atau kata-

dibangun

bersama,

kata. Tempatkan bahasa dan kata-kata

bersama

dan

yang berbeda betul-betul hanya sebagai

bersama. Di sinilah substansi komunikasi

simbol atau lambang yang digunakan

sesungguhnya yang efektif dan dapat

untuk

menjadi perekat hubungan sosial yang

mendekatkan

komunikasi

yang

makna

dibangun.

dalam Dimana

menuju

wadah

baru

dengan

untuk

yang makna

kepentingan

harmonis (Ibrahim, 2010).

makna itulah sebenarnya yang hendak dipertukarkan

dan

dikomunikasikan

E. Penutup

melalui pilihan simbol bahasa atau katakata itu.

sebagaimana bahasa juga sangat varian

Keempat,

teori

komunikasi

mempercayai bahwa segala sesuatu tidak ada yang bebas konteks (Ibrahim, 2010), termasuk

`Makna` memang tidak tunggal,

makna.

Karena

itu,

untuk

menemukan makna sebenarnya yang diinginkan dari proses komunikasi yang dilangsungkan, memahami

kita

mutlak

konteksnya.

perlu

Mengenai

konteks komunikasi, sila baca kembali dalam Ibrahim (2009 & 2010).

dan

komunikasi yang dibangun, yang mesti

`KITA`, bukan makna `saya` atau makna `anda`. Jika masih makna `saya` atau makna `anda` yang diinginkan, maka yakinlah bahwa komunikasi tersebut tidak karena

tidak

tetapi

sebuah

komunikasi yang baik dan efektif sangat ditentukan oleh kemampuan melahirkan `makna` yang sama di antara partisipan, meskipun dengan bahasa yang tidak persis sama bahkan berbeda. Untuk konteks inilah diperlukan pemahaman yang baik mengenai hakikat bahasa dan makna dalam komunikasi. Apa fungsi

makna dalam bahasa dan komunikasi yang kita bangun.

dicari adalah makna bersama atau makna

kuat,

Akan

bahasa dan di mana sesungguhnya letak

Kelima, apapun bentuk dan tingkat

akan

beragam.

melahirkan

Dengan mengetahui beberapa hal di atas, diharapkan kita memiliki sedikit pengetahuan untuk memperbaiki perilaku, kualitas

dan

kemampuan

komunikasi

sosial yang dibangun dalam hidup dan kehidupan kita. Wallahu a`lam.

wadah kesepahaman bersama dalam konsep

KITA

(www.keluargabahagia.com).

Demi

wadah KITA ini, setiap partisipan mesti rela keluar dari wadah sendiri (yang

F. Daftar Pustaka Alex Sobur. 2004. Semiotika Komunikasi (cetakan kedua). Bandung: Remaja Rosa Karya.

﴾ 28 ﴿

Altson, W.P. 1964. Philosophy of Language. New Jersey: Englewood Clifs. Cohen, David. 2009. Body Language. Diterjemahkan oleh Arvin Saputra menjadi Bahasa Tubuh. Tangerang: KARISMA Publishing Group. Dedy Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu pengantar. Bandung: Rosdakarya. Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia. Edisi Terjemahan. Jakarta: Prefessional Books. Ibrahim. 2013. Pilihan Bahasa dalam Interaksi Etnik di Badau. Artikel yang diterbitkan pada Jurnal Bahasa, Dewan Bahasa dan Pustaka Negara Brunei Darussalam, Ed. Mei-Ogos 2013 Ibrahim. 2010. Hidup dan Komunikasi. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Ibrahim. 2009. Komunikasi Antarbudaya. Edisi Revisi. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Ibrahim. 2005. Problematika Komunikasi Antarbudaya. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Liliweri. 2003a. Dasar-dasar Komunikasi Antarbudaya. Pustaka Pelajar; Jogjakarta. Liliweri. 2003b. Makna Budaya dalam Komunikasi antarbudaya. LKIS; Jogjakarta. Littlejohn, Stephen & Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi. Diterjemahkan oleh M. Yusuf Hamdan dari judul asli Theories of human Communication, Jakarta: Salemba Humanika. Edisi 9. Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Renika Cipta. Edisi kedua. Rizal Mustansyir. 2001. Filsafat Analitik: sejarah, perkembangan, dan pranan para tokohnya. Jigjakarta: Pustaka Pelajar. www.keluargabahagia.com, Bahagia dalam Relasi Sosial; Diakses tanggal 10 Agustus 2009.

﴾ 29 ﴿