AIDS DALAM

Download untuk memecahkan masalah dengan cara meningkatkan self efficacy. ... rendah dan meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi antiretroviral se...

0 downloads 339 Views 355KB Size
SELF EFFICACY PENDERITA HIV/AIDS DALAM MENGKONSUMSI ANTIRETROVIRAL DI LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT KEBAYA YOGYAKARTA Ch Yeni Kustanti1, Reni Pradita2 (1,2) STIKES Bethesda Yakkum Jl. Johar Nurhadi No. 6 Yogyakarta 524565 Email: [email protected]

ABSTRAK Latar belakang : HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat yang dapat memulihkan hingga saat ini. Pada tahun 2011, kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai 21.770 orang. Terapi antiretroviral adalah obat antiviral yang dapat menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh. Selain dapat menyebabkan kematian penderita HIV/AIDS juga banyak memunculkan masalah psikologis seperti ketakutan, keputusasaan, depresi, dan diskriminasi sehingga membutuhkan dukungan sosial dari pihak keluarga, teman dan masyarakat dengan cara meningkatkan self efficacy upaya untuk memecahkan masalah dengan cara meningkatkan self efficacy. Tujuan : Mengetahui self efficacy penderita dalam mengkonsumsi antiretroviral di Lembaga Swadaya Masyarakat Tahun 2017. Metode : Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan jumlah sampel 40 orang di Lembaga Swadaya Masyarakat Kebaya Yogyakarta, teknik pengambilan sampel menggunakan total populasi dan instrumen yang digunakan kuesioner. Hasil : Hasil perhitungan uji statistik dapat disimpulkan bahwa self efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral di Lembaga Swadaya Masyarakat Kebaya Yogyakarta memiliki self efficacy yang tinggi yaitu (87,5%). Kesimpulan : Penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral di lembaga swadaya masyarakat Kebaya Yogyakarta Tahun 2017 memiliki self efficacy yang tinggi. Saran : Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan self efficacy yang rendah dan meningkatkan kepatuhan dalam mengkonsumsi antiretroviral serta menjadi bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi ARV. Kata kunci : HIV/AIDS - Antiretroviral - Self efficacy

ABSTRACT Background : HIV/AIDS is a disease that can not be healed and there is no medicine to cure it yet. In 2011 there were 21.770 cases of HIV/AIDS in Indonesia. Antiretroviral therapy is an ARV medicine which can reduce the population of HIV/AIDS inside the body. In addition to cause death, HIV/AIDS raises the psychological problem such as fear, despair, depression and discrimination. Therefore social support from their family, friends and local community is needed they can give support by increasing self efficacy method. Increasing self efficacy is one of the ways to solve HIV/AIDS, problem.Objective : To know the self efficacy of people with HIV/AIDS in consuming antiretroviral in Non-Governmental Organization o Yogyakarta Kebay community 2017. Methods : It was a descriptive analysis research with 40 respondents as the sample in NGO of Yogyakarta Kebaya Comunity taken with total population sampling technique. The research instrument was questionnaire. Result : The result of statistical test shows that self efficacy of people with HIV/AIDS in consuming antiretroviral in NGO of Yogyakarta Kebaya is high with the percentage about 87.5 %. Conclusion : People with HIV/AIDS in NGO have high self efficacy in consuming antiretroviral. Suggestion : It is expected that people with HIV/AIDS can increase their self efficacy in consuming antiretroviral. This research can be the reference for other researchers related to self efficacy of people with HIV/AIDS in consuming ARV. Keywords: HIV/AIDS - Antiretroviral - Self Efficacy

1

2

Jurnal Kesehatan, Volume 5, Nomor 1, Juli 2017, hal 1-7

PENDAHULUAN HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat yang dapat memulihkan hingga saat ini (Nursalam & Ninuk, 2007). Jumlah penderita HIV/AIDS di seluruh dunia sebanyak 34 juta orang dengan HIV/AIDS termasuk 3,4 juta anak-anak (UNAIDS, 2011). Kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun 2011 mencapai 21.770 yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Terapi antiretroviral adalah obat antiviral yang dapat menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh. Penemuan obat ARV ini pada tahun 1996 yang mendorong suatu revolusi dalam keperawatan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) (Widiyanti, 2015). Selain dapat menyebabkan kematian pada penderita HIV/AIDS juga banyak memunculkan psikologis seperti ketakutan, keputusasaan, depresi dan diskriminasi sehingga membutuhkan dukungan sosial dari pihak keluarga, teman dan masyarakat dengan cara meningkatkan self efficacy. Self efficacy merupakan suatu keyakinan atau kepercayaan individu untuk menguasai dan  menciptakan hal positif dalam mencapai  

suatu tujuan yang diharapkan dan mampu menghadap masalah pada dirinya yaitu masalah dalam mengkonsumsi antiretroviral (Green & Setyowati, (2004) dalam Arriza, (2011). Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua LSM Kebaya Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 2017, jumlah penderita HIV/AIDS yang tinggal di LSM Kebaya Yogyakarta sebanyak 40 orang, sehingga delapan orang diantaranya teratur minum obat sedangkan 32 orang tidak teratur mengkonsumsi obat antiretroviral karena kadang lupa dan malas untuk minum obat. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dengan maksud untuk mengetahui self efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral di Lembaga Swadaya Masyarakat Kebaya Yogyakarta Tahun 2017 dengan jumlah populasi 40 orang penderita HIV/AIDS yang mengkonsumsi antiretroviral dengan teknik pengambilan sampel total populasi dengan jumlah sampel 40 orang dengan alat ukur yang digunakan 3 3 kuesioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASILDAN DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN HASIL 1. Hasil 1. Hasil a. Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Tabel 1. Responden TabelKarakteristik 1. Karakteristik Responden Responden

Karakteristik Responden Umur Karakteristik Responden Umur awal 26-35 tahun Dewasa Dewasa awal akhir 26-35 36-45 tahun tahun Dewasa akhir 36-45 tahun Masa lansia awal 46-55 tahun Masa lansia awal akhir 46-55 56-65 tahun tahun Masa lansia akhir 56-65 tahun Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Perempuan Status Perkawinan Perempuan Status Perkawinan

Jumlah Jumlah 15 15 8 8 13 13 4 4

Frekuensi Frekuensi 37.5% 37.5% 20.0% 20.0% 32.5% 32.5% 10.0% 10.0%

35 35 5 5

87.5% 87.5% 12.5% 12.5%

 

Karakteristik Responden Jumlah Frekuensi Umur Dewasa awal 26-35 tahun 37.5% 15 Dewasa akhir 36-45 tahun 20.0% 8 Ch Yeni Kustanti, Reni Pradita, Efficacy Penderita HIV/AIDS dalam Antiretroviral....... 3 Masa lansia awalSelf 46-55 tahun 13 Mengkonsumsi 32.5% Masa lansia akhir 56-65 tahun 4 10.0% Jenis Kelamin Laki-laki 35 87.5% Perempuan 5 12.5% Status Perkawinan Belum Menikah 31 77.5% Sudah Menikah 9 22.5% Tingkat Pendidikan Pendidikan dasar: SD dan SMP 15 37.5% Pendidikan Menengah: 23 57.5% SMA/SMK Perguruan Tinggi: D3, 2 5.0% Agama Islam 37 92.5% Kristen Protestan 1 2.5% Khatolik 1 2.5% Hindu 1 2.5% Jenis Pekerjaan Wirausaha 10 25.0% Swasta 26 65.0% Ibu Rumah Tangga 4 10.0% Lama Menderita HIV/AIDS 1-3 tahun 37.5% 15 4-6 tahun 35.5% 14 7-9 tahun 15.5% 6 10-12 tahun 12.5% 5 Lama Mengkonsumsi Antiretroviral 0-6 bulan 7.5% 3 4 1-2 tahun 30.0% 12   4 44 3-5 tahun 32.5% 13      Asal Penderita HIV/AIDS 6-8 tahun 17.5% 7 Yogyakarta AsalAsal Asal Penderita Penderita Penderita HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS Asal Penderita HIV/AIDS Jawa Tengah Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Medan JawaJawa Jawa Tengah Tengah Tengah Jawa Tengah Bandung Medan Medan Medan Medan Kulon Progo Bandung Bandung Bandung Bandung Bantul Kulon Kulon Kulon Progo Progo Progo Kulon Progo Bantul Bantul Bantul Total Bantul Sumber Total Total Total : Data primer terolah, 2017. Total

Sumber Sumber Sumber : Data ::Data Data primer primer primer terolah, terolah, terolah, 2017. 2017. 2017.

8 11 8 8 8 8 2 11 11 11 11 4 2 22 2 5 4 44 4 3 5 55 5 3 3 3 40 3 40 40 40 40

20.0% 30.0% 20.0% 20.0% 20.0% 20.0% 5.0% 30.0% 30.0% 30.0% 30.0% 10.0% 5.0%5.0% 5.0% 5.0% 10.0% 10.0% 10.0% 10.0% 7.5% 10.0% 10.0% 10.0% 10.0% 7.5% 7.5% 7.5% 100.0% 7.5% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

b. Dukungan Keluarga b. Dukungan b. b. Dukungan Dukungan Keluarga Keluarga Tabel 2.dalam Mengkonsumsi Antiretroviral Di TabelKeluarga 2. Self efficacy Penderita HIV/AIDS Lembaga Swadaya Masyarakat Kebaya Yogyakarta Tahun 2017 Di Di Tabel Tabel Tabel 2. Self 2. 2.Self efficacy Selfefficacy efficacy Penderita Penderita Penderita HIV/AIDS HIV/AIDS HIV/AIDS dalam dalam dalam Mengkonsumsi Mengkonsumsi Mengkonsumsi Antiretroviral Antiretroviral Antiretroviral Di Frekuensi Kategori Jumlah Lembaga Lembaga Lembaga Swadaya Swadaya Swadaya Masyarakat Masyarakat Masyarakat Kebaya Kebaya Kebaya Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta Tahun Tahun Tahun 20172017 2017 Kategori Kategori Kategori Kategori Self efficacy Self Self efficacy Self efficacy efficacy Self efficacy Tinggi

Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Total Rendah Total TotalTotal Total

Sumber: Data primer terolah, 2017. Sumber: Sumber: Sumber: DataData Data primer primer primer terolah, terolah, terolah, 2017. 2017. 2017.

2. Pembahasan 2. Pembahasan 2. 2. Pembahasan Pembahasan a. Karakteristik

responden

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Frekuensi Frekuensi Frekuensi Frekuensi

35 35 35 35 35 5

87,5% 87,5% 87,5% 87,5% 87,5% 12,5%

5 5 5 40 5 40 40 40 40

12,5% 12,5% 12,5% 100% 12,5% 100% 100% 100% 100%

tahun masih sedikit. Menurut tahun tahun tahun masih masih masih sedikit. sedikit. sedikit. Menurut Menurut Menurut Alwisol (2011) efikasi diri

4

Jurnal Kesehatan, Volume 5, Nomor 1, Juli 2017, hal 1-7

2. Pembahasan a. Karakteristik responden berdasarkan umur yang disajikan pada tabel 6 hasil frekuensi umur responden terbanyak yaitu 26 - 35 tahun sebanyak 15 responden (37.5%) memiliki self efficacy tinggi. Penelitian ini tidak sesuai dengan yang dipaparkan Bandura (1997) dalam Nabilah (2016) bahwa usia berpengaruh terhadap level self efficacy dimana pada usia lebih muda sering terjadi rendahnya self efficacy dibandingkan dengan usia yang lebih tua karena pengalaman yang dimiliki pada usia 26-35 tahun masih sedikit. Menurut Alwisol (2011) efikasi diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat berlangsung selama masa kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dengan individu yang lebih muda yang masih memiliki sedikit pengalaman dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu menghadapi masalah dibandingkan dengan individu yang lebih muda berdasarkan pengalaman yang dimiliki. b. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa jenis kelamin laki-laki 87.5%, termasuk kedalam kategori self efficacy yang tinggi. Menurut Yusnita (2010), menyatakan bahwa laki-laki berusaha untuk membanggakan dirinya sedangkan perempuan sering kali merendahkan kemampuan maka semakin rendah penilaian mereka terhadap dirinya. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Bandura (1997) dalam

Answar (2009), menyatakan bahwa wanita efikasinya lebih tinggi dalam mengelola perannya. Wanita memiliki peran selain ibu rumah tangga juga sebagai wanita karir akan memiliki self efficacy yang tinggi dibandingkan lakilaki yang bekerja. c. Didapatkan data bahwa status perkawinan yang belum menikah 77,5% memiliki self efficacy yang tinggi tidak sesuai dengan penelitian Victoriana (2012), menyatakan bahwa seseorang yang sudah menikah memiliki self efficacy yang tinggi dibandingkan dengan yang belum menikah hal ini berkaitan dengan faktor usia, pengalaman dan kematangan dapat mempengaruhi polapikir seseorang. Menurut penelitian yang dilakukan Ariani (2011) orang yang menikah atau tinggal bersama pasangannya akan mempunyai penyesuaian psikologis yang baik, dengan adanya dukungan dari pasangan akan mempengaruhi efikasi diri seseorang. d. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan data bahwa tingkat pendidikan SMA/SMK 57.5% masuk kategori self efficacy yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Bandura (1979) dalam Nabilah (2016) menyatakan bahwa pendidikan yang rendah akan membuat self efficacy seseorang rendah karena kurangnya pembelajaran yang didapat mengenai kehidupan. Efikasi diri terbentuk melalui proses belajar yang dapat diterima individu pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang

Ch Yeni Kustanti, Reni Pradita, Self Efficacy Penderita HIV/AIDS dalam Mengkonsumsi Antiretroviral.......

yang lebih tinggi biasanya memiliki efikasi diri yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal, selain itu individu yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan – persoalan dalam hidupnya (Alwisol, 2011). e. Berdasarkan data paling banyak beragama Islam 92.5%. Aspek yang dapat mendorong rasa percaya diri yaitu bersyukur, dengan bersyukur seseorang akan memiliki kekuatan dalam menghadapi masalah sehingga dapat menghadapi masalah dengan tenang dan selalu ingat kepada Tuhan (Metia,2009). f.

Berdasarkan data yang didapatkan terbanyak swasta 65% seseorang yang bekerja memiliki self efficacy yang tinggi sesuai dengan penelitian Bandura (1997) dalam Eka (2015) menyatakan bahwa kepercayaan seseorang terhadap keyakinan diri dan kemampuannya dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga memperoleh suatu keberhasilan. Pekerjaan juga dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan resiko terjadinya dan mempengaruhi cara atau dimana seseorang masuk kedalam sistem pelayanan kesehatan sehingga seseorang yang bekerja memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi untuk mengatasi masalah (Ariani, 2011).

g. Berdasarkan data yang didapatkan bahwa lama menderita HIV/AIDS selama 1 - 3 tahun termasuk dalam stadium II, pada

5

fase ini individu sudah terinfeksi HIV positif namun belum menampakan gejala sakit namun sudah dapat menularkan kepada orang lain. Self efficacy lama menderita penyakit HIV/AIDS antara 1 - 3 tahun termasuk self efficacy tinggi. Menurut Azwar (2009), pengalaman merupakan sesuatu yang sedang dialami, akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial, menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Semakin lama ODHA menderita HIV maka akan semakin terbentuk sikap terhadap perubahan perilaku beresiko sehingga akan berpengaruh pada pencegahan penularan HIV yang dapat menekan jumlah penderita HIV. h. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data terbanyak lama mengkonsumsi antiretroviral antara 3 - 5 tahun 32.5% termasuk dalam kategori self efficacy tinggi penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Widyanti (2008) semakin lama individu mengikuti program perawatan, maka semakin besar kemungkinan individu menghentikan program perawatan tersebut. i.

Penderita HIV/AIDS yang berasal dari Jawa Tengah memiliki self efficacy yang tinggi. Keyakinan diri sendiri dapat mempengaruhi kepatuhan dalam mengkonsumsi ARV jika patuh dalam mengkonsumsi ARV penderita yakin dapat hidup lebih sehat dan bisa hidup lebih lama lagi (Spritia, 2008). Penderita HIV/AIDS dari Jawa Tengah membutuhkan dukungan dari keluarga dalam bentuk semangat yang diberikan untuk menjalani pengobatan karena

6

Jurnal Kesehatan, Volume 5, Nomor 1, Juli 2017, hal 1-7

dukungan dari keluarga bisa membantu untuk meningkatkan kepatuhan mengkonsumsi ARV (Eka, 2016). j.

Hasil pada tabel 17 dari 40 responden bahwa self efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral tinggi 87.5% dan rendah 12.5%. Self efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi ARV lebih tinggi karena penderita HIV/AIDS memiliki keyakinan dan mengetahui manfaat dari ARV sehingga membuat penderita HIV/AIDS menjadi teratur untuk mengkonsumsi ARV (Yuniar, 2013).

KESIMPULAN Berdasarkan analisa data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi ARV di LSM Kebaya Yogyakarta Tahun 2017 memiliki self efficacy yang tinggi yaitu (87,5%) karena orang dengan HIV/ AIDS memiliki keyakinan akan manfaat ARV sehingga mampu mengatur pengobatan. SARAN 1. Bagi LSM Kebaya Yogyakarta

Diharapakan penelitian ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan self efficacy yang rendah pada penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi ARV untuk selalu teratur dalam mengkonsumsi ARV.

2. Bagi Kampus STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan STIKES Bethesda Yakkum dan sebagai

tambahan materi di keperawatan sistem reproduksi. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapakan penelitian ini sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan faktor - faktor yang mempengaruhi self efficacy penderita HIV/AIDS dalam mengkonsumsi antiretroviral. DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2011). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Prers. Ariani, Y. (2011). Hubungan antara Motivasi dengan Self Efficacy Pasien DM Tipe II dalam Kontek Asuhan Keperawatan di RSUP H. Adam Malik Medan. Arizza, dkk. (2011). Jurnal tentang Memahami Rekomendasi Kebahagian pada orang dengan HIV/AIDS. Azwar, S. (2009). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Eka Purnama, P. D. (2015). Pengaruh Self Efficacy dan Motivasi Kerja pada Kepuasan Kerja Karyawan Happy Bali Tour & Travel Denpasar. Metia, Cut. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Perda Karya. Nabilah. (2016). Gambaran Self Efficacy Ibu dengan Anak yang sedang Menjalani Pengobatan Tuberkulosis di Poliklinik Spesialis Anak RSUD Cibabat Cimahi volume 4 No 1. Nursalam, M & Ninuk, D. K. (2007). Asuhan Keperawatan pada pasien terinfeksi HIV/AIDS. Salemba Medika. Spiritia 2008. Hidup Dengan HIV/AIDS. Jakarta: Yayasan Spiritia.

Ch Yeni Kustanti, Reni Pradita, Self Efficacy Penderita HIV/AIDS dalam Mengkonsumsi Antiretroviral.......

United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). (2011). World AIDS Day Report 2011. Diakses dari http:// www.unaids.org/en/resouces/presscentre/ pressreleasendsstatementerc hive/2011/ november/20111121wad2011 report/ pada 2 Maret 2013. Victoriana, E. (2012). Studi Kasus Mengenai untuk Menguasai Mata Kuliah Psikodiagnestice Umum pada Mahasiswa Magister Profesi Psikologi di Universitas Kristen Maranatha. Bandung: UKM. Widiyanti. (2015). Dampak Perpaduan Obat ARV pada Penderita HIV/AIDS

7

Ditinjau dari Kenaikan Jumlah Limposit CD4 Di RSUD Dok II Kota Jayapura. Widyanti, K. (2008). Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kepatuhan Menjalani Terapi Antiretroviral pada orang dengan HIV/AIDS. Yuniar, Y dkk. (2013). Faktor-faktor Pendukung Kepatuhan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dalam Minum Obat ARV di Kota Bandung dan Cimahi. Penerbit Kesehatan Volume 41. Yusnita, Mirtha. (2010). Kepercayaan Diri Individu Dwarfisme (tinjauan Teori Psikologi Transpersonal).