84 PERANAN WANITA DALAM PEREKONOMIAN RUMAH

Download Jurnal PKS Vol. IV No. 14, Desember 2005 ; 73 – 84. PERANAN WANITA DALAM PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA NELAYAN. DI PANTAI DEPOK ...

0 downloads 519 Views 60KB Size
Jurnal PKS Vol. IV No. 14, Desember 2005 ; 73 – 84 PERANAN WANITA DALAM PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA NELAYAN DI PANTAI DEPOK PARANGTRITIS BANTUL oleh Salamah *) *) Dr. Salamah, M.Pd. Dosen FK1P Universitas PGRI Yogyakarta Abstrak Keterbatasan penghasilan dalam masyarakat nelayan akan berpengaruh dalam peranan wanita dalam menopang ekonomi rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kehidupan masyarakat nelayan, khususnya nelayan pantai dan mendeskripsikan peranan wanita dalam perekonomian rumah tangga nelayan. Penelitian ini dilakukan di pantai Depok Parangtritis Kretek Bantul. Sampel penelitian yang dilakukan berjumlah 18 orang. Metode penelitian yang dilakukan adalah survai dan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah observasi dan wawancara mendalam. Melalui penelitian ini dapat dideskripsikan secara kualitatif peran wanita dalam perekonomian rumah tangga nelayan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa peranan wanita dalam perekonomian rumah tangga nelayan pantai terbukti relatif besar, berbagai jenis kegiatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dilakukan oleh isteri nelayan. Terungkap adanya dominasi dalam memegang keuangan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Rekomendasi yang diajukan adalah perlu kiranya pernahaman akan pentingnya pengertian, untuk mengetahui pemenuhan fungsi ekonomi rumah tangga, tidak hanya dilihat satu sisi. Namun harus diketahui bahwa fungsi perekonomian dalam rumahtangga dilakukan secara komplementer. Diperlukan peningkatan partisipasi dan kepedulian masyarakat, tentang pernahaman kesetaraan jender dalam kehidupan keluarga, sehingga tercapai keadilan dan kesetaraan dalam pembagian kerja antara suami dan isteri dalam perekonomian rumah tangga. Pendahuluan Kehidupan nelayan umumnya menekankan pada kemisikinan dan ketidakpastian perekonomian, karena kesulitan kehidupan yang dihadapi nelayan dan keluarga. (Acheson, 1991, Emerson, 1990, Han, 1997). Disamping sebagian besar nelayan bukan pemiiik modal besar. Gambaran serupa juga berlaku di Indonesia, sebagaimana telah dicatat dalam berbagai laporan hasil penelitian tentang kehidupan nelayan yang memberikan kesan bahwa nelayan itu merupakan kegiatan yang menghasilkan imbalan yang paling rendah (Mubyarto dkk, 1999; Emerson, 2000). Keterbatasan penghasilan dalam masyarakat nelayan dapat dipcrkirakan bahwa peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan cukup besar, sebagaimana dikemukakan oleh berbagai peneliti studi wanita (Koento, 1999; Rahayu, 2002). Penelitian di Baron Gunungkidul penelitian Sakdiyah (2000) menunjukkan bahwa isteri nelayan sebagai golongan kecil dengan tingkat pendidikan rendah, temyata mereka sangat produktif dalam mencari nafkah karena tuntutan ekonomi keluarga. Penulis tertarik untuk meneliti peranan wanita/isteri dalam ekonomi rumah tangga nelayan pantai, karena (1). Beberapa studi wanita yang menunjukkan peran ganda wanita, yaitu dalam bidang reproduksi dan (2).Produksi temyata belum banyak dikaji tentang Peranan wanita dalam

ekonomi rumah tangga nelayan. Acheson (2001), dalam kajiannya tentang hasii-hasil penelitian ahli antropologi mengenai masyarakat nelayan, menemukan bahwa kendala yang dihadapi nelayan tidak hanya menyangkut lingkungan alam saja, tetapi juga menyangkut lingkungan sosial, di antaranya yaitu laut penuh resiko bahaya dan ketidakpastian, antara lain ombak besar, angin kencang dan badai yang tak menentu datangnya, dan biotik laut Iainnya yang beragam sementara itu tingkat pengetahuan nelayan rendah dan boleh dikatakan terbatas. Demikian juga, tempat penangkapan ikan pada suatu waktu tertentu juga sukar diketahui, sumber ikan dan biotik Iainnya, sebagai milik kekayaan bersama serta laut yang sifatnya terbuka mengakibatkan nelayan harus bersaing satu sama lain, baik secara individual maupun secara kelompok. Konflik demikian dapat menimbulkan rusaknya ekologi di daerah perikanan tertentu dan pengurangan sumber Saut, karena di saat memperoleh kesempatan, mereka menangkap ikan secara besar-besaran tanpa memperhitungkan keseimbangan ekologis, nelayan sering mengalami masaSah dalam mengawetkan ikan, karena teknoiogi yang mereka kenai sangat terbatas, fluktuasi harga ikan di pasaran merugikan ekonomi nelayan, nelayan menghadapi kesulitan eksploitasi dari pedagang atau tsngkuiak dan pemilik modal serta pemilik kapal atau perahu. Nelayan terhambat dalam usahanya mencari nafkah, meskipun mereka mempunyai strategi untuk mengatasinya. Ketergantungan nelayan tsrhadap lingkungan alam besar sekali. Keeratan hubungan antara lingkungan alam dengan nelayan berakibat bahwa jika lingkungan alam terganggu, lahan pencaharian utama tertutup maka nelayan tidak dapat mencari ikan. Akibatnya tidak ada pemasukan pendapatan bagi rumah tangganya. Jika keadaan demikian terjadi, kelangsungan kehidupan rumah tangga nelayan tsrganggu karena mereka tidak dapat menabung sebelumnya mengingat pendapatan mereka terbatas. Kondisi inilah yang mendorong nelayan harus menyosuaikan ksgiatan hidupnya dengan kondisi yang serba terbatas, baik yang menyangkut hubungannya dengan orang Iain maupun dengan anggota rumah tangganya. Semua anggota rumah tangga harus hekerja atau berusaha, termasuk isteri nelayan, agar mereka dapat mempertahankan hidupnya. Studi Sarno (2000) di Wantai Samas Bantul, menunjukkan isteri nelayan melakukan segala pekerjaan darat, yaitu mengolah dan menjual ikan perolehan suami. Mereka juga mengerjakan pekerjaan rumah, seperti mencuci, memasak dan membersihkan rumah. Studi Istiyanto (2001) di Glagah Kulonprogo, menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata nelayan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan minimal kduarganya. Untuk menutupi kekurangan tersebut kaum ibu/isteri nelayan, terutama isteri buruh nelayan harus berusaha sendiri seperti membuka kebun dan membuat minyak kelapa serta usaha lain. Mereka juga mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Berdasar hasil studi tersebut di atas menunjukkan tanggung jawab isteri nelayan terhadap kelangsungan kehidupan rumah tangganya relatif besar. Fferanan mereka sebagai isteri menjadi penting, karena mereka mengatur dan mengeiola keuangan rumah tangga serta mengatasi masalah ekonomi dalam rumah tangganya. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah peranan wanita dalam menopang perekonomi rumah tangga nelayan pantai ? 2. Sejauhmana dampak dari peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan pantai tersebut terhadap kedudukannya sebagai isteri atau ibu rumah tangga ? Tujuan Penelitian

Diperolehnya deskripsi mengenai kehidupan masyarakat nelayan, khususnya nelayan pantai dan peranan wanita dalam menopang ekonomi dalam rumah tangga nelayan dan sejauhmana dampak dari peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan.

Manfaat Penelitian Menambah kajian tentang kehidupan nelayan dan peran wanita serta memberikan informasi kepada lembaga pihak terkait sebagai pengambil keputusan untuk meningkatkan kesejahateraan kehidupan nelayan Kerangka Pustaka 1. Kehidupan Nelayan Pantai Dalam kehidupan nelayan terdapat hubungan erat antara nelayain dengan lingkungan alam. Keeratan hubungan inilah yang menciptakan ketergantungan nelayan pada lingkungan alam, terutama sumber daya hayati yang dimiliki lingkungan alam sebagai sumber yang dapat memberikan penghasilan kepada mereka. Hubungan ini bersifat timbal balik, lingkungan alam dapat mempengaruhi nelayan, begitu pula sebaliknya nelayan dapat mempengaruhi lingkungan alam melalui perilakunya (Spiegel, 1983). Nelayan menghadapi kendaia yang timbul dari lingkungan alam yang tidak pasti (berubah) karena itu nelayan harus menyesuaikan diri. Tanpa penyesuaian diri maka nelayan kurang dapat mempertahankan diri dalam kehidupan (survive), proses menyesuaikan diri inilah yang disebut adaptasi. Definisi adaptasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu proses penyesuaian yang dilakukan oleh sekeiompok organisme dalam menghadapi lingkungannya yang berubah, agar mencapai keseimbangan kembali. Dalam proses penyesuaian diri ini terkandung pengertian intsraksi manusia dalam menghadapi kehidupannya guna mengatasi masalah yang timbul, termasuk didalamnya pola atau mekanisme apa saja yang dilakukan individu-individu atau sekelompok organisme dalam menanggulangi masalah tersebut dan sejauhmana efektivitas/berhasil tidaknya mekanisme yang digunakan jika timbul masalah lingkungan yang sama lagi. Artinya jika pola atau mekanisme tersebut efektif/berhasil maka nelayan akan menggunakannya lagi terhadap masalah lingkungan yang sama pada kemudian hari. Dalam proses penyesuaian din ini, awalnya sekelompok organisme melakukan adaptasi perilaku, yaitu proses penyesuaian perilaku sekelompok organisme terhadap kondisi tertentu. Kelompok organisme lain kemudian mengikutinya setelah mereka mengerti dan memahami manfaatnya. Proses ini berlangsung melalui proses belajar, mereka akhirnya memilih atau melakukan seperangkat perilaku tertentu untuk mengadaptasi terhadap lingkungannya, yang di dalamnya terkandung tata nilai, tingkatan organisasi sosial dan teknologi tertentu yang digunakan sekelompok organisme dalam mengadaptasi pada perubahan yang terjadi. ada beberapa pilihan strategi dan strategi yang dipilih mereka disebut strategi adaptif. (Benett, 1996, Moran, 1999, Vayda et al, 2000). Perilaku adaptasi ini bermula dari individu yang kreatif dalam masyarakat. Mereka memberikan tanggapan terhadap masalah lingkungan yang timbul, baik dari lingkungan alam maupun lingkungan sosial. Tanggapan ini berkesinambungan, kemudian tanggapan ini berpengaruh terhadap pengambilan keputusan mereka. Pengambilan keputusan ini berdasar kemampuan penyesuaian diri secara rasional dan siruasional dari pengalaman dan

pengetahuan mereka tentang lingkungan yang berubah dengan masalah yang ditimbulkannya (Vaydya dan McCay, 1999). 2. Peranan Wanita Dalam Ekonomi Rumah Tangga Nelayan Pada masyarakat nelayan, tidak hanya nelayan yang melakukan adaptasi perilaku melairikan isteri nelayan juga melakukanya, karena isteri nelayan berfungsi sebagai produsen ke dua. Mereka mempunyai beberapa pilihan strategi, baik strategi yang berasal dari generasi sebelumnya maupun strategi baru pada masyarakatnya. Kemudian mereka memilih beberapa strategi tertentu untuk mengatasi masalah yang timbul dalam kehidupannya tersebut, agar mereka tetap survive. Untuk melihat kedudukan wanita pada masyarakat nelayan, maka perlu meiihat kedudukan suami dan isteri nelayan dalam rumah tangganya. Allport (1964) menyatakan bahwa aspek yang paling penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga karena dlstribusi dan alokasi kekuasaan serta pembagian kerja dalam keluarga. Kekuasaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga itu. Keputusan tersebut bisa iersebar dengan sama nilainya atau tidak, khususnya antara suami dan isteri. Sedang pembagian kerja menunjuk kepada pola peranan yang ada dalam keluarga dimana khususnya suami dan istari melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi kekuasaan dan pembagian kerja adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, hal mana dipengaruhi pula oleh posisi keluarga dalam lingkungan atau masyarakatnya. Selanjutnya Allport menyatakan bahwa kebudayaan saja tidak cukup untuk menjeiaskan dlstribusi dan alokasi kekuasaan antara pria dan wanita dalam keluarga, dalam hal ini perlu puia memperhatikan sumberdaya pribadi yang disumbangkan mereka dalam perkawinan. Pernikiran ini disetujui oleh Pudjiwati Sayogyo (2000) dengan menambahkan bahwa sumber daya pribadi bisa berupa keterampilan, uang, tenaga kerja dan sebagainya. Untuk menyoroti distribusi dan alokasi kekuasaan ini, maka perlu melihat pola pengambilan keputusan antara suami dan isteri. Pola pengambilan keputusan ini dapat dipahami berdasar dominasi relatif dari wanita atau pria. Untuk setiap jenis keputusan ini, rumah tangga dikelompokkan dalam lima tingkatan yang berkisar dari "dominasi isteri (keputusan dibuat oleh isteri seorang diri)" sampai kepada "dominasi suami (keputusan dibuat oleh suami seorang diri). Pengambilan keputusan ini pada beberapa aspek yang berkaitan dengan kelangsungan kehiduapan rumah tangga mereka. Pada masyarakat nelayan tidak selalu ada pembagian kerja antara pria/suami dan wanita/isteri dalam kehidupan rumah tangganya. Ada masyarakat nelayan yang meiakukan pembagian kerja dan ada yang tidak melakukannya berdasar keadaan fisiknya. Tujuannya agar mereka dapat mempertahankan kelangsungan kehidupannya. Secara umum masyarakat nelayan meiakukan pembagian kerja berdasar keadaan fisiknya. Dalam pembagian kerja yang tajam ini, suami menangkap ikan dan isteri mengolah ikan di rumah, karena pekerjaan sebagai nelayan membutuhkan stamina yang kuat dan baik, wanita dianggap tidak mempunyai fisik yang kuat seperti pria. Kenyataan ini berbeda dengan masyarakat nelayan yang tidak mengenal pembagian kerja berdasar keadaan fisiknya, dimana tidak hanya pria saja yang menangkap ikan, wanita nelayan juga terlibat dalam operasi penangkapan ikan dan hidup di perahu padahal sangat bahaya bagi wanita. Pada masyarakat yang meiakukan pembagian kerja secara tajam, isteri nelayan bisanya berfungsi sebagai kepala rumah tangga, karena suami biasanya mencari ikan di laut dalam tempo relatif lama. Isteri nelayan mengganti peranan suaminya. Mereka berperan dalam usaha pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Mereka seringkali mengalami ketidakpastian

pendapatan, yang mengakibatkan mereka tidak dapat membuat rencana tertentu dalam kehidupannya, karena suatu rencana membutuhkan uang. Mereka temyata terganggu dengan bahaya dan resiko dari pekerjaan suaminya tersebut (Mitchell, 2003). Peranan isteri nelayan tersebut, menunjukkan bahwa sumberdaya pribadi yang disumbangkan isteri nelayan dalam rumah tangganya relatif besar, yaitu berupa keterampilan dan tenaga. Wanita nelayan tidak hanya berperanan dalam bidang reproduksi tetapi juga produksi. Mereka berperan ganda. Berdasar peranan dan sumberdaya pribadi yang disumbangkan isteri nelayan dalam rumah tangganya, maka kedudukan isteri nelayan relatif besar.

Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pantai Depok Parangtritis Banrul, sumber datanya adalah keluarga nelayan, sedangkan unit analisisnya adalah para isteri nelayan, nelayan dan tokoh masyarakat di lokasi penelitian. Metode penelitian yang dipergunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, menggunakan metode penelitian survei dan studi kasus (Brannen, 1997:85). Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah keluarga nelayan. Dalam penelitlan ini fokusnya adalah mengungkap peranan wanita (isteri) nelayan dalam ekonomi rumah tangganya. Pandekatan penelltian yang dipergunakan untuk menganalisis data adalah deskriptif kualltatif. Psngambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, sedangkan kriteria sampel yang diambil adalah keluarga nelayan yang lengkap, yaitu keluarga yang beranggotakan suami, isteri dan anak, selain itu juga para nelayan pemilik perahu, buruh nelayan dan pengepul ikan yang berjumlah 18 orang, Teknlk pengumpulan data menggunakan teknik observasl dan wawancara secara mendaiarn. Hasil Penelltian Hasil studi Peranan Wanita dalam Psngembangan Rarekonomian Rumah Tangga Nelayan, telah menambah pengetahuan tentang keberadaan wanita sebagai isteri % nelayan, khususnya peran ganda yang mereka lakukan dalam kehidupannya, Dalam bab ini akan dlbahas tentang peran isteri nelayan pantai berdasar permasalahan yang diajukan, hasil temuan data tentang keadaan dan dinamika kehldupan rumah tangga, balk rumah tangga nelayan pemilik perahu, buruh nelayan dan pengepul ikan, Sebagai panutup akan diajukan implikasi kebijakan pemerintah berdasar hasil penemuan empiris studi ini. 1. Deskripsi Sekilas Rumah Tangga Nelayan Rumah tangga nelayan di Depok amat tergantung pada hasil perolehan ikan darl melaut, Pandapatan rumah tangga mereka tidak selalu meneukupi kebutuhan hidupnya, karena ada kendala khusus terutama dari lingkungan fisJk (gangguan aJam) dan lingkungan sosial budaya, seperti kerusakan perahu dan peralatan penangkapan ikan, tiadanya umpan dan gangguan kesehatan nelayan pantai, yang mengaklbatksn nelayan tidak selalu dapat melaut.Berdasarkan pendapat dari ssorang isteri nelayan menyatakan: "Hidup sebagai isteri nelayan seperti saya ini bu, sangat suiit, pendapatan $uami saya tidak pastl. Kadang dapat ikan banyak, tapi string juga tidak mmdapat ikan, padahat hasil tangkapan masih harm dibagi dmgan temannya, Kehldupan nelayan seperti mya ini sangat tergantung pada kondisl alam, kalau ombaknya besar, suami says tidak berani melaut, dlsamplng ftu, mmurut kepercayaan orang sM jlfco Jumat kliwon, nelayan tidak hokh pergi

kelaut Jlka dlhitung pendapatannya terbatas, Jadi saya ham$ berhemat, apalagi sekanmg Ini harga bensln dan solar naik. Maka pendapaian maUn berkurong, terpaksa mya mencart tambahan untuk menghldupl keluarga menjadl buruh tanl yah itulah bu kehidupan nelayan di slni" Dari pendapat di atas dapat dibuktikan bahwa rumah tangga nelayan pantai mengalami ketidakpastian pendapatan, Keadaan ini menunjukkan ketergantungan nelayan pantai dengan Ikigkungan alam. Bahwa ada hubungan erat antwra nelayan pantai dan lingkungan alam. Berdasar hal ini maka penulis menjawab permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 2. Peranan Wanita Dalam Menopang Perekonomian Rumah Tangga Nelayan Pantai Kendala alam yang dihadapi rumah tangga nelayan pantai ini sifatnya relatif tetap, sehingga nelayan dan isterinya serta anggota rumah tangga lain harus menyesuaikan diri/adaptasi untuk mengatasi kendala tersebut. Ferilaku adaptasi ini disebut sebagai strategi adaptif, agar kehidupan rumah tangga nelayan pantai tetap berlangsung. Hal ini sesuai pemikiran Moran (2000) jika masyarakat menghadapi masalah yang berkaitan dengan lingkungannya, maka mereka akan beradaptasi dengan memilih dan menerapkan beberapa strategi guna mengatasi masalah tersebut dan agar mereka tetap bertahan dalam mengahadapi kehidupannya. Salah satu strategi adaptif rumah tangga nelayan pantai adalah pembagian kerja antara nelayan pemilikperahu dan isterinya atau buruh nelayan dan isterinya. Pembagian kerja ini merupakan peisetujuan bersama diantara mereka, suami melaut dan isteri mengolah dan menjual ikan serta mengerjakan tugas-tugas rumah tangga. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu isteri nelayan sebagai berikut: "Biasanya saya dan suami saling membantu, suami kalau malam sampai siang melaut, saya dirumah mengurus artak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seringkalijuga memperbaiki alatperlengkapan untuk menjaring ikan, Jadi sudah ada pembagian kerja antara saya dan suami, kalau ada ikan yang harus diolah saya yang mengolah ya.......diasinkan atau dijual kepasar saya yang menjualnya, itulah kehidupan keluarga saya........serba sulit bu " Berdasar strategi ini maka akan nampak bagaimana peranan suami/nelayan atau peranan isteri nelayan pantai berdasar kedudukan masing-masing sebagai suami dan isteri dalam kehidupan rumah tangganya. Ternyata, peranan wanita/isteri dalam perekonomian rumah tangga nelayan pantai terbukti relatif besar, berdasar jenis kegiatan yang dilakukan dan dominasi dalam memegang dan mengatur keuangan rumah tangga serta bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Isteri nelayan lebih banyak melakukan kegiatan, yaitu mereka mengolah ikan, mulai menimbang, mencuci, memotong, menusuk potongan ikan dengan tusuk sate, memanggang, menata ikan panggangan di nyiru sampai menjualnya. Isteri nelayan yang bertanggungjawab mengolah dan menjual ikan. Alasan mereka menjual ikan karena pekerjaan tersebut adalah kewajibannya sebagai isteri dan merupakan kesepakatan bersama dengan suami. Suami/nelayan juga menyatakan hal yang sama: "Mengolah dan menjual ikan adalah tanggungjawab isteri saya, suami itu hanya wajib mencari ikan di laut, kalau sampai di pantai, ikan saya serahkan isteri nanti dia yang menjual.......ya hasilnya tergantung harga ikan di pasaran, kalau harganya tinggi ya dapat uang banyak, tapi kalau ikarmya sedikit, atau harga pasaran ikan rendah. Ya pendapatannya sedikit Ya isteri harus berhemat dia harus dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga" Kemudian mereka membeianjakan pendapatan tersebut untuk kebutuhan konsumsi dan

kebutuhan lain. Isteri nelayan yang memegang dan mengatur pengeluaran untuk kebutuhan rumah tanggaserta bertanggungjawab mencukupkan pendapatan dan memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangganya. Dalam hal ini nampak dominasi isteri nelayan dalam memegang dan mengatur keuangan rumah tangga. Suami nelayan kurang peduli apakah pendapatannya cukup atau tidak, yang penting mereka telah melaut bekerja memperoleh ikan. Seorang isteri nelayan menuturkan: "Suami saya menyerahkan ikan hasil tangkapan pada saya. Kalau hasilnya sedikit, ya......terpaksa harus di cukup- cukupkan untuk keperluan sehari-hari, yah memang tugas dan kewajiban isteri harus mampu mencukupi kebutuhan rumah tangga., suami seringkali kurang peduli, jika kebutuhan sehari- hari keluarga terbatas. Makasaya harus pandai mengatumya, supaya cukup. Kalau tidak melaut suami saya kadang- kadang membantu pekerjaan rumah tangga, menjaga anak....... tapi tidak bekerja lainya selain mencari ikan. Jadi saya yang seringkali jadi buruh tanam padi di sawah kalau bapaknya anak- anak tidak melaut." Disamping itu isteri nelayan umumnya mengerjakan tugas rumah tangga sendiri seperti mengasuh anak, membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian anggota rumah tangga mereka juga membantu suami sebelum suami melaut. Waktu kerja yang digunakan relatif lebih besar untuk kegiatan produktif dan tugas domestik dibandingkan suami nelayan, karena bekerja hampir sepanjang hari dan mereka istirahat hanya pada waktu tidur saja. Suami mereka tidak melakukan pekerjaan produktif (menghasllkan uang) jika mereka tidak melaut dan hanya kadang-kadang saja mereka membantu mengerjakan tugas domestik, seperti menjaga anak. Keadaan tersebut di atas juga menunjukkan isteri nelayan pantai berperan ganda. Mereka rnengabil alih tugas suami, bukan karena suami lama melaut, tetapi karena isteri yang berperan dalam menjual ikan, bertanggungjawab terhadap pemenuhan perekonomian rumah tangganya dan kontribusi tenaga serta banyaknya jenis kegiatan yang dilakukan. Tanggungjawab ini nampak dalam peranan ekonomi lainnya dari isteri nelayan pantai, yang juga merupakan strategi adaptif, yaitu mengatur pengeluaran tergantung pada pendapatan bukan pada komposisi dan jumlah anggota rumah tangga, sebagian besar wanita/isteri nelayan berharap anaknya berpendidikan tinggi dan bekerja sebagai pegawai bukan sebagai nelayan/isteri nelayan dan menabung di sekolah untuk pendidikan anaknya. Seperti yang diungkapkan oleh seorang isteri nelayan: "Saya kepingin anak saya dapat melanjutkan sekolah lebih tinggi dari saya, supaya kalau sudah devmsa tidak hanya bekerja menjadi nelayan seperti bapaknya, makanya saya selalu berusaha menabung, kalau tangkapan ikan sangat banyak, dan harganya di pasaran tinggi, saya mendapat uang banyak ditabung untuk sekolah anak saya Pernyataan tersebut diperkuat oleh seorang tokoh PKK di daerah Depok yang menyatakan: "Peremption isteri nelayan di desa Depok ini, kebanyakan sudah dapat herpikir ma)u, mereka berusaha menyekolahkan anaknya, agarstatus sosial anaknya lebih meningkat dari orang tuanya. Para isteri nelayan biasanya berusaha menabung dengan cara ikut dalam perkumpulan arisan, bekerja soma dengan pemilik perahu, mereka mengumpulkan uang untuk keperluan menyekolahkan anaknya. Mereka tidak menginginkan anaknya seperti dirinya, dengan penghasilan yang terbatas, dan status sosial yang rendah. Mereka berharap anaknya tidak menjadi nelayan tapi menjadi pegawai. Bekerja sebagai pegawai lebih aman, karena pegawai memperoleh gaji tetap setiap bulannya, seperti tetanganya yang menjadi pegawai."

Pembagian kerja tersebut menunjukkan bahwa adanya kerjasama antara nelayan pantai dan isteri. Hubungan mereka bersifat komplementer, yaitu saling melengkapi dan saling tergantung. Hal ini mengindikasikan bahwa aspek penting dalam struktur keluarga adalah posisi anggota keluarga karena pembagian kerja di antara mereka. Dengan demikian peranan wanita dengan posisi/kedudukannya sebagai isteri nelayan pantai relatif besar. 3. Bampak Dari Peranan Ekonomi Wanita Dalam Rumah Tangga Nelayan Pantai Terhadap Kedudukannya Sebagai Isteri (Ihu Rumah Tangga) Dampaknya kedudukan sebagai isteri-ibu rumah tangga nelayan pantai relatif kuat dalam distribusi. Hal ini terbukti isteri nelayan pantai dominan dalam mengambil keputusan atau mengambil keputusan sendiri untuk berbagai hal yang menyangkut kelangsungan kehidupan rumah tangganya, seperti pengeluaran untuk makanan, pembelian pakaian pembelian alat-alat rumah tangga, menabung, kebersihan dan perbaikan rumah dan mengikuti arisan serta memutuskan proses sosialisasi anak "Kebutuhan rumah tangga dan masalah yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pembelian pakaian, kebutuhan makan, memperbaiki rumah, atau mengikuti arisan dan mendidik anak. Suami saya menyerahkan semua urusan rumah tangga pada saya kalau penghasilan tidak cukup, saya harus berusaha srabutan menjualkan ikan hasiltangkapan tetangga, atau mengolah nya nanti saya dijual dipasar, sudah menjadi kewajiban isteri harus mencukupi semua kebutuhan keluarga, suami tidak pemah ikut campur urusan rumah tangga. Bisanya saya yang melakukan semua kegiatan keluarga, yah memang tugas dan kewajiban isteri harus mencukupi kehidupan keluarga" Dari pernyataan di atas isteri nelayan dominan atau memutuskan sendiri tanpa meminta pertimbangan suami dalam menentukan strategi adaptif. Isteri nelayan berkuasa dan berfungsi sebagai kepala rumah tangga, bukan karena suami lama melaut tetapi karena relatif besamya peranan ekonomi mereka. Hal ini nampak dalam dinamika kehidupan rumah tangga mereka. Dari data hasil penelitian terungkap seorang nciayan menyatakan pendapatnya sebagai berikut: "Saya sudah menyerahkan nafkah pada isteri saya, terserah isteri mengaturnya, wong itu sudah menjadi tanggungjawab dan kewajibannya, saya tidak akan mencampuri urusan yang sudah saya serahkan pada isteri saya " Apabila dikaji lebih lanjut pemyataan dari seorang neiayan tersebut, distribusi dan alokasi kekuasaan antara pria dan wanita perlu melihat sumberdaya pribadi yang disumbangkan masing-masing dalam perkawinan, nampaknya sumber daya pribadi tanah atau neiayan pantai ini. Sumberdaya pribadi berupa keterampilan, uang dan tenagakerja merupakan hal yang penting. Sumbangan isteri neiayan berupa keterampilan, uang dan tenaganya relatif lebih besar dibanding suaminya, yang terlihat dari usaha mereka memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga jika suami tidak melaut dan banyaknya kegiatan yang dilakukan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian. Peranan wanita dalam menopang perekonomian Rumah Tangga nelayan 1. Nelayan Depok umumnya adalah neiayan pemilik perahu, karena itu neiayan di pantai ini dapat dikatakan relatif tidak miskin. Struktur organisasinya sederhana hanya neiayan pemilik perahu dan buruh neiayan atau neiayan pemilik perahu belayar sendiri. Tetapi nelayan/buruh

neiayan dan isterinya sering mengeluh, karena mereka sering menghadapi ketidakpastian dalam pendapatan. 2. Tingkat pendidikan nelayan/buruh neiayan dan isterinya relatif rendah, namun mereka dapat membaca dan menulis. Namun dengan relatif rendahnya tingkat pendidikan isteri nelayan ini, ternyata mereka dapat memasuki pasar kerja karena ada pernbagian kerja antara nelayan dan isterinya, yaitu suami melaut dan isteri menjua! ikan. 3. Peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga neiayan pantai relatif besar. Adanya orang dalam kelompok neiayan yang kreatif untuk mengatasi kendala khusus yang dihadapi neiayan yaitu ketidakpastian pendapatan, diantaranya ide isteri RW yang disetujui oleh pak RW tentangpenyeienggaraan arisan antar isteri neiayan. Tujuan arisan ini untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, agar hasil kerja neiayan tidak sia-sia dan terlihat hasilnya. Disamping itu ada ide lain dari Kapala Sekolah SD, yaitu para siswanya supaya menabung setiap hari. Tujuannya agar anak neiayan dapat bersekolah terus dengan tabungan yang dimiliki, mengingat rumah tangga neiayan pantai memang membutuhkan arisan dan tabungan untuk ekonomi rumah tangga dan kelangsungan pendidikan anak-anaknya, mengingat isteri neiayan pantai umumnya berharap agar anaknya tidak memilih menjadi nelayan, karena dengan pendidikan tinggi anaknya akan dapat menjadi pegawai yang bergaji tetap setiap bulannya. 4. Tidak ada ketergantungan antara isteri neiayan pemilik perahu dan isteri buruh neiayan karena isteri neiayan pemilik perahu tidak bertanggungjawab tsrhadap kehidupan rumah tangja buruh nelayannya. Rekomendasi Berdasar uraian tersebut, ada 2 issue penting yang patut direkomendasikan, yaitu: 1. Perlu kiranya peningkatan pemahaman akan pentingnya pengertian pemenuhan fungsi ekonomi rumah tangga, oleh adanya kerjasama dan pembagian kerja antara suami dan isteri yang komplementer, sehingga dengan mengukur pendapatan pribadi seperti pendapatan suami saja atau pendapatan isteri saja adalah tidak relevan untuk saat ini. 2. Meningkat partisipasi dan kepedulian masyarakat tentang pemahaman kesetaraan jender, yang mensosialisasikan bahwa peranan isteri sama pentingnya dengan suaminya (komplementer). Sehingga mitos yang mengatakan bahwa peranan ekonomi wanita hanyasuplementer/tambahan. 3. Kepada pemerintah sebagai pengambil keputusan. Selama ini program khusus bagi wanita/isteri nelayan belum ada, yang ada adalah program untuk nelayan, yaitu berupa pemberian kredit dan perbaikan fasilitas perumahan, padahal peranan ekonomi isteri nelayan relatif cukup besar. Untuk itu periu dipikirkan langkah pemberi bantuan kepada isteri nelayan, baik berupa modal maupun kursus keterampilan guna meningkatkan kesejahteraan rumah tangga masyarakat nelayan. Daftar Pustaka Acheson, James M. 1999. Anthropology of Fishing. Annual Review Anthropology Inc. Vol. 10.p.275-316 Allport, G. W. 1964, Pattern and Growth in Personality. New York: Holt, Rinehart and Winston Benett, 2000. The Ecological Transition: Cultural Anthropology and Human Adaptation. Asahil S, Seminar on Human Ecology, Jakarta.

Brannen, J., 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Emerson, Donald K, 2000. Rethinking Artisanal Fisheries Development: Western Concepts, Asian Experinces. World Bank Staff Working paper No. 423. Han, Sang-Book, 1997. Korean Fishermen. Soul national University Press. Istiyanto, 2001. Peranan Wanita Dalam Kehidupan Nelayan di Pantai Glagah Kulon Progo. Hasil Penelitian Koentjaraningrat dan Donald K Emerson, 1982. AspeJc Manusia dalam Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia. Mitchell, Bruce, 2003. Resource and Enciron Mental Management. Ontario: Adisson Wesley. Moran, Emilio F, 1999. Human Adaptional. Massachusetts, Duxbury Press. Mubyarto, Loekman Soetrisno dan Michael Dove, 1999. Nelayan dan Kemiskinan. Jakarta: CV Rajawali. Koento, 1999. Peranan Wanita Nelayan Dalam Pendidikan Anak. Hasil Penelitian Pujiwati Sayogo. 1997. Garis Kemiskinan dan Kebutuhan Minimum Pangan. Jakarta. Rahayu. 2002. Wanita Dalam Mengelola Kebutuhan Ekonomi. Hasil Penelitian. Sakdiyah. 2000. Peranan Isteri Nelayan Dalam Mencukupi Kebutuhan Ekonomi. Hasil Penelitian di Baron Gunungkidul. Sarno. 2000. Tugas Sebagai Isteri Nelayan di Pantai Samas Bantul Hasil Penelitian. Spigel, Henry. W. 1983. The Growth Of Economic Thonght Revised andExpandend Edition. Durham North Carolina: Duke University. Vayda, Andrew R 1998. Enviroment and Cultural Behavior. New York, The Natural History Press.