ANALISIS BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI RSU PKU MUHAMMADIYAH, BANTUL ANALYSIS OF PATIENT SAFETY CULTURE AT BANTUL PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL Aris Suparman Wijaya, Arlina Dewi, Della Mawros Dwita Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 email:
[email protected] ABSTRAK Latar belakang: Budaya keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah Bantul menurut Putri (2010) masuk dalam kategori cukup. Padahal RSU PKU Muhammadiyah, Bantul merupakan Rumah Sakit Kelas C yang memiliki kewajiban menerapkan Keselamatan Pasien di seluruh area pelayanan. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods research yaitu metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case study) dengan rancangan penelitian deskriptif. Subjek penelitiannya adalah perawat pelaksana yang berhubungan langsung dengan pasien. Sebanyak 61 orang. Pengukuran budaya keselamatan pasien menggunakan kuesioner dari AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) tahun 2004 yang berjudul HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture). Kuesioner ini terdiri dari 12 dimensi dengan 42 item pertanyaan serta dilengkapi dengan data wawancara dan laporan insiden keselamatan pasien dari Tim Keselamatan Pasien RSU PKU Muhammadiyah, Bantul. Hasil dan Pembahasan: Penerapan Keselamatan Pasien di RS PKU Muhammadiyah, Bantul masuk dalam kategori cukup dengan nilai mean dan median sebesar 73,9. Masih ditemukan gap pelaporan insiden keselamatan pasien antara tim keselamatan pasien dan real di lapangan. Serta hambatan penerapan keselamatan pasien RSU PKU Muhammadiyah Bantul ini masih datang dari belum optimalnya dukungan manajemen, belum optimalnya kinerja tim karena beban kerja dan masih adanya blaming culture di unit. Kata Kunci: Budaya Keselamatan Pasien, RSU PKU Muhammadiyah Bantul
ABSTRACT Background: Patient safety culture in PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul based on Putri (2010) in the category of enough. Though PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul is a Class C has an obligation to implement the Patient Safety throughout the service area. Method: This study used a mixed methods research approach is a quantitative method using cross sectional and qualitative methods with case study approach with a descriptive research design. Research subjects are nurses who deal directly with patients. A total of 61 people. Measurement of patient safety culture using a questionnaire from the AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) in 2004 entitled HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture). The questionnaire consisted of 12 questions dimensions with 42 items and is equipped with the interview data and report patient safety incidents from Patient Safety Team PKU Muhammadiyah Hospital, Bantul. Results and Discussion: Patient Safety Culture at PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul in the category of enough with a mean and median of 73.9. Still found gaps between the patient safety incident reporting patient safety teams and real in the field. As well as barriers to implementation of patient safety in PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul is still not optimal support came from management, not optimal team performance because the work load and the persistence of blaming culture in the unit. Keywords: Patient Safety Culture, PKU Muhammadiyah Hospital of Bantul
1
PENDAHULUAN Keselamatan
keselamatan Pasien
(Patient
bagi
Perkembangan
ini
pasien.
diikuti
oleh
Safety) merupakan isu global dan
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
nasional
Indonesia (PERSI) yang berinisiatif
bagi
rumah
komponen penting
sakit,
dari mutu
melakukan
pertemuan
dan
layanan kesehatan,
prinsip dasar
mengajak semua stakeholder rumah
dari
pasien
sakit untuk lebih memperhatian
pelayanan
dan
komponen kritis dari manajemen
keselamatan pasien di rumah sakit.
mutu. Dengan demikian pada tahun
Keselamatan pasien di rumah
2004, WHO mencanangkan World
sakit merupakan suatu sistem di
Alliance for Patient Safety, program
rumah
bersama dengan berbagai negara
asuhan pasien lebih aman. Sistem
untuk meningkatkan keselamatan
tersebut
pasien di rumah sakit.
mencegah
Di
Indonesia,
keselamatan pada
tahun
pasien 2005,
program dicanangkan dan
berkembang menjadi isu dalam
pelayanan
terus utama
medis
di
Indonesia1. Hal tersebut didukung
496/Menkes/SK/IV/2005
nomor tentang
menjamin
diharapkan terjadinya
meminimalkan terjadinya pasien
dapat atau
kemungkinan
insiden dan
bahwa
keselamatan
memaksimalkan
langkah-langkah penanganan bila hal
tersebutkan
terjadi,
serta
meningkatkan akuntabilitas.
dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri
yang
Rumah sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan modern adalah suatu
organisasi
yang
sangat
Pedoman Audit Medis di Rumah
komplek karena padat modal, padat
Sakit, yang tujuan utamanya adalah
teknologi,
untuk tercapainya pelayanan medis
profesi, padat sistem, dan padat
prima di rumah sakit yang jauh
mutu serta padat resiko sehingga
dari medical error dan memberikan
tidak mengejutkan
padat
karya,
bila
padat
inseden
keselamatan pasien yang meliputi
Amerika Serikat berkisar 44.000 s/d
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
98.000
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) akan
perbandingan angka kecelakaan lalu
sering terjadi dan akan berakibat
lintas pada tahun tersebut hanyalah
pada terjadinya injuri atau kematian
43.458 3.
pada pasien. Insiden keselamatan
per
RSU
tahun.
PKU
Sebagai
Muhammadiyah,
pasien ini adalah setiap kejadian
Bantul merupakan Rumah Sakit
yang tidak sengaja dan kondisi yang
Kelas C yang memiliki kewajiban
mengakibatkan
berpotensi
menerapkan Keselamatan Pasien di
mengakibatkan cedera yang dapat
seluruh area pelayanan, Lagipula
dicegah pada pasien2.
mulai tahun 2012 ini ada standar
atau
Fokus terhadap keselamatan
akreditasi baru untuk rumah sakit
pasien ini didorong oleh masih
yang berfokus pada pasien yaitu
tingginya
standar
insiden
keselamatan
pasien berupa Kejadian
Tidak
Joint
International
(JCI).
Standar
sangat
berbeda
diharapkan (KTD) di RS secara
akreditasi
global maupun nasional. Pada tahun
dengan standar akreditasi yang
2000 IOM (Institusi of Medicine) di
digunakan
Amerika Serikat menerbitkan 2
keselamatan pasien di Indonesia
laporan
KTD.
secara khusus telah dimasukkan
Ditemukan angka KTD sebesar 2,9%
sebagai salah satu dari 4 kelompok
dan 3,7% dengan angka kematian
standar akreditasi Rumah sakit yang
6,6% dan 13,6% Dengan data ini
baru.
kemudian
tetang
angka
dihitung
dari
jumlah
ini
Commission
sebelumnya.
Keselamatan
pasien
mulai
RSU
PKU
pasien rawat inap di RS Amerika
diperkenalkan
Serikat sebesar 33,6 juta per tahun
Muhammadiyah
didapat
Agustus 2006. Hal tersebut mengacu
angka
kematian
pasien
rawat inap akibat KTD diseluruh
pada
di
Sasaran
Bantul
sejak
kebijakan DEPKES RI tahun
1
2006. Pada tahun yang sama juga
keselamatan pasien di Rumah sakit
telah dilakukan pembentukan Tim
ini sekitar 3 tahun lalu masih masuk
Keselamatan Pasien Rumah sakit
dalam
beserta pembuatan sistem kerja.
penelitian
Berdasarkan
kategori
cukup.
Putri
(2010)
studi
RSU
PKU
terendah pada penilaian budaya
Muhammadiyah Bantul diketahui
keselamatan pasien di RSU PKU
dalam jangka waktu tahun 2006-
Muhammadiyah
2013 terdapat beberapa laporan
dimensi frekuensi pelaporan4.
di
kejadian yang terjadi di RS PKU
bahwa
ini
hasil
pendahuluan
menjelaskan
Pada dimensi
Bantul
adalah
Berdasarkan urain di atas dan
Muhammadiyah Bantul. Pelaporan
mengacu
kejadian yang ada dari tahun 2006-
sebelumnya yang dilakukan Putri
2013
(2010), maka penulis merasa perlu
memberikan
bahwa pasien
penjelasan
penerapan di
RSU
keselamatan
Muhammadiyah
untuk
pada
meneliti
mengenai
analisis
penelitian
lebih
lanjut
penerapan
Bantul masih belum bisa dikatakan
keselamatan pasien di Rumah Sakit
baik.
Umum PKU Muhammadiyah, Bantul Mengacu pada penelitian Putri
(2010)
yang
berjudul
“Budaya
saat ini serta ingin mengetahui gap pelaporan
insiden/kasus
Patient Safety di Rumah Sakit PKU
keselamatan pasien yang dilihat dari
Muhammadiyah,
hasil
pelaporan yang dilakukan oleh Tim
menggunakan
KPRS dan laporan yang didapatkan
kuesioner 12 dimensi keselamatan
melalui responden. Serta penulis
pasien ini berjudul Hospital Survey
juga ingin mengetahui apa saja
on Patient Safety Culture (HSOPSC)
hambatan-hambatan yang ada di RS
oleh Hospital Survey on Patient
PKU Muhammadiyah Bantul dalam
Safety Culture (2004) ,menunjukkan
menerapkan
bahwa
sehingga penulis bisa memberikan
penelitian
dengan
Bantul”,
penerapan
budaya
keselamatan
pasien
2
rekomendasi yang bermanfaat bagi
kriteri inklusi berupa responden
rumah sakit.
adalah perawat/bidan pelaksana di instalasi rawat inap rumah sakit
BAHAN DAN CARA Penelitian penelitian
yang bersedia menjadi responden
ini
merupakan
yang
menggunakan
dan sudah bekerja selama ≥ 1 tahun di
bidang.
Sedangkan
populasi
pendekatan mixed methods research
Penelitian buat Wawancara adalah
yaitu
Tim Keselamatan Pasien RSU PKU
metode kuantitatif dengan
pendekatan
cross
sectional
metode
kualitatif
dan
Muhammdiyah Bantul sebanyak 3
dengan
orang yang ditentukan atau dipilih
pendekatan studi kasus (case study) dengan
rancangan
deskriptif
untuk
penelitian menganalisis
dengan tehnik Quota Sampling. Data
dalam
diperoleh
penelitian
melalui
ini
pengumpulan
Budaya Keselamatan Pasien di RSU
data dengan cara mengumpulkan
PKU
Bantul.
data primer yang diperoleh melalui
pada
hasil jawaban kuesioner responden
Muhammadiyah,
Penelitian
ini
dilakukan
tanggal 10 – 20 Februari 2013.
tentang budaya keselamatan pasien,
Objek penelitian ini adalah RSU PKU
Muhammadiyah,
Bantul.
pelaporan pasien
insidens
serta
hasil
keselamatan wawancara.
Sedangkan populasi penelitian ini
Sedangkan data sekunder diperoleh
adalah
bidan
melalui studi dokumentasi berupa
pelaksanan yang bekerja di instalasi
data pelaporan insiden keselamatan
rawat
PKU
pasien dari tim KPRS dan dokumen
Pada
tentang kebijakan terkait program
perawat inap
dan
di
Muhammdiyah
RSU
Bantul.
penelitian ini besar sampel yang didapat tehnik sebanyak
dengan Total 61
menggunakan
Sampling orang
adalah
memenuhi
keselamatan pasien rumah sakit. Dari hasil pengumpulan datadata primer dan sekunder di atas, langkah
selanjutnya
adalah
3
pengolahan atau analisis data yang
dokumentasi dari tim keselamatan
telah
pasien.
diperoleh.
digunakan Analisis
Analisis
dalam
yang
penelitian
Deskriptif
ini
adalah
HASIL
transformasi data mentah ke dalam bentuk
yang
informasi
akan
untuk
Penelitian
ini
menganalisis
memberikan
penerapan keselamatan pasien di
menjelaskan
RSU PKU Muhammadiyah Bantul
sekumpulan faktor dalam suatu
yang
situasi. Untuk menilai penerapan
budaya keselamatan pasien dan gap
keselamatan pasien di RSU PKU
pelaporan
Muhammdiyah Bantul ini digunakan
pasien rumah sakit. Adapun hasil
analisis deskriptif dengan melihat
penelitian
jawaban kuesioner responden dan
dijelaskan di bawah ini:
dikuatkan
1.
atau
dibandingkan
dilihat
melalui
insiden yang
penerapan keselamatan
diperoleh
akan
Karakteristik Responden
dengan hasil wawancara terhadap
Populasi
tim
Kuesioner 12 Dimensi Budaya
keselamatan
Perhitungan
pasien
dilakukan
mengkategorikan
RS. untuk
Penelitian
Keselamatan
Pasien
buat ini
kuesionernya
difokuskan pada perawat dan
dengan menggunakan presentase.
bidan pelaksanan yang bekerja
Interpretasi
di instalasi rawat inap selama ≥
dikatakan
nilai baik
presentase apabila
pada
1
tahun
di
RSU
PKU
presentasenya 76-100%, cukup 51-
Muhammdiyah
75% dan kurang apabila <50%5.
Penelitian
Sedangkan variable gap pelaporan
sampel
insiden keselamatan pasien rumah
perawat/bidan
sakit diolah melalui data yang
Karakteristik responden pada
diperolehdari kuesioner pelaporan
penelitian ini disajikan dalam
dari
tabel berikut ini :
responden
serta
studi
ini
Bantul menggunakan
sebanyak
61
orang
pelaksana.
4
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Karakteristik Responden
Persentase Kriteria Perawat 89% 1 - 5 tahun 82% 1 - 5 tahun 58% < 40 jam 84% Ya 100% Ya 100%
Profesi Lama bekerja di bidang Lama bekerja di RS Waktu kerja/minggu Interaksi dengan pasien Profesi lain selain perawat/bidan
Bidan 11% > 5 tahun 18% > 5 tahun 42% ≥ 40 jam 16% Tidak 0 Tidak 0
B Berdasarkan
karakteristik
responden yang diuraikan pada
2.
Analisis Data Penelitian Budaya
Tabel 1, maka sebanyak 61
Keselamatan
orang perawat dan bidan yang
berdasarkan 12 Dimensi.
menjadi
responden
telah
Deskripsi
Pasien dari
12
memiliki karakter yang sama
dimensi
budaya keselamatan
serta telah memenuhi kriteria
pasien dapat dilihat pada table
inklusi yang tetapkan peneliti.
di bawah ini:
Tabel 2. Nilai 12 Dimensi Budaya Keselamatan Pasien RS
12 Dimensi
HASIL (%)
NILAI
74.2 63.6 74.8 83.6 88.0 75.6 77.6 74.4 62.6 79.2 69.4 63.8
C C C B B B B C C B C C
Persepsi Frekuensi Pelaporan Supervisi Pembelajaran Organisasi Kerjasama intra Bagian Keterbukaan dan komunikasi Timbal-balik Kesalahan Sanksi Kesalahan Staf/Pegawai Dukungan Managemen Kerjasama Antar Bagian Pemindahan dan Pergantian
Nilai 12 dimensi budaya
intrabagian
dan
dimensi
keselamatan pasien dapat di
pembelajaran organisasi yang
lihat
mencapai hasil lebih dari 80.
pada
Tabel
3.
Pada
penelitian yang menggunakan kuesioner
HSOPSC
Sedangkan
ini
penelitian
menampilkan
dimensi
dilakukan
staf/pegawai
merupakan
pada
sebelumnya Putri
yang (2010)
memperlihatkan hasil bahwa
dimensi yang paling rendah,
dimensi
diikuti
adalah dimensi terendah yang
dengan
frekuensi dimensi
dimensi
frekuensi
pelaporan
dan
kemudian
pemindahan
dan
staf/pegawai
pelaporan
diikuti
dimensi
dan
dimensi
pergantian yang memiliki hasil
persepsi. Apabila dilihat dari
yang hamper sama. Sedangkan
hasil
dimensi
terendah berupa staf/pegawai
pasien
budaya keselamatan yang
memiliki
nilai
paling tinggi adalah kerjasama
dan
persentase frekuensi
dimensi pelaporan
didapatkan hasil bahwa pada
1
dimensi
frekuensi
pelaporan
pada
dimensi
kerja yang
sama
mengalami peningkatan hasil
antarbagian
sangat
presentase yang dulunya hanya
berbeda dengan penelitian ini.
53,6%
sekarang
meningkat
Pada ini kerja sama antarbagian
menjadi
63,6%.
Sedangkan
justru mengalami penurunan
dimensi
staf/pegawai
tidak
hasil.
mengalami peningkatan hasil. Apabila
dilihat
Kerjasana
intrabagian
memiliki nilai tertinggi pada
hasil
penelitian ini, sedangkan pada
tertinggi pada penelitian Putri
penelitian sebelumnya hanya
(2010), sangat berbeda dengan
mendudukin posisi ke-3. Tetapi
penelitian ini. Hasil tertinggi
nilainya masih dalam kategori
pada penelitian Putri (2010) ada
yang sama yaitu B.
pada timbal balik kesalahan dengan
presentase
sebesar
79,61% apabila dilihat pada penelitian
ini,
hasil
3.
Analisis Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
turun
Laporan
insiden
menjadi 77, 60%, pergeseran
keselamatan pasien yang masuk
presentase yang tidak terlalu
ke Tim Keselamatan Pasien RSU
bermakna dan masih dalam nilai
PKU Muhammadiya Bantul pada
yang
tahun 2011 – 2013 adalah
sama
yaitu
B.
Hasil
presentase tertinggi kedua ada
sebagai berikut:
Tabel 3. Laporan insiden keselamatan pasien yang masuk ke Tim Keselamatan Pasien RSU PKU Muhammdiyah, Bantul pada tahun 2011 – 2013 Tahun
Jumlah
2011
2
Jenis
Ket
- Kesalahan memberikan obat injeksi (1) - Bayi baru lahir dgn patah tulang (1)
1
2012
4
- Kesalahan route pemberian obat (2) - Kurangnya re-assemen (1) - Obat oral tertukar (1)
2013
2
- Pasien jatuh dari tempat tidur (2)
geriatri
Sedangkan Laporan insiden
responden pada 12 bulan
keselamatan pasien
terakhir dapat dilihat pada
berdasarkan data dari
diagram berikut ini :
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN Tidak ada
1-2 laporan
3-5 laporan
6-10 laporan
11-20 laporan
>21 laporan
8% 0%
0% 0% 33%
59%
Gambar 1. Diagram Laporan Insiden Keselamatan Pasien berdasarkan data Responden 12 bulan terakhir Sedangkan
Jumlah
insiden
dari responden pada 12 bulan
keselamatan pasien yang tidak
terakhir
dilaporkan
diagram berikut ini :
berdasarkan
data
dapat
dilihat
pada
1
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN Tidak ada
1-2 laporan
3-5 laporan
6-10 laporan
11-20 laporan
> 21 laporan
6%
1% 0% 0%
27%
66%
Gambar 4. Diagram Jumlah insiden keselamatan pasien yang tidak dilaporkan berdasarkan data dari responden pada 12 bulan terakhir 4.
Analisis Data Berdasarkan Hasil Wawancara
pada
Tim
Keselamatan Pasien
Pasien d. Informan III : Diklat
Wawancara
tentang
Penerapan Keselamatan Pasien
Divisi
dan
Sosialisasi
Keselamatan Kerja e. Waktu
:
di RSU PKU Muhammadiyah
16
,
18
Bantul ini dilakukan telakukan
Februari 2013
dan
19
terhadap 3 orang anggota Tim Keselamatan
Pasien
Rumah
Adapun rangkuman hasil
Sakit, diantara adalah :
wawancara
b. Informan I
pada 3 orang tim Keselamatan
:
Sekretaris
Tim
Keselamatan Pasien c. Informan II
:
Divisi
Pasien
yang
dilakukan
RSU
Muhammadiyah
PKU Bantul
adalahsebagai berikut :
Investigas Tim Keselamatan
1
Tabel 4. Rangkuman Hasil Wawancara terhadap Tim Keselamatan Pasien RSU PKU Muhammadiyah Bantul Kata Kunci
Story line
Survey atau evaluasi tentang budaya keselamatan pasien Sosialisasi /pelatihan tentang keselamatan pasien
Survey atau evaluasi tentang budaya Keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah, Bantul belum pernah dilakukan. Sosialisasi/pelatihan tentang keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah, Bantul sudah dilakukan, meskipun belum berkelanjutan.
Agenda sosialisasi/pelatihan keselamatan pasien Pelaporan kasus/insiden keselamatan pasien
Sosialisasi/pelatihan keselamatan pasien sudah diagendakan.
Dukungan Managemen/direksi
Dukungan Managemen/direksi dalam upaya melaksanakan budaya keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah, Bantul ini belum begitu maksimal, dukungan masih kurang, feedback atas laporan kasus sangat lambat/lama serta dukungan keuangan belum baik.
Pelaporan kasus/insiden keselamatan pasien di RSU PKU Muhammadiyah, Bantul ini dinilai masih kurang, karena blaming culture masih tinggi Hasil akhir Pelaporan Hasil akhir pelaporan, analisis dan analisis dan evaluasi evaluasihanyahanya sebatas analisis dan evaluasi di Internal rumah sakit saja. Kinerja Tim keselamatan Kinerja Tim keselamatan pasien RSU PKU pasien Muhammdiyah, Bantul dinilai masih kurang optimal, kurang fokus karena beban kerja setiap anggota Kesiapan menghadapi Kesiapan menghadapi Akreditasi JCI 2014, tim Akreditasi JCI 2014 keselamatan pasien hanya dilibatkan dalam pembahasan dan perumusan pedoman, tapi pedoman/rumusan yang dibuat belum seluruhnya diaplikasikan di lapangan.
Hambatan budaya pasien
penerapan Hambatan dalam penerapan budaya keselamatan keselamatan pasien di RSU PKU Muhammdiyah, Bantul ini dilihat dari Manajemen dukungan masih kurang, dukungan biaya yang belum maksimal, dilihat dari Tim KS tim masih banyak yang double job dan tidak fokus, sedangkan dari Unit pelaksana adanya ketakutan akan blaming culture dan budaya tidak enak sehingga keenganan untuk melapor.
PEMBAHASAN Dugaan
Kuesioner malpraktek
dilakukan
diterjemahkan
oleh
AHRQ
pelayanan
(Agency for Healthcare Research
mengakibatkan
and Quality) tahun 2004 yang
pasien mengalami kerugian mulai
berjudul Hospital Survey on
dari materi, cacat fisik bahkan
Patient Safety Culture (HSOPSC)
sampai
mengemukakan
kesehatan
petugas
yang
yang
yang
meninggal
dunia
bahwa
memperlihatkan masih rendahnya
keselamatan pasien terdiri atas
mutu pelayanan kesehatan di rumah
12 dimensi 7. Dalam penelitian
sakit. Patient
ini akan dibahas dalam sub-sub
safety (keselamatan
pasien) belum menjadi budaya yang
berikut ini:
harus diperhatikan oleh rumah sakit di Indonesia6. Tidak ada lagi alasan
a. Dimensi Persepsi
bagi setiap rumah sakit untuk tidak
Pada dimensi persepsi ini
menerapkan budaya keselamatan
nilai mediannya sebesar 74,2
pasien karena bukan hanya kerugian
dan nilai mean sebesar 74,8
secara materi yang didapat tetapi
apabila dibandingkan pada
juga ancaman terhadap hilangnya
penelitian
nyawa pasien.
Putri
1. Budaya Keselamatan Pasien
menggunakan
Rumah Sakit
yang sama pada rumah sakit
terdahulu (2010)
oleh
dengan kuesioner
1
yang sama didapatkan nilai
kategori cukup dengan nilai
mean sebesar 67, 57 dengan
median sebesar 63,6 dan nilai
kategori
mean
cukup.
Artinya
sebesar
64,8.
bahwa tingkat pemahaman
Sedangkan
dan pengetahuan responden
terdahulu
mengalami peningkatan skor
oleh
selama 2-3 tahun. Tetapi
meannya
dilihat dari interpretasi hasil
(cukup).
masih dalam kategori cukup.
frekuensi
pelaporan
responden
mengalami
b. Dimensi
Frekuensi
Pelaporan
penelitian yang
Putri
dilakukan
(2010) adalah
Artinya
nilai 53,6 bahwa
peningkatan skor selama 2-3
Sistem pelaporan insiden
tahun. Tetapi dilihat dari
keselamatan pasien rumah
interpretasi
sakit sebenarnya merupakan
dalam kategori cukup.
suatu sistem yang mengajak semua
orang
dalam
hasil
masih
c. Dimensi Supervisi Kemampuan
supervisi
organisasi untuk peduli akan
akan
bahaya/potensi bahaya yang
keberhasilan atau kegagalan
dapat terjadi kepada pasien.
dalam
Pelaporan
kebijakan9.
juga
penting
menentukan melaksanakansuatu Begitu
digunakan untuk memonitor
halnya
upaya pencegahan terjadinya
menerapkan
error sehingga diharapkan
keselamatan pasien di rumah
dapat
sakitPada dimensi supervisi
mendorong
dilakukannya investigasi 8. Hasil
penelitian
dimensi pelaporamn
dalam
pula upaya budaya
ini didapatkan nilai mean
pada
sebesar 75, 6 dan median
frekuensi
sebesar 74,8 yang artinya
menunjukan
masih masuk dalam kategori
1
cukup.
Berbeda
dengan
penelitian
halnya
lebih baik . Maka dengan
yang
adanya perubahan perilaku
dilakukan oleh Putri (2010)
maka telah
yang memiliki nilai 77,01
belajar
yang interpretasinya adalah
dimensi
baik. Apabila dilihat dari
organisasi
penurunan skor nilai yang
keaktifan
turun tidak terlalu signifikan
meningkatkan
tetapi apabila dilihat dari
pasien, selalu meanjadikan
interpretasi,
kesalahan
maka
10.
mengalami penurunan yang
menjadi
dulunya
baik
keinginan
kategori
cukup.
menjadi Hal
menunjukan kepemimpinan
yang
ini
evaluasi
bahwa
memiliki
ada
terjadi proses Dilihat pada pembelajaran yang
berupa dalam
keselamatan
untuk lebih
berubah
baik
serta
melakukan atas
kesalahan
nilai
dalam
interpretasi baik
dengan
pada unit kerja di rumah
nilai mean 80,9 dan median
sakit
sebesar 83,6. Hal ini jauh
masih
perlu
ditingkatkan lagi, sehingga
berbeda
dengan
tugas
penelitian
yang
supervisi
dapat
hasil
dilakukan
berjalan dengan baik sesuai
Putri (2010) yang masuk
dengan tanggung jawa nya
dalam kategori cukup dengan
atas departemen/unit yang
nilai mean 68,03. Artinya
mereka pimpin.
bahwa selama 2-3 tahun
d. Dimensi
Pembelajaran
Organisasi
mengalami
peningkatan motivasi untuk
Pada dimensi ini harus menjadikan
responden
kesalahan
sebagai upaya untuk menjadi
menjadi
lebih
menjadikan sebagai
bentuk
baik
dan
kesalahan evaluasi
2
meskipun hal tersebut belum
bekerja sehingga hal tersebut
dapat
dapat meningkatkan kinerja
dibuktikan
dengan
statistik berupa menurunya
unit
angka
Sedangkan kerja sama antar
keajadian
tidak
masing-masing.
diinginkan, nyaris cidera dll.
bagian masih dinilai cukup.
e. Dimensi Kerja sama intra
f. Dimensi Keterbukaan dan
bagian/subdepartemen dan
kerja
sama
Komunikasi
antar
bagian
Dimensi dan
Dimensi kerja sama intra bagian
masuk
keterbukaan
komunikasi
interpretasi
dalam cukup.
dalam
Keterbukaan dan komunikasi
interpretasi Baik, bertolak
sebenarnya merupakan kunci
belakang
untuk melakukan pelayanan
dengan
dimensi
kerjasama antar bagian yang
kesehatan
yang
memiliki interpretasi Cukup.
Kesalahan
berkomunikasi
Dan hal ini juga bertolak
dalam dunia medis dapat
belakang
menyebabkan hal yang fatal.
pada
sebelumnya
penelitian Putri
Komunikasi ini tidak hanya
menyatakan
terjadi antara tenaga medis
hasil yang sebaliknya. Pada
dengan pasien saja, tetapi
penelitian
meliputi komunikasi antar
(2010)
yang
oleh
baik.
kali
menjelaskan
bahwa
ini, kerja
tenaga
medis
sama personel dalam satu
dengan
perawat,
perawat
bagian berjalan dengan baik,
dengan
dokter,
dokter
artinya
saling
dengan dokter dll), antara
dalam
tenaga media dengan tenaaga
mereka
membantu
menyelesaikan tugas dalam bagian
dimana
(perawat
kesehatan dll.
mereka
3
g. Dimensi
Timbal-balik
h. Dimensi Sanksi Kesalahan
Kesalahan
Dimensi sanksi terhadap
Pada
dimensi
timbal
kesalahan
di
RSU
PKU
balik kesalaahan di RS PKU
Muhammdiyah
Bantul
Muhammdiyah Bantul asuk
diinterpretasikan
cukup.
dalama interpretasi baik. Hal
Begitu pula dengan hasil
ini
penelitian
menunjukan
apabila
bahwa
terjadi
suatu
yang
dilakukan
Putri (2010) 2-3 tahun yang
kesalahan medis maka akan
lalu.
diberikan respon yang baik
kepada
terhadap laporan tersebut.
individu
Kesalahan akan segera dicari
kesalahan adalah hal yang
jalan
Setelah
paling sulit dilakukan oleh
kejadian selesai maka akan
pihak rumah sakit. Padahal
dievaluasi
sanksi terhadap kesalahan
keluarnya. terhadap
kasus
Pemberian unit
sanksi
kerja
yang
atau
melakukan
yang terjadi dan akan dicari
harus
cara
agar
pelajaran yang berharga dan
tidak
jika perlu disertai dengan
Tetapi
sanksi yang sesuai dengan
berdasarkan pengakuan dari
prosedur untuk mencegah
tim
pasien
terjadinya atu terulangnya
rumah sakit. Timbal balik
kekeliruan yang sama. Tetapi
kesalahan hanya berasal dari
hal
Tim
dengan
pencegahan
kesalahan terulang
rumah
tersebut kembali.
keselamatan
Keselamatan sakit,
bukan
pasien dari
digunakan
ini
harus
sebagai
dijauhkan
blaming
melainkan
sebagai
Pimpinan Rumah sakit atau
untuk
perbaikan
Komite Keselamatan Pasien
upaya
RS.
keselamatan pasien.
culture, upaya dalam
meningkatkan
4
i. Dimensi Staf dan Pegawai Pada dimensi staf dan pegawai
ini
RS
PKU
Muhammadiyah
Bantul
memiliki nilai Mean sebesar
Dukungan manajemen dilihat dari hasil kuesioner sudah masuk dalam kategori baik. k. Dimensi Pemindahan dan Pergantian
65 dan nilai Median dengan
Pada
dimensi
nilai 62,6. Maka dari nilai
pemindahan dan pergantian
tersebut dimensi staf dan
di RSU PKU Muhammadiyah
pegawai
Bantul
masuk
dalam
ini
masuk
dalam
kategori cukup, begitu pula
kategori Cukup, begitupula
dengan
yang
dengan penelitian terdahulu
dilakukan oleh Putri (2010)
yang masuk dalam kategori
yang masuk dalam kategori
cukup juga.
penelitian
cukup dengan nilai Mean 68, 2.
2. Gap
j. Dimensi
Dukungan
Manajemen
Pelaporan
Insiden
Keselamatan Pasien Berdasarkan
Berdasarkan
insiden
keselamatan
wawancara yang dilakukan
yang
masuk
terhadap
tim keselamatan
Keselamatan Pasien RSU PKU
pasien rumah sakit, mereka
Muhammdiyah, Bantul yang ada
mengaku
tim
pada Tabel 6. Dari tahun ke
saja
tahun mengalami peningkatan.
masih
Hal ini dapat dilihat pada tahun
sudah
dukungan
ada.
dukungan
hasil
laporan
Hanya
tersebut
kasus
Tim
kurang optimal dalam upaya
2011
untuk menerapkan budaya
dilaporkan sebanyak 2 kasus,
keselamatan pasien di RS ini.
pada tahun 2012 kasus yang
Sedangkan
dilaporkan sebanyak 4 kasus
Dimensi
jumlah
ke
pasien
yang
5
sedangkan awal tahun 2013
kasus/insiden keselamatan di
(sampai bulan Februari) kasus
ruangan mereka bekerja selama
yang
Tim
12 bulan terakhir ini. Maka dari
Keselamatan Pasien RSU PKU
hitungan tersebut masih banyak
Muhammdiyah, Bantul sudah
kasus
mencapai 2 kasus.
mengakibatkan cedera, kejadian
masuk
ke
Sedangkan
hasil
pengambilan responden
data
mungkin
nyaris cidera maupun potensial
terhadap
cidera tidak dilaporkan oleh
apabila dihitung setiap ruangan 1–2
kasus
perawat/bidan
pelaksana
Apabila dilihat pada hasil pengambilan
yang dilakukan pada 7 ruangan
kuesioner
mengenai
yang
pelaporan
di
di
unit-unit.
pertahunnya, maka penelitian ada
telah
dari
pada gambar 3.
melaporkan
yang
data
melalui dimensi
RSU
PKU
frekuensi
Bantul
akan
menduduki kategori cukup, hal
ditemukan sekitar 7-14 kasus
ini juga didukung dengan hasil
yang
wawancara
Muhammdiyah, dilaporkan
selama
12
bulan terakhir.
dengan
masih
tim
keselamatan pasien rumah sakit
Pada Gambar 4. ditemukan
Maka disimpulkan bahwa
sebesar 27% atau lebih dari
pelaksanaan pelaporan insiden
seperempat
responden
oleh tim keselamatan pasien
mengaku bahwa pernah tidak
belum dilakukan secara optimal.
melaporkan 1-2 kasus/insiden
Hal tersebut dapat dilihat masih
yang pernah terjadi di ruangan
adanya gap pelaporan yang
selama 12 bulan terakhir ini.
dilakukan oleh tim keselamatan
Dan
6%
pasien rumah sakit dan hasil
mengaku
pernah
penelitian yang dilakukan pada
melaporkan
3-5
ada
responden tidak
sebanyak
responden.
Serta
diperkuat
6
dengan hasil wawancara yang
1.
Unit
yang
menerapkan
dilakukan pada tim keselamatan
budaya
pasien RS, yang menyimpukan
sendiri
yaitu
berupa
bahwa
blaming
culture
,
belum
optimalnya
keselamatan
itu dan
pelaksanaan pelaporan insiden
budaya tidak enak, sehingga
keselamatan
ada
pasien
ini
keengganan
untuk
sebenarnya datang dari unit itu
melaporkan kasus sendiri
sendiri, yaitu masih adanya
maupun rekan kerja. Hal itu
ketakutan
terbukti
akan
budaya
menyalahkan
yang
mengakibatkan
dengan
rendahnya
masih
kesadaran
keengganan
melakukan pelaporan atas
unit/individu untuk melaporkan
insiden keselamatan pasien
insiden
yang masih dinilai dalam
yang
dukungan
terjadi.
manajemen
Dan yang
kurang optimal dengan tidak segera memberikan atas
kategori cukup. 2.
feedback
laporan
Tim
Keselamatan
Pasien
Rumah sakit berupa kinerja
insiden
yang
belum
optimal
keselamatan pasien yang datang
dikarenakan Kepengurusan
dari Tim KPRS juga menjadi
Tim
alasan yang sangat kuat.
RSU PKU Muhammadiyah
Keselamatan
Pasien
Bantul masih merangkap 3. Hambatan-Hambatan
pekerjaan
Penerapan Keselamatan Pasien
dalam
Dengan demikian hambatan dalam penerapan Keselamatan Pasien
di
RS
lain
sehingga
kegiatannya
merupakan tugas tambahan. 3.
Dukungan dari manajemen
PKU
yang juga masih kurang
Muhammadiyah, Bantul adalah
optimal, hal tersebut dapat
datang dari:
dilihat pada respon berupa
7
feedback atas kasus yang
Muhammadiyah, Bantul antara
dilaporkan
lain :
yang
sangat
lamban serta pembiayaan
a. Terdapat
ketakutan
atas pelaksanaan program
dipersalahkan
(blaming
keselamatan pasien yang
culture) di unit pelaksana
belum maksimal.
keselamatan pasien rumah sakit
KESIMPULAN
b. Kepengurusan
tim
Berdasarkan hasil penelitian dan
keselamatan pasien rumah
pembahasan yang telah dilakukan
sakit
pada bab sebelumnya, maka dapat
pekerjaan
ditarik kesimpulan bahwa :
kinerja tim tidak optimal
1.
Budaya Keselamatan Pasien di RSU
PKU
merangkap
lain
sehingga
c. Dukungan dari manajemen
Muhammadiyah,
masih kurang optimal dalam
Bantul masuk dalam kategori
hal pembiayaan kegiatan dan
cukup dengan nilai mean dan
feedback pelaporan insiden .
median sebesar 73,9. 2.
masih
d. Pada hasil 12 dimensi budaya
Di RSU PKU Muhammadiyah,
keselamatan pasien hal yang
Bantul masih ditemukan Gap
menjadi
pelaporan Insiden Keselamatan
penerapan
Pasien antara tim keselamatan
pasien datang dari dimensi
pasien dan real di lapangan.
staf/pegawai diikuti dengan
Laporan insiden keselamatan di
dimensi frekuensi pelaporan
lapangan lebih banyak dari pada
dan dimensi pemindahan dan
yang masuk ke tim keselamatan
pergantian
pasien.
dalam kategori cukup dengan
3. Hambatan
dalam
penerapan
Keselamatan Pasien di RSU PKU
hambatan
dalam
keselamatan
yang
masuk
nilai mean dan median yang rendah.
8
Intensitas
Kerja
Perawat
Pelaksana di Instalasi Rawat DAFTAR PUSTAKA 1.
Inap RS Islam Muhammadiyah,
Pinzon,
Rizaldy.
2008.
Peresepan
Elektronik
untuk
meningkatkan
2.
Keamanan
Agency for Healthcare Research and
Quality.
2004.
Hospital
Survey on Patient Safety Culture.
161/Vol. 35 No. 2 Maret-April
US.Department of Health anh
2008.
Human Service.
Institute of Medicine. 2004.
8.
KKP-RS PERSI. 2007. Sembilan
Patients
Safe:
Solusi
Transforming
the
Work
Http://www.inapatsafety-
Environment
of
Nurses.
www.iom.edulrepart.asp/16173 .
Keselamatan
Pasien.
persi.or.id. Jakarta. 9.
Bann S, A, Darzi, A, 2004, Protocol for The Reduction of
Lumenta,
Nico.
Keselamatan
Pasien
2007. Rumah
Sakit. Jurnal IRMK Edisi 1. No. 14.
7.
Pengobatan di Rumah Sakit.CDK
Keeping
3.
Kendal. Yogyakarta. UMY
Surgical Errors, Qual Saf Health: 13; hh. 162-163. 10. Muchlas,
M,
2005.
Perilaku
Maret 2007, Hal.3
Organisasi. Yogyakarta. Magister
Putri, 2010. Penerapan Budaya
Manajemen Rumah Sakit. UGM
Patient
Safety
di
RS
PKU
Muhammadiyah, Bantul. UMY. 5.
Arikunto, penelitian:
S.
2006.
Prosedur
Suatu Pendekatan
Praktek. Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta. 6.
Sudarwaty , 2011. Pengaruh Budaya Patient Safety Terhadap
9