Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya 1
*Benazir dan 2Azharsyah
1
Program Studi Ekonomi Islam, Program Pascasarjana, UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia; 2 Jurusan Ekonomi Islam, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Ar-Raniry, Darussalam, Banda Aceh, 23111, Indonesia. *Corresponding Author :
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh antara kemiskinan dengan budaya, sumber daya manusia, dan agama. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang responden di Kabupaten Pidie Jaya dengan teknik pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling. Analisis menggunakan regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS versi 24 for windows. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel berdasarkan data statistik Kabupaten Pidie Jaya yang dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu bidang pertanian sebanyak 50 persen, sektor perdagangan dan jasa-jasa sebanyak 43 persen, serta sisanya bidang industri sebanyak 7 persen. Hasil penelitian menemukan bahwa variabel sumber daya manusia dan agama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan, sedangkan variabel budaya tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Secara tidak langsung variabel budaya berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu melalui variabel sumber daya manusia dan variabel agama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel budaya, sumber daya manusia, dan agama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya yang artinya kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya harus diperhatikan oleh pemerintah, baik Pemerintah Daerah maupun pemerintah Pusat. Kata kunci: kemiskinan, budaya, sumber daya manusia, dan agama. Pendahuluan Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam ekonomi yang dianggap sebagai sumber berbagai kejahatan dan kegiatan sumbang, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan dilaksanakan secara terpadu. Aceh sebagai salah satu provinsi di Indonesia, pada tahun 2015 memiliki jumlah penduduk miskin sebesar 859,41 ribu Jiwa (17,11 persen). Hal ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang jumlah penduduk miskin sempat menurun menjadi 837,42 ribu Jiwa (16,98 persen). Tingginya angka kemiskinan di Aceh merupakan akumulasi dari tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota. Salah satu kabupaten yang berkontribusi meningkatnya kemiskinan di Aceh adalah Kabupaten Pidie Jaya yang merupakan salah satu kabupaten pemekaran di Provinsi Aceh dengan ibukota Meureudu yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2007 pada tanggal 2 Januari 2007. Kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki persentase penduduk miskin terbanyak ke tiga tahun 2013 pada level Provinsi Aceh yaitu sebesar 22,70 persen dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya yang ada di Aceh.
B79
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Kemiskinan yang menimpa masyarakat Pidie Jaya terjadi karena ketidakmampuan untuk mengeksplorasi Sumber Daya Alam yang ada, seperti yang diketahui bahwa daerah ini merupakan daerah sentral penghasil coklat. Hal ini berlawanan dengan teori ekonomi konvensional, secara implisit yang menunjukkan bahwa Islam menolak definisi ilmu ekonomi konvensional yang menyebutkan bahwa "ketersediaan Sumber Daya Alam adalah terbatas untuk memenuhi keperluan manusia yang tidak terbatas". Tidak sedikit ayat AlQur'an yang menegaskan bahwa Allah SWT telah menganugerahkan Sumber Daya Alam (nikmat) yang melimpah, baik bersumber dari langit, darat, dan bahkan lautan. Kemiskinan juga disebabkan oleh adanya faktor budaya yang sulit atau bahkan tidak mungkin diubah seperti malas, suka jalan pintas, sulit diajak berubah, tidak menghargai waktu, boros, dan berorientasi ke masa kini. Padahal sangat jelas bahwa “Allah tidak merubah nasib suatu kaum, jika Kaum itu tidak berkeinginan untuk merubahnya”. Kalimat tersebut seharusnya memberi motivasi bagi manusia untuk melepaskan dirinya dari kemiskinan dan keterbelakangan. Kaplale (2012) menjelaskan bahwa faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah menurunnya produktifitas tanaman, lapangan kerja yang sulit diperoleh, rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga, ketergantungan masyarakat terhadap alam dan kondisi yang ada, biaya dalam proses ritual adat, serta terbatasnya akses terhadap modal (uang tunai). Suliswanto (2010) mengatakan bahwa permasalahan kemiskinan tidak cukup hanya dipecahkan melalui meningkatkan pertumbuhan ekonomi semata dengan mengharapkan terjadinya efek menetes ke bawah (trickle down effect). Akan tetapi, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia akan mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap pengurangan angka kemiskinan yang terjadi. Agar manusia berkualitas dan beretika, manusia harus memiliki modal, yaitu pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari program untuk anak-anak sampai dengan pelatihan dalam pekerjaan (on the job training) untuk para pekerja dewasa (Mankiw et al, 1992). Strategi pengentasan kemiskinan seharusnya tidak terpaku pada aspek ekonomi dan fisik saja, tetapi aspek nonfisik (rohaniah) juga perlu mendapatkan porsi yang cukup dalam kebijakan ini, dimana Pendidikan agama dan budi pekerti sangat penting untuk penanaman nilai-nilai agamawi dan budi pekerti terutama bagi anak-anak dan pemuda dalam menghadapi problematika kemiskinan di masa akan datang (Abrar, 2009). Metodelogi Lokasi dan Objek Penelitian Objek yang diteliti adalah faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pidie Jaya sebagai salah satu kabupaten pemekaran di Aceh yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 148.719 jiwa, dengan 8 kecamatan diantaranya Meureudu, Meurah Dua, Bandar Dua, Jangka Buya, Ulim, Trienggadeng, Pante Raja, dan Bandar Baru. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang ada di Kabupaten Pidie Jaya. Sampel yang digunakan sebanyak 100 orang yang dipilih berdasarkan metode cluster sampling, dimana peneliti berusaha menarik anggota populasi berdasarkan kelompok tertentu saja (Sugiyono, 2008). Berdasarkan data statistik daerah Kabupaten Pidie Jaya, persentase penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama di Kabupaten Pidie Jaya dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu di bidang pertanian sebanyak 50 persen, dimana sebagian besar penduduk Kabupaten Pidie Jaya bekerja di sektor pertanian yang menandakan bahwa Pidie Jaya memiliki kultural Agraris. Sektor lain yang banyak digeluti oleh masyarakat Pidie Jaya adalah sektor perdagangan dan jasa-jasa sebanyak 43 persen, serta sisanya dibidang industri yaitu sebanyak 7 persen (BPS Pidie Jaya, 2015). Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan metode survey responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner)
B80
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal, maupun data publikasi dari lembaga/instansi terkait yang berhubungan dan dapat mendukung penelitian ini. Metode analisis data Untuk menganalisis dan mengetahui besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya, maka digunakan alat analisis kuantitatif, korelasi, uji asumsi klasik, uji determinasi dan regresi linear berganda dengan menggunakan software SPSS versi 24 for windows. Secara matematis, persamaan regresi berganda dapat diformulasikan sebagai berikut: Kemiskinan = α + β1Budaya + β2SDM + β3Agama atau Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + Dimana: Y α
β1, β2, β3
= = = = = = =
Kemiskinan Konstanta (Intercept) Budaya Sumber Daya Manusia Agama Koefisien Regresi Error term
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan menyiratkan bahwa sebagian besar menyatakan bahwa variabel Budaya, Sumber Daya, dan Agama mempengaruhi kemiskinan. Variabel-variabel tersebut yang diambil melalui hasil dari berbagai penelitian sebelumnya yang sekaligus akan menjadi acuan dalam membuat instrumen yang diturunkan ke dalam butir-butir pernyataan untuk disebarkan kepada responden. Hasil Analisis Kolerasi Adanya hubungan antara Budaya, Sumber Daya Manusia, Agama terhadap Kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya diuji dengan menggunakan pearson kolerasi dan hasil perhitungan dengan bantuan SPSS diperoleh besarnya nilai koefisien kolerasi yang diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien Kolerasi Pearson Pearson Correlation
Budaya
Sumber Daya Manusia
Budaya 1,000 Sumber Daya Manusia 0,527** Agama 0,499** Kemiskinan 0,470** **. Menunjukkan signifikan pada level 0,01.
1,000 0,518** 0,601**
Agama
Kemiskinan
1,000 0,648**
1,000
Koefisien kolerasi Pearson yang diperoleh pada Tabel 1 menjelaskan bahwa variabel Sumber Daya Manusia dengan Budaya, Agama dengan Budaya, Agama dengan Sumber Daya Manusia, Kemiskinan dengan Budaya, Kemiskinan dengan Sumber Daya Manusia, Kemiskinan dengan Agama berhubungan cukup kuat dan signifikan karena angka signifikansi diperoleh jauh di bawah 0,05. Apabila angka signifikansi < 0,05 maka hubungan antar sesama variabel signifikan, sedangkan jika angka signifikansi diperoleh jauh di atas 0,05 atau > 0,05 maka hubungan antar sesama variabel tidak signifikan.
B81
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Hasil Uji Determinasi Uji determinasi (R2) untuk mengetahui seberapa besar variabel Budaya (X1), Sumber Daya Manusia (X2), Agama (X3) terhadap Kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya, besarnya nilai koefisien determinasi diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Model Summary Budaya, SDM, dan Agama mempengaruhi Kemiskinan R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
0,721
0,520
0,505
0,349
Nilai koefisien determinasi (R2) pada Tabel 2 untuk variabel terikat (Kemiskinan) diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,520, yang artinya bahwa 52% variabel Kemiskinan dapat dijelaskan oleh perubahan-perubahan dalam variabel Budaya, Sumber Daya Manusia dan Agama. Selebihnya sebesar 48% dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain di luar dari pada penelitian ini. Uji Asumsi Klasik Asumsi klasik yang diuji adalah normalitas. Berdasarkan gambar normal P-P Plot yang ditunjukkan pada Gambar 1, menunjukkan bahwa sebaran standardized residual berada dalam kisaran garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi secara normal, seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Uji Normalitas Hasil Pengujian Analisis Regresi Linear Berganda Pengujian Secara Simultan (Uji-F) Pengujian secara simultan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, yaitu pengaruh budaya, sumber daya manusia dan agama terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya yang ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Analysis of Varianve (ANOVA) Model Sum of Squares df Mean Square F Regression 12,729 3 4,243 34,719 Residual 11,733 96 0,122 Total 24,462 99 Dependent Variable: Kemiskinan Predictors: (Constant), Budaya (X1), SDM (X2), Agama (X3)
B82
Sig. 0,000
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa budaya, sumber daya manusia dan agama secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai sig.tabel
Ftabel dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Dengan demikian hasil perhitungan ini dapat diambil suatu keputusan bahwa menerima hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol (Ho), karena diperoleh nilai Fhitung > Ftabel, dengan tingkat probabilitas 0,000. Pengujian Secara Parsial (Uji-t) Untuk mengetahui pengaruh Budaya, Sumber Daya Manusia dan Agama terhadap Kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Budaya, Sumber Daya Manusia dan Agama terhadap Kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Sig. B Std. Error Beta (Constant) 0,271 0,384 0,707 0,481 Budaya 0,090 0,105 0,075 0,860 0,392 SDM 0,367 0,097 0,335 3,779 0,000 Agama 0,455 0,091 0,437 5,032 0,000 Dependent Variable: Kemiskinan Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan bantuan program SPSS seperti terlihat pada Tabel 4, maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y= 0,271 + 0,090X1 + 0,0367X2 + 0,455X2 Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat diketahui bahwa kedua variabel yang diteliti Sumber Daya Manusia dan Agama secara parsial berpengaruh positif dan signifikan pada level signifikansi 5 persen terhadap Kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya. Dari ketiga variabel tersebut hanya variabel budaya yang tidak signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya, sehingga akan dilakukan pengujian data kembali, dimana budaya dijadikan sebagai intervening variabel (variabel penting) yaitu suatu variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen, karena mengingat kemiskinan dapat muncul sebagai akibat adanya nilai-nilai atau kebudayaan yang dianut oleh orang-orang miskin, seperti mudah menyerah pada nasib serta kurang memiliki etos kerja, dengan kerangka pemikirannya diilustrasikan pada Gambar 2.
Kemiskinan
Budaya
SDM
Agama Gambar 2. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran Gambar 2 dilakukan pengujian data yang pertama yaitu dengan menjadikan budaya sebagai variabel independen dan sumber daya manusia sebagai variabel dependen, sedangkan untuk pengujian data yang kedua variabel budaya tetap sebagai variabel independen dan agama sebagai variabel dependennya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel budaya merupakan variabel intervening yang menghubungkan antara variabel sumber daya manusia dan agama dengan variabel
B83
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
kemiskinan. Variabel budaya dijadikan sebagai variabel intervening karena mengingat hanya variabel budaya yang tidak signifikan terhadap kemiskinan, padahal secara umum variabel budayalah yang besar mempengaruhi kemiskinan, karena seperti halnya bahwa kebanyakan penduduk lebih mementingkan ritual dan adat istiadat, sehingga biaya ritual yang tinggi menjadi penyebab kemiskinan. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan ritual itu, masyarakat harus merelakan diri untuk meminjam uang atau berhutang kepada renternir walaupun dengan jumlah bunga yang cukup besar. Dari sisi lain, budaya juga disebabkan oleh adanya sifat malas yang dimiliki oleh setiap individu. Untuk lebih jelasnya Tabel 5 menunjukkan pengaruh budaya terhadap sumber daya manusia dan Tabel 6 menunjukkan pengaruh budaya terhadap agama. Tabel 5. Pengaruh Budaya terhadap Sumber Daya Manusia di Kabupaten Pidie Jaya Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Sig. B Std. Error Beta (Constant) 1,818 0,371 4,901 0,000 Budaya 0,577 0,094 0,527 6,139 0,000 Dependent Variabel: Sumberdaya Manusia Tabel 6. Pengaruh Budaya terhadap Agama di Kabupaten Pidie Jaya Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t B Std. Error Beta (Constant) 1,664 0,398 4,184 Budaya 0,574 0,101 0,499 5,698 Dependent Variable: Agama
Sig. 0,000 0,000
Tabel 5 dan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa secara tidak langsung variabel budaya mempengaruhi kemiskinan melalui variabel sumber daya manusia dan variabel agama. Hal ini menunjukkan bahwa variabel budaya juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemiskinan, walaupun pengaruhnya tidak langsung. Sedangkan dari segi agama budaya juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap kemiskinan, artinya bahwa budaya mempengaruhi kemiskinan melalui faktor agama, sehingga secara keseluruhan dapat dibuktikan bahwa ketiga variabel yaitu variabel budaya, sumber daya manusia, dan agama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya hanya saja pengaruh tersebut secara langsung maupun secara tidak langsung, dimana yang berpengaruh langsung terhadap kemiskinan adalah variabel sumber daya manusia dan variabel agama, sedangkan variabel budaya berpengaruh secara tidak langsung terhadap kemiskinan yaitu melalui variabel sumber daya manusia dan variabel agama. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan uraian di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil uji secara parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa variabel budaya berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya; 2. Hasil uji secara parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa variabel sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya; 3. Hasil uji secara parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa variabel agama berpengaruh positif dan signifikan terhadap terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya; 4. Secara tidak langsung variabel budaya berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan yaitu melalui variabel sumber daya manusia dan variabel agama; 5. Pengujian secara stimultan (Uji-F) variabel budaya, sumberdaya manusia dan agama secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Pidie Jaya; dan
B84
Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (SNP) Unsyiah 2017, April 13, 2017, Banda Aceh, Indonesia
6.
Berdasarkan koefisien determinasi variabel kemiskinan dapat dijelaskan oleh perubahanperubahan dalam variabel budaya, sumber daya manusia dan agama sebesar 52%, sedangkan selebihnya (48%) dijelaskan oleh faktor-faktor variabel lain di luar penelitian ini.
Daftar Pustaka Abrar, M. (2009). Analisis Kemiskinan Penduduk di Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesian Science and Technology Digital Library, Jakarta. Ahmad, Z. (1998). Al-Qur’an Kemiskinan Dan Pemerataan pendapatan, PT. Dana Bhakti Prima Yasa. Arikonto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta. BPS, (2015). Statistik Daerah Kabupaten Pidie Jaya, Pidie Jaya. Chriswardani, S. (2005). Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional, JMPK, 8 (3): 121129. Jonathan, S. (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS, ANDI. Kaplale, R. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Kota Ambon, Jurnal Agribisnis Kepulauan, 1 (1): 101-115. Lewis, O. (1996). Kemiskinan di Perkotaan, Yayasan Obor Indonesia. Malhotra, (2005). Riset Pemasaran, Indeks Kelompok Gramedia. Mankiw, N.Gregory, Romer, David, and Weil, D. (1992). A contribution to the empirics of economic growth, Quarterly Journal of Economics, 107 (2) : 189-210 Sekaran, (2006). Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Salemba Empat. Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta. Suliswanto, M.n (2010). Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) Dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Terhadap Angka Kemiskinan Di Indonesia, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 8 (2): 357-366.
B85