ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM

Download JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal). Volume 4 ... melaksanakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) ... triangula...

0 downloads 464 Views 161KB Size
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Ajeng Retno Yunita, Ayun Sriatmi, Eka Yunila Fatmasari Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Email : [email protected] Abstrak: Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Di awal pelaksanaannya permasalahan yang dijumpai di IGD RSUD Kota Semarang diantaranya menunjukkan adanya kejadian yang beresiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja seperti, masih ada perawat yang tidak memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan perawatan di instalasi gawat darurat, pencahayaan yang kurang di ruang administrasi instalasi gawat darurat, ruang tunggu untuk pasien tidak nyaman,ruang triage yang tidak berfungsi dengan baik, dan tidak dibedakannya pintu masuk dengan pintu keluar Intalasi Gawat Darurat sehingga dapat menyebabkan terjadinya benturan antara pasien yang masuk dan keluar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor kebijakan Implementasi Program K3RS di IGD RSUD Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dengan informan utama petugas kesehatan di IGD dan informan triangulasi Kepala Instalasi K3, Kepala Ruang IGD, dan Kepala Seksi Pelayanan Medik. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor implementasi dari segi isi dan tujuan program K3RS, komunikasi, dan komitmen masih kurang penerapannya dikarenakan sosialisasi dan pengawasan yang kurang. Sedangkan untuk sumber daya, lingkungan kerja, dan SOP sudah baik. Disarankan pihak rumah mengadakan sosialisasi secara rutin, dan perlu adanya sanksi atau teguran bagi petugas kesehatan yang tidak menerapkan program K3RS sesuai dengan SOP yang ada. Katakunci: Program K3RS, Kebijakan, RSUD Kota Semarang

1

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Abstract: Hospital is one of the workplace, which must implement the Occupational Safety and Health Policies Program (K3RS) that benefit both the hospital (Human Resource) HR, patients, patient visitors, as well as for the people in the neighborhood. In the implementation problems encountered Emergency Response Department in Semarang regional public hospital of which indicate events that are at risk of occupational diseases and accidents as a result of the works such as, nurses who do not wear personal protective equipment in the form of gloves and masks when performing care measures in the emergency department, poor lighting in the emergency department administration room, uncomfortable waiting room for patients, triage room which is not functioning properly, and no difference between the entrance and exit door of the Emergency Response room that causing collisions between entering and exiting patients. The aim is to describe the policy factors implementation of K3RS Program in Emergency Response Regional Semarang Hospital. This research is a descriptive qualitative study. Data collection with interviewing the key informant that is Emergency Response department health workers, and interviewing triangulation K3 Head Installation, Head of Emergency Response Department, and the head of Medical Services. The results showed factors in terms of content and implementation of K3RS program, communication, and commitment to its implementation are still lacking due to lack of socialization and supervision, while, resources, work environment, and the SOP has been good. It is suggested hospital regularly conduct socialization, and the need for sanctions or reprimands for health workers who do not apply K3RS program in accordance with SOP. Keywords: Programe Occupational Health and Safety at Hospital, Policy, RSUD Regional Semarang

2

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN

tersebut,

Latar Belakang

mempunyai

Program

Keselamatan

Kesehatan Kerja yang Keputusan

Penyakit

dan

tertulis menurut

Menteri

Kesehatan

No.1087/MENKES/SK/VIII/2010

para

(e-Journal) 2356-3346)

pekerja

resiko Akibat

rumah

untuk Kerja

sakit

terjadinya (PAK)

dan

Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Hal ini

RI

disebabkan karena Penyakit Akibat Kerja

sebagai

(PAK)

merupakan

penyakit

yang

berikut : pengembangan kebijakan K3RS,

disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,

pembudayaan

perilaku

K3RS,

bahan, proses maupun lingkungan kerja.2

SDM

K3RS,

Penyakit Akibat Kerja (PAK) di

pengembangan

pengembangan pedoman, petunjuk teknis

rumah

dan standard operational procedure (SOP)

tenaga kerja, baik medis (perawat, dan

K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan

dokter),

lingkungan

kebersihan (cleaning service)) mempunyai

tempat

kerja,

pelayanan

sakit

dapat

maupun

non

medis

(petugas

resiko

kerja,

berbahaya (biohazard), dan kontak dengan

program

cair dan gas, pengelolaan jasa, bahan

aquipment) seperti jarum suntik bekas

beracun berbahaya dan barang berbahaya,

maupun

pengembangan

tanggap

membersihkan seluruh ruangan di rumah

pengolahan,

sakit dapat meningkatkan resiko untuk

pengumpulan,

terkena

dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3,

dan

review

progam

tahunan.

1

selang

pakai

biologi

alat

darurat,

sekali

bahan

pemeliharaan pengelolaan limbah padat,

manajemen

medis

terpajan

semua

kesehatan kerja, pelayanan keselamatan pengembangan

untuk

menyerang

infus

penyakit

(disposable

bekas,

infeksi

bagi

serta

petugas

kebersihan (cleaning service) rumah sakit.3

Keberhasilan program Kesehatan

Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Kota

dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit

Semarang merupakan rumah sakit rujukan

tidak lepas dari sikap kepatuhan personal

di Kota Semarang yang memiliki tugas dan

baik

fungsi

daripihak

manajemen

perawat dalam

pihak

sebagai

tempat

pelayanan

melaksanaan

kesehatan, yang memiliki potensi terjadinya

peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk

penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat

mendukung pencapaian zero accident di

kerja yang dialami oleh petugas kesehatan,

rumah sakit.

pasien maupun pengunjung rumah sakit.

Dalam

atas

maupun

melaksanakan

Keselamatan

dan

setiap Kesehatan

Program

Menurut

Kerja

hasil

survey

pendahuluan

kondisi Rumah Sakit Umum Daerah Kota 3

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(e-Journal) 2356-3346)

Semarang telah memiliki bagian Instalasi

Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, namun

Semarang di Instalasi Gawat Darurat.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota

berdasarkan data buku Buku Register Pelayanan

Khusus

Karyawan

masih

METODE PENELITIAN

terdapat kasus penyakit akibat kerja yang

Jenis

Penelitian

yang

dilakukan

dialami oleh petugas kesehatan seperti

merupakan penelitian deskriptif dengan

febris, tuberculosis, low back pain, frouzen

pendekatan kualitatif. Metode penelitian

shoulder, thypoid fever, myopia, dan lain-

deskriptif

lain.

penelitian yang dilakukan dengan tujuan Selain

kesehatan

itu

masih

yang

tidak

ada

petugas

memakai

alat

merupakan

suatu

metode

utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.

pelindung diri berupa sarung tangan saat

Objek

yang

akan

diteliti

dalam

melakukan tindakan di Instalasi Gawat

penelitian ini adalah sumber daya manusia,

Darurat, pencahayaan yang kurang di

sarana prasarana, komunikasi, lingkungan

ruang administrasi instalasi gawat darurat,

kerja, standard operasional prosedur, dan

ruang tunggu untuk pasien tidak nyaman,

komitmen.

ruang triage tidak berfungsi dengan baik,

penelitian ini adalah petugas kesehatan

pintu

yang berada di Instalasi Gawat Darurat

masuk

dan

keluar

IGD

tidak

dibedakan, dan masih ada petugas yang

yang

tidak

Program

memakai

menangani

desinfektan

pasien.

setelah

Berdasarkan

hasil

Subjek

berkaitan

penelitian

dengan

Keselamatan

dalam

pelaksanaan

dan

Kesehatan

Kerja Rumah Sakit.

wawancara dengan salah satu staf Intalasi

Teknik

penentuan

informan

dalam

Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih

penelitian ini yaitu menggunakan teknik

terdapat kasus tertusuk jarum suntik pada

purposive yaitu cara penentuan informan

perawat.

yang ditetapkan secara sengaja atas dasar

Permasalahan

di

atas

menunjukkan bahwa penerapan dalam hal

kriteria

program keselamatan dan kesehatan kerja

misalnya orang yang berperan sebagai

di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit

pemberi

Umum Daerah Kota Semarang masih

tersebut,

kurang

bidangnya dan pihak yang terlibat sebagai

disiplin

dalam

menerapkannya

atau

pertimbangan

informasi

tentang

mempunyai

tertentu,

kebijakan

kompetensi

di

sehingga peneliti tertarik untuk memperoleh

pelaksana

gambaran yang jelas tentang Implementasi

dalam penelitian ini terdapat 6 orang

Program

petugas kesehatan yang bekerja di Intalasi

Keselamatan

dan

Kesehatan

4

kebijakan.

Informan

utama

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Gawat

Darurat

(IGD)

perawat

Rumah Sakit Umum Daerah Kota

pelaksana IGD, dokter tugas IGD, petugas

Semarang terletak di jalan Ketileng Raya

administrasi di IGD, satpam di IGD, dan

No.1

petugas kebersihan di IGD.

Untuk cross

Sendang Mulyo, Kecamatan Tembalang.

check dibutuhkan informan yang disebut

Bangunan fisik terdiri diatas tanah seluas ±

informan triangulasi. Pada penelitian ini

9,2

sebagai informan triangulasi

terdapat 3

merupakan salah satu unit kerja di rumah

orang

pemangku

sakit yang memberikan pelayanan kepada

kebijakan dan memiliki informasi terkait

penderita gawat darurat dan merupakan

program

bagian

yang

yaitu

(e-Journal) 2356-3346)

merupakan

K3RS

yaitu

kepala

seksi

Semarang,

hektar.

tepatnya

Instalasi

dari

Kelurahan

Gawat

rangkaian

Darurat

yang

perlu

pelayanan medik, kepala ruang IGD, dan

diorganisir. Instalasi Gawat Darurat di

kepala Instalasi K3L.

Rumah

Sakit

Umum

Daerah

Kota

Semarang merupakan tempat pelayanan HASIL DAN PEMBAHASAN

yang bekerja 24 jam setiap hari.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang adalah Rumah Sakit Umum

Pengetahuan

yang

Program Keselamatan dan Kesehatan

diresmikan

tanggal

13

penggunaanya

Januari

1991

pada dengan

Dearah

Konsep

pemikiran

Sakit

Umum

Tingkat

II

Semarang.

didirikannya

Daerah

Kota

Rumah

Semarang

Isi

dan

Tujuan

Kerja Rumah Sakit (K3RS)

mengandalkan Angaran Pendapatan dan Belanja

terkait

Hasil utama

wawancara dan

berdasarkan

dengan

informan

penilaian

informan triangulasi

yang

dilakukan,

pengetahuan informan tentang Program

diprakarsai oleh dr.H.Imam Soebaki,MPH.

Keselamatan

Pada tahun 2003 sesuai dengan SK

sebagian

informan

sudah

Menkes No 194/Menkes/SK/II/2003 RSUD

program

tersebut

yang

Kota Semarang menjadi kelas B. Pada

pengunaan

tahun 2010 telah dinyatakan Lulus Penuh

petugas kesehatan, pengendalian limbah,

Akreditasi 16 (enam belas) pelayanan dan

pendidikan

berstandar ISO 9001-2008 (International

Walaupun masih ada beberapa informan

Standar Organization). Pada tahun 2015

yang belum mengetahuinya.

dan

APD,

dan

Kesehatan

screening

pelatihan

Kerja

mengetahui terdiri

dari

kesehatan

terkait

K3.

RSUD Kota Semarang merupakan rumah

MenurutKMK1087/MENKES/SK/VIII/

sakit dengan kelas B jumlah tenaga 849

2010 Program Keselamatan dan Kesehatan

orang.

Kerja 5

yang

harus

diterapkan

yaitu

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(e-Journal) 2356-3346)

pengembangan

kebijakan

K3RS,

Sosialisasi terkait program K3RS memang

pembudayaan

perilaku

K3RS,

jarang karena program sudah terjadwal jadi

SDM

K3RS,

jarang disosialisasikan secara mendetail

pengembangan

pengembangan pedoman, petunjuk teknis

lagi.

dan Standard Operational Procedure (SOP)

semuanya

K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan

pelaporan penyakit akibat kerja di IGD

lingkungan

RSUD Kota Semarang.

tempat

kerja,

pelayanan

bahwa

Informan

mengetahui

utama

belum

tentang

sistem

kesehatan kerja, pelayanan keselamatan kerja,

pengembangan

program

Sumber Daya

pemeliharaan pengelolaan limbah padat,

Ketersediaan sarana dan prasarana

cair, dan gas, pengelolaan jasa, bahan

seperti alat pelindung diri bagi petugas

beracun berbahaya dan barang berbahaya,

kesehatan menunjukkan bahwa di IGD

dan pengembangan manajemen tanggap

RSUD Kota Semarang sudah mencukupi

darurat.4

dan

mudah

pelindung Komunikasi

dalam

diri

handscoon,

Komunikasi

seperti

sepatu

masker, booth,

alat apron,

kacamata

dan

google, dan topi. Kondisi dari alat pelindung

menggunakan

diri yang disediakan dalam kondisi yang

berbagai media baik lisan maupun tulisan.

layak pakai. Terkait pemeriksaan sebelum

Hal

bekerja dan pemeriksaan secara berkala.

kesehatan

keselamatan

memperoleh

kerja

yang

dapat

perlu

diperhatikan

dalam

komunikasi yaitu efektifitas komunikasi,

Sebagian

informasi

oleh

mendapatkan pemeriksaan kesehatan baik

penerima. Disamping untuk menyampaikan

sebelum bekerja maupun secara berkala.

perintah

dalam

Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan

komunikasi

sebelum bekerja meliputi foto rontgen,

harus

pelaksanaan keselamatan

mudah

dan

diingat

pengarahan pekerjaan, dan

kesehatan

kerja

besar

pemeriksaan

darah,

informan

cek

sudah

laboratorium,

digunakan untuk mendorong perubahan

pemeriksaan fisik, dan narkoba. Namun

perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk

pelaksanaan

5

bekerja dengan selamat.

pemeriksaan

kesehatan

sebelum bekerja dan berkala masih tidak

Masih ada informan utama yang tidak

merata atau tidak rutin karena masih ada

mendapatkan infromasi terkait program

yang belum mendapatkan pemeriksaan

K3RS dari rumah sakit, dan masih ada

tersebut dan waktu pelaksanaannya yang

yang belum tahu tentang program tersebut.

berbeda-beda. 6

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang

penerangan, tekanan udara, dan aroma di tempat kerja.6

Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu

pemeriksaan

pemeriksaan jasmani,

berkala

meliputi

(e-Journal) 2356-3346)

Terkait resiko lingkungan kerja di IGD sebagian

besar

informan

mengatakan

fisik

lengkap,

kesegaran

lingkungan kerjanya beresiko terhadap PAK

rontgen

paru-paru

(bilamana

ataupun KAK dikarenakan

banyak resiko

mungkin) dan laboratorium rutin, serta

kerja dan jika tidak ditanggulangi akan

pemeriksaan-pemeriksaan

yang

menyebabkan penyakit akibat kerja atau

dianggap perlu dan pemeriksaan kesehatan

kecelakaan akibat kerja yang dialami oleh

berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-

petugas kesehatan. Resiko yang dapat

kurangnya 1 tahun.4

terjadi misalnya penyakit TBC karena di

lain

Terkait pelatihan K3 hampir semua

IGD sendiri belum ada ruangan khusus

informan mendapatkan pelatihan K3 seperti

untuk pasien TBC, sehingga penularan

pelatihan bencana, kebakaran, penggunaan

melalui droplet dapat terjadi.

APAR, pencegahan infeksi, perilaku hidup bersih, safety patient. Namun pelaksanaan

Standar Operasional Procedure (SOP) Sebagian

pelatihan tersebut berbeda-beda sehingga

besar

Informan

sudah

pelatihan yang didapat pun berbeda karena

mengetahui adanya Standar Operasional

waktu

tersebut

Prosedur kerja di IGD mulai dari SOP

tidak

penerimaan pasien, melakukan tindakan,

pelaksanaan

dibuat

pelatihan

bergelombang

agar

menggangu pelayanan.

SOP

penggunaan

Operasional Lingkungan

kerja

beresiko

APD.

Prosedur

Standar

dibutuhkan

agar

terjadi

karyawan mengetahui prosedur kerja yang

Penyakit Akibat Kerja atau Kecelakaan

harus dilakukan, sebagai standarisasi cara

Akibat Kerja

yang

Faktor lingkungan ini meliputi hal yang

dilakukan

pegawai

dalam

menyelesaikan pekerjaannya, mengurangi

berhubungan dengan proses kerja secara

tingkat

langsung, seperti tekanan yang berlebihan

mungkin dilakukan oleh seorang pegawai

terhadap

peralatan

dalam melaksanakan tugas, meningkatkan

keselamatan kerja yang tidak memadai,

efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas

kurangnya

dan tanggung jawab individual pegawai dan

jadwal

pekerjaan,

pelatihan

dan

pengawasan.

Faktor-faktor

perusahaan

antara

lain

kurangnya fisik

dalam

kebisingan,

kesalahan

organisasi

secara

dan

kelalaian

keseluruhan.

yang

Hasil

wawancara terkait standart operasional 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

prosedure di IGD. Standart Operasional

3. Lingkungan

kerja

di

(e-Journal) 2356-3346)

IGD

yang

Prosedur (SOP) Kerja sudah ada di IGD,

beresiko bagi petugas kesehatan

dan

terpapar

sudah

didokumentasikan

sehingga

penyakit

akibat

kerja

Standar Operasioanl Prosedur kerja dapat

karena IGDmerupakan tempat kerja

dilihat setiap saat karena sudah tersusun

yang infeksius, dan di IGD belum

rapih namun Standar Operasional Prosedur

ada ruangan isolasi untuk pasien TB

terakhir tahun 2009 sehingga belum ada

sehingga masih di campur dengan

pembaharuan lagi.

pasien lainnya. 4. Standart

Operasional

Prosedur

Komitmen

(SOP) sudah ada di IGD, semua

Komitmen dan kebijakan K3RS di wujudkan

tindakan yang ada di IGD sudah ada

dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,

prosedur kerjanya sudah tertulis dan

jelas, dan mudah dimengerti serta diketahui

dibukukan,

oleh seluruh karyawan rumah sakit.

diperbaharui. 5. Komitmen

Hasil wawancara petugas kesehatan masih

namun

jarang

dari petugas kesehatan

APD,

masih kurang, karena masih ada

pengetahuan terkait Program K3RS belum

beberapa petugas kesehatan yang

semuanya mengetahui dengan jelas, dan

belum menerapkan program K3RS

tidak mengikuti pemeriksaan kesehatan.

dengan baik walaupun sudah ada

ada

yang

tidak

memakai

kebijakannya secara tertulis dan KESIMPULAN

sudah di tanda tangani oleh Direktur

1. Pengetahuan tentang isi program K3RS

belum

semua

RS.

petugas

kesehatan mengetahui dan mengerti tentang content isi dari Program K3RS.

SARAN

2. Ketersediaan APD sudah ada di

1. Membuat sarana media informasi di

IGD RSUD Kota Semarang, namun

lingkungan kerja terkait pemberian

pemeriksaan

dan

informasi penting dan terkini yang

pelatihan untuk SDM masih belum

berhungan dengan Program K3RS

merata karena masih ada yang tidak

agar dapat dibaca oleh petugas

mengikuti

kesehatan.

kesehatan

pemeriksaan

dan

pelatihan terkait K3. 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

(e-Journal) 2356-3346)

2. Melakukan kegiatan Program K3RS yang bersifat refreshing agar dapat menyegarkan kembali pengetahuan tentang K3RS. 3. Mengembangkan sistem monitoring dan sanksi atau teguran berupa peringatan dari Kepala Instalasi K3

Upaya Meningkatkan Budaya K3 di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat”. Fakultas Kedokteran.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.2009 6

Suma’mur, P. K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : CV Haji Mas Agung. 1992 dalam Journal Psikologi 2001 No 2, 116-132

ke kepala IGD. 4. Memperbaharui lagi Prosedur Kerja yang ada di IGD khususnya yang terkait pelaksanaan Program K3RS. 5. Memberikan

reward

melaporkan

kejadian

Akibat

Kerja

(KAK)

bagi

yang

Kecelakaan ke

Kepala

Instalasi K3.

DAFTAR PUSTAKA 1

Sucipto, Cecep Dani. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2014 2

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/SKIV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

3

Evryanti. Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada petugas Kesehatan dan Petugas Kebersihan klinik X. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok, 2012.

4

Keputusan Menteri Kesehatan. KEPMENAKES 1087MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

5

Rhofiah. ”Pelaksanaan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai 9