ABSTRAK KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA

perairan yang jernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap kualitas air terpolusi ... mengakibatkan populasi Odonata mengalami penurunan yang drasti...

10 downloads 556 Views 954KB Size
ABSTRAK KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Oleh Irwandi Ansori Penelitian keanekaragaman Odonata (Dragonflies) telah dilakukan pada 4 lokasi persawahan di Bandung, yaitu Antapani, Cigadung, Dago Pakar dan Dago Pojok. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis Odonata, dan mengetahui kelimpahan dan dinamika populasinya. Penangkapan Odanata dewasa dilakukan menggunakan sweeping net (kedalam 60 cm, Ø 30-38 cm). Pencuplikan tersebut dilakukan sejalan dengan perkembangan padi. Odonata dewasa yang berhasil diidentifikasi terdiri dari 2 famili (Libellulidae dan Aeshnidae) dan 4 spesies, yaitu Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), Neurothemis terminata (Libellulidae) dan Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Crocothemis servilia (Libellulidae) dan Orthetrum sabina (Libellulidae) merupakan spesies yang dominan di empat lokasi penelitian. Pada awal pertumbuhan padi (fase vegetatif sampai fase bunting ~ 22 – 27 hari), menunjukkan jumlah individu terbesar dibandingkan dengan fase lain, dan populasi Odonata akan menurun sejalan dengan umur padi yang semakin tua. Hasil analisis indeks keanekaragaman untuk Odonata dewasa di empat lokasi penelitian menunjukkan bahwa persawahan Dago Pojok memiliki indeks keanekaragaman tertinggi. Indeks kemerataan tertinggi Odonata dewasa diperoleh di persawahan Antapani dan Dago Pakar.

ABSTRACT THE DIVERSITY OF ODONATA (Dragonflies) IN SOME PADDY FIELDS IN BANDUNG By Irwandi Ansori The research on Odonata diversity was conducted in Antapani, Cigadung, Dago Pakar and Dago Pojok paddy fields located in Bandung. The objectives of the study were to identify Odonata species, to analyse the population dynamics and abundance of Odonata. Adults of Odonata were taken by sweeping net (depth 60 cm, Ø 30-38 cm). The samples were done taken paddy growth. Adults. Two (2) families of adult Odonata were identified and consist of 4 species, i.e Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), Neurothemis terminata (Libellulidae) and Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). The result of this research showed that Crocothemis servilia (Libellulidae) and Orthetrum sabina (Libellulidae) were dominant species in four research location. In the early paddy growth (vegetatif phase to pregnant phase ~ 22 - 27 day) showed the highest number of Odonata compared with the other phase, by the time there will be a decrease in the population of Odonata. Dago Pojok paddy field has the highest index diversity of an adult Odonata. Highest similarity index of adult Odonata showed in Antapani and Dago Pakar paddy field.

Pendahuluan Capung (Odonata) mempunyai peranan penting pada ekosistem persawahan (Shepard et al, 1992). Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi, seperti: penggerek batang padi (Chilo sp), wereng coklat (Nilaparvata lugens), dan walang sangit (Leptocorisa acuta) (Borror et al., 1992; Shepard et al, 1992). Selain itu, capung dapat dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem (Jhon, 2001). Hal ini dikarenakan capung memiliki 2 habitat : air dan udara. Odonata dewasa betina dalam melakukan oviposisi memilih habitat perairan yang jernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap kualitas air terpolusi (Borror et al., 1992; Jhon, 2001). Odonata adalah serangga yang relatif besar (panjangnya kira-kira 20 sampai lebih dari 135 mm), seringkali berwarna menarik dan menggunakan sebagaian besar hidupnya dalam dalam kondisi terbang (Borror et al., 1992). Capung sering terlihat terbang berkelompok di daerah pertanian, padang rumput dan kebanyakan di daerah sawah atau perairan. Odonata mempunyai kemampuan menangkap mangsanya saat terbang, kecepatan terbangnya dapat mencapai 60 Km/jam (Sastrodiharjo, 1971). Menurut (Borror et.al., 1992) beberapa ciri utama Odonata yang dapat dibedakan dari serangga lain, yaitu : (a) Odonata adalah serangga dengan daur hidup hemimetabola atau yang mengalami metamorfosis tidak sempurna dari telur menjadi nimfa kemudian terakhir menjadi serangga dewasa. (b) Nimfa Odonata hidup di daerah akuatik, sedangkan serangga dewasanya sebagian besar sebagai penerbang yang baik dan mampu menempuh jarak yang jauh hingga beberapa mil. Nimfa dan dewasa bertindak sebagai predator, memangsa nyamuk, lalat, berbagai hama tanaman padi, terutama yang terbang dan serangga-serangga kecil lainnya. (c) Bagian mulut dari Odonata baik nimfa maupun dewasa pada umumnya termodifikasi untuk menangkap dan mengigit mangsanya. Toraks relatif kecil dan kompak (protoraks selalu kecil, dan ruas toraks lainnya membentuk hampir seluruh toraks), serta permukaan dorsal pterotoraks antara pronotum dan dasar sayap terbentuk oleh sklerit-sklerit pleura. Antena sangat kecil seperti rambut, serta abdomen panjang dan langsing. Sersi tidak beruas dan berfungsi sebagai organ-organ pendekap pada yang jantanOdonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh darah jala. Selain itu capung juga memiliki antenna pendek yang berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing (Boror et al., 1992).

Telur capung akan diletakan pada atau di dekat air dengan berbagai cara. Beberapa disuntikan kedalam air atau kayu yang membusuk dan berair atau diletakan pada objek yang terletak tepat dibawah permukaan air. Selain itu, telur juga dapat disuntikan kedalam lumpur yang terdapat dipinggiran perairan. Setelah telur menetas, nimfa akan melakukan proses metamorfosis tidak sempurna menjadi Odonata dewasa. Nimfa merupakan hewan air yang terutama hidup didaerah persawahan, kolam, danau atau hulu sungai. Nimfa ini tidak berenang, tetapi berjalan sepanjang dasar atau diantara serasah dan vegetasi. Nimfa serangga ini merupakan predator, selain memakan organisme akuatik yang kecil dan larva nyamuk, diketahui juga memangsa nimfa wereng, thrips, larva dari familia Agromyzidae yang jatuh kepermukaan air (Borror et.al., 1992). Beberapa penelitian mengenai Odonata telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian mengenai keanekaragaman Odonata dan hubungannya dengan ekosistem dan penggunaan lahan di Semenanjung Utara Malaysia (Siregar et al., 2004), juga penelitian kehadiran nimfa Odonata di berbagai habitat persawahan (Ahmad, 1982). Penelitian tersebut lebih menekankan pada faktor lingkungan yang mempengaruhi populasi Odonata. Beberapa aspek lain, seperti hubungan populasi Odonata dengan fenologi padi (perkembangan tanaman) belum banyak dikaji. Populasi Odonata juga dipengaruhi oleh faktor abiotik dalam perkembangan hidupannya, seperti penggunaan insektisida. Insektisida yang digunakan secara tidak langsung dapat berdampak pada populasi Odonata. Hal ini telah dilaporkan Kobayashi (1961), dalam Asahina et al., 1970; dalam Ahmad 1982, yang menyatakan bahwa Odonata merupakan salah satu predator insekta yang mengalami kerugian hebat akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi. Asahina et al., 1970 dalam Ahmad 1982 juga melaporkan bahwa akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi yang dilakukan tahun 1955-1959 di Jepang, mengakibatkan populasi Odonata mengalami penurunan yang drastis. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai dinamika populasi Odonata dan hubungannya dengan fenologi padi, dengan penekanan pada inventarisasi spesies Odonata. Kajian dilakukan di areal persawahan sekitar Bandung. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan observasi pendahuluan yang menunjukkan bahwa banyak petani yang menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama padi. Deltamethrin (Decis) adalah insektisida yang banyak digunakan, dan merupakan insektisida yang sangat beracun terhadap ikan-ikan kecil yang berada di ekosistem persawahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui keanekaragaman spesies Odonata, baik nimfa maupun dewasa di persawahan sekitar Bandung. Kajian ini juga diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang dinamika populadi Odonata.

Metode Penelitian 1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal persawahan sekitar Bandung, yang meliputi wilayah Dago Pakar, Dago Pojok, Cigadung dan Antapani (Gambar III.1). Daerah Antapani merupakan daerah yang paling rendah dibanding daerah penelitan lainnya (Antapani 690 m dpl, Cigadung 710 m dpl, Dago pojok 890 m dpl dan Dago Pakar 910 m dpl). Selain itu persawahan yang dipilih adalah persawahan yang memiliki pengairan yang baik. serta luas area sekitar 1000 m². Pengamatan kelimpahan populasi Odonata dihubungkan dengan fenologi padi, mulai dari fase vegetatif (F.Vg), fase primordia (F.Pr), fase buting (F.Bt), Perkembangan malai dan bunga (P.M.B), fase masak susu (F.Ms), fase masak penuh (F.Mp), masak panen (M.P). 2 Fluktuasi Kelimpahan Odonata Pencacahan capung dewasa dilakukan dengan penangkapan menggunakan jaring udara. Jaring berbentuk kerucut dengan kedalam 60 cm, Ø 300-380 cm, dan panjang tongkat jaring 1 meter (Gambar III.3). Penangkapan dilakukan mulai pukul 09.00 – 11.00 WIB. Hal ini dilakukan karena Odonata termasuk kelompok serangga yang aktif pada siang hari. Capung yang tertangkap dimasukkan kedalam botol-botol pembunuh yang berisi beberapa kertas tissue dan diisi eter. Setelah Odonata mati, segera dikeluarkan dari botol pembunuh kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Hal ini dilakukan agar warna cemerlang Odonata tidak memudar. Kemudian Odonata disimpan dalam amplop-amplop kertas segitiga yang berukuran 30 x 20 cm dengan posisi sayap terlipat diatas tubuh. Untuk setiap amplop disimpan satu capung. Setelah itu Odonata diidentifikasi dan diamati jenis kelaminnya di laboratorium Entomologi SITH ITB. Identifikasi capung dilakukan sampai dengan spesies dengan menggunakan kunci identifikasi Watson et al, (1991); Miller, (1995); Orr, (2005), selain itu juga dilakukan perbandingan spesimen dengan spesimen Odonata di Laboratorium Zoologi LIPI Cibinong serta komunikasi langsung dengan Dra. Puji Aswari MS. sebagai ahli Odonata.

Gambar III.2 Jaring Udara (arial net) untuk digunakan menangkap capung dewasa Capung yang telah diidentifikasi dan dihitung jumlah populasinya, kemudian ditentukan spesies dominannya, yaitu spesies yang kelimpahan relatifnya lebih dari 5% (Irmler, 2003) dan dianalisis keanekaragamannya dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (Zar, 1996) dengan rumus sebagai berikut : H’ = -  pi log pi Dimana H’ : Indeks keanekaragaman pi : proporsi spesies ke i di dalam sampel total Indeks ini digunakan dengan pertimbangan kemampuan diskriminan dan sensitifitasnya terhadap ukuran sample cukup moderat, perhitungannya tidak terlalu sulit dan umum digunakan dalam studi keanekaragaman spesies. Selain itu dihitung juga Indeks Kemerataaan spesies di masing-masing kawasan persawahan, dengan menggunakan indeks Shannon’s (Zar, 1996) dengan rumus sebagai berikut : J’ =

H’ H’max

Dimana H’max = Log k Keterangan k : jumlah spesies Selain itu untuk mengetahui hubungan antara jumlah individu Odonata dengan fenologi padi (umur padi) maka digunakan rumusan korelasi (Zar, 1996). 3 Pengukuran Faktor Lingkungan Pada penelitian ini dilakukan pengukuran faktor lingkungan selama periode pencuplikan, yang terdiri dari pengukuran suhu air dan suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa, derajat keasaman (pH) diukur dengan menggunakan kertas pH, kelembaban relatif (Rh) diukur dengan higrometer, serta

pengukuran kadar materi organik tanah. Pengukuran kadar materi organik tanah dilakukan dengan cara tanah (Lumpur) diambil secukupnya dan disimpan dalam kantung-kantung plastik. Pengerjaan selanjutnya dilakukan di Laboratorium Entomologi SITH ITB. Untuk menghilangkan air dari lumpur (tanah) ditimbang 20 gram kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 ˚C selama dua jam. Lima gram tanah kering dipanaskan didalam furnace muffle pada suhu 600 ºC selama tiga jam. Untuk mengetahui persentase kadar materi organiknya maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Berat kering tanah – berat abu Zat Organik tanah (%) = Berat kering tanah X 100% (Adianto, 1980 dalam Ahmad, 1982) Pengukuran faktor lingkungan ini dilakukan dengan asumsi perbedaan kondisi lahan akan menyebabkan perbedaan kondisi mikroklimat sehingga berpengaruh juga kepada kelimpahan populasi Odonata.

Hasil dan Pembahasan 1 Identifikasi Odonata Hasil identifikasi Odonata dewasa dari empat lokasi penelitian (Antapani, Cigadung, Dago Pakar, Dago Pojok) terdiri dari famili Libellulidae dan Aeshnidae. Capung dari Famili Libellulidae terdiri dari 3 spesies, yaitu: Orthetrum sabina, Crocothemis servilia, dan Neurothemis terminata. Sedangkan capung dari famili Aeshnidae hanya terdiri dari satu spesies, yaitu Anaciaeshna jaspidea (Gambar 2). Ciri utama dari O. sabina adalah mempunyai abdomen ramping, ruas abdomen ke 7 sampai 9 memipih; tubuh berwarna hijau kekuningan dan hitam. Pada bagian samping dari synthoraks berwarna belang hitam dan kuning, subtriangel pada sayap depan terdiri dari 3 sel atau lebih dan memiliki distal antenodal crossvein pada sayap depan sempurna (Watson et al., 1991). C. servilia mempunyai ciri sayap belakang lebih lebar sedikit daripada sayap depan, pangkal sayap belakang tidak berlekuk, ujung anal loop pada sayap belakang bertipe tertutup, subtriangel pada sayap depan terdiri dari tiga sel, Discoidal pada sayap depan terdiri dari 3 baris, tubuh berwarna merah cerah atau kuning kecoklatan. Capung N. terminata memiliki ciri utama, yaitu tiga perempat dari kedua sayapnya tidak transparan, berwarna merah hati sama dengan warna tubuhnya, hypertriangle pada sayap depan dilintasi satu atau lebih crossvein, triangel pada sayap belakang dilintasi oleh crossvein. A. jaspidea mempunyai ciri utama tubuh yang besar, mata majemuk berwarna biru dan bertemu pada sisi dorsal kepala (Watson et al, 1991; Miller, 1995; Orr, 2005). Dari berbagai literatur, semua spesies Odonata dari lokasi penelitian sangat umum dijumpai pada areal persawahan di beberapa daerah tropis, kecuali di Myanmar, Vietnam, Singapura, Sri langka, Kamboja, Laos, Nepal dan Papua New Guinea yang hanya ditemukan dua jenis, yaitu : C. servilia dan O. sabina (Paulson, 2004)

Orthetrum sabina (Libellulidae)

Crocothemis servilia (kuning) (Libellulidae)

Crocothemis servilia (merah) (Libellulidae)

Neurothemis terminata (Libellulidae)

Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae) Gambar 2 Jenis-jenis Odonata dewasa pada empat areal persawahan

2 Dinamika populasi Odonata dewasa di empat kawasan persawahan Total hasil tangkapan capung dari empat kawasan persawahan adalah 275 individu yang terdiri dari 2 famili (Libellulidae dan Aeshnidae) dan 4 spesies. Famili Libellulidae merupakan famili yang dominan, dengan jumlah tangkapan sebesar 258 individu. Hasil tangkapan capung dewasa pada setiap lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Populasi Odonata dewasa pada empat lokasi penelitian Lokasi

Antapani Cigadung Dago Pakar Dago Pojok Jumlah

Jumlah individu

O. sabina (Libellulidae)

C. servilia (Libellulidae)

32 21 27 20 100

33 55 26 44 158

N. terminata (Libellulidae)

A. jaspidea (Aeshnidae)

1

1

18 18

Hasil kajian diatas sesuai dengan hasil penelitian Paulson (2004) pada beberapa daerah di wilayah tropis. Dua famili Odonata yang dominan berhasil ditemukan dalam penelitiannya, yaitu Libellulidae dengan 966 individu dan Coenagrionidae dengan 1070 individu. Selain itu penelitian yang dilaporkan oleh Siregar et al., (2004) juga menyatakan bahwa Platycnemididae (Subordo Zygoptera) dan Libellulidae (Subordo Anisoptera) adalah dua famili yang dominan ditemukan di ekosistem persawahan Semenanjung Utara Malaysia. Berdasarkan hasil kajian diatas terdapat kecenderungan bahwa familia Libellulidae dan Coenagrionidae banyak ditemukan di Asia, khususnya di daerah Persawahan Muda Malaysia (Abdullah et al., 1998 dalam Bambaradeniya et al., 2004). Jumlah total individu capung pada empat lokasi penelitian menunjukkan bahwa C. servilia merupakan spesies yang terbesar ditemukan hampir diseluruh areal persawahan (jumlah total individu 158). Hal ini berbeda dengan data penelitian Paulson (2004), yang melaporkan bahwa Orthetrum memiliki jumlah individu yang terbanyak dibandingkan Crocothemis dengan jumlah individu 60 dan 10. Perbedaan jumlah individu Odonata ini diduga karena pengaruh faktor kualitas lingkungan suatu habitat, seperti : pH, temperatur, kelembaban udara, kondisi faktor kimia, dan ketersediaan makanan (Corbet, 1980) Jumlah individu Odonata dewasa untuk masing-masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa C. servilia merupakan spesies Odonata dewasa yang paling banyak ditemukan di persawahan Cigadung, dengan jumlah 55 individu, sedangkan O. sabina ditemukan terbanyak di persawahan Antapani dengan jumlah 32 individu. Tingginya jumlah individu Odonata dewasa C. servilia dan O. sabina di persawahan Cigadung dan Antapani dimungkinkan adanya pengaruh faktor lingkungan, terutama temperatur udara, dimana capung lebih suka memilih terbang pada lokasi yang memiliki temperatur udara yang panas (Miller, 1995) dan berdasarkan hasil observasi dilapangan persawahan Antapani dan Cigadung memiliki rata-rata temperatur udara, temperatur air dan kelembaban udara yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan persawahan lain (Dago Pakar dan Dago Pojok).

Jumlah individu Odonata dewasa N. terminata dan A. jaspidea hanya sedikit ditemukan pada persawahan Cigadung dan Dago Pojok. Hal ini sesuai dengan data base Dragonfly-Asia yang menyebutkan bahwa, N. terminata yang ditemukan hanya satu spesies pada beberapa negara Asia, yaitu : Jepang, Malaysia dan Philipina. Begitu juga dengan A. jaspidea yang ditemukan hanya 4 individu pada beberapa negara Asia, yaitu : Hongkong, Jepang, India, Philipina dan Taiwan. Kecilnya jumlah individu dewasa N. terminata dan A. jaspidea yang ditemukan mungkin karena keturunan yang dihasilkan memang sedikit (satu keturunan setiap tahun) atau tahapan nimfanya lama (Borror et al., 1992). Selain itu kemungkinan capung jenis ini sangat sensitif terhadap perubahan faktor kimia, khususnya pestisida. Hal ini sesuai dengan kajian penelitian yang dilakukan Salmah et al., (2005) yang menyatakan bahwa aplikasi pestisida dapat menyebabkan kepadatan populasi Odonata menjadi rendah. Berdasarkan analisis kelimpahan relatif dari 4 spesies Odonata dewasa yang ditemukan di empat lokasi penelitian, terdapat beberapa spesies dengan kelimpahan individu relatif lebih dari 5%. Spesies-spesies itu menunjukkan spesies-spesies dominan yang terdapat di keempat lokasi penelitian (Tabel 2). Tabel 2. Kelimpahan relatif individu spesies Odonata dominan di empat lokasi penelitian No Spesies Lokasi Penelitian Antapani Cigadung D. Pakar D. Pojok 1 O. sabina 11,5% 7,6% 9,7% 7,2% 2 C. servilia 11,9% 19,9% 9,4% 15,9% 3 N. terminata 0,36% 4 A. jaspidea 6,5% Tabel 2. menunjukkan bahwa O. Sabina dan C. Servilia merupakan spesies yang dominan di seluruh lokasi penelitian. Sedangkan A. Jaspidea ditemukan dominan di persawahan Dago Pojok.. Nilai indeks keanekaragaman dan indek kemerataan spesies Odonata dewasa pada masing-masing lokasi penelitian terlihat pada tabel 3. pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman tertinggi diperoleh pada persawahan Dago pojok (0,438) dan nilai indeks keanekaragaman terendah diperoleh di areal persawahan Cigadung (0,277). Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi pada persawahan Dago Pojok mengindikasikan bahwa persawahan Dago Pojok memiliki keanekaragam spesies Odonata dewasa yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan komunikasi langsung dengan petani yang menyatakan bahwa, penyemprotan pestisida untuk membunuh hama tanaman padi tidak selalu dilakukan. Penyemprotan hanya dilakukan pada waktu serangan hama tanaman padi tinggi dan diperkirakan dapat merusak tanaman padi sehingga menurunkan hasil produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Whilm dan Dorris (1968) dalam Ahmad (1982) yang menyatakan bahwa penggunaan pestisida dapat berpengaruh pada keanekaragaman Odonata.

Tabel 3. Analisis indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan Odonata dewasa pada masing-masing kawasan persawahan Lokasi Indeks keanekaragaman Indeks kemerataan Antapani 0,301 1,0 Cigadung 0,277 0,581 Dago Pakar 0,301 1,0 DagoPojok 0,438 0,918 Indeks kemerataan, secara umum di seluruh lokasi penelitian menunjukkan nilai lebih dari 0,5 dan 1,0. Artinya di setiap lokasi penelitian, distribusi jumlah individu masing-masing spesies Odonata dewasa relatif terdistribusi secara merata, dengan nilai indeks kemerataan tertinggi diperoleh di kawasan persawahan Antapani dan Dago Pakar (1,0) dan indeks kemerataan terendah diperoleh di persawahan Cigadung (0,581). 3 Dinamika Populasi Odonata Tiap Fase Fenologi Padi Secara meruang terdapat perbedaan perolehan jumlah individu Odonata ditiap fase fenologi padi (Gambar 2. s/d Gambar 5.). Secara umum, dari ke 4 grafik menunjukkan bahwa Odonata dewasa banyak dijumpai pada awal fase fenologi padi (fase vegetatif s/d fase bunting), terutama pada fase vegetatif. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada fase tersebut banyak terlihat Odonata dewasa yang melakukan perkawinan dan meletakkan telur. Setelah fase vegetatif jumlah capung yang tertangkap cenderung menurun, tapi ada beberapa grafik yang menunjukkan jumlah penangkapan yang meningkat, walaupun tidak terlalu signifikan. Penurunan jumlah Odonata dewasa diduga karena pengaruh faktor lingkungan, seperti keterbatasan air (Salmah et al., 2005). Hal ini dikarenakan semakin tua umur padi (mendekati fase masak panen), air di persawahan semakin berkurang atau tidak ada, sehingga diduga dapat mempengaruhi jumlah populasi Odonata di tiap fase fenologi padi. Ini sesuai dengan penelitian Jhon (2001) yang menyatakan bahwa Odonata merupakan serangga yang daur hidupnya sangat tergantung pada lingkungan perairan.

37

ju m la h to tal O d o n ata

40 35

Odonata Dewasa

28

30

Nympha

25 20

18

17 13

15 10

5

6

8

10 5

5

7

6 3 0

0

Fase fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-)

F.Vg

F.Pr

F.Bt

F. M & B

F.Ms

F.Mp

M. P

22 – 40

52 - 62

60 - 72

72 - 82

82 – 94

90 - 102

102 – 116

+++

+++

+++

+++

+

+

-

Gambar 2. Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Antapani Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

jumlah total Odonata

45

40

40

36

Odonata Dewasa

32

35

Nympha

30 25 20

17

16

15

15

15 9

10

11 7

7 6

6

5

0

0

Fase fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-)

F.Vg

F.Pr

F.Bt

F. M & B

F.Ms

F.Mp

M. P

22 – 40

52 - 62

60 - 72

72 - 82

82 – 94

90 - 102

102 – 116

+++

+++

+++

+++

+

+

-

Gambar 3 Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Cigadung Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

57

60

Odonata Dewasa

jumlah total Odonata

51 50

45

Nympha 39

40 30 20

17 12 7

10

8

8

7

11 5

6 0

0

Fase fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-)

F.Vg

F.Pr

F.Bt

F. M & B

F.Ms

F.Mp

M. P

22 – 40

52 - 62

60 - 72

72 - 82

82 – 94

90 - 102

102 – 116

+++

+++

+++

+++

+

+

-

Gambar 4 Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Dago Pakar Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen.+/- : ada atau tidak ada air

42

jumlah total Odonata

45

42

40

Odonata Dewasa

35

Nympha

30 25

20

20

23 18 13

15

12

10

9

6 5

8

6

5

5

0

0

Fase fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-)

F.Vg

F.Pr

F.Bt

F. M & B

F.Ms

F.Mp

M. P

22 – 40

52 - 62

60 - 72

72 - 82

82 – 94

90 - 102

102 – 116

+++

+++

+++

+++

+

+

-

Gambar 5. Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Dago Pojok Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

Hasil dari dinamika populasi ini secara umum sebenarnya mempertegas hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmad (1982) yaitu, dosis pestisida yang digunakan oleh petani belum terlalu tinggi, sehingga residu pestisida yang berada didalam air dan di lingkungan persawahan masih mampu ditoleransi oleh Odonata dan menolak kekhawatiran Furtado (1981) dalam Ahmad (1982) bahwa nympha Odonata yang hidup di air sudah terancam habis oleh dampak kimia secara langsung karena aplikasi pestisida terhadap hama padi. Walau demikian penelitian ini ada keterbatasan ialah hasil penelitian ini belum dapat mewakili seluruh penyebaran populasi Odonata yang ada di persawahan. Grafik jumlah total Odonata dewasa pada empat lokasi penelitian (Antapani, Cigadung, Dago Pakar, Dago Pojok) di tiap fase fenologi padi sama dengan dinamika

populasinya (Gambar 6). Secara umum pada grafik tersebut menunjukkan bahwa, jumlah total Odonata dewasa meningkat pada awal fase fenologi padi (fase vegetatif s/d fase bunting), dan kecenderungan akan mengalami penurunan menjelang akhir fase fenologi padi (fase perkembangan malai dan bunga s/d fase masak panen) atau sejalan dengan umur padi yang semakin tua. Penurunan jumlah total komunitas odonata dewasa kemungkinan karena pengaruh faktor lingkungan, seperti yang dijelaskan di atas. Walaupun menurut penelitian Salmah et al., (2005), yang menyatakan bahwa faktor fisik dan kimia seperti pH, temperatur, larutan oksigen, nitrat, fosfat dan klorofil tidak berpengaruh terhadap kelimpahan populasi nympha neurothemis tulia (Odonata: Libellulidae) di daerah persawahan di Malaysia.

25 Antapani jumlah total Odonata

20

Cigadung Dago Pakar Dago Pojok

15

10

5

0

Fase fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-)

F.Vg

F.Pr

F.Bt

F. M & B

F.Ms

F.Mp

M. P

22 – 40

52 - 62

60 – 72

72 - 82

82 - 94

90 - 102

102 – 116

+++

+++

+++

+++

+

+

-

Gambar 6. Jumlah total Odonata dewasa berdasarkan fase fenologi padi pada empat lokasi penelitian Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

Kesimpulan dan Saran 1 Kesimpulan 1. Odonata dewasa yang berhasil diidientifikasi di empat lokasi penelitian, yaitu Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), Neurothemis terminata (Libellulidae) dan Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). 2. Crocothemis servilia (Libellulidae) merupakan spesies yang paling dominan diempat lokasi penelitian 3. Odonata yang terbesar ditemukan pada awal fase pertumbuhan padi (fase vegetatif sampai fase bunting ~ 22 – 27 hari) dibandingkan dengan fase-fase lain, dan populasi Odonata akan menurun sejalan dengan umur padi yang semakin tua. 2. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian yang relatif lebih lama untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika populasi Odonata, baik nimfa maupun dewasa 2. Perlu dilakukan Penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan yang berpengaruh pada kelimpahan populasi Odonata. 3. Penelitian lebih lanjut mengenai dinamika populasi, strategi reproduksi, perilaku yang berpotensi sebagai spesies indikator kualitas lingkungan dan kontrol hama sangat perlu dilakukan khususnya untuk mengetahui peran masing-masing spesies tersebut secara fungsional sebagai indikator kualitas lingkungan dan kontrol hama Daftar Pustaka

1. Ahmad, I. (1982), Kehadiran Nimfa Odonata di Beberapa Habitat Persawahan, Skripsi Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung. 2. Asahina, S. (1970), Indian Paddy Field Odonat, Taken by Miss I Hattori, Mushi, Pp 115-125. 3. Anonim, Asia-dragonfly data base, http://www. Asia-dragonfly.net/forum/forum list.php, Diakses 28 juni 2006. 4. Bambaradeniya, N.C., and Amerasinghe, P.F. (2004), Biodiversity Associated With the Rice Field Agroecosystem in Asian Countries: A Brief Review, International Water Management Institute. 5. Berryman, A.A. (2003), On principles, laws and theory in population ecology, Oikos 103: 695-701. 6. Berryman, A.A. (2002a, Population: a central concept for ecology, Oikos 93: 439-442. 7. Berryman, A.A. (2002b), Population regulation, emergent properties, and a requiem for density dependence, Oikos 99: 600-606.

8. Borror, .J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. (1992), An Introduction to Study of Insect, 6 ed, Saunders College Pub., A Division of Holt Rinehaest Winston, Inc. 9. Brooks, S., and Lewington, R. (1997), Dragonfly and Damselflies Of Grent Britain and Ireland, Wild Life Publishing. 10. Chiang, H.C. (1995), Insects and their environments. In R.E. Pfadt (ed), Fundamentals of Applied Entomology. Fourth edition MacMillan Publ. Co. pp: 128-161. 11. Corbet, P. S. (1995), Biology Of Odonata, Department Of Zoology, Universitas Of Canterbury, Christtchuch, New Zealand. 12. Curds, C. R., and Hawkes., H. A. (1978), Ecological Aspect Of Used Water Treatment, Academic Press, New york. 13. Gallagher, K., Nurhidayati, L., dan Indah, K. (1995), Buku Petunjuk Lapangan Untuk PHT Padi, Departemen Pertanian, Pp 36-55 14. Gratton, C. & R.F. Denno (2003), Seasonal shift from bottom up to top down impact in phytophagous insect populations, Oecologia 134: 487-495. 15. Irmler, U.(2003), The Spatial and temporal pattern od carabid beetles on arable filed in northern Germany (Schleswig-Hosltein) and their value as ecological indicators, Agriculture, Ecosystem and Enviroment 98, ElsevierScience, 141-151. 16. John, T. (2001.), life History Odonata. School of Botany and Zoology, Australian, National University., Canberra, ACT 0200, AUSTRALIA. http://[email protected]. Diakses 20 Maret 2006 17. Miller, P.L (1995), Dragonflies, The Queen’s College, Oxford 18. Mugrran, A.E. (1988), Ecological Diversity and and Its Measurement, Chapman and Hall, 79. 19. Magrrum, A. E. (2004), Measuring Biological Diversity, Blackwell Publishing, 21-22; 66-70; 176-178;238 20. Needham, J. G. (1937). Culture Methods for Invertebrata Animals, Ithaca, N.Y: Comstock pp: 590. Field Key to Adult Washington Dragonflies (Odonata). 21. Orr, A. G. (2005), Dragonflies Of Peninsular Malaysia and Singapura, Natural History Publications (Borneo). 22. Panggabean, P. R. (1988), Distribusi Makrozoobentos di Jeram Sungai Cikapundng Bandung, Thesis Jurusan Biologi, Institute Teknologi Bandung. 23. Paulson, D. (1998), Field Key to Adult Dragonflies (Odonata), University of Puget Sound USA,http://www.ups.edu.edu.com pdf, Diakses 20 Maret 2006. 24. Paulson, D. (2004), Families and Genera Odonata. University of Puget Sound USA, http://www.ups.edu.com pdf, Diakses 20 Maret 2006. 25. Paulson, D. (2004), Collection Inventory Odonata, Slater Maseum Of Natural History, Universitas of Puget Sound USA, http://www.ups.edu..com, Diakses 27 juni 2006 26. Price, P. W. (1992), Plant resources as the mechanistics basis for insect herbivore population dynamic,. In M.D. Hunter, T. Ohgushi & P.W. Price (eds), Effect of Resource Distribution in Animal-Plant Interaction. Academic Press, New York, pp: 139-173.

27. Price, P. W. (1997), Insect Ecology, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc. New York. 874 p. 28. Salmah, M. R., Hassan, A., Abu Hassaan, A., and Ali, A. B. (2005) ,Influence of physical and chemical factors on the larval abundance of Neurothemis tullia (Drury) (Odonata:Libellulidae) in rice fed rice field, School of Biological Sciences, University Sains Malaysia and Departement of Biology, Faculty of Science and Enviroment, Universiti Putra Malaysia. 29. Sastrodiharjo, S. (1979), Mengenal kelompok Serangga Bandung, Penerbit ITB 30. Shepard, B. M., Barrion, A. T., dan Litsinger. (1995), Serangga, Laba-Laba dan Patogen yang membantu, Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI). Pp 3031. 31. Siregar, A.Z., Che Salmah., M. D.R., and Ahmad, H. (2004), Keanekaragaman Odonata dan Hubungannya Dengan Ekosistem dan Penggunaan Lahan di Semenanjung Utara Malaysia, Universitas Sumatera Utara dan School of Biological Science, University of Science Malaysia. http://www.odonata USU.com notepad. Diakses 27 Maret 2006. 32. Susanti, S and Puji, A. (1998), Mengenal Capung, Puslitbang Biologi LIPI. 33. Rowe, J.R. (1997) Characteristics of Odonata Larvae. http://www :[email protected]. Department of Zoology & Tropical Ecology, School of Tropical Biology, James Cook University of North Queensland, Townsville, QLD 4811, Australia. Diakses 15 april 2006. 34. Untung, K., Lanya, H., dan Rusyadi, Y. (1995), Permasalahan Lapangan Tentang Padi di Daerah Tropika, Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI). Pp 30-31. 35. Van Tol, J. (1992), An Annotated Index to Names Of Odonata Used in Publications by M. A Lieftinck, Zoologische Verhan Deligen, National Natuur historisch Museum Leiden, The Netherlands. 36. Varley, G.C. , G.R. Gradwell & M.P. Hassel (1973). Insect Population Ecology: An Analytical Approach. University of California Press, Berkeley. 37. Watanabe, M and Higashi, T. (1989), Sexual Difference of Lifetime Movement in Adults of the Japanese Skimmer, Othetrum japonicum (Odonata: Libellulidae), in a Forest-Paddy Field Complex, Department of Biology, Faculty of Education, Mie University, Tsushi, Mie, 514 Japan. 38. Welch, C. R. (1952), Lymnology, Mc Hill Book, New york. 39. Anonim, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, (2006). Capung. http://id.wikipedia.org/wiki/Capung. ensiklopedia Indonesia. Diakses 17 mei 2006 40. Zar, H.J. (1996),. Biostatistical Analysis. Prentice-Hall Internasional, INC. pp: 179-235